BAB IVSTRATIGRAFI
Stratigrafi secara umum membahas tentang semua jenis batuan dalam
hubungan mula jadi dan sejarah pembentukkanya dalam ruang dan waktu geologi.
Urutan pembahasannya meliputi unsur-unsur stratigrafi, yaitu pemerian litologi,
penamaan batuan, unsur perlapisan, struktur sedimen, hubungan antara batuan yang
satu dengan yang lain, penyebarannya secara vertikal dan lateral, serta dinamika
pengendapan dan lingkungan pengendapannya.
IV.1. Stratigrafi Regional
Secara regional, daerah penelitian termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan
Yogyakarta - Jawa Tengah yang merupakan bagian dari jalur Pegunungan Selatan
Jawa. Satuan batuan yang tertua di daerah ini berupa batuan metamorf yang
tersingkap di Pegunungan Jiwo, Bayat, dan Klaten, sedangkan batuan yang termuda
adalah Endapan Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan Endapan Aluvium. Untuk
Pegunungan Selatan bagian barat, menurut Surono dkk (1992), pembagian satuan
batuan berumur Tersier dari tua ke muda adalah Formasi Kebo-Butak, Formasi
Semilir, Formasi Nglanggran, Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari
dan Formasi Kepek (Tabel 2). Urut-urutan formasi batuan di Pegunungan Selatan
bagian barat adalah sebagai berikut (Surono dkk, 1992) :
40
41
IV.1.1. Batuan Metamorf
Merupakan batuan tertua yang berumur Kapur-Paleosen Awal terdiri dari,
pilit, sekis, marmer dan kuarsit.
IV.1.2. Formasi Wungkal-Gamping
Formasi ini berumur Eosen Tengah-Eosen Akhir, terdiri atas batupasir, napal
pasiran, batulempung dan batugamping. Bagian bawahnya berupa perselingan antara
batupasir dan batulanau, serta batugamping. Bagian atasnya berupa napal pasiran dan
batugamping.
IV.1.3. Formasi Kebo-Butak
Formasi Kebo-Butak ini berumur Miosen Awal yang disusun oleh batupasir,
batulempung, dan serpih. Litologi tersebut terletak di bagian bawah, sedangkan
bagian atas tersusun oleh batulanau, batupasir kerikilan, dan batupasir tufan. Sebagian
tempat di bagian tengahnya dijumpai retas andesit-basal dan di bagian atasnya
dijumpai breksi andesit. Batuan penyusun utama formasi ini adalah endapan
piroklastik yang berasal dari hasil erupsi gunungapi bawah laut. Pada formasi ini
disisipi oleh sill dan lava andesitik basaltik dengan ketebalan diperkirakan 500-1000
m (Surono dkk, 1992).
IV.1.4. Formasi Semilir
Formasi ini berumur Miosen Awal dengan ketebalan kurang lebih 1000 m
yang terletak selaras di atas Formasi Kebo-Butak. Formasi Semilir tersusun atas
batuan gunungapi yang terdiri dari tuf, breksi batuapung dasitan, batupasir tufan dan
serpih. Bagian bawah dari satuan ini berlapis baik, berstruktur sedimen perairan,
42
silang siur berskala menengah dan berpermukaan erosi. Di bagian tengahnya
dijumpai lignit yang berasosiasi dengan batupasir tufan gampingan dan kepingan
koral pada breksi gunungapi. Di bagian atasnya ditemukan batulempung dan serpih
dengan tebal lapisan sampai 15 cm dan berstruktur longsoran bawah laut. Lingkungan
pengendapannya berkisar dari laut dangkal yang berarus kuat hingga laut dalam yang
dipengaruhi arus turbid (Surono dkk, 1992).
IV.1.5. Formasi Nglanggran
Formasi Nglanggran berumur Miosen Bawah bagian atas hingga Miosen
Tengah bagian bawah yang terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, lava andesit-
basal dan tuf. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi Formasi
Nglanggran umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit
basal, berukuran butir 2-50 cm. Di bagian tengah formasi pada breksi gunungapi
ditemukan batugamping koral yang membentuk lensa atau kepingan. Setempat satuan
ini disisipi batupasir gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik. Struktur
sedimen yang dijumpai berupa perlapisan sejajar, perlapisan bersusun, dan cetakan
beban (load cast) menunjukkan adanya aliran longsor (debris flow). Pada bagian
atasnya ditemukan permukaan erosi yang menunjukkan adanya pengaruh arus kuat
pada waktu pengendapan. Adanya batugamping koral menunjukkan lingkungan laut.
Sehingga secara umum lingkungan pengendapannya adalah laut yang disertai
longsoran bawah laut. Formasi ini terletak selaras diatas Formasi Semilir, dan
ketebalannya kurang lebih 300 m (Surono dkk, 1992).
43
IV.1.6. Formasi Sambipitu
Formasi ini berumur Miosen Tengah, tersusun atas tuf, batulanau, batupasir,
dan serpih berfosil Lepidocyclina, Myogipsina, dan Cicloclypeus. Formasi ini terletak
selaras di atas Formasi Nglanggran dan diendapkan pada cekungan laut yang tidak
stabil pada kedalaman antara outer sublitoral sampai bathyal dan terdapat pengaruh
yang cukup kuat dari pengendapan arus turbidit, ketebalannya kurang lebih 1000 m.
Di bagian bawah Formasi Sambipitu terdiri dari batupasir kasar, terutama
batupasir sela yang tidak berlapis dan batupasir halus yang setempat diselingi serpih
dan batulanau gampingan. Setempat dijumpai lensa breksi andesit klastika, lempung,
dan kepingan arang kayu. Struktur sedimen yang ditemukan berupa perlapisan
bersusun, perlapisan sejajar dan gelembur gelombang (current ripple), yang
menunjukkan adanya arus turbid. Bagian atasnya terbentuk oleh batupasir feldspar
yang berlapis baik dan bersisipan serpih, batulempung dan batulanau dengan struktur
perlapisan bersusun, perlapisan sejajar, silangsiur, gelembur gelombang, longsoran,
dan jejak binatang yang menunjukkan adanya longsaran bawah laut yang berkembang
menjadi arus turbid.
IV.1.7. Formasi Oyo
Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Sambipitu.
Formasi ini tersusun atas batugamping, konglomerat, tuf andesitan, dan napal tufan.
Formasi Oyo umumnya berlapis, kandungan fosil Foraminifera cukup banyak, yaitu
Cycloclypeus (Katacyccloclypeus) annulatus MARTIN, dan Lepidoclyna
(Nephrolepidina) rutteni v.d. VLERK. Formasi ini dibedakan menjadi dua fasies,
44
yaitu fasies napal yang merupakan sedimen klastik dan fasies tuf yang merupakan
fasies piroklastik. Hubungan kedua fasies ini saling menjari, umur formasi ini
diperkirakan Miosen Tengah dan mempunyai ketebalan kurang lebih 350 m, dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal (neritik) yang dipengaruhi kegiatan gunungapi
(Surono dkk, 1992).
IV.1.8. Formasi Wonosari
Formasi ini tersusun atas batugamping, batugamping tufan, napal,
batugamping konglomeratan, batupasir tufan, dan batulanau. Batugamping yang
mendominasi satuan ini berupa batugamping berlapis baik dan batugamping terumbu.
Formasi ini mengandung foram kecil dan besar yang melimpah, diantaranya
Lepidocyclina sp, L. sumantrensis (BRADY), Miogypsina, Operculina, Spiroclypeus
dan Orbulina universa. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah laut dangkal
yang mendangkal ke arah selatan. Ketebalan formasi ini lebih dari 800 m (Surono
dkk, 1992).
IV.1.9. Formasi Kepek
Formasi ini berumur Miosen Bawah-Pliosen bawah yang litologinya terdiri
dari napal dan batugamping. Formasi ini terletak selaras diatas Formasi Wonosari dan
mempunyai ketebalan diperkirakan mencapai 200 m (Surono dkk, 1992).
IV.1.10. Endapan Aluvium
Material penyusunnya berupa sedimen lepas yang berukuran pasir-kerakalan
yang terbawa oleh aliran sungai. Hal ini dibuktikan oleh adanya endapan pada tepi-
45
tepi sungai maupun pada tubuh sungai. Membentuk morfologi aluvial, gosong sungai
dan dataran limpah banjir (Surono dkk, 1992).
Tabel 3. Kolom stratigrafi regional Pegunungan Selatan (modifikasi dari Surono dkk, 1992)
46
IV.2. Stratigrafi Daerah Penelitian
Penyusunan stratigrafi daerah penelitian didasarkan atas konsep litostratigrafi
yang dikembangkan dalam Sandi Stratigrafi Indonesia (SSI) tahun 1973 dan tahun
1996 (Martodjojo dan Djuheini, 1996). Penamaan dan pengelompokan satuan batuan
mengikuti kaidah penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi yang bersendikan ciri
litologi, meliputi kombinasi jenis batuan, sifat fisik batuan, kandungan fosil,
keseragaman gejala atau genesa, dan kenampakan khas pada tubuh batuan di
lapangan yang dipetakan pada skala 1 : 25.000.
Satuan litostratigrafi daerah penelitian didasarkan pada pengamatan fisik
litologi di lapangan, analisis petrografi untuk penentuan nama batuan, analisis
paleontologi untuk menentukan umur dan lingkungan pengendapannya, analisis
geokimia pada beberapa batuan vulkanik untuk mengetahui petrogenesanya, serta
studi pustaka regional daerah penelitian. Urutan stratigrafi daerah penelitian disusun
secara sistematis berdasarkan data pengukuran di lapangan dan analisis dalam peta
geologi, meliputi jenis dan urutan perlapisan, ketebalan, hubungan stratigrafi, umur
dan lingkungan pengendapannya.
Dalam menentukan umur, penulis menggunakan kesebandingan dengan
stratigrafi regional daerah penelitian dari sifat-sifat fisik litologinya dan berdasarkan
kandungan fosil Foraminifera planktonik, yaitu dengan menentukan fosil-fosilnya
sampai tingkat spesies, dengan menggunakan pedoman dari Postuma (1971). Setelah
diketahui nama fosilnya kemudian dicari kisaran umurnya dengan menggunakan
Zonasi Blow (1969). Sedangkan untuk penentuan lingkungan pengendapan,
47
berdasarkan hasil analisis fosil Foraminifera bentonik, dan menggunakan kisaran
kedalaman menurut Bandy (1967).
Berdasarkan uraian di atas dan setelah melalui berbagai pekerjaan lapangan,
pekerjaan laboratorium serta pekerjaan studio, maka daerah penelitian dapat dibagi
menjadi 6 satuan litostratigrafi tidak resmi. Berurutan dari satuan paling tua sampai
yang paling muda adalah: (1) Satuan batupasir tuf, (2) Satuan breksi andesit, (3)
Satuan batupasir karbonatan, (4) Satuan batugamping, (5) Satuan endapan aglomerat
dan (6) Satuan endapan aluvial.
IV.2.1. Satuan batupasir tuf
Satuan ini dinamakan satuan batupasir tuf, karena satuan ini didominasi oleh
batupasir tuf, secara setempat-setempat dijumpai breksi pumice dan aliran lava
andesit. Batupasir tuf dicirikan oleh warna abu-abu keputihan; struktur berlapis-
laminasi; ukuran butir pasir kasar-pasir halus, bentuk butiran membulat, sortasi baik,
kemas tertutup; tidak berfragmen, matrik tuf, semen silika.
IV.2.1.a. Litologi penyusun
Litologi penyusun satuan batuan ini adalah breksi pumis, batupasir tuf.
Batupasir tuf, mempunyai warna abu-abu gelap, struktur berlapis-laminasi,
sortasi sedang-buruk, ukuran butir pasir kasar-lempung, tersusun oleh material
abu vulkanik, sedikit fragmen pumis berukuran < 2 mm, dan semen silika.
(Lampiran analisis petrografi; contoh no. 1)
48
Breksi pumis, secara megaskopis mempunyai warna putih keabu-abuan;
struktur massif-berlapis; ukuran butir pasir kasar-brangkal, bentuk butir
membulat tanggung-menyudut, sortasi jelek, kemas terbuka; tersusun oleh
fragmen pumis putih - abu-abu, matriks tuf, semen silika.
Gambar 17. Singkapan batupasir tuf, lokasi Plencing di LP 4, lensa menghadap ke barat (Foto Penulis, 2013)
IV.2.1.b. Penyebaran dan ketebalan
Penyebaran satuan batupasir tuf yang meliputi Desa Wukirsari, Desa
Segoroyoso, Desa Wonolelo dan Desa Bawuran. Satuan ini menempati 24% dari luas
daerah lokasi penelitian. Ketebalan dari satuan batuan ini tidak dapat diketahui secara
pasti, karena secara stratigrafi satuan ini terletak pada posisi yang paling bawah dan
di daerah penelitian tidak dijumpai satuan batuan lain di bawahnya. Jika diukur dari
penampang geologi A-B, ketebalannya ± 990 m.
49
IV.2.1.c. Umur batuan dan lingkungan pengendapan
Satuan batupasir tuf ini tidak mengandung fosil yang dapat digunakan untuk
menentukan umur. Penentuan umur satuan ini dilakukan dengan cara
membandingkan terhadap satuan batuan secara regional. Berdasarkan kesamaan ciri
fisiknya, maka satuan ini diperkirakan berumur Oligosen Atas - Miosen Bawah.
Dengan adanya ditemukan arang kayu pada satuan batuan ini, maka dapat
diperkirakan lingkungan pengendapannya berkisar di darat-transisi.
IV.2.1.d. Hubungan stratigrafi dan korelasi
Hubungan satuan batuan ini dengan satuan batuan andesit adalah tidak selaras
dan hubungan satuan batuan ini dengan satuan batuan di atasnya tuf dan breksi
andesit) adalah selaras menjari, hal ini disebabkan karena mekanisme
pembentukannya yang bersamaan waktunya (Tabel 3).
50
Tabel 4. Kolom litologi satuan batupasir tuf (tanpa skala)Umur Tebal Struktur
sedimenKolom Litologi
Pemerian Lingkungan Pengendapan
Mio
sen
Baw
ah-
Mio
sen
Ten
gah
± 990 meter
Tuf, mempunyai warna abu-abu gelap, struktur berlapis-laminasi, sortasi sedang-buruk, ukuran butir pasir kasar-lempung, tersusun oleh pecahan batuan lain (10%), feldspar (55%), piroksen (5%), mineral opak (5%), dan debu (25%).Breksi pumis, dari hasil analisis petrografi, breksi pumis berwarna abu abu keputih-putihanan, tekstur klastik, ukuran butir 0,2 mm - 10 mm, bentuk butir menyudut - membulat tanggung, butiran tertanam dalam massa dasar gelas. Komposisi terdiri dari pecahan batuan lain (55%), feldspar (10%), piroksen (5%), mineral opak (5%), dan debu (25%).
Darat hingga transisi
Keterangan : Laminasi Breksi pumis Batupasir tuf
Berlapis Satuan breksi andesit
IV.2.2. Satuan breksi andesit
Satuan ini dinamakan satuan breksi andesit karena satuan ini didominasi oleh
breksi andesit dan lava andesit yang dijumpai secara setempat,. Satuan ini tersusun
oleh fragmen terdiri dari blok-blok andesit. Secara keseluruhan satuan ini terdiri dari
breksi andesit, serta setempat dijumpai lava andesit.
51
IV.2.2.a. Litologi penyusun
Breksi andesit, mempunyai warna abu-abu gelap sampai hitam, masif,
ukuran butir bongkah-kerikil, kemas terbuka, sortasi buruk, bentuk butir
menyudut, komposisi fragmen blok andesit dan sedikit basalt, matriks pasir
dan tuf, semen silika. Berdasarkan pengamatan petrografis terdiri dari pecahan
batuan lain (65%), piroksin (5%), dan feldspar (13%), mineral opak (2%), dan
gelas (15%) (Lampiran analisis petrografi; contoh no. 8).
Breksi polimik, dari pengamatan lapangan diperoleh hasil: warna abu-abu
keputih-putihan; struktur berlapis; sortasi sedang-buruk, bentuk butiran
menyudut, ukuran butir brangkal-lempung, kemas terbuka; fragmen andesit,
basalt, pumice dan koral, semen oksida besi.
Lava andesit, dari pengamatan lapangan diperoleh hasil: warna abu-abu
keputih-putihan; struktur masif; derajat kristalisasi hipokristalin, granularitas
afanitik, bentuk kristal subhedral-anhedral, hubungan antar kristal
equigranular; terdiri dari mineral plagioklas, piroksin, dan kuarsa.
52
Gambar 18 . Singkapan breksi andesit di daerah Guyangan pada LP 12, lensa menghadap ke timur (Foto Penulis, 2013)
IV.2.2.b. Penyebaran dan ketebalan
Penyebaran satuan breksi andesit menempati 44% dari luas daerah lokasi
penelitian yang meliputi Desa Selopamioro, Desa Karangtengah, Desa Mangunan,
Desa Muntuk sampai daerah Pencitrejo.
IV.2.2.c. Umur batuan dan lingkungan pengendapan
Penentuan umur satuan breksi andesit ini dilakukan dengan cara
membandingkan terhadap satuan batuan secara regional atau menggunakan Peta
Geologi Lembar Yogyakarta, serta berdasarkan hubungannya dengan satuan batuan
yang berada di bawahnya. Satuan ini diperkirakan berumur sama dengan satuan tuf
karena satuan breksi andesit menjari dengan satuan tuf, tetapi setelah pengendapan
satuan tuf berakhir satuan breksi andesit masih terjadi pengendapan. Berdasarkan
53
kesamaan ciri fisiknya, maka satuan ini sebanding dengan Formasi Nglanggran yang
berumur Miosen Bawah bagian akhir. Dengan adanya ditemukan oksida besi dan
koral pada ciri fisik breksi andesit pada satuan batuan ini menunjukkan lingkungan
pengendapannya berada pada laut dangkal.
IV.2.2.d. Hubungan stratigrafi dan korelasi
Hubungan antara satuan breksi andesit ini dengan satuan tuf adalah menjari,
sedangkan dengan satuan batupasir adalah selaras (Tabel 7).
Tabel 5. Kolom litologi pada satuan breksi andesit (tanpa skala)Umur Tebal Struktur
sedimenKolom Litologi
Pemerian Lingkungan Pengendapan
Mio
sen
Baw
ah b
agia
n ak
hir
Satuan batupasir
Breksi andesit, mempunyai warna abu-abu gelap sampai hitam, masif, ukuran butir bongkah-kerikil, kemas terbuka, sortasi buruk, bentuk butir menyudut, komposisi fragmen blok andesit dan sedikit basalt, matriks pasir dan tuf, semen silika.Breksi polimik, dari pengamatan lapangan diperoleh hasil: warna abu-abu keputih-putihan; struktur berlapis; sortasi sedang-buruk, bentuk butiran menyudut, ukuran butir brangkal-lempung, kemas terbuka; fragmen andesit, basalt, pumice dan koral, semen oksida besi.Lava andesit, mempunyai warna abu-abu keputih-putihan; struktur masif; derajat kristalisasi hipokristalin, granularitas afanitik, bentuk kristal subhedral-anhedral, hubungan antar kristal equigranular; terdiri dari mineral plagioklas, piroksin, dan kuarsa.
Satuan tuf
Laut dangkal
Keterangan :
Masif Lava andesit Satuan batupasir Breksi polimik Breksi andesit Satuan batupasir tuf
54
IV.2.3. Satuan batupasir karbonatan
Satuan ini dinamakan satuan batupasir karbonatan karena satuan ini
didominasi oleh batupasir yang bersifat karbonatan. Satuan ini mempunyai ciri warna
kuning kecokelat-cokelatan - putih, ukuran butir pasir kasar-lempung. Secara
keseluruhan satuan ini terdiri dari batupasir karbonat dan batulempung karbonatan.
IV.2.3.a. Litologi penyusun
Secara umum litologi penyusun satuan batupasir dan tuf di daerah penelitian
ini adalah adalah batupasir karbonatan, tuf, dan batulempung.
Batupasir karbonatan, warna kuning kecokelat-cokelatan, struktur berlapis,
ukuran butir pasir kasar-halus, sortasi baik, kemas tertutup, kebundaran
membulat, fragmen pasir kasar, matriks pasir halus-lempung, dan semen
karbonat.
Batulempung karbonatan, warna abu-abu gelap, struktur berlapis, ukuran
butir lempung-lanau, sortasi baik, tidak berfragmen, matriks berupa lempung
dan pasir halus, dan semen karbonat.
55
Gambar 19. Kenampakan satuan batupasir karbonatan pada daerah Seropan Satu di LP 33, lensa kamera menghadap baratdaya (Foto Penulis, 2013)
IV.2.3.b. Penyebaran dan ketebalan
Penyebaran satuan batupasir menempati 1% dari luas daerah lokasi
penelitian yang meliputi daerah Seropan Satu, Seropan Dua, dan Desa Muntuk.
Pada daerah penelitian ketebalan dari satuan batuan ini ± 100 m (diukur dari
penampang geologi A-B).
IV.2.3.c. Umur batuan dan lingkungan pengendapan
Pada satuan batupasir ini jarang terdapat fosil Foraminifera, namun masih
terdapat beberapa fosil planktonik dan bentonik yang dapat digunakan untuk
menentukan umur dan lingkungan pengendapan satuan batuan ini. Berdasarkan aspek
biologi dan kimiawi, yaitu kandungan fosil bentonik pada litologi batulempung
karbonatan, dapat disimpulkan bahwa satuan batupasir ini diendapkan di laut dangkal
(Neritik Tengah) pada kedalaman antara 30 - 100 meter (Tabel 6). Dari analisis fosil
Foraminifera planktonik, maka dapat disimpulkan bahwa satuan batuan batupasir
56
karbonatan dan tuf pada daerah penelitian dapat diketahui berumur Miosen Tengah
(N11 – N14) (Tabel 7).
Tabel 6. Penentuan lingkungan pengendapan satuan batupasir karbonatan berdasarkan fosil bentonik
Lingkungan BathymetriForaminifera Bentonik
NERITIK BATHYAL ABYSALTepi Tengah Luar Atas Tengah Bawah
Kedalaman (meter)0 30 100 200 500 1000 2000 5000
Robulus sp
Nonionella atlantica
Elphidium sp
Eggrella advena
Bandy (1967)
Tabel 7. Penentuan umur satuan batupasir karbonatanberdasarkan fosil planktonik Kala
Foraminifera Planktonik
Oligosen Miosen Pliosen PleistosenAwal Tengah Akhir
Neogen (N)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Globigerinoides subquadratusSphaerodinella subdehiscensOrbulina universaGlobigerinoides trilobusGloborotalia siakensis
Blow (1969)
IV.2.3.d. Hubungan stratigrafi
Hubungan satuan batupasir karbonatan dan tuf ini dengan satuan batuan di
bagian bawahnya, yaitu satuan breksi andesit dan dengan satuan batuan di bagian
atasnya, yaitu satuan batugamping adalah selaras (Tabel 8).
57
Tabel 8. Kolom litologi pada satuan batupasir karbonatan (tanpa skala)Umur Tebal Struktur
sedimenKolom Litologi
Pemerian Lingkungan Pengendapan
Mio
sen
Ten
gah
(N 1
3)
± 100 meter
Satuan batugamping
Batupasir karbonatan, warna kuning kecokelat-cokelatan, struktur berlapis-laminasi, ukuran butir pasir kasar-halus, sortasi baik, kemas tertutup, kebundaran membulat, dengan semen silika, fragmen pasir kasar, sedikit asdesit dan lempung, matriks pasir halus-lempung, dan semen silika.Tuf, warna putih kekuning-kuningan, struktur berlapis-laminasi, ukuran butir pasir halus-lempung, sortasi baik, secara keseluruhan tersusun oleh abu vulkanik yang terlitifikasi dengan semen silika.Batulempung, warna abu-abu gelap, struktur menyerpih, ukuran butir lempung-lanau, sortasi baik, matriks berupa lempung dan pasir halus, terdapat sedikit pecahan halus dari andesit, dan semen silika.
Satuan breksi andesit III
Laut dangkal
Keterangan : Berlapis Batupasir karbonatan Lempung karbonatan
Tuf Satuan batugamping
Laminasi Satuan breksi andesit
IV.2.4. Satuan batugamping
Satuan ini dinamakan satuan batugamping karena secara keseluruhan satuan
ini didominasi oleh batugamping. Satuan batugamping ini mempunyai ciri warna
segar putih kekuning-kuningan dan warna lapuk cokelat sampai kehitam-hitaman,
satuan ini terdiri dari batugamping terumbu dan kalkarenit.
IV.2.4.a. Litologi penyusun
Litologi penyusun satuan batugamping ini adalah batugamping terumbu dan
kalkarenit.
58
Batugamping kristalin, mempunyai warna putih kekuning-kuningan, warna
lapuk cokelat-hitam, struktur masif, tekstur kristalin, tersusun oleh kalsit.
Pada batugamping ini tidak dijumpai fosil Foraminifera yang dapat digunakan
untuk penentuan umur, hal ini dikarenakan batuan ini telah membentuk
tekstur kristalin.
Kalkarenit, berwarna segar putih kekuning-kuningan, struktur berlapis,
fragmen berupa pecahan fosil dan pasir kasar, matriks pasir halus-lempung,
dan semen karbonat. Dari hasil analisis petrografi, kalkarenit berwarna putih -
abu-abu, struktur klastik, grain suppoted, berukuran 0,1–6 mm, detritus kalsit
dan mineral opak, mikrit terlihat seperti mengelilingi butiran fosil, dan sparit
berupa material karbonatan hadir mengisi porositas interpartikel.
Komposisinya tersusun oleh fosil (60%), Glaukonit (3%), mineral opak (2%),
mikrit (10%), dan sparit (25%) (Lampiran analisis perografi 12; contoh no. 9).
59
Gambar 20. Singkapan batugamping kalkarenit pada daerah Kediwung di LP 80, lensa kamera menghadap ke baratdaya (Foto Penulis, 2013)
IV.2.4.b. Penyebaran dan ketebalan
Penyebaran satuan batugamping ditemukan di daerah Kanigoro, Kediwung,
Pakis Satu,Pakis Dua dan Seropan Tiga. Satuan ini menempati daerah seluas sekitar
8% dari luas total daerah penelitian. Pada daerah penelitian ketebalan dari satuan
batuan ini tidak diketahui dengan pasti, karena daerah penelitian tidak mencakup
seluruh satuan bautan ini, jika diukur dari penampang geologi A-B diperoleh
ketebalan ± 375 meter.
IV.2.4.c. Umur batuan dan lingkungan pengendapan
Fosil Foraminifera planktonik yang terdapat dalam satuan batugamping ini
adalah Globigerina praebulloides, Globigerina nepenthes, Orbulina universa, dan
Globigerinoides trilobus. Dari asosiasi fosil planktonik tersebut maka satuan
60
batugamping ini dapat diketahui berumur Miosen Tengah (N14-N16) (Tabel 10).
Sedangkan fosil bentonik yang terdapat dalam satuan batugamping ini adalah
Amphistegina lessonii, Elphidium sp., dan Quinquelaculina sp.. Dari asosiasi fosil
bentonik tersebut, maka dapat ditentukan bahwa satuan batugamping ini diendapkan
pada lingkungan laut Neritik Tepi, pada kedalaman antara 0 - 100 meter (Tabel 9).
Tabel 9. Penentuan lingkungan pengendapan satuan batugamping berdasarkan fosil bentonik
Lingkungan BathymetriForaminifera Bentonik
NERITIK BATHYALTepi Tengah Luar Atas Tengah Bawah
Kedalaman (meter)0 30 100 200 500 1000
Amphistegina lessonii
Elphidium sp
Quinquelaculina sp
Bandy (1967)
Tabel 10. Penentuan umur satuan batugamping berdasarkan fosil planktonik Kala
Foraminifera Planktonik
Oligosen Miosen Pliosen PleistosenAwal Tengah Akhir
Neogen (N)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Globigerina praebulloides
Globigerina nepenthes
Orbulina universa
Globigerinoides trilobus
``
Blow (1969)
61
IV.2.4.d. Hubungan stratigrafi dan korelasi
Hubungan stratigrafi satuan batugamping berdasarkan kenampkan di lapangan
dan dari hasil analisis umur, satuan batugamping ini berada selaras di atas satuan
batupasir dan tuf, dan tidak selaras di bawah satuan endapan aluvial (Tabel 11).
Tabel 11. Kolom litologi pada satuan batugamping (tanpa skala)Umur Tebal Struktur
sedimenKolom Litologi
Pemerian Lingkungan Pengendapan
Mio
sen
Ten
gah
(N 1
4-N
16)
± 375 meter
Satuan endapan aglomerat
Batugamping kristalin, mempunyai warna putih kekuning-kuningan, struktur masif, tekstur kristalin, tersusun kalsit.Kalkarenit, berwarna putih kekuning-kuningan, struktur berlapis, fragmen berupa pecahan fosil dan pasir kasar, matriks pasir halus-lempung, dan semen karbonat. Dari hasil analisis petrografi, kalkarenit berwarna putih - abu-abu, struktur klastik, Komposisinya tersusun oleh fosil (60%), lithic (4%), mineral opak (1%), mikrit (15%), sparit (20%).
Satuan batupasir karbonatan
Neritik Tepi – Neritik Tengah
Keterangan : Berlapis Batugamping kristalin Satuan endapan aglomerat
Masif Kalkarenit Satuan batupasir karbonatan
IV.2.5. Satuan endapan aglomerat
Satuan endapan aglomerat terdiri dari material lepas hasil rombakan dari
batuan dari gunung api yang mengalami fase destruktif dan batuan lain yang lebih tua
dengan ukuran lempung-brangkal dan terbawa oleh aliran sungai. Hal ini dibuktikan
oleh adanya endapan pada tepi-tepi sungai maupun pada tubuh sungai.. Penyebaran
satuan ini terdapat di sebelah timur laut daerah penelitian. Satuan endapan aglomerat
62
ini meliputi aliran Sungai Oyo di daerah Pakis Satu, Pakis Dua, dan Kediwung.
Penyebarannya sekitar 2% dari luas total daerah penelitian. Satuan batuan ini di
lapangan mempunyai ketebalan 1-5 meter.
Gambar 21. Satuan endapan aglomerat. Foto diambil dari LP 98, di daerah Pakis Satu, lensa kamera menghadap ke selatan (Foto Penulis, 2013)
Umur satuan endapan aglomerat ini diperkirakan mempunyai umur Kuarter
Atas (Pleistosen). Hal ini didukung oleh material aglomerat berasal dari batuan
gunungapi yang mengalami fase destruktif, maupun dari hasil rombakan batuan lain
yang lebih tua di sekitarnya dan terbawa oleh aliran sungai. Hubungan stratigrafi
satuan endapan aglomerat ini dengan satuan batuan lain yang berada di bawahnya
adalah tidak selaras (Tabel 17).
63
Tabel 12. Kolom litologi pada satuan endapan aglomerat (tanpa skala) Umur Tebal Kolom
LitologiPemerian Lingkungan
Pengendapan
Kua
rter
Ata
s(P
leis
tose
n )
1 -5 meter
Endapan aglomerat, satuan ini berupa bomb gunungapi yang belum terkonsolidasi, warna abu-abu kehitaman, penyusun satuan ini terdiri dari material-material berukuran brangkal - lempung. Material ini berasal dari batuan gunungapi yang mengalami fase destruktif, maupun dari hasil rombakan batuan lain yang lebih tua di sekitarnya dan terbawa oleh aliran sungai.
Satuan batugamping
Darat
Keterangan : Ketidakselarasan Endapan aglomerat Satuan Batugamping
IV.2.6. Satuan endapan aluvial
Satuan ini terdiri dari material lepas hasil rombakan dari batuan yang lebih tua
dengan ukuran lempung-bongkah. Penyebaran satuan ini terdapat di sebelah baratlaut
daerah penelitian, atau secara geomorfologi, menempati satuan geomorfik dataran
aluvial (Gambar 20). Satuan endapan aluvial ini meliputi daerah Desa Pleret, Desa
Wonokromo, Desa Tri Mulyo, Desa Imogiri, Desa Karangtalun, dan Desa Sriharjo.
Penyebarannya sekitar 20% dari luas total daerah penelitian. Satuan batuan ini di
lapangan mempunyai ketebalan 1-5 meter. Material penyusunnya berupa sedimen
lepas yang berukuran lempung-bongkah, yang berasal dari endapan Gunung Merapi
Muda, maupun dari hasil rombakan batuan lain yang lebih tua di sekitarnya dan
terbawa oleh aliran sungai. Hal ini dibuktikan oleh adanya endapan pada tepi-tepi
64
sungai maupun pada tubuh sungai dan membentuk morfologi aluvial, gosong sungai
dan dataran limpah banjir.
Gambar 22. Satuan endapan aluvial pada daerah Karangtalun di LP 102, lensa kamera menghadap ke barat (Foto Penulis, 2013)
Umur satuan endapan aluvial ini diperkirakan mempunyai umur Kuarter
Bawah (Holosen). Hal ini didukung oleh proses pengendapan yang masih
berlangsung hingga saat ini. Hubungan stratigrafi satuan endapan aluvial ini dengan
satuan batuan lain yang berada di bawahnya adalah tidak selaras (Tabel 13).
65
Tabel 13. Kolom litologi pada satuan endapan aluvium (tanpa skala) Umur Tebal Kolom
LitologiPemerian Lingkungan
Pengendapan
Kua
rter
Ata
s(P
leis
tose
n –
Hol
osen
)
1 -5 meter
Endapan aluvial, satuan ini berupa endapan lepas yang belum terlitifikasi, warna abu-abu gelap, penyusun satuan ini terdiri dari material-material berukuran bongkah - lempung. Material ini berasal dari endapan Gunung Merapi Muda, maupun dari hasil rombakan batuan lain yang lebih tua di sekitarnya dan terbawa oleh aliran sungai.
Satuan aglomerat
Darat
Keterangan : Ketidakselarasan Endapan Aluvial Satuan aglomeratSecara keseluruhan stratigrafi daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 18 di
bawah ini.
66
Tabel 14. Rangkuman korelasi stratigrafi daerah penelitian (tidak dalam skala sebenarnya)
Top Related