Rekayasa Pelabuhan
BAB III
ANALISA PERENCANAAN PELABUHAN
A. PERENCANAAN GUDANG
Gudang digunakan untuk menyimpan barang sebelum bisa diangkut oleh
kapal, atau setelah dari kapal dan menunggu pengangkutan barang ke daerah yang
dituju. Gudang dibedakan atas gudang tertutup (storage) dan gudang terbuka,
biasanya disebut lapangan penumpukan (open storage).
A.1. Sirkulasi barang ekspor/impor pada bulan sibuk
A.1.1. Prosentase Barang Ekspor/Impor Indirect
Untuk penanganan bongkar muat General Cargo biasanya melalui angkutan
langsung, melalui gudang dan melalui lapangan penumpukan. Pada angkutan
langsung (direct), barang yang telah dibongkar dari kapal selanjutnya dapat
dimasukkan dan diangkut langsung dengan menggunakan truk, dan dengan bantuan
forklift dan tenaga buruh, yang selanjutnya langsung dibawa ke tempat tujuan. Tetapi
apabila barang tersebut tidak memungkinkan untuk langsung dibawa, maka barang
tersebut bisa langsung dimasukkan ke dalam gudang transit (undirect) atau biasa
disebut juga gudang lini I, yang berada dibelakang dermaga.
Berdasarkan penjelasan diatas, pergerakan barang yang akan dimuat ke kapal
atau bongkar dari kapal, dalam pelaksanaannya bisa secara langsung (direct) dan
tidak langsung (undirect).
Tabel 3.1. Persentase Bongkar / Muat Per Tahun
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013
Bongkar (%) 30 56 65 55 77
Muat (%) 70 44 35 45 23
Pada suatu pelabuhan, kondisi idealnya adalah jumlah barang yang masuk
(bongkar) sama dengan jumlah barang yang keluar (muat). Sehingga persentase muat
berbanding persentase bongkar adalah seimbang yaitu 50% : 50%.
Dari data yang ada, kita ketahui bahwa persentase yang paling mendekati
persentase ideal adalah pada tahun 2012, dimana persentase bongkar berbanding
persentase muat adalah 55% : 45%.
Rekayasa Pelabuhan
Dengan demikian untuk perencanaan selanjutnya akan diambil persentase
paling optimum yang berada diantara rentang tersebut yaitu 50% untuk bongkar dan
50% untuk bongkar muat.
Jadi, waktu pelayanan kapal di dermaga dapat direncanakan sebagai berikut :
Waktu yang tersedia untuk 1 unit kapal adalah 24 jam
Waktu untuk kapal siap sandar dan siap berlayar adalah 1 jam
Waktu untuk bongkar muat adalah 23 jam
Waktu bongkar = 50% x 23 = 11,5 jam
Waktu muat = 50% x 23 = 11,5 jam
Untuk sirkulasi barang, data yang digunakan dari data hasil estimasi dan data
persentase optimum untuk kunjungan kapal diketahui yaitu sebesar 10,684%.
Barang yang dibongkar
Impor = 10.751 ton/tahun
Pergerakan barang yang terjadi pada bulan optimum adalah :
10.751 x 10,684% = 1.149 ton
Jumlah pergerakan yang terjadi di dalam 1 hari pada bulan optimum adalah :
1.149 ton : 30 hari = 38 ton/hari
Barang yang dimuat
Ekspor = 20.159 ton/tahun
Pergerakan barang yang terjadi pada bulan optimum adalah :
20.159 x 10,684% = 2.154 ton
Jumlah pergerakan yang terjadi di dalam 1 hari pada bulan optimum adalah :
2.154 ton : 30 hari = 72 ton/hari
Tabel 3.2. Peersentase Barang Direct dan Indirect
No Klasifikasi Jmlh Cargo
Ton/hari
Direct Indirect
% Ton/hari % Ton/hari
1 Bongkar (impor) 38 55 21,06 45 17,23
2 Muat (ekspor) 72 55 39,49 45 32,31
A.1.2. Prosentase Barang Ekspor/Impor untuk Open Storage dan Storage
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk penanganan barang-
barang General Cargo mempunyai fasilitas yang disebut gudang. Gudang dibedakan
atas gudang tertutup (storage) dan gudang terbuka (open storage).
Rekayasa Pelabuhan
Gudang untuk menyimpan barang-barang yang baru saja diturunkan dari
kapal dan yang akan dimuat ke kapal, sehingga barang terlindungi dari hujan dan
terik matahari. Untuk barang yang tidak terlalu memerlukan perlindungan dapat
ditempatkan pada lapangan penumpukan. Gudang hanya menyimpan barang-barang
untuk sementara waktu sambil menunggu pengangkutan lebih lanjut ke tempat tujuan
akhir.
A.2. Luasan gudang
Ada 2 macam gudang :
a. Gudang Tertutup
Gudang tertutup digunakan untuk menyimpan barang-barang yang mudah
merusak atau tidak tahan terhadap perubahan cuaca. Untuk mencari luas gudang
digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana : b = faktor kelonggaran (1,5 – 2)
q = jumlah bongkar muat/tahun
t = waktu transit (3 hari)
P = faktor masa puncak
d = daya dukung lantai diambil 20 ton/m
Th = jumlah hari dalam 1 tahun (365 hari)
Jadi luasan gudang tertutup sebagai berikut :
L =
= ½ L
= 11,05 m2
L
Atau dicoba L = 5, maka
L = L x ½ L = 5 x ½ 5 = 12,5 m2
(gunakan luas gudang 12,5 m2)
Rekayasa Pelabuhan
b. Gudang terbuka
Gudang terbuka digunakan untuk barang-barang yang cukup kuat dari gangguan
cuaca luar seperti panas, hujan, suhu, misalnya peti kemas (conteiner).
Sesuai buku perencanaan pelabuhan oleh Soedjono Kramadibrata hal 281 tabel
9.2 untuk peti kemas diambil kapasitas terbesar = 30 ton.
Tabel 3.1. Ukuran Pokok Peti kemas
KapasitasL (ft) W (ft) H (ft) (ton)
40 ft container 40 8 8 3030 ft container 29,825 8 8 2520 ft container 19,105 8 8 2010 ft container 9,925 8 8 10
PenyebutanDimensi
Jumlah bongkar muat dalam 3 hari = 3 x 17,23 ton
= 51,69
Jumlah peti kemas = 51,69/30
= 1,7 buah 2 buah
Luas yang diperlukan = 2 x 28 = 56 m2
dengan dimensi yang diambil = L x ½ L
= 11 m x 5,5 m = 60,5 m2
Jadi, luas gudang (A) adalah
A = Luas gudang tertutup + luas gudang terbuka
= 12,5 + 60,5
= 73 m2
A.2.1. Lamanya Barang di Gudang
Lamanya barang general Cargo masuk ke dalam gudang minimal 1 (satu) hari.
Sedangkan waktu maksimal didalam gudang selama 30 hari, dan dipungut biaya sewa
gudang. Dalam hal ini yang sangat berperan atas lamanya barang digudang adalah
pihak Bea dan Cukai. Jangka waktu 30 hari yang disediakan dianggap cukup untuk
memberi kesempatan kepada yang berkepentingan untuk segera mengeluarkan barang
tersebut, agar tidak mengganggu kelancaran arus barang di pelabuhan khususnya di
dalam gudang. Bila sampai waktu yang telah ditentukan barang tersebut belum
dikeluarkan, maka oleh pejabat Bea dan Cukai segera diberitahukan secara tertulis
Rekayasa Pelabuhan
kepada pemilik barang bahwa barang tersebut akan dilelang jika tidak diselesaikan
dalam jangka waktu 60 hari sejak disimpan di dalam gudang.
Luasan gudang yang ada diketahui 73 m2
Kapasitas daya dukung gudang sebesar 2 ton/m2 (asumsi)
Barang impor yang masuk ke gudang sebesar 17,23 ton/hari.
Kemampuan gudang dalam 1 hari adalah :
17,23 : 3 = 5,74 m2
Efisiensi luas gudang adalah 85% (asumsi)
Waktu maksimum barang dalam gudang adalah :
= 10 hari
Barang ekspor yang masuk ke gudang sebesar 32,31 ton/hari.
Kemampuan gudang dalam 1 hari adalah :
32,31 : 3 = 10,77 m2
Efisiensi luas gudang adalah 85%
Waktu maksimum barang dalam gudang adalah :
= 5,7 hari, dibulatkan menjadi 6 hari.
A.2.2. Daya Dukung Gudang
Dari sirkulasi barang telah diketahui bahwa barang impor yang masuk ke
gudang sebesar 17,23 ton/hari dan barang ekspor 32,31 ton/hari.
Untuk mengertahui luas kebutuhan gudang pada tahun 2016 adalah :
Barang impor sebesar 17,23 ton/hari.
Kapasitas daya dukung gudang sebesar 2 ton/m2
Lamanya barang impor digudang yaitu 10 hari
Jadi, luasan gudang yang diperlukan adalah :
(10 x 17,23) : 2 ton/m2 = 86,15 m2
Rekayasa Pelabuhan
Barang ekspor sebesar 32,31 ton/hari.
Kapasitas daya dukung gudang sebesar 2 ton/m2
Lamanya barang impor digudang yaitu 6 hari
Jadi, luasan gudang yang diperlukan adalah :
(6 x 32,31) : 2 ton/m2 = 96,93 m2
Jadi total luas gudang untuk tahun 2025 adalah :
86,15 m2 + 96,93 m2
= 183,08 m2
Dalam satu gudang (General Cargo) untuk penumpukan/ pengambilan muatan
terdiri dari muatan ekspor dan muatan impor. Jadi untuk 10 tahun yang akan datang
(2025) diperlukan adanya penambahan luas gudang sebesar 183,08 – 72 = 111,08 m2.
B. PENENTUAN TIPE DAN JUMLAH KAPAL
Dermaga General Cargo di Pelabuhan Kubu merupakan konstruksi dari beton
bertulang yang kokoh dan kuat menahan beban vertikal maupun horizontal (benturan
kapal, angin, arus, dan lain-lain).
Alur pelayaran dan perairan pelabuhan
Fungsi alur pelayaran dalam perencanaan pelabuhan adalah agar dapat
mencapai kedalaman yang sesuai dapat berjalan lancar. Selain itu juga agar terhindar
dari terjadinya benturan antara kapal yang satu dengan kapal yang lainnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan alur pelayaran adalah :
a. Tanah yang dikeruk harus dapat diperhatikan pada pembuatan alur kapal tersebut
tidak boleh melewati batas bidang kritis dan breakwater yang terdapat
disekitarnya, agar breakwater tidak mengalami kelongsoran.
b. Tempat putar kapal berdiameter 1,5 kali panjang kapal maksimum.
c. Adanya alur pelayaran bagi kapal yang masuk dan keluar.
Dari data yang diperoleh berdasarkan peta daerah Pelabuhan Tg. Nipah ini,
diketahui bahwa kedalaman maksimum dalam kolam pelabuhan adalah -1 m DWT.
Jadi, berdasarkan data kedalaman alur perairan tersebut, direncanakan kapal yang
akan melewati adalah kapal dengan bobot 3000 DWT (Berdasarkan tabel 1.1 hal
22,buku Bambang Triatmodjo).
C. PENENTUAN BESARAN DERMAGA DAN TIPE DERMAGA
C.1. Manajemen pelabuhan
C.1.1. Waktu Bongkar Muat Kapal
Rekayasa Pelabuhan
Untuk menentukan waktu pelayanan optimum bagi keperluan bongkar muat
barang, berikut ini akan ditampilkan persentase muat dan persentase bongkar
terhadap total bongkar muat per tahunnya.
% muat atau % bongkar =
Jmlh muat atau jumlah bongkar
X 100%
Total Bongkar Muat
C.1.2. Jumlah Kapal yang Dapat dilayani Dalam Satu Hari
Dalam menentukan banyaknya kapal yang masuk ke pelabuhan dalah periode
1 (satu) tahun, dapat digunakan beberapa asumsi sebagai berikut dan untuk
selanjutnya didapatlah jumlah kapal yang masuk dalam 1 (satu) hari.
1. Asumsi I
Dalam waktu 4 bulan (Mei, Juni, Juli, dan Agustus) pelabuhan disinggahi
kurang lebih 75% dari seluruh kapal yang masuk per tahunnya.
2. Asumsi II
Untuk setiap bulannya + 75% kapal telah masuk ke pelabuhan dalam waktu
10 hari dari total seluruh kapal yang masuk tiap bulannya.
3. Asumsi III
Dari total DWT kapal yang bersangkutan hanya 75% yang melakukan
bongkar muat.
Jumlah barang yang masuk (impor) pada tahun 2015 adalah 8000 ton. Untuk
rencana 10 tahun mendatang dengan tingkat pertumbuhan 2% per tahun, maka
S2025 = 8000 (1 + 0,02)10
= 9751,955 ton
Dengan asumsi kapal masuk 3000 DWT (Berdasarkan tabel 1.1 hal 22,buku
Bambang Triatmodjo), didapat data-data sebagai berikut :
Panjang (Loa) = 92 m
Lebar (B) = 14,2 m
Draft (Dr) = 5,7 m
Rekayasa Pelabuhan
Sehingga :
Jumlah kapal/tahun, setelah pelabuhan dibuka
JKT =
Jumlah Barang pada Tahun Rencana
( 75% x DWT)
JKT = = 8,96 kapal/tahun
Jumlah kapal pada 4 bulan sibuk :
JK4B = JKT x 75% = 8,96 x 0,75 = 7 kapal
Jumlah kapal pada 1 bulan sibuk :
JKB = = = 2 kapal
Jumlah kapal untuk waktu 10 hari
JK10 = = = 1 kapal
Jika pada pelabuhan tersebut, waktu putar untuk setiap pelayanan disebut sebagai
waktu putar (Wp) hari, maka jumlah kapal selama periode waktu putar adalah :
JKwp = Wp x (JK10/10)
= 1 x (1 /10) = 1 kapal/hari
C.2. Tipe Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yag diguakan untuk merapat dan
menambahkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan naik-turunkan
penumpang atau barang. Dibelakang dermaga terdapat halaman cukup luas,
dihalaman dermaga ini terdapat apron, gudang transit, tempat bongkar muat barang
dan jalan. Apron adalah daerah yang terletak antara sisi dermaga dan sisi depan
gudang diman terdapat pengalihan kegiatan angkutan laut (kapal) kekegiatan
angkutan darat (kereta api, truk, dan sebagainya).
Apron digunakan untuk menempatkan barang yang akan dinaikan ke kapal
atau barang yang baru saja diturunkan dari kapal. Lebar apron tergantung pada
Rekayasa Pelabuhan
fasilitas yang ditempatkan di atasnya, seperti jalan untuk truk, alat pengangkut
lainnya seperti forklift, kran mobil, gerobak yang ditarik traktor dan sebagainya.
C.2.1. Kondisi Topografi Pantai / Laut
Dari segi topografi, untuk pemilihan lokasi pelabuhan dipilih dari segi mana
bahan-bahan mudah didapat dengan harga yang relatif murah untuk konstruksi
pelabuhan. Pada sarana komunikasi transportasi dipilih yang paling menguntungkan,
yaitu dekat dengan kota. Serta pada faktor-faktor pengendapan terjadi dari banyaknya
lumpur yang dibawa oleh sungai, dan juga jarak terhadap muara sungai.
C.2.2. Luas Areal Pelabuhan
Ukuran pelabuhan ditentukan oleh jumlah dan ukuran-ukuran kapal yang akan
menggunakannya serta kondisi lapangan yang ada. Dari segi ekonomis, ukuran
pelabuhan harus sekecil mungkin, tetapi harus memungkinkan pengoperasiannya
mudah.
Luas minimum pelabuhan adalah ruang yang diperlukan untuk dermaga
ditambah dengan kolam putar (turnin basin), yang terletak didepannya. Ukuran kolam
putar tergantung pada ukuran kapal dan kemudahan gerak dan berputar kapal, yang
dapat dibedakan dalam 4 macam :
1. Ukuran ruang optimum untuk dapat berputar dengan mudah memerlukan
diameter 4 kali panjang kapal yang menggunakannya.
2. Ukuran menengah ruang putar dengan sedikit kesulitan dalam berputar
mempunyai 2 meter 2 kali dari panjang kapal terbesar yang menggunakannya.
Gerak putaran akan lebih lama dan dapat dilakukan oleh kapal dan bantuan kapal
tunda.
3. Ruang putaran kecil yang mempunyai diameter kurang dari 2 kali panjang kapal.
Gerakan berputar dapat dilakukan dengan menggunakan jangkar dan bantuan
kapal tunda.
4. Ukuran minimum ruang putaran kapal harus mempunyai diameter 20% lebih
panjang dari panjang kapal terbesar yang menggunakanya. Dalam hal ini untuk
membantu perputaran, kapal harus ditambatkan pada 1 titik tetap. Misalnya pada
pelampung, dermaga, atau jangkar.
Diketahui jenis kapal DWT 3000
L = 92 m
Rekayasa Pelabuhan
B = 14,2 m
Draft = 5,7 m
Jarak ujung kapal dengan kapal lain = 15 m
Jarak ujung kapal dengan ujung dermaga = 25 m
Panjang total dermaga (D) :
n = 2 kapal
Lp = n . L + (n – 1).15 + 50
= 2 . 92 + (2 – 1).15 + 50
= 249 m
Dari data yang diketahui, lebar apron untuk dua jalur kendaraan adalah 7,5 m,
sedangkan untuk lebar jalan tersebut adalah 8 m.
d = Lp – (2e)
= 249 – (2 . 8)
= 233 m
Lebar gudang (b) :
b =
=
= 0,95 m
Karena lebar minimum gudang sebesar 30 m, jadi perhitungan lebar gudang tidak
memenuhi syarat tersebut. maka lebar gudang diambil sebesar 30 m.
Lebar dermaga (BD)
Untuk menentukan lebar dermaga secara keseluruhan direncanakan sebagai berikut :
BD = 2a+b
= 2 . 8 + 30
= 46 m
Luas dermaga (AD)
AD = Lp x BD
Rekayasa Pelabuhan
= 249 x 46
= 11.454 m2
C.3. Besaran dan Panjang Dermaga yang dibutuhkan
C.3.1. Tipe Dermaga
Bentuk dermaga dipilih bentuk campuran antara tipe marginal dan finger,
karena dilihat dari bentuk daratannya ada dermaga yang merata disepanjang tepian
daratan, dan ada juga dermaga yang mengharuskan kapal untuk masuk lebih dauh
sedikit ke perairan yang agak menjorok ke daratan.
C.3.2. Jumlah Kapal yang dilayani
Dari hasil perhitungan sebelumnya, didapat bahwa jumlah kapal general cargo
yang merapat dalam 1 hari pada tahun 2028 berjumlah 1 unit kapal.
Hal ini berati bahwa ditinjau dari jumlah dermaga pada saat ini untuk 15 tahun
yang akan datang masih dapat melayani kapal-kapal general cargo yang akan merapat
di dermaga dan akan melakukan kegiatan bongkar muat barang. Selain itu dimensi
dari dermaga itu sendiri juga untuk 15 tahun yang akan datang mungkin akan
diadakan pelebaran untuk bagian gudang, tapi tidak menutup kemungkinan jika
nantinya akan diperlukan pelebaran dermaga. Maka dari itu akan direncanakan pada
pembahasan dibawah ini.
C.4. Fender dan tambatan kapal
Fender
Kapal yang merapat ke dermaga masih mempunyai kecepatan baik yang
digerakan oleh mesinnya sendiri (kapal kecil) maupun ditarik oleh kapal tunda
(untuk kapal yang besar). Pada waktu merapat tersebut akan terjadi benturan antara
kapal dan dermaga. Walaupun kecepatan kapal kecil tetapi karena masanya sangat
besar, maka energi yang terjadi karena benturan akan sangat besar. Untuk
menghindari kerusakan pada kapal dan dermaga karena benturan tersebut maka di
depan dermaga diberi bantalan yang berfungsi sebagai penyerap energi benturan.
Bantalan yang ditempatkan di depan dermaga disebut fender.
V V sin
E2
Rekayasa Pelabuhan
W
s d/2
Pada kecepatan kapal v, maka energi yang timbul akibat benturan adalah :
E = (Ws/2g) . (v . sin )²
Pada kapal besar yang merapat v = 7,5 – 15 cm/dt
Pada kapal kecil v = 30 cm/dt
Jika F adalah resultan gaya fender dan d adalah pergeseran fender, maka didapat
persamaan :
½ . E = ½ . F . d
F . d = (Ws/2g) . (v². sin² )
dimana : F = Gaya benturan yang diserap oleh fender
d = Pergerakan fender
v = Kecepatan kapal arah merapat
Ws = Massa kapal (bermuatan penuh)
= Sudut antara tepi kapal dengan tepi dermaga
g = Gravitasi bumi.
Di samping itu energi yang timbul tergantung juga pada panjang kapal yang
menyentuh dermaga.
E = (Ws/2g) . v2 . k
Dimana : k = 0,45
Diketahui perbedaan pasang surut = 1,27 m, karena relatif besar, maka yang
akan dipakai adalah fender karet tipe bridgestok super arch.
Untuk Kapal Barang General Cargo (3000 DWT)
Diketahui : L = 92 m
B = 14,2 m
Draft = 5,7 m
v = 15 cm/dtk
= 100 sin = 0,1736
Rekayasa Pelabuhan
Sehingga :
Ws = L . B . D .0,774
= 92. 14,2 . 5,7 . 0,774
= 5.763,575 ton
E = (Ws / 2g) . (v. Sin )2
= (5.763,575 / (2 x 9,81)) x (0,15 x 0,1736)2
= 0,2 tm
E = (Ws / 2g) . (v2.k)
= (5.763,575 / (2 x 9,81)) x (0.152 x 0,45)
= 2,974 tm
Diambil E terbesar = 2,974 tm
Energi akibat tekanan angin = 15,7 kg/m
Tinggi kapal diatas permukaan = 4 m
Gaya akibat tekanan angin :
K = 4 . L . 15,7
= 4 . 92 . 15,7
= 5777,6 kg = 5,78 ton
Dicoba fender tipe FV005 1-3, dimana : (berdasarkan tabel B-6, hal 295 buku
Bambang Triatmodjo)
A = 100cm Kop. R = 23 ton
B = 120 cm Energi E = 3 ton
C = 90 cm Luas kotak = 0,262 m2
Maka :
1/d = R/E = 23/3 = 7,67 meter
Energi total yang diserap fender :
Etotal = ½ . [E + (K/(1/d))]
= ½ . [2,974 + (5,78/7,67)]
= ½ . [2,974 + 0,754]
Rekayasa Pelabuhan
= 1,864 tm
Gaya yang timbul = Etotal .(R/E)
= 1,864 . (7,67)
= 14,29 ton
Fender cukup kuat menahan tumbukan 19,29 < R = 23 ton..........oke
TAMBATAN KAPAL
Untuk kapal yang telah merapat pada dermaga perlu ditambat dengan tali
tambat kapal tujuan, dan tambatan kapal ini adalah jika kapal telah merapat tidak lagi
goyang oleh pengaruh tiupan angin dan pengaruh gelombang, sehingga kapal dapat
melakukan bongkar muat dengan aman. Tipe tambatan kapal adalah Tipe Bollard.
Untuk kolam dengan 3000 DWT = Kapal Barang (General Cargo)
Diketahui : L = 92 m
s B = 14,2 m
Draft = 5,7 m
v = 15 cm/dtk
= 100 sin = 0,1736
Gaya tekan angin > pada saat kapal kosong diperkirakan h = 5 m diatas muka
air.
Tekanan air = 15,7 kg/m2
SF = 1,5 (sebagai koreksi untuk kapal sebenarnya)
Jadi :
Tekanan angin (K) = L . Tekanan Air . h . SF
= 92 . 15,7 . 5 . 1,5
= 10.833 kg
Jarak tambatan diambil 25 m
tg = (1/2 . B)/25
= (1/2 . 14,2)/25
Rekayasa Pelabuhan
= 0,284 sin = 0,273
k1 = k2 = (1/2 P)/sin
10.833 = (1/2 . P)/0,273
10.833 = 1,832P
P = 5913,21 kg = 5,91 ton
Tipe Bollrad dimensi diketahui :
h = 60 cm = 0,6 m
e = 40 cm = 0,4 m
d = 90 cm = 0,9 m
W = 1/6 . d . h2
= 1/6 . 0,9 . 0,62
= 0,054 m3
Kontrol Tegangan Beton
M/W = (P.e)/W
= (5,91. 0,4)/0,054
= 43,78 t/m2
= 4,378 kg/cm2 < = 75 kg/cm2
Menentukan diameter baut :
T = M/h
= (P.e)/h
= (5,91 . 0,4)/0,6
= 3,94 ton
= 3940 kg
Setiap baut menerima gaya = 1/3 T
= 1/3 x 3940
Rekayasa Pelabuhan
= 1.313,33 kg
¼ . . d2 = 1/3 . T/baut
¼ . . d2 = 1.313,33 /1.600
¼ . . d2 = 0,82
d2 = 1,04
d = 1,02, maka dipakai baut diameter 1/2” = 1,270 cm