43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Getasan
Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari sembilan belas
kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang. Kecamatan Getasan terdiri dari tiga
belas desa dengan jumlah penduduk sekitar 28.936 jiwa.
“Kecamatan Getasan memiliki wilayah seluas
63.764,30274 Ha.”49
Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Getasan adalah :
“@ Sebelah Timur : Kota Salatiga, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Boyolali
@ Sebelah Barat : Kabupaten Magelang, Kabupaten
Temanggung
@ Sebelah Utara : Kecamatan Banyubiru, Kecamatan
Tuntang
@ Sebelah Selatan : Kabupaten Boyolali”50
Kecamatan Getasan mempunyai topografi daerah pegunungan karena
terletak pada ketinggian ±700 m di atas permukaan laut. Daerah ini memiliki suhu
rata-rata harian 23‟C pada situasi normal, sehingga sangat cocok untuk
pengembangan usaha sapi perah.
“...suhu optimal untuk usaha sapi perah adalah 21-
27’C.”51
Penduduk Kecamatan Getasan sebagian besar mempunyai mata
pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Hampir semua penduduk yang bekerja
49
Kecamatan Getasan, op. cit., hal. 2. 50
Kecamatan Getasan, ibid, hal. 1. 51
Mukson, T. Ekowati, M. Handayani dan D.W. Harjanti, op. cit., hal. 3.
44
sebagai petani dan buruh tani ini juga mempunyai usaha lain. Usaha tersebut
adalah usaha peternakan sapi, baik sapi perah maupun sapi pedaging. Gambaran
Kecamatan Getasan dilihat dari mata pencaharian penduduknya dapat dilihat dari
tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Getasan Tahun 2011 *)
DESA MATA PENCAHARIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Σ
Kopeng 1219 133 23 77 0 227 68 0 20 12 6 35 98 1918
Batur 1981 171 131 127 0 27 149 0 9 3 6 18 718 3340
Tajuk 2309 507 62 209 0 0 31 0 12 0 3 28 745 3906
Jetak 3317 55 114 24 0 69 52 0 11 6 7 9 11 3675
Samirono 375 7 42 87 0 97 41 0 7 9 6 12 174 857
Sumogawe 2356 607 121 319 0 7 165 0 14 19 12 22 474 4116
Polobugo 655 961 254 442 0 75 38 0 6 4 14 14 356 2819
Manggihan 327 84 7 73 0 17 35 0 4 0 3 4 41 595
Getasan 336 551 37 61 0 8 68 0 26 17 16 85 347 1552
Wates 1737 92 12 112 0 2 36 0 10 9 4 25 9 2048
Tolokan 1496 29 41 89 0 6 45 0 12 6 4 4 17 1749
Ngkrawan 655 24 9 36 0 0 62 0 14 3 4 3 207 1017
Nogosaren 934 73 14 43 0 0 23 0 8 7 7 2 233 1344
JUMLAH 17697 3294 867 1699 0 535 813 0 153 95 92 261 3430 28936
Keterangan :
Mata Pencaharian (1)Petani, (2)Buruh tani, (3)Buruh industri, (4)Buruh bangunan, (5)Nelayan, (6)Pengusaha,
(7) Pegawai swasta, (8) Perikanan, (9) Pedagang, (10) Angkutan, (11)PNS/ABRI/POLRI, (12)Pensiunan,
(13)Lainnya.
*) Sumber : Kecamatan Getasan, 2011, Kecamatan Getasan Dalam Angka 2011,
Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang, Semarang, hal. 33.
Besarnya jumlah penduduk yang menjadi petani dan buruh tani ini
menandakan bahwa besar pula usaha peternakan sapi di Kecamatan Getasan.
Peternakan dijalankan oleh petani di Kecamatan Getasan karena pertanian di
wilayah ini masih bergantung pada musim sehingga petani tidak mempunyai
pendapatan rutin yang dapat mereka gunakan untuk membiayai kehidupan rumah
tangga mereka sehari-hari. Peternakan yang mereka kembangkan adalah
peternakan sapi, baik sapi perah maupun sapi pedaging. Peternakan sapi perah
lebih dominan dibanding peternakan sapi pedaging. Peternakan sapi pedaging
baru beberapa tahun saja mulai berkembang di Kecamatan Getasan. Munculnya
45
peternakan sapi pedaging ditengarai sebagai dampak dari rendahnya harga susu
sapi yang ada di Kecamatan Getasan yang menyebabkan peternak sapi mulai
beralih pada usaha sapi pedaging, khususnya oleh peternak yang mempunyai
modal yang cukup kuat. Berikut data populasi ternak yang ada di Kecamatan
Getasan :
Tabel 4.2 Populasi Ternak Sapi di Kecamatan Getasan Tahun 2011 *) DESA PEMILIK TERNAK SAPI POTONG SAPI PERAH
Kopeng 561 10 1237
Batur 1035 160 2614
Tajuk 719 109 2001
Jetak 701 67 1987
Samirono 389 201 1764
Sumogawe 1139 30 3665
Polobugo 632 0 1567
Manggihan 319 116 924
Getasan 380 0 1388
Wates 326 38 703
Tolokan 390 116 741
Ngkrawan 257 3 777
Nogosaren 297 5 1055
Jumlah 7145 855 20423
*) Sumber : PSPK2011-L1, Rekapitulasi Rumah Tangga Pemelihara Ternak / Perusahaan /
Pedagang / Lainnya, Ternak Sapi Potong, Ternak Sapi Perah, dan Ternak Kerbau
Menurut Desa / Kelurahan, Tahun 2011.
Melihat data tersebut, tampak bahwa peternakan sapi yang lebih dominan
adalah peternakan sapi perah. Saat ini, satu peternak di Kecamatan Getasan rata-
rata mempunyai dua sampai tiga ekor sapi perah. Kebanyakan dari mereka tidak
hanya memelihara sapi perah saja, tetapi ada juga yang memelihara sapi pedaging.
Sapi perah juga menghasilkan anak sapi hampir setiap dua tahun sekali. Anak sapi
betina dijadikan sebagai calon sapi perah dan induk, sedangkan anak sapi jantan
dijadikan sebagai sapi pedaging oleh peternak.
Peternakan sapi perah di Kecamatan Getasan masih tergolong sebagai
peternakan sapi perah konvensional. Pengelolaan ternak yang dilakukan oleh
peternak masih menggunakan cara-cara yang belum banyak melibatkan produk-
46
produk hasil perkembangan teknologi. Hanya ada beberapa peternakan sapi perah
yang sudah menggunakan peralatan berbasis teknologi dalam mengelola
ternaknya seperti peralatan pemerahan dan pengolahan pakan sapi.
Kegiatan peternakan sapi perah di Kecamatan Getasan yang masih
konvensional ditandai dengan cara dan peralatan yang masih tradisional. Peternak
menggunakan sabit untuk mencari rumput dan cara pemerahan yang masih secara
manual dengan menggunakan tangan merupakan bukti dari masih tradisionalnya
peternakan sapi di Kecamatan Getasan.
Pengelolaan sapi perah oleh peternak dilakukan dengan cara-cara yang
masih sangat sederhana. Peternak mencari rumput sebagai pakan ternak masih
dengan alat-alat yang sederhana. Sabit adalah alat utamanya. Sebagian besar
peternak di Kecamatan Getasan memberikan makan sapi dengan rumput gajah.
Peternak menggunakan tali yang berasal dari karung bagor bekas sebagai alat
pengikatnya ketika membawa rumput dari ladang sampai ke kandang sapi mereka.
Jarak yang relatif jauh antara ladang dengan kandang sapi membuat peternak
menggunakan beberapa alat angkutan untuk membawa rumput. Selain mobil dan
sepeda motor yang sudah menggunakan unsur teknologi, peternak di Kecamatan
Getasan juga menggunakan alat-alat tradisional seperti grobak atau yang lebih
terkenal di daerah Kecamatan Getasan dengan sebutan “songkro”. Masih ada juga
peternak yang membawa rumput dengan cara “sunggi” (membawa rumput di atas
kepala) baik rumput yang diikat dengan tali maupun yang ditempatkan dalam
keranjang. Kendala yang sering dihadapi peternak dalam hal pemberian pakan
dalam bentuk rumput gajah adalah saat musim kemarau panjang. Saat musim
47
kemarau panjang, rumput gajah sulit untuk tumbuh, jadi peternak harus mencari
pakan alternatif untuk sapi yang mereka pelihara. Mereka mengganti pakan
rumput gajah dengan rumput-rumput liar. Bahkan, ada juga peternak yang rela
mencari limbah sawah padi atau “damen” untuk diberikan kepada sapi-sapi
mereka sebagai pakan pengganti rumput gajah.
Selain rumput sebagai pakan ternak yang utama, peternak juga
memberikan pakan tambahan kepada ternaknya. Jenis pakan ternak ini
kebanyakan dicampurkan pada saat peternak memberikan minum air untuk sapi
yang mereka pelihara. Pakan tambahan tersebut antara lain bekatul, konsentrat,
growol, ampas tahu, garam, mineral, kulit kopi dan ketela pohon. Pakan ternak
tersebut biasanya diperoleh peternak dari koperasi-koperasi peternakan dan
pertanian. Ada juga peternak yang memanfaatkan jasa pengumpul susu sapi untuk
mendapatkan pakan sapi, terlebih oleh peternak yang di daerahnya tidak ada
penjual pakan sapi. Mereka membeli pakan ternak dari hasil penjualan susu sapi
yang mereka produksi. Pemberian rumput gajah sebagai pakan sapi dilakukan tiga
kali sehari dan untuk pemberian minum serta makanan tambahan biasanya hanya
dilakukan dua kali sehari.
Pemeliharaan di dalam kandang juga masih tergolong sederhana. Peternak
membersihkan kandang dengan peralatan tradisional seperti sekop dan garbu.
Pembersihan kandang rata-rata dilakukan dua kali dalam satu hari oleh peternak.
Selain pembersihan terhadap kandang, sapi juga dibersihkan dari kotoran-kotoran
yang menempel pada tubuhnya. Menjaga kebersihan kandang sapi beserta sapinya
dimaksudkan untuk menjaga lingkungan sapi demi kesehatan sapi.
48
Pemerahan sapi perah masih dilakukan dengan cara manual. Artinya,
peternak sapi perah Kecamatan Getasan sebagian besar belum menggunakan
peralatan yang berbasis teknologi dalam memerah sapi. Pemerahan dilakukan
dengan tangan manusia. Sebelum diperah, ambing sapi dibersihkan dahulu dengan
air. Ada peternak yang menggunakan air dingin untuk membersihkan ambing
sapi, tapi ada juga yang menggunakan air hangat untuk membersihkan ambing
sapi. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peternak asal Desa
Samirono, membersihkan ambing sapi dengan air hangat dapat mempercepat
turunnya susu sapi sehingga lebih mudah diperah dan hasilnya relatif lebih
banyak.
Gambaran peternakan sapi di Kecamatan Getasan tidak hanya sekedar
mencakup pada bagaimana cara pemeliharaan ternak yang dilakukan peternak.
Lebih jauh dari itu, sistem pembibitan dan pembinaan peternak juga dilakukan
dalam rangka mengembangkan peternakan sapi di Kecamatan Getasan.
Pembibitan sapi dilakukan oleh manteri-manteri sapi dan dokter hewan yang ada
di Kecamatan Getasan yang mendapat bibit melalui beberapa institusi yang
bergerak dalam pembibitan sapi melalui inseminasi buatan. Pembinaan peternak
banyak dilakukan oleh pemerintah melalui kerja sama dengan pengumpul-
pengumpul susu sapi, Koperasi Unit Desa dan kelompok tani. Pembinaan tersebut
terkait dengan manajemen pemeliharaan sapi perah dan penanganan susu sapi
pasca panen. Kesehatan sapi juga diperhatikan oleh peternak. Hal ini penting
karena masa hidup sapi yang terbatas. Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa peternak, manteri sapi dan pedagang sapi atau yang dikenal dengan
49
sebutan “blantik”, sapi perah betina akan mulai produktif setelah mereka beranak
pertama kali pada usia dua sampai tiga tahun dan akan terus produktif sampai usia
empat belas sampai enam belas tahun. Usia sapi perah yang tergolong paling
produktif berkisar antara lima sampai sebelas tahun.
4.1.2. Produk Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Getasan
Besarnya peternakan sapi di Kecamatan Getasan dapat dilihat dari jumlah
sapi yang dipelihara oleh penduduk. Melihat data populasi ternak di Kecamatan
Getasan pada Tabel 4.2, setiap peternak mempunyai dua sampai tiga ekor sapi
perah ditambah satu sampai dua ekor sapi pedaging. Besarnya peternakan sapi
yang dikembangkan penduduk Kecamatan Getasan ini membuat produk dari
peternakan sapi itu sendiri juga besar.
Usaha ternak sapi pedaging di Kecamatan Getasan menghasilkan sapi siap
potong yang selama ini menjadi barang dagangan yang diburu para pedagang sapi
dan pedagang daging sapi. Peternak Kecamatan Getasan banyak menjual sapi
pedaging mereka pada hari raya keagamaan. Pada hari-hari tersebut, permintaan
daging sapi naik. Hal ini mulai dipelajari dengan lebih teliti dan cermat oleh
peternak supaya usaha mereka dalam memelihara sapi pedaging dapat lebih baik,
khususnya dalam menghitung waktu mulai pemeliharaan, waktu penggemukan
dan waktu penjualan. Peternak juga mulai mempelajari berbagai strategi
penggemukan sapi yang paling efektif dan efisien. Sapi pedaging biasanya
dipelihara dengan pemberian pakan yang biasa-biasa saja pada usia nol sampai
satu tahun. Setelah itu, proses penggemukan baru dilakukan dengan berbagai
50
macam cara, khususnya yang terkait dengan pemberian pakan ternak yang cepat
menggemukan sapi. Selama satu sampai satu setengah tahun, barulah sapi siap
dijual atau dipotong dijadikan sebagai daging sapi siap jual.
Susu sapi adalah produk utama dari peternakan sapi perah. Setiap sapi
perah menghasilkan susu segar yang berbeda baik kualitas maupun kuantitasnya.
Satu sapi perah umumnya diperah dua kali dalam satu hari, yaitu pada pagi dan
sore hari. Susu sapi yang dihasilkan pada dua kali pemerahan pun berbeda
jumlahnya. Umumnya sapi menghasilkan susu sapi lebih banyak pada pemerahan
pagi hari. Perbedaan-perbedaan ini umum terjadi pada setiap sapi perah dan
peternakan sapi perah di Kecamatan Getasan. Sapi perah mulai produktif
menghasilkan susu sapi setelah sapi beranak untuk pertama kalinya. Berdasarkan
hasil wawancara, sapi perah mencapai produktifitas tertinggi setelah beranak
empat sampai lima kali beranak.
Peternakan sapi perah selain menghasilkan susu sapi juga menghasilkan
produk yang lain. Anak sapi juga merupakan produk dari peternakan sapi perah.
Anak sapi betina biasanya dijadikan peternak sebagai calon sapi perah produktif
dan induk baru. Anak sapi perah jantan juga dimanfaatkan oleh peternak sapi. Jika
mereka ingin memeliharanya, maka mereka akan menjadikan anak sapi tersebut
menjadi sapi pedaging. Sapi pedaging dapat dijual saat sapi siap potong, biasanya
usia sapi siap potong berkisar antara dua sampai tiga tahun. Namun, jika mereka
tidak berniat untuk memeliharanya, peternak dapat menjual sapi jantan tersebut.
Produk dari peternakan sapi perah maupun sapi pedaging yang terakhir
adalah kotoran sapi. Beberapa pihak menganggap kotoran sapi sebagai limbah
51
yang dianggap tidak berguna. Namun, untuk beberapa pihak lain, kotoran sapi
merupakan produk yang bernilai ekonomi. Bagi para peternak, kotoran sapi dapat
dijual atau dimanfaatkan sebagai pupuk kandang yang dapat digunakan untuk
mendukung kegiatan pertanian dan perkebunan yang juga mereka jalankan. Oleh
karena alasan inilah, kotoran sapi menjadi barang yang ramai diperdagangkan di
lingkungan pertanian dan perkebunan.
4.1.3. Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan Getasan
Susu sapi sebagai produk dari peternakan sapi perah menjadi komoditas
dagang yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Getasan dalam
memperoleh pendapatan. Selama ini, susu sapi hasil produksi sapi yang dipelihara
oleh peternak di Kecamatan Getasan hanya diperjualbelikan tanpa merubah
bentuknya. Belum banyak yang mengolah susu sapi untuk dijadikan produk yang
lebih bernilai. Tercatat baru ada tiga usaha yang mengolah susu sapi di Kecamatan
Getasan. Susu sapi belum mendapat perlakuan tambahan dan bentuknya pun
masih susu mentah. Ada beberapa pihak di Kecamatan Getasan yang menjadikan
susu sapi sebagai komoditas dagang dari usaha yang mereka tekuni sebagai mata
pencaharian. Mereka antara lain peternak sapi perah, pengumpul susu sapi,
pengecer susu sapi dan perusahaan pengolah susu sapi yang menggunakan susu
sapi sebagai bahan dalam pembuatan produk mereka.
Peternak sapi perah tentunya mengharapkan pendapatan dari hasil
memelihara sapi perah. Untuk memperoleh pendapatan, peternak menjual susu
sapi yang dihasilkan oleh sapi perah yang mereka pelihara. Penjualan susu sapi
52
digunakan oleh peternak untuk memenuhi kebutuhan mereka sekaligus
membiayai pemeliharaan sapi perah yang mereka lakukan. Peternak di Kecamatan
Getasan menjual susu tidak langsung kepada konsumen susu. Artinya ada pihak
yang menjadi penyalur dari susu sapi yang mereka produksi. Penyalur-penyalur
ini diantaranya adalah pengumpul susu sapi yang berhubungan langsung dengan
peternak ataupun yang tidak berhubungan langsung dengan peternak dan pengecer
susu sapi.
Sebagian besar susu sapi yang berasal dari peternak sapi perah dijual
kepada pengumpul susu sapi yang ada di wilayah mereka masing-masing. Ada
juga peternak yang menjual susu sapi kepada pengumpul yang bukan berasal dari
daerah mereka, namun kepada pengumpul dari daerah lain yang keliling untuk
membeli susu sapi dari peternak. Peternak tidak melakukan hal apapun terhadap
susu sapi yang mereka produksi. Peternak hanya menjual susu sapi mereka dalam
keadaan panas. Selanjutnya pengumpul-pengumpul susu sapi ini akan menjual
susu sapi yang mereka beli dari peternak sapi perah ini kepada pengumpul yang
lebih besar atau kepada rumah tangga produksi. Pengumpul dalam hal ini juga
tidak melakukan pengubahan bentuk produk susu segar. Pengumpul mengambil
keuntungan dari selisih harga jual yang mereka dapat dari pembeli susu sapi yang
mereka kumpulkan dengan harga yang mereka berlakukan dalam membeli susu
sapi dari peternak sapi perah. Berdasarkan wawancara dengan salah satu
narasumber yang merupakan anggota DPRD Kabupaten Semarang yang juga
menjadi pembina Gabungan Koperasi Susu Sapi di Kebupaten Semarang,
pengumpul susu sapi mampu menyerap lebih dari 97% susu sapi produksi
53
peternak sapi perah di Kecamatan Getasan. Hal ini membuktikan bahwa
pengumpul susu sapi memberikan kontribusi yang besar terhadap pemasaran susu
sapi di Kecamatan Getasan dalam bentuk jasa penyaluran susu sapi yang
diproduksi oleh peternak sapi perah.
Pengecer susu sapi juga merupakan pembeli susu sapi dari tangan peternak
sapi perah. Mereka membeli susu sapi dari peternak layaknya pengumpul susu
sapi yang lain. Bedanya adalah jika pengumpul susu sapi menjual susu sapi yang
mereka kumpulkan kepada pengumpul susu sapi yang lebih besar atau perusahaan
pengolah susu sapi, maka pengecer tidak melakukan hal tersebut. Pengecer susu
sapi akan menjual susu sapi yang mereka beli dari peternak sapi perah langsung
kepada konsumen akhir. Pengecer juga tidak merubah bentuk susu sapi. Mereka
justru menjaga bentuk asli dari susu sapi demi memenuhi tuntutan dari konsumen
susu sapi yang menuntut kemurnian susu sapi yang mereka beli. Pengecer susu
sapi dari Kecamatan Getasan menjual susu sapi kepada masyarakat di luar
Kecamatan Getasan. Kebanyakan dari mereka menjual susu sapi kepada
konsumen di wilayah Kota Salatiga. Pengecer susu sapi tidak menjadikan
Kecamatan Getasan sebagai pasar dari produk mereka karena mereka memandang
bahwa masyarakat Kecamatan Getasan bisa dengan mudah mendapat susu sapi
ketika Kecamatan Getasan sendiri menjadi sentra produksi susu sapi.
Perusahaan pengolah susu sapi adalah pihak yang mengubah bentuk susu
sapi menjadi produk tertentu untuk selanjutnya mereka perdagangkan. Mereka
membeli susu sapi dari peternak dan pengumpul untuk mendapatkan susu sapi
yang akan mereka gunakan dalam proses produksi. Perusahaan pengolah susu sapi
54
merupakan pihak yang dalam suatu pola saluran pemasaran susu sapi di
Kecamatan Getasan mempunyai keuntungan dapat meningkatkan nilai dari susu
sapi karena dapat merubah bentuk susu sapi. Beberapa perusahaan pengolah susu
sapi yang saat ini ada di Kecamatan Getasan diantaranya Koperasi Andini dengan
produknya “Andini Fresh Milk”, Sabun Susu “Puspita” dan CV Cita Nasional
dengan produknya “Susu Segar Nasional.”
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis, pola
saluran pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan dapat dibedakan menjadi tiga
pola. Pola-pola saluran pemasaran susu sapi ini merupakan urutan perpindahan
susu sapi dari satu pihak ke pihak lain, mulai dari peternak sapi perah sebagai
produsen sampai masyarakat yang mengkonsumsi produk-produk susu sapi.
Pihak-pihak yang masuk dalam pola-pola saluran pemasaran ini adalah mereka
yang menjadikan susu sapi sebagai komoditas usaha mereka. Pola-pola tersebut
diantaranya :
Gambar 4.1 Pola-pola Saluran Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan Getasan
Sumber : Data Primer Penelitian
Pola-pola saluran pemasaran susu sapi diatas menunjukkan alir
kepemilikan susu sapi yang diproduksi oleh peternak sampai pada konsumen, baik
Peternak sapi
perah
Pengumpul susu
sapi
Perusahaan pengolah susu
sapi
Konsumen produk
olahan
Peternak sapi
perah
Pengumpul
susu sapi
tingkat
bawah
Pengumpul
susu sapi
tingkat
tengah
Pengumpul
susu sapi
tingkat atas
Perusahaan
pengolah
susu sapi
Konsumen
produk
olahan
Peternak sapi perah Pengecer susu sapi Konsumen susu sapi eceran
55
konsumen produk olahan maupun susu sapi mentah. Pola saluran pemasaran yang
pertama menunjukkan bahwa hanya ada satu pengumpul yang ada sebagai
penyalur susu sapi dari peternak kepada perusahaan pengolah susu sapi. Pola
saluran pemasaran susu sapi yang kedua menunjukkan adanya beberapa
pengumpul susu sapi. Pengumpul susu sapi pada level rendah merupakan
pengumpul yang membeli susu sapi dari peternak dan menjualnya kepada
pengumpul lain pada level tengah. Selanjutnya pengumpul pada level tengah
menjual kepada pengumpul level tinggi yang akan menjual susu sapi kepada
perusahaan pengolah susu sapi. Sementara itu, pola saluran pemasaran susu sapi
yang ketiga menunjukkan pengecer sebagai satu-satunya saluran pemasaran susu
sapi dari peternak kepada konsumen secara langsung dimana produk tidak
berubah bentuk, masih berbentuk susu sapi mentah.
Pihak-pihak yang yang terlibat dalam saluran pemasaran susu sapi di
Kecamatan Getasan banyak jumlahnya, untuk lebih memperjelas besarnya jumlah
pelaku usaha susu sapi di Kecamatan Getasan dapat melihat tabel berikut :
Tabel 4.3 Jumlah Pengumpul, Pengecer dan Perusahaan Pengolahan Susu
Sapi di Kecamatan Getasan Bulan Januari Tahun 2012 *) No Nama Desa Pengumpul Kecil Pengumpul Besar Pengecer Susu Sapi Perusahaan
Pengolah
1 Kopeng Bapak
Nugroho,
Dukuh
Bapak
Ngadiman,
Sleker
- - -
2 Batur Bapak Reban,
Senden
Bapak
Muslikin,
Cengklok
Bapak
Karyono,
Krangkeng
- - -
56
3 Tajuk Kel. Tani
Ngudi
Makmur,
Tajuk
Bapak Sinun,
Tajuk
Bapak Wanto,
Krekesan
Mas
Hadiyanto,
Kroto
- - -
4 Jetak Koperasi Susu
Andini, Jetak
Bapak Sarjio,
Jetak
Bapak Agus,
Jetak
Bapak Jarot,
Kendal Wetan
Bapak
Jumadi,
Kendal Wetan
Bapak Susilo,
Kendal Wetan
Mas Yudi
Lurah,
Setugur
Koperasi
Susu Andini
Bapak
Tresno,
Kendal
Wetan
Koperasi
Andini,
Susu sapi
segar
dalam
kemasan
“Andini‟s
Fresh
Milk”
5 Samirono Sari Asih
Amanullah,
Pongangan
Bapak
Suparman,
Pongangan
Bapak
Gunanto
Guno,
Pongangan
Sari Asih
Amanullah,
Pongangan
Bapak
Arista
Wasidi,
Pongangan
Bapak
Gatot,
Samirono
-
6 Sumogawe Bapak
Kusnanto,
Sumogawe
Bapak Heri,
Piji
Bapak Trimo,
Magersari
Bapak Sarno,
Magersari
Bapak
Siswanto,
Tambangan
KUD
Getasan,
Pendingan
KPS
Bumiharjo,
Bumiharjo
Bapak
Kardi,
Wates
CV Cita
Nasional,
Susu
Segar
Nasional
Sabun
Susu
Puspita,
Piji
7 Polobugo Bapak Jarwo,
Polobugo
Atas
- - -
8 Manggihan - - - -
9 Getasan Bapak
Sugeng,
Jampelan
Bapak Wandi,
Ngelo
Bapak
Darmadi,
- Bapak Juki,
Getasan
-
57
Gading
Bapak Petrus,
Gading
10 Wates Bapak Wandi,
Wates
- - -
11 Tolokan Bapak
Ndalimin,
Tolokan
Bapak
Ngadiono,
Tolokan
Mas Eko,
Tolokan
- - -
12 Ngkrawan Mas Yoga,
Ngkrawan
Bapak Joko,
Ngkrawan
- - -
13 Nogosaren Bapak
Tukimin,
Saren
- - -
JUMLAH 36 Pengumpul kecil 4 Pengumpul besar 5 Pengecer 3 Perusahaan
*) Sumber : Data Primer Penelitian
4.1.4. Pengumpul Susu Sapi di Kecamatan Getasan
Pengumpul susu sapi di Kecamatan Getasan merupakan saluran pemasaran
yang membeli susu sapi dari peternak dan menjualnya kepada saluran pemasaran
lain tanpa mengubah bentuk susu sapi menjadi produk lain. Pengumpul susu sapi
di Kecamatan Getasan ada beberapa jenis. Ada pengumpul susu sapi yang
membeli susu sapi dari peternak saja, yang digolongkan sebagai pengumpul kecil.
Ada pula pengumpul yang selain membeli susu sapi dari peternak dan juga
membeli susu sapi dari pengumpul lain. Pengumpul jenis ini disebut dengan
pengumpul besar. Jumlah pengumpul besar jauh lebih sedikit daripada pengumpul
kecil. Tujuan menjadi pengumpul susu sapi antara lain untuk memperoleh
pendapatan dan untuk membantu paternak dalam memasarkan susu sapi yang
diproduksi oleh peternak sapi perah. Pengumpul susu sapi juga melakukan
pembinaan-pembinaan terhadap peternak supaya kelak peternak mengalami
58
kemajuan baik secara finansial maupun startegi peternakan yang dapat
memperbaiki sistem peternakan yang diterapkan oleh peternak.
Pengumpul susu sapi membeli susu sapi dari peternak yang ada di daerah
mereka masing-masing, namun mereka juga berusaha untuk membeli susu sapi
dari daerah yang jaraknya relatif jauh. Hal ini dapat dilihat dari pengumpul-
pengumpul susu sapi yang memberikan layanan keliling bagi peternak yang akan
menjual susu sapi kepada mereka namun jaraknya jauh dari tempat pengumpul
susu sapi. Pengumpul susu sapi mempersiapkan berbagai alat dan sarana supaya
mereka dapat menjangkau wilayah-wilayah yang jauh. Kendaraan bermotor
menjadi alat penting bagi usaha mereka. Kendaraan yang umumnya dipakai antara
lain sepeda motor dan mobil pick up.
Setiap harinya, kebanyakan pengumpul mengumpulkan susu sapi dari
peternak sebanyak dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari. Mereka mengikuti pola
pemerahan yang dilakukan oleh peternak dalam memerah sapi, yaitu sehari dua
kali juga pada pagi dan sore hari. Pengumpul susu sapi selanjutnya menjual susu
sapi yang mereka kumpulkan kepada perusahaan-perusahaan pengolah susu sapi
atau kepada pengumpul susu sapi lain yang lebih besar tanpa merubah bentuk
susu sapi. Hal yang biasanya dilakukan oleh pengumpul susu sapi terhadap susu
sapi yang mereka kumpulkan adalah mencampurkan semua susu sapi yang
mereka kumpulkan untuk menghasilkan mutu susu sapi rata-rata.
Selama proses pengumpulan susu sapi, pengumpul melakukan beberapa
hal terkait dengan usaha mereka dalam mengumpulkan susu sapi dari peternak.
Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup pengujian mutu susu sapi yang akan mereka
59
beli. Pengujian ini dilakukan dengan berbagai cara, ada yang dilakukan secara
manual dengan mengandalkan panca indera dan ada pula yang menggunakan
peralatan tertentu. Parameter mutu susu sapi yang diukur secara manual
diantaranya warna, aroma, rasa dan kebersihan. Sementara itu paramater yang
diukur menggunakan peralatan antara lain kadar air, kadar lemak, kadar protein,
berat jenis dan SNF. Kegiatan pembukuan juga dilakukan oleh pengumpul susu
sapi. Mereka mencatat setiap transaksi yang berhubungan dengan pembelian susu
sapi dari peternak termasuk transaksi-transaksi dari usaha sampingan mereka di
samping sebagai pengumpul susu sapi.
Beberapa usaha sampingan yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi
antara lain adalah usaha perdagangan pakan ternak, perdagangan sembako dan
usaha simpan pinjam. Usaha-usaha ini dilakukan pengumpul susu sapi dalam
rangka memperbesar pendapatan mereka. Usaha sampingan yang dilakukan oleh
pengumpul susu sapi dilakukan bersamaan dengan aktifitas mereka dalam
mengumpulkan susu sapi. Kebanyakan dari usaha sampingan yang mereka
lakukan adalah usaha yang berhubungan erat dengan usaha utama mereka sebagai
pengumpul susu sapi. Usaha-usaha ini mempunyai efek yang baik bagi usaha
seseorang sebagai pengumpul susu sapi. Oleh karena itu, hampir semua
pengumpul susu sapi mempunyai usaha sampingan yang mereka hubungkan
dengan peternak supaya usaha pengumpulan susu sapi mereka tetap berlangsung.
60
4.1.5. Pengecer Susu Sapi di Kecamatan Getasan
Pengecer susu sapi di Kecamatan Getasan merupakan saluran pemasaran
yang membeli susu sapi dari peternak sapi perah dan menjual susu sapi tersebut
langsung kepada konsumen. Pengecer tidak merubah bentuk dari susu sapi yang
diproduksi oleh peternak. Jadi, produk yang diperdagangkan oleh pengecer masih
berupa susu segar. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota
DPRD Kabupaten Semarang yang juga menjadi anggota dewan pembina
Gabungan Koperasi Susu Sapi Kabupaten Semarang, jumlah susu sapi yang
mampu diserap oleh pengecer kurang dari 3% dari seluruh susu sapi yang
diproduksi oleh peternak sapi perah di Kecamatan Getasan. Walaupun sedikit
jumlahnya, tetap saja pengecer mempunyai peranan dalam pemasaran susu sapi di
Kecamatan Getasan karena 3% dari keseluruhan produksi susu sapi di Kecamatan
Getasan adalah jumlah susu yang tidak sedikit.
Pengecer yang sudah membeli susu sapi dari peternak biasanya hanya
melakukan satu dari dua kemungkinan tindakan terhadap susu sapi. Tindakan
pertama yang mungkin mereka lakukan adalah mencampurkan seluruh susu sapi
yang mereka beli dari peternak untuk menghasilkan mutu susu sapi rata-rata.
Tindakan kedua yang dapat dilakukan adalah memisahkan susu sapi yang bermutu
tinggi dengan yang bermutu rendah. Kedua tindakan tersebut dilakukan untuk
menentukan strategi penjualan mereka dalam menjual susu sapi kepada
konsumen, termasuk strategi harga. Pengecer susu sapi biasanya melakukan
kegiatan ini hanya sekali dalam sehari pada pagi hari. Oleh karena itu, pengecer
dapat menimbulkan masalah bagi peternak. Selain omset mereka yang tidak
61
mampu menyerap produksi susu sapi dalam jumlah yang besar, kegiatan pengecer
yang hanya dilakukan sekali dalam sehari juga membuat peternak harus
melakukan suatu tindakan terhadap susu sapi yang mereka produksi pada sore
hari. Hal ini disebabkan karena pengecer hanya membeli susu sapi dari peternak
pada pagi hari saja. Ada peternak yang menjual susu kepada pengumpul susu sapi,
tetapi ada pula peternak yang mengolah susu sapi sehingga dapat dijual pada pagi
hari berikutnya.
Jumlah susu sapi yang mampu diperjualbelikan oleh pengecer relatif kecil
jika dibanding dengan jumlah susu sapi yang diperjualbelikan oleh pengumpul-
pengumpul susu sapi. Jika satu pengumpul susu sapi mampu memperjualbelikan
ribuan liter susu sapi, pengecer tidak mampu memperjualbelikan lebih dari seratus
liter susu sapi walaupun jika dilihat dari sisi harga, pengeceran susu sapi lebih
terlihat mampu meningkatkan nilai susu sapi daripada pengumpul-pengumpul
susu sapi yang selisih harga beli dan jualnya relatif lebih kecil. Pendapatan
pengecer susu sapi diperoleh dari selisih harga beli yang diterapkan oleh pengecer
dalam membeli susu sapi dari peternak dengan harga yang mereka terapkan dalam
menjual susu sapi kepada konsumen.
Pemilihan konsumen menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh pengecer
susu sapi. Pemilihan konsumen dijadikan dasar pengecer dalam menentukan harga
jual dan strategi penjualan yang mereka terapkan. Ada pengecer yang memilih
wilayah tertentu karena ingin melakukan efisiensi biaya penjualan, ada pula
pengecer yang menentukan wilayah dan sasarannya karena ingin mempermudah
penjualan susu sapi yang mereka lakukan. Pengecer juga memilih wilayah
62
penjualan yang ditinggali oleh penduduk dengan penampilan tertentu untuk
menentukan harga jual susu sapi.
Berbeda dengan pengumpul susu sapi yang kerap kali mempunyai usaha
sampingan yang berhubungan sangat erat dengan kegiatan pengumpulan susu
mereka, usaha-usaha sampingan yang dilakukan oleh pengecer biasanya jauh dari
kegiatan pengeceran susu sapi yang mereka lakukan. Namun, tidak menutup
kemungkinan mereka mempunyai usaha yang juga berhubungan dengan pekerjaan
mereka sebagai pengecer susu sapi. Usaha-usaha sampingan ini mereka lakukan
juga untuk memperbesar pendapatan mereka. Ada pengecer yang memelihara sapi
perah untuk menghasilkan susu sapi yang akhirnya dapat mereka jual. Ada pula
pengecer yang mempunyai usaha peternakan sapi pedaging dan menjadi manteri
sapi. Usaha-usaha sampingan ini banyak dilakukan pengecer susu sapi karena
pengecer masih mempunyai waktu luang yang relatif lebih banyak dibanding
pengumpul susu sapi walaupun mereka juga melaksanakan kegiatan-kegiatan
pencatatan yang terkait dengan pekerjaan mereka sebagai pengecer seperti
mencatat jumlah susu sapi dari peternak dan mengelola daftar hutang konsumen
susu segar.
4.1.6. Standar Mutu Susu Sapi Susu Sapi di Kecamatan Getasan
Standar mutu susu sapi digunakan sebagai acuan dalam menentukan
seberapa tinggi mutu susu sapi. Standar mutu susu sapi diterapkan oleh seluruh
pelaku pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Standar mutu yang diterapkan
oleh satu pelaku dengan pelaku yang lain kebanyakan berbeda namun jika ditelaah
63
secara umum hampir sama. Berbeda ketika melihat besaran angka-angka dalam
standar mutu tersebut namun indikator atau parameter yang dipakai sama antara
satu standar mutu yang ditetapkan satu pihak dengan standar mutu yang
ditetapkan pihak lain.
Pihak pertama dan yang paling dibebani dengan adanya standar mutu
adalah peternak sebagai produsen susu sapi. Peternak dituntut untuk menghasilkan
susu sapi yang memenuhi standar mutu yang diterapkan oleh pembeli, baik
pengumpul maupun pengecer susu sapi. Indikator-indikator yang ada dalam
standar mutu susu sapi yang diterapkan dikalangan peternak antara lain berat jenis
(BJ), kadar lemak dan protein, kadar air, warna, suhu, aroma, rasa dan kebersihan
susu sapi. Besaran angka yang diterapkan antara satu pembeli dengan pembeli
yang lain berbeda. Tidak hanya antara pengecer dan pengumpul susu sapi saja
yang berbeda dalam menerapkan standar mutu susu sapi, tetapi antar sesama
pengecer atau sesama pengumpul susu sapi di Kecamatn Getasan juga mempunyai
standar yang berbeda-beda. Rata-rata, peternak dituntut oleh pengecer ataupun
pengumpul susu sapi untuk dapat menghasilkan susu yang mempunyai berat jenis
minimal 22‟, kadar lemak dan protein yang cukup, mempunyai suhu minimal 30‟
untuk pagi hari dan 29‟ untuk sore hari serta kadar air minimal adalah 20%. Selain
standar mutu yang diukur dengan peralatan tersebut, ada pula standar mutu yang
diukur dengan panca indera saja seperti kebersihan, aroma, rasa, warna dan umur
susu sapi. Semua standar tersebut adalah dasar laku tidaknya susu sapi yang
diproduksi oleh peternak.
64
Penulis mengumpulkan data terkait dengan penerapan standar mutu susu
sapi oleh dua pengumpul susu sapi. Data ini berisi tentang jumlah susu sapi yang
diterima dan ditolak oleh pengumpul susu sapi. Penerimaan dan penolakan susu
sapi ini ditentukan dengan melihat hasil pengujian mutu yang didasarkan pada
standar mutu susu sapi yang ditetapkan masing-masing pengumpul susu sapi.
Tabel 4.4 Perolehan Susu Sapi Pengumpul Susu Sapi Sari Asih Amanullah
Periode 1-10 Febuari 2012 *)
No Tanggal
Jumlah Susu
Sapi yang
Diterima
Jumlah Susu Sapi Ditolak
Karena Tidak Lolos Uji
Manual (Rasa, Aroma,
Warna, Kebersihan)
Jumlah Susu Sapi Ditolak
Karena Tidak Lolos Uji
Peralatan (Lemak, Air,
Berat jenis, Suhu)
Jumlah
Susu Sapi
yang
Ditolak
1 1 Feb 2012 2.654 ltr 17 ltr 46 ltr 63 ltr
2 2 Feb 2012 2.764 ltr 26 ltr 71 ltr 97 ltr
3 3 Feb 2012 2.855 ltr 24 ltr 63 ltr 87 ltr
4 4 Feb 2012 2.823 ltr 32 ltr 43 ltr 75 ltr
5 5 Feb 2012 2.761 ltr 21 ltr 52 ltr 73 ltr
6 6 Feb 2012 2.803 ltr 29 ltr 12 ltr 41 ltr
7 7 Feb 2012 2.439 ltr 21 ltr 24 ltr 45 ltr
8 8 Feb 2012 2.766 ltr 0 ltr 29 ltr 29 ltr
9 9 Feb 2012 2.785 ltr 16 ltr 19 ltr 35 ltr
10 10 Feb 2012 2.776 ltr 19 ltr 21 ltr 40 ltr
JUMLAH 27.426 ltr 205 ltr 380 ltr 585 ltr
Sumber : Data Primer Penelitian
Penulis juga melakukan pencarian data terhadap pengumpul susu sapi
milik Bapak Gunanto Guno dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.5 Perolehan Susu Sapi Pengumpul Susu Sapi Bapak Gunanto Guno
Periode 1-10 Febuari 2012 *)
No Tanggal
Jumlah Susu
Sapi yang
Diterima
Jumlah Susu Sapi Ditolak
Karena Tidak Lolos Uji
Manual (Rasa, Aroma,
Warna, Kebersihan)
Jumlah Susu Sapi Ditolak
Karena Tidak Lolos Uji
Peralatan (Lemak, Air,
Berat jenis, Suhu)
Jumlah
Susu Sapi
yang
Ditolak
1 1 Feb 2012 1.634 ltr 12 ltr 20 ltr 32 ltr
2 2 Feb 2012 1.717 ltr 21 ltr 25 ltr 46 ltr
3 3 Feb 2012 1.723 ltr 0 ltr 15 ltr 15 ltr
4 4 Feb 2012 1.729 ltr 0 ltr 16 ltr 16 ltr
5 5 Feb 2012 1.681 ltr 15 ltr 41 ltr 56 ltr
6 6 Feb 2012 1.663 ltr 24 ltr 35 ltr 59 ltr
7 7 Feb 2012 1.679 ltr 9 ltr 21 ltr 30 ltr
8 8 Feb 2012 1.703 ltr 21 ltr 19 ltr 40 ltr
9 9 Feb 2012 1.739 ltr 27 ltr 11 ltr 38 ltr
10 10 Feb 2012 1.724 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr
JUMLAH 16.992 ltr 129 ltr 203 ltr 332 ltr
Sumber : Data Primer Penelitian
65
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 tersebut, dapat diketahui jumlah susu
sapi yang dibeli atau diterima dan ditolak oleh pengumpul susu sapi Sari Asih
Amanullah dan pengumpul susu sapi milik Bapak Gunanto Guno. Susu sapi yang
ditolak disebabkan karena tidak dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan,
baik yang diuji secara manual maupun yang diuji dengan menggunakan peralatan.
Standar mutu susu sapi yang diterapkan pengumpul mempunyai
kompleksitas yang lebih tinggi dari pada standar mutu yang diterapkan oleh
pengecer susu sapi. Berdasarkan hasil wawancara, standar mutu yang diterapkan
oleh pengumpul didasarkan pada standar mutu yang diterapkan oleh pembeli susu
sapi yang telah mereka kumpulkan seperti standar mutu susu dari perusahaan
pengolah susu sapi dan pengumpul susu sapi lain yang lebih besar. Standar mutu
susu sapi pengecer biasanya diterapkan berdasarkan atas strategi dari pengecer itu
sendiri dan dari permintaan konsumen susu segar. Jika pengumpul susu sapi
dalam membeli susu sapi dari peternak menggunakan banyak indikator seperti
berat jenis minimal 22‟, kadar lemak dan protein yang cukup, mempunyai suhu
minimal 30‟ untuk pagi hari dan 29‟ untuk sore hari serta kadar air minimal
adalah 20% dan beberapa standar mutu yang diukur manual seperti kebersihan,
aroma, warna dan rasa, maka pengecer kadang hanya menggunakan beberapa
standar mutu yang sederhana saja seperti kadar air, aroma dan rasa. Namun, ada
pula pengecer yang menggunakan standar mutu susu sapi yang tinggi dalam
membeli susu dari peternak. Pengecer seperti ini merupakan pengecer yang sangat
mengutamakan mutu produk yang mereka jual.
66
Penulis menemukan data perolehan susu sapi dari dua pengecer susu sapi
yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengecer susu sapi
menggunakan standar mutu susu sapi. Data tersebut diperoleh melalui pencatatan
yang dilakukan oleh pengecer atas permohonan penulis. Berikut adalah data
perolehan susu sapi oleh dua orang pengecer susu sapi di Kecamatan Getasan :
Tabel 4.6 Perolehan Susu Sapi Pengecer Susu Sapi Bapak Arista Wasidi
Periode 1-10 Febuari 2012 *)
No Tanggal
Jumlah Susu
Sapi yang
Diterima
Jumlah Susu Sapi Ditolak
Karena Tidak Lolos Uji
Manual (Rasa, Aroma,
Warna, Kebersihan)
Jumlah Susu Sapi Ditolak
Karena Tidak Lolos Uji
Peralatan (Lemak, Air,
Berat jenis, Suhu)
Jumlah
Susu Sapi
yang
Ditolak
1 1 Feb 2012 82 ltr 4 ltr 0 ltr 4 ltr
2 2 Feb 2012 92 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr
3 3 Feb 2012 87 ltr 0 ltr 4 ltr 4 ltr
4 4 Feb 2012 89 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr
5 5 Feb 2012 83 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr
6 6 Feb 2012 82 ltr 6 ltr 7 ltr 13 ltr
7 7 Feb 2012 83 ltr 0 ltr 8 ltr 8 ltr
8 8 Feb 2012 80 ltr 11 ltr 4 ltr 15 ltr
9 9 Feb 2012 91 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr
10 10 Feb 2012 96 ltr 0 ltr 5 ltr 5 ltr
JUMLAH 865 ltr 21 ltr 28 ltr 49 ltr
Sumber : Data Primer Penelitian
Tabel 4.7 Perolehan Susu Sapi Pengecer Susu Sapi Bapak Kardi
Periode 1-10 Febuari 2012 *)
No Tanggal
Jumlah Susu
Sapi yang
Diterima
Jumlah Susu Sapi Ditolak
Karena Tidak Lolos Uji
Manual (Rasa, Aroma,
Warna, Kebersihan)
Jumlah Susu Sapi Ditolak
Karena Tidak Lolos Uji
Peralatan (Lemak, Air,
Berat jenis, Suhu)
Jumlah
Susu Sapi
yang
Ditolak
1 1 Feb 2012 76 ltr 16 ltr 4 ltr 20 ltr
2 2 Feb 2012 79 ltr 0 ltr 12 ltr 12 ltr
3 3 Feb 2012 82 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr
4 4 Feb 2012 83 ltr 0 ltr 2 ltr 2 ltr
5 5 Feb 2012 80 ltr 0 ltr 6 ltr 6 ltr
6 6 Feb 2012 82 ltr 0 ltr 4 ltr 4 ltr
7 7 Feb 2012 92 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr
8 8 Feb 2012 78 ltr 9 ltr 6 ltr 15 ltr
9 9 Feb 2012 87 ltr 0 ltr 4 ltr 4 ltr
10 10 Feb 2012 81 ltr 0 ltr 9 ltr 9 ltr
JUMLAH 820 ltr 25 ltr 47 ltr 72 ltr
Sumber : Data Primer Penelitian
67
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 tersebut, dapat diketahui jumlah susu
sapi yang dibeli atau diterima dan ditolak oleh pengecer susu sapi Bapak Arista
Wasidi dan Bapak Kardi. Susu sapi yang ditolak disebabkan karena tidak dapat
memenuhi standar mutu yang ditetapkan, baik yang diuji secara manual maupun
yang diuji dengan menggunakan peralatan.
Standar mutu juga diterapkan oleh perusahaan-perusahaan pengolah susu
sapi dalam membeli susu sapi dari pengumpul-pengumpul susu sapi. Standar
mutu susu sapi yang diterapkan oleh perusahaan pengolah susu sapi didasarkan
pada kebutuhan susu yang mempunyai mutu tertentu untuk dapat digunakan
dalam proses produksi mereka. Mutu susu sapi pada level tertentu sangat penting
untuk dapat diraih oleh perusahaan supaya proses produksi mereka sesuai dengan
rancangan bahan dan produk sehingga biaya dan hasil yang telah direncanakan
dapat diperoleh. Standar mutu susu sapi yang diterapkan oleh perusahaan
umumnya relatif lebih rendah dibanding dengan standar yang diterapkan
pengumpul susu sapi yang menjadi rekan usaha mereka.
4.1.7. Harga Susu Sapi di Kecamatan Getasan
Harga menjadi salah satu faktor yang dominan dalam pemasaran susu sapi
di Kecamatan Getasan. Harga merupakan satu-satunya faktor yang akan
menentukan pendapatan masing-masing pelaku usaha pada pemasaran susu sapi
di Kecamatan Getasan. Harga susu sapi pada masing-masing level berbeda. Susu
sapi akan mencapai harga tertinggi pada level pembelian yang dilakukan oleh
konsumen produk susu sapi. Harga susu sapi akan terus turun sampai pada level
68
terendah pada level peternak sapi yang merupakan produsen susu sapi saat mereka
menjual susu sapinya baik kepada pengumpul maupun pengecer susu sapi. Hal ini
terjadi pada pola saluran pemasaran yang melibatkan peternak, pengumpul susu
sapi baik besar maupun kecil dan perusahaan pengolah susu sapi sampai
konsumen. Hal serupa juga terjadi pada pola saluran yang melibatkan pengecer
susu sapi. Harga tertinggi akan terjadi ketika pengecer menjual susu sapi kepada
konsumen akhir dan akan harga terendah terjadi ketika pengecer membeli susu
sapi dari peternak.
Harga yang terbentuk pada masing-masing pola saluran pemasaran
berbeda-beda walaupun pada level yang sama. Berdasarkan observasi dan
wawancara yang dilakukan penulis, harga yang diterapkan pengecer dalam
membeli susu sapi dari peternak sapi perah relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan harga yang diterapkan oleh pengumpul susu sapi dalam membeli susu sapi
dari peternak. Harga yang dipatok oleh pengecer dalam membeli susu sapi dari
peternak berkisar antara Rp 2.800 sampai dengan Rp 3.100 per liter susu sapi.
Harga ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga yang diterapkan pengumpul
susu sapi dalam membeli susu sapi dari peternak yang berkisar antara Rp 2.600
sampai dengan Rp 3.000 per liter susu sapi.
Harga jual akhir susu sapi juga berbeda. Pengecer mampu menjual susu
sapi kepada konsumen susu segar hingga harga Rp 5.500 per liter, namun
perusahaan pengolah susu sapi hanya berani membeli susu sapi dari pengumpul
susu sapi pada harga tertinggi Rp 3.900 per liter. Tentunya perbedaan harga ini
membuat nilai tambah susu sapi pada masing-masing pola saluran pemasaran juga
69
berbeda. Hal ini akan menyebabkan jumlah pendapatan yang berbeda pula yang
akan diperoleh masing-masing saluran pemasaran.
Perbedaan harga tidak hanya ditemukan pada perbandingan masing-
masing pola saluran pemasaran susu sapi, namun juga terjadi pada satu saluran
pemasaran. Sesama pengumpul susu sapi yang membeli susu sapi dari peternak
juga memperlihatkan adanya perbedaan harga. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan, terbukti bahwa ada dua pengumpul susu sapi yang berasal dari desa
yang sama dan sama-sama membeli susu dari peternak menerapkan harga yang
berbeda. Satu pengumpul menerapkan harga yang berkisar antara Rp 2.700
sampai Rp 2.800 sedangkan pengumpul yang lain menerapkan harga yang
berkisar antara Rp 2.600 sampai Rp 2.850.
Tidak hanya pada level peternak saja harga berbeda, namun pada level
pengumpul dan sesama perusahaan pengolah susu sapi juga terjadi perbedaan
harga. Perbedaan harga ini terlihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
penulis. Harga pada level pengumpul bisa saja setara dengan harga pada level
perusahaan pengolah susu sapi pada pola saluran pemasaran susu sapi yang
berbeda. Perbedaan harga juga tetap terjadi pada susu sapi yang mempunyai mutu
yang sama, hanya saja hal perbedaan ini terjadi ketika memperhatikan pola
saluran pemasaran yang berbeda. Ada pola saluran pemasaran yang mempunyai
selisih harga tertinggi-terendah yang besar, tetapi ada juga yang mempunyai
selisih harga tertinggi-terendah yang relatif kecil.
70
4.2. Pembahasan
Pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan terkait dengan beberapa hal
antara lain pengumpul, pengecer, standar mutu dan harga susu sapi. Hal-hal
tersebut mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam pemasaran susu sapi.
Pengumpul dan pengecer merupakan saluran pemasaran susu sapi di Kecamatan
Getasan. Sementara itu standar mutu dan harga susu sapi merupakan dua hal yang
senantiasa menyertai perpindahan kepemilikan susu sapi dari satu pihak ke pihak
lain. Penulis menemukan banyak informasi dari wawancara dan observasi yang
telah dilakukan, untuk itu penulis akan membahas berbagai temuan untuk
menjawab pertanyaan masalah dalam penelitian ini.
4.2.1. Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Getasan
Peternakan sapi di Kecamatan Getasan dapat digolongkan menjadi
peternakan sapi konvensional karena peternak masih menggunakan cara-cara yang
sederhana dalam mengelola ternaknya. Manajemen peternakan meliputi beberapa
hal, diantaranya adalah pemberian pakan, pengelolaan perkawinan, perkandangan
dan pemeliharaan kesehatan ternak. Pemberian pakan belum menggunakan
peralatan mesin seperti yang dilakukan di peternakan-peternakan sapi yang sudah
modern. Peternak masih mengandalkan tenaga manusia dalam mencari,
mempersiapkan dan memberikan pakan sapi untuk sapi-sapi yang mereka
pelihara.
Jumlah penduduk yang memelihara sapi perah di Kecamatan Getasan
mencapai 7.145 dengan jumlah sapi perah mencapai 20.423 ekor dan sapi
71
pedaging 855 ekor. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa setiap
peternak rata-rata mempunyai dua sampai tiga ekor sapi. Peternakan sapi di
Kecamatan Getasan masih didominasi oleh peternakan sapi perah. Hal ini
membuat Kecamatan Getasan menjadi salah satu wilayah yang produksi susu
sapinya melimpah. Jumlah sapi dan peternak tersebut tidak serta merta
menunjukkan bahwa kepemilikan sapi penduduk merata. Banyak penduduk yang
memelihara sapi yang bukan milik mereka. Peternak memelihara sapi milik orang
lain dengan sistem bagi hasil atau yang di kenal penduduk sekitar dengan sistem
“gadoh.” Sistem ini akan membuat pemilik sapi tetap menerima laba dari
kepemilikannya atas sapi yang berasal dari penjualan sapi atau penjualan anak
sapi yang dilahirkan oleh induknya. Pembagian keuntungan dari pemeliharaan
sapi dengan sistem ini dilakukan berdasarkan kesepakatan antar kedua pihak.
Umumnya, jika sapi yang dipelihara peternak adalah sapi pedaging, 70% dari
keuntungan penjualan sapi menjadi milik peternak yang memelihara dan sisanya
menjadi hak pemilik. Sementara itu, jika sapi yang dipelihara peternak adalah sapi
perah, maka peternak hanya akan menerima 60% dari penjualan sapi tersebut atau
peranakannya. Perbedaan ini terjadi karena biaya pemberian pakan dan hasil dari
sapi yang juga berbeda. Biaya pemberian pakan sapi pedaging relatif lebih tinggi
dibanding sapi perah, ditambah lagi hasil pemerahan susu sapi menjadi milik
peternak yang memelihara sapi sehingga peternak mempunyai pendapatan rutin
per harinya yang tidak terjadi jika memelihara sapi pedaging.
Penduduk yang tidak mempunyai modal untuk memelihara sapi tidak serta
merta tidak dapat memelihara sapi perah. Banyak dari mereka yang memperoleh
72
modal untuk memelihara sapi dari lembaga-lembaga keuangan swasta dan
nasional dalam bentuk pinjaman dengan bunga rendah. Pinjaman modal ini benar-
benar khusus untuk digunakan sebagai modal dalam mengembangkan ternak sapi.
Maka tidak jarang lagi bantuan seperti ini muncul dalam bentuk sapi secara
langsung. Hal ini membuat jumlah peternak dan populasi ternak semakin tinggi.
Sekilas memang jumlah tiga sampai empat ekor sapi yang dimiliki oleh peternak
merupakan jumlah yang sedikit. Namun, jika melihat hampir semua penduduk
Kecamatan Getasan mempunyai sapi, maka jumlah tersebut merupakan jumlah
yang besar. Jumlah sapi yang besar ini membuat produksi susu sapi juga besar.
Pakan utama bagi sapi adalah rumput gajah. Rumput yang diberikan untuk
sapi diambil dari lahan yang dimiliki oleh peternak dengan alat sederhana seperti
sabit. Apabila persediaan rumput yang dimiliki oleh peternak telah habis, peternak
harus membeli rumput gajah dari orang lain atau mengalihkan pakan menjadi
rumput liar, alang-alang atau “damen.” Rumput gajah dipilih sebagai pakan
utama bagi sapi karena rumput gajah memiliki kandungan zat yang dapat
meningkatkan produktifitas susu sapi.
Selain rumput gajah sebagai pakan ternak yang utama, peternak juga
memberikan pakan tambahan bagi sapi perah yang mereka pelihara. Pakan
tambahan diberikan dengan dua cara, ada pakan ternak yang diberikan begitu saja
untuk sapi dan ada pula pakan ternak yang diberikan untuk sapi bersamaan
dengan pemberian minum untuk sapi. Pakan sapi yang biasanya diberikan
langsung untuk sapi antara lain ketela pohon, konsentrat dan bekatul. Adapun
pakan ternak yang pemberiannya biasa dicampur dengan air sekaligus dalam
73
pemberian minum antara lain growol, ampas tahu, mineral, kulit kopi dan kulit
kedelai. Bekatul dan konsentrat juga dapat dicampurkan dengan air. Cara
pemberian pakan tambahan ini tergantung pada tujuan dan strategi yang
ditetapkan oleh peternak. Komposisi pemberian pakan juga dibedakan
berdasarkan tujuan pemberian pakan. Pemberian pakan untuk sapi perah dan
pedaging berbeda. Sapi perah cenderung lebih banyak diberikan bekatul dan
konsentrat karena peternak menghendaki produksi susu sapi yang lebih banyak.
Sementara itu, sapi pedaging lebih banyak diberikan pakan growol dan ampas
tahu supaya berat badan sapi cepat naik. Pemberian pakan rumput umumnya
diberikan tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi setelah pemerahan, siang hari dan
sore hari setelah pemerahan. Berbeda dengan pemberian pakan rumput yang
dilakukan tiga kali dalam sehari, pemberian pakan tambahan hanya dilakukan satu
sampai dua kali dalam sehari. Peternak yang memberikan pakan satu kali sehari
umumnya diberikan pada siang hari, sementara peternak yang memberikan pakan
tambahan sebanyak dua kali sehari melakukan pemberian pakan tambahan pada
pagi dan sore hari sebelum melaksanakan pemerahan susu sapi. Pakan tambahan
ini dibeli oleh peternak dari pengumpul-pengumpul susu sapi, koperasi tani dan
kelompok-kelompok tani yang ada. Namun, tidak jarang ada juga peternak yang
membeli pakan ternak dari agen pakan ternak dalam partai besar untuk mendapat
harga yang lebih rendah. Persoalan harga menjadi pertimbangan bagi peternak
dalam memberikan pakan sapi dengan jenis dan mutu tertentu supaya hasil yang
mereka harapkan dapat tercapai. Pemberian pakan untuk sapi khususnya sapi
perah ini jelas berhubungan dengan tujuan memelihara sapi perah yang terkait
74
dengan produksi susu sapi. Peternak ingin memproduksi susu sapi yang mutunya
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh pembeli susu sapi dengan tetap
memperhatikan harga pakan dan harga susu sapi. Hal ini penting supaya mereka
tidak mengalami kerugian dalam usahanya memelihara sapi perah.
Besarnya keuntungan atau kerugian yang ditanggung oleh peternak
ditentukan oleh produk yang dihasilkan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk
menghasilkan produk tersebut. Produk yang dihasilkan oleh peternakan
tergantung pada jenis ternak yang dikembangkan, baik peternakan sapi perah
maupun sapi pedaging. Sementara itu, biaya yang harus dikeluarkan dalam
peternakan antara lain biaya perkandangan, pemeliharaan kesehatan, peralatan
peternakan serta biaya pakan yang merupakan biaya yang terbesar. Semua biaya
itu harus dikeluarkan oleh peternak dalam upayanya memelihara sapi.
Biaya perkandangan mencakup biaya pembangunan kandang dan
perawatannya. Biaya ini biasanya berjumlah relatif cukup besar dan dikeluarkan
pada awal pemeliharaan sapi. Pemeliharaan kandang dilakukan oleh peternak di
Kecamatan Getasan hanya pada saat terjadi kerusakan kandang. Jadi, tidak ada
biaya yang secara rutin harus dikeluarkan dalam rangka pemeliharaan kandang.
Biaya perkandangan jika dilihat nilainya terasa besar, namun jika melihat usia
kandang yang dapat mencapai puluhan tahun, maka biaya ini terasa tidak terlalu
berat bagi peternak.
“Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan,
pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan
ternak.”52
52
Achmad Suryana, op. cit., hal. 28.
75
Setiap kandang harus disertai dengan peralatan yang digunakan dalam
menjalankan usaha peternakan. Peralatan ini tidak semuanya harus dibeli oleh
peternak, ada beberapa peralatan yang dibuat sendiri oleh peternak demi
menghemat biaya. Peralatan yang dibutuhkan dalam peternakan sapi antara lain
sabit dan caping untuk mencari rumput, sekop, garbu dan sorok untuk
membersihkan kandang, ember dan bak air untuk memberikan minum dan
makanan tambahan bagi sapi serta beberapa alat yang digunakan untuk
membersihkan sapi seperti sikat bulu dan bambu apus. Peralatan kebersihan
kandang merupakan peralatan yang sangat penting bagi kesehatan sapi karena
kebersihan kandang merupakan salah satu faktor yang menentukan kesehahtan
sapi. Peternak di Kecamatan Getasan belum banyak menggunakan peralatan
canggih seperti mesin pemerah susu sapi dan penghalus makanan sapi. Oleh
karena itu, biaya untuk penyediaan peralatan relatif cukup kecil dan tidak
dikeluarkan secara rutin.
Biaya yang paling diperhitungkan oleh peternak dalam peternakan sapi
adalah biaya pakan. Biaya pakan menjadi satu perhatian penting bagi peternak
karena biaya pakan harus dikeluarkan secara rutin supaya tujuan peternakan dapat
tercapai. Peternak sapi perah harus memberikan pakan yang mempunyai mutu
tertentu supaya sapi perah mereka dapat menghasilkan susu sapi dengan jumlah
dan mutu tertentu. Begitu juga dengan peternak sapi pedaging yang harus
memberikan sapi mereka dengan pakan tertentu supaya dapat mencapai berat
badan sapi yang dikehendaki pada usia tertentu. Biaya pakan yang ditanggung
peternak sapi perah di Kecamatan Getasan saat ini dapat dikatakan memberatkan
76
peternak. Peternak dihadapkan pada tuntutan untuk menghasilkan susu sapi yang
bermutu tinggi, untuk itu dibutuhkan pakan sapi yang bermutu juga supaya jumlah
dan mutu susu sapi dapat dicapai. Pakan sapi yang lebih tinggi mutunya juga lebih
tinggi harganya. Saat ini, konsentrat yang baik mencapai harga Rp 2.100 per
kilogram dan bekatul yang kandungan menirnya tinggi mencapai harga Rp 2.700
per kilogramnya. Belum lagi harga growol yang makin lama makin tinggi yang
membuat peternak beralih pada ampas tahu. Ampas tahu yang jumlahnya terbatas
juga semakin tinggi harganya karena produsen tahu mengetahui bahwa limbahnya
tersebut mempunyai kegunaan yang bernilai rupiah tinggi. Sementara itu, harga
susu sapi pada level peternak dinilai terlalu rendah karena tidak dapat digunakan
untuk menutup biaya pakan yang besar sehingga keuntungan peternak menjadi
sangat minim, bahkan tidak jarang peternak harus mengalami kerugian.
Biaya kesehatan dan pembibitan sapi perah juga harus ditanggung para
peternak walaupun biaya-biaya ini tidak dikeluarkan secara rutin. Biaya kesehatan
dikeluarkan oleh peternak jika sapi perah yang mereka pelihara sakit. Biaya
kesehatan juga kadang harus dikeluarkan saat sapi beranak dan mengalami
masalah seperti tertinggalnya ari-ari di dalam induk atau kondisi induk sapi yang
menurun pasca beranak. Kesehatan sapi dipercayakan peternak kepada dokter
hewan dan manteri-manteri sapi yang ada di wilayah sekitar. Manteri dan dokter
hewan ini tidak hanya dibutuhkan peternak saat sapi mereka sakit. Mantri dan
dokter hewan dibutuhkan oleh peternak saat sapi yang mereka pelihara birahi dan
membutuhkan inseminasi buatan. Biaya untuk sekali inseminasi buatan ini
berkisar antara Rp 30.000 untuk bibit lokal sampai Rp 45.000 untuk bibit impor.
77
Pembibitan sapi terjadi sekitar satu setengah tahun sekali untuk satu sapi. Tidak
semua pembibitan langsung berhasil. Ada risiko kegagalan dalam pembibitan
yang disebabkan oleh faktor-faktor dari sapi dan bibitnya. Oleh karena itu, kadang
biaya pembibitan ini menjadi biaya yang cukup besar bagi peternak sapi perah
jika pembibitan mengalami beberapa kali kegagalan dalam satu periode kawin.
Semua biaya yang dikeluarkan oleh peternak senantiasa diperhitungkan
oleh peternak di Kecamatan Getasan walaupun perhitungannya dilakukan secara
sederhana. Semua biaya ini akan dibandingkan dengan hasil dari peternakan
mereka. Peternakan sapi perah mempunyai produk utama susu sapi. Susu sapi
inilah yang menjadi sumber pendapatan bagi peternak. Pendapatan akan diperoleh
setelah peternak memanen susu sapi dengan cara pemerahan.
“Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi
sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar,
yang kandungan alaminya tidak ditambah atau dikurangi
sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan
apapun.”53
“...Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak,
pemasaran...”54
Tindakan pasca panen merupakan faktor penentu seberapa besar
pendapatan yang akan diterima oleh peternak. Peternak di Kecamatan Getasan
lebih banyak menjual susu sapi yang mereka produksi dalam keadaan panas.
Artinya, mereka menjual susu sapi yang mereka produksi secara langsung kepada
pengumpul atau pengecer tanpa mengolah susu sapi menjadi produk lain. Namun,
ada beberapa tindakan yang dilakukan yang sering kali dilakukan oleh peternak di
53
Indonesia, Standar Nasional Indonesia No. 01-3141-1998 Tentang Susu Segar, op. cit. 54
Achmad Suryana, op. cit., hal. 28.
78
Kecamatan Getasan terhadap susu sapi yang mereka produksi. Ada peternak yang
menambahkan air dalam susu sapi yang mengakibatkan kadar air dalam susu sapi
tersebut bertambah. Hal ini membuat mutu susu sapi menurun. Tindakan lain
yang dilakukan oleh peternak adalah merebus susu karena susu sapi tidak dapat
langsung dijual. Hal ini sering terjadi pada peternak yang menjual susu sapi
kepada pengecer. Pengecer hanya membeli susu sapi dari peternak pada pagi hari,
padahal peternak memerah susu sapi pada sore hari juga. Akhirnya, peternak
merebus susu sapi supaya susu sapi dapat bertahan sampai esok harinya untuk
dijual kepada pengecer. Namun, masih banyak juga peternak yang tidak
melakukan tindakan apapun terhadap susu sapi yang mereka produksi. Mereka
langsung menjual susu sapi dalam keadaan murni. Penanganan dan tindakan pasca
panen susu sapi akan turut menetukan pendapatan yang diperoleh peternak. Hal
ini terjadi karena tindakan pasca panen akan menentukan mutu susu sapi yang
nantinya akan digunakan sebagai salah satu dasar penetapan harga susu sapi yang
akan menentukan besaran pendapatan peternak.
Selain tindakan pasca panen yang akan menentukan mutu susu sapi, hal
lain yang akan menentukan mutu susu sapi adalah mutu sapi perah. Satu sapi
perah dengan sapi perah yang lain akan menghasilkan susu sapi yang relatif
berbeda baik dilihat dari segi jumlah maupun mutu. Jenis sapi yang dijadikan
sebagai sapi perah akan menentukan seberapa tinggi mutu susunya.
“Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang
paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di
Indonesia adalah Frisien Holstein.”55
55
M. Wahiddudin, op. cit.
79
Sapi perah yang banyak dipelihara oleh peternak di Kecamatan Getasan
adalah sapi yang gen aslinya berasal dari Australia, Belanda dan Kanada. Sapi-
sapi seperti ini mampu menghasilkan susu sapi mulai dari enam sampai dua puluh
liter per harinya. Usia dari sapi juga menentukan banyak produksi susu sapi. Sapi
perah akan mulai produktif setelah mereka beranak pertama kali pada usia dua
sampai tiga tahun dan akan terus produktif sampai usia empat belas sampai enam
belas tahun. Usia sapi perah yang tergolong paling produktif berkisar antara lima
sampai sebelas tahun.
Mutu susu sapi menjadi salah satu faktor paling menentukan dalam
kesuksesan seorang peternak. Mutu dapat didefinisikan sebagai :
“derajat/tingkat kerakteristik yang melekat pada produk
yang mencukupi persyaratan atau keinginan”56
Oleh karena itu mutu susu sapi yang dihasilkan oleh sapi perah harus
mendapat perhatian penting dari peternak. Perhatian tersebut diwujudkan dalam
beberapa hal seperti pemilihan induk sapi perah, pemberian pakan, manajemen
pemeliharaan, pembiayaan peternakan dan penanganan susu sapi pasca panen.
Semua hal ini harus dilakukan secara efektif dan efisien supaya mutu susu sapi
yang diharapkan dapat tercapai yang akan membuat susu sapi tersebut mendapat
harga yang sesuai pula saat dijual. Hasil penjualan susu sapi inilah yang nantinya
akan menjadi sumber pendapatan bagi peternak sapi perah.
“Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk
mendapatkan satu satuan barang atau jasa dengan
pengorbanan tertentu.”57
56
Rudi Suardi, op. cit., hal. 3. 57
Basu Swasta dan Handoko, op. cit., hal. 211.
80
Berkaitan erat dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan, peternak
mempunyai beberapa usaha. Selain dengan melakukan efisiensi biaya
pemeliharaan, peternak juga mengupayakan untuk memperoleh laba maksimal
melalui pemilihan pembeli susu sapi. Peternak sapi perah cenderung menjual susu
sapi yang mereka produksi kepada pembeli baik pengecer maupun pengumpul
susu sapi yang menerapkan harga beli lebih tinggi. Hal ini dilakukan peternak
dalam upayanya memperoleh laba yang lebih besar. Peternak menghendaki
adanya keuntungan yang lebih besar dalam usahanya. Banyak peternak yang
berpindah menjual susu sapi dari satu pengumpul ke pengumpul yang lain karena
perbedaan harga. Namun, tidak semua peternak dengan mudah berpindah dari satu
pembeli ke pembeli yang lain, ada beberapa alasan yang diutarakan oleh peternak
berhubungan dengan tidak mudahnya mereka berpindah pembeli. Ada peternak
yang mengaku tidak berpindah ke pembeli susu sapi yang lain karena mereka
mempunyai hubungan keluarga dengan si pembeli susu sapi walaupun harga dari
pembeli lain tersebut lebih tinggi. Ada pula peternak yang menolak berpindah
karena merasa bahwa pembeli susu sapi mereka telah berjasa membantu mereka
dalam menjalankan usaha peternakan sapinya. Tidak sedikit pula yang terpaksa
tidak berpindah pembeli karena masih terlilit hutang dengan pembeli susu sapi.
Namun, pada dasarnya semua peternak menginginkan untuk menjual susu sapi
yang mereka produksi kepada pembeli yang menerapkan harga beli lebih tinggi,
hanya saja ada beberapa alasan yang membuat mereka mengurungkan niatnya
seperti hubungan keluarga, sosial dan ikatan hutang.
81
4.2.2. Peran Pengumpul dalam Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan Getasan
Pengumpul susu sapi merupakan salah satu saluran pemasaran susu sapi di
Kecamatan Getasan. berdasarkan hasil penelitian, saat ini ada sekitar empat puluh
pengumpul susu sapi, baik dalam skala besar maupun kecil.
“Saluran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam
perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang
besar dan pengecer, melalui mana sebuah komoditi,
produk atau jasa dipasarkan.”58
Pengumpul susu sapi di Kecamatan Getasan merupakan saluran pemasaran
yang memperjualbelikan susu sapi. Ada pengumpul susu sapi yang membeli susu
sapi dari peternak sebagai produsen susu sapi dan ada juga pengumpul susu sapi
yang membeli susu sapi dari pengumpul susu sapi yang lain. Pengumpul susu sapi
menjual susu sapi kepada beberapa pihak. Ada yang menjual kepada pengumpul
susu sapi lain yang lebih besar dan ada juga yang menjual susu sapi kepada
perusahaan yang menggunakan susu sapi dalam produksinya. Pengumpul dapat
juga diartikan sebagai agen.
“Agen adalah lembaga yang membeli atau menjual
barang-barang kepada pihak lain.”59
Daya serap pengumpul susu sapi dalam menyerap susu sapi produksi
peternak Kecamatan Getasan mencapai lebih dari 97%. Hal ini menunjukkan
kontribusi yang diberikan oleh pengumpul-pengumpul susu sapi dalam pemasaran
susu sapi di Kecamatan Getasan. Pengumpul susu sapi mampu menyerap sebagian
besar susu sapi yang membuat peternak menaruh ketergantungan yang besar pada
keberadaan pengumpul susu sapi dalam memasarkan susu sapi produksinya.
58
Basu Swastha, op. cit., hal 4. 59
Basu Swasta, ibid, hal. 27.
82
Pengumpul susu sapi melakukan banyak hal dalam aktivitas mereka
sebagai salah satu saluran pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan.
Berdasarkan temuan dilapangan, ada beberapa hal yang dikerjakan oleh
pengumpul susu sapi. Selain memperjualbelikan susu sapi, pengumpul susu sapi
juga melakukan aktivitas lain berkaitan dengan pekerjaan mereka sebagai
pengumpul susu sapi. Pengumpul susu sapi melakukan pengujian mutu susu sapi
yang akan mereka beli baik dari peternak maupun dari pengumpul susu sapi
lainnya. Mereka juga melakukan kegiatan administrasi dan pencatatan terkait jual
beli yang mereka lakukan. Kegiatan pengumpul susu sapi tidak hanya terbatas
pada hal-hal yang berkaitan dengan jual beli susu sapi, tetapi pelayanan untuk
peternak dan sesama pengumpul susu sapi juga mereka lakukan. Semua kegiatan
ini mereka lakukan untuk menjaga eksistensi usaha mereka sebagai pengumpul
susu sapi. Berkaitan dengan adanya pengumpul susu sapi beserta kegiatan-
kegiatan yang mereka lakukan, pengumpul susu sapi mempunyai peranan dalam
pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Peranan yang mereka berikan dalam
pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan
yang mereka lakukan.
Kegiatan utama yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi adalah membeli
dan menjual susu sapi. Kegiatan jual beli ini dilakukan dengan peternak, sesama
pengumpul yang lebih besar atau lebih kecil dan perusahaan pengolah susu sapi.
Pembelian susu sapi dilakukan pengumpul dengan peternak atau pengumpul susu
sapi yang lebih kecil. Sementara itu, penjualan susu sapi dapat dilakukan oleh
pengumpul dengan pengumpul susu sapi yang lebih besar atau perusahaan
83
pengolah susu sapi. Kegiatan yang menyertai kegiatan jual beli ini salah satunya
adalah kegiatan pengujian mutu susu sapi. Pengujian mutu susu sapi dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa tinggi mutu susu sapi yang diperjualbelikan.
Pengujian mutu susu sapi dilakukan dengan beberapa cara. Secara garis
besar, pengujian dilakukan dengan menggunakan panca indera untuk mengukur
parameter mutu susu sapi seperti warna, rasa, aroma dan kebersihan. Sementara
itu, pengujian terhadap parameter-parameter seperti kadar air, kadar lemak, berat
jenis, suhu dan kandungan protein dilakukan dengan menggunakan alat pengukur
seperti laktosgen dan beberapa alat lainnya.
Pengujian mutu susu sapi didasarkan pada standar mutu susu sapi yang
berlaku. Standar mutu yang berlaku berbeda antar satu pengumpul dengan
pengumpul yang lain. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan strategi dan
kebijakan yang diambil oleh masing-masing pengumpul susu sapi. Panjang pola
saluran pemasaran juga mempengaruhi tinggi rendahnya standar mutu yang
ditetapkan oleh pengumpul susu sapi. Standar mutu susu sapi yang terendah
terletak pada saat pengumpul susu sapi menjual susu sapi kepada perusahaan
pengolahan susu sapi. Hal ini terjadi karena perusahaan pengolah susu sapi
membutuhkan susu sapi pada mutu tertentu untuk proses produksinya. Oleh
karena itu, perusaan menuntut pengumpul yang menjual susu sapi kepada mereka
untuk memperoleh susu sapi pada tingkatan mutu tersebut. Standar mutu yang
diterapkan perusahaan pengolah susu sapi tersebut selanjutnya diikuti oleh
pengumpul susu sapi pada tingkatan dibawahnya dan akan terus diikuti oleh
pengumpul yang ada dibawahnya sampai pada lavel pengumpul yang membeli
84
susu sapi dari peternak. Standar mutu terendah terletak pada level perusahaan
pengolah susu sapi, sementara yang tertinggi terletak pada level pengumpul susu
sapi yang membeli susu sapi dari peternak. Hal ini terjadi karena setiap tingkatan
pengumpul mengubah standar mutu susu dari standar mutu susu sapi yang
dituntut oleh pembeli susu sapi yang mereka kumpulkan. Pengumpul susu sapi
yang menjual susu sapi kepada perusahaan pengolah susu sapi menaikan standar
yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menentukan susu sapi yang akan mereka
beli dari pengumpul susu sapi yang lebih kecil. Hal seperti ini akan terus terjadi
sampai pada level pengumpul susu sapi yang membeli susu sapi dari peternak.
Pengumpul susu sapi menaikkan standar mutu susu sapi karena adanya risiko
kerusakan susu sapi.
Penetapan standar mutu susu sapi oleh pengumpul susu sapi ini
menunjukkan adanya peranan pengumpul susu sapi dalam pemasaran susu sapi di
Kecamatan Getasan. Pengumpul susu sapi dalam membeli susu sapi dari peternak
di Kecamatan Getasan harus memberikan kompensasi atas susu sapi dari
peternak. Bentuk kompensasi yang dimaksud adalah uang. Kompensasi ini
diberikan kepada peternak dalam uang melalui proses pembayaran atas susu sapi
yang dibeli pengumpul susu sapi dari peternak sapi perah di Kecamatan Getasan.
Pembayaran tidak hanya dilakukan oleh pengumpul kepada peternak saja, tetapi
ada pula pengumpul yang melakukan pembayaran kepada pengumpul yang lebih
kecil. Hal ini terjadi karena pengumpul yang melakukan pembayaran tersebut
membeli susu sapi dari pengumpul susu sapi yang lebih kecil tersebut.
85
Pembayaran ini dilakukan melalui sistem pembayaran yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak, penjual dan pembeli.
Melalui deskripsi terhadap pembayaran atas pembelian susu sapi yang
dilakukan oleh pengumpul susu sapi ini, dapat diketahui bahwa pengumpul susu
sapi berperan dalam menjalankan fungsi pembayaran saluran pemasaran. Melalui
pembayaran yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi ini, pihak yang menjual
susu sapi dapat memperoleh pendapatan. Sementara itu, penerapan standar mutu
yang dinaikkan dari penetap standar mutu susu sapi yang dalam hal ini adalah
perusahaan pengolah susu sapi, pengumpul susu sapi tampak menjalankan fungsi
pemesanan saluran pemasaran. Pengumpul menerapkan standar mutu yang tidak
lebih rendah dari standar mutu susu sapi yang diterapkan oleh perusahaan
pengolah susu sapi supaya mereka mampu memenuhi tuntutan dari perusahaan
pengolah susu sapi tersebut. Jika dilihat dari pola saluran pemasaran yang ada di
Kecamatan Getasan, jelas tampak bahwa pengumpul susu sapi berperan dalam
menyalurkan susu sapi dari peternak sebagai produsen kepada perusahaan
pengolah susu sapi untuk selanjutnya diolah menjadi produk tertentu yang akan
dipasarkan kepada konsumen.
Jual beli yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi dengan peternak
maupun antara pengumpul susu sapi dengan pengumpul susu sapi yang lebih
besar membuat terjadinya perpindahan tangan. Setiap transaksi menyebabkan
perpindahan kepemilikan. Pengumpul susu sapi juga mempunyai peranan dalam
proses ini. Pengumpul susu sapi ikut menjalankan fungsi perpindahan
kepemilikan karena mereka membeli susu sapi dari peternak dan pengumpul susu
86
sapi yang lebih kecil. Perpindahan kepemilikan ini juga menyebabkan hak dan
tanggung jawab terhadap susu sapi yang diperdagangkan juga ikut berpindah.
Pengumpul susu sapi sebagai salah satu pihak yang ada dalam pola saluran
pemasaran juga mengalami hal tersebut. Ini membuktikan bahwa pengumpul susu
sapi juga menjalankan fungsi pengambilan risiko dalam pemasaran susu sapi di
Kecamatan Getasan. Risiko-risiko yang dihadapi oleh pengumpul susu sapi baik
yang membeli susu sapi dari peternak maupun pengumpul yang lebih kecil antara
lain penurunan mutu susu dan kerusakan susu sapi. Risiko-risiko ini harus diatasi
oleh pengumpul selama mereka memegang hak kepemilikan atas susu sapi yang
selanjutnya akan mereka jual kembali. Beberapa peranan pengumpul susu sapi
tersebut menunjukkan bahwa pengumpul susu sapi menjalankan fungsi suatu
saluran pemasaran :
“Fungsi saluran pemasaran diantaranya adalah fungsi
informasi, fungsi promosi, fungsi negosiasi, fungsi
pemesanan, fungsi pembiayaan, fungsi pengambilan
risiko, fungsi kepemilikan fisik, fungsi pembayaran dan
fungsi kepemilikan.”60
4.2.3. Peran Pengecer dalam Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan Getasan
Pengecer merupakan salah satu saluran pemasaran susu sapi yang ada di
Kecamatan Getasan. Pengecer susu sapi membeli susu sapi langsung dari peternak
dan menjualnya langsung kepada konsumen susu sapi.
“Pengecer dapat didefinisikan sebagai seorang pedagang
yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara
langsung kepada konsumen.”61
60
D. Saladin, op. cit., hal. 24. 61
Basu Swasta, ibid, hal. 28.
87
Sebagian besar pengecer susu sapi dari Kecamatan Getasan menjual susu
sapi di wilayah Kota Salatiga yang berdekatan dengan Kecamatan Getasan.
Pengecer susu sapi mempunyai tujuan untuk memperoleh pendapatan dalam
menjalankan usahanya. Sebagai salah satu saluran pemasaran yang ikut
mengalirkan susu sapi dari peternak sebagai produsen kepada konsumen,
pengecer susu sapi mempunyai peran dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan
Getasan.
Pengecer susu sapi melakukan beberapa kegiatan yang berkontribusi
dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Kegiatan-kegiatan tersebut
diantaranya pengujian mutu susu sapi, pembayaran atas susu sapi yang dibeli dari
peternak, menjual susu sapi serta memberikan pelayanan kepada penduduk yang
menjual susu sapi kepadanya dalam berbagai macam bentuk pelayanan.
Kontribusi-kontribusi yang diberikan pengecer susu sapi ini menunjukkan adanya
peranan mereka dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Peranan
pengecer susu sapi ini dapat dilihat dari fungsi-fungsi yang mereka jalankan
sebagai suatu saluran pemasaran :
“Fungsi saluran pemasaran diantaranya adalah fungsi
informasi, fungsi promosi, fungsi negosiasi, fungsi
pemesanan, fungsi pembiayaan, fungsi pengambilan
risiko, fungsi kepemilikan fisik, fungsi pembayaran dan
fungsi kepemilikan.”62
Pengecer susu sapi hanya mampu menyerap kurang dari 3% susu sapi
yang diproduksi oleh peternak di Kecamatan Getasan. Sedikitnya jumlah ini tidak
mengurangi makna dari peran pengecer dalam pemasaran susu sapi hasil produksi
62
D. Saladin, op. cit., hal. 24.
88
peternak sapi perah Kecamatan Getasan. Walaupun pengecer hanya mampu
memasarkan tidak lebih dari 3% susu sapi, namun mereka mampu meningkatkan
nilai susu sapi. Meningkatnya nilai susu sapi ini dapat dilihat dari tingginya harga
susu sapi eceran. Pengecer susu sapi mampu menjual susu sapi dengan harga yang
tinggi. Hal ini membuat mereka memperoleh keuntungan yang lebih besar
daripada pengumpul susu sapi untuk setiap liter susu. Selisih harga beli dengan
harga jual yang dibentuk oleh pengecer susu sapi lebih tinggi daripada selisih
harga yang dibentuk oleh pengumpul susu sapi. Hal ini membuktikan bahwa
pengecer mampu memberikan kontribusi bagi pemasaran susu sapi di Kecamatan
Getasan.
Sebelum membeli susu sapi dari peternak, pengecer susu sapi juga
melakukan pengujian mutu terhadap susu sapi yang akan mereka beli dari
peternak sama seperti yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi. Perbedaan
terletak pada standar mutu yang ditetapkan keduanya. Standar mutu susu sapi
yang ditetapkan oleh pengecer susu sapi relatif lebih rendah dibanding dengan
standar mutu yang ditetapkan oleh pengumpul susu sapi. Pengujian mutu oleh
pengecer susu sapi hanya menitikberatkan pada hal-hal yang mudah untuk diuji
saja. Pengujian dilakukan dengan mengukur parameter-perameter tertentu yang
dirasa oleh pengecer mempengaruhi konsumen untuk membeli atau tidak membeli
susu segar yang mereka akan jual. Standar mutu yang ditetapkan oleh pengecer
susu sapi umumnya mencakup warna susu, aroma susu, rasa susu, kebersihan,
kemurnian dan berat jenis susu sapi. Jumlah parameter ini relatif lebih sedikit
apabila dibandingkan dengan jumlah parameter yang digunakan oleh pengumpul
89
susu sapi dalam menguji mutu susu sapi. Perbedaan ini disebabkan karena
pengecer tidak dituntut untuk menyediakan susu dengan mutu tertentu oleh
pembeli yang dalam hal ini adalah konsumen susu segar. Konsumen susu segar
hanya menuntut beberapa hal yang relatif sederhana kepada pengecer susu sapi.
Kebanyakan dari mereka hanya menuntut untuk dapat memperoleh susu sapi yang
bersih dan murni. Oleh karena itu pengecer susu sapi dapat lebih mudah
menentukan standar mutu susu sapi dan pelaksanaan pengujian mutu susu sapi.
Pengujian mutu susu sapi ini menunjukkan adanya beberapa maksud dari
pengecer susu sapi. Pengecer susu sapi ingin mempermudah penjualan susu sapi
dari peternak, dengan demikian kemungkinan susu sapi untuk dibuang semakin
kecil. Jika hal tesebut dapat diwujudkan, maka peternak dapat memperoleh
keuntungan yang lebih besar karena risiko dari tidak lakunya susu sapi yang
disebabkan oleh mutu susu sapi yang tidak mencapai standar mutu susu sapi yang
diterapkan akan menjadi semakin kecil. Keuntungan juga dapat diperbesar oleh
peternak yang menjual susu sapi kepada pengecer susu sapi karena pengecer susu
sapi menerapkan harga beli yang relatif lebih tinggi dibanding harga yang
diterapkan oleh pengumpul susu sapi.
Kemampuan pengecer susu sapi untuk membeli susu sapi dari peternak
dengan harga yang lebih tinggi juga tidak lepas dari tidak dituntutnya mereka
dengan standar mutu susu sapi dari pembeli susu mereka. Harga yang ditetapkan
oleh pengecer susu sapi dapat lebih tinggi dari harga yang diterapkan oleh
pengumpul susu sapi karena pengecer dapat memperoleh selisih harga jual dengan
harga beli yang lebih besar. Oleh karena itu, pengecer mempunyai kemampuan
90
yang lebih besar untuk meningkatkan harga susu sapi dibanding pengumpul susu
sapi. Lebih tingginya harga yang diterapkan oleh pengecer dibanding pengumpul
susu sapi juga menguntungkan peternak.
Harga yang diterapkan oleh pengecer menjadi salah satu perhatian
pengumpul susu sapi dalam menentukan harga. Pengecer susu sapi dianggap
sebagai kompetitor atau pesaing dari pengumpul susu sapi dalam membeli susu
sapi dari peternak. Oleh karena itu, pengumpul susu sapi juga memperhitungkan
harga yang ditetapkan oleh pengecer susu sapi supaya mereka tetap dapat
bersaing. Harga beli yang lebih tinggi dari pengecer dibanding dari pengumpul
dapat membuat peternak yang mempunyai susu sapi yang bermutu tinggi
berkeinginan menjual susu sapinya kepada pengecer. Hal ini akan membuat
pengumpul juga akan memikirkan strategi supaya mereka tidak kalah bersaing
dengan pengecer, salah satunya dengan startegi harga. Harga beli yang ditetapkan
pengecer yang relatif lebih tinggi dibanding dengan pengumpul ini menjadi salah
satu keunggulan pengecer susu sapi dilihat dari kacamata peternak. Namun,
pengecer mempunyai kendala dalam hal kapasitas susu sapi yang diperdagangkan.
Kapasitas susu sapi yang mampu diperjualbelikan oleh pengecer susu sapi jauh
lebih kecil dibanding dengan kapasitas susu sapi yang diperjualbelikan oleh
pengumpul susu sapi.
Pengecer susu sapi tidak mampu menjual susu sapi secara eceran dalam
jumlah yang besar. Jumlah susu sapi yang diperjualbelikan oleh pengecer dalam
satu hari tidak lebih dari seratus lima puluh liter sehingga susu sapi produksi
peternak Kecamatan Getasan hanya mampu diserap kurang dari 3% saja. Hal ini
91
disebabkan karena pengecer susu sapi di Kecamatan Getasan baru menggunakan
sepeda motor dalam menjual susu sapi. Mereka juga baru berani menjual susu
sapi ke wilayah-wilayah yang dekat dengan luas wilayah yang tidak luas pula.
Ketidakberanian pengecer susu sapi dalam memperluas wilayah penjualan mereka
disebabkan karena mereka tidak mempunyai sarana dan prasarana yang
menunjang perluasan pasar tersebut. Tidak memilikinya peralatan pengelolaan
susu sapi juga membuat pengecer tidak menaikkan jumlah susu sapi yang mereka
perdagangkan karena mereka memandang risiko rusak susu sapi dan kerugian
juga akan semakin besar apabila jumlah susu sapi yang besar tidak diimbangi
dengan fasilitas pengelolaan susu sapi yang baik seperti mesin pendingin. Di
samping itu, masih ada pula alasan-alasan lain seperti kesibukan diluar menjadi
pengecer dan pekerjaan lain selepas menjual susu sapi. Hal inilah yang membuat
kapasitas susu sapi yang mereka jual tidak besar.
Ada beberapa hal lain yang diberikan pengecer susu sapi kepada peternak
sapi perah. Pelayanan-pelayanan dalam berbagai bentuk juga merupakan
kontribusi dari pengecer susu sapi bagi pemasaran susu sapi di Kecamatan
Getasan. Pelayanan-pelayanan tersebut berbentuk penyediaan jasa simpan pinjam
dan layanan-layanan khusus bagi masyarakat yang membutuhkan susu sapi dalam
jumlah yang relatif besar walaupun tidak rutin. Pelayanan pesan antar juga
diberikan oleh pengecer susu sapi kepada konsumen susu sapi.
Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa pengecer susu sapi
mempunyai beberapa peranan dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan.
Pengecer susu sapi mempunyai kontribusi dalam meningkatkan pendapatan
92
peternak sapi perah melalui pembayaran atas susu sapi yang mereka beli dari
peternak sapi perah. Peternak dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar
apabila mereka menjual susu sapi yang mereka produksi kepada pengecer susu
sapi dibanding dengan menjual kepada pengumpul susu sapi. Peternak sapi perah
dapat menghemat biaya yang mereka keluarkan untuk memproduksi susu sapi
yang bermutu tinggi karena pengecer menerapkan standar mutu susu sapi yang
lebih rendah dibanding standar mutu yang diterapkan pengumpul susu sapi. Harga
beli yang dipatok pengecer pun lebih tinggi.
Peranan lain yang dimainkan oleh pengecer susu sapi adalah sebagai
saluran pemasaran yang meningkatkan harga susu sapi terbesar. Ini berarti mereka
mampu meningkatkan nilai tambah susu sapi.
“Nilai tambah dalam artian produksi diartikan sebagai
nilai yang muncul dari pengurangan nilai penjualan
produk dikurangi dengan nilai masukan utama dan nilai
barang tersebut ketika masih menjadi barang setengah
jadi. Nilai tambah jika dikaji dari artian perdagangan
dapat diartikan sebagai hasil pengurangan nilai
penjualan dikurangi dengan nilai pembelian suatu
barang.”63
Hal ini dapat dilihat dari selisih harga beli yang ditetapkan oleh pengecer
dalam membeli susu dari peternak dengan harga jual yang ditetapkan dalam
menjual susu sapi kepada konsumen susu segar. Selisih harga jual dan harga beli
yang diperoleh oleh pengecer relatif lebih besar dibanding dengan selisih yang
diperoleh pengumpul susu sapi dalam memperjualbelikan susu sapi. Perbedaan
selisih harga jual dan beli ini disebabkan pula oleh perbedaan panjang saluran
pemasaran. Saluran pemasaran pengecer susu sapi lebih pendek dibanding dengan
63
Rahayu, op. cit., hal. 27.
93
saluran pemasaran pengumpul susu sapi. Pengecer susu sapi menjadi satu-satunya
saluran pemasaran susu sapi diantara peternak dengan konsumen. Sementara itu,
saluran pemasaran yang melibatkan pengumpul susu sapi melibatkan tidak hanya
satu pengumpul susu sapi, tetapi melibatkan beberapa pengumpul susu sapi
sebelum masuk ke perusahaan pengolah susu sapi. Hal ini membuat pola saluran
yang dibentuk oleh pengecer lebih pendek dibanding dengan pola yang dibentuk
oleh para pengumpul susu sapi di Kecamatan Getasan.
4.2.4. Peran Standar Mutu dalam Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan
Getasan
Standar mutu susu sapi merupakan patokan bagi para pelaku pemasaran
susu sapi di Kecamatan Getasan dalam menentukan seberapa tinggi mutu susu
sapi. Standar mutu susu sapi digunakan dalam jual beli susu sapi. Umumnya,
standar mutu susu sapi digunakan saat satu pihak ingin mengukur mutu susu sapi
yang akan mereka perjualbelikan. Standar mutu susu sapi ini digunakan oleh
hampir seluruh pelaku pemasaran dalam menentukan mutu susu sapi sebagai
suatu upaya untuk mengendalikan mutu susu sapi.
“Kendali mutu adalah usaha untuk menjaga dan
mengarahkan agar mutu produk dari suatu perusahaan
dapat dipertahankan sebagaimana yang telah
direncanakan.”64
Menentukan seberapa tinggi mutu susu sapi dapat diketahui melalui
pengujian mutu susu sapi. Pengujian mutu susu sapi dilakukan dengan beberapa
cara dan peralatan yang digunakan. Penentuan cara dan alat pengujian mutu susu
64
Rudi Suardi, op. cit., hal. 5.
94
sapi bergantung pada paramater mutu yang akan diuji. Pengujian mutu susu sapi
dapat dilakukan dengan menggunakan panca indera. Parameter mutu susu sapi
yang umumnya diuji dengan panca indera antara lain rasa susu sapi yang diuji
dengan lidah, warna susu sapi yang diuji dengan mata, aroma susu sapi yang diuji
dengan hidung dan kebersihan susu sapi yang diuji dengan mata. Sementara itu,
parameter yang diuji dengan peralatan-peralatan tertentu adalah seperti uji
kandungan lemak, uji kandungan protein, uji SNF, uji kadar air dan suhu susu
sapi.
Hasil pengujian mutu ini akan dibandingkan dengan standar mutu susu
sapi yang diterapkan masing-masing penguji. Hasil pengujian tersebut akan
menentukan susu sapi jadi dibeli oleh pengumpul atau tidak. Berdasarkan Tabel
4.4, dapat diketahui jumlah susu sapi yang tidak diterima oleh pengumpul susu
sapi Sari Asih Amanullah. Melalui perhitungan sederhana, dapat diketahui bahwa
pengumpul susu sapi Sari Asih Amanullah rata-rata menerima susu sapi sebanyak
2.742,6 liter susu sapi dan menolak sebanyak 58,5 liter atau 2,09% susu sapi dari
total keseluruhan susu sapi yang yang dapat diperoleh yang rata-rata berjumlah
2.801,1 liter per harinya. Susu sapi yang ditolak terdiri dari susu sapi yang tidak
lolos uji manual rata-rata sebanyak 20,5 liter atau 0,73% per hari dan susu sapi
yang tidak lolos pengujian dengan alat sebanyak 38 liter atau 1,36% susu sapi per
hari.
Perhitungan juga dilakukan terhadap perolehan susu sapi di pengumpul
susu sapi milik Bapak Gunanto Guno yang tampak pada Tabel 4.5. Melalui
perhitungan sederhana, dapat diketahui bahwa pengumpul susu sapi milik Bapak
95
Gunanto Guno rata-rata menerima susu sapi sebanyak 1.699,2 liter susu sapi dan
menolak sebanyak 33,2 liter atau 1,95% susu sapi dari total keseluruhan susu sapi
yang yang dapat diperoleh yang rata-rata berjumlah 1.732,4 liter per harinya. Susu
sapi yang ditolak terdiri dari susu sapi yang tidak lolos uji manual rata-rata
sebanyak 12,9 liter atau 0,76% per hari dan susu sapi yang tidak lolos pengujian
dengan alat sebanyak 20,3 liter atau 1,19% susu sapi per hari.
Hal ini menunjukkan bahwa standar mutu susu sapi berperan dalam
sebagai dasar penetapan laku tidaknya susu sapi di kalangan pengumpul susu sapi.
Hal yang sama juga terjadi pada pengecer susu sapi. Pengecer susu sapi juga
menggunakan standar mutu susu sapi untuk menetapkan laku tidaknya susu sapi
dari peternak untuk dijual kepada mereka.
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pengecer susu sapi milik
Bapak Arista Wasidi rata-rata menerima susu sapi sebanyak 86,5 liter susu sapi
dan menolak sebanyak 4,9 liter atau 5,36% susu sapi dari total keseluruhan susu
sapi yang yang dapat diperoleh yang rata-rata berjumlah 91,4 liter per harinya.
Susu sapi yang ditolak terdiri dari susu sapi yang tidak lolos uji manual rata-rata
sebanyak 2,1 liter atau 2,3% per hari dan susu sapi yang tidak lolos pengujian
dengan alat sebanyak 2,8 liter atau 3,06% susu sapi per hari.
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pengecer susu sapi milik
Bapak Kardi rata-rata menerima susu sapi sebanyak 82 liter susu sapi dan
menolak sebanyak 7,2 liter atau 8,07% susu sapi dari total keseluruhan susu sapi
yang yang dapat diperoleh yang rata-rata berjumlah 89,2 liter per harinya. Susu
sapi yang ditolak terdiri dari susu sapi yang tidak lolos uji manual rata-rata
96
sebanyak 2,5 liter atau 2,8% per hari dan susu sapi yang tidak lolos pengujian
dengan alat sebanyak 4,7 liter atau 5,27% susu sapi per hari.
Standar mutu susu sapi yang diterapkan satu saluran pemasaran dengan
saluran pemasaran yang lain berbeda pada tingkat derajat dari paramater-
parameter mutu susu sapi. Standar mutu yang ditetapkan oleh satu pengumpul
susu sapi dengan pengumpul susu sapi lain berbeda. Perbedaan juga terjadi antara
standar mutu yang diterapkan pengecer dengan pengumpul. Perbedaan ini terjadi
karena beberapa sebab. Perbedaan standar antara ujung satu pola saluran
pemasaran dengan pola saluran pemasaran yang lain juga akan membuat standar
mutu susu sapi berbeda.
Panjang pendeknya pola saluran pemasaran susu sapi juga membuat
standar yang diterapkan satu pengumpul susu sapi dengan pengumpul susu sapi
yang lain mempunyai standar mutu susu sapi yang berbeda pula. Hal ini terjadi
karena standar susu sapi yang digunakan dalam penjualan akan dinaikkan
kemudian digunakan dalam membeli susu sapi. Standar mutu pembelian lebih
tinggi dari penjualan disebabkan karena adanya risiko penurunan mutu susu jika
umur susu sapi bertambah. Makin lama, mutu susu sapi tidak akan bertambah,
namun cenderung akan menurun jika tindakan yang dilakukan terhadap susu sapi
tidak tepat dan sesuai dengan kondisi susu sapi. Maka dari itu, pengumpul-
pengumpul susu sapi menaikkan standar mutu susu sapi.
Standar mutu susu sapi tidak hanya digunakan oleh pengumpul susu sapi.
Pengecer susu sapi juga menggunakan standar mutu susu sapi dalam menentukan
seberapa tinggi mutu susu sapi yang mereka beli dari peternak dan mereka jual
97
kepada konsumen susu segar. Pengecer susu sapi akan menggunakan standar
mutu susu sapi sebagai dasar menentukan setinggi apa mutu susu sapi. Mutu susu
sapi selanjutnya akan dijadikan pengecer dalam menentukan harga beli yang
mereka terapkan dalam membeli susu sapi dari peternak. Berbeda dengan
pengumpul susu sapi yang ditekan untuk mengumpulkan susu sapi yang
mempunyai mutu tertentu, pengecer susu sapi bebas menentukan mutu susu sapi
yang akan mereka beli dan mereka jual. Pengecer susu sapi hanya mendapat
tuntutan dari konsumen susu segar yang hanya berupa harapan-harapan saja. Hal
ini membuat pengecer lebih leluasa dalam menentukan standar mutu yang akan
mereka berlakukan. Tinggi rendahnya standar mutu yang diterapkan oleh
pengecer bergantung pada strategi dagang yang diterapkan oleh pengecer serta
harapan-harapan pengecer dalam usahanya sebagai pengecer susu sapi.
Standar mutu susu sapi sangat penting bagi pemasaran susu sapi di
Kecamatan Getasan, terutama bagi perusahaan-perusahaan pengolah susu sapi.
Perusahaan-perusahaan ini membutuhkan susu sapi pada tingkatan mutu tertentu
untuk dapat memproduksi suatu produk. Maka dari itu mereka menggunakan
standar mutu untuk mengendalikan mutu susu sapi yang akan mereka gunakan
sebagai bahan baku produksi perusahaan tersebut. Secara umum, pengendalian
mutu ini bertujuan untuk :
“1. Tujuan kendali mutu adalah menghasilkan produk
bermutu, meningkatkan produktivitas
2. Perbaikan hubungan manusia serta mutu barang atau
jasa
3. Peningkatan moral, prakarsa, dan kerja sama
karyawan
4. Pengembangankemampuan kerja karyawan
98
5. Peningkatan produktivitas dan profitabilitas usaha”65
Banyaknya tujuan dari pengendalian mutu menandakan bahwa standar
mutu penting bagi perusahaan pengolah susu sapi. Pentingnya standar mutu susu
sapi ini menandakan bahwa standar mutu susu sapi mempunyai peranan dalam
pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Standar mutu susu sapi digunakan
dalam menentukan seberapa tinggi mutu susu sapi yang selanjutnya akan
digunakan sebagai dasar utama penetapan harga susu sapi. Berdasarkan informasi
yang diperoleh dari beberapa pengumpul susu sapi, pengumpul susu sapi
menggunkan mutu susu sapi sebagai dasar dalam menentukan harga yang mereka
berlakukan dalam membeli susu sapi dari peternak. Hal ini juga terjadi pada
pengecer susu sapi. Mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan
oleh pengumpul susu sapi. Semua pihak yang membeli susu sapi akan menghargai
susu sapi yang mereka beli dengan harga yang tinggi jika susu sapi juga
mempunyai derajat mutu yang tinggi pula.
Selain sebagai dasar dalam penetapan harga susu sapi, standar mutu susu
sapi juga berperan sebagai patokan bagi peternak dalam menentukan strategi
pemeliharaan sapi perah. Peternak menganggap bahwa standar mutu susu sapi
merupakan suatu bentuk tuntutan bagi mereka. Mereka menganggap bahwa
mereka diharuskan untuk menghasilkan susu sapi yang mempunyai mutu tertentu.
Adanya tuntutan tersebut membuat peternak sapi perah mengupayakan supaya
susu sapi yang mereka produksi mempunyai mutu yang memenuhi tuntutan
supaya susu sapi yang mereka produksi dapat mereka jual. Para peternak
65
Andi Setiadi, op. cit.
99
melakukan berbagai upaya untuk mencapai hal tersebut. Mereka melakukan
upaya-upaya seperti pemberian pakan yang dapat mempengaruhi mutu susu sapi
yang dihasilkan oleh sapi perah. Pemeliharaan terhadap sapi serta kebersihan sapi
beserta kandangnya juga menjadi tindakan peternak supaya mereka mampu
memenuhi tuntutan yang ada.
Pandangan para pengumpul susu sapi menyebutkan bahwa standar mutu
susu sapi ini sangat berguna dalam membina peternak sapi perah. Pembinaan
peternak sangat penting bagi pemasaran susu sapi secara umum di Kecamatan
Getasan karena peternak merupakan produsen susu sapi. Peternak dianggap
mendapatkan pembinaan secara tidak langsung dari adanya standar mutu susu sapi
yang ditetapkan oleh pembeli susu sapi yang mereka produksi. Pembinaan
peternak akan membuat peternak mengerti cara penanganan ternak dan tindakan
pasca panen susu sapi yang benar dan tepat. Hal ini penting mengingat banyak
peternak yang melakukan kecurangan. Kecurangan-kecurangan seperti
mencampurkan air dalam susu sapi, tidak memberikan sapi makanan yang
bernutrisi atau bentuk-bentuk kecurangan yang lain. Pembinaan yang terjadi
secara tidak langsung ini membuat peternak menjadi semakin baik dalam beternak
sapi perah. Mereka juga melakukan tindakan-tindakan yang tidak membuat susu
sapi menurun mutunya.
4.2.5. Peran Harga dalam Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan Getasan
Harga susu sapi menjadi salah satu hal yang paling penting dalam
pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Harga menjadi faktor yang akan
100
menentukan pendapatan dan biaya yang harus ditanggung masing-masing saluran
pemasaran susu sapi dalam menjalankan usahanya, baik sebagai peternak,
pengumpul, pengecer, perusahaan pengolah susu sapi dan konsumen susu segar.
Harga mempunyai arti penting bagi setiap saluran pemasaran susu sapi di
Kecamatan Getasan. Pentingnya harga menunjukkan bahwa harga mempunyai
peranan dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan.
“Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk
mendapatkan satu satuan barang atau jasa dengan
pengorbanan tertentu.”66
Harga bagi peternak mempunyai arti penting karena dari hargalah mereka
dapat memperoleh pendapatan. Harga merupakan satu-satunya bauran pemasaran
yang menjadi sumber pendapatan bagi peterak sapi perah. Harga susu sapi juga
akan menjadi dasar pertimbangan bagi peternak dalam menentukan
keberlangsungan usahanya. Banyak peternak yang mengeluhkan rendahnya harga
susu sapi saat ini. Mereka mengemukakan bahwa harga susu sapi tidak seimbang
dengan harga pakan sapi. Keuntungan yang mampu diperoleh oleh peternak saat
ini dinilai sangat minim, bahkan banyak peternak yang tidak memperoleh
keuntungan dari usaha peternakan sapi perah yang dilakukan. Peternak akan terus
memelihara sapi perah jika mereka memperoleh pandapatan yang mampu
mencukupi kebutuhan mereka. Jika peternak tidak mampu memperoleh
pendapatan yang dapat mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka,
mereka bisa jadi mengalihkan usahanya. Beberapa peternak yang tidak puas
66
Basu Swasta dan Handoko, op. cit., hal. 211.
101
dengan pendapatan mereka dari usaha peternakan sapi perah banyak mengalihkan
usahanya pada usaha peternakan sapi pedaging.
Selain hal tersebut, harga bagi hampir semua peternak dijadikan sebagai
dasar menentukan kepada siapa mereka akan menjual susu sapi yang mereka
produksi. Peternak ingin menjual susu sapi yang mereka produksi kepada pembeli
yang menawarkan harga lebih tinggi. Hal ini terjadi karena peternak
mengharapkan pendapatan yang lebih besar supaya keuntungan mereka dari hasil
peternakan sapi juga makin besar. Banyak juga ditemukan peternak berpindah-
pindah menjual susu sapi kepada pihak yang menawarkan harga lebih tinggi
dalam membeli susu sapi dari mereka. Hal ini menunjukkan bahwa harga
berperan penting dalam menentukan kepada siapa peternak menjual susu sapi
yang mereka produksi.
Pengumpul dan pengecer juga merasakan hal yang hampir sama dengan
apa yang dirasakan oleh peternak sapi perah. Pengumpul dan pengecer juga
menganggap harga sebagai faktor yang akan menentukan pendapatan mereka.
Harga beli dan harga jual yang mereka terapkan akan mempengaruhi jumlah
pendapatan mereka. Pendapatan pengumpul dan pengecer susu sapi berasal dari
harga jual susu sapi. Sementara itu, keuntungan mereka peroleh dari selisih harga
jual dan harga beli yang mereka terapkan.
Sama halnya dengan peternak, pengumpul susu sapi juga menjadikan
harga sebagai dasar dalam menentukan kepada siapa mereka menjual susu sapi
yang telah mereka kumpulkan. Pengumpul susu sapi ingin menjual susu sapi yang
telah mereka kumpulkan kepada pembeli yang menawarkan harga lebih tinggi.
102
Hal ini terjadi karena pengumpul mengharapkan pendapatan yang lebih besar
supaya keuntungan mereka dari hasil usaha menjadi pengumpul susu sapi juga
makin besar. Banyak juga ditemukan pengumpul susu sapi berpindah-pindah
menjual susu sapi kepada pihak yang menawarkan harga lebih tinggi dalam
membeli susu sapi dari mereka. Hal ini menunjukkan bahwa harga berperan
penting dalam menentukan kepada siapa pengumpul susu sapi menjual susu sapi
yang mereka kumpulkan baik dari peternak maupun dari pengumpul yang lebih
kecil.
Pengecer susu sapi yang lebih leluasa dalam menentukan harga beli dan
jual terhadap susu sapi yang mereka perdagangkan juga menganggap harga
sebagai salah satu faktor yang berperan dalam usaha mereka sebagai pengecer
susu sapi. Selain sebagai sumber pendapatan, harga bagi pengecer susu sapi
berperan sebagai dasar penentuan strategi dagang. Harga dijadikan pengecer
sebagai salah satu senjata dalam memperoleh susu sapi yang bermutu tinggi.
Mereka bersaing dengan pengumpul susu sapi dalam memperoleh susu sapi dari
peternak. Harga yang mereka terapkan dalam membeli susu sapi dari peternak
relatif lebih tinggi dari harga yang diterapkan oleh pengumpul susu sapi. Hal ini
terjadi karena pengecer mempunyai keleluasaan yang lebih dalam menentukan
harga jual. Pengecer lebih bebas dalam menentukan harga. Hal ini menunjukkan
bahwa harga berperan penting dalam penentuan strategi usaha pengecer dalam
menjalankan usahanya sebagai pengecer susu sapi.