54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang
1. Sejarah Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang
Pengadilan Agama Tanjung Karang ini, dibangun Pemerintah
melalui Dana Repelita pada tahun 1975/1976 dengan luas 150 m2 diatas
tanah seluas 400 m2. Bangunan yang terletak di Jalan Cendana N0. 5 Rawa
Laut Tanjungkarang ini sebenarnya sudah mengalami sedikit penambahan
luas bangunan, namun statusnya masih berupa BALAI SIDANG karena
belum memenuhi persyaratan standar untuk disebut sebagai gedung
kantor, akan tetapi dalam sebutan sehari-hari tetap Kantor Pengadilan
Agama Tanjung Karang.
Sebelum di jalan Cendana Rawa Laut ini, Pengadilan Agama
Tanjung Karang yang dulu bernama Mahkamah Syar’iah pernah berkantor
di komplek Hotel Negara Tanjung Karang Jalan Imam Bonjol, yang
sekarang menjadi Rumah Makan Begadang I. Kemudian pindah ke Jalan
Raden Intan yang sekarang jadi Gedung Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Semasa dipimpin oleh K. H. Syarkawi, Mahkamah Syar’iah Lampung
berkantor di ex. Rumah Residen R. Muhammad di Teluk Betung,
kemudian pindah lagi ke Jalan Veteran I Teluk Betung. Sedangkan untuk
saat ini Pengadilan Agama kelas IA Tanjung Karang berada di Jalan
Untung Suropati No. 2 Labuhan Ratu, Kedaton, Bandar lampung.1
1 Pengadilan Agama Tanjungkarang, “sejarah berdirimya Pengadilan Agama
Tanjungkarang” www. Pa-tanjungkarang.go.id, 15 Juni 2015
55
a. Dasar Kebutuhan
Sebelum bangsa penjajah Portugis, Inggris dan Belanda datang
di bumi Nusantara Indonesia, Agama Islam sudah lebih dulu masuk
melalui Samudra Pasai, yang menurut sebagian besar ahli sejarah
bahwa Islam itu sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke 12 yang
dibawa oleh para pedagang bangsa Gujarat. Di zaman kolonial Belanda,
daerah keresidenan Lampung tidak mempunyai Pengadilan Agama,
yang ada adalah Pengadilan Negeri atau Landraad, yang mengurusi
sengketa/ perselisihan masyarakat.
Persoalan atau urusan masyarakat di bidang Agama Islam
seperti masalah perkawinan, perceraian dan warisan ditangani oleh
Pemuka Agama, Penghulu Kampung, Kepala Marga atau Pasirah.
Permusyawaratan Ulama atau orang yang mengerti Agama Islam
menjadi tumpuan Umat Islam dalam menyelesaikan masalah agama.
Sehingga dalam kehidupan beragama, dimasyarakat Islam ada lembaga
tak resmi yang berjalan/ hidup.
Kehidupan menjalankan ajaran Agama Islam termasuk
menyelesaikan persoalan agama di tengah masyarakat Islam yang
dinamis melalui Pemuka Agama atau Ulama baik di masjid, di surau
ataupun di rumah pemuka adat nampaknya tidak dapat dibendung
apalagi dihentikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, karena hal itu
merupakan kebutuhan bagi mayarakat Islam.
56
b. Dasar Yuridis
Menyadari bahwa menjalankan ajaran agama itu adalah hak
azasi bagi setiap orang, apalagi bagi pribumi yang dijajah, maka
Pemerintah Kolonial Belanda akhirnya mengeluarkan :
1) Peraturan tentang Peradilan Agama di Jawa dan Madura (Staatsblad
Tahun 1882 Nomor 152 dan Staatsblad Tahun 1937 Nomor 116 dan
Nomor 610)
2) Peraturan tentang Kerapatan Qodi dan Kerapatan Qodi Besar untuk
sebagian Residen Kalimantan Selatan dan Timur (Staatsblad Tahun
1937 Nomor 638 dan Nomor 639)
c. Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung
Secara Yuridis Formal Mahkamah Syar’iah Keresidenan
Lampung dibentuk lewat kawat Gubernur Sumatera tanggal 13 Januari
1947 No. 168/1947, yang menginstruksikan kepada Jawatan Agama
Provinsi Sumatera di Pematang Siantar dengan kawatnya tanggal 13
Januari 1947 No. 1/DJA PS/1947 menginstruksikan Jawatan Agama
Keresidenan Lampung di Tanjung Karang untuk menyusun formasi
Mahkamah Syar’iah berkedudukan di Teluk Betung dengan susunan :
ketua, wakil ketua, dua orang anggota, seorang panitera dan seorang
pesuruh kantor.
Kemudian dengan persetujuan BP Dewan Perwakilan Rakyat
Keresidenan Lampung, keluarlah Besluit P.T. Resident Lampung
57
tanggal 13 Januari 1947 Nomor 13 tentang berdirinya Mahkamah
Syari’ah Keresidenan Lampung, dalam Besluit tersebut dimuat tentang
dasar hukum, daerah hukum dan tugas serta wewenangnya.
Kewenangan Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung dalam
Pasal 3 dari Besluit 13 Januari 1947 itu meliputi :
1. Memeriksa perselisihan suami istri yang beragama Islam, tentang
nikah, talak, rujuk, fasakh, kiswah dan perceraian karena melanggar
taklik talak.
2. Memutuskan masalah nasab, pembagian harta pusaka (waris) yang
dilaksanakan secara Islam.
3. Mendaftarkan kelahiran dan kematian.
4. Mendaftarkan orang-orang yang masuk islam.
5. Mengurus soal-soal peribadatan.
6. Memberi fatwa dalam berbagai soal.
Dengan hanya dasar hukum Besluit P.T. Resident Lampung
tanggal 13 Januari 1947 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Keresidenan Lampung, maka timbul sementara pihak beranggapan
bahwa kedudukan Badan Peradilan Agama (Mahkamah Syar’iah
Keresidenan Lampung) tidak mempunyai dasar hukum yang kuat, tidak
sah dan sebagainya. Konon sejarahnya hal ini pulalah yang menjadi
dasar Ketua Pengadilan Negeri Keresidenan Lampung pada Tahun
1951, bernama A. Razak Gelar Sutan Malalo menolak memberikan
eksekusi bagi putusan Mahkamah Syariáh, karena dianggap tidak
mempunyai status hukum.
Keadaan seperti ini sampai berlarut dan saling adukan ke pusat,
sehingga melibatkan Kementerian Agama dan Kementerian Kehakiman
serta Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Agama C.q Biro
Peradilan Agama telah menyurati Mahkamah Syar’iah Keresidenan
58
Lampung dengan surat tanggal 6 Oktober 1952 dan telah dibalas oleh
Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung dengan suratnya tertanggal
26 November 1952. Hal yang mengejutkan adalah munculnya surat dari
Kepala Bagian Hukum Sipil Kementerian Kehakiman RI (Prof. Mr.
Hazairin) Nomor : Y.A.7/i/10 tanggal 11 April 1953 yang
menyebutkan, “Kedudukan dan Kompetensi Pengadilan Agama/
Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung adalah terletak di luar
hukum yang berlaku dalam Negara RI”.
Surat Kementerian Kehakiman itu ditujukan kepada
Kementerian Dalam Negeri. Kemudian Kementerian Dalam Negeri
melalui suratnya tanggal 24 Agustus Tahun 1953 menyampaikan
kepada Pengadilan Negeri atau Landraad Keresidenan Lampung di
Tanjung Karang, atas dasar itu Ketua Pengadilan Negeri Keresidenan
Lampung dengan suratnya tanggal 1 Oktober 1953 menyatakan kepada
Jawatan Agama Keresidenan Lampung bahwa “Status hukum
Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung di Teluk Betung tidak sah.”
Ketua Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung melaporkan
peristiwa tersebut kepada Kementerian Agama di Jakarta melalui surat
tertanggal 27 Oktober 1953 kemudian Kementerian Agama C.q Biro
Peradilan Agama (K. H. Junaidi) dalam suratnya tanggal 29 Oktober
1953 yang ditujukan kepada Mahkamah Syar’iah Keresidenan
Lampung menyatakan bahwa, “Pengadilan Agama Lampung boleh
berjalan terus seperti sediakala sementara waktu sambil menunggu hasil
59
musyawarah antara Kementerian Agama dan Kementerian Kehakiman
di Jakarta”.
Ketua Mahkamah Syar’iah Lampung dengan suratnya Nomor :
1147/B/PA, tanggal 7 November 1953 ditujukan kepada Ketua
Pengadilan Negeri langsung yang isinya menyampaikan isi Surat
Kementerian Agama C.q Biro Peradilan Agama yang menyangkut
status Pengadilan Agama Lampung, di tengah perjuangan tersebut K. H.
Umar Murod menyerahkan jabatan ketua kepada wakil ketua K. H.
Nawawi. Kemudian dengan Surat Keputusan Menteri Agama tanggal
10 Mei 1957 mengangkat K. H. Syarkawi sebagai Ketua Mahkamah
Syar’iah Lampung, sedangkan K. H. Umar Murod dipindahkan ke
Kementerian Luar Negeri di Jakarta.
Walaupun untuk sementara Mahkamah Syar’iah Lampung
merasa aman dengan Surat dari Kementerian Agama itu, akan tetapi di
sana sini masih banyak tanggapan yang kurang baik dan sebenarnya
juga di dalam tubuh Mahkamah Syar’iah sendiri belum merasa puas
bila belum ada dasar hukum yang kompeten. Diyakini keadaan ini
terjadi juga di daerah lain sehingga perjuangan-perjuangan melalui
lembaga-lembaga resmi pemerintah sendiri dan lembaga keagamaan
yang menuntut agar keberadaan Mahkamah Syar’iah itu dibuatkan
landasan hukum yang kuat. Lembaga tersebut antara lain :
a. Surat Wakil Rakyat dalam DPRDS Kabupaten Lampung Selatan
tanggal 24 Juni 1954 yang ditujukan kepada Kementerian
Kehakiman dan Kementerian Agama;
60
b. Organisasi Jamiátul Washliyah di Medan, sebagai hasil keputusan
sidangnya tanggal 14 Mei 1954;
c. Alim Ulama Bukit Tinggi, sebagai hasil sidangnya bersama Nenek
Mamak pada tanggal 13 Mei 1954, Sidang ini konon dihadiri pula
oleh Prof. Dr. Hazairin, S.H. dan H. Agus salim.
d. Organisasi PAMAPA (Panitia Pembela Adanya Pengadilan Agama)
sebagai hasil sidang tanggal 26 Mei 1954 di Palembang.
Meskipun menunggu lama dan didahului dengan peninjauan/
survei dari Komisi E Parlemen RI dan penjelasan Menteri Agama
berkenaan dengan status Pengadilan Agama di Sumatera, akhirnya
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1957
yang menjadi Landasan Hukum bagi Pengadilan Agama (Mahkamah
Syar’iah) di Aceh yang diberlakukan juga untuk Mahkamah Syar’iah di
Sumatera. Kemudian diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45
Tahun 1957 tanggal 9 Oktober 1957 untuk landasan hukum Pengadilan
Agama di luar Jawa, Madura dan Kalimantan Selatan. Peraturan
Pemerintah tersebut direalisasikan oleh Keputusan Menteri Agama
Nomor 58 Tahun 1957 tentang Pembentukan Pengadilan Agama/
Mahkamah Syar’iah di Sumatera termasuk Mahkamah Syar’iah
Keresidenan Lampung di Teluk Betung.
Wewenang Mahkamah Syar’iah dalam PP 45 Tahun 1957
tersebut dicantumkan dalam Pasal 4 ayat (1) yaitu: “Pengadilan Agama/
Mahkamah Syar’iah memeriksa dan memutuskan perselisihan antara
suami istri yang beragama Islam dan segala perkara yang menurut
61
hukum yan
, baitulmal dan lain-lain yang berhubungan dengan itu,
demikian juga memutuskan perkara perceraian dan mengesahkan
bahwa syarat taklik talak sesudah berlaku.”
Pada tahun 1970 diundangkan UU Nomor 14 Tahun 1970
tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman, pada Pasal 10 undang-
undang tersebut menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
sebagaimana disebutkan pada Pasal 24 dan 25 UUD 1945 dilaksanakan
oleh empat lingkungan peradilan, yaitu: Peradilan Umum, Peradilan
Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.
Pasal 10 UU Nomor 14 Tahun 1970 ini merupakan peneguhan
pengakuan Negara terhadap eksistensi peradilan agama di Repulik
Indonesia ini. Selanjutnya pada tahun 1989 diundangkanlah UU Nomor
7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dengan diundangkannya UU
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ini, peradilan agama
mengalami babak baru karena terjadi peristiwa penting dan bersejarah
bagi keberlangsungan peradilan agama. Adapun arti penting UU Nomor
7 Tahun 1989 antara lain: penyatuan nama dan aturan hukum,
penyamaan wewenang, putusan PA berkekuatan hukum tetap, adanya
lembaga kasasi dan adanya hukum acara.
Dalam perkembangan selanjutnya Badan Peradilan Agama
termasuk Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iah di Teluk Betung
62
mendapat landasan hukum yang mantap dan kokoh dengan di
undangkannya UU Nomor 35 Tahun 1999 tentang perubahan UU
Nomor 14 Tahun 1970 kemudian diganti dengan UU Nomor 4 Tahun
2004 yang berlaku mulai tanggal 15 Januari 2004 tentang kekuasaan
kehakiman. Pasal 10 Ayat (2) menyebutkan: “Badan peradilan yang
berada di bawah Mahkamah Agung meliputi badan peradilan dalam
lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan
Peradilan Tata Usaha Negara”.
Landasan Hukum yang lebih kuat dan kokoh lagi bagi Peradilan
Agama dan juga bagi peradilan lain adalah sebagaimana disebut dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoneisa Tahun 1945 setelah
amandemen, dimana pada Bab IX Pasal 24 ayat (2) menyebutkan:
“Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam Lingkungan Peradilan
Umum, Lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer,
Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.”2
2. Visi dan Misi
Visi Pengadilan Agama Tanjung Karang adalah "Terwujudnya
Pengadilan Agama Tanjung Karang yang Bersih, Berwibawa, dan
Profesional dalam Penegakan Hukum dan Keadilan Menuju Supremasi
Hukum".
2 Tim Penyusun, Profil Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang, Bandar Lampung,
2008, h. 1
63
Merupakan kondisi yang diharapkan dapat memotivasi seluruh
pejabat fungsional maupun struktural serta karyawan-karyawati
Pengadilan Agama Tanjung Karang dalam melaksanakan aktivitas
peradilan. Visi tersebut mengandung makna bahwa bersih dari pengaruh
tekanan luar dalam upaya supremasi hukum. Bersih dan bebas KKN
merupakan topik yang harus selalu dikedepankan pada era reformasi.
Terbangunnya suatu proses penyelenggaraan yang bersih dalam
pelayanan hukum menjadi prasyarat untuk mewujudkan peradilan yang
berwibawa.
Berdasarkan Visi Pengadilan Agama Tanjung Karang yang telah
ditetapkan tersebut maka ditetapkan beberapa Misi Pengadilan Agama
Tanjung Karang untuk mewujudkan Visi tersebut.
Misi Pengadilan Agama Tanjung Karang adalah:
1. Mewujudkan Peradilan yang Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan.
2. Meningkatkan Sumber Daya Aparatur Peradilan.
3. Meningkatkan Pengawasan yang Terencana dan Efektif.
4. Meningkatkan Kesadaran dan Ketaatan Hukum Masyarakat.
5. Meningkatkan Kualitas Administrasi dan Manajemen Peradilan.
6. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Hukum.3
3. Tugas dan Fungsi Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjungkarang
a. Tugas pokok
Pengadilan Agama Kelas IA Tanjungkarang mempunyai
tugas pokok sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 49 Undang -
3http://www.pa-tanjungkarang.go.id/index.php/profil-mainmenu-119/visi-dan-misi-main
menu-123.html akses 15 Februari 2014
64
Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana
yang telah diubah dengan Undang-UndangNo. 3 Tahun 2006,
disebutkan bahwa : Pengadilan agama bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang :4
perkawinan, yang meliputi :
1. Izin beristri lebih dari seorang ;
2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum
berusia 21 (dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali,
atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat;
3. Dispensasi kawin ;
4. Pencegahan perkawinan ;
5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
6. Pembatalan perkawinan;
7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
8. Perceraian karena talak ;
9. Gugatan perceraian ;
10. Penyelesaian harta bersama ;
11. Penguasaan anak-anak ;
12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak
bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak
mematuhinya ;
13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami
kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas
istri
14. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak ;
15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua ;
16. Pencabutan kekuasaan wali ;
17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam
hal kekuasaan seorang wali dicabut ;
18. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum
cukup umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua
orang tuanya ;
19. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak
yang ada di bawah kekuasaannya ;
20. Penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan
pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam ;
21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk
melakukan perkawinan campuran ;
4 Pengadilan Agama Kelas IA Tanjungkarang, Laporan Tahunan Tahun 2011
Pengadilan Agama Kelas IA Tanjungkarang, h. 7
65
22. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum
Undang-UndangNomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
dan dijalankan menurut peraturan yang lain ;
Waris ;
Wasiat ;
Hibah ;
Wakaf ;
Zakat ;
Infaq ;
Shadaqah ; dan
Ekonomi Syari'ah, yang meliputi :
1. Bank Syari’ah ;
2. Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah ;
3. Asuransi Syari’ah ;
4. Reasuransi Syari’ah ;
5. Reksa Dana Syari’ah ;
6. Obligasi Syari’ah dan Surat Berharga Berjangka Menengah
Syari’ah ;
7. Sekuritas Syari’ah ;
8. Pembiayaan Syari’ah ;
9. Pegadaian Syari’ah ;
10. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari’ah ; dan
11. Bisnis Syari’ah;
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas - tugas pokok tersebut Pengadilan
Agama mempunyai fungsi sebagai berikut 5:
1. Fungsi Mengadili (judicial power), yaitu memeriksa dan
mengadili perkara perkara yang menjadi kewenangan pengadilan
agama di wilayah hukum masing-masing ; (vide Pasal 49 Undang
- Undang No. 7 Tahun 1989 jo. Undang - Undang No. 3 Tahun
2006) ;
2. Fungsi Pengawasan, yaitu mengadakan pengawasan atas
pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera / Sekretaris,
dan seluruh jajarannya (vide : Pasal 53 ayat (1) Undang - Undang
No. 7 Tahun 1989 jo. Undang - Undang No. 3 Tahun 2006) ;
Serta terhadap pelaksanaan administrasi umum. (vide : Undang -
Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman).
Pengawasan tersebut dilakukan secara berkala oleh Hakim
Pengawas Bidang.
3. Fungsi Pembinaan, yaitu memberikan pengarahan, bimbingan dan
petunjuk kepada jajarannya, baik yang menyangkut tugas teknis
yustisial, administrasi peradilan maupun administrasi umum.
5 Ibid., h. 8-9
66
(vide : Pasal 53 ayat (3) Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989
jo. Undang-UndangNomor 3 Tahun 2006) ;
4. Fungsi Administratif, yaitu memberikan pelayanan administrasi
kepaniteraan bagi perkara tingkat pertama serta penyitaan dan
eksekusi, perkara banding, kasasi dan peninjauan kembali serta
administrasi peradilan lainnya. Dan memberikan pelayanan
administrasi umum kepada semua unsur di lingkungan Pengadilan
Agama (Bidang Kepegawaian, Bidang Keuangan dan Bidang
Umum)
5. Fungsi Nasehat, yaitu memberikan keterangan, pertimbangan dan
nasehat tentang hukum Islam pada instansi pemerintah di wilayah
hukumnya, apabila diminta sebagaimana diatur dalam Pasal 52
ayat (1) Undang-UndangNomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama ;
6. Fungsi lainnya, yaitu pelayanan terhadap penyuluhan hukum,
riset dan penelitian serta lain sebagainya, seperti diatur dalam
Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI. Nomor :
KMA/004/SK/II/1991 ;
4. Pimpinan Pengadilan Agama Kelas 1ATanjungkarang sejak berdirinya
sampai sekarang.
Sejak terbentuknya Mahkamah syariah Keresidenan Lampung
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Nomor 189 Tahun 1947
tanggal 13 Januari 1947 telah terukir beberapa nama sebagai ketua
Pengadilan Agama Tanjungkarang yaitu :6
1) KH. Nawawi periode tahun 1947 sampai dengan 1950.
2) KH. Umar Murod periode tahun 1950 sampai dengan 1957.
3) KH. Syarkowi Zain periode tahun 1957 sampai dengan 1963.
4) KH. Syafe’i periode tahun 1963 sampai dengan 1971.
5) H. Suratul Kahfi, Bchk periode 1971 sampai dengan 1979.
6) Drs. Subari Kholik periode tahun 1979 sampai dengan 1990.
7) H. Abdullah Dhia, SH periode tahun 1990 sampai dengan 1994.
6 Pengadilan Agama Tanjungkarang, Menuju Peradilan Agama Modern 2010, ( Bandar
Lampung, PA. Tanjungkarang, 2009). h. 32
67
8) Drs. H. Asmuni HS. periode tahun 1994 sampai dengan 2001.
9) Drs. Syamsul Ma’arif periode tahun 2001 sampai dengan 2003.
10) Drs. Busri Harun, SH, M.Ag. periode tahun 2003 sampai dengan
2005.
11) Drs. Ahud Misbahudin, SH periode tahun 2005 sampai dengan
2008.
12) H. Damsyi, MH periode tahun 2008 sampai dengan 2012.
13) Dr Khalis, dari tahun 2012 sampai sekarang.
5. Daftar Pegawai Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang
Tabel 1
Daftar Nama Pegawai Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang7
No Nama Jabatan
1 Drs. Khalis Ketua / Hakim
2 Drs. Johan Arifin, S.H. Wakil Ketua/ Hakim
3 Dra. Hj. Asma Zainuri, S.H. Hakim
4 Dra. Hj. Maimunah, S.H.,M.H. Hakim
5 Drs. Syamsuddin, M.H. Hakim
6 Drs.Hj.Abusemen Bastoni, S.H. Hakim
7 Dra. Hj. Maisunah, S.H. Hakim
8 Dra.M. Hasanah,S.H.,M.H. Hakim
9 Dra. Elfina Fitriani Hakim
10 Drs. Firdaus, M.A. Hakim
11 Drs. Mhd, Nuh, S.H.,M.H. Hakim
12 Dra. Mulathifah, M.H. Hakim
13 Drs. H. Hasan Faiz Bakry Hakim
14 Drs. Ahmad Nur, M.H. Hakim
15 Drs. A. Nasrul MD Hakim
16 Itna Fauza Qadriyah, S.H.,M.H. Panitera/Sekretaris
17 H. Sulaiman Marzuki. S.H. Wakil Panitera
18 Sudiman, S.H. Wakil Sekretaris
19 Deska Pitra, S.H.,M.H. Panmud Permohonan
20 Dra. Husnidar Panmud Gugatan
21 Syukur, S.Ag. Panmud Hukum
22 H. Rusbani, S.H. Kasub Bag Kepegawaian
7 Pengadilan Agama Tanjungkarang, “Struktur Pengadilan Agama Tanjungkarang”
www. Pa-tanjungkarang.go.id, 15 Juni 2015
68
23 Anis Khoirunnisa, S.Ag. Kasub Bag Keuangan
24 M. Zachrizal Anwar, S.H. Kasub Bag Umum
25 Mastur Ali, S.H. Panitera Pengganti
26 Nelmi Rodiah Harahap, S.H. Panitera Pengganti
27 Deska Pitrah, S.H.,M.H Panitera Pengganti
28 Mahmilawati, S.H. Panitera Pengganti
29 Dra. Hj. Maisarah. Panitera Pengganti
30 Linda Hastuti, S.H.,M.H. Panitera Pengganti
31 Amnia Burmella, S.H. Panitera Pengganti
32 Hj. Elok Diantika, S.H. Panitera Pengganti
33 Rosmiati, S.H. Panitera Pengganti
34 Astri Kurniawati, S.H. Panitera Pengganti
35 Eliyati Sury, S.Ag.,M.H. Panitera Pengganti
36 M. Rosyidi Jurusita
37 Ahmad Subroto, S.E., M.H. Jurusita
38 Yosrinaldo Syarief, S.H. Jurusita
39 Himbauan, S.H. Jurusita
40 Sri Widaryani, S.E., M.H. Jurusita Pengganti
41 Edhi Hartoyo, S.Pd. Jurusita Pengganti
42 Dra. Masturah Jurusita Pengganti
43 Ali Haidar, S.H. Jurusita Pengganti
44 Mulyati, S.H. Jurusita Pengganti
45 Haryati Jurusita Pengganti
46 Nurhayati, S.H.I. Jurusita Pengganti
47 Yudi Wanari, S.H., M.M. Jurusita Pengganti
48 Adriyadi, S.H. Jurusita Pengganti
49 Mega Octaria S., A.Md. Jurusita Pengganti
50 Shilvy Sagita, S.H. Jurusita Pengganti
51 Ety Hasniyati, S.H.I. Jurusita Pengganti
52 Rahmatiah Oktafiana, S.H.I. Jurusita Pengganti
B. Prosedur Penyelesaian Perkara Permohonan Hadhanah di Pengadilan
Agama Kelas IA Tanjung Karang
Hadhanah merupakan perkara yang bersifat permohonan. Prosedur
pengajuan permohonan sama dengan prosedur mengajukan gugatan, diproses
di bagian kepaniteraan permohonan. Adapun prosedur dalam pengajuan
perkara permohonan Hadhanah nikah ke Pengadilan Agama, sebagai
berikut:8
8 Wawancara Wakil Panitera Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang, Hj. Uliana
Ma’mur, S.Ag., pada tanggal 24 Februari 2014
69
1. Meja I
a. Menerima surat permohonan dan salinannya yang telah dibuat dan
ditandatangani oleh pemohon beserta bukti tanda pengenal (KTP) yang
bersangkutan. Surat permohonan yang diterima petugas Meja I
sebanyak jumlah pihak, ditambah 3 (tiga) rangkap untuk majelis hakim.
b. Petugas Meja I menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dengan
menggunakan daftar periksa (check list).
c. Menaksir panjar biaya perkara. Besarnya panjar biaya perkara
diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara
tersebut, petugas Meja I berpedoman pada Surat Keputusan Ketua
Pengadilan Agama tentang Panjar Biaya Perkara. Dalam menentukan
Panjar Biaya Perkara, Ketua Pengadilan Agama harus merujuk
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008 tentang PNBP, Peraturan
Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2009 tentang Biaya Proses
Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya pada Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan yang berada di bawahnya serta peraturan terkait
lainnya.
d. Dalam menaksir biaya perkara perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a) Jumlah pihak yang berperkara
b) Jarak tempat tinggal dan kondisi daerah para pihak (radius). Bagi
yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo (cuma-
cuma). Ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan
surat keterangan dari Lurah/ Kepala Desa setempat yang dilegalisir
oleh Camat. Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara
ditaksir Rp 0,- dan ditulis dalam SKUM.
e. Setelah menaksir panjar biaya perkara, Petugas Meja I membuat Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dalam rangkap 4 (empat):
a) Lembar pertama warna hijau untuk bank.
b) Lembar kedua warna putih untuk pemohon.
c) Lembar ketiga warna merah untuk kasir.
d) Lembar keempat warna kuning untuk dimasukkan dalam berkas.
f. Petugas Meja I mengembalikan berkas kepada pemohon untuk di
teruskan kepada kasir.
2. Kasir
a. Pemohon membayar uang panjar biaya perkara yang tercantum dalam
SKUM ke bank.
b. Pemegang kas menerima bukti setor ke bank dari pemohon dan
membukukannya dalam Buku Jurnal Keuangan Perkara.
c. Pemegang kas memberi nomor, membubuhkan tanda tangan dan cap
tanda lunas pada SKUM.
d. Nomor urut perkara adalah nomor urut pada Buku Jurnal Keuangan
Perkara.
e. Pemegang kas menyerahkan satu rangkap surat permohonan yang telah
diberi nomor perkara berikut SKUM kepada pemohon agar didaftarkan
di Meja II.
70
3. Meja II
a. Petugas Meja II mencatat perkara tersebut dalam Buku Register Induk
Permohonan sesuai dengan nomor perkara yang tercantum dalam
SKUM.
b. Petugas Meja II menyerahkan satu rangkap surat permohonan yang
telah terdaftar berikut SKUM rangkap pertama kepada pemohon.
c. Petugas Meja II memasukkan surat permohonan tersebut dalam map
berkas perkara yang telah dilengkapi dengan formulir: PMH,
penunjukkan Panitera Pengganti, penunjukan Jurusita Pengganti, PHS
dan instrumen.
d. Petugas Meja II menyerahkan berkas perkara kepada panitera melalui
wakil panitera untuk disampaikan kepada ketua pengadilan agama.
4. Panitera
a. Menyerahkan berkas kepada Majelis.
b. Panitera menunjuk panitera pengganti untuk membantu majelis hakim
dalam menangani perkara.
c. Penunjukan panitera pengganti dicatat oleh petugas Meja II dalam Buku
Register Induk Perkara.
5. Ketua Pengadilan Agama
a. Mempelajari berkas perkara.
b. Membuat Penetapan Majelis Hakim dalam waktu selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari, Ketua menunjukkan Majelis Hakim untuk memeriksa dan
mengadili perkara dalam sebuat penetapan majelis hakim yang
ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama dan dicatat dan Register
Induk Perkara yang bersangkutan.
6. Majelis Hakim
a. Membuat Penetapan Hari Sidang dan perintah untuk memanggil para
pihak oleh jurusita.
b. Atas perintah ketua majelis, panitera pengganti melaporkan hari sidang
pertama kepada petugas Meja II dengan menggunakan lembar
instrumen.
c. Menyidangkan Perkara.
7. Meja III
a. Menerima berkas perkara yang telah diminta dari Majelis Hakim.
b. Memberitahukan isi penetapan kepada pihak yang tidak hadir oleh
jurusita.
c. Memberitahukan kepada Meja II dan Kasir yang bertalian dengan tugas
mereka.
d. Menyerahkan salinan penetapan kepada pemohon dan instansi terkait
serta menyerahkan berkas yang telah dijahit kepada Panitera Muda
Hukum.
8. Panitera Muda Hukum
a. Mendata Perkara.
71
b. Melaporkan Perkara.
c. Mengarsipkan Berkas Perkara.
C. Data Hasil Penelitian di Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang
Adapun perkara hadhanah yang terdaftar pada Pengadilan Agama Kelas
IA Tanjung Karang dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir yakni periode
2012, 2013, 2014 dan 2015, sebagai berikut:
Tabel 1
Rekapitulasi tentang Perkara hadhanah yang Terdaftar di
Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang
Tahun 2011-20159
Bulan
Tahun
Jumlah
2011 2012 2013 2014 2015
Januari - - - 1 1 2
Februari - - 2 - - 2
Maret - - - - 3 3
April - - - - - -
Mei - - 1 - 2 3
Juni - - 2 1 1 4
Juli - - 1 1 1 3
Agustus - - - 1 1 2
September - - - 1 - 1
Oktober - - - - - -
November - - 1 - - 1
Desember - - - - - -
Jumlah Seluruhnya 21
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari keseluruhan
perkara yang ada di Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang tersebut
terdapat 21 perkara hadhanah pada tahun 2011-2015. Dari 21 perkara
sengketa hadhanah tersebut penulis mengambil 3 sempel perkara untuk
dijadikan sebagai obyek dalam penelitian ini, yakni perkara Nomor:
9 Dokumentasi, Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjungkarang, tahun 2011.
72
0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk, perkara Nomor: 0679/Pdt.G/2014/PA.Tnk,
perkara Nomor: 0780/Pdt.G/2014/PA.Tnk.
D. Analisis Data
1. Perkara Nomor 0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk
Pengadilan Agama mempunyai tugas untuk menerima, memeriksa
dan mengadili semua perkara yang diajukan kepadanya. Bagi seseorang
yang akan mengajukan permohonan/ gugatan, maka pihak
pemohon/penggugat dapat mengajuka permohonannya/ gugatannya ke
pengadilan, baik secara lisan maupun tulis.
Gugatan yang diputus oleh Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung
Karang dengan Nomor Perkara 0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk, termasuk
gugatan yang dilakukan secara tertulis. Kasus hak hadhanah pada perkara
ini berawal dari gugatan yang diajukan Pemohon. Umur 41 tahun, agama
Islam, pendidikan S1 (Ekonomi), pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dengan
Pangkat Penata Muda Tingkat I (III/b), alamat di Kecamatan
Tanjungkarang Timur Kota Bandar Lampung. Melawan Termohon, ,
Umur 35 tahun, agama Islam, pendidikan DIII (Tehnik), Pekerjaan Ibu
rumah tangga, alamat di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar
Lampung.10
Pemohon dalam surat permohonan Pemohon tertanggal 26 Mei
20013, yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Kelas IA
Tanjungkarang dibawah Register Nomor : 0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk,
10
Dokumen , Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjungkarang, Tahun 2013.
73
tanggal 26 Mei 2013, yang pada pokoknya mengemukakan alasan-
alasan sebagai berikut:
1. Bahwa pada tanggal 11 Juni 2004, Pemohon dengan Termohon
melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat
Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir Barat II Palembang
(Kutipan Akta Nikah Nomor : 320/18/VI/2000 tanggal 12 Juni
2004);
2. Bahwa Pernikahan Pemohon dan Termohon berdasarkan suka
sama suka, Pemohon berstatus jejaka dan Termohon berstatus
gadis;
3. Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon bertempat tinggal
di rumah orangtua Termohon di Palembang selama lebih kurang 1
tahun, setelah itu Pemohon dan Termohon pindah ke Bandar
Lampung dan tinggal di rumah kontrakan di Jalan Dr. Harun II
Kota Bandar Lampung dan terakhir Pemohon dan Termohon
pindah dan tinggal sebagaimana alamat Penggugat dan Tergugat
tersebut diatas sampai dengan sekarang;
4. Bahwa sesudah akad nikah antara Pemohon dan Termohon telah
berhubungan sebagaimana layaknya suami isteri dan dikaruniai 1
orang anak bernama ANAK PEMOHON & TERMOHON,
perempuan, umur 4 tahun dan sekarang anak tersebut ikut dengan
Termohon:
- Bahwa pada awalnya rumah tangga Pemohon dan Termohon
harmonis, tetapi sejak bulan Nopember 2007 rumah tangga
74
Pemohon dan Termohon mulai tidak harmonis dan sering
terjadi perselisihan dan pertengkaran yang penyebabnya adalah
- Termohon berselingkuh dengan laki-laki lain, bahkan
Termohon telah mengakui berhubungan badan dengan laki-laki
tersebut;
- Termohon sering pulang malam sekitar pukul 21.00 WIB
dengan alasan lembur;-
6. Bahwa Pemohon telah berusaha mempertahankan kehidupan
rumah tangga Pemohon dan Termohon dengan menasehati
Termohon agar merubah sikapnya, bahkan Pemohon telah meminta
bantuan keluarga Termohon untuk menasehati Termohon agar mau
merubah sikapnya, tetapi tidak pernah berhasil;
7. Bahwa puncak perselisihan dan pertengkaran Pemohon dan
Termohon terjadi sekitar tanggal 26 Mei 2012 ketika itu Termohon
telah selingkuh dengan laki-laki bernama XXXXXXXXXX dan
mengaku telah berhubungan badan dua kali dengan laki-laki
tersebut mendengar dan melihat peristiwan tersebut Pemohon
marah dan terjadi pertengkaran antara Pemohon dan Termohon dan
sejak peristiwa tersebut Pemohon dan Termohon telah pisah tempat
tinggal sampai dengan sekarang;
8. Bahwa Penggugat sebagai Pegawai Negeri Sipil telah memperoleh
Surat Izin untuk bercerai dengan Nomor : 800/312/21/SK/2013
yang dikeluarkan oleh Wakil Bupati Lampung Timur tanggal 12
Mei 2013;
75
9. Bahwa atas perbuatan Termohon tersebut, Pemohon tidak sanggup
lagi mempertahankan rumah tangga antara Pemohon dan
Termohon dan Pemohon berkesimpulan lebih baik bercerai;
10. Bahwa anak Pemohon dan Termohon bernama ANAK
PEMOHON & TERMOHON, perempuan, umur 4 tahun masih
dibawah umur yang memerlukan kasih sayang dan perhatian dari
Pemohon sebagai ayah kandungnya, maka apabila permohonan ini
dikabulkan Pemohon mohon untuk ditetapkan hak pengasuhan dan
pemeliharaan anak Pemohon dan Termohon tersebut kepada
Pemohon sebagai ayah kandungnya sampai anak tersebut
mumayyiz atau berumur sekurang-kurangnya 12 tahun;
11. Bahwa Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul
akibat perkara ini;
Pemohon dalam menguatkan dalil-dalilnya mengajukan alat-alat
bukti dipersidangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 283-284 R.Bg
sebagai berikut :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk Republik Indonesia atas nama
Pemohon (bermaterai cukup dan telah dilegalisir), Nomor:
1871051201680008, yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Bandar Lampung tanggal 29 Januari 2013,
kemudian dicocokkan dengan aslinya dan ternyata sama.
2. Fotokopi Kutipan Akta Nikah atas nama Pemohon dan Termohon
(bermaterai cukup dan telah dilegalisir), Nomor : 320/18/VI/2004,
yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah pada Kantor Urusan
76
Agama Kecamatan Ilir Barat II Kabupaten Palembang Propinsi
Sumatera Selatan tanggal 12 Juni 2004, kemudian dicocokkan dengan
aslinya dan ternyata sama.
3. Fotokopi Kutipan Akta Kelahiran anak Pemohon dan Termohon
bernama ” ANAK PEMOHON DAN TERMOHON” (bermaterai
cukup dan telah dilegalisir), Nomor : 474.1/U/00928/14/2008, yang
dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kependudukan Kota Bandar Lampung
tanggal 01 Februari 2012, kemudian dicocokkan dengan aslinya dan
ternyata sama.
4. Asli Surat Pernyataan yang dibuat dan ditandatangani oleh Termohon
tanggal 26 Mei 2012.
5. Asli Surat Pernyataan yang dibuat dan ditandatangani oleh Pungki
Zulkarnaen tanggal 26 Mei 2012.
Saksi-Saksi
1. SAKSI KE-1, umur 49 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS, bertempat
tinggal di Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung, selanjutnya
diatas sumpahnya menerangkan pada pokoknya sebagai berikut:
Bahwa saksi kenal dengan Pemohon karena saksi adalah teman kerja
Pemohon sejak tahun 2010 dan Pemohon pernah menjadi staf saksi;
a. Bahwa saksi kenal dengan Termohon;
b. Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri:
c. Bahwa Pemohon dan Termohon telah dikaruniai 1 (satu) orang
anak;
77
d. Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon tinggal di
Kaliawi;
e. Bahwa sepengetahuan saksi keadaan rumah tangga Pemohon dan
Termohon pada bulan Januari dan Februari 2012 Pemohon
jarang masuk kantor sehingga saksi memanggil Pemohon,
ketika itu Pemohon masih menjadi staf saksi, dan saat itu saksi
mengetahui bahwa Pemohon ada masalah keluarga, yaitu
rumah tangganya tidak harmonis karena Termohon
berselingkuh dengan pria lain Pemohon juga bercerita bahwa
Pemohon dan Termohon telah pisah ranjang, kemudian ketika
Pemohon bermohon untuk menindak lanjuti surat izin dari
atasan, selingkuhan Termohon bernama XXXXXXXX datang
ke rumah saksi dan cerita tentang selingkuh dengan
Termohon dan lelaki tersebut mohon kepada Pemohon untuk
menyelesaikan masalah secara baik-baik, setelah itu saksi tidak
tahu lagi karena proses selanjutnya Pemohon diperiksa oleh
Bawasda;
f. Bahwa Pemohon dan Termohon tidak satu rumah lagi atau jarang
serumah sejak bulan Februari 2012 sampai dengan sekarang;
g. Bahwa saksi terakhir melihat Pemohon dan Termohon bersama
tahun 2012, ketika itu saksi bertemu Pemohon dan Termohon
diacara arisan ;
h. Bahwa Pemohon dan Termohon sudah pernah 5 kali dilakukan
uapaya damai, tetapi tidak berhasil;
78
i. Bahwa Anak Pemohon dan Termohon ikut dengan Pemohon;
j. Bahwa saksi tidak pernah berkunjung ke rumah Pemohon;
k. Bahwa Termohon pernah dipanggil Bawasda untuk diperiksa;11
Bahwa atas keterangan saksi tersebut, oleh Pemohon ada yang
diperbaiki bahwa benar Termohon pernah dipanggil oleh Bawasda,
tetapi karena Termohon tidak hadir ke Bawasda maka petugas dari
Bawasda yang datang kerumah Termohon
SAKSI KE-2, umur 43 tahun, agama Islam, pekerjaan, bertempat
tinggal di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar Lampung,
selanjutnya dibawah sumpahnya menerangkan pada pokoknya
sebagai berikut:
a. Bahwa saksi kenal dengan Pemohon karena saksi adalah kakak
kandung Pemohon
b. Bahwa saksi kenal dengan Termohon namanya TERMOHON
c. Bahwa Pemohon dan Termohon menikah 9 tahun yang lalu
d. Bahwa sepengetahuan saksi keadaan rumah tangga Pemohon dan
Termohon pada awalnya rukun, namun sejak 2 tahun yang lalu
rumah tangga Pemohon dan Termohon tidak rukun lagi karena
Termohon berselingkuh dengan laki-laki lain:
e. Bahwa saksi pernah melihat sendiri Termohon dengan laki-laki
lain di dalam mobil Termohon, saat itu laki-laki tersebut yang
memeggang kemudi mobil, selain itu saksi juga pernah melihat
Termohon bersama laki-laki lain sedang makan sate di Pahoman
11
Dokumentasi Putusan Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang.
79
jam 7 malam, sedangkan Termohon beralasan lembur dikantor
sehingga pulang terlambat;
f. Bahwa berdasarkan SMS dan peristiwa-peristiwa tersebut, maka
Pemohon dansaksi meminta laki-laki tersebut datang untuk
menyelesaikan masalah, selanjutnya laki-laki tersebut yang
bernama XXXX datang dengan isterinya menemui saksi,
Pemohon dan Termohon, di dalam pertemuan itu XXXXX dan
Termohon mengakui perselingkuhan tersebut, saat itu isteri
XXXXX marah kepada Termohon dan mengingatkan Termohon
untuk menjauhi XXXXX;
g. Bahwa Aib Termohon tersebut sulit diterima dan tidak mungkin
untuk berdamai;
h. Bahwa anak Pemohon dan Termohon dalam pemeliharaan
Pemohon, serta selama ikut dengan Pemohon terpelihara dengan
baik dan keluarga besar Pemohon siap membantu memelihara dan
mengasuh anak tersebut.
Majelis Hakim Pengadilan Agama dalam Keputusannya
menyatakan mengabulkan permohonan pemohon, Mengabulkan
permohonan Pemohon dengan verstek, Menetapkan memberikan izin
kepada Pemohon (PEMOHON) untuk mengucapkan ikrar talak terhadap
Termohon (TERMOHON) di depan sidang Pengadilan Agama Kelas IA
Tanjungkarang setelah putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.
Menetapkan hak pengasuhan dan pemeliharaan anak Pemohon dan
Termohon bernama ANAK PEMOHON & TERMOHON, perempuan,
80
umur 4 tahun, kepada Pemohon sebagai ayah kandungnya sampai anak
tersebut mumayyiz atau berumur sekurang-kurangnya 12 tahun, serta
membebankan biaya perkara menurut hukum.12
Demikian dijatuhkan Putusan ini di Pengadilan Agama Kelas IA
Tanjungkarang dalam Musyawarah Majelis Hakim pada hari Selasa
tanggal 28 Juli 2013M bertepatan dengan tanggal 6 Sya’ban 1433H.
Oleh kami Drs. BAIDHOWI HB, S.H. sebagai Ketua Majelis, Dra.
MUFIDATUL HASANAH, S.H. dan Drs MANANI HS sebagai Hakim-
Hakim Anggota. Putusan tersebut pada hari itu juga diucapkan dalam
persidangan terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis tersebut dan dihadiri
oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut serta dihadiri oleh DESKA PITRAH,
S.H. sebagai Panitera Pengganti Pengadilan Agama tersebut dengan
dihadiri Pemohon tanpa hadirnya Termohon.13
Dalam hal memberikan keputusan seoarang hakim tidak boleh
memihak kepada salah satu antara orang yang berperkara, bersifat bebas
dan tidak pula terpengaruh oleh pemerintah. Disamping itu seorang hakim
wajib pula menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang
ada dalam agama, dan masyarakat, apabila di Pengadilan Agama yang
menangani tentang kasuskasus perdata, maka dalam hal ini hakim wajib
dituntut utnuk menerapkan asas hukum yang sebenarnya, sebab kesalahan
hakim adalah merupakan petaka bagi hakim sendiri maupun pihak yang
telah dirugikannya, yang pada akhirnya harus dipertanggung jawabkan,
baik di dunia maupun di akhirat.
12
Dokumentasi, Putusan Pengadilan Agama kelas1A tanjungkarang, tahun 2013. 13
Ibid,
81
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Majelis Hakim menilai bahwa
rumah tangga Pemohon dan Termohon sudah pecah (broken meried) tidak
ada keharmonisan lagi dan sudah sulit untuk rukun kembali, sehingga
tujuan perkawinan yang dimaksud Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan jo Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam dan
Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 21 untuk membentuk rumah tangga yang
sakinah, mawaddah, warrahmah telah tidak terwujud.
Menimbang, bahwa Majelis Hakim perlu mengetengahkan dalil
Al-Qur’an surat Al-Baqarah : 227 yang berbunyi :
Artinya : “ Dan jika mereka ber’azam (berketetapan hati) untuk talak,
maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui “;
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis
Hakim berkesimpulan bahwa alasan perceraian yang diajukan Pemohon
untuk mohon izin mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon telah
cukup bukti dan memenuhi alasan hukum sebagaimana disebutkan dalam
penjelasan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo
Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 116
huruf (f) Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, karenanya Majelis Hakim
berpendapat permohonan Pemohon agar Pengadilan memberi izin kepada
Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon dapat
dikabulkan, dan ditetapkan hak hadhanah kepada Pemohon.
82
Menimbang, bahwa Majelis Hakim dengan tidak bermaksud
mengkesampingkan ketentuan Pasal 105 huruf (a) KHI, namun semata-
mata untuk kemaslahatan dan masa depan anak itu sendiri, yang
senyatanya pula saat ini anak tersebut dalam pemeliharaan Pemohon yang
diasuh oleh kakak perempuan Pemohon dan dalam keadaan baik-baik
(vide keterangan saksi kedua Pemohon) di satu sisi, sedang di sisi lain
Termohon dalam pernyataan tertulis tanggal 26 Mei 2012 dan tanggal 10
Juli 2013 telah melepaskan dan menyetujui hak asuhnya atas anak tersebut
kepada Pemohon (vide bukti Pg.4) sedang selama persidangan
berlangsung Termohon tidak hadir dan pula tidak mengutus orang lain
sebagai kuasa, untuk setidak-tidaknya menyampaikan suatu keberatan dan
atau meminta hak asuh atas anak tersebut, maka Majelis Hakim semata-
mata untuk kepastian dan kepentingan anak tersebut, dengan tidak
mengurangi hak Termohon untuk bertemu dan mencurahkan kasih
sayangnya kepada anak tersebut, dan kepada Pemohon tidak dapat
menghalang-halangi dan atau melarangnya, maka Majelis Hakim dapat
mengabulkan dan ditetapkan dalam putusan ini hak pemeliharan anak
Pemohon dan Termohon tersebut kepada Pemohon sampai anak tersebut
mumayyiz atau sekurang-kurangnya beumur 12 tahun.
Dalam hal ini penulis melihat pertimbangan hukum yang diberikan
majelis hakim dapat dilihat untuk kepentingan anak atau kemaslahatan
anak, dalam perkara tersebut yang telah diputuskan hak pemeliharaan dan
pengasuhan anak (hadhanah) diserahkan kepada pemohon yaitu selaku
Bapak kandung, karena dalam hal pengasuhan anak ini yang pertama
83
harus diperhatikan adalah kepentingan anak tersebut dan memiliki
kemampuan dan kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan dan
memberikan rasa aman kepada anak yang menjadi korban perceraian,
dalam hal ini Majelis Hakim mengutamakan bagaimana memberi
perlindungan dan kebaikan bagi anak demi kemaslahatan dan terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan oleh orang tuanya.
2. Perkara Nomor 0679/Pdt.G/2014/PA.Tnk.
Pengadilan Agama Tanjungkarang yang memeriksa dan mengadili
perkara perdata tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan Majelis
telah menjatuhkan putusan dalam perkara pengasuhan anak antara,
Penggugat umur 33 tahun, Agama Islam, Pendidikan D.III
(keperawatan), Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, bertempat tinggal di
Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung, Termohon, umur 30 tahun,
Agama Islam, Pendidikan S.1 (keperawatan), Pekerjaan Karyawati
Swasta, Tempat tinggal di Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung.
1. Bahwa pada tanggal 28 April 2005, Penggugat dengan Tergugat
melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah
Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanjungkarang Barat Kota Bandar
Lampung (Kutipan Akta Nikah Nomor : 194/08/V/2005 tanggal 02
Mei 2005);
2. Bahwa dalam perkawinan Penggugat dengan Tergugat tersebut telah
dikaruniai 2 (dua) orang anak bernama :
a. ANAK KE-1, lahir tanggal 11 Agustus 2005;
84
b. ANAK KE-2, lahir tanggal 01 Oktober 2011;
4. Bahwa kemudian pada tanggal 06 Januari 2014 antara Penggugat dan
Tergugat telah terjadi perceraian berdasarkan Putusan Pengadilan
Agama Tanjungkarang Nomor 1131/Pdt.G/2013/PA.Tnk, tanggal 04
Desember 2013 dengan Akta Cerai Nomor : 0062/AC/2014/PA.Tnk
tanggal 28 Januari 2014;
5. Bahwa selama dalam pengasuhan Tergugat anak tersebut dalam
keadaan kurang terurus dan kurang perhatian dari Tergugat, sedangkan
Penggugat sendiri tidak diberi kesempatan untuk mengurus anak
Penggugat dan Tergugat tersebut;
6. Bahwa Penggugat bertanggung jawab dan sayang kepada anak-anak
Penggugat dan Tergugat tersebut dan Penggugat mempunyai pekerjaan
sebagai Pegawai Negeri Sipil, sedangkan Tergugat tidak bertanggung
jawab dengan anak-anak Penggugat dan Tergugat dan Tergugat sudah
menikah lagi dengan laki-laki lain;
7. Bahwa anak Penggugat dan Tergugat bernama ANAK KE-1, lahir
tanggal 11 Agustus 2005 dan ANAK KE-2, lahir tanggal 01 Oktober
2011 yang masih memerlukan kasih sayang dan perhatian dari
Penggugat sebagai bapak kandungnya, sedangkan Tergugat tidak
bertanggung jawab dengan anak-anak Penggugat dan Tergugat dan
Tergugat sudah menikah lagi dengan laki-laki lain, maka apabila
gugatan ini dikabulkan Penggugat mohon untuk ditetapkan hak
pengasuhan dan pemeliharaan anak Penggugat dan Tergugat tersebut
85
kepada Penggugat sebagai ayah kandungnya sampai anak-anak
tersebut dewasa atau mandiri.
Majelis Hakim Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang
dalam putusannya menyatakan mengabulkan permohonan Pemohon,
dan menyatakan pemeliharaan dua orang anak yang lahir dari
perkawinan Penggugat dengan Tergugat yang bernama ANAK KE-1,
lahir tanggal 11 Agustus 2005 dan ANAK KE-2, lahir tanggal 01
Oktober 2011 dipelihara oleh Penggugat, serta membebankan biaya
perkara menurut hukum.14
Dalam kasus ini penulis melihat pertimbangan-pertimbangan
Majelis Hakim sangat relevan, sebagaimana tersebut di atas Majelis
Hakim mempertimbangkan ketentuan hak pengasuhan anak jika dilihat
dari segi normatif “bahwa anak yang belum berumur 12 tahun (belum
mumayyiz) adalah hak asuh pada ibunya“, namun berdasarkan
Yurisprudendi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 110
K/AG/007 tanggal 7 Desember 2007 yang pada pokoknya menyatakan
bahwa mengenai pemeliharaan anak, bukan dilihat semata-mata dari
siapa yang paling berhak, akan tetapi yang harus dilihat dan
dikedepankan adalah kepentingan yang terbaik bagi anak. Fakta yang
terungkap di persidangan bahwa anak yang bernama ANAK KE-1
ketika ikut bersama Tergugat, kurang terurus, korengan, di sekolah
suka diam dan melamun, sehingga nilai ulangan sekolahnya menurun,
hal ini menunjukkan kekurang mampuan Tergugat selaku ibu
14
Dokumentasi, Putusan Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjungkarang, tahun 2014.
86
kandungnya melaksanakan fungsinya sebagai ibu untuk merawat dan
mengasuh lebih - lebih setelah Tergugat menikah lagi dengan laki-laki
lain. Sementara ketika anak ikut bersama Penggugat anak tersebut
terusus dengan baik, ada kemajuan dalam belajarnya, PR dikerjakan
dengan bimbingan dari Penggugat selaku ayah kandungnya dan
prestasi sekolahnya makin bagus hal ini terlihat dari hasil ulangan
semester kemarin. Penulis juga melihat dari pertimbangkan
Psycologis anak, dan kenyamanan anak juga kepentingan yang terbaik
bagi anak dalam memutus perkara ini sudah tepat.
3. Perkara Nomor 0780/Pdt.G/2014/PA.Tnk.
Pengadilan Agama Tanjungkarang yang memeriksa dan mengadili
perkara perdata tertentu pada tingkat pertama dalam pe rsidangan
Majelis telah menjatuhkan putusan dalam perkara pengasuhan anak
antara:
PENGGUGAT, umur 33 tahun, Agama Islam, Pendidikan S.1,
Pekerjaan Karyawan Swasta, bertempat tinggal di Kota Bandar Lampung,
disebut sebagai Penggugat. TERGUGAT, umur 36 tahun, Agama Islam,
Pendidikan S.1, Pekerjaan PNS, Tempat tinggal di Kecamatan Buay
Bahuga Kabupaten Way Kanan, disebut sebagai Tergugat.15
Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan hak Pengasuhan
anak dengan suratnya tanggal 11 Agustus 2014 dan telah didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Agama Tanjungkarang dengan register Nomor:
15
Dokumentasi Putusan Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang.
87
0780/Pdt.G/2014/PA-Tnk, tanggal 12 Agustus 2014 setelah diperbaiki
posita dan petitumnya sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat dengan Tergugat adalah suami isteri sah yang
nikahnya dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2005 di rumah orang tua
Tergugat dengan wali nikah ayah kandung Penggugat mas kawin
berupa emas 2,5 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai yang
dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Cidadap sebagaimana bukti berupa Duplikat Kutipan Akta
Nikah Nomor : 340/08/VII/2005, tertanggal 04 Juli 2005, yang
dikeluarkan oleh KUA Cidadap Bandung Jawa Barat.
2. Bahwa dalam perkawinan Penggugat dengan Tergugat tersebut telah
dikaruniai 2 orang anak bernama :
1. ANAK KE-1, umur 9 tahun.
2. ANAK KE-2, umur 7 tahun.
Anak-anak tersebut sekarang bersama Penggugat;
3. Bahwa kemudian pada tanggal 12 Maret 2014 antara Penggugat dan
Tergugat telah terjadi perceraian berdasarkan Putusan Pengadilan
Agama Tanjungkarang Nomor : 0925/Pdt.G/2013/PA.Tnk, tanggal 05
Desember 2013 dengan Akta Cerai Nomor : 0190/AC/2014/PA.Tnk
tanggal 12 Maret 2014.
4. Bahwa selama dalam pengasuhan Penggugat anak-anak tersebut
dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.
5. Bahwa Penggugat bertanggung jawab dan sayang kepada anak-anak
Penggugat dan Tergugat tersebut dan Penggugat mempunyai
88
pekerjaan sebagai Karyawan Swasta PT.Bukit Randu Sentosa di
Bandar Lampung, sedangkan Tergugat sebagai Pegawai Negeri Sipil
di Pemda Way Kanan, tidak memberikan nafkah anak dan keperluan
sekolah dan juga pernah membawa anak – anak secara paksa pada
tahun 2013 tanpa sepengetahuan Penggugat.
6. Bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat bernama ANAK KE-1,
umur 9 tahun dan ANAK KE-2, umur 7 tahun yang masih
memerlukan kasih sayang dan perhatian dari Penggugat sebagai ibu
kandungnya, sedangkan Tergugat kurang bertanggung jawab terhadap
nafkah anak-anak dan kurang kasih sayang dan Perhatian kepada
anak-anak Penggugat dan Tergugat, maka apabila gugatan ini
dikabulkan Penggugat mohon untuk ditetapkan hak pengasuhan dan
pemeliharaan anak-anak Penggugat dan Tergugat tersebut kepada
Penggugat sebagai ibu kandungnya sampai anak-anak tersebut
mumayyiz atau sekurang-kurangnya berumur 12 tahun.16
Majelis Hakim Pengadilan Agama dalam keputusannya,
Mengabulkan gugatan Penggugat, menetapkan pemeliharaan Kedua
orang anak yang lahir dari perkawinan Penggugat dan Tergugat yang
bernama ANAK KE-1, umur 9 tahun dan ANAK KE-2, umur 7 tahun
dipelihara oleh Penggugat sebagai Ibu Kandungnya sampai anak-anak
tersebut mumayyiz atau sekurang-kurangnya berumur 12 tahun, dan
membebankan biaya perkara kepada Penggugat.
16
Dokumentasi , Pemgadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang, tahun 2014. h. 3.
89
Dalam kasus ini penulis melihat pertimbangan-pertimbangan
hakim sudah tepat, dimana dijelaskan dalam ketentuan hak asuh dalam
Islam karena anak yang kedua Pemohon dan Termohon belum mumayyiz
seperti yang diatur dalam 105 KHI huruf a yang menjelaskan :
“Dalam hal terjadi perceraian, pemeliharaan anak yang belum mumayyiz
atau belum berusia 12 tahun adalah hak ibunya.17
Meskipun anak
tersebut sudah ditetapkan dalam asuhan Penggugat, maka Tergugat selaku
ayah kandungnya mempunyai hak untuk bertemu, berkomunikasi dan
berjumpa sewaktu-waktu dengan kedua anak tersebut, apabila dibutuhkan
oleh Tergugat, guna memberikan kasih sayang terhadap anak – anaknya.
17
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum .h. 33.
Top Related