MANAJEMEN FILANTROPI ISLAM DI LEMBAGA DAARUT...
Transcript of MANAJEMEN FILANTROPI ISLAM DI LEMBAGA DAARUT...
i
MANAJEMEN FILANTROPI ISLAM DI LEMBAGA
DAARUT TAUHID PEDULI
KOTA JAMBI
SKRIPSI
M. HAYAT RIDHO
NIM. TK. 151150
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
ii
iii
iv
v
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil‟alamin Sujud syukur kusembahkan kepadaMu ya Allah,
Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Tinggi.Atas takdirmu saya bisa menjadi
pribadi yang berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Serta Shalawat dan
salam kuhaturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarga dan
sahabat Semoga perjuanganku ini menjadi satu langkah awal untuk masa
depanku, dalam meraih cita-cita saya.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang–orang yang saya cintai
Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya yang sangat saya
cintai dan saya sayangi, untuk Ayahanda Tercinta Drs. Abiddin dan ibunda
tercinta Fatimah S.Ag terima kasih atas dedikasinya selama ini sehingga
mengantarkan saya sampai ketitik ini, semoga lelahmu dalam mendidik dan
membesarkan anakmu dibalas Jannah oleh Allah SWT
Terimakasih untuk kedua saudara saya Istiana A. Md. Keb. (Kakak) dan Imran
Rosyadi (Adek) yang selalu Mensuport dan Mendukung Setiap apa yang saya
lakukan
Terimakasih untuk Keluarga Besar Alm.H. DG Manandring/H. Hadma dan
Keluarga Besar Alm. M. Ali (DG. Marola)/Bunga yang selalu Mendukung,
Mensuport, Membimbing dan Mengajarkan kepada hal-hal kebaikan
Terimakasih saya ucapkan untuk kawan-kawan seperjuangan, Allumni SD 13
Allumni SMP 8 dan MAS Bustanul Ulum yang selalu kompak,saling
mengingatkan satu sama lain, bertingkah laku konyol dan menghibur kalau
lagi berkumpul
vii
MOTTO
ىا حنفبء وق نه انذ يخهص ويب أيروا إلا نعبذوا اللا
ت انق نك د كبة ور انصا لة وؤتىا انزا
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
(Anonim, Al-Qur‟an Terjemah, QS. Albayyinah, 5)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada allah SWT, tuhan yang maha esa
yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang di ajarkannya, atas ridhonya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Judul skripsi ini adalah “ Manajemen
Filantropi Islam di Lembaga Daarut Tauhid Kota Jambi. Sholawat teruntuk
baginda muhammad SAW pembawa risalah pencerahan bagi manusia.
Penulis skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar sarjana pendidikan adalah fakultas terbiyah
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin jambi. Penulismenyadari
sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan pihak yang
telah memberikan motivasi baik moril atau materil, untuk itu melalui kom ini
penulis menyampaikan terima kasih dan penghagaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari MA, Ph.D, selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin jambi
3. Ibu Dr. Rusmini S.Ag, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Manajeman
Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin jambi
4. Bapak Aris Dwi Nugroho, M.Pd.I MSHS, selaku Sekretaris Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sultan Thaha
Saifuddin jambi
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifuddin jambi
6. Bapak Dr. Jamaludin, M.Pd.I selaku dosen pembimbing I dan Bapak Aris
Dwi Nugroho M.Pd.I M.SHS sebagai pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan curahakan pemikirannya demi mengarahkan
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
7. Bapak Mulyadi S.Pd.I, selaku Ketua Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota
Jambi dan para Staff Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi yang
telah memberikan izin dan kemudahan kepada penulis dalam memproleh
data dilapangan.
8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada henti
hingga menjadi kekuatan pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam
angkatan 2015 yang memberikan semangat dalam menyelasaikan skripsi
ini.
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan
amal semua pihak telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.
Jambi oktober 2019
Penulis ,
M. Hayat Ridho
NIM. TK. 151150
x
ABSTRAK
Nama : M. Hayat Ridho
Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam
Judul : Manajemen Filantropi Islam di Lembaga Daarut
Tauhid Kota Jambi
Kajian ini meneliti tentang Manajemen Filantropi Islam di Lembaga Daarut
Tauhid Kota Jambi dengan mengacu pada pelaksanaan manajemen Filantropi,
pencarian, pengumpulan, pengelolaan dan pengawasan dana serta kendala yang
sering dihadapi dan proses penyelesaianya pada Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan
tekhnik pengumpulan data observasi nonpartisipan, wawancara terstruktur, dan
dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Tekhnik keabsahan data yang
digunakan adalah teknik uji kredibilitas data, triangulasi (teori, sumber dan
metode), dan pemeriksaan sejawat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Manajemen Filantropi Islam di Lembaga Daarut Tauhid Kota Jambi dalam
pelaksanaanya meliputi proses pencarian, pengumpulan, pengelolaan dan
pengawasan dana berjalan dengan baik. Adapun kendala yang dihadapi meliputi
tentang kurangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga Daarut Tauhid
Kota Jambi sebagai Lembaga Amil Zakat adapun cara penyelesaianya dengan
memperbanyak silaturahmi kemasyarakat, menginformasikan setiap pendanaan
melalui media cetak, dan menginformasikan setiap program kegiatan melalui
media sosial.
Kata kunci : Filantropi Islam, Pendanaan, Daarut Tauhid Peduli
xi
ABSTRACT
Name : M. Hayat Ridho
Major : Management Of Islamic Education
Title : Management of Islamic Philanthropy at Daarut Tauhid Institute Jambi
City
This study examines the management of Islamic philanthropy at Daarut Tauhid
Institute Jambi City with reference to the implementation of philanthropy, search,
collection, management and supervision of funds as well as frequently
encountered constraints and processes The completion of the Amil Zakat Institute
(LAZ). This research is a qualitatively descriptive study by using the technology
to collect non-participant observation data, structured interviews and
documentation, while the data analysis techniques used are data reduction, data
presentation and Withdrawal conclusions. The validity of the data used is the
technique of data credibility testing, triangulation (theory, source and method),
and peer inspection. The results showed that the Islamic philanthropy
management in the Daarut Tauhid Institute of Jambi City in the implementation
includes the process of search, collection, management and supervision of funds
went well. The obstacles include about the lack of public confidence in the
institution of Daarut Tauhid City of Jambi as the institution of Amil Zakat as well
as the way of completion by increasing the public relations, informing each
Through print media, and informs each program of activities through social
media.
Keywords: Islamic philanthropy, funding, Daarut Tauhid Cares
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
NOTA DINAS ..................................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... v
PERSEMBAHAN. .............................................................................. vi
MOTTO... ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR. ....................................................................... viii
ABSTRAK. ......................................................................................... x
ABSTRACT......................................................................................... xi
DAFTAR ISI...................................................................................... . xii
DAFTAR TABEL............................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................... 1
B. Fokus Masalah........................................................ 6
C. Rumusan Masalah................................................... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORITIK............................................... 8
1. Manajemen Strategi.......................................... 8
2. Filantropi islam................................................. 24
3. Strategi Pengelolaan Filantropi……………… 32
B. STUDI RELEVAN................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian.......................... 42
B. Setting dan Subjek penelitian................................. 43
C. Jenis dan Sumber Data............................................ 43
xiii
D. Tekhnik Pengumpulan Data.................................... 46
E. Tekhnik Analisis Data............................................. 47
F. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data................... 49
G. Jadwal Penelitian..................................................... 51
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum…………………………………… 52
1. Historis dan Geografis……………………….. 52
2. Visi, Misi dan Motto…………………………. 55
3. Tugas Pokok dan Fungsi……………………... 56
4. Struktur Organisasi…………………………... 56
5. Kepegawaian………………………………… 59
6. Sarana dan Prasarana………………………… 61
7. Program Lembaga DT Peduli Kota Jambi........ 63
B. Temuan Khusus dan Pembahasan………………... 71
1. Strategi pengelolaan Filantropi di Lembaga
Daarut Tauhid Kota Jambi................................. 71
a. Strategi Lembaga Daarut Tauhid Peduli
Kota Jambi dalam mencari donatur……….. 71
b. Sistem pengumpulan dana yang dilakuan
oleh Lembaga DT Peduli Jambi.................... 77
c. Strategi pengelolaan dana di Lembaga
Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi................. 80
d. Strategi sistem pengawasan Lembaga
Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi.................. 83
2. Faktor Kendala yang dihadapi oleh Lembaga
Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi........................ 87
a. Trash (Kepercayaan)......…………………… 87
b. Pemahaman fikih amil yang
belum memadai……………………………... 87
c. Rendahnya kesadaran masyarakat.................. 88
d. Pendanaan....................................................... 89
xiv
3. Upaya Lembaga Daarut Tauhid dalam
mengatasi kendala-kendala yang terjadi.............. 89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………... 93
B. Saran……………………………………………. 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian
Tabel 2.1 Data Kepegawaian
Tabel 3.1 Tabel Kelengkapan Sarana dan Prasarana
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Lembaga DT Peduli Kota Jambi
Gambar 2. Bangunan Kantor DT Peduli Jambi tampak dari depan
Gambar 3. Ruangan Bagian Pelayanan Kantor DT Peduli Jambi
Gambar 4. Foto Peneliti Bersama Ketua Lembaga DT Peduli Jambi
Gambar 5. Penyerahan Program DTM (Desa Ternak Mandiri) oleh Tim DT Peduli
Gambar 6. Penyerahan Bantuan Usaha Untuk Masyarakat Talang Duku
Gambar 7. DT Peduli Jambi Bangun Rumah Tangguh untuk Suku Anak Dalam
Gambar 8. Aksi Galang Dana untuk Korban Lombok oleh Tim DT Peduli Jambi
Gambar 9. Pemberangkatan 2 Santri Beasiswa ke Adzkia Islamic School Tangsel
Gambar 10. Kegiatan Bagi-bagi Masker Untuk Masyarakat Jambi oleh Tim DT
Gambar 11. Kegiatan Pelatihan Paper Folwer Backdrop oleh DT Peduli Jambi
Gambar 12. Kegiatan Sosialisasi Program Pemberdayaan Usaha Mikro
Gambar 13. Kegiatan Perencanaan Program Desa Tangguh Bersama Masyarakat
Gambar 14. Foto Allumni Diklatsar Beamasiswa Tahun 2018
Gambar 15. Kegiatan Cek Kesehatan Gratis Untuk Masyarakat Kota Jambi
Gambar 16. Kegiatan “Muharram Ceria” Program Neraktir Belanja Anak yatim
Gambar 17. Kegiatan Pelatihan Pengurusan Jenasah di Majlis Ar Razak,
Gambar 18. Kegiatan Program ACM (Aku Cinta Masjid)
Gambar 19. Kegiatan Gerakan Aksi Menutup Aurat (Gemar)
Gambar 20. Contoh Pemberitahuan Penerimaan Donasi Melalui SMS/WA Blass
Gambar 21. Foto Piagam Penghargaan yang Pernah Diraih oleh DT Peduli Jambi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kartu Bimbingan
Lampiran 2. Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filantropi merupakan suatu konsep yang telah terdapat dalam
Islam, yang bertujuan untuk kebaikan (al-birr), melihat kondisi tingkat sosial
dan ekonomi mayarakat yang berbeda-beda, idea tau konsep filantropi
merupakan salah satu alaternatif bagi suatu kelompok masyarakat untuk
mengurangi kesenjangan sosial diantara masyarakat
Praktik filantropi Islam telah lama terbangun sejak periode awal
Islam, dan berkembang menjadi salah satu praktik yang mengemuka seiring
dengan perkembangan Islam. Zakat sedekah dan wakaf merupkan praktik
filantropi islam yang paling populer yang masuk dan berkembang di
Nusantara. Berdasarkan beberapa survei, hampir semua orang Indonesia
(sekitar 98%) angka tertinggi berdasarkan riset tentang filantropi di berbagai
Negara, Menyumbangkan kekayaannya melalui bentuk-bentuk pemberian
seperti itu sebagai tindakan kedermawanan yang dilandasi oleh keyakinan
keagamaan. (Fauziah, 2016, hlm. 31).
Istilah filantropi barangkali tergolong kata yang baru dan asing
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Istilah filantropi berasal dari bahasa
philanthropia atau dalam bahasa Yunani philo dan anthropos yang berarti cinta
manusia. Filantropi adalah bentuk kepedulian seseorang atau sekelompok
orang terhadap orang lain berdasarkan kecintaan pada sesama manusia (Latief,
2010, hlm. 34).
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dikutip dari
(Makhrus, 2014, hlm. 29). Filantropi dapat diartikan sebagai Cinta kasih
(kedermawanan) kepada sesama.
2
Dalam bahasa indonesia, istilah yang cukup sepadan dengan
filantropi adalah “kedermawanan sosial”, istilah yang sebenarnya hampir sama
tidak populernya bagi rakyat kebanyakan, yang lebih paham dengan istilah dan
praktek seperti sedekah, zakat mal, zakat fitrah, sumbangan, dan wakaf.
Namun istilah filantropi dipakai karena ada ideologi di belakangnya yang
diperjuangkan, seperti halnya istilah masyarakat madani, civil society, dan
gender. Filantropi adalah kedermawanan sosial yang terprogram dan ditujukan
untuk pengentasan masalah sosial (seperti kemiskinan) dalam jangka panjang,
misalnya bukan dengan cara memberi ikan tetapi memberi kail dan akses serta
keadilan untuk dapat memancing ikan. Konsekuensi dari makna di atas,
definisi yang diberikan tentang filantropi sangat beragam dari satu penulis ke
penulis lainnya.
Kegiatan-kegiatan filantropi dari bentuk yang sederhana, misalnya
kerja bakti, kerja sosial, gotong royong, berderma, penggalangan dana untuk
keperluan kemanusiaan sampai bentuk keterlibatan intensif dan
berkesinambungan dalam penyelenggaraan lembaga-lembaga sosial dan
kemanusiaan merupakan indikator berfungsinya masyarakat sipil (civiel
society): yaitu sekumpulan asosiasi dan kelompok masyarakat yang independen
dari negara, dan warga. (Fauziah, 2016, hlm. 1).
Kesadaran akan kondisi ekonomi dan politik Indonesia
memunculkan gagasan untuk membangun Indonesia dengan filantropi berbasis
dana zakat, infaq, sedekah dan wakaf. Hal ini diyakini bahwa dana filantropi
dapat berkontribusi secara positif bagi pembangunan ekonomi Indonesia.
Meskipun hadirnya lembaga filantropi belum secara signifikan memberikan
andil dalam pengentasan kemiskinan, namun setidaknya program-program
berbasis dana filantropi ini secara nyata sudah dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat miskin dan rentan. (Bahjatulloh, 2016, hlm. 474).
Banyaknya lembaga-lembaga filantropi yang berdiri di indonesia
diharapkan memberi dampak positif dalam mengentaskan kemiskinan dan
memberi pengaruh besar terhadap perekonomian ummat saat ini. Sehingga
3
dalam melakukan pengelolaan dan pendayagunaan dana zakat, lembaga
filantropi perlu menerapkan konsep manajemen didalamnya sebagi acuan
dalam menjalankan proses kegiatan kelembagaan.
Salah satu unsur penting dalam sebuah organisasi adalah
manajemen. Dengan adanya manajemen, segala program dan kegiatan sebuah
organisasi dilaksanakan dengan baik. Hal ini juga berlaku pada organisasi
pendidikan. Setiap bagian dalam organisasi pendidikan hendaklah diatur degan
sebuah manajemen yang baik. Dengan sebuah manajemen yang baik sehingga
kegiatan yang diselenggarakan dapat berjalan dengan baik untuk mencapai
tujuan bersama (Kurniadin & Machali 2012, hlm. 5)
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia ( Poerwadarminta, 2007,
hlm. 742) Manajemen diartikan sebagai cara mengelola suatu perusahaan
besar. Pengelolaan atau pengaturan dilaksanakan oleh seorang manajer
(pengatur/ pemimpin) berdasarkan urutan manajemen
Manajemen adalah proses pencapaian tujuan organisasi secara
efektif dan efisien melalui perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (leading), dan pengawasan (controlling) sumber daya
organisasi (Daft, 2016, hlm. 4).
Praktek manajemen hampir sama tuanya dengan perkembangan
peradaban, tetapi studinya secara sistematik boleh dikatakan masih belum lama
diterapkan. Manajemen telah diperaktekkan dalam bisnis, rumah sakit,
sekolah-sekolah, universitas, pemerintahan, industri, perbankan dan aktivitas
organisasi lainnya. Disadari bahwa untuk mencapai tujuantujuan organisasi
yang menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya material hanya
dapat dimanfaatkan secara efektif dan efesien dengan memfungsikan
manajemen. Namun sebagai suatu pemikiran ilmiah keberadaan manajemen
mengalami sejarah tersendiri sampai masa sekarang ini (Candra dan Rifa‟i,
2016, hlm.11).
Menurut Mintarti dalam Permana dan Baehaqi (2018, hlm. 2)
organisasi pengelola zakat masih banyak yang belum memiliki atau tidak
memahami pentingnya sebuah sistem dalam kinerja organisasinya. Selain itu,
4
belum terciptanya kerja sama yang baik antara sesama organisasi pengelola
zakat serta berbagai pihak dalam mendayagunakan zakat, seperti kerja sama
antara pemerintah, MUI, ormas islam, dan para pengusaha. Bentuk kerjasama
antara sesama lembaga zakat misalnya dapat diwujudkan dalam bentuk
program pendistribusian dana zakat yang terintegrasi. Hal ini masih sulit
terealisasi karena belum ada standarisasi manajemen pengelolaan zakat yang
dapat memberikan jaminan kualitas pelayanan publik baik pada muzakki,
mustahiq, pihak-pihak terkait lainnya maupun masyarakat secara umum (IMZ
& PEBS, 2009).
Berdasarkan penjelasan diatas, Lembaga Amil Zakat (LAZ)
membutuhkan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut, agar potensi dana
zakat yang begitu besar, dan penghimpunan dana zakat yang semakin
meningkat tiap tahunnya bisa diimbangi dengan kualitas manajemen yang baik
sehingga pencapaian dan tujuan LAZ lebih optimal.
untuk mengoptimalkan pengelolaan zakat sangat dipengaruhi oleh
kualitas manajemen LAZ. Penerapan prinsip tata kelola yang baik (Good
Governance) diperlukan untuk menjamin dana zakat dari masyarakat telah di
dayagunakan secara optimal oleh LAZ. Dengan menerapkan Good
Governance, maka setiap lembaga zakat dapat dinilai kualitas tata kelola
organisasinya dan dapat dilihat kinerja mana LAZ yang baik dan buruk. Dilihat
dari efisiensi Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam penglolaannya, harus diakui
bahwa tata kelola adalah hal yang penting Manajemen Pengelolaan Lembaga
Amil untuk mendorong efisiensi LAZ
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011 dinyatakan bahwa
pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan
zakat (Undang-undang RI tentang pengelolaan zakat Nomor 23 Tahun 2011
Pasal 1)
Dengan demikian yang dimaksud pengelolaan zakat adalah proses
dan pengorganisasian sosialisasi, pengumpulan, pendistribusian, dan
pengawasan dalam pelaksanaan zakat. (Hasan, 2011, hlm. 17). Dari pengertian
5
pengelolaan zakat tersebut menjelaskan bahwa ada tiga unsur pengelolaan,
yaitu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.
Fenomena tumbuhnya lembaga filantropi Islam di Indonesia cukup
menarik untuk di kaji lebih mendalam dalam aspek sosial, ekonomi, budaya,
pendidikan dan lain-lain. Hal ini dikarenakan, masih tersimpannya potensi
sosial-ekonomi Jika hal ini dibiarkan maka potensi dana ummat ini akan
menjadi bumerang bagi umat Islam yang sungguh-sungguh menyosialisasikan
pentingnya zakat, infaq dan shodaqoh
Sebagai lembaga filantropi, selain menjalankan kegiatan-kegiatan
yang bersifat sosial, Lembaga Daarut Tauhid Kota Jambi juga mampu
menjalankan aktivitas pendidikan dikarenakan kemampuannya dalam
melakukan strategi pembiayaan. Strategi pembiayaan di Lembaga Daarut
Tauhid dilakukan melalui tahap penggalangan, pengumpulan, pendistribusian
atau pemanfaatan sampai pada pengendalian dan pengawasan dana.
Penggalangan dana Lembaga Daarut Tauhid berasal dari donator, baik yang
bersumber dari dana zakat, shadaqah, maupun infaq. Perolehan dana tersebut
kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan kegiatan lembaga termasuk untuk
kegiatan pendidikan, ekonomi, sosial masyarakat dan kesehatan sebagian kaum
dhuafa dengan memperhatikan kebutuhan mereka.
Selanjutnya, ketertarikan terhadap fenomena lembaga filantropi di
indonesia mengantarkan penelitian ini untuk mengkaji kegiatan “Manajemen
Filantropi Islam yang dilakukan di Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota
Jambi” Selain itu, didasarkan atas perkembangan yang sangat siginifikan dan
progresif dari rumah zakat baik secara manajerial maupun pada program-
program pemberdayaan masyarakatnya.
B. Fokus Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, agar penelitian ini terfokus pada
permasalahan yang diteliti dan untuk menghindari terwujudnya kesalah
pahaman dari ruang lingkup penelitian, serta terbatasnya kemampuan yang
dimliki penulis, maka penulis menfokuskan penelitian ini pada proses strategi
6
memperoleh, mengumpulkan, mengelola dan mengawasi dana ummat dalam
pelaksanaan kegiatan filantropi di Lembaga Daarut Tauhid Kota Jambi.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis kemukakan, maka ada
rumusan masalah penelitianya. Untuk lebih kongkret disini penulis akan
membahas permasalahanya sebagai berikut:
a. Bagaiman strategi pengelolaan Filantropi di Lembaga Daarut Tauhid Kota
Jambi?
b. Apa kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan manajemen filantropi
di Lembaga Daarut Tauhid Kota Jambi?
c. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang terjadi di
Lembaga Darrut Tauhid Kota Jambi?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa proses pengelolaan
manajemen filantropi di Lembaga Daarut Tauhid Kota Jambi
b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa kendala yang terjadi dalam
proses pengelolaan filantropi di Lembaga Daarut Tauhid Kota Jambi
c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa upaya dalam mengatasi
kendala yang terjadi di Lembaga Daarut Tauhid Kota Jambi
2. Kegunaan Penelitian
a. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan dan keilmuan dalam kajian studi Manajemen Pendidikan
Islam, khususnya dalam bidang Manajemen Filantropi di Lembaga
Daarut Tauhid (DT) Peduli Kota Jambi.
b. Praktis
Hasil Penelitian diharapkan mampu memberikan masukkan
yang berarti kepada lembaga penerima dan pengelola amil zakat
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KajianTeoritik
1. Manajemen Strategi
a. Pengertian Manajemen
Management berasal dari kata to manage yang berarti
mengatur. Dalam hal mengatur, akan timbul masalah, problem, proses dan
pertanyaan tentang apa yang diatur, siapa yang mengatur, mengapa harus
diatur dan apa tujuan pengaturan tersebut . Manajemen juga menganalisa,
menetapkan tujuan/sasaran serta mendeterminasi tugas-tugas dan kewajiban-
kewajiban secara baik, efektif dan efisien (Wijaya, & Rifa‟I, 2016, hlm. 14)
Terdapat banyak variasi defenisi manajemen yang diajukan
oleh para tokoh. Perbedaan dan variasi defenisi tersebut lebih disebabkan
oleh sudut pandang dan latar belakang keilmuan yang dimiliki oleh para
tokoh. Akan tetapi, berbagai defenisi yang diajukan tersebut tidak keluar dari
subtansi manajemen pada umumnya, yaitu usaha mengatur seluruh sumber
daya untuk mencapai tujuan. Untuk mengetahui lebih mendalam pengertian
manajemen, berikut akan dibahas asal-usul semantik dan makna dasar, awal
penggunaan, serta perkembangan kata manajemen.
Menurut (Kurniadin & Machali, 2012, hlm. 23) kata
manajemen yang umum digunakan saat ini berasal dari kata kerja to manage
yang berarti mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan,
menangani, mengelola, menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan, dan
memimpin.
Menurut Stonner dalam Ibrahim (2006, hlm. 28). Manajemen
adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
8
mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi (manusia) dan dari sumber-
sumber organisasi lainya (materi) untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Menurut Barto & Martin dalam Rozalinda (2015, hlm. 72)
manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari planning, organizing,
leading, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang
diterapkan dengan melibatkan pengetahuan bagaimana melaksanakan
fungsi-fungsi utama manajemen.
Manajemen didefinisikan oleh Stoner (1982, hlm. 8) sebagai
“management is the process of planning, organizing, leading and
controlling the effort of organization member and using all other
organizational resources to achieve stated organizational goals”. Senada
dengan definisi di atas,
Menurut Wibowo (2009, hlm. 4) berpandangan bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengendalian pekerjaan anggota organisasi, serta pengendalian
sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Dubrin dalam Wibowo (2006, hlm. 10) menyatakan bahwa
manajemen mempunyai tiga pengertian lainya, yaitu sebagai berikut,
1) Manajemen sebagai disiplin atau bidang studi
Manajemen merupakan bidang pengetahuan seperti
pengetahuan lainya yang dapat dipelajari. Kebanyakan eksekutif puncak
menguasai manajemen. Mempelajari manajemen menghasilkan return on
investment yang sangat besar
2) Manajemen sebagai orang
Manajemen juga mengindikasi manajer secara kolektif dalam
suatu organisasi, yaitu individu yang menjalankan manajemen.
9
3) Manajemen sebagai karier
Banyak organisasi merekrut lulusan perguruan tinggi dengan
menawarkan peluang karir secara progresif mengarahkan pada tanggung
jawab yang lebih besar apabila calon menunjukkan kompetensi
manajerial. Dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan
proses memperoleh suatu tindakan dari orang lain untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
b. Fungsi-fungsi manajemen
Maksud fungsi manajemen (Manajemen Functions) adalah
bagian-bagian yang terdapat dalam proses manajemen. Sebuah organisasi
yang baik harus menjalankan fungsi atau bagian-bagian dalam manjemen.
Fungsi-fungsi manajemen tersebut berfungsi sebagai pemandu (guide line)
dalam menjalankan aktivitas organisasinya (Kurniadin & Machali, 2012,
hlm. 35)
Dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien
itulah, manajemen harus difungsikan sepenuhnya pada setiap organisasi,
baik organisasi, industri, perbankan, maupun pendidikan. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan (actuating), coordinating (koordinasi) dan
pengawasan (controlling). Paling tidak kelima fungsi tersebut dianggap
mencukupi bagi aktivitas manajerial yang akan memadukan pemanfaatan
sumberdaya manusia dan sumberdaya material melalui kerjasama untuk
mencapai tujuan organisasi. (Wijaya & Rifa‟I, 2016, hlm. 14)
Beberapa tokoh manajemen berbeda pendapat dalam
menentukan fungsi-fungsi atau bagian apa saja yang harus ada dalam
manajemen. Selain itu, istilah yang digunakan juga berbeda-beda. Perbedaan
tersebut kiranya disebabkan oleh latar belakang kehidupan, kondisi lembaga,
atau organisasi tempat para tokoh bekerja, filsafat hidup, dan pesatnya
10
dinamika kehidupan yang mengiringinya, seperti cepatnya kemajuan
informasi, tekhnologi, dan media.
Definisi manajemen memberikan tekanan terhadap kenyataan
bahwa manajer mencapai tujuan atau sasaran dengan mengatur karyawan
dan mengalokasikan sumber-sumber material dan finansial. Bagaimana
manajer mengoptimasi pemanfaatan sumber-sumber, memadukan menjadi
satu dan mengkonversi hingga menjadi output, maka manajer harus
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber-sumber dan koordinasi pelaksanaan tugas-tugas untuk
mencapai tujuan.
Sebagaimana disebutkan oleh Daft, manajemen mempunyai
empat fungsi, yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling). Dari fungsi dasar
manajemen tersebut, kemudian dilakukan tindak lanjut setelah diketahui
bahwa yang telah ditetapkan “tercapai” atau “belum Tercapai” (Choliq,
2011, hlm. 36).
Menurut G.R. Terry, fungsi-fungsi manajemen adalah
Planning, Organizing, Actuating, Controlling. Sedangkan menurut John F.
Mee fungsi manajemen diantaranya adalah Planning, Organizing,
Motivating dan Controlling. Berbeda lagi dengan pendapat Henry Fayol ada
lima fungsi manajemen, diantaranya Planning, Organizing, Commanding,
Coordinating, Controlling, dan masih banyak lagi pendapat pakar-pakar
manajemen yang lain tentang fungsi-fungsi manajemen. Dari fungsi-fungsi
manajemen tersebut pada dasarnya memiliki kesamaan yang harus
dilaksanakan oleh setiap manajer secara berurutan supaya proses manajemen
itu diterapkan secara baik (Hasibuan, 2005, hlm. 3-4).
11
Menurut Sondang P. Siagian fungsi-fungsi manajemen mencakup:
1. Perencanaan (planning)
dapat didefenisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan
dimasa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-
alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa
sehingga menciptakan suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
di tentukan.
3. Penggerakan (Motivating)
dapat didefenisikan sebagai keseluruhan proses pemberian
dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga
mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efesien dan ekonomis.
4. Pengawasan (Controlling)
adalah proses pengamatan pelaknsanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang
dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
5. Penilaian (Evaluation)
adalah fungsi organik administrasi dan manajemen yang
terakhir. Defenisinya ialah proses pengukuran dan perbandingan
hasil- hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil
yang seharusnya dicapai.
Dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi
manajemen adalah serangkaian bagian-bagian dalam manajemen yang
12
harus diaplikasikan sehingga tujuan serta visi dan misi perusahaan atau
lembaga dapat tercapai
c. Prinsip-prinsip Manajemen
Setiap manajer harus memiliki komitmen terhadap prinsip-prinsip
manajemen ketika mengimplementasikan tugas dan tanggung jawabnya.
Karena dengan prinsip manajemen ini akan mendukung kesuksesan
manajer dalam meningkatkan kinerjanya. Dengan menggunakan prinsip-
prinsip manajemen,
Manajer dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam menjalankan
pekerjaannya, dan kepercayaan pada diri sendiripun akan semakin besar,
paling tidak dengan prinsip tersebut manajer dapat mengurangi ketidak
benaran dalam pekerjaannya. Apakah sebenarnya prinsip itu? Sehingga
manajer itu dapat menghindari atau mengurangi kesalahan dalam
pekerjaannya. Menurut Malayu Prinsip adalah suatu pernyataan
fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman
pemikiran dan tindakan. muncul dari hasil penelitian dan pengalaman.
Prinsip ini sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan
memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar
dalam bidang ilmu tersebut. (Wijaya & Rifa‟I, 2016, hlm. 14)
Menurut Henry Fayol dalam Daryanto, dkk, (2013, hlm. 3-4),
mengemukakan prinsip-prinsip manajemen terdiri dari empat belas
macam, yaitu :
1. Pembagian Kerja (Division of Work),
Yaitu pekerjaan harus dibagi menjadi unsur-unsur yang lebih kecil
atau dispesialisasi, sehingga output (hasil kerja) karyawan dan
efektifitas akan meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan
dan keahlian pada tugas yang diembannya,
13
2. Otoritas dan Tanggung Jawab (Authority & Responsibility)
Para manager memiliki wewenang dalam memerintahkan bawahan
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Setiap karyawan diberikan
wewenang untuk melakukan suatu pekerjaan. Tetapi suatu hal yang
perlu diingat, wewenang tersebut berasal dari suatu tanggung jawab.
Oleh karena itu, wewenang dan tanggung jawab harus seimbang,
makin besar wewenangnya makin besar pula pertanggung jawabannya.
3. Disiplin (Discipline)
yaitu disiplin harus ditegakkan dalam suatu organisasi, namun setiap
organisasi memiliki cara yang berbeda-beda dalam menegakkan
kedisiplinannya. Kedisiplinan merupakan dasar dari keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuan organisasinya
4. Kesatuan Komando (Unity of Command)
yaitu berdasarkan prinsip kesatuan komando, karyawan seharusnya
hanya menerima perintah dari seorang atasan saja dan juga
bertanggung jawab kepada satu atasan saja. Jika terlalu banyak atasan
yang memberikan perintah, karyawan yang bersangkutan akan sulit
untuk membedakan prioritasnya. Hal ini juga akan menimbulkan
kebingungan dan tidak fokus pada tugas yang diberikannya
5. Kesatuan Arah (Unity of Direction)
karyawan yang bekerja dalam suatu organisasi harus memiliki tujuan
dan arah yang sama dan bekerja berdasarkan rencana yang sama
6. Mengutamakan Kepentingan Organisasi diatas Kepentingan Individu
(Subordination of Individual Interests to the General Interest)
kepentingan organisasi harus didahulukan dari kepentingan individu
seorang karyawan termasuk kepentingan individu manajer itu sendiri.
7. Penggajian (Remuneration)
yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
adalah upah atau gaji yang didasarkan pada tugas yang
14
dibebankannya. Kompensasi yang dimaksud ini dapat berupa finansial
maupun non finansial.
8. Sentralisasi (Centralization)
yaitu seorang pemimpin atau manajer harus mengadopsi prinsip
sentralisasi yang seimbang (bukan sentralisasi penuh ataupun
desentralisasi penuh). Hal ini dikarenakan sentralisasi penuh (complete
centralization). akan mengurangi peranan bawahan dalam suatu
organisasi tersebut, sedangkan disentralisasi akan menimbulkan
kesimpangsiuran dalam pengambilan keputusan. wewenang tertenu
harus didelegasikan sebanding dengan tanggung jawab yang diberikan.
9. Rantai Skalar (Scalar Chain)
Rantai skalar adalah garis wewenang dari atas sampai ke bawah.
Setiap karyawan harus menyadari posisi mereka di dalam hirarki
organisasi.
10. Tata Tertib (Order)
Tata tertib memegang peranan yang penting dalam bekerja karena
pada dasarnya semua orang tidak dapat bekerja dengan baik dalam
kondisi yang kacau dan tegang. Selain itu, untuk meningkatkan efisien
dalam bekerja, fasilitas dan perlengkapan kerja harus disusun dengan
rapi dan bersih.
11. Keadilan (Eguity)
Yaitu manager harus bertindak secara adil terhadap semua karyawan.
Peraturan dan perjanjian yang telah ditetapkan harus ditegakkan secara
adil sehingga moral karyawan dapat terjaga dengan baik.
12. Stabilitas Kondisi Karyawan (Stability Tenure of Personnel)
Yaitu mempertahankan karyawan yang produktif merupakan prioritas
yang penting dalam manajemen. Manager harus berusaha untuk
mendorong dan menciptakan loyalitas karyawan terhadap organisasi.
13. Inisiatif (Initiative)
15
Yaitu karyawan harus diberikan kebebasan untuk
berinisiatif dalam membuat dan menjalankan perencanaan, tentunya
harus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang
diberikan.
14. Semangat Kesatuan (Esprits de Corps)
Dalam prinsip „esprits de corps‟ ini, manajemen harus selalu berusaha
untuk mengembangkan dan meningkatkan semangat kesatuan tim
T. Keban (2008, hlm. 91) mengemukakan bahwa dimensi manajemen
berkenaan dengan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip manajemen
untuk mengimplementasikan kebijakan publik. Dimensi ini memusatkan
perhatian pada bagaimana melaksanakan apa yang telah diputuskan
melalui prinsip-prinsip tertentu. Dimensi manajemen menyangkut proses
bagaimana kegiatan-kegiatan yang telah dirancang dapat
diimplementasikan (digerakkan, diorganisir dan dikontrol) untuk
mencapai tujuan organisasi melalui prinsip-prinsip manajemen. Ini dapat
dianalogikan dengan sistem jantung dan urat nadi yang menyalurkan
darah keseluruh tubuh termasuk ke organ-organnya agar dapat bergerak
dan berfungsi
d. Strategi
Secara etimologi, strategi berasal dari bahasa yunani, stregos yang
berarti jendral. Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa perperangan
yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada
akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk
keperluan ekonomi, sosial, budaya dan agama (Rafi‟udin dan Djalil,
1997, hlm. 18).
dalam kamus Belanda-Indonesia, strategi berasal dari kata majemuk,
yang artinya siasat perang. Istilah strategi tersebut digunakan dalam
kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam
16
hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar (koesoemah,
1993, hlm. 1388)
Menurut David (2011, hlm. 18-19) Strategi adalah sarana bersama
dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi bisnis
mencakup ekspansi georafis, diversifikasi, akusisi, pengembangan
produk, penetrasi pasar, pengetatan, divestasi, likuidasi, dan usaha
patungan atau joint venture. Strategi adalah aksi potensial yang
membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya
perusahaan dalam jumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan aksi
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan untuk
mencapai sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan.
Menurut Pearce dan Robinson (2008, hlm. 2), strategi adalah rencana
berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan
kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari defenisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian strategi adalah sebuah
tindakan proses perencanaan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. dengan melalukan hal-hal yang besifat terus menerus sesuai
keputusan bersama dan berdasarkan sudut pandang kebutuhan pelanggan.
Menurut Rangkuti (2013, hlm. 3-4) mengutip pendapat dari beberapa
ahli mengenai strategi, di antaranya :
1. Chandler : Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan
dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,
serta prioritas alokasi sumber daya.
2. Learned, Christensen, Andrews, dan Guth : Strategi merupakan alat
untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu
fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada
atau tidak.
17
3. Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner : Strategi merupakan respons
secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman
eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat
memengaruhi organisasi.
4. Porter : Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai
keunggulan bersaing
5. Andrews, Chaffe : Strategi adalah kekuatan motivasi untuk
stakeholders, debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas,
pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak
langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh
semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
6. Hamel dan Prahalad : Strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan pelanggan di
masa depan. Dengan demikian, perencanaan strategi hampir selalu
dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang
terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola
konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).
Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang
dilakukan.
Dari definisi-definisi di atas maka dapat di simpulkan bahwa strategi
adalah alat untuk mencapai tujuan atau keunggulan bersaing dengan
melihat faktor eksternal dan internal perusahaan. Perusahaan melakukan
tindakan yang dapat menjadikan keuntungan baik untuk perusahaan
maupun pihak lain yang berada di bawah naungan perusahaan.
e. Manajemen Strategi
Dari sudut etimologi (asal kata), penggunaan kata “strategi” dalam
manajemen sebuah organisasi, dapat diartikan sebagai kiat, cara dan
18
taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.
Menurut David (2016, hlm. 6) Manajemen strategi adalah seni dan
pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta
mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang
memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan.
Menurut Umar (1999, hlm. 86), Manajemen strategik sebagai suatu
seni dan ilmu dalam hal pembuatan (formulating), penerapan
(implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan- keputusan startegis
antara fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya
pada masa mendatang.
Menurut Siagian (2007, hlm. 7) Manajemen strategis adalah
serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh
manajemen puncak dan di implementasi oleh seluruh jajaran suatu
organisasi dalam rangkai tujuan organisasi tersebut
Menurut Hubies dan Najib (2008, hlm. 18) Manajemen strategis
adalah seperangkat keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan
kinerja organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategis di
definisikan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang merupakan
hasil dari rumusan dan implementasi pada rencana yang dibuat untuk
mencapai tujuan perusahaan serta bagaimana mengevaluasi dan
melaksanakan tindakan tersebut demi tercapainya tujuan organisasi yang
mencakup perumusan, implementasi dan evaluasi rencana strategi.
Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa manajemen strategis
adalah kumpulan keputusan dan tindakan manjerial yang dibuat
manajemen puncak demi tercapai tujuan organisasi yang mencakup
perumusan, implementasi dan evaluasi rencana strategi.
19
f. Dimensi Manajemen Strategik
Ada beberapa Dimensi Manajemen Strategik diantanranya:
1. Dimensi waktu dan orientasi masa depan
2. Dimensi Internal dan Eksternal
3. Dimensi Pendayagunaan Sumber-Sumber
4. Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak
5. Dimensi Multi Bidang
g. Karakteristik Manajemen Strategik
Karakteristik Manajemen Strategik Pada umumnya manajemen ini
sungguh berbeda dengan lainnya dimana manajemen strategi ini
senantiasa menyikapi dinamika terjadinya suatu perubahan lingkungan
sehingga bisa mempengaruhi terhadap implementasi manajemen itu
sendiri serta berupaya untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan
dengan sejalan pada hal tersebut maka berikut ini akan ditunjukkan
karakteristik manajemen strategik (Taufiqurokhman, 2016, hlm. 22)
1. Manajemen strategik bersifat jangka panjang
2. Manajemen strategik bersifat dinamik
3. Manajemen strategik merupakan sesuatu yang berpadu oleh
manajemen operasional
4. Manajemen strategik perlu dimotori oleh unsur-unsur pada manajer
tingkat puncak
5. Manajemen strategik berorientasi dan mendekati untuk masa depan
6. Manajemen strategik senantiasa harus didorong dan didukung dalam
pelaksanaannya oleh semua sumber daya ekonomi yang tersedia
20
h. Tujuan Manajemen Strategi
Ada empat tujuan dari manajemen strategi menurut Suwandiyanto
yaitu:
1. Memberikan arah pencapaian tujuan organisasi
Manajer strategi diharapkan mampu menunjukkan kepada
semua pihak arah tujuan organisasi yang jelas agar dapat dijadikan
acuan dalam bekerja dan akhirnya dapat dievaluasi dalam menentukan
keberhasilan organisasi.
2. Mengantisipasi setiap perubahan yang merata
Melalui manajemen strategi memberikan kejelasan kepada
pemimpin untuk siap sedia dalam menghadapi perubahan. Pemimpin
sebisa mungkin menyiapkan pedoman dan pengendalian guna
menghadapi perubahan yang akan datang sehingga kontribusi akan
diberikan secara baik di waktu yang akan datang.
3. Berhubungan dengan efisiensi dan efektifitas
Manajemen strategi memungkinkan bagi manusia untuk
memberi perhatian kepada pekerjaannya berjalan secara baik, efektif
dan efisien.
i. Proses Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap (David, 2005, hlm. 6).
1. Perumusan strategi
Perumusan strategi adalah tahap awal pada manajemen
strategi. Kegiatan ini bisa mengembangkan visi dan misi organisasi,
mengidentifikasi peluang serta ancaman internal dan eksternal
organisasi, menemukan kekutan dan kelemahan internal organisasi,
menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah
strategi alternatif untuk organisasi dan memilih strategi tertentu untuk
21
digunakan. Cakupan perumusan strategi meliputi objek baru yang
akan dikerjakan, mengalokasikan sumber daya baik finansial maupun
non finansial, memutuskan kebutuhan yang tepat dan memutuskan
wilayah eksekusi dari perumusan strategi. Organisasi juga harus
menyiapkan strategi alternatif yang bisa memberikan dampak positif
yang terbaik supaya kegagalan dapat ditekan sekecil mungkin. Dan
yang paling utama untuk dilakukan adalah sebuah strategi harus
memberikan keunggulan komparatif dan pada akhirnya bisa
memberikan keunggulan kompetitif dalam jangka panjang, hal ini
menjadi penting bagi manajemen strategi.
2. Pelaksanaan strategi
Tahap kedua dari manajemen strategi adalah pelaksanaan
strategi yang berarti meletakkan strategi menjadi kegiatan. Dalam
konteks pelaksanaan strategi maka organisasi diharuskan untuk
menetapkan sasaran, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi dapat dilaksankan
dengan baik. Pelaksanaan strategi mencakup pengembangan budaya
yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif,
mengalokasikan sumber daya, pengarahan kembali usaha-usaha
pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan
sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi untuk karyawan
dengan kinerja organisasi.
Pelaksanaan strategi sering disebut tahap tindakan dalam
manajemen strategi. Pelaksanaan strategi sering dianggap tahap yang
paling sulit dalam manajemen strategi menuntut disiplin, komitmen
dan pengorbanan pribadi. Keberhasilan pelaksanaan strategi
tergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi para
karyawan. Hal ini lebih merupakan seni dari pada ilmu. Kemampuan
manajer dalam melimpahkan wewenang terhadap karyawan harus
22
diberi batasan yang jelas. Kreatifitas karyawan juga perlu
dikembangkan, karena tanpa adanya usaha dari karyawan kegiatan
tidak akan bermakna. Oleh karena itu pembatasan wewenang yang
jelas dan tegas harus dibuat untuk pengalihan wewenang dan
tanggung jawab. Jangan sampai strategi-strategi yang dirumuskan
tetapi tidak dilaksanakan tidak akan memberikan manfaat (Wahyono,
2008, hlm 61).
3. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dalam manajemen strategis adalah evaluasi dari
strategi yang telah ditentukan pada awal kegiatan dalam organisasi.
Evaluasi dilakukan di berbagai bagian dari sebuah organisasi, dari
mulai kelembagaan organisasi sampai staff-staff organisasi. Para
manajer harus benar-benar mengetahui alasan strategi-strategi tertentu
tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, evaluasi strategi
adalah cara pertama untuk memperoleh informasi. Semua strategi
dapat diubah sewaktu-waktu karena faktor-faktor eksternal dan
internal selalu berubah. Evaluasi strategi meliputi:
a. Mereview faktor-faktor internal dan eksternal yang merupakan
dasar bagi setiap strategi yang sedang dijalankan.
b. Mengukur kinerja yang sudah dijalankan.
c. Mengambil sebuah tindakan perbaikan apabila terjadi ketidak
sesuaian.
23
2. Filantropi Islam
a. Pengertian Filantropi
Istilah filantropi berasal dari bahasa philanthropia atau dalam
bahasa Yunani philo dan anthropos yang berarti cinta manusia. Filantropi
adalah bentuk kepedulian seseorang atau sekelompok orang terhadap orang
lain berdasarkan kecintaan pada sesama manusia (Latief, 2010, hlm. 34).
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dikutip
dari (Makhrus, 2014, hlm. 29). Filantropi dapat diartikan pula sebagai
Cinta kasih (kedermawanan) kepada sesame
Filantropi itu sendiri lebih dekat maknanya dengan charity,
kata yang berasal dari Bahasa Latin (caritas) yang artinya cinta tak
bersyarat (unconditioned love). Namun, sebenarnya terdapat perbedaan
antara kedua istilah tersebut, charity cenderung mengacu pada pemberian
jangka pendek, sedangkan filantropi lebih bersifat jangka panjang (Anheier
dan List, 2005, hlm. 196).
Makna filantropi di atas telah melahirkan beragam definisi.
Filantropi diartikan sebagai tindakan sukarela personal yang didorong
kecenderungan untuk menegakkan kemaslahatan umum (Friedman dan
Garvie, 2005, hlm. 37) atau perbuatan sukarela untuk kemaslahatan umum
(Payton dan Moody, 2008, hlm. 6). Filantropi juga diartikan sebagai
sumbangan baik materi maupun non materi untuk mendukung sebuah
kegiatan yang bersifat sosial tanpa balas jasa bagi pemberinya (Anheier dan
List, 2005, hlm, 196).
Definisi di atas menunjukkan bahwa tujuan umum yang
mendasari setiap definisi filantropi adalah cinta yang diwujudkan dalam
bentuk solidaritas sesama manusia (Sulek, 2010, hlm. 395).
Kata “filantropi” merupakan istilah baru dalam Islam, namun
demikian belakangan ini sejumlah istilah Arab digunakan sebagai
padanannya. Filantropi kadang-kadang disamakan dengan al-„ata‟ al-
24
ijtima‟i yang artinya pemberian sosial, al-takaful al-insani yang artinya
solidaritas kemanusiaan, „ata‟ khayri yang artinya pemberian untuk
kebaikan, atau sadaqah yang artinya sedekah (Ibrahim, 2008. hal, 11).
Istilah sadaqah sudah dikenal dalam Islam, tetapi istilah filantropi Islam
merupakan pengadopsian kata pada masa sekarang.
Praktik filantropi islam telah lama terbangun sejak periode
awal islam, dan berkembang menjadi salah satu praktik yang mengemuka
seiring dengan perkembangan islam. Zakat sedekah dan wakaf merupkan
praktik filantropi islam yang paling populer yang masuk dan berkembang di
Nusantara. Berdasarkan beberapa survei, hampir semua orang Indonesia
(sekitar 98%) angka tertinggi berdasarkan riset tentang filantropi di
berbagai Negara, Menyumbangkan kekayaannya melalui bentuk-bentuk
pemberian seperti itusebagai tindakan kedermawanan yang dilandasi oleh
keyakinan keagamaan (Fauziah, 2016, hlm. 31)
Terdapat tiga konsep utama mengenai filantropi yang
mengakar kuat dalam Al-Qur‟an dan Hadist, yaitu konsep mengenai
kewajiban agama, moralitas agama, dan keadilan sosial. konsep pertama
tersebut menjadi panduan umum, konsep kedua berkaitan dengan moralitas
sosial dan konsep ketiga menyentuh inti dari tujuan filantropi dan agama itu
sendiri yaitu keadilan sosial. Aspek kewajiban agama dalam filantropi
didasari atas kewajiban akan zakat sebagai ajaran islam. Ada sekitar
delapan puluh dua ayat dalam Al-Qur‟an yang membicarakan kewajiban
membayar zakat setelah shalat. Hal ini menjadikan zakat sebagai salah satu
rukun Islam. Moralitas agama merupakan konsep kedua, mendasari sifat
imperatif zakat dalam hal menekankan pentingnya derma yang jauh
melampaui ritualitas. Ayat di bawah ini menjelaskan akan nilai- nilai luhur
terdapat dalam (Al- Qur‟an Al-Baqarah [2] : 177)
25
را ي ب ا ان ك ن ة و ر غ ان ق و ر ش م ان ب ى ق ك ىه ج ىا و ن ى ت را أ ب ش ان ن
ى ه بل ع ى ان آت و ب ا انن بة و ت ك ان ت و ك ئ ل ان ر و خ و ا ى ان و بللا ب آي
ى ب ر ق ي ان ه رو ب ف ح و ه بئ انضا م و ب انضا ب ا و بك ض ان ى و بي ت ان و
وا ذ به ا ع ر ى إ ه ذ ه ع ب ى ىف ان و بة ك ى انزا آت و ة ل بو انصا ق أ بة و ق انر
ز ا ك ان ئ ون س أ أ ب ن ا ح اء و را انضا بء و ص أ ب ن ا ف ر بب انصا قىا و ذ ص
ى اق ت ن ى ا ك ه ئ ون أ و
Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-
nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (Anonim, Qs. Al-
Baqarah [2] ayat 177)
Dalam ayat tersebut derma tidak hanya merupakan sebuah
kewajiban ritualitas, tapi juga merupakan sebuah bukti keimanan seseorang
terhadap Tuhannya. Tindakan- tindakan kemurahan hati yang di sebutkan
dalam Ayat diatas, dianggap sebagai tanda- tanda kesalehan. Termasuk
tanda tanda keshalehan dan keimanan seseorang jik ia mau memberikan
perhatian kepadanasib anak yatim serta tetangga mereka.
b. Bentuk-Bentuk kegiatan Filantropi Dalam Islam
Kegitatan-kegiatan filantropi dari bentuk yang paling
sederhana, misalnya kerja bakti, kerja sosial, gotong royong, berderma,
penggalangan dana untuk keperluan kemanusiaan sampai bentuk
keterlibatan intensif dan berkesinambungan dalam penyelenggaraan
26
lembaga-lembaga sosial dan kemanusiaan merupakan indikator
berfungsinya masyarakat sipil. ( Fauziah, 2016, hlm. 1)
Islam mengenal dua dimensi utama hubungan, yaitu hubungan
manusia dengan Allah, dan hubungan manusia dengan manusia (Alhasbi
dan Ghazali, 1994, hlm. 7-22). Tujuan dari kedua hubungan ini adalah
keselarasan dan kemantapan hubungan dengan Allah SWT, dan sesama
manusia termasuk dirinya sendiri dan lingkungan. Inilah aqidah atau
keyakinan dan wasilah (jalan) untuk mencapai kesejahteraan baik di
duniamaupun di akhirat (Ali, 198, hlm. 29)
Kesejahteraan tersebut, tidak hanya diperoleh melalui
hubungan dengan tuhan semata seperti kewajiban shalat, puasa, dan haji,
melainkan juga harus dibarengi dengan hubungan yang berdimensi sosial
seperti kewajiban mengeluarkan zakat. Zakat termasuk infak dan sedekah
berfungsi untuk menjembatani dan mempererat hubungan sesama manusia
terutama hubungan antara kelompok yang kuat dengan yang lemah
(Bremer, 2004, Hlm. 1-26).
1. Zakat
Aspek kewajiban agama dalam filantropi didasari atas
kewajiban akan zakat sebagai ajaran islam. Ada sekitar delapan puluh
dua ayat dalam al-qur‟an yang membicarakan kewajiban membayar
zakat setelah kewajiban sholat. Hal ini menjadikan zakat sebagai salah
satu rukun islam. Ayat-ayat al-qur‟an tersebut hampir selalu mengikuti
pernyataan mengenai sifat imperatif zakat dengan imbalan yang akan
diperoleh bagi orang yang mau melaksanakan kewajiban tersebut.
(Fauziah, 2016, hlm. 37)
Zakat merupakan komponen utama kebijakan fiskal dalam
ekonomi Islam. Dana zakat merupakan sumber pertama dan terpenting
dari penerimaan negara, pada awal pemerintahan Islam (Shaikh,
2010,hlm. 1-18).
27
Konsep zakat secara mendasar tidak mengalami perubahan
yang signifikan dari waktu ke waktu. Hal yang membedakan hanyalah
masalah operasional penghimpunan dan pemberdayaan dana zakat,
karena konsep fikih zakat menyebutkan bahwa sistem zakat berusaha
untuk mempertemukan pihak surplus muslim dengan pihak defisit
muslim. Hal ini dengan harapan terjadi proyeksi pemerataan pendapatan
antara surplus dan defisit muslim atau bahkan menjadikan kelompok
yang defisit (mustahik) menjadi surplus (muzakki) (Nasution dan
Wibisono, 2005, hlm. 48).
Perkembangan kajian dan pembahasan tentang zakat di
Indonesia telah memasuki babak baru pasca disahkannya Undang-
Undang nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam
Undang-Undang tersebut, zakat didefinisikan sebagai harta yang wajib
disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang
muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya.
Zakat sebagai suatu kewajiban agama merupakan suatu ajaran
mengenai pembersihan/penyucian. Qs. [9] ayat 103 menyajikan konsep
ini, dengan mengacu pada pembersihan atas kekayaan dan pembersihan
hati seseorang. Pembersihan atas kekayaan umumnya dianggap sebagai
proses yang tidak terpisahkan dengan pertumbuhan atau bertambahnya
kekayaan seseorang hal ini diambil dari arti kata zakat. (Fauziah, 2016,
hlm. 38).
Zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu,
yang Allah Swt mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan
kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.
Dengan pemahaman ini, zakat dapat dikategorikan sebagai ibadah
maaliyah ijtima‟iyyah, artinya ibadah di bidang harta yang memiliki
28
kedudukan yang sangat penting dalam membangun masyarakat (Syafei,
2015. Hlm, 155-164)
2. Infaq
Secara bahasa, kata „infak‟ berarti menafkahkan,
membelanjakan, dan berarti pula mengeluarkan sesuatu (harta) untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infak
berarti mengeluarkan sebagian harta untuk suatu kebaikan yang
diperintahkan Allah SWT (Djuanda, dkk, 2006, hlm. 11).
Atau infak adalah pengeluaran suka rela yang dilakukan
seseorang, setiap kali kita memperoleh rizki, sebanyak yang ia
kehendakinya sendiri. Infak berarti memberikan harta dengan tanpa
konpensasi apapun (Bremer, 2004, hlm. 1-26).
Infak tidak mengenal nisab, sehingga infak dikeluarkan oleh
setiap orang yang beriman yang berpenghasilan tinggi maupun rendah
dan disaat lapang ataupun sempit. Zakat harus diberikan kepada
mustahik tertentu, tapi dalam infak boleh diberikan kepada siapa saja,
misalnya untuk kedua orang tua, istri, anak yatim, dan sebagainya
(Fauzia, 2008, hlm. 60-88).
Islam telah menentukan tata cara berinfak yaitu membuat
ketentuan-ketentuannya, dan tidak membiarkan pemilik harta bebas
mengelolanya dan menafkahkan sekehendaknya. Wujud pelaksanaan
infak seseorang bisa dengan cara mentransfer hartanya dengan tanpa
kompensasi kepada orang lain, kepada diri sendiri, ataupun kepada
orang yang nafkahnya menjadi kewajiban. Wujud infak, bila kegiatan
dilaksanakan ketika masih hidup, seperti hibah, hadiah, sedekah, serta
nafkah, bila dilaksanakan setelah meninggal seperti wasiat.
29
Terdapat dua kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang
mu‟min terhadap fakir miskin. Pertama, memberi makan dan
merawatnya jika ia sanggup. Kedua, menganjurkan orang lain untuk
menyantuni orang miskin jika ia termasuk orang yang hidup pas-pasan,
jika tidak mereka digolongkan kedalam orang pendusta agama
sebagaiman firman Allah dalam Surat Al-Ma‟un: 1-3. (udin, 2016, hlm.
7)
3. Sedekah
Istilah sedekah berasal dari bahasa arab „ shadaqa‟, yang
memiliki arti hampir sama dengan kata indonesia “sumbangan” atau
pemberian sukarela. (Fauziah, 2016, hlm. 21)
Sedekah juga diartikan sebagai pemberian seseorang secara
ikhlas, kepada yang berhak menerimanya yang diiringi oleh pemberian
pahala dari Allah (Makhrus dan Utami, 2015, hlm. 175-184).
Islam memperbolehkan adanya kepemilikan pribadi, sehingga
secara fitrah terdapat individu-individu yang berinisiatif untuk
memperoleh kekayaan sebanyak banyaknya. Karena Al-Qur‟an
mendorong semua orang untuk berusaha mencari kekayaan untuk
dirinya sendiri. Akan tetapi perlu untuk diakui adanya seseorang lebih
kaya dari yang lainnya. Allah berfirman: “Dan Allah Melebihkan
sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rizki, …” ( Anonim,
Q.S. An-Nahl: 71).
Islam tidaklah menetapkan seberapa besar harta yang di
sedekahkan, namun mendidik manusia untuk mengeluarkan harta dalam
bersedekah dan berinfak baik dikala susah ataupun senang, siang
ataupun malam, dan secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-
terangan sesuai dengan kemampuan. Jika manusia enggan berinfak atau
bersedekah, maka sama halnya dengan menjatuhkan diri pada
kebinasaan. “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
30
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah Menyukai orang-orang
yang berbuat baik.” (Anonim, Q.S. Al-Baqarah:195).
Sedekah tidak ditentukan jumlah dan sasaran penggunaannya,
yaitu semua kebaikan yang diperintahkan oleh Allah. Wujud sedekah
tidaklah terbatas hanya pada hal-hal yang material saja, akan tetapi
dalam sedekah tercakup hal-hal yang bersifat non-material, yaitu
memberi nasihat, melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar,
mendamaikan yang berseteru, membaca tasbih, tahmid, tahlil, dan
sebagainya (Retsikas, 2014, hlm. 337-357).
c. Pengelola dana filantropi
Untuk mobilisasi dana filantropi agar terkelola secara
sistematis dan terstruktur yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya, maka mutlak rasanya diperlukan suatu lembaga yang menjadi
mediator antara sikaya dengan simiskin. Dalam perundang-undangan nomor
38 Tahun 1999, diakui adanya dua jenis organisasi pengelola zakat dan
dana filantropi pada umumnya, yaitu: (1) Badan Amil Zakat (BAZ) yaitu
organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh pemerintah, dan (2)
Lembaga Amil Zakat (LAZ), yaitu organisasi pengelola zakat yang
diprakarsai oleh swasta yang mendapatkan izin resmi dari pemerintah.
Namun dalam UU. No. 23 Tahun 2011, terdapat banyak
perbedaan organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh masyarakat
yang dikukuhkan oleh pemerintah. Struktur institusi, dalam upaya untuk
mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS provinsi,
BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga pemerintahan
non-structural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada
presiden melalui Menteri, BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang
melakukan pengelolaan zakat dan dana filantropi lainya secara nasional.
31
Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk
Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib melaporkan secara
berkala kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit syariat dan keuangan, dengan
demikian posisi LAZ tidak setara lagi dengan BAZ. (Nasrullah, 2015, hlm.
6-7).
Adapun lembaga LAZ yang telah beroperasi dan memiliki
jaringan secara nasional antara lain: Dompet Dhuafa Republika (jakarta),
Amanta Takaful (jakarta), LAZ pos keadilan peduli ummat (Jakarta) Baitul
Maal Muamalat (jakarta), Dana Sosisal Al Falah (Surabaya), LAZ Dompet
Peduli Umat Daarut Tauhiid (Bandung), Baaitul Maal Hidayatullah
(Jakarta), Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia serta Rumah Zakat Indonesia
(Bandung), mayoritas LAZ tersebar ditanah air, terkait jumlah anak cabang
tentu bervariasi mengikuti besar kecilnya lembaga tersebut. Dalam
penelitian ini Lembaga pengelola zakat dan dana filantropi pada umumnya
yang dimaksud adalah yaitu, Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid yang
bertransformasi menjadi Daarut Tahuid (DT) Peduli. Lebih tepatnya lagi
(DT) peduli cabang kota Jambi.
3. Strategi pengelolaan filantropi
a. Strategi Fundraising
1) Pengertian Strategi Fundraising
Fundraising memiliki arti sendiri dalam kamus bahasa Inggris–
Indonesia adalah pengumpulan dana, sedangkan orang yang
mengumpulkan dana disebut fundraiser (Marwing, 2015, hlm. 5)
Menurut Norton (2002, hlm. 2) mendefinisakan strategi fundraising
“Fundraising strategy is a long term plan of action designed to acthieve
a particular fundraising goal” Strategi penggalangan dana adalah
32
rencana tindakan jangka panjang yang dirancang untuk mewujudkan
tujuan penggalangan dana tertentu.
Dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud
dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan;
perhimpunan; pengerahan. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia hlm. 602)
Menurut Purwanto (2019, hlm. 12) mendefiniskan fundraising
sebagai proses memengaruhi masyarakat baik perseorangan sebagai
individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar
menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.
Fundraising dalam arti lain juga sebagai kegiatan dalam rangka
menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari
masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun
pemerintah) dana tersebut akan digunakan untuk membiayai program
dan kegiatan operasional organisasi sehingga mencapai tujuannya.
Fundraising dalam pengertian ini memiliki ruang lingkup lebih luas,
fundraising tidak hanya mengumpulkan dana semata, melainkan dalam
bentuk barangpun bisa dimanfaatkan untuk keperluan dan kepentingan
lembaga.
Fundraising merupakan kegiatan yang sangat penting bagi lembaga
atau organisasi nirlaba dalam upaya mendukung jalannya program dan
jalannya roda operasional agar lembaga atau organisasi nirlaba tersebut
dapat mencapai maksud dan tujuan yang telah digariskan. (Abidah,
2016, hlm. 6). Begitu pentingnya peran fundraising itu sendiri dapat
dikatakan sebagai faktor pendukung organisasi dalam membiayai
program dan membiayai kegiatan operasional organisasi. Program pada
setiap lembaga dapat berjalan lancar karena, konsep dari fundraising
adalah mencari dana.
33
Konsep fundraising itu sendiri berakar dan dikenal baik pada
organisasi nirlaba, dimana penghimpunan dana dimaksudkan untuk
membantu dalampencapaian tujuan organisasi. Fundraising
berhubungan dengan kemampuan perorangan, organisasi, badan hukum
untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga menimbulkan
kesadaran dan kepedulian mereka. Keharmonisan dengan orang lain
harus dijalin agar mereka dapat menerima organisasi yang dimiliki.
Dalam hal ini lembaga perlu membangun etika fundraising dengan
mengacu pada misi lembaga (Widjajanti, 2006, hlm. 4).
2) Fundraising Zakat
Fundraising tidak identik dengan uang semata, ruang lingkupnya
begitu luas dan mendalam, karena pengaruhnya sangat berarti bagi
eksistensi sebuah lembaga apapun. Dana ZIS dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan
mempersempit jarak antara si kaya dengan si miskin. Oleh sebab itu,
fundraising sangat memengaruhi dalam penggalangan dana di lembaga
pengelola zakat.
Penghimpunan dana zakat boleh dikatakan selalu menjadi tema
besar bagi organisasi pengelola zakat. Untuk menangkap dan
menjemput “zakat” sudah mereka siapkan berbagai alat kerja lengkap
dengan tabel-tabel kalkulasi zakat (Khasanah, 2010, hlm. 176).
Adapun dalam konteks lebih kompleks, aktifitas fundraising, yaitu
penggalangan dana atau daya akan dilakukan dengan manajemen
pemasaran (marketing), motivasi dan relasi. Dalam hal ini pengalangan
dana atau daya tidak hanya bersifat pemberian semata yang sangat
dipengaruhi oleh pertimbangan calon donatur (muzaki). Dengan kata
lain, fundraising pada sebuah organisasi pengelola zakat (OPZ) dapat
diartikan sebagai segala upaya atau proses kegiatan dalam rangka
menghimpun dana zakat, infaq, dan shodaqah serta sumber daya lainnya
34
dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi dan perusahaan
yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk mustahik (Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2009,
hlm. 65).
Pengertian tersebut menunjukkan kedudukan fundraising menjadi
tidak bisa ditawar lagi mengingat, dalam sejarah perkembangan
pengelolaan nirlaba, khususnya organisasi-organisasi zakat terdapat
hubungan erat antara kemampuan menggalang dana (fundraising)
dengan jumlah dana yang dihimpun sekaligus kegiatan organisasi
tersebut. Hal ini, dapat diartikan bahwa baik tidaknya sebuah organisasi
pengelola zakat tetap berjalan dengan kegiatan-kegiatannya sangatlah
bergantung pada proses fundraising yang selanjutnya dana yang
diperoleh nantinya akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan,
program dan operasional organisasi.
3) Tujuan Fundraising
Adapun tujuan fundraising bagi sebuah organisasi zakat:
a) Menghimpun Dana Ziswaf
Tujuan utama dalam gerakan fundraising adalah pengumpulan
dana. Sesuai dengan maknanya (fundraising) yaitu pengumpulan
uang, namun yang di maksud disini bukanlah uang semata, tetapi
merupakan dana dalam arti yang lebih luas, termasuk di dalamnya
barang atau jasa yang memiliki nilai manfaat, meski dana dalam arti
uang memiliki peran yang sangat penting, karena sebuah organisasi
zakat tanpa adanya dana tentunya tidak akan bisa berjalan dengan
baik, karena dalam operasional membutuhkan dana dalam arti uang.
Sebuah organisasi zakat yang tidak dapat mengumpukan uang dalam
proses fundraisingnya adalah termasuk organisasi yang gagal,
meskipun dia memiliki keberhasilan yang lain.
35
b) Menghimpun Muzaki
Fundraising juga bertujuan untuk menambah jumlah muzaki
atau donatur. OPZ yang baik adalah OPZ yang memiliki data
pertambahan muzaki dan donatur tiap hari. Sebenarnya yang
dibutuhkan adalah pertambahan jumlah dana untuk program-
program mereka juga operasionalnya. Ada dua hal yang bisa
dilakukan OPZ dalam hal ini, pertama; menambah jumlah
sumbangan pada setiap donatur dan muzaki, dan yang kedua;
menambah jumlah donatur atau muzaki.
c) Membentuk dan meningkatkan citra lembaga, secara langsung atau
tidak langsung.
Fundraising adalah garda terdepan dalam menyampaikan
informasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Hasil informasi dan
interaksi ini akan membentuk citra lembaga dalam masyarakat yang
menggakibatkan dampak positif bagi organisasi. Jika dampak positif
dapat ditunjukkan organisasi, maka dukungan akan mengalir
dengan sendirinya.
d) Menghimpun volunteer dan pendukung
Seorang atau kelompok orang yang telah berinteraksi dengan
aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah Organisasi
Pengelola Zakat, jika memiliki kesan yang positif dan bersimpati
terhadap lembaga tersebut, dapat menjadi pendukung lembaga
meskipun tidak menjadi muzaki. Kelompok seperti ini harus
diperhitungkan dalam aktifitas fundraising, meskipun mereka tidak
berdonasi, mereka akan berusaha melakukan dan berbuat apa saja
untuk mendukung lembaga dan akan fanatik terhadap lembaga.
Kelompok seperti ini pada umumnya secara natural bersedia
menjadi promotor atau informasi positif tentang lembaga kepada
orang lain. Kelompok seperti ini sangat dibutuhkan oleh lembaga
36
sebagai pemberi kabar informasi kepada orang yang memerlukan.
Dengan adanya kelompok ini, maka kita telah memiliki jaringan
informal yang sangat menguntungkan dalam aktifitas fundraising.
e) Memuaskan muzaki
Kepuasan muzaki akan memengaruhi jumlah dana yang akan di
donasikan kepada lembaga. Mereka akan mendonasikan dananya
kepada lembaga secara berulang-ulang, bahkan mereka juga akan
menyampaikannya kepada orang lain secara positif tentang
kepuasannya, sehingga pekerjaan fundraiser menjadi lebih terbantu
(Suparman, 2009, hlm. 394).
Disamping itu, para donatur yang loyal ini menjadi tenaga
fundraiser alami (tanpa diminta, dilantik, dan dibayar). Oleh
karenanya, keadaan ini harus diperhatikan, karena fungsi pekerjaan
fundraising lebih banyak berinteraksi dengan muzaki, maka secara
otomatis kegiatan fundraising juga harus bertujuan akan memuaskan
muzaki.
4) Model Strategi Fundraising
Mengingat urgensi fundraising yang sangat penting, berbagai
organisasi amil zakat berupaya mencanangkan starategi fundraising
yang kreatif dan inovatif demi menghimpun donasi sebanyak-
banyaknya dan juga kelancaran programprogram yang dibuat oleh
organisasi. Merencanakan strategi akan mempermudah dalam langkah-
langkah yang akan ditempuh selanjutnya. Setidaknya terdapat dua
strategi atau model utama yang diperguanakan oleh organisasi nirlaba
terutama organisasi pengelola zakat di dalam proses fundraising.
a) Strategi Fundraising Langsung (direct fundraising)
Strategi ini adalah dengan menggunakan teknik atau cara yang
melibatkan partisipasi donatur secara langsung, yaitu bentuk-bentuk
fundraising dimana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap
37
respon donatur bisa seketika (langsung) dilakukan. Apabila dalam
diri donatur muncul keinginan untuk melakukan donasi setelah
mendapatkan promosi dari fundraiser organisasi, maka segera dapat
dilakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang
diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh
dari metode adalah: direct mail, direct advertising, telefundraising
dan presentasi langsung.
b) Strategi Fundraising Tidak Langsung (Indirect Fundraising).
Strategi tidak langsung adalah suatu metode yang menggunakan
teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi
donatur secara langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana
tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi langsung
terhadap respon donatur seketika. Metode ini misalnya dilakukan
dengan cara promosi yang mengarah kepada pembentukan citra
lembaga yang kuat, tanpa secara khusus diarahkan untuk menjadi
transaksi donasi pada saat itu. Sebagai contoh dari metode ini
adalah: Advertorial, Image Campaign, dan penyelenggaraan Event
(Ridwan, 2016, hlm. 7).
Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua model strategi
fundraising ini (langsung dan tidak langsung). Karena keduanya
memiliki kelebihan dan tujuannya sendiri. Strategi fundraising
langsung diperlukan karena tanpa metode langsung, donatur akan
kesulitan untuk mendonasikan dananya. Sedangkan jika semua
bentuk fundraising dilakukan secara langsung, maka akan tampak
donatur dan berpotensi menciptakan kejenuhan. Kedua metode
tersebut dapat digunakan secara fleksibel dan semua lembaga harus
mampu dalam mengkombinasikan kedua model strategi tersebut.
Lembaga Pengelola Zakat perlu melakukan kerja cerdas dan inovatif
38
guna mendapatkan calon muzaki dan guna menghimpun dana
ziswaf.
Metode konvensional dengan menunggu dan hanya melakukan
penggalangan dana pada saat puasa Ramadhan hanya untuk
menghimpun zakat fitrah saja, sudah tidak cukup, perlu melakukan
upaya jemput bola dan menggunakan teknologi informasi untuk
menjaring calon muzaki dalam menggalang dana ziswaf.
Penggunaan media baik sosial maupun cetak merupakan pilihan
yang sangat diperlukan pada saat ini, karena masyarakat sudah
sangat paham dengan media informatika dan telekomunikasi.
Sudewo (2004,hlm.190-200) membagi manajemen pengumpulan
zakat menjadi dua, yaitu manajemen penggalangan dana dan
layanan donatur. Manajemen penggalangan dana yang dimaksud
adalah:
1) Kampanye.
Proses kampanye adalah proses membangkitkan kesadaran
pembayaran zakat.
2) Kerjasama Program.
Kerjasama bisa dilakukan dengan lembaga atau perusahaan lain
yang berbentuk aktivitas fundraising.
3) Seminar dan diskusi.
Dalam sosialisasi zakat, galang dana juga dapat melakukan
kegiatan seminar atau diskusi dengan tema yang relevan dengan
kegiatan.
4) Pemanfaatan Rekening Bank.
Bermaksud memberikan kemudaham donatur menyalurkan
dana.
39
Sedangkan manajemen pelayanan donatur yang dapat dilakukan
antara lain (Sudewo, 2004, hlm. 190-200)
1) Melakukan pendataan donatur dengan sistem dokumentasi
yang rapi.
2) Menerima keluhan donatur dan masyarakat luas.
3) Follow up keluhan-keluhan yang ada.
Senada dengan yang disampaikan Sudewo, kampanye menjadi
salah satu bagian manajemen pengumpulan dana zakat. Langkah-
langkah kampanye yang dapat dilakukan antara lain dengan
melakukan sosialisasi melalui (Departemen Agama RI Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2007, hlm. 91-94 )
a) Media massa
b) Film dan Video
c) Leaflet/brosur/booklet
d) Portalwebsite
e) Billboard/banner/baliho/spanduk
f) Khutbah Jum‟at
g) Orientasi pengurus lembaga pengelola zakat
h) Gerakan sadar zakat
i) Desa binaan zakat
B. Studi Relevan
Sepanjang yang penulis ketahui bahwa telah ada beberapa penelitian
sebelumnya yang mengangkat tema tentang Manajemen Filantropi Islam di sebuah
lembaga yasasan Nasional maupun Swasta, yaitu:
1. Penelitian Ahmad Busyro Sanjaya pada tahun 2016 yang berjudul “
Manajemen Filantropi Berbasis Rumah Ibadah (Studi Komparasi Manajemen
Filantropi di Masjid Syuhada dan Greja Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta).
penelitian yang dilakukan adalah membahas tentang proses pelaksanaan
40
Manajemen Filantropis di yayasan Masjid Syuhada Yogyakarta dan Greja
Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta
2. Penelitian Tri Wahyuni pada tahun 2017 yang berjudul “Analisis komparatif
Manajemen Pengelolaan Dana Filantropi Berbasis Rumah Ibadah dan
Lembaga Sosial diTinjau dari Perspektif Ekonomi Islam. (Studi Pada Masjid
Ad-Du‟a Way Halim Bandar Lampung dan LAZNAS Dompet Peduli Ummat
Daarut Tauhiid Cabang Metro). Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
Bagaimana Penerapan Manejemen pengelolaan dana Filantropi pada Masjid
Ad-Du‟a Way Halim dan LAZNAS DPU-DT Cabang Metro.
3. Penelitian Aan Nasrullah pada tahun 2015 yang berjudul “ Pengelolaan Dana
Filantropi Untuk Pemberdayaan Pendidikan Anak Dhuafa” (Studi Kasus Pada
BMH Cabang Malang Jawa Timur). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana cara pengelolaan dana filantropi dalam pemberdayaan pendidikan
anak dhuafadi BMH Cabang Malang Jawa Timur.
4. Penelitian Udin Saripudin pada tahun 2016 yang berjudul “Filantropi Islam
dan Pemberdayaan Ekonomi” (Ekonomi Syari‟ah STAI Bhakti Persada
Bandung). Penelitian ini dilakukan untuk mengeahui bagaimana peran
lembaga Kampus dalam menerapkan pemberdayaan ekonomi melalui kegiatan
Filantropi.
5. Penelitian Zaenal Abidin pada tahun 2012 yang berjudul. “ Manifestasi dan
Latensi Lembaga Filantropi Islam dalam Praktik Pemberdayaan Masyarakat:
(Suatu studi di Rumah Zakat Kota Malang). Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui Fungsi Manifest dan Laten dalam praktik pemberdayaan
masyarakat di lembaga filantropi Islam khususnya Rumah Zakat kota Malang.
41
xlii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Pada penulisan skripsi ini penulis menggunakan suatu pendekatan
deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif metode penelitian
kualitatif deskriptif dengan mengkaji tentang “ Manajemen Filantropi Islam di
Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi”. Dalam penelitian deskriptif data
yang terkumpul berbentuk kata-kata sehingga tidak meneknkan pada angka
(Sugiyono, 2009, hal. 9),
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini terletak di Lembaga Daarut Tauhid (DT)
Peduli Kota Jambi. Letaknya di Jl. Jendral Sudirman No.2A RT. 29
(Sebrang Polda Jambi), Kel. Tambak sari, Kec. Jambi Selatan, Kota Jambi.
Menurut pengamatan serta alasan penulis mengambil lokasi penelitian di
lembaga ini adalah, bahwa Lembaga DT Peduli Jambi ini merupakan salah
satu Lembaga Amil Zakat Nasional yang terus meningkatkan mutu dan
kualitas dalam pengelolaan serta pelayananya yang bergerak dibidang
penghimpunan (FUNDARISING) dan PENDAYAGUNAAN dana Zakat,
Infaq, Shadaqah dan Waqaf yang dimana lembaga ini punya tekad untuk
menjadi LAZ yang amanah, profesional dan jujur.
Disi juga penulis lebih memilih Lembaga DT Peduli ini sebagai
lokasi penelitian dikarenakan beberapa rekomendasi dari beberapa teman
yang ikut bagian menjadi anggota di lembaga DT Peduli Kota jambi,
kemudian alasan lain penulis memilih Lembaga DT Peduli Kota Jambi
sebagai lokasi Penelitian, dikarenakan lembaga DT Peduli sudah memiliki
brand nama yang sudah dikenal banyak orang diseluruh indonesia, dan
dianggap sudah kredibel seperti lembaga-lembaga lainya sehingga
memotivasi penulis untuk melakukan penelitian di lembaga Daarut Tauhid
(DT) Peduli Kota Jambi dan alasan terakhir yakni, jarak tempuh ke lokasi
xliii
penelitian yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal penulis, sehingga
lebih menghemat biaya transportasi dan akomodasi. Serta lingkungan yang
mendukung dalam proses pelaksanaan penelitian yang dilakukan di
lembaga.
2. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah orang yang memberikan informasi
tentang hal-hal yang diteliti serta orang yang banyak memberikan informasi
sekaligus paham dan mengerti dengan masalah yang diteliti subjek dalam
penelitian ini adalah: ketua lembaga dan staff anggota lembaga Daarut
Tauhid (DT) Peduli Kota Jambi.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Untuk mempermudah pengumpulan data dalam penelitian maka
penulis menggolongkan data menjadi dua golongan yaitu:
a. Data Primer
Menurut Sujarweni (2015, hlm. 89) mendefenisikan data
primer adalah sebagai berikut: “data primer adalah data yang diperoleh
dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga
data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Data yang diperoleh
dari data primer ini harus diolah lagi. Sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data”.
Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini juga
berasal dari berbagai literatur seperti penelitian sebelumnya, dan buku-
buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kegunaan literatur
ini adalah untuk memperoleh sebanyak mungkin dasar-dasar teori yang
diharapkan akan menunjang data yang akan dikupulkan dan digunakan
dala penelitian ini.
Dalam melaksanakan penelitian ini, jenis data yang
digunakan untuk melaksanakan penelitian yaitu data primer adalah data
ini langsung diperoleh dari penelitian lapangan melalui pengamatan
xliv
langsung pada objek yang akan diteliti melalui teknik pengumpulan
data berupa wawancara, kuesioner, dan observasi.
Untuk mendukung keperluan penganalisisan data penelitian
ini, penulis memerlukan sejumlah data pendukung yang berasal dari
dalam maupun luar instansi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
pengumpuulan atau pengelolaan data yang bersifat studi dokumentasi
berupa penelaah terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan,
referensi-referensi atau peraturan, literatur laporan, tulisan dan lain-lain
yang memiliki relevansi dengan fokus permsalahan penelitian. Iskandar
(2008, hlm. 77) jenis data sekunder ini berupa gambar, dokumentasi,
grafik, tulisan-tulisan tangan dan berbagai tulisan lainya. Adapun data
sekunder tersebut sebagai berikut:
1) Historis dan Geografis lembaga
2) Struktur organisasi lembaga
3) Keadaan lembaga
4) Keadaan pengurus lembaga
2. Sumber Data
Menurut Lofland Dalam J. Moleong (2004, hlm. 157-162). Sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan
dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dbagi kedalam kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.
a. Kata-kata dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio
tapes, pengambilan foto, atau film.
b. Sumber Tertulis
xlv
Walupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan
merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari
segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis
dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip,
dokumen pribadi, dan dokumen resmi.
c. Foto
Sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat
untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam
berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup
berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan
hasilnya ering dianalisis secara induktif
d. Data Statistik
Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data statistik
yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluanya.
Sumber data adalah sumber subyek dari mana data bisa didapatkan jika
peneliti memakai kuisioner atau wawancara didalam pengumpulan
datanya, maka sumber data itu responden, yakni orang yang menjawab
pertanyaan peneliti. Adapun informasi yang penulis butuhkan dalam
penelitian ini bersumber dari:
1) Kepala Lembaga
2) Staff Anggota
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
maka penulis menggunakan beberapa instrumen atau pengumpulan data
berupa, metode wawancara, observasi dan metode dokumentasi
1. Observasi (Pengamatan)
Menurut Sugiyono (2015, hlm. 204) observasi merupakan kegiatan
pemuatan penelitian terhadap suatu objek. Apabila dilihat pada proses
pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi partisipan
dan non-partisipan. Jenis observasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah observasi non-partisipan. Dalam melakukan observasi, peneliti
xlvi
memilih hal-hal yang diamati dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian.
Jenis observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasi non-partisipan. Dalam melakukan observasi, peneliti memilih
hal-hal yang diamati dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian.
Metode ini penulis gunakan untuk melihat secara langsung lokasi
penelitian serta mencatat hal-hal yang berkaitan dengan Manajemen
Filantropi Islam. Adapun alasan penulis memilih metode observasi karena
penulis ingin mengetahui terlebih dahulu lokasi dan hal-hal yang berkaitan
dengan masalah penelitian.
2. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai tekhnik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalah
yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dan
responden yang lebih mendalam. Tekhnik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi (Sugiyono, 2015,
hlm. 194)
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data responden
secara langsung seperti:
a. Ketua Lembaga
b. Staff Anggota
Pedoman wawancara ini peneliti mengambil data yang berkenaan
dengan:
a. Manajemen filantropi islam di lembaga Daarut Tauhid (DT) Peduli
Kota Jambi.
b. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan manajemen
filantropi islam
3. Metode Dokumentasi
xlvii
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015, hlm. 329) adalah suatu
cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk
buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah. Dokumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi buku panduan Lembaga.
Metode ini penulis gunakan untuk mencari data yang berkenaan
dengan
a. Historis dan Geografis Lembaga
b. Struktur Organisasi Lembaga
c. Keadaan Anggota staff lembaga
d. Keadaan Sarana dan Prasarana
E. Tekhnik Analisis Data
Analisis data menurut Moleong (2014, hlm. 248) adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan pada orang lain.
Miles & Huberman (2008, hlm. 18) menyebutkan bahwa teknik
analisis data dalam peneltian kualitatif meliputi :
a. Pengumpulan Data
Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkrip wawancara, men-scanning materi, mengetik data
lapangan atau memilah-milah dan menyusun data tersebut kedalam jenis-
jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.
b. Date Reduction (Reduksi data)
Mereduksi data berati merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan dan polanya.
Dengan demiikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mencarinya bila di perlukan. Pada permasalahan
xlviii
penelitian yang direduksi dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi
manajemen filantropi yang ada di lembaga Daarut Tauhid Kota jambi.
c. Data Display (Penyajian data)
Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaikan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat di
lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin
mudah di fahami
d. Conclusion Drawing/Verifications
Langkah keatiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Penarikan ini dilakukan berdasarkan
pemahaman terhadap data yang telah di kumpulkan, sesuai dengan hakikat
penelitian kualitatif.penarikan kesimpulan ini di lakukan secara bertahap,
pertama menarik kesimpulan sementara, namun seiring dengan
bertambahnya data maka haru di lakukan verifikasi data dengan cara
mempelajari kembali data yang telah ada. Berdasarkan verifikasi data ini
selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan akhir temuan ini.
F. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbahrui dari
konsep kesahihan (Validitas) dan keandalan (rehabilitas) menurut versi
„positivisme‟ dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan
paradigmanya sendiri. Moleong (2014, hlm. 321)
Untuk mendapatkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan
tekhnik pemeriksaan. Pelaksanaan tekhnik pemeriksaan didasarkan atas
sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability).
1. Credibility/Transferability
Credibility dan Transferability atau validas secara umum menurut
Nasution (1996, hlm, 104) mensyariatkan agar apa yang terjadi dalam
xlix
penelitian sesuai dengan apa yang terjadi secara real dilapangan, penelitian
kualitatif sebagimana penelitian kualitatif harus memenuhi syarat-syarat
validitas baik internal maupun eksternal.
Guna mendapatkan data penelitian yang kredibel, peneliti
berpedoman pada Lincol dan Guba (1957, hlm. 67) yang mengelompokkan
tekhnik pencapaian kredibiitas menjadi enam yaitu: Perpanjangan waktu,
tinggal dilokasi penelitian mengadakan observasi secara tekun (Persistent
Observasion) , mengadakan analisis kasus negative (Negative case
analisis), mengadakan pengecekan anggota (Member check), Mengadakan
diskusi dengan teman sejawat (Peer debriefling), dan mengadakan
pengecekan dan kecukupan referensi (Referential adequacy checks).
2. Confirmability (Objektivitas)
Comfirmability atau objektivitas menurut Nasution (1996)
menyangkut sejauh mana hasil penelitian dapat berlaku sama tidak
bergantung pada pengamat atau penelitinya. Hal ini memang susah
diciptakan dalam penelitian kualitatif, tetapi bukan berarti tidak mungkin.
Subjektivitas sebagai lawan dari objektivitas memang harus dihindari
dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian kualitatif dianggap objektif bila
dibenarkan atau dikonfirmasi oleh peneliti lain. Oleh karenanya istilah
objektivitas dalam penelitian kualitatif sering disebut confirmability,
konfirmabilitas merupakan proses mengacu pada hasil penelitian. Oleh
karena itu penelitian berusaha meningkatkan kredibilitas agar hasil
penelitian bisa diterapkan oleh orang lain.
3. Dependability (kebergantungan)
Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya dengan kata lain
beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.
l
li
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
lii
A. Temuan Umum
1. Historis dan Geografis
a. Historis
Dompet Peduli Ummat adalah sebuah LEMBAGA AMIL
ZAKAT NASIONAL dan merupakan lembaga Nirlaba yang bergerak
di bidang penghimpunan (FUNDRAISING) dan Pendayagunaan dana
zakat, Infaq, shadaqah dan wakaf (ZISWA). Didirikan 16 Juni 1999
Oleh KH Abdullah Gymnastiar sebagai bagian dari Yayasan Daarut
Tauhid dengan tekad menjadi LAZ yang Amanah, Profesional dan Jujur
berlandaskan pada Ukhuwah Islamiyah.
Latar belakang berdirinya DPU Daarut Tauhiid adalah
bahwa Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim
terbesar di dunia memiliki potensi zakat yang amat besar. Sayangnya,
pada saat itu sebagian besar masyarakat masih belum memiliki
kesadaran untuk berzakat sesuai dengan ketentuannya. Hal lain yang
juga menjadi perhatian adalah belum optimalnya penggunaan dana
zakat ini. Kadang, penyaluran dana zakat hanya sebatas pada pemberian
bantuan saja tanpa memikirkan kelanjutan dari kehidupan si penerima
dana.
Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhid berusaha
untuk mengatasi hal-hal tersebut. Selain menguatkan kesadaran
masyarakat terhadap zakat, DPU-DT juga berusaha menyalurkan dana
yang sudah diterima kepada mereka yang benar-benar berhak, dan
berusaha mengubah nasib kaum mustahik menjadi muzaki atau mereka
yang sebelumnya menerima zakat menjadi pemberi zakat.
Kiprah DPU Daarut Tauhid ini mendapat perhatian
pemerintah, kemudian ditetapkan menjadi Lembaga Amil Zakat
Nasional (LAZNAS) sesuai dengan SK Menteri Agama no 257 tahun
liii
2016 pada tanggal 11 Juni 2016. Di mana sebelumnya sejak tahun 2004
telah menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional dengan nomor SK 410
Tahun 2004.
Mulai tahun 2004, DPU Daarut Tauhid mengembangkan
konsep penyaluran dana zakat bergulir berkesinambungan, untuk para
penerima zakat, agar suatu saat dapat meningkatkan taraf hidupnya dan
mampu berubah dari penerima zakat menjadi pemberi zakat. Lembaga
tidak hanya member ikannya saja, melainkan juga memberi kailnya,
agar mereka bisa terus berusaha dan meningkatkan taraf hidupnya. Oleh
karena itu, saat ini peningkatan kekuatan ekonomi dan pembelajaran
bagi masyarakat merupakan prioritas yang harus diutamakan, sehingga
upaya-upaya untuk menumbuhkan kemampuan dan kemandirian
ummat yang berasal dari sinergi potensi masyarakat patut untuk
diwujudkan secara bersama-sama
Pembina Yayasan Daarut Tauhid, KH Abdullah
Gymnastiar (Aa Gym) meresmikan nama baru DT Peduli sebagai
Lembaga Amil Zakat Nasional yang sebelumnya adalah DPU Daarut
Tauhiid. Peresmian dilakukan bersamaan dengan perayaan Milad
Daarut Tauhiid ke-27 di depan Gedung Sate, Bandung, pada akhir
Desember 2017 lalu.
Herman, Direktur Utama DT Peduli mengatakan, “Sudah
19 tahun DPU DT berkhidmat kepada ummat, kini untuk meningkatkan
pelayanan dan kepedulian kepada ummat harus dilakukan transformasi
agar lebih memberikan kontribusi nyata dan memberi manfaat untuk
sebanyak-banyak ummat.”
Selain itu, perubahan nama menjadi DT Peduli adalah agar
juga bisa bertransformasi menjadi lembaga filantropi internasional yang
tidak hanya di kenal oleh masyarakat Indonesia, melainkan dunia.
(sumber. https://dpu-daaruttauhiid.org. Diakses pada tanggal 03
Oktober 2019 pukul 12:30. wib)
liv
Sejarah awal berdirinya Daarut Tauhid Peduli cabang jambi
adalah berawal dari adanya salah seorang donatur yang tinggal
dibandung, tapi punya banyak usaha dijambi. Nama beliau adalah pak
hendri, dan pak hendri ini memiliki banyak usaha dijambi diantaranya
adalah usah “VILLA PARFUM” yang sudah memiliki beberapa banyak
cabang untuk di provinsi jambi.
Singkat cerita pak hendri ini kenal dengan direktur utama
Daarut Tauhid yakni pak H. Herman. kemudian pak hendri bertemu
dengan direktur DT Peduli dan menawarkan bagaimana kalau Daarut
Tauhid membuka cabang dijambi, Dan pak hendri juga menawarkan
sebuah tempat (ruko) yang dimana nantinya bisa digunakan sebagai
kantor Daarut Tauhid peduli cab. Jambi, tempat yang ditawarkan oleh
pak hendri awalnya adalah sebuah restoran tempat makan, yakni
restoran sambal bandung. Dan Seiring berjalanya waktu restoran
tersebut ditutup dikarenakan sepi pengunjung, Sehingga pak hendri
menawarkan untuk meminjamkan tempat untuk dijadikan sebagai
kantor DT Peduli yang ada dijambi dengan gratis.
Direktur utama DT Peduli pak Herman akhirnya
melakukan kunjungan ke kota jambi sekaligus ingin melakukan survei
terkait tempat dan lokasi yang nantinya akan didirikan kantor Daarut
Tauhid Peduli cabang jambi. setelah melalui beberapa kali diskusi dan
melakukan beberapa kali pertimbangan, melihat kondisi
bangunan/gedung yang masih bagus dan tempat lokasi yang strategis,
berada di pusat kota akhirnya pak Herman setuju untuk mendirikan
kantor Daarut Tauhid (DT) Peduli di kota jambi.
Setelah yakin untuk membuka cabang DT Peduli di kota
jambi maka dicarilah beberapa orang yang bersedia untuk bekerja di
kantor DT Peduli dan juga dalam perekrutan anggota lebih diutamakan
orang-orang lokal dari kota tempat tersebut. Tujuanya untuk apa? Jelas
tujuanya adalah memberikan kesempatan kepada orang-orang lokal
lv
setempat untuk bisa bekerja di Lembaga tersebut dan juga untuk
mempertahankan kearifan lokal.
Melalui beberapa proses mulai dari perencanaan,
perekrutan anggota dan proses lainya, akhirnya diresmikanlah kantor
Daarut Tauhid Peduli cab. Jambi pada tanggal 20 maret 2015 dengan
penanggung jawab atas nama Kang Agus dan kepala cabang yang
pertama adalah Mbak Santi. (sumber. Wawancara bersama Ahmad
Yulis Staff DT Peduli Jambi 03 oktober 2019)
b. Geografis
Secara geografis Daarut Tauhid (DT) Peduli Jambi terletak
di Jl. Jendral Sudirman, kelurahan Tambak Sari, Kec. Jambi Selatan,
Kota Jambi, Prov.Jambi. DT Peduli terletak pada posisi yang strategis
yakni berada di desebrang jalan Kantor Polda Jambi dan Daarut Tauhid
memiliki gedung berlantai 3 seluas 160 m2. (sumber. Wawancara
bersama Ahmad Yulis, Staff DT Peduli Jami 03 oktober 2019)
2. Visi, Misi dan Motto
a. Visi
Menjadi model Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) yang
amanah, profesional, akuntabel dan terkemuka dengan daerah operasi
yang merata.
b. Misi
- Mengoptimalisasi potensi ummat melalui Zakat, Infak dan Sedekah
(ZIS)
- Untuk memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi,
pendidikan, dakwah dan sosial menuju masyarakat madani
c. Motto
Membersihkan dan memberdayakan
3. Tugas Pokok dan Fungsi
lvi
a. Tugas Pokok
Menjadi amilin/ petugas yang menginformasikan dan
mengajak baik perseorangan, kelompok, lembaga ataupun komunitas
baik pemerintah maupun swasta untuk menyalurkan Zakat, Infak dan
Sedekah ke Daarut Tauhid (DT) Peduli Kota Jambi
b. Fungsi
Menjadi Wadah penghimpun dan penyaluran dana Zakat,
Infak dan Sedekah (ZIS) dari masyarakat dan akan dikembalikan
kepada masyarakat terutama untuk 8 Asnaf penerima ZIS (Fakir,
Miskin, Riqab, Gharim, Muallaf, Fisabilillah, Ibnu Sabil, Amil Zakat.)
dalam bentuk program dengan bertujuan kedepanya penerima Zakat,
infak , Sedekah (ZIS) bisa lebih baik dari sebelumnya ang awalnya
menjadi penerima Zakat, Infak dan Sedekah kemudian menjadi pemberi
ZIS.
4. Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah personil yang bergabung dalam suatu
organisasi, melalui struktur organisasi maka dapat dilihat tugas, wewenang
dan bidang kerja yang ada dalam sebuah organisasi tersebut, struktur juga
dapat membentuk skema yang menunjukkan gambaran dalam bidang tugas
masing-masing
Struktur organisasi dapat diartikan juga sebagai bentuk dalam
berkomunikasi, dengan adanya struktur maka jalur komunikasi dalam
sebuah organisasi akan terarah dan terstruktur serta dapat mengetahui
fungsi dan pekerjaan dari setiap bidang atau jabatan yang diembankan
kepada seseoran
lvii
Berdasarkan skema struktur organisasi, dapat dipahami
bahwasanya jelas bahwa dalam sebuah lembaga organisasi baik negri
lviii
maupun swasta peran kepala lembaga dan dibantu oleh staff karyawan
sangat penting dalam menentukan arah dan jalanya sebuah lembaga
organisasi khususnya lembaga filantropi.
Berdasarkan pada gambar 1. diatas bahwa Struktur organisasi DT
Peduli Cab. Jambi dibentuk secara sistematis dari orang-orang yang
mempunyai tujuan sama bagi lembaga agar dapat berjalan dengan baik,
lancar dan efisien. Oleh karena itu pentingnya struktur organisasi yang jelas
dan tegas yang menunjukkan garis wewenang dan tanggung jawab terhadap
masing-masing bagian.
Pada gambar 1. struktur organisasi DT Peduli diatas terdapat
beberapa penjelasan tentang simbol warna yang ada pada masing-masing
anggota di lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi baik dari kepala
lembaga sampai kepada staff karyawan/ Santri karya insani. Adapun
penjelasanya antara lain:
a) Hitam : santri karya yang sudah tercatat dipusat dan penggajianya juga
dikelola oleh pusat
b) Pink : santri karya cabang yang belum tercatat dipusat dan penggajiany
dikelola oleh cabang .
c) Hijau : santri karya program tambahan karena adanya penambahan
program dan penggajianya dikelola oleh cabang. (dokumentasi. 03
oktober 2019)
5. Data kepegawaian
Tabel 2.1
lix
Data Kepegawaian di lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi Tahun
2019
No Nama Jabatan Pendidikan
1. Muliyadi S.Pd. Kepala Cabang S1
2. Rama Permadoni S. Kom Marketing Komunikasi (Markom) S1
3
Dwi Nugraha S.E Kabag Fundarising
-Corpoorate/korporasi perusahaan
S1
4. Yohanes S. Pd.i Ketua Retail
- Kotak Amal
- Kencleng (celengan)
S1
5. Willy Resty Syafri Timsil dan Kencreng
Event
SMA
6. Nurhayati S.E Timsil dan Kencreng S1
7. Yohanes Tim-K SMA
8. Yan Setya Ningsih Staff Pelayan / PO
- Administrasi dan Umum
SMA
9. Ahmad Yulis S. Pd.i Kabag Program
- Pilar sosial kemanusiaan, pendidikan
dan dakwah
S1
10. Ali Ariswanto Pilar Ekonomi SMA
11. Auhaina Zulana S.E - Pilar Kesehatan
- Administrasi Program
S1
12. Talia Risky Pilar Kesehatan SMA
13. Nur Alsa S.E Sekretaris Lembaga dan Operasional
- sub bagian keuangan
- sub bagian Sumber daya insani (SDI)
S1
Data kepegawaian adalah sebuah data tentang anggota satuan kerja
yang ada disebuah lembaga yang punya tujuan dan jabatan masing-masing.
Dalam sebuah lembaga seorang pegawai atau karyawan merupakan unsur
terpenting. Karena karyawan adalah orang yang akan membantu seorang
lx
kepala lembaga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam
sebuah organisasi.
Karyawan juga menjadi sebuah sentral penting dalam lembaga
filantropi, maju atau mundurnya sebuah lembaga filantropi ada pada
sumber daya manusianya (karyawan/staff). Karena setiap program yang
ada dilembaga akan dikelola dan dijalankan oleh pegawai, sehingga dengan
maksimalnya kinerja pegawai, karyawan atau staff akan membawa dampak
yang baik untuk lembaga, yakni setiap yang direncanakan dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan.
pada penjelasan tabel 2.1 bahwa DT Peduli Kota Jambi memliki
karyawan/staff sebanyak 13 orang dan 1 diantaranya adalah kepala
lembaga. Dan 12 karyawan lainya memiliki tugas dan fungsi masing-
masing untuk menjalankan program yang ada di lembaga DT Peduli Jambi.
karyawan/staff lembaga DT Peduli memiliki latar belakang pendidikan
terakhir yang berbeda diantaranya, karyawan/staff yang tamantan S1
(sarjana) sebanyak 8 orang dan 5 orang yang latar belakang pendidikanya
adalah tamatan Sekola Menengah Atas (SMA). (Sumber. Dokumentasi 03
oktober 2019)
6. Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan
bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi.
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang
utama terselenggaranya produksi.
Tabel 3.1
lxi
Kelengkapan sarana dan prasarana di lembaga DT Peduli Jambi tahun
2019
No Aset Kantor Tahun
Pembelian
Qty Harga Pj Sumber
Dana
Keteranga
n
Kendaraan
1. Motor Honda
Revo
2015 1 Rp. - Nurhayati Hibah
Donatur
Kendaraan
roda dua
2. Motor Honda
Megapro
2016 1 Rp. - Ahmad
Yulis
Hibah
Donatur
Kendaraan
roda dua
Elektronik
1. Speaker 2015 Rp.2.500.000 Rama
Permadoni
Amil
2. HP. Asus
Zenfone 2 Laser
2016 Rp.2.000.000 Willy Resty
syafri
Amil
3. Printer Epson
LX-310
2016 Rp.2.100.000 Yan
Setyaningsih
Amil
4. Proyektor/infokus 2017 1 Rp.5.200.000 Rama
Permadoni
Amil
Mebeul
1. Meja Front
Office
2015 15 Rp.
1.400.000
Yan
Setyaningsi
Amil Upgrade
Lapisan
HP
2. Meja Kerja 2016 5 Rp.
2.000.000
Nur Aisa Amil
3. Brangkas 2016 1 Rp.
1.228.500
Nur Aisa Amil
4. Kursi Plastik 2018 8 Rp.
1.400.000
Nur Aisa Amil
lxii
5. Lemari Arsip 2018 1 Rp.
2.270.000
Nur Aisa Amil
6. Set meuble ruang
kacab (2 meja 2
kursi)
2019 1 Rp.
5.000.000
Mulyadi Amil
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dipahami bahwa sarana dan prasarana
merupakan alat penunjang keberhasilan suatu proses yang dilakukan dalam
sebuah kegiatan lembaga/perusahaan. Apabila sarana dan prasarana tidak
terdapat dalam pelayanan publik atau dalam sebuah lembaga dan
perusahaan maka seluruh kegiatan yang dilakukan tidak akan bisa
mencapai hasil yang telah diharapkan.
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh lembaga Daarut Tauhid
Peduli kota jambi bersumber dari hibah para donatur dan amil yang
diterima dan dimanfaatkan oleh petugas lembaga dalam menjalankan
kegiatan operasional lembaga. Sehingga sarana dan prasaran tersebut betul-
betul bermanfaat bagi lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi . (sumber
dokumentasi 03 oktober 2019)
7. Program Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi
Dalam sebuah lembaga amil zakat tentunya terdapat sebuah
program kerja dimana sebuah program tersebut menjadi acuan dalam
pelaksanaan dan pengelolaan manajemen di lembaga filantropi.
Berdasarkan hasil riset dan wawancara bahwasanya lembaga DT
Peduli Kota Jambi memiliki beberapa program kegiatan dalam mengelola
dan memberdayakan dana ummat dari masyarakat. sebagai lembaga amil
zakat dan lembaga filantropi DT Peduli Kota Jambi menjadikan program-
program tersebut sebagai acuan dalam menjalankan pekerjaan. Adapun
jenis-jenis program diantaranya sebagai berikut:
a. Program Pendikan
b. Program Ekonomi
c. Program Sosial Masyarakat
lxiii
d. Program Kesehatan
Kenapa DT Peduli hanya memiliki 4 program. Alasanya adalah,
karna 4 program ini sudah mewakili/mencakup seluruh aspek kehidupan
yang ada didalam masyarakat. Karna DT peduli adalah lembaga amil zakat
dimana uang yang dititipkan masyarakat senantiasa akan dialokasikan
untuk ke 4 program yang ada.
Adapun penjabaran tentang program-program yang ada di Daarut
Tauhid Peduli akan sedikit dijelaskan sebagai berikut.
a. Program Pendidikan
Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi memiliki
bebrapa program diantara adalah program pendidikan. Untuk program
pendidikan itu sendiri, alhamdulillah DT Peduli di priode 2017/2018
program pendidikan adalah salah satu sarana yang sangat membantu
masyarakat yang kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan dari
tingkat SD, SMP, SMA dan sampai perguruan tinggi. Bahkan ada juga
untuk para guru honorer yang selama ini berpenghasilan dibawah UMR
(Upah Minumum Regional) itu diberikan bantuan oleh Daarut Tauhid
Peduli
Untuk mendapatkan beasiswaku yang dimana makna dari
kata KU yang ditulis sebagai huruf besar memiliki arti yakni
(Khadimatul Ummah) dan uang yang didapat dari donator yang
memang menginfakkan khusus untuk beasiswa. Tapi ditahun 2019
untuk „Beasiswaku‟ berganti makna menjadi “beasiswa pendidikan”
kenapa disebut beasiswa pendidikan alasanya karena beasiswa untuk
tingkat SD, SMP, SMA ataupun mahasiswa sudah ditiadakan. kenapa
ditiadiadakan? Alasanya karena setelah dilakukan evaluasi hal tersebut
dianggap kurang efektif. Kemudian dirubah konsepnya agar supaya
lebih efektif dengan cara setiap lembaga yang berasal dari setiap cabang
harus mempunyai seorang anak/seorang pendidik yang punya
standarisasi dari DT Peduli.
lxiv
Daarut Tauhid Peduli memberikan beasiswa dengan
mengirim setiap anak yang sudah terpilih untuk dikirim kepusat,
kemudian disekolahkan disana. Dan tidak seperti beasiswa seperti
sebelumnya yang diberikan biaya setiap bulanya melainkan anak didik
yang dikirm kepusat untuk disekolahkan akan ditanggung biayanya
sampai selesai menjalani pendidikan. Namun perlu diketahui
bahwasnya anak didik yang mendapatkan beasiswa pendidikan harus
mengikuti sistem pendidikan dari lembaga DT Peduli yakni mereka
dikirmkan untuk belajar di SMP/SMA Adzkia Islamic School di banten.
Program pendidikan untuk Beamahasiswa tetap diadakan,
karena dengan adanya beamahasiswa sangat membantu bagi para
masyarakat yang anknya ingin melanjutkan sekolah kejenjang
perkuliahan. Walaupun nominalnya tidak begitu banyak, setidaknya
bisa sedikit membantu untuk anak-anak yang lagi membutuhkan. Dan
juga bagi penerima beasiswa pendidikan secara tidak disadari bisa
menjadi bagian / relawan dari Daarut Tauhid Peduli itu sendiri untuk
kedepanya.
Prinsip utama terbentuknya program pendidikan ini adalah
bertujuan untuk membantu setiap masyarakat yang kurang mampu
namun tetap ingin menyekolahkan ankanya. Dan melalui program
pendidikan ini DT Peduli hadir memberikan sumbangsi untuk anak-
anak negeri yang sedang membutuhkan pendidikan, dan melalui
program pendidikan ini DT Peduli ikut berkontribusi untuk kemajuan
pedidikan di indonesia. (sumber. Wawancara tgl 23 september 2019 ).
b. Program Ekonomi
Prinsip utama terbentuknya sebuah Lembaga Filantropi adalah
dengan salah satunya melihat bagaimana kondisi perekonomian dan
kesejahtraan suatu negara. Sehingga perlunya perhatian penting oleh
setiap lembag lembaga Amil Zakat/Filantopi yang berdiri.
lxv
Daarut Tauhid Peduli memiliki program yang disebut pilar
ekonomi. untuk penjelasan terkait pilar ekonomi disini memiliki
penjabaran yang sangat luas namun pada dasarnya sudah menjadi
tujuan DT Peduli dengan MOTTO semakin peduli semakin melayani,
dan bagaimana agar keberadaan DT Peduli benar-benar bisa
membantu/melayani masyarakat dibidang ekonomi.
Berdasarkan data statistik angka kemiskinan di setiap daerah
diseluruh Indonesia masi tinggi meskipun data secara keseluruhan
angka kemiskinan setiap tahunya mulai menurun. hal ini disebabkan
karena adanya kesenjangan sosial yang terjadi. Dan dalam hal ini
Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi mengambil peran sebagai lembaga
filantropi agar bagaimana mampu membantu masyarakat yang
membutuhkan pertolongan, terhimpit oleh sulitnya perekonomian
dengan memberi bantuan berupa dana yang sudah dititipkan oleh para
donator dan masyarakat lainya kepada Daarut Tauhid Peduli Kota
Jambi
Garis kemiskinan yang rendah menjadikan Indonesia masuk
kedalam kategori negara berkembang.Tentu saja, garis kemiskinan
yang rendah ini bukan berarti tanpa arti. Banyak sekali penyebab
timbulnya akan kemiskinan yang semakin besar.
Kemiskinan merupakan masalah yang umum di
Indonesia.Kemiskinan ini sendiri tentunya disebabkan oleh beberapa
faktor.Salah satu diantaranya ialah pengangguran.Ya, angka
pengangguran yang cukup tinggi di Indonesia juga menjadi penyebab
angka kemiskinan yang tinggi pula.
Ada banyak sekali penyebabnya, bahkan beberapa penyebab dari
kemiskinan itu sendiri bisa dibilang sebagai faktor utama munculnya
kemiskinan yang ada di negara ini. Untuk mengetahui lebih lanjut,
berikut akan dijelaskan mengenai beberapa alasan mengapa angka
kemiskinan tetap tinggi. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Tingkat Pendidikan yang Rendah
lxvi
2) Terbatasnya Lapangan Pekerjaan
3) Malas Bekerja
4) Beban Hidup keluarga
5) Keterbatasan sumber Daya (alam maupun modal)
(sumber. Https://m.liputan6.com diakses pada tanggal 24 oktober 2019
pada pukul 22:48 WIB. )
Pemberdayaan ekonomi melalui Zakat dan Infaq DT Peduli
memberi sumbangsi terhadap masyarakat sekitar dengan memberi
bantuan berupa modal untuk masyarakat yang ingin membuka usaha ,
agar mereka punya perekonomian yang lebih baik dan agar masyarakat
mampu keluar dari zona kemiskinan dan hal ini juga diharpkan mampu
merubah sudut pandang masyarakat yang sudah pernah terbantu yang
awalnya menjadi penerima manfaat menjadi pemberi manfaaat.
Dengan adanya beberapa permasalahan kemiskinan yang terjadi di
indonesia banyak lembaga Filantropi yang ikut mengambil peran,
membantu menekan angka kemiskinan dengan melakukan beberapa
program yang dianggap dapat memberi solusi kongkrit terhadap
permasalahan perekonomian yang sering terjadi. Lembaga DT Peduli
memberi bantuan kepada masyarakat seperti: (a). Gerobak Barokah
bagi masyarakat yang ingin membuka usaha (b). Pemberian modal
kepada masyarakat yang sudah punya usaha kecil-kecilan (c).
memberikan modal kepada masyarakat untuk beternak hewan seperti:
Ayam, Bebek, Ikan Lele dan sebagainya. Hal ini dilakukan DT Peduli
sebagai perwujudan kepedulian terhadap kehidupan masyarakat yang
masih membutuhkan bantuan agar bisa merasakan kehidupan yang
lebih baik kedepanya. (sumber wawancara 23 september 2019)
c. Program Sosial Masyarakat
Program sosial atau yang sering disebut dengan Pilar Sosial adalah
dimana DT Peduli secara tidak disadari telah mengambil peran di dalam
kehidupan masyrakat. Misalnya, ketika disebut Daarut Tauhid
lxvii
masyarakat akan mengatakan bahwa DT Peduli adalah lembaga amil
zakat, padahal lembaga DT Peduli bukan hanya mengelola tentang
zakat, infak dan sedekah melainkan juga disebut sebagai lembaga
filantropi, yang artinya lembaga yang punya peran penting dalam
membantu permaslahan-permaslahann sosial yang ada dimasyarakat.
Berdasrkan hasil wawancara dengan Mulyadi selaku kepala
lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi menjelaskan bahwa :
“Sebagai lembaga filantropi, Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi punya
peranan penting dalam ikut membantu mengatasi permaslahan-
permaslahan sosial yang terjadi di masyarakat seperti yang sedang
terjadi dikota jambi dan beberapa kota-kota lainya yang ada di
Indonesia. DT Peduli Juga harus cepat dalam membaca isu-isu atau
permasalahan terkini dimasyarakat ketika memang dalam tanda kutip
membutuhkan bantuan maka disitu DT Peduli akan masuk
memberikan kontribusi. contohnya, ketika di provinsi jambi sedang
terjadi kabut asap DT Peduli melakukan aksi penggalangan dana
bencana kabut asap dimana didaerah yang sedang terkena kabut asap
apalagi yang statusnya sudah sangat parah akan digunakan hasil
galang dana untuk membeli kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan
masyarakat misalnya: Masker, Vitamin, Obat-obatan dan Air minum
yang bersih. inilah salah satu pentingnya adanya lembaga-lembaga
sosial diindonesia”.
Selain dari contoh diatas, sebagai lembaga Filantropi yang
memliki fungsi kontrol sosial masyarakat, Lembaga DT Peduli masih
memiliki banyak bentuk kegiatan dalam hal membantu mengentaskan
permasalahan sosial dimasyarakat. Diantaranya adalah :
1) Memberi sumbangan kepada masyarakat yang kurang mampu
seperti sembako dan kebutuhan hidup yang lain
2) Melakukan aksi galang dana untuk membantu masyarakat yang
sedang terkenaa musibah bencana misalnya, gempa bumi,
kebakaran, longsor, tsunami dan lain-lain
3) Melakukan Aksi galang dana untuk membantu warga palestina
4) Membuat Program Bangun Rumah untuk masyarakat yang betul-
betul membutuhkan terkhusus untuk Suku Anak Dalam
lxviii
5) Mendirikan rumah peduli yatim bagi anak-anak yatim yang kurang
mampu
6) Mendirikan Taman Pendidikan Al-Quran
7) Membagikan ratusan makanan siap saji kepada masyarakat yang
kurang mampu
8) Membagikan seperangkat alat sholat dan Al-Quran kepada
masyarakat yang membutuhkan.
9) Memberikan sosilaisasi dan pembinaan terhadap suku anak dalam
10) Memberikan bantuan donasi kepada masyarakat yang sedang sakit
parah dan membutuhkan penanganan khusus (Hasil Observasi pada
tanggal 25 september 2019)
Terkait beberapa contoh program sosial masyrakat yang sering
dilakukan diatas, telah menunjukkan bahwasanya Daarut Tauhid
sebagai lembaga filantropi sangat banyak memberikan kontribusi
terkait permaslahan-permaslahan yang sering terjadi dimasyarakat.
Daarut Tauhid Peduli Jambi telah melakukan beberapa program-
program yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan dimana
setiap program/kegiatan yang dilakukan niatnya untuk membantu
masyarakat dan semata-mata untuk Allah SWT.
d. Program Kesehatan
Program Kesehatan merupakan salah satu program penting yang
dikelola oleh lembaga DT Peduli, melihat masi banyaknya warga dan
masyarakat yang kurang mampu terutama dalam mendapatkan layanan
kesehatan maka DT Peduli hadir memberi kemudahan bagi masyarakat
yang kurang mampu dalam mendapatkan pengobatan secara gratis.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Mulyadi, kepala bagian
DT Peduli Kota Jambi menjelaskan bahwa:
“Alhamdulillah DT Peduli dibeberapa cabang yang ada di seluruh
Provinsi di seluruh indonesia sudah mempunyai Klinik Kesehatan,
mulai dari yang dipusat dibandung. DT Peduli pusat memiliki
sebuah rumah sakit yakni RS. Desinamon dan juga mempunyai
klinik bersalin. dan dibeberapa cabang DT lainya yang ada di
lxix
indonesia. Bahkan dijambi juga sudah memiliki klinik kesehatan
dengan nama Klinik MSK (Mitra Sehatku) meskipun di Mitra
Sehatku, DT Peduli belum memiliki peranan yang begitu penting
dalam memberikan pelayanan layaknya rumah sakit, namun di
Mitra Sehatku, DT Peduli sudah memiliki tenga ahli medis yang
berasal dari relawan yang memang mau membantu DT Peduli
dibidang kesehatan.”
Meskipun berbeda dengan Klinik pada umumnya, dalam hal
pelayanan kesehatan dan cara pengobatanya di Mitra Sehatku juga
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang kurang
mampu dengan metode yang berbeda pada lainya .
Karena DT Peduli adalah lembaga islam maka metode atau cara
pengobatan yang diperkenalkan atau diterapkan adalah dengan
Thibbun Nabawi arti daripada Thibbun Nabawi itu sendiri adalah,
segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah yang
shahih yang berkaitan dengan kedokteran baik berupa pencegahan
(penyakit) atau pengobatan. Contohnya: memperkenalkan cara dan
metode pengobatan bekam dan efeknya kepada kesembuhan pada diri
manusia dan pengobatan-pengobatan yang dilakukan secara islami
lainya
Pada dasarnya program kesehatan yang dilakukan oleh DT peduli
adalah bentuk perhatian kepada masyarakat yang kurang mampu yang
pengen mendapatkan pengobatan, namun terkendala dengan biaya dan
mahalnya obat-obatan yang dibuthkan sehingga banyak sekali
masyarakat yang tidak bisa meraskan pelayanan kesehatan dan
kesempatan berobat sehingga banyak sekali kita jumpai banyaknya
masyarakat yang meninggal akibat penyakit yang diderita dan jarang
untuk melakukan pengobatan karena ketidak mampuan untuk
membayar pengobatan sehingga hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Alhamdulillah sebagai lembaga Filantropi DT Peduli dengan
hadirnya program Mitra Sehatku memberi kesempatan kepada
masyarakat yang kurang mampu untuk bisa merasakan pelayanan
kesehatan dengan gratis.
lxx
B. Temuan khusus
1. Strategi pengelolaan Filantropi di Lembaga Daarut Tauhid Kota
Jambi
a. Strategi Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi dalam mencari
donatur
Dalam sebuah lembaga Filantropi terdapat beberapa program
kegiatan yang harus dijalankan yang dimana program-program tersebut
sudah disusun dan direncanakan sebelumnya. Namun dalam
pelaksanaanya sebuah Lembaga Filantropi membutuhkan
pembiayaan/dana untuk menyokong setiap kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan.
Banyak masyarakat dan orang awwam lainya yang bertanya dari
manakah pendanaan yang didapatkan sebuah Lembaga Filantropi dalam
hal ini yang dibahas adalah lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi,
berbeda dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang
pendananya langsung diatur dan dikelola oleh negara. Lalu bagaimana
dengan Lembaga Amil Zakat? bagaimana cara yang dilakukan agar
mendapatkan pendanaan untuk setiap program-program kegiatan yang
akan dilakukan.
Daarut Tauhid adalah Lembaga Amil zakat yang dikelola dan
dibentuk oleh swasta dan bergerak diluar pemerintah. Sebagai lembaga
yang dikelolah oleh swasta dan bukan oleh pemerintah maka pendanaan
yang didapatkan bukan berasal dari pemerintah, melainkan sumber
pendanaan yang didapatkan oleh DT Peduli berasal dari para donator
dan sumbangan masyarakat dalam bentuk zakat, infaq dan sedekah.
Maka dari itu DT Peduli punya sistem dalam mencari donatur untuk
mendapatkan pembiayaan yang dibutuhkan adapun sistemnya anatara
lain sebagai berikut:
1) Pencarian donator secara tidak langsung
Pencarian donatur secara tidak langsung merupakan salah
satu bentuk cara atau sistem yang digunakan oleh lembaga DT
lxxi
Peduli untuk mendapatkan dana agar setiap program dapat
terjalankan. Secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak
sadar seorang donatur adalah seorang manusia dan setiap manusia
mempunyai 2 sifat, yakni sifat baik dan sifak buruk. Ada beberapa
manusia yang didalam didirinya sudah tertanam jiwa untuk selalu
berbuat baik dan peduli kesesama manusia. Nah orang-orang yang
sudah terbiasa melakukan hal-hal baik sepeerti bersedekah itu tidak
perlu dicari atau dinformasikan.
Secara harfiahnya memang ada manusia yang terlahir
senang untuk berbuat kebaikan seperti bersedekah, kemudian cara
yang digunakan secara tidak langsung adalah dengan cara
memperkenalkan program DT Peduli kepada masyarakat melalui
media. DT Peduli memanfaatkan media sosial untuk menjual
program kepada masyarakat yang dimana nantinya masyarakat akan
tertarik untuk berdonasi ke DT Peduli
Melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Fans
page DT Peduli menyebarkan/memperkenalkan setiap program
kegiatan kedalam media sosial tersebut. Mereka mengemas foto
dan video program kegiatan dengan semenarik mungkin agar
membuat masyarakat tertarik dan tersentuh hatinya untuk ikut
memberikan donasi. dan juga dengan memperkenalkan program
kepada masyarakat. Sehingga masyarakat bisa memilih kemana
akan memberikan sumbanganya. Dan masyarakat bisa mengunjungi
beberapa akun media online lembaga Daarut Tauhid peduli Kota
Jambi dengan alamat diantaranya, Facebook (J ambi Peduli),
Twitter (@dtpeduli) Instagram (@jambi_peduli), Fans Page
(www.dtpeduli.org) (sumber wawancara bersama Mulyadi kepala
lembaga DT Peduli Jambi)
2) Pencarian donatur secara langsung
Berbeda dengan cara sebelumnya dalam mencari seorang
donatur yang lebih memanfaatkan media sosial. cara langsung
lxxii
adalah sebuah cara yang digunakan untuk mendapatkan donatur
dengan terjun langsung kelapangan atau kemasyarakat untuk
memperkenalkan program dan Brand yang dimiliki oleh DT Peduli.
Lembaga Daarut Tauhid Peduli memiliki system pencarian
donatur melalui secara langusng, berdasarkan (hasil wawancara
dengan kepala lembaga DT Peduli Jambi Mulyadi). Menjelaskan
bahwa.
“DT Peduli Jambi memiliki sebuah Brand yang disebut Kencleng
(celengan) sebagai salah satu alat yang digunakan untuk mencari
donatur. Bagaimana cara penggunaanya, yakni dengan cara
membagikan/memberikan kepada masyarakat yang mau
memberikan donasi artinya mau tidak mau orang yang sudah
memiliki kencreng tadik sudah menjadi bagian dari donatur DT
Peduli. Masyarakat yang telah memiliki kencreng dapat
menyisihkan beberapa uangnya kedalam kencreng tersebut dan
ketika kencreng tersebut sudah penuh bisa di serahkan kembali
kepada DT Peduli dan juga setiap donatur bisa menguhungi staff
kantor DT Peduli untuk menjemput donasi yang mau diberikan”.
Selain daripada kencleng, cara yang dilakukan DT Peduli
Jambi untuk mencari donatur secara langsung adalah dengan
mengikuti beberapa kajian dan seminar-seminar yang diadakan
oleh beberapa lembaga kampus dan komunitas-komunitas yang ada
di kota jambi. Mereka bekerjasama dan kemudian mereka
mendapatkan izin untuk memperkenalkan program-program DT
Peduli yang dimana tujuan utamanya adalah untuk menarik simpati
masyarakat untuk mau berdonasi.
Melalui beberapa metode silaturahmi yang digunakan oleh
Timsil dalam hal mencari donatur, Daarut Tauhid peduli Jambi
sudah memiliki beberapa banyak donatur. Adapun para donatur
yang dimaksud adalah sebagai berikut (wawancara bersama
Mulyadi selaku kepala lembaga DT Peduli Jambi )
a) Masyarakat secara individu/personal
lxxiii
Masayarakat individu/personal yang dimaksud adalah
setiap orang/individu yang mau mendonasikan hartanya baik
secara langsung atau tidak langsung kepada DT Peduli agar
donasi yang diberikan dapat bermanfaat bagi orang-orang yang
berhak menerimanya.
b) Komunitas-komunitas
Selain mendapatkan donatur yang sifatnya dari personal/
individu DT Peduli juga memiliki beberapa donatur yang
berasal dari komunitas atau kelompok-kelompok tertentu yang
ada di Provinsi Jambi. seperti:
- Komunitas TDA (Tangan Diatas)
- Komunitas S3 (Sedekah Seribu sehari)
- Komunitas PPA (Pola Pertolongan Allah)
- Komunitas IPMI (Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia)
c) Lembaga Pemerintah
Sebagai lembaga Filantropi, Lembaga Daarut Tauhid
Peduli Kota Jambi juga memiliki donatur yang notabenya
berasal dari lembaga pemerintah, diantara lain adalah:
- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN)
- PT Perkebunan Nusantara (PTPN)
- PT Pelabuhan Indonesia II Persero (PELINDO)
- Badan Narkotika Nasional RI (BNN)
- Bank Indonesia (BI)
d) Perusahaan- perusahaan swasta
Beberapa perusahan-perusahaan swasta yang ada di
Provinsi Jambi ikut mengambil peran dalam hal memberikan
donasi kepada lembaga DT Peduli Jambi. dan hal ini dilakukan
sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat yang kurang
mampu. Adapun perusahan-perusahan yang dimaksud
diantaranya adalah:
lxxiv
- Wardah (Perusahaan Kosmetik)
e) Lembaga-lembaga Keuangan
Banyaknya Lembaga-lembaga keuangan yang berdiri di
prrovinsi Jambi terrnyata membawa pengaruh besar bagi
beberapa lembaga-lembaga amil zakat yang ada karena
Lembaga-lembaga keuangan yang ada ternyata ikut
berpartisipasi dengan memberikan donasi kepada DT Peduli
sebagai bentuk perhatian kepada masyarakat secara umumnya
yang dimana hasil dari donasi yang diberikan bisa bermanfaat
bagi setiap orang yang menerimanya. Adapun Lembaga
Keuangan yang dimaksud diantara lain adalah:
- Perbankan Syariah
- BNI Syariah
- CIMB Syariah
- Mandiri Syariah
- Pegadaian Syariah
Kehadiran beberapa donatur yang ikut serta memberi
kontribusi untuk Lembaga Daarut Tauhid tidak terlepas dari
usaha dan kerja keras dari tim pencari dana (Fundarising)
untuk mencari bantuan pendanaan kemasyarakat. Kemudian
dari tim fundraising membentuk yang namanya Tim
Silaturahmi (TIMSIL) yang tugasnya melakukan kegiatan
silaturahmi dengan cara mengunjungi atau menghubungi setiap
masyarakat baik dengan cara bertemu langsung melalui tatap
muka ataupun menghubungi melalui media online. Selain
silaturahmi Timsil juga sekaligus memperkenalkan dan
menawarkan program kepada masyarakat melalui:
1.) Brosur
Brosur merupakan salah satu media yang digunakan
oleh lembaga DT Peduli Jambi untuk dapat menyampaikan
informasi kepada masyarakat. DT Peduli Jambi juga
lxxv
menggunakan Brosur untuk mempromosikan program-
program yang ada pada lembaga kemasyarakat. Selain
memperkenalkan dan menawarkan program lembaga,
didalam brosur yang digunakan oleh DT Peduli juga
terdapat foto-foto kegiatan lembaga, laporan pendanaan
lembaga, ilmu pengetahuan, motivasi, ilmu dalam
berwirausaha dan ilmu agama.
2.) KATA (Kotak Amal)
Kotak Amal adalah salah satu alat yang digunakan
oleh lembaga DT Peduli Jambi untuk memperoleh bantuan
dana dari masyarakat yang ada di Provinsi Jambi.
Penggalangan dana ini dilakukan dengan cara menyebar
beberapa kotak amal keseluruh daerah di Kota Jambi
dengan menitipkan dibeberapa tempat-tempat umum
seperti: Masjid, tempat perbelanjaan, rumah makan,
Apotek, dan lain-lain.
Kemudian uang dari kotak amal tadi biasanya
digunakan untuk kegiatan pembangunan dan misi
kemanusiaan. Contohnya, hasil dari uang kotak amal
digunakan untuk pembangunan masjid, membantu
masyarakat korban bencana alam, membantu warga
palestina, membantu masyarakat jambi yang membutuhkan
pertolongan akibat terkena penyakit langka yang diderita
dan membutuhkan pengobatan, dan beberapa kegiatan
lainya sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
3.) Kencleng (Celengan Kaleng)
Kencleng adalah sebuah istilah bahasa sederhana
dari celengan kaleng yang berbentuk lonjong sehingga
apabila dimasukkan uang koin didalamnya akan berbunyi
kencreng.
lxxvi
Daarut Tauhid Peduli Jambi menggunkan sebuah
produk yang disebut sebagai kencleng untuk memudahkan
para masyarakat dalam melakukan sedekah dan infak.
Hadirnya kencleng ini sangat membantu lembaga DT
Peduli dalam mendapatkan pendanaan untuk program,
namun kencleng yang digunakan oleh lembaga DT Peduli
bukanlah dari kaleng, melainkan DT Peduli membuat
transformasi dari bahan plastik yang berbahan keras namun
ringan untuk dibawa kemana-kemana.
Sehingga kencleng disini banyak digunakan oleh
masyarakat baik dari kalangan orang dewasa, remaja,
sampai anak-anak, dan juga baik dari kalangan para
pengusaha, pejabat pemerintah, guru, polisi, pedagang,
maupun siswa sekolah dasar untuk bisa
menabung/menyisihkan sebagian uangnya untuk
didonasikan kepada masyarakat. Adapun cara yang
dilakukan oleh DT Peduli untuk mendapatkan pendanaan
dengan kencleng tersebut dengan membagikan kepada
masyarakat umum melalui Timsil dengan cara silaturahmi
kebebrapa rumah warga, kemudian memperkenalkan dan
membagikan kencleng di setiap ada acara-acara seminar dan
bazar kemudian memperkenalkan kencleng melalui media
online.
Melalui alat ini (Kencleng) DT Peduli bisa
mengajak dan mengingatkan kepada masyarakat
bahwasanya bersedekah itu tidak semestinya dimulai dari
nilai yang besar namun bisa dimulai dari nilai dan hal yang
terkecil sehingga bisa melatih diri untuk terbiasa
bersedekah dan berinfak kepada sesama.
b. Sistem pengumpulan dana yang dilakuan oleh Lembaga DT Peduli
Jambi
lxxvii
Dalam sebuah Lembaga Amil Zakat perlu dilakukan yang
namanya pengelompokkan atau pengumpulan dana yang masuk dari
setiap donatur, alasanya agar supaya uang yang dititipkan masyarakat
kepada lembaga dapat terkelola dengan baik dan untuk menghindari
terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan yang ada di
lembaga.
Terkait masalah keuangan yang sifatnya sangat sensitif,
perlu adanya perhatian penting dari lembaga DT Peduli, sebagai
lembaga filantropi yang kredibel dan terpercaya. berdasarkan (hasil
wawancara dengan Mulyadi Selaku ketua lembaga DT Peduli Jambi)
menjelaskan bahwa:
“ kalau untuk pendanaan yang telah kami terima karena sifatnya dari
masyrakat artinya tidak mengikat/tidak memaksa sehingga untuk dana
yang masuk ada yang dibuat per periode. Contoh: ada dana yang bisa
diambil dari donasi masayrakat karena sudah menjadi persen dari
lembaga untuk setiap bulanya, dan sifat pendanaanya bukan khusus.
Kemudian karena donatur ada yang tidak tetap misalnya hari ini ada
donatur baru, trus bulan depan belum tentu ada lagi sehingga
keuangan yang masuk tidak selamanya berjalan sesuai dengan target.
Namun dengan adanya donatur yang sudah tetap dan tidak tetap tadi,
tetap dikumpulkan pada 1 titik di kantor DT Peduli. Dan setiap
pendanaan yang masuk setiap harinya itu akan langsung dilaporkan
kepusat agar Trust/kepercayaan dari masyarakat benar-benar dapat
dipertanggung jawabkan dan uang yang sudah diterimah oleh pihak
DT Peduli benar-benar sudah dititipkan dan diterima oleh tim DT
Peduli yang ada dipusat.”
Untuk sistematika pengumpulan dana yang dilakukan oleh DT
Peduli Jambi adalah dengan cara sebagai berikut:
1) Setiap donasi yang masuk di lembaga DT Peduli setiap harinya
akan langsung dicatat dan di input melalui aplikasi (ZEIN)
2) Aplikasi ZEIN itu sendiri adalah, sebuah aplikasi yang digunakan
oleh lembaga DT Peduli yang ada dipusat dan disetiap cabang di
seluruh Provinsi yang ada diindonesia yang dimana fungsinya
adalah, untuk menyamakan atau mensingkronkan antara data yang
lxxviii
diterima di cabang dan dipusat baik penerimaan dana yang ada
dicabang dan dipusat. Jadi setiap pendanaan yang diinput
dicabang, maka sesecara langsung akan terinput dipusat. Sehingga
adanya data yang tersingkronisasi antara data lembaga dan data
pusat.
3) Setelah diinput melalui aplikasi ZEIN setiap donasi yang masuk
akan langsung distor ke Bank setiap harinya melalui Rekening
lembaga Daarut Tauhid
4) Setiap dana yang di stor ke bank akan langsung diketahui ole tim
pusat karena adanya sistem yang terkoordinasi oleh lembaga pusat
dan lembaga cabang yang disebut sebagai sistem (ZEIN)
5) Setiap donatur yang memberikan donasi kepada lembaga DT
Peduli akan langsung mendapat informasi berupa konfirmasi
melalui SMS/WA Blast langsung dari DT Peduli Pusat
bahwasanya donasi yang telah diberikan sudah sampai dan
diterima oleh DT Peduli. Dan contoh dari sms/wa blas bisa dilihat
pada gambar. 19
6) Setiap dana yang masuk terlebih dahulu dikumpulkan, dicatat dan
diaudit kemudian baru bisa dialokasikan untuk kegiatan program
Lembaga Daarut Tauhid Peduli sangat memperhatikan
masalah pendanaan yang masuk di dalam lembaga karena pengelolaan
yang sesuai dan terstruktur akan memberikan hasil yang baik, begitu
pula setiap pendanaan yang dikelola oleh DT Peduli Jambi itu secara
langsung diawasi dan dikontrol oleh tim DT Peduli Pusat agar tidak
terjadi penyelewengan dan untuk membangun kepercayaan masyarakat
DT Peduli memberi layanan penginformasian tentang donasi yang telah
dititipkan. contohnya: ketika donasi yang diberikan masyarakat telah
sampai kepada pengelola maka akan di input melalui aplikasi Zein.
Setelah penginputan selesai para donatur akan mendapatkan
pembritahuan melalui Sms/Wa Blast yang dimana bentuk sms/wa blast
bisa dilihat pada gambar. 20.
lxxix
Layanan pembritahuan ini langsung di informasikan oleh
pusat, sehingga masyarakat yang sudah memberikan donasinya akan
langsung tau bahwasanya donasinya benar-benar telah tersalurkan.
Sehingga dengan adanya sistem pengumpulan pendanaan seperti ini
akan membuat masyarakat semakin lebih percaya kepada DT Peduli.
(Hasil wawancara peneliti bersama Mulyadi selaku Ketua Lembaga DT
Peduli Cab.Jambi.)
c. Strategi pengelolaan dana di Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota
Jambi
Pengelolaan dana yang dilakukan oleh DT Peduli Jambi
berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada, sebagai
lembaga Profesional, Akuntabel dan Terpercaya. Lembaga DT Peduli
akan mengelola pendanaan yang telah ditipkan oleh donatur kepada
lembaga dari nilai yang terkecil sampai kepada jumlah keuangan yang
terbesar.
Standar Operasional prosedur (SOP) dalam pengelolaan
keuangan Lembaga Amil Zakat Nasional dalam penyaluranya adalah
sebagai berikut:
1) Penyaluran dana Zakat, Infaq dan sedekah harus dikelola dengan
tepat
2) Sesuai syariah, sebagaimana yang tertuang dalam Al-Quran
3) Prioritas, pendistribusian dana ZIS dimulai dari peningkatan
kapasitas diri sendiri, keluarga, kerabat, tetangga kemudian orang
lain
4) Mensosialisasikan batas harta yang wajib dikeluarkan zakatnya dan
batas waktu penguasaanya.
5) Zakat harus melalui Amilin/Lembaga pengelola dana zakat, infaq
dan sedekah (ZIS)
6) Zakat Maal pendistribusianya harus produktif, sedangkan Zakat
Fitrah adalah Konsumtif.
lxxx
7) Zakat diorientasikan kepada program peningkatan kapasitas diri,
sehingga mustahiq setelah dibantu dapat masuk ketahapan mandiri
kemudian dapat menjadi Muzakki dan bergabung dalam komunitas
insani
8) Infaq dapat digunakan sebagai anggaran operasional amilin atau
lembaga pengelola zakat, yang pengeluaranya di ketahui oleh
pengurus, pengawas dan pengawas syariah.
9) Sodaqoh, adalah dana subsider yang dapat digunakan sebagai
support program-program panitia zakat atau pengelola zakat.
10) Dana zakat dapat digunakan kepada tiga segmentasi program yakni,
produktifitas, pendidikan, dan kesehatan. Dana zakat tidak boleh
berkurang namun boleh bertambah jumlah saldonya.
11) Dana zakat Maal harus habis di distrubiskan pada setiap bulanya,
atau dapat didistribusikan pada bulan berikutnya.
(sumber www.simbi.kemenag.go.id diakses pada tanggal 25 Oktober
2019 pada pukul. 11:00 wib. )
Lembaga DT Peduli Jambi mengelola keuangan para
Mustahik dengan cara profesional dan akuntabel tujuanya agar
terhindar dari kesalahan dan penyalahgunaan dana serta agar memberi
kemaslahatan bagi ummat. adapun sistem pengelolaan dana yang
digunakan oleh DT Peduli adalah sebagai berikut (wawancara peneliti
bersama Mulyadi selaku kepala lembaga DT Peduli Jambi )
a) Profesional.
Sebagai bentuk menjaga kepercayaan massyarakat terhadap
lembaga, DT Peduli mengelola keuanganya dengan penuh
profesional, artinya sekecil apapun donasi yang diberikan oleh
donatur DT peduli akan dikelola dengan cara yang baik dan benar.
Sedikit banyaknya donasi yang masuk DT Peduli sudah diberikan
tanggung jawab untuk selalu mengelolanya bahkan pimpinan dari
pusat selalu mengingatkan kepada para staff atau karyawan yang
ada dicabang, apabila suatu pekerjaan tidak kamu lakukan dengan
lxxxi
penuh tanggung jawab maka akhirat balasanya, jadi inilah pesan-
pesan yang selalu di ingatkan oleh pimpinan kepada para bawahan
agar mereka dituntut untuk menjadi orang - orang yang profesional.
b) Akuntabel
Konsep pengelolaan keuangan yang kedua adalah
akuntabel. Artinya dimana setiap ada pendanaan yang masuk harus
dibukukan, kemudian harus disertai dengan Nota/kwitansi yang
jelas. Seandainya adanya tidak kesesuaian antara jumlah debit dan
kredit maka saat itu bisa dikatakan ada penyelewengan yang terjadi
maka Lembaga DT Peduli tidak bisa disebut amanah. Contoh,
ketika ada pembelian yang dilakukan maka harus ada notanya baik
itu skala kecil maupun besar. Karena setiap pendanaan yang masuk
dan keluar akan di audit oleh tim Interent dan Eksteren sehingga
betul-betul harus diperhatikan.
Lembaga DT Peduli dituntut untuk menjadi lembaga amil
zakat yang terpercaya dan memberi pelayanan yang baik terhadap
masyarakat sehingga menjadikan DT Peduli sebagai salah satu
Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) yang amanah.
Kemudian bagaimana konsep pengelolaan keuangan yang
di lakukan oleh DT Peduli dalam melaksanakan program-program
yang ada. (Berdasarkan hasil wawancara dengan Mulyadi selaku
kepala lembaga DT Peduli Jambi) beliau menjelaskan bahwa :
“ setiap program-program yang ada di lembaga itu sudah punya pos
dan dana masing-masing, hanya memang kadang kita harus pintar-
pintar memilih karena tidak setiap saat dan tidak setiap pos ini
memiliki keuangan yang sama contoh : di program pendidikan
ketika kita sudah mempunyai program beasiswa, maka setiap
anak/siswa yang dibiayai pada saat itu harus dicarikan dana untuk
di pos pendidikan dibulan dan untuk bulan selanjutnya tidak ada.
Agar keuangan untuk di post ini bisa stabil, tim DT Peduli mencari
donator-donatur yang mau berkomitmen untuk dipelayanan
diprogram ini sendiri. Hanya saja seandainya jika sudah seperti itu
dan pendanaan masi belum cukup maka pada saat itu perlunya
lxxxii
membaca neraca karna untuk keuangan di bidang pendidikan
memang dari subnya pendidikan untuk orang yang mendanai
keuangan dibidang pendidikan ada, namun jika kurang atau masi
belum sesuai dengan target yang harus dicapai maka untuk menutpi
kekuranganya di ambil dari dana zakat. Asal para penerima
manfaatnya sesuai dengan 8 Asnaf yang sudah ditentukan. Contoh:
pendanaan dibidang pendidikan di bulan ini yang harus dikeluarkan
sebanyak 9 juta namun ternyata untuk pos khusus hanya mampu
mendanai 7 juta maka kekuranganya bisa diambil dari uang zakat
dan infak umum. Dan pada intinya pengelolaan pendanaan untuk
setiap program harus seimbang agar setiap program yang sudah di
tentukan dapat terlaksana dengan baik.”
Pengelolaan yang dilakukan oleh DT Peduli adalah dengan
cara menyesuaikan kebutuhan pendanaan setiap program dengan
jumlah donasi yang masuk. Setiap program punya pos dana masing-
masing yang akan terpenuhi sehingga ketika dalam
pengelolaanya/pendistribusianya harus sesuai dengan yang sudah
ditetapkan. Jika ada kendala dalam pengelolaan, maka kembali kepada
para staff bagaimana mampu membaca neraca kebutuhan.
d. Strategi sistem pengawasan Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2011 pasal 34,
pembinaan dan pengawasan lembaga amil zakat dilaksanakan oleh
Menteri Agama, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya. Dalam hal pembinaan, menurut undang-undang
meliputi; sosialisasi, fasilitasi dan edukasi. Sedangkan pengawasan
dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
UU Pengelolaan Zakat, mencakup pelaporan, audit syariah dan audit
keuangan.
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 pasal 75,
menetapkan kewenangan Kementerian Agama untuk melakukan audit
syariah atas laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan
dana sosial keagamaan lainnya yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) dan LAZ. Melalui audit syariah dapat diketahui
dan dipastikan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial
lxxxiii
keagamaan lainnya yang dilakukan badan amil zakat dan lembaga amil
zakat telah memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam (shariah
compliance) serta untuk mencegah penyimpangan dan pelanggaran
yang dilakukan oleh oleh amil zakat.
Keberadaan dewan pengawas syariah sangat diperlukan
selain untuk memberikan kontrol syariah dan pendidikan, dewan
pengawas syariah dalam struktur Lembaga Amil Zakat) akan
meningkatkan kepercayaan terhadap lembaga amil zakat apabila dewan
pengawas syariah melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsinya.
Dengan begitu akan memberikan jaminan atas pengelolaan dana zakat
sesuai dengan hukum-hukum zakat dan memberikan keyakinan bahwa
personil lembaga amil zakat layak sebagai amil zakat. Selain itu, dewan
pengawas syariah dapat mendorong lembaga amil zakat untuk
menciptakan “good corporate governance.” Hal ini akan bermanfaat
karena dengan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
amil zakat, akan mendorong muzaki menyalurkan zakatnya melalui
lembaga amil zakat, dan tidak lagi disalurkan secara individu masing-
masing muzaki
(sumber https://kompasiana.com diakses pada tanggal 25 Oktober 2019
pada pukul 11:00 wib)
Selain adanya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah kepada lembaga Amil Zakat yang berdiri, termasuk DT Peduli
Jambi secara internal lembaga DT Peduli juga melakukan sistem
pengawasan dengan cara sebagai berikut (wawancara bersama Mulyadi
selaku kepala lembaga DT Peduli jambi)
1) Menjadikan pengawasan Allah sebagai pengawasan yang utama
Sebagai Lembaga Islami yang bertugas untuk mengelola
dana ummat yang telah dititipkan untuk kemudian disalurkan
kepada para penerima yang berhak menerimanya DT Peduli Jambi
memegang kepercayaan bahwasanya tidak ada pengawasan yang
paling sempurna selain daripada pengawasan Allah Swt.
lxxxiv
Penanaman prinsip ini dilakukan oleh kepala DT Peduli Pusat
kepada seluruh petugas lembaga DT Peduli baik yang ada dipusat
maupun di setiap cabang yang ada diseluruh provinsi indonesia.
Pentingnya penanaman prisnsip pada setiap karakter
manusia atau petugas lembaga DT Peduli membawa pengaruh dan
dampak positif bagi efektivitas kinerja yang dilakukan. Karena
tanpa secara langsung setiap petugas akan menjalankan setiap
kegiatan lembaga dengan rasa penuh keikhlasan dan rasa tanggung
jawab karena mereka merasa setiap apa yang dilakukan tanpa secara
langsung telah diawasi oleh Allah Swt.
2) Melakukan pengawasan dengan cara mengaudit pendanaan secara
berkala
Melakukan pengauditan terhadap pendanaan tidak mesti
menunggu satu dekade berjalan. Keuangan diaudit setiap hari untuk
mengetahui adanya ketidak seimbangan antara uang yang masuk
dengan uang yang dikeluarkan. Setiap pembelian/pengeluaran yang
dilakuakan harus disertai dengan Nota dan Kwitansi atau
sejenisnya, sekecil apapun pengeluaranya harus dilaporkan agar
tidak terjadi penyelewengan dana.
Secara harian pendanaan DT Peduli langsung diawasi oleh
sistem aplikasi Zein, kemudian secara bulanan pendanaan di DT
Peduli akan langsung diaudit oleh pihak pusat, secara pertiga bulan
pendanaan diawasi langsung oleh tim eksternal/tim Pemeriksa
Keuangan dari luar. Dimana tim eksternal disini/tim pemeriksa
keuangan dari luar bertugas memeriksa pengelolaan keuangan
dilembaga DT Peduli Jambi apakah pengelolaan keuangan yang
digunakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
sudah ditetapkan. Sehingga sistem pengawasan terhadap
pengelolaan pendanaan di lembaga DT Peduli benar-benar terjamin.
3) Melakukan pengawasan keuangan dengan cara melampirkan
Permintaan Pengeluaran Dana (PPD) secara jelas dan akurat.
lxxxv
Setiap pendanaan yang akan dikeluarkan harus melalui
bagian keuangan dengan bukti penerima uang harus melampirkan
PPD yang telah di Acc oleh Kepala Bagian Keuangan. Dan juga
bagian keuangan harus bisa membaca apakah benar uang yang
dikeluarkan akan digunakan sesuai dengan apa yang sudah
dilaporkan. Didalam PPD tersebut telah tertera rincian dana yang
akan dibutuhkan. Dana tidak akan cair apabila tidak ada rincian
program yang dilampirkan. Sebagai salah satu bentuk pengawasan
yang dilakukan oleh DT Peduli untuk meminimalisir terjadinya
penyelewengan dana.
4) Melakukan pengawasan dengan cara melakukan evaluasi secara
bertahap
Evaluasi adalah suatu proses identifikasi untuk mengukur /
menilai apakah suatu kegiatan atau program yang dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai.
Evaluasi sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang
kehidupan manusia sehingga meningkatkan efektivitas dan
produktivitas, baik dalam lingkup individu, kelompok maupun
lingkungan kerja.
bagaimana halnya di lembaga DT Peduli Jambi dalam
melakukan kegiatan evaluasi wajib hukumnya, kegiatan profesional
itu dilakukan setiap hari. Karena DT Peduli Jambi mempunyai
target evaluasi harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Misalnya:
untuk target bulanan DT Peduli Jambi itu sebanyak 200 juta, maka
kepala Fundarising akan membreak down/ memecahkan kembali
dengan cara 200 juta tersebut dibagi untuk 22 hari kerja. Misalnya 1
harinya itu 7 juta maka dikali 1 minggu 5 hari kerja maka untuk 1
minggu itu sebanyak 35 juta kemudian harus di break down lagi 1
minggunya jadi 7 juta. Untuk dana yang didapatkan adalah hasil
perincian dari Tim Fundarising, misalnya dari kencleng sekian,
kotak amal sekian, infak umum sekian tim fundarising juga
lxxxvi
mendapatkan dana dengan memperbanyak silaturahmi dan
memanfaatkan media sosial secara berlanjut, jika pada akhirnya
evaluasi akhir tidak tercapai maka Tim fundarising akan menutupi
kekurangan di bulan selanjutnya. Misalnya, di tahun 2018 DT
Peduli punya target sebanyak 100 juta namun yang dapat dicapai
hanya 90 juta maka ada kekurangan sebanyak 20 juta dan
kekurangan tersebut akan dialokasikan pada bulan selanjutnya.
(hasil wawancara bersama Mulyadi selaku kepala lembaga DT
Peduli Jambi)
Adanya proses pengawasan yang dilakukan bukan hanya
oleh lembaga DT Peduli Jambi melainkan adanya pengawasan dari
DT Peduli Pusat dan pengawasan dari Tim Eksternal/Tim
Pemeriksa Keuangan dari luar membuat pengelolaan keuangan
dilembaga lebih terpercaya sehingga menjadikan Daarut Tauhid
Peduli Kota Jambi sebagai salah satu Lembaga Amil Zakat
Nasional (LAZNAS) terbaik diindonesia. Dibuktikan dengan
penghargaan yang pernah diraih yang bisa dilihat pada gambar 21.
2. Faktor Kendala yang dihadapi oleh Lembaga Daarut Tauhid Peduli
Kota Jambi
Dalam sebuah pengelolaan program kegiatan di sebuah lembaga
pasti ada kendala yang sering dihadapi. Begitu pula dengan Lembaga DT
Peduli, (berdasarkan hasil wawancara dengan Mulyadi selaku kepala
lembaga DT Peduli Jambi) dengan penjelasan antara lain sebagai berikut:
a. Trash (Kepercayaan)
Trash (kepercayaan) menjadi salah satu kendala yang
dihadapi oleh lembaga DT Peduli kenapa? Karena tidak semua
masyarakat punya rasa kepercayaan yang sama kecuali donatur yang
sudah tetap maka dia akan tetap percaya untuk memberi bantuan
kepada lembaga, artinya rasa ketidak percayaan masyarakat pada
lembaga-lembaga Filantropi masi cukup besar termasuk kepada
lembaga DT Peduli Jambi.
lxxxvii
Akibat masi banyaknya kurang kepercayaan masyarakat
terhadap Lembaga Amil Zakat membuat masyarakat memberikan
donasi secara langsung kepada para mustahik tanpa menggunakan
perantara Lembaga Amil zakat.
b. Pemahaman fikih amil yang belum memadai
Masih minimnya pemahaman fikih zakat dari para amil masih
menjadi salah satu hambatan dalam pengelolaan zakat. Sehingga
menjadikan fikih hanya dimengerti dari segi tekstual semata bukan
konteksnya. Banyak para amil terutama yang masih bersifat tradisional,
mereka sangat kaku memahami fiqih, sehingga tujuan utama zakat tidak
tercapai. Sebenarnya dalam penerapan zakat di masyarakat yang harus
diambil adalah ide dasarnya, yaitu bermanfaat dan berguna bagi
masyarakat serta dapat memberikan kemaslahatan bagi umat dan
mampu menjadikan mustahik tersebut pribadi yang mandiri dan tidak
tergantung oleh pihak lain.
Namun bukan berarti para amil diberikan kesempatan untuk
berijtihad dan berkreasi tanpa batas, mereka tetap harus berusaha
melakukan terobosan-terobosan baik pengelolaan zakat, agar tetap
sesuai dengan syariah. Sistem pengawasan yang terdapat di semua
institusi keuangan syariah termasuk di dalamnya institusi pengelola
zakat, mewajibkan adanya unsur Dewan Pengawas Syariah di dalam
struktur organisasinya yang berfungsi untuk melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan manajemen agar tidak menyimpang dari aturan
syariat
c. Rendahnya kesadaran masyarakat
Masih minimnya kesadaran membayar zakat dari masyarakat
menjadi salah satu kendala dalam pengelolaan dana zakat agar dapat
berdayaguna dalam perekonomian. Karena sudah melekat dalam benak
sebahagian kaum muslim bahwa perintah zakat itu hanya diwajibkan
pada bulan Ramadhan saja itupun masih terbatas pada pembayaran
zakat fitrah. Padahal zakat bukanlah sekedar ibadah yang diterapkan
lxxxviii
pada bulan Ramadhan semata, melainkan juga dapat dibayarkan pada
bulan-bulan selain Ramadhan. Sehingga ide dasar zakat untuk
kemaslahatan umat telah bergeser menjadi sekedar ibadah ritual semata
yang dikerjakan bersamaan dengan ibadah puasa. Terdapatnya syarat
haul (satu tahun kepemilikan) menandakan bahwasanya zakat tersebut
tidak mengenal pembayaran pada satu bulan tertentu saja, melainkan
setiap bulan zakat dapat dibayarkan. Apabila kesadaran masyarakat
akan pentingnya zakat bagi peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran umat sudah semakin baik, hal ini akan berimbas pada
peningkatan penerimaan zakat.
d. Pendanaan
Dalam sebuah Lembaga Amil Zakat, pendanaan adalah salah satu
unsur utama yang harus diperhatikan dan harus ada, karena setiap
kegiatan/program yang akan dilakukan tidak akan bisa berjalan jika
tidak ada pendanaan. Artinya semua kegiatan mulai dari kegiatan
Operasional Lembaga sampai kepada kegiatan Program Lembaga harus
memilik pendanaan agar lembaga tersebut dapat berjalan. Karena setiap
pendaan yang ada sifatnya tidak memaksa/mengikat, sehingga Lembaga
tidak selamanya bisa mendapatkan pendanaan sesuai dengan kebutuhan
yang sudah ditargetkan. Dan akan membuat lembaga sedikit kesulitan
dalam menjalankan setiap program yang ada.
Keempat hambatan inilah yang harus dipecahkan secara bersama-
sama oleh setiap elemen dalam pengelolaan zakat, sebab tanpa
kerjasama aktif antar institusi baik dari swasta maupun pemerintah
hambatan-hambatan ini tidaklah akan dapat terwujud
3. Upaya Lembaga Daarut Tauhid dalam mengatasi kendala-kendala
yang terjadi
DT Peduli punya upaya dalam mengatasi kendala-kendala yang
sering terjadi seperti halnya sebagai berikut: (wawancara bersama Mulyadi
selaku ketua lembaga DT Peduli Jambi)
a. Trash/Kepercayaan
lxxxix
Pertama, Dalam mengatasi kendala terkait Trash/kepercayaan
dimasyarakat, DT Peduli melakukan cara pendekatan yang persuasif
kepada masyarakat dan para donatur ketika ada sebagian orang yang
tidak percaya pada lembaga Amil Zakat, DT Peduli membuktikan
kepada masyrakat bahwasanya donasi yang telah ditipkan kepada
lembaga akan benar-benar dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Apa
yang masyarakat sudah titipkan kepada lembaga. DT Peduli akan
menginformasikan kepada masyarakat dalam bentuk wujud nyata yang
diterima oleh masyarakat berupa laporan pendapatan keuangan dan
pelaksanaan program-program yang sudah dijalankan dalam bentuk
media cetak Brosur dan Majalah. DT Peduli dapat meyakinkan kepada
masyarakat nominal pendapatan setiap bulanya sehingga masyarakat
tau kemana uang mereka digunakan.
Kedua, Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh Daarut Tauhid
Peduli Jambi dalam mengatasi kendala-kendala yang ada yakni tentang
kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga adalah dengan
melakukan koordinasi dengan lembaga DT Peduli Pusat bahwa setiap
orang donatur yang telah memberikan donasinya kepada lembaga DT
Peduli Jambi akan mendapat pembritahuan langsung dari DT Peduli
Pusat berupa Sms/wa Blast sebagai bentuk pembritahuan sekaligus
ucapan terimakasih bahwasanya donasi yang diberikan telah diterima.
Ketiga, sebagai bentuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga setiap kegiatan program yang dilakukan oleh DT Peduli akan
dipublikasikan ke media-media sosial yang ada.
b. Pemahaman fikih amil yang belum memadai
Dalam mengatasi kendala yang terkait dengan pemahaman Fiqih
Amil yang masi renda/belum memadai. Daarut Tauhid Peduli Kota
Jambi melakukan upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut
dengan memberikan pembelajaran kepada setiap Amil yang ada
dilembaga, dengan mengikutsertakan/memberikan pelatihan dan
xc
seminar tentang ilmu Fiqih dan Teori pengelolaan Zakat, Infak dan
Sedekah (ZIS) yang benar dan sesuai tuntutan.
c. Rendahnya kesadaran masyarakat
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar zakat
menjadi salah satu kendala yang selalu terjadi, kurangnya pemahaman
masyarakat dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang kewajiban
mengeluarkan Zakat bukan hanya pada bulan Ramadan saja.
Dalam hal ini upaya yang dilakukan oleh DT Peduli dalam
mengatasi kendala adalah dengan melakukan pendekatan kepada
masyarakat melalui program-program kegiatan yang ada, kemudian
mengadakan kajian-kajian ilmu agama kepada masyarakat sekaligus
memberikan penjelasan dan tausiyah terkait pentingnya zakat, dalam
hal ini peran Ustadz/Ulama juga sangat penting untuk menyampaikan
dakwah/ceramah tentang pentingnya membayar zakat. Sehingga
masyarakat bisa mengerti unduk kedepanya.
d. Pendanaan
Sebagai unsur yang paling penting dalam sebuah
pengelolaan dilembaga, pendanaan masi sering menjadi kendala dalam
pelaksanan dan pengelolaan kegiatan filantropi disebuah lembaga.
Adanya kekuarang pendanaan dapat menyebabkan terhambatnya
kegiatan program yang akan dilakukan. Karena adanya ketidaksesuaian
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dalam mengatasi kendala yang terjadi lembaga DT Peduli
melakukan upaya dengan cara mencari pendanaan dengan melalui
setiap donatur yang ingin memberikan donasinya kepada lembaga.
Sebagai lembaga pengelola Amil Zakat. DT Peduli tidak hanya
menunggu masyarakat datang untuk memberikan donasi. Namun DT
Peduli berinisiatif untuk mencari pendanaan dengan mendatangi setiap
masyarakat dengan cara silaturahmi, kemudian dengan adanya Timsil
yang bertugas untuk mencari para donatur dan melakukan silaturahmi,
DT Peduli juga menawarkan brand/program kepada masyarakat. Dan
xci
juga DT Peduli juga menggunakan media online untuk mencari
pendanaan, caranya adalah dengan cara membritahukan kepada khlayak
ramai tentang program-program lembaga dan pencapaian yang pernah
diraih sehingga masyarakat tertarik untuk memberikan donasi.
Berikut beberapa contoh upaya yang dilakukan oleh
lembaga DT Peduli dalam menangani permasalahan yang ada, selain
dari keempat upaya diatas DT Peduli juga menekankan bahwa
pentingnya sebuah kerja sama antara kepala lembaga dan karyawan
dalam menjalankan setiap program lembaga. Serta adanya penanaman
karakter yang dilakukan oleh kepala lembaga kepada para amil
bahwasanya setiap kegiatan yang dilakukan harus dilandasi dengan rasa
keikhlasan dan rasa kepedulian terhadap ummat.
xcii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Temuan dan Analisis penelitian yang berjudul
Manajemen Filantropi Islam di Lembaga Daarut Tauhid Kota Jambi Maka
disini penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi pengelolaan Filantropi di Lembaga Daarut Tauhid Kota Jambi
meliputi:
a. Strategi Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi dalam mencari
donatur
b. Sistem pengumpulan dana yang dilakukan oleh Lembaga Daarut
Tauhid Peduli Kota Jambi
c. Strategi pengelolaan dana di Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota
jambi
d. Strategi sistem pengawasan Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota
Jambi
2. Faktor kendala yang dihadapi oleh Lembaga daarut Tauhid Peduli kota
Jambi
a. Trash (Kepercayaan)
b. Pemahaman Fiqih Amil yang belum memadahi
c. Rendahnya Kesadaran Masyarakat
d. Pendanaan
3. Upaya Lembaga Daarut Tauhid peduli Kota Jambi dalam mengatasi
kendala-kendala yang terjadi
a. Trash/Kepercayaan
b. Pemahaman Fiqih Amil yang belum memadahi
c. Rendahnya Kesadaran Masyarakat
d. Pendanaan
xciii
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran
yang dapat bermanfaat bagi Lembaga Filantropi dan para peneliti sebagai
berikut:
1. Bagi Lembaga
a. Meningkatkan kualitas pelayanan dalam pengelolaan program
filantropi kepada masyarakat
b. Meningkatkan silaturahmi dan pendekatan kepada masyarakat baik
secara Individu, Komunitas, Perusahaan, Lembaga Pemerintah dan
Lembaga Swasta
c. Menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi kepada masyarakat melaui
program-program kegiatan lembaga, sehingga masyarakat dapat
percaya dan mau memberikan donasi kepada lembaga.
2. Bagi peneliti
Selanjutnya diharapkan kepada peneliti untuk menjadikan
penelitian ini sebagai bahan referensi dan pembelajaran bagi peneliti untuk
kedepanya.
xciv
Daftar pustaka
Aan Nasrullah, Pengelolaan Dana Filantropi Untuk Pemberdayaan Anak Dhuafa.
Hunafa: Jurnal Studia Islamika, vol. 12, No. 1, Juni
Ahmad Ibrahim, 2006, Manajemen Syariah, sebuah kajian historis dan
kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Amelia Fauzia, 2016, Filantropi Islam Sejarah dan Kontestasi Masyarakat Sipil
dan Negara diIndonesia Yogyakarta: Gading Publishing
Anonim, Quran Terjemah
Badrudin, 2015 Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Candra Wijaya dan Muhammad Rifa‟i. 2016 DASAR-DASAR MANAJEMEN
Mengoptimalkan Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efisien.
Medan: Perdana Publishing.
Didin Kurniadin dan Imam Machali 2012, Manajemen Pendidikan, konsep dan
prinsip pengelolaan pendidikan. Jogjakarta: AR-RUUZ Media..
http://repository.unpas.ac.id/31649/6/BAB%20III.pdf
http://eprints.walisongo.ac.id/3534/3/101311010_Bab2.pdf
https://e-jurnal.stienobel-indonesia.ac.id/index.php/akmen/article/view/84/87
Mangku Bahjatulloh, 2016 Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi
MasyarakatMelalui Kegiatan Filantropi Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan Vol. 10, No.2,
Moeleong, Lexy J. 2004 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
xcv
Rozalinda, 2015, Manajemen Waqaf Produktif Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.
Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Syamsuddin, 2017, Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan. Jurnal IDAARAH, Vol. I, No. 1, Juni 2017
Udin Saripudin, Filantropi Islam dan Pemberdayaan Ekonomi. Jurnal Bisnis dan
Manajemen Islam, Vol. 4, No. 2, Desember 2016
xcvi
DOKUMENTASI RISET
Gambar 2 : Bangunan Kantor DT Peduli tampak dari depan
Gambar 3 : Ruangan Bagian Pelayanan Kantor DT Peduli Jambi
Gambar 4 : Foto bersama Ketua Lembaga DT Peduli Jambi Bapak Mulyadi
S.Pd.I
xcvii
Gambar 5 : “ Peduli Ekonomi” penyerahan Program DTM (Desa ternak
Mandiri) oleh Tim DT Peduli kepada masyarakat
Gambar 6 : “ Peduli Ekonomi” Penyerahan bantuan usaha untuk ibu Bayyinah
dari Talang Duku
xcviii
Gambar 7 : DT Peduli Bangun Rumah Tangguh untuk Suku Anak Dalam
Gambar 8 : Aksi Galang Dana untuk Korban Lombok oleh Tim DT Peduli
Jambi
Gambar 9 : DT Peduli Jambi Berangkatkan 2 Santri Beasiswa ke Adzkia
Islamic School (AIS) Tanggerang Selatan
xcix
Gambar 10 : Kurangi Resiko kabut Asap, DT Peduli Jambi bagikan masker
kepada masyarakat
Gambar 11 : DT Peduli Jambi Adakan Pelatihan Paper Folwer Backdrop
Gambar 12 : DT Peduli Jambi melakukan Sosialisasi Program Pemberdayaan
Usaha Mikro dengan 20 calon UKM
c
Gambar 13 : DT Peduli Jambi dan warga Desa Catur Rahayu, Kecamatan
Dendang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Rencanakan Program Desa Tangguh
Gambar 14 : Foto Allumni Diklatsar Beamasiswa Tahun 2018
Gambar 15 : Kegiatan Cek Kesehatan gratis untuk masyarakat yang dilakukan
ole DT Peduli Jambi
ci
Gambar 16 : DT Peduli jambi melakukan kegiatan “Muharram Ceria”
program Nraktir Belanja Anak yatim sebanyak 19
orang
Gambar 17 : DT peduli cabang jambi mengadakan pelatihan pengurusan
Jenasah di Majlis Ar Razak, Mendalo Darat, Kab.
Muaro Jambi.
cii
Gambar 18 : DT Peduli melakukan kegiatan Program ACM (Aku Cinta
Masjid dengan melakukan kegiatan bersih-bersih
dilingkungan Masjid Jami‟ Islamiyah Thehok Kota
Jambi.
Gambar 19 : Gerakan Aksi Menutup Aurat (Gemar). Kegiatan ini dilakukan
oleh DT Peduli dan beberapa komunitas lainya dari
kalangan Muslimah. sebanyak 700 Muslimah hadir
pada kegiatan yang diadakan dikawasan Tugu Keris
Siginjai Kota Baru.
Gambar 20 : Contoh pemberitahuan penerimaan donasi melalui SMS/WA
Blass
ciii
Gambar 21: Foto Piagam Penghargaan yang pernah diraih oleh Lembaga DT
Peduli Jambi
civ
cv
cvi
Instrumen Pengumpulan Data
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
A. Observasi
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Daarut Tauhid Kota
Jambi. Peneliti melakukan Observasi untuk menemukan data tentang
Manajemen Filantropi Islam yang penulis amati adalah sebagai berikut
:
1. Bagaimana Pelaksanaan Manajemen Fialntropi di Lembaga
Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi
2. Apa Kendala yang dihadapi oleh Lembaga Daarut Tauhid Peduli
kota Jambi dalam Pelaksaan Manajemen Filantropi di Lembaga
3. Bagaimana Upaya Yang dilakukan oleh Lembaga Daarut Tauhid
Kota Jambi dalam Mengatasi Permasalahan yang terjadi.
B. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini terstruktur yaitu terencana
dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh
penulis, adapun yang menjadi narasumber sebagai berikut :
1. Ketua Lembaga DT Peduli Jambi
a. Bagaimana Strategi yang digunakan oleh Lembaga Daarut
Tauhid Peduli Kota Jambi dalam Mencari Donatur?
b. Bagaimana Strategi yang dilakukan oleh Lembaga Daarut
Tauhid Peduli Kota Jambi dalam melakukan Pengumpulan
Pendanaan?
c. Bagaimana Strategi yang dilakukan oleh Daarut Tauhid Peduli
Kota Jambi dalam Mengelola Pendanaan?
d. Bagaimana Strategi Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota Jambi
dalam melakukan Pengawasan?
cvii
e. Apa Faktor Kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan
Manajemen Filantropi di Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota
Jambi
f. Bagaimana Upaya yang dilakukan dalam Mengatasi
Permasalahan yang terjadi di Lembaga Daarut tauhid Peduli
Kota Jambi?
2. Staff/karyawan
a. Bagaimana Sejarah Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota
Jambi?
b. Berapa jumlah karyawan / Santri Karya di Daarut Tauhid
Peduli Kota jambi?
C. Dokumentasi
a. Sejarah berdirinya Lembaga Daarut tauhid Peduli Kota Jambi
b. Letak geografis
c. Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga daarut Tauhid Peduli Kota
Jambi
d. Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Daarut Tauhid Peduli Kota
jambi
e. Struktur Organisasi Lembaga Daarut Tauhid peduli Kota Jambi
f. Data Karyawan
g. Sarana dan Prasarana
cviii
cix
cx