`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 204
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
Revitalisasi kawasan wisata makam Kartini ini berlandaskan pada konsep
simbolisme dari kalimat “Minazh zhulumati ilan nur” pada surat Al Baqarah 257.
Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam disain akan mengarahkan pengunjung ke
dalam sebuah pensucian diri. Simbolisme ini diterapkan sebagai wujud rasa peduli
akan jasa dan pengorbanan R.A Kartini, sehingga kegigihan dan perjuangannya
dapat diwariskan di masa depan. Hasil perancangan yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
6.1. Tapak Kawasan
Revitalisasi dari kawasan wisata makam Kartini ini memunculkan
simbolisme gelap menuju terang (Minazh zhulumati ilan nur). Hal ini dapat dilihat
dari beberapa aspek, antara lain adalah sebagai berikut:
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 205
a. Suasana Kawasan
Sesuai konsep yang digunakan yaitu simbolisme gelap menuju terang,
kawasan wisata makam Kartini memunculkan suatu suasana kawasan yang
memiliki gradasi yang dimulai dari gaya arsitektur kolonial menuju gaya
arsitektur indis hingga arsitektur jawa. Suasana gelap ini terlihat pada koridor
yang diletakkan dalam bangunan galeri Kartini. warna kuning pekat pada
bangunan galeri Kartini menghasilkan gelap. Vegetasi yang rindang juga
dimunculkan pada awal bangunan untuk menciptakan efek gelap. Adanya selasar
juga memberikan kesan lorong, sehingga efek gelap semakin terasa.
Gambar 6.1 : Suasana Kawasan
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 206
Kesan semi tertutup terlihat pada bangunan tingkat kedua yaitu tempat
pendidikan ketrampilan, yang mana koridor berada di luar bangunan. Warna
kuning agak pekat ini digunakan sebagai perwujudan gradasi menuju terang.
Vegetasi yang di munculkan tidak terlalu lebat sebagai transisi menuju terang.
Bangunan makam terletak paling atas dibuat terbuka untuk menciptakan
kesan terang. Warna bangunan yang digunakan adalah kuning lebih muda
dibandingkan pada bangunan tingkat kedua, sehingga gradasi kawasan akan lebih
terasa.
b. Fungsi Bangunan
Kawasan ini memiliki tiga fungsi bangunan utama yang menyimbolkan
proses kehidupan manusia menuju sang khalik. Proses kehidupan manusia ini
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu masa kecil (bermain), masa remaja (pencarian
jati diri), dan masa tua (pensucian diri). Masa bermain ini diwujudkan sebagai
Galeri, masa pencarian jati diri diwujudkan sebagai tempat pendidikan
ketrampilan yang meliputi seni batik, seni ukir, dan seni tari serta masa pensucian
diri diwujudkan sebagai makam. Adanya proses kehidupan ini menciptakan suatu
proses perubahan yang disimbolkan sebagai gelap menuju terang.
Gambar 6.2 : Fungsi Bangunan
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 207
c. Gaya Bangunan
Hasil perancangan gaya bangunan ini dimulai dari gaya arsitektur Indis,
percampuran Indis - Jawa hingga aritektur Jawa. Simbolisme gelap menuju
terang ini diwujudkan dengan mengacu pada sejarah pada masa penjajahan
Belanda. Bangunan dimulai dari gaya arsitektur kolonial menuju kearsitekturan
nusantara. Arsitektur nusantara dianggap sebagai simbol kemerdekaan, sebab
Indonesia memiliki ciri-ciri gaya arsitektur tersendiri yang membedakan suatu
Negara. Adanya bangunan bergradasi gaya arsitektur kolonial hingga arsitektur
nusantara yang kental ini memperkuat simbol gelap menuju terang.
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 208
Gambar 6.3 : Gaya Bangunan
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 209
6.1.1. Sirkulasi Kawasan
Gambar 6.4 : Sirkulasi Kawasan
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
Sirkulasi kawasan yang dihasilkan adalah linier. Alur sirkulasi ini dimulai
dari main entrance yang melewati seluruh bangunan, sehingga proses simbolisme
gelap menuju terang dapat dirasakan. Adanya perbedaan ketinggian ini juga
memberikan kesan kesakrakalan yang mendukung dalam proses penyimbolisasian
gelap menuju terang.
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 210
6.1.2. Zoning Kawasan
Kawasan wisata makam Kartini memiliki zoning yang berimplikasi pada
simbolisme gelap menuju terang proses kehidupan manusia. Penzoningan tersebut
antara lain sebagai berikut:
a. Masa kecil (masa bermain)
Masa bermain ini diwujudkan adanya Galeri Kartini yang berisikan replika
peninggalan Kartini dan karya-karya masyarakat rembang yang layak untuk
dipamerkan. Galeri berfungsi sebagai tempat pamer, sedikit aktifitas yang
dilakukan dalam bangunan ini sehingga dapat disimbolkan sebagai masa bermain
b. Masa remaja (masa pencarian jati diri)
Tempat pendidikan ketrampilan ini disimbolkan sebagai masa pencarian
jati diri. Banyak aktifitas yang dilakukan terkait dengan kebudayaan masyarakat
Rembang diantaranya yaitu mengukir, menari, dan membatik.
c. Masa tua (masa pensucian diri)
Masa pensucian diri ini diwujudkan dengan bangunan makam Kartini.
Adanya makam ini mendorong ingatan manusian akan kematian, sehingga akan
menjadikan pengunjung lebih takwa terhadap Allah SWT.
Gambar 6.5 : Penzoningan Kawasan
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 211
Tiap-tiap zona memiliki ketinggian elevasi untuk menghasilkan kesan
kesakralan.perbedaan ketinggian ini akan mendukung proses pensimbolisasian
gelap menuju terang.
6.1.3. Vegetasi Kawasan
Gambar 6.6 : Vegetasai Kawasan
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
Vegetasi pada kawasan wisata makam Kartini menggunakan tiga fungsi,
yaitu vegetasi sebagai peneduh (pemberi efek gelap), vegetasi sebagai penghias,
dan vegetasi sebagai pengarah. Penataan vegetasi sebagai peneduh (pemberi efek
gelap) ini meiliki gradasi yang dimulai dari awal bangunan dan semakin terang
pada paling atas bangunan. Gradasi penataan vegetasai ini sesuai dengan konsep
simbolisme gelap menuju terang.
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 212
6.2. Bangunan Utama
Revitalisasi kawasan wisata makam Kartini ini menerapkan simbolisme
gelap menuju terang. Hasil rancangan dengan menyimbolkan sejarah pada masa
Kartini hingga masa menuju kemerdekaan merupakan salah satu wujud
penghargaan akan jasa-jasa R.A Kartini. Perbedaan ketinggian bangunan ini juga
memberikan simbol proses kehidupan manusia yang dimulai dari ma sa kecil
(bermain), masa remaja (pencarian jati diri), dan masa tua (pensucian diri).
Penerapan dalam simbolisasi pada bangunan adalah sebagai berikut:
6.2.1. Galeri Kartini
Gambar 6.7 : Galeri Kartini
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 213
Galeri ini menyerap gaya arsitektur Belanda pada waktu pertama kali
masuk Negara Indonesia. Bangunan ini menyerupai benteng dan bergaya eropa.
Kolom dan dinding yang berukuran besar yang mencirikan arsitektur kolonial.
Gambar 6.8 : Interior Galeri Kartini
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 214
Warna yang digunakan adalah warna kuning pekat dengan tujuan untuk
memuliakan Kartini atas jasa-jasa beliau. Warna kuning ini dipilih karena
memiliki makna kemuliaan cinta serta pengertian yang mendalam dalam
hubungan antar manusia. Kuning melambangkan kelincahan. Kelincahan ini
dimaksudkan menyerap dari sifat dan karakter Kartini yang meskipun beliau
dipingit namun tetap memperjuangkan persamaan hak atau gender.
Gambar 6.9 : Sirkulasi Galeri Kartini
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
Seperti halnya ciri umum pada bangunan kolonial bahwa koridor masuk
langsung terhubung dengan koridor luar. Sirkulasi ini diterapkan dengan maksud
untuk memberikan kesan gelap, sebab jalan utama kawasan ini melewati ruangan
galeri. Memasuki ruangan galeri terdapat patung Kartini yang dimaksudkan
sebagai ucapan penyambutan selamat datang bagi para pengunjung. Galeri ini
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 215
berisi replika museum kartini dan karya yang dihasilkan dari tempat pendidikan
ketrampilan.
Galeri Kartini terletak pada elevasi paling bawah bangunan sebagai simbol
masa kecil(masa bermain). Bangunan dibuat tertutup dan dibelah oleh koridor
utama untuk menciptakan kesan gelap. Galeri ini berisi tentang segala hal yang
terkait tentang Kartini dan karya-karya budaya masyarakat Rembang.
6.2.2. Tempat Pendidikan Ketrampilan
Bangunan ini merupakan bangunan yang bergaya indis. Gaya indis dipilih
karena Kartini hidup dimasa itu. Pencampuran gaya indis dan arsitektur nusantara
ini dilakukan untuk menciptakan kesan masa transisi menuju perubahan atau
sebuah kemerdekaan. Bangunan ini dibuat setengah terbuka untuk mewujudkan
gradasi gelap menuju terang. Kesetangah terbukaannya ini dapat dilihat dari
koridor yang tidak melewati dalam bangunan. Hasil rancangan dari masing-
masing tempat pendidikan ketrampilan ini dijelaskan sebagai berikut:
6.2.2.1. Ruang Seni Ukir
Percampuran antara gaya indis dan gaya arsitektur nusantara dimaksudkan
sebagai masa transisi menuju sebuah perubahan atau kemerdekaan. Bangunan
sudah menggunakan bentukan bukaan yang lebar karena kondisi iklim Indonesia
yang panas. Kolom besar dipertahankan sebagai karakter dari kolonial Belanda.
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 216
Gambar 6.10 : Ruang Ukir
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
Atap joglo yang dikombinasikan dengan bangunan gaya indis memperkuat
konsep simbolisme gelap menuju terang. Elemen ukir dimasukkan sebagai
identitas fungsi bangunan. Perpaduan dua unsur gaya arsitektur menjadikan
bangunan tersebut modern, serta dengan ditambahkannya elemen-elemen gaya
modern menjadikan bangunan ini tidak lekang oleh waktu.
Karakter ruang ukir diwujudkan oleh pengolahan tekstur dinding serta pola
plafon dan lantai yang melengkung. Gaya arsitektur indis pada interior tampak
pada jendela dan benangan pada plafon yang bergaya kolonial.
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 217
Gambar 6.10 : Interior Ruang Ukir
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 218
6.2.2.2. Ruang Seni Tari
Ciri dan gaya yang digunakan sama halnya dengan ruang ukir, yang
membedakan hanya bentuk identitas bangunan. Bentuk identitas dari ruang seni
tari ini menyerap dari gerak tari yang berarti dinamis sehingga elemen yang
digunakan pun dinamis yang berbentuk lengkung yang berulang.
Gambar 6.11: Ruang Tari
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
Ruang ini dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sebagai pengunjung
sementara dan anggota yang telah mengikuti program pelatihan. Ruangan
dikelilingi oleh cermin untuk memantau gerak tari yang dilakukan. Elemen
lengkung dimasukkan untuk mempertegas karakter seni tari yang dinamis, selain
itu juga menyerasikan bentukan antara fasade dengan interior.
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 219
Gambar 6.12: Interior Ruang Tari
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 220
6.2.2.3. Ruang Seni Batik
Bentuk dan gaya bangunan juga sama seperti ruang seni ukir dan ruang
seni tari. Identitas bentuk bangunan ini ditunjukkan pada elemen batik yang
diterapkan dalam bangunan.
Gambar 6.13 : Ruang Batik
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 221
Bentuk dan gaya bangunan juga sama seperti ruang seni batik dan ruang
seni tari. Identitas bentuk bangunan ini ditunjukkan pada elemen batik yang
diterapkan dalam bangunan.
Gambar 6.14 : Interior Ruang Batik
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 222
6.2.2.4. Makam Kartini
Makam Kartini mengalami perubahan pada atap yaitu menjadi atap tajuk
tiga. Atap ini dirasa sesuai dengan konsep bangunan yaitu menuju proses
pensucian diri. Perubahan juga tampak pada kolom yang dibuat dengan
mengombinasikan bentukan lama dengan bentukan modern, sehingga bangunan
tidak terlihat kuno.
Gambar 6.15 : Makam Kartini
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 223
6.3. Bangunan Penunjang
6.3.1. Ruang Administrasi
Kantor pengelola dibuat berbeda dengan tempat pendidikan ketrampilan.
Hal ini dikarenakan kantor pengelola berada pada zona tempat pendidikan
ketrampilan ini agar fungsi bangunan dapat dibedakan. Bangunan dibuat lebih
kontemporer, namun tetap ada unsur dari gaya bangunan indis.
Gambar 6.16 : Kantor Pengelola
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 224
6.3.2. Musholla
Atap Musholla ini dibuat Tajuk, sebab terletak pada paling atasa bangunan
atau dekat dengan Makam Kartini. Atap Tajuk ini memiliki makna bahwa puncak
tertinggi adalah Allah. Kolom besar juga dimasukkan sebagai bentuk penyerasian
dengan bangunan sebelumnya.
Gambar 6.17 : Musholla
(Sumber : Hasil Rancangan, 2012)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 225
6.3.3. Ruang Juru Kunci
Ruang juru kunci memiliki sebuah pendopo yang dapat digunakan bagi
pengunjung yang beristirahat. Atapa tajuk dibuat dengan maksud menyerasikan
dengan bangunan musholla dan makam kartini.
Gambar 6.18 : Ruang Juru Kunci
(Sumber : Hasil Rancangan, 2011)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 226
6.3.4. Gazebo
Gambar 6.19 : Gazebo
(Sumber : Hasil Rancangan, 2011)
Pengolahan bentuk atap tajuk dan joglo diterapkan pada gazebo dengan
tujuan untuk memberikan kesan kontemporer. Ditambahkannya dengan elemen-
elemen yang bergaya modern menjadikan gazebo ini bergaya kekinian.
6.3.5. Retail
Retail ini terletak pada dua tingkatan yang terhubung pada tingkatan
pertama dan tingkatan paling atas. Oleh sebab itu retail dibentuk menjadi dua
unsur gaya arsitektur. Pada tingkatan pertama bangunan bergaya kolonial dan
yang pada tingkatan atas bergaya Jawa Kontemporer. Dua bentuk gaya arsitektur
tersebut akan menjadikan keselarasan antar bangunan.
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 227
Gambar 6.20 : Retail
(Sumber : Hasil Rancangan, 2011)
6.4. Utilitas
6.4.1. Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih ini mengambil dari danau yang berada pada
sekitar kawasan. Danau ini berasal dari mata air gunung. Air dari danau dipompa
dan ditampung pada tendon dan kemudian disebarkan ke seluruh bangunan.
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 228
Gambar 6.21 : Sistem Penyediaan Air Bersih
(Sumber : Hasil Rancangan, 2011)
6.4.2. Sistem Pembuangan Air Kotor
Sistem pembuangan air kotor yang ada pada bangunan ini dilakukan
sebagai berikut:
Gambar 6.22 : Sistem Pembuangan Air Kotor
(Sumber : Hasil Rancangan, 2011)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 229
Gambar 6.23 : Sistem Plumbing
(Sumber : Hasil Rancangan, 2011)
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 230
6.4.3. Sistem Elektrikal
Gambar 6.24 : Sistem Elektrikal
(Sumber : Hasil Rancangan, 2011)
Elektrikal
Telepon
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 231
Kelistrikan pada kawasan wisata makam Kartini ini berawal dari PLN
yang disebarkan keseluruh panel pada bangunan. Sebagai cadangan saat terjadi
pemadaman listrik, sebagian listrik disimpan kedalam Genset.
6.5. Detail Arsitektural
Karakter dari suatu bangunan akan terlihat dengan adanya penanda pada
bangunan. Penanda tersebut dapat berupa elemen-elemen yang memiliki karakter
pada fungsi yang diwadahi. Revitalisasi kawasan wisata makam Kartini
menggunakan elemen-elemen yang sesuai dengan fungsi yang diwadahi. Pada
bangunan seni ukir terdapat elemen ukir pada interest sebagai pembentuk karakter
fungsi ruang seni ukir. Ruang seni tari menggunakan elemen-elemen lengkung
yang berulang dengan maksud menciptakan unsur dinamis seperti halnya gerak
pada tari. Sama halnya dengan ruang pada seni batik diberikan motif batik pada
interest sebagai penunjuk ruang seni batik.
`Revitalisasi Kawasan Wisata Makam Kartini | 232
Gambar 6.25 : Detail Arsitektural
(Sumber : Hasil Rancangan, 2011)
Top Related