20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaboratif,
artinya peneliti berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru kelas 4 SDN Dukuh
03 Kecamatan Sidomukti tahun pelajaran 2015/2016. Guru dan peneliti
mendiskusikan permasalahan penelitian dan menentukan rencana tindakan.
Penelitian juga dilakukan secara partisipasif, artinya peneliti dengan dibantu rekan
seangkatan secara langsung terlibat dalam penelitian.
3.1.2 Setting Penelitian dan Sumber Data
Setting penelitian adalah setting kelas dan kelompok, pelaksanaan
penelitian dan pengambilan data diperoleh pada saat proses kegiatan pembelajaran
yang berlangsung di dalam kelas. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah
siswa, guru, hasil observasi selama pelaksanaan tindakan di kelas, catatan
lapangan, hasil belajar siswa, hasil wawancara dengan siswa dan guru, serta hasil
tes. Penelitian dilaksanakan di SDN Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota
Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Waktu penelitian disesuaikan
dengan kalender akademik sekolah agar dapat terlaksana secara efektif dan
efisien. Berikut rincian waktu penelitian disajikan dalam Tabel 31.
Tabel 3.1 Setting (Alokasi Waktu Penelitian)
No Keterangan Tanggal
1 Observasi 18 Januari 2016
10 Melakukan uji validitas soal tes siklus 1 di SD Negeri
Dukuh 03 1 April 2016
11 Melakukan uji validitas soal tes siklus 2 di SD Negeri
Dukuh 03 2 April 2016
12 Melaksanakan tindakan pertemuan 1 siklus 1 di SD
Negeri Dukuh 03 29 April 2016
13 Melaksanakan tindakan pertemuan 2 siklus 1 di SD
Negeri Dukuh 03 30 April 2016
14 Melaksanakan tindakan pertemuan 1 siklus 2 di SD
Negeri Dukuh 03 4 mei 2016
15 Melaksanakan tindakan pertemuan 2 siklus 2 di SD
Negeri Dukuh 03 5 mei 2016
Sumber. Olahan data primer
21
3.1.3 Subyek Penelitian
Tempat penelitian yang penulis lakukan adalah pada kelas 4 SD Negeri
Dukuh 03 Kota Salatiga Semester II tahun pelajaran 2015 - 2016. Jumlah siswa
kelas 4 SD Negeri Dukuh 03 berjumlah 26 orang yang terdiri dari 11 siswa laki-
laki, dan 15 perempuan.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki dua variabel yang diteliti, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat.
a. Variabel Bebas
Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education ) merupakan
variabel tindakan atau disebut variabel bebas. Pembelajaran RME (Realistic
Mathematics Education ) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari
hal-hal yang „real„ bagi siswa, menekankan keterampilan „procces of doing
mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas
sehingga mereka dapat menemukan sendiri (‘student inventing„ sebagai kebalikan
dari‘teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk
menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan
ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator
sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan, melatih nuansa demokrasi dengan
menghargai pendapat orang lain.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar. Hasil belajar di
sini dapat diartikan sebagai keberhasilan seorang siswa dalam menguasai bahan
atau materi yang telah diajarkan dan dapat mencapai nilai yang ditentukan. Hasil
belajar tersebut dapat diketahui melalui tes tertulis pilihan ganda yang diberikan
setelah proses pembelajaran selesai. Pencapaian hasil belajar dapat diketahui
dalam bentuk nilai.
22
3.3 Desain Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari model Suharsimi
Arikunto dalam Paizaluddin dan Ermalinda (2012:33), yaitu (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Langkah pada siklus berikutnya
adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa
identifikasi permasalahan. Adapun tahap-tahap model penelitian tindakan kelas
ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3. 1 Bagan PTK Model Suharsimi Arikunto (Paizaluddin dan
Ermalinda, 2012:
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS I
SIKLUS 2
?
23
Pelaksanaan penelitian didesain dalam 2 siklus dan masing-masing siklus
pelaksanaan melalui 4 tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
dan refleksi.
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat RPP dengan identitas mata pelajaran,
kelas, semester dan alokasi waktu. Komponen RPP terdiri dari aspek, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, skenario pembelajaran, metode, pendekatan, sumber belajar, jenis
penilaian, dan dilengkapi dengan lampiran RPP berupa uraian materi
pembelajaran dan instrumen penilaian.
Pelaksanaan Tindakan dan observasi
Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti berkolaborasi dengan guru
kelas 4 SDN Dukuh 03. Ada dua siklus pada penelitian ini. Siklus 1 diadakan dua
kali pertemuan dan Siklus 2 akan dilaksanakan dua kali pertemuan. Setiap
pertemuan satu selesai peneliti harus merencanakan kembali tindakan-tindakan
yang dilakukan guna untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan. Pada
saat proses pembelajaran dengan pembelajaran RME (Realistic Mathematics
Education ). Penelitian mengamati aktivitas yang sedang berlangsung dan
membantu terlaksananya pembelajaran.
Kegiatan observasi ini dilakukan pada saat tindakan diterapkan dalam
kelas, sehingga antara pelaksanaan tindakan dan pengamatan berlangsung dalam
waktu yang sama. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam bentuk kolaborasi. Jika
peneliti telah berperan sebagai pelaksana tindakan maka yang melakukan
pengamatan adalah guru kelas. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara
pengamatan terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung, wawancara,
kuesioner atau cara lain yang sesuai dengan data yang dibutuhkan.
Kegiataan pembelajaran pada Siklus 1 adalah sebagai berikut:
3.3 Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian dalam bentuk siklus dan dilakukan secara
berulang dan berkesinambungan. Dimana pada setiap siklus terdiri dari empat
24
tahapan, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap
refleksi.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan peralatan yang mendukung proses
pembelajaran. Dalam persiapan ini, peneliti menentukan penggunaan model
pembelajaran tipe RME (Realistic Mathematics Education) pada mata pelajaran
Matematika. Sebagai bahan penelitian selanjutnya, guru memilih materi
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan
kepada siswa, menentukan indikator dan tujuan pembelajaran, merancang media
dan alat peraga, pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan
karakteristik siswa dan merumuskan alat evaluasi kemudian dituangkan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Tahap Pelaksanaan
Siklus I.
1. Tahap Perencanaan Tindakan (planning) Pada tahap ini guru :
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran matematika
dengan KD : 6.3. Menjumlahkan pecahan.
Menyiapkan media/alat peraga pembelajaran yang dibutuhkan.
a. Membuat lembar observasi.
b. Menyiapkan soal tes dan lembar penilaian.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap ini guru :
a. Kegiatan awal
b. Kegiatan Inti
c. Kegiatan Akhir
d. Evaluasi
3. Tahap Observasi (Observing) Pada tahap ini guru :
a. Memonitor kegiatan siswa secara individu maupun kelompok
b. Membantu siswa jika menemui kesulitan
c. Memberikan penilaian proses terhadap kegiatan siswa.
4. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini guru :
a. Membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran
25
b. sebagai dasar perlu atau tidak melaksanakan siklus kedua. Jika pada siklus I
belum menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran
matematika materi “pebjumlahan dan pengurangan pecahan”dengan
menggunakan model pembelajaran tipe RME (Realistic Mathematics
Education) maka perlu dilanjutkan dengan siklus II. Adapun tahapan pada
Siklus II adalah sebagai berikut:
Siklus II
1. Tahap Perencanaan Tindakan (planning) Pada tahap ini guru :
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran matematika
dengan KD : 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
a. Menyiapkan media/alat peraga pembelajaran yang dibutuhkan
b. Membuat lembar observasi
c. Menyiapkan soal tes dan lembar penilaian
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap ini guru :
a. Kegietan awal
b. Kegiatan Inti
c. Kegiatan Akhir
d. Evaluasi
3. Tahap Observasi (Observing) Pada tahap ini guru :
a. Memonitor dan membantu siswa jika menemui kesulitan
b. Membantu siswa jika menemui kesulitan
c. Memberikan penilaian proses terhadap kegiatan siswa.
4. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini guru :
a. Membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran
b. sebagai dasar perlu atau tidak melaksanakan siklus kedua. Jika pada siklus I
belum menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran
matematika materi “penjumlahan dan pengurangan pecahan” dengan
menggunakan model pembelajaran tipe RME (Realistic Mathematics
Education)
26
3.Tahap Observasi
Observasi dilakukan oleh observer secara kolaboratif pada saat
pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.
Semua temuan dicatat oleh observer sebagai bahan penelitian. Adapun hal-hal
yang diamati dalam kegiatan tersebut adalah mengenai RPP, LKS, lembar
observasi guru, dan lembar observasi siswa, pada saat proses pembelajaran
matematika dengan menggunakan model tipe RME (Realistic Mathematics
Education) yang dilaksanakan oleh peneliti. Selain itu, diamati juga pemahaman
siswa tentang materi pembelajaran tersebut, apakah lebih baik ataukah sebaliknya.
Dengan demikian, pelaksanaan observasi merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mengenali, mencatat, dan mendokumentasikan setiap tindakan dari proses
dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti.
Refleksi
Observer secara kolaboratif melakukan refleksi melalui data-data yang
diperoleh dari lembar pengamatan, bukti dokumen dan hasil belajar siswa yang
diamati dan dianalisis oleh observer. Berdasarkan data-data tersebut apakah
pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran sudah mampu mencapai semua
indikator yang sudah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran, ataukah belum
mampu mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Jika dalam pelaksanaan
pembelajaran pada siklus satu ditemukan beberapa kekurangan-kekurangan
seperti siswa kurang aktif, dan hasil belajar siswa tidak meningkat pada
pembelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan model pembelajaran tipe
RME (Realistic Mathematics Education) tersebut, maka perlu adanya komunikasi
antara peneliti dan observer untuk memecahkan permasalahan jika nilai yang
diperoleh masih di bawah nilai yang diharapkan. Salah satu langkah yang bisa
dilakukan adalah dengan mengadakan perbaikan proses pembelajaran pada siklus
dua dan seterusnya, dimana pada akhir pembelajaran dilakukan uji kopetensi
(Tes) yang telah disiapkan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran bahasa indonesia dengan
menggunakan model tipe RME (Realistic Mathematics Education) yang
diharapkan dapat mencapai nilai target yang ditentukan.
27
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik tes dan non tes. Tes adalah suatu cara
yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan penggunaan
pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education ). Sedangkan teknik non tes
berupa lembar observasi, yang digunakan dengan tujuan untuk mengetahui
tindakan guru dan respon siswa dengan menggunakan pembelajaran RME
(Realistic Mathematics Education ).
3.5. Instrument Pengumpulan Data
3.5.1 Variabel Bebas
Dalam proses mengamati pembelajaran RME (Realistic Mathematics
Education ), peneliti menggunakan teknik observasi. Observasi dapat digunakan
untuk mengamati tindakan guru dalam menerapkan pembelajaran RME (Realistic
Mathematics Education ) dan kondisi siswa saat menerima pembelajaran. Dalam
menggunakan teknik observasi cara yang paling efektif adalah melengkapi dengan
lembar observasi sebagai instrument. Lembar observasi digunakan untuk
mengetahui kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru dalam mengikuti
pembelajaran melalui pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education ).
Selain observasi, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
tindakan guru dan kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran RME (Realistic
Mathematics Education ) yaitu dokumentasi. Dokumentasi yang digunakan
berupa Lembar Soal dan daftar nilai siswa. Dokumen digunakan untuk
melengkapi analisis data kualitatif.
28
Tabel 3. 2
Kisi-Kisi Observasi Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education )
Aspek Indikator
Melakukan
kegiatan
pendahuluan
1) Mengecek kehadiran siswa
2) Guru memberikan apersepsi
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator
keberhasilan
4) Menyampaikan rencana kegiatan pertemuan hari ini
5) Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil
Eksplorasi,
Elaborasi,
Konfirmasi
6) Guru menyampaikan materi pelajaran
7) Guru menyiapkan beberapa soal realistik (ada kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari) yang akan dikerjakan siswa
secara informal atau coba-coba karena langkah penyelesaian
formal untuk menyelesaikan soal tersebut belum diberikan.
8) Guru memeriksa hasil pekerjaan siswa dengan berprinsip pada
penghargaan terhadap keberagaman jawaban dan kontribusi
siswa .
9) Guru menyuruh siswa untuk menjelaskan temuannya di depan
kelas.
10) Dengan tanya jawab, guru mungkin perlu mengulang jawaban
siswa terutama jika ada pembiasan konsep.
11) Guru baru menunjukkan langkah formal yang diperlukan
untuk menyelesaikan soal tersebut. Bisa didahului dengan
penjelasan tentang materi pendukungnya.
Melakukan
kegiatan penutup
12) Guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan
pembelajaran dengan mengacu pada hasil pembelajaran
Realistic Mathematics Education
13) Siswa mengerjakan tugas yang diberiakan guru sebagai proses
penilaian pembelajaran.
Sumber. Olahan data primer
3.5.2 Variabel Terikat
Pada pengumpulkan variabel hasil belajar ini digunakan teknik tes.
Menurut Purwanto (2008: 63) “tes merupakan instrumen alat ukur untuk
pengumpulan data di mana dalam memberikan respons atas pertanyaan harus
mengeluarkan kemampuan yang dimiliki peserta tes.” Tes yang digunakan adalah
tes hasil belajar. Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan karena mengukur
penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Tes diujikan setelah
akhir Siklus 1 dan akhir Siklus 2 untuk mengukur hasil belajar siswa matematika
kelas 4 SDN Dukuh 03. Instrumen yang digunakan adalah lembar soal, kunci
jawaban, pedoman penilaian dan rubrik penilaian. Dokumentasi juga digunakan
untuk memperkuat data yang diperoleh dari tes hasil belajar. Dokumen yang
dipakai adalah lembar soal siswa dan daftar nilai siswa.
29
Tes Hasil Belajar Siswa
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari kenaikan nilai siswa. Kenaikan
ini dapat di ukur menggunakan tes. Berikut ini akan dipaparkan kisi-kisi tes hasil
belajar siswa.
Tabel 3.3
Kisi-kisi tes hasil belajar Siklus 1
Standar
Kopetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator Item Tes
6. Menggunakan
pecahan dalam
pemecahan
masalah
6.3.Menjumlahkan
pecahan
1.penjumlahan pecahan biasa
dengan berpenyebut sama
1, 2, 16, 19,
3, 5,6
penjumlahan pecahan biasa
dengan berpenyebut tidak
sama
4,7, 8,17, 8,
13,14,15
pengurangan pecahan biasa
dengan berpenyebut sama
20,9,16,17, 18,10,
11,12
pengurangan pecahan biasa
dengan dengan berpenyebut
tidak sama
18,19,20,21
,22,23,24,25
Sumber. Olahan data primer
Tabel 3. 4
Kisi – Kisi Tes Hasil Belajar Siklus 2
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Item Tes
6. Menggunakan
pecahan dalam
pemecahan
masalah
6.5Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan denagan
pecahan.
1. penjumlahan
pecahan yang
melibatkan masalah
sehari-hari.
,6,9,11,8,3,7,10,12,1
8,20,21,22,25
2. pengurangan pecahan
yang melibatkan
masalah sehari-hari.
1,2,3,5,7,10,13,15,1
6,17,4,8,14,19,23,24
Sumber. Olahan data primer
3.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Instrumen yang disusun berdasarkan kisi-kisi yang dibuat sebelumnya
digunakan dalam rangka pengambilan data terhadap kedua instrumen tersebut
dengan melakukan uji coba (try out) untuk menguji reliabilitas dan validitas soal.
Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal.
Namun, hal ini tidak berarti bahwa menggunakan instrument yang telah valid dan
reliabel, otomatis hasil penelitian menjadi valid dan reliabel, hal ini masih akan
30
dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti, dan kemampuan orang yang
menggunakan instrumen. (Sugiyono 2016:348).
a. Uji Validitas
Validitas yaitu ketepatan yang dimilik oleh sebutir item untuk mengukur
apa yang seharusnya, Wardani Naniek Sulistya dkk dalam dalam (sudijono, A.
2001). Sebutir aitem dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau
valid, jika skor pada butir aitem yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau
kesejajaran arah dengan skor totalnya atau dengan bahasa stastistik, ada korelasi
positif yang signifikan antara skor aitem dengan skor totalnya. Walaupun semakin
tinggi mendekati angka 1,00 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya, namun
pada kenyataannya suatu koefisien validitas tidak pernah mencapai angka 1,00.
Sebagai ancar-ancar jika jumlah siswa 30 atau lebih, penafsiran validita yang
mendasarkan koefisien korelasi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.5 sebagai
berikut:
Tabel 3.5
Rentang Indeks Validasi
No Indeks Interpretasi
1 0,81 - 1,00 Sangat Tinggi
2 0,61 - 0,80 Tinggi
3 0,41 - 0,60 Cukup
4 0,21 - 0,40 Rendah
5 0,00 - 0,20 Sangat Rendah
Sumber: Wardani Naniek Sulistya dkk (2014)
Validitas tes pada dasarnya sama saja dengan validitas soal, Uji validitas
menggunakan alat analisis SPSS for windows versi 17, sebagai alat untuk
menguji tingkat validitas instrumen dapat dilihat angka pada Corrected Item-Total
Correlation yang merupakan korelasi antar skor item dengan skor total. Hasil uji
validitas butir soal tersaji pada Tabel 3.6 sebagai berikut:
Tabel 3.6
Hasil Validasi Butir Soal Evaluasi Siklus 1
Analisis Data No Item Soal Evaluasi Siklus 1
Instrumen Valid Instrum en tidak Valid
Analisis 1 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,1
5,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25
3,9,13,14
Analisis 2 1,2,4,5,6,7,8,10,11,12,15,16,17,18
,19,20,21,22,23,24,25
-
Sumber. Olahan data primer
31
Berdasarkan tabel output 3.6 menunjukan bahwa dari 25 butir soal terdapat
4 soal pada analisis pertama yang kurang dari 0,41 yaitu nomor 3,9,13,14.
Sedangkan pada analisis kedua tidak terdapat soal yang tidak valid, sehingga
terdapat 21 soal yang valid yaitu (1,2,4,5,6,7,8,10,11,12,15,16,17,18,19,20,21,22,
23,24,25) karena semuanya >0,41.
Tabel 3.7
Hasil Validasi Butir Soal Evaluasi Siklus 2
Analisis Data No Item Soal Evaluasi Siklus 2
Instrumen Valid Instrumen tidak Valid
Analisis 1 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,1
7,18,19,20,21,22,23,24,25
1
Analisis 2 2,3,4,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18
,19,20,21, 23, 25
5,22,24
Analisis 3 2,3,4,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18
,19,20,21, 23, 25
-
Sumber. Olahan data primer
Berdasarkan tabel output 3.7 menunjukan bahwa dari 25 butir soal
terdapat 1 soal pada analisis pertama yang kurang dari 0,41 yaitu nomor 1,
selanjutnya pada analisis kedua ditemukan 3 soal yang tidak valid yaitu nomor
5,22,24. Sedangkan pada analisis ketiga tidak terdapat soal yang tidak valid,
sehingga terdapat 21 soal yang valid yaitu (2,3,4,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,
18,19,20,21,21,23,25) karena semuanya >0,41.
b. Uji Reliabilitas
Wardani Naniek Sulistya dkk, (2014:344-346) mengemukakan.
Reliabilitas (ajeg) tes adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil
pengukuran yang konstan atau ajeg. Tujuan utama menghitung reliabilitas skor
tes adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan (precision) dan keajegkan
(consistency) skor tes pengertian yang paling sederhana dari reliabilitas adalah
kemantapan alat ukur, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut dapat
diandalkan atau memiliki keajegkan hasil. Koefisien reliabilitas selalu berada
dalam rentang 0 sampai dengan 1 yang menunjuk pada presentase varian error
dengan sumber variasi yang berbeda. Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu
tes (mendekati 1), makin tinggi pula keajegkan/ketepatannya. Tes yang memilki
konsistensi reabilitas tinggi adalah akurat terhadap kesempatan testing dan
32
intrumen tes lainnya. Sebagai ancar-ancar koefisien reabilitas berdasarkan nilai
alfa dapatlah diinterpretasikan pada Tabel 3.8 sebagai berikut:
Tabel 3.8
Rentang Indeks Reliabilitas
No Indeks Interpretasi
1 0,80-1,00 Sangat Reliabel
2 <0,80-0,60 Reliabel
3 <0,60-0,40 Cukup Reliabel
4 <0,40-0,20 Agak Reliabel
5 <0,20 Kurang Reliabel
Sumber: Wardani Naniek Sulistya dkk (2014)
Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha lebih besar dari
standar minimal > 0,60. reliabilitas suatu instrumen dapat dihitung menggunakan
bantuan Software SPSS 16.0 yaitu dengan cara Analyze – Scale – Reliability
Analysis atau kemudian untuk melihat hasilnya apakah instrument reliabel atau
tidak, dapat dilihat pada output hasil penghitungan. Berdasarkan hasil pengujian
reliabilitas diketahui bahwa koefisien nilai alpha Siklus 1 adalah 0,759 sedangkan
untuk siklus 2 nilai alpha 0,758. Berdasarkan patokan pada tabel kategori
reliabilita di atas, maka diketahui bahwa reliabilitas instrumen penelitian Siklus 1
dan II berada pada kategori reliabel. Hasil pengujiannya disajikan dalam Tabel
3.9 dan Tabel 3.10. Sebagai berikut:
Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus 1
Cronbach's Alpha N of Items
.759 22
Sumber. Olahan data primer
Berdasarkan kriteria reliabilitas pada tabel 3.9, maka instrument soal pada
Siklus 1 masuk dalam kategori reliable, dengan nilai alpha 0,759.
Tabel 3.10
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus 2
Cronbach's Alpha N of Items
.758 22
Sumber. Olahan data primer
Berdasarkan kriteria reliabilitas pada tabel 3.10, maka instrument soal
pada Siklus 2, masuk dalam kategori reliable, dengan nilai alpha 0,758.
33
3.7 Uji Tingkat Kesukaran (TK) Tes Pilihan Ganda
Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukan proporsi peserta didik
yang menjawab betul suatu butir soal. Wardani Naniek Sulistya dkk dalam
(Slameto, 2001) mengemukakan bahwa. Semakin besar tingkat kesukaran berarti
soal itu semakin mudah, demikian juga sebaliknya semakin rendah tingkat
kesukaran berarti soal itu semakin sukar. Indeks tingkat kesukaran (p) dapat
dihitung dengan rumus seperti berikut ini:
p
Keterangan:
B= jumlah peserta didik yang menjawab betul, N=Jumlah pserta didik
P = jumlah peserta didik yang menjawab benar dibagi dengan jumlah keseluruhan
peserta didik atau
P = Proporsi peserta didik yang menjawab dengan benar
Tingkat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang
besarnya berkisar 0,00-1,00. Wardani Naniek Sulistya dkk dalam (Aiken, 1994).
Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal kita dapat menggunakan tingkat
kesukaran yang dapat dilihat pada Tabel 3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.11
Rentang nilai tingkat kesukaran
Rentang nilai Tingkat kesukaran
0.00-0.25 Sukar
0.26-0.75 Sedang
0.76-1.00 Mudah
Sumber: Wardani Naniek Sulistya dan dkk (2014)
Berdasarkan Tabel 3.11 tersebut, butir soal dikatakan sukar apabila hasil
uji tingkat kesukaran soal tersebut mencapai rentang nilai 0.00-0.25, dan butir soal
dikatakan sedang apabila hasil uji tingkat kesukaran soal tersebut mencapai
rentang nilai 0.26-0.75, sedangkan butir soal yang dikatakan mudah apabila hasil
uji tingkat kesukaran soal tersebut mencapai rentang nilai 0.76-1.00.
Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran instrumen tes matematika
pilihan ganda menggunakan program microsoft excel 2010 dan programs spss
16.0 pada Siklus 1 dan Siklus 2 disajikan dalam Tabel 3.12. sebagai berikut:
34
Tabel 3.12 Indeks Kesukaran Instrumen Soal Siklus 1 dan Siklus 2
Tingkat
kesukaran
Siklus 1 Siklus 2
Nomor soal jumlah Nomor soal jumlah
Sukar 14 1 5 1
Sedang 1,2,4,5,6,7,8,10,11,12,15,
16,17,18,19,20,21,22,23,
24,25
21
2,3,4,6,7,8,9,10,11,12
,13,14,15,16,17,18,19
,20,21, 23, 25
23
Mudah 3,9,13, 3 1 1
Total 25 25
Sumber. Olahan data primer
Berdasarkan Tabel 3.12. dapat dilihat bahwa soal yang sukar pada siklus 1
adalah 1 soal, yang sedang adalah 21 soal, dan soal yang mudah terdapat 3 soal.
Sedangkan pada siklus 2, terdapat 1 soal yang sukar, 23 soal yang sedang dan 1
soal mudah. Dengan demikian soal-soal yang termasuk sukar dan sedang dapat
digunakan sebagai instrumen evaluasi.
3.8 Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data deskriptif
kualitatif dan deskriptif komparatif untuk data kuantitatif. Data yang diperoleh
akan dianalisis dalam bentuk-bentuk kata atau penjelasan yaitu data deskriptif
kualitatif dan dalam bentuk angka yaitu data kuantitatif. Data kualitatif yang
diperoleh dari hasil observasi terhadap pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education )yang dilakukan oleh guru,
sedangkan untuk keperluan data kuantitatif, diperoleh dari hasil tes belajar siswa.
Analisis data dilakukan dengan cara:
1. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil
belajar dengan cara persentase yaitu dengan menghitung ketuntasan
belajar siswa secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai skor
minimal 65 dan ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 65
ini jumlahnya sekitar 80% dari jumlah seluruh siswa dan masing-masing
dihitung dengan menggunakan rumus
Ketuntasan individual = jumlah nilai maksimal
jumlah nilai 00
Ketuntasan klasikal = jumlah siswa yang tuntas belajar
jumlah seluruh siswa 00
Keterangan
35
Ketuntasan indiviual : Jika siswa mencapai ketuntasan skor ≥ 65
Ketuntasan klasikal : Jika > 80% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan
skor ≥ 65.
2. Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas siswa serta guru selama
proses pembelajaran berlangsung dengan cara deskriptif. Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data bisa dalam bentuk uraian, tabel, hubungan antar
kategori, grafik, matrik, chart, dan sejenisnya. Tetapi hal yang paling
sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
3.9 Indikator Kinerja
Pembelajaran dikatakan berhasil, apabila terjadi: terjadi peningkatan
sebesar 80% dari total siswa dalam kelas lulus kriteria individual atau 80% siswa
dalam kelas lulus kriteria KKM = 65
Top Related