57
BAB III
HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Polres Kota Malang
1. Struktur Organisasi Polres Kotata Malang
Kota malang merupakan salah satu wilayah yang terletak di Provinsi
Jawa Timur (Jatim) dan merupakan salah satu daerah pendidikan di
Indonesia. Polresta Malang merupakan salah satu bentuk instansi dari aparat
penegak hukum yaitu Kepolisian yang sekaligus berada dibawah naungan
POLRI (Polisi Republik Indonesia). Oleh karena kedudukannya sebagai
aparat penegak hukum maka Polresta Malang tentunya memiliki tugas
sebagaimana juga dimiliki oleh instansi penegak hukum lainnya yang antara
lain adalah untuk memelihara keamanan dan ketertiban dalam masyarakat di
wilayah hukumnya.
Kepolisian Resort Kota Malang (Polresta Malang) berlokasi di Jal.
Agung Suprapto No. 19 Malang, yang terletak di depan Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Saiful Anwar. Kepolisian Resort Kota Malang (Polresta
Malang) di pimpin oleh seorang Kapolres yang berpangkat AKBP yaitu
AKBP Singgamata SIK, dan dibantu oleh seorang Wakapolres yang
berpangkat KOMPOL yaitu KOMPOL Budi Santosa SIK MH, keduanya
merupakan unsure pimpinan. Untuk melaksanaka tugas pimpinan dan
pengolahan organisasi unsure pimpinan di bantu oleh unsur pengawasan
yaitu Siwas dan Si Propam, serta juga dibantu oleh unsur pembantu staf
58
pimpinan yaitu Sikeu (seksi keuangan) dan Sium (seksi umum). Selain itu
terdapat juga unsur pengawas pembantu pimpinan yaitu Bagsumda (bagian
sumber daya), Bagren (bagian perencanaan), Bagops (bagian opersaional).
Unsure pimpinan juga dibantu oleh unsur pelaksana tugas pokok yaitu Sat
Intelkam, Sat reskrim, Sat Sabhara, Sat Narkoba, Sentra Pelayan Kepolisian
Terpadu, Sat Binmas, Sat Lantas, Sat Pamobri, Sat Taliti, dan Sat Polair.
Kemudian adanya unsur pendukung yaitu Sitipol, dan juga terdapat unsur
pelaksana tugas kewilayahan yaitu Polisi Sektor (Polsek) yang menjadi
tanggung jawab dari Kapolres, dimana saat ini Polresta malang Memiliki 5
Polsek wilayah antara lain adalah:
1. Polsek lowokwaru
2. Polsek Klojen
3. Polsek Blimbing
4. Polsek Sukun
5. Polsek Kedung Kandang
Tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 undang-undang
nomor 2 tahun 2002 implementasinya dilakukan oleh satuan operasional
yaitu Sat Intelkam, Sat Reskrim, Sat Narkoba, Sat Sabhara, Sat Binmas, Sat
Lantas serta untuk mendekatakan pelayanan dalam membantu dalam tugas
pokok dibantu oleh sub satuan kerja yaitu Polair dan Polsek.
59
Bagan Struktur Organisasi Polresta Malang
Polsek
Kapolres
Wakapolres
wa
Si Propam Sikeu Siwas Sium
Bagops Bagren Bagsumda
Subbaghum
as Subbagdalops Subbagbinops
Subbagprogar Subbagdalpor
Subbaghum Subbagsarpras Subbagpers
SPKT Sat Intelkam Sat Reskrim SatresNarkoba
Sat Binmas Sat Tahti Sat Polair Sat Pamobrit Sat Sabhara Satlantas
Sat Binmas
Sumber: Polres Malang
60
2. Struktur Organisasi Reserse kriminal Polres Malang
Struktur organisasi Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polres
Malang merupakan system pengendali jalannya kegiatan terhadap
pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian Unit
organisasi tersebut.
Struktur Satuan Reserse Kriminal Polresta malang dipimpin oleh
seorang Kepala Satuan (Kasat) dan di bantu oleh pembantu pelaksan tugas
yaitu Kaur Bin Opsnal (KBO), serta Kaur Mintu dan Ident. Setiap satuan
Reserse dipimpin oleh Kanit Serse yang bertanggung jawab secara langsung
kepada Kasat Serse, sedangka Kasat Serse bertanggung jawab langsung
kepada Kapolres. Kemudian ada beberapa unit yang terdapat di Satuan
Reserse Kriminal Polres Malang yaitu :
1. Kanit Idik I
2. Kanit idik II
3. Kanit Idik III
4. Kanit Idik IV
5. Kanit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak)
6. Kanit Pidsus (Pidana Khusus)
7. Kanit Pidum (Pidana Umum)
8. Kanit Bangta (Bangunan dan Tanah)
9. Kanit Tekab (Team Khusus Anti Bandit)
61
Bagan Struktur Organisasi Sat Reeskrim Malang
Kasat Reskrim
Kaur Bin Opsnal
Kaur Mintu
Ident
Kanit Tipiter Kanit PPA Kanit Pidsus Kanit Pidum Kanit TCC
Sumber: Polres Malang
62
B. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Antar Mahasiswa
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh penulis
terhadap beberapa orang yang terkait dengan judul, terlihat bahwa pemicu
atau penyebab dari terjadinya tindak pidana kekerasan antar mahasiswa asal
Maluku dan Sumba yang terjadi di kota malang. Ada pun faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya tindak pidana tersebut berdasarkan hasil dari
wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 22 April 2015 sampai dengan
27 april 2015 bertempat di Polres Kota Malang dan 4 Mei di sekitar kawasan
Kelurahan Tlogomas Kec. Lowokwaru Kota Malang adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah saeorang Mahasiswa asal
Maluku Hendra Tutuarima yang merupakan pengurus koordinator dari
Himpunan Mahasiswa asal Maluku yang sekarang masih aktif kuliah di
salah satu perguruan tinggi negeri kota malang menyatakan bahwa, awal
terjadinya kekerasan antar mahasiswa yang melibatkan mahasiswa asal
Maluku dan Sumba ini terjadi pada tanggal 27 Mei 2014, kejadian ini
berawal dari beberapa orang mahasiswa asal Sumba yang sedang Mabuk
dan ugal-ugalan di sepanjang Jalan Taman Terapi Tlogomas di jalan
Tlogomas dan menganggu atau menggoda empat orang Mahasiswi yang tiga
di antaranya berasal dari Maluku dan yang satunya berasal dari Sumbawa
NTB yang sedang berjalan kaki dengan tujuan ke ATM.72
Sekelompok Mahasiswa asal Sumba yang sedang ugal-ugalan dengan
kendaran bermotor tersebut sedang dalam keadaan mabuk dan pada saat itu
72Wawancara dengan Hendra Tutuarima pada Tanggal 25 April 2015 Di Sekretariat Himpunan
Mahasiswa Maluku Malang
63
juga mereka melihat ada empat orang cewek Mahasiswi Asal Maluku yang
sedang berjalan kemudian para mahasiswa asal Sumba mencolek pantat dari
empat orang Mahasiswi tersebut dari belakang, melihat kelakuan dari para
mahasiswa asal Sumba tersebut salah seorang Mahasiswa asal Maluku yang
sedang berada di taman berteriak ke kepada empat mahasiswi tersebut untuk
mewaspadai perbuatan yang akan dilakukan oleh Mahasiswa asal Sumba,
dengan spontan empat mahasiswi tersebut pun berteriak, namun dibalas
kembali dengan teriakan pula oleh mahasiswa asal Sumba tersebut,
kemudian terjadilah adu mulut dan caci maki antara sekelompok mahasiswa
asal Sumba dengan mahasiswi asal Maluku.73
Beberapa saat setelah adu mulut dan caci maki tersebut kemudian pada
saat itu datanglah sekelompok mahasiswa asal Maluku yang mendapatkan
informasi bahwa teman dan saudari mereka digoda dan ditampar oleh
sekelompok mahasiswa asal Sumba yang sedang mabuk di kawasan taman
terapi tlogomas, hal ini membuat sekelompok mahasiswa asal Maluku
marah kemudian menyerang sekelompok mahasiswa asal Sumba yang
sedang mabuk di Taman Terapi Tlogomas, perkelahian tersebut melibatkan
ratusan orang dari kedua belah pihak bahkan lengkap dengan senjata tajam
ditangan masing-masing kedua kelompok yang saling berhadapan yang
mengakibatkan beberapa diantaranya yang mengalami luka bacok dikepala
serta salah seorang mahasiswa asal Sumba yaitu Melvianus Katoda
73Ibid
64
mengalami luka tusuk dibagian pundaknya dan dirawat di Rumah Sakit
Saiful Anwar.74
Pada tanggal 28 mei dinihari sekelompok mahasiswa asal Maluku
kembali menyerang rumah kost mahasiswa asal Sumba di Gang 8 Jl.
Tlogomas kecamatan Luwukwaru kota Malang, yang mengakibatkan kaca
rumah kost rusak karena dilempar memakai batu oleh sekelompok
mahasiswa asal Maluku, dan penyeranganpun kemudian berlanjut ke Gang 6
Jl. Tlogomas namun kali ini kedua kelompok mahasiswa tersebut saling
berhadapan, tidak lama kemudian perkelahian ini dibubarkan oleh
Kepolisian Kota Malang, akibat dari perkelahian tersebut beberapa orang
mengalami luka-luka di kedua belah pihak.75
Akibat dari perkelahian yang dilakukan oleh para mahasiswa asal
sumba dan Maluku belum juga berakhir, pada tanggal 29 mei 2015 para
mahasiswa asal Sumba melakukan sweeping disekitar sepanjang jalan Gang
8 Tlogomas dan Jalan Taman Terapi Tlogomas, sweeping yang dilakukan
oleh para mahasiswa asal Sumba tersebut tidak menimbulkan korban namun
sweeping tersebut sangat meresahkan warga Tlogomas.76
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Alvian Tenapolo
Mahasiswa Asal sumba dan juga merupakan ketua Organisa Daerah (Orda)
Sumba yang sedang menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta
di kota Malang menyatakan bahwa penyebab terjadinya kekerasan tersebut
berawal dari adanya pemukulan yang dilakukan oleh beberapa orang anak-
74Ibid
75Ibid
76Ibid
65
anak mahasiswa asal Maluku terhadap beberapa mahasiswa asal Sumba
yang pada saat itu sedang duduk santai di Taman terapi Tlogomas.
Penyebab dari adanya pemukulan yang dilakukan oleh sekelompok
mahasiswa asal maluku di karenakan adanya tuduhan dari mahasiswa asal
maluku bahwa sekelompok mahasiswa asal Sumba telah menampar 4
(empat) orang cewek mahasiswa asal maluku sehingga terjadi adanya
pemukulan tersebut. Sekelompok mahasiswa asal Sumba yang terlibat
dalam pemukulan yang dilakukan oleh mahasiswa Asal Maluku tersebut
tidak terima, kemudian memanggil kawan-kawannya yang lain sehingga
konflik tersebut menjadi semakin meluas.77
Pada tanggal 28 dini hari setelah terjadinya konflik kekerasan antara
mahasiswa Maluku dan Mahasiswa Sumba yang terjadi di sepanjang jalan
taman terapi tlogomas sekelompok mahasiswa asal sumba menyerang
beberapa orang mahasiswa asal Sumba di Gang 8 Jalan Tlogomas yang
mengakibatkan para mahasiswa asal Sumba menyelamatkan diri dengan
cara mengungsi ke tempat lain. Dengan adanya peneyerangan yang
dilakukan oleh para mahasiswa asal maluku tersebut membuat para
mahasiswa asal Sumba merasa cemas dan takut untuk pergi kuliah ke
kampus masing-masing.78
Berdasarkan penyebab yang disampaikan oleh kedua belah pihak
mahasiswa asal Sumba dan Maluku tersebut penulis menyimpulkan Bahwa
77wawancara dengan Alvian Tenapolo pada tanggal 24 April 2015 Di Sekretariat Himpunan
Mahasiswa Sumba Malang
78Ibid
66
penyebab dari terjadinya konflik kekerasan antara kedua belah pihak adalah
sebagai berikut:
1. Adanya mahasiswa asal Sumba yang minum minuman keras dan
mabuk
2. Mahasiswa asal Sumba mencolek pantat mahasiswi asal Maluku
3. Adu mulut antara mahasiswi asal maluku dengan mahasiswa asal
Sumba
4. Adanya pemukulan yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa
asal maluku terhadap mahasiswa asal Sumba
C. Upaya Penanggulangan Terhadap Kekerasan Antar Mahasiswa
Dalam menegakkan hukum pidana, cara penanggulangan atau
penegakan, baik bersifat preventif maupun represif harus selalu melibatkan
aparat penegak hukum dengan disertai peran aktif masyarakat.
Penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif juga merupakan tindakan
pencegahan sebelum terjadinya suaatu kejahataan.
Selain adanya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak
pidana kekerasan antar mahasiswa asal Maluku dan Sumba, berikut adalah
upaya-upaya penanggulangan tindak pidana kekerasan mahasiswa asal
Maluku dan Sumba di kota malang berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan Aiptu Galih beliau mengatakan bahwa, upaya penanggulangan
kekerasan antar mahasiswa secara garis besar dapat dilakukan oleh
seluruhnya dalam arti bahwa penanggulangan kekerasan ini dapat dilakukan
oleh para pihak yang terlibat kekerasan, pihak kampus, masyarakat setempat
67
yang berada dilingkungan terjadinya kekerasan tersebut, maupun dari pihak
Kepolisian melalui Babin Kamtibmas.79
Upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus juga
dilakukan dengan pendekatan “integral”, ada keseimbangan antara yang
“penal” dengan “non penal”. Dilihat dari politik kriminal maka kebijakan
yang paling strategis adalah melalui sarana “non penal” karena lebih
bersifat preventif dan karena kebijakan penal mempunyai keterbatasan atau
kelemahan yang bersifat tidak struktural fungsional, individualistic dan lebih
bersifat represif atau tidak preventif, harus didukung oleh infrastruktur
dengan biaya tinggi. Kemudian pencegahan dan penanggulangan kejahatan
dengan sarana “penal” merupakan “penal policy atau “penal law
enforcement policy” yang fungsionalis atau operasionalisasinya harus
melalui beberapa tahap yaitu:80
a. Tahap formulasi (kebijakan legislative)
b. Tahap aplikasi (kebijakan yudikatif / yudisial)
c. Tahap eksekusi (eksekutif / administrative)
Adapun upaya penanggulangan kekerasan yang dilakukan oleh pihak
Kepolisian adalah upaya preventif dan upaya represif :
1. Upaya Preventif
Upaya di jelaskan sebagai usaha suatu cara, sedangkan preventif
dalam istilah bahasa Inggris berarti pencegahan atau mencegah. Dalam
referensi lain preventif adalah penyampaian suatu maksud untuk mencari
79Wawancara dengan Pak Galih Hamdan pada Tanggal 22 sampai dengan tanggal 27 April
2015 di Unit Pidana Umum Reskrim Polres Kota malang
80Mohammad hatta, Loc.cit
68
jalan keluar atau bersifat mencegah supaya jangan terjadi. Upaya preventif
merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Upaya Preventif
juga dapat di maksud sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, terencana dan terarah untuk menjaga sesuatu hal agar tidak
meluas atau timbul. Penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif juga
mmerupakan tindakan pencegahan sebelum terjadinya suaatu kejahataan.
Tindakan preventiv ini berusaha memberantas kejahatan itu dengan jalan
menghilangkan segalaa sesuatu yang menjadi penyebab terjadinya suatu
kejahataan dengan kata lain, kesempatan pelaku untuk melakukan suatu
kejahatan di cegah.
Berdasarkan ketentuan pasal 13 Undang-undang Kepolisian
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 tugas pokok dan wewenang
kepolisian meliputi:81
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
2. Menegakkan hukum dan;
3. Memberikan perlindungan, pengayaoman dan pelayanan
kepada masyarakat
Upaya penanggulangan preventif yang dilakukan oleh kepolisian
ini melalui unit Babinkamtibmas (Bintara Pembinaan dan Keamanan
Masyarakat).Unit Babinkamtibmas sebagaimana dimaksud merupakan
unsur pelaksanaan tugas pokok yang berada dibawah Kapolsek, yang
bertugas untuk melaksanakan pembinaan masyarakat diantaranya
81Lihat pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
69
meliputi pemberdayaan Perpolisian masyarakat (Polmas), ketertiban
masyarakat dan kegiatan koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa, serta kegiatan kerja sama dalam pemeliharaaan keamanan dan
ketertiban masyarakat. Upaya penanggulangan preventif atau
pencegahan yang dilakukan oleh pihak kepolisian melalui
Babinkamtibmas adalah dengan cara memberikan sosialisasi bimbingan
dan penyuluhan kepada masyarakat tentang hukum, tentang penertiban
preventif terhadap ketidakteraturan masyarakat, penyimpangan sosial,
pelanggaran-pelanggaran, penyakit-penyakit masyarakat, serta koflik
sosial dengan cara-cara yang bersifat korektif dan edukatif agar
ketertiban masyarakat selalu dapat menyesuaikan diri dengan situasi
yang baru.82
Dengan adanya pembinaan yang dilakukan oleh pihak kepolisian
melalui unit Babinkamtibmas kepada masyarakat tersebut apabila terjadi
suatu konflik kekerasan yang terjadi setidaknya konflik kekerasan
tersebut dapat dicegah oleh perangkat Desa/Lurah RT/RW setempat
sehingga kekerasan tersebut tidak meluas, pihak kepolisian juga
memberikan peluang kepada warga aparat setempat untuk dapat menjadi
mediator dalalm perkara tersebut agar dengan segera dapat meredam
konflik kekerasan yang terjadi, dengan demikian tidak selalu dalam
melakukan upaya penanggulangan kekerasan harus dilakukan oleh pihak
kepolisian. Pihak kepolisian masih memberikan ruang kepada
82Opcit wawancara dengan Galih Hamdan
70
masyarakat dan para pihak untuk dapat menyelesaikan perkara tindakan
kekerasan tersebut di lingkup pertikaian kekerasan itu terjadi, namun
apabila kekerasan tersebut meluas dan tidak dapat dikendalikan atau
dicegah oleh para pihak dan perangkat Desa/Lurah RT/RW, maka unit
Babinkamtibmas dapat segera melaporkan situasi terjadinya kekerasan
tersebut kepada pihak kepolisian sehingga penanggulangan kekerasan
tersebut dapat di ambil alih oleh pihak kepolisian dengan segera
melakukan upaya penanggulangan dengan cara preventif atau
pencegahan maupun represif atau penegakan hukum tanpa menyimpang
dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.83
2. Upaya Represif/Penegakan Hukum
Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan
secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan.
Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak
para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya
kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya
merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan
masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan orang lain juga
tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan ditanggungnya
sangat berat.
Apabila proses penanggulangan secara preventive atau tindakan
pencegahan atau peredaman yang dilakukan oleh pihak
83Ibid
71
warga/lingkungan sekitar maupun pihak kampus tidak bisa mencegah
sehingga konflik kekerasan tersebut meluas maka Kamtibmas yang
melakukan Patroli melaporkan atau adanya laporan dari warga maupun
para pihak yang terlibat maka Polisi akan segera melakukan tindakan
penggulangan dengan menggunakan penanggulangan secara represif
atau penegakan hukum.
Penanggulangan yang dilakukan secara represif adalah upaya yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum, berupa penjatuhan atau
pemberian sanksi pidana kepada pelaku kejahatan, dalam hal ini
dilakukan oleh kepolisian. Tindakan upaya penanggulangan represif
yang dilakukan oleh kepolisian harus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang belaku dan prosedur yang telah ditetapkan
maupun atas perintah atasan tertinggi kepolisian tersebut. Tindakan
tersebut harus mendapat perintah dari atasan dikarenakan jika terjadi
kesalahan prosuder dan lain sebagainya yang mengakibatkan kerugian
bagi pelaku ataupun masyarakat, hal tersebut menjadi tanggung jawab
atasan. Sehingga aparat yang bekerja di lapangan dalam melakukan
tindakan upaya penanggulangan kekerasan tersebut tidak sewenang-
wenang. Tindakan tersebut dapat berupa pelumpuhan terhadap pelaku,
melakukan penangkapan, penyelidikan, penyidikan dan lain sebagainya.
72
D. Kendala-Kendala upaya Penanggulangan Kekerasan Antar Mahasiswa
Kendala-kendala atau hambata dari pihak kepolisian dalam
menanggulangi konflik kekerasan antara mahasiswa asaal Sumba dan
Mahasiswa asal Maluku adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya koordinasi antara para pihak yaitu mahasiswa Asal
Sumba dan Mahasiswa Asal Maluku.
2. Kurangnya komunikasi antara pihaak kepolisian dengan pihak
kampus/universitas tempat dimana para pihak menuntut ilmu.
3. Kurangnya kerjasama antara warga masyarakat dengan pihak
kkepolisian.
selain itu kendala yang dihadapi oleh pihak kepolisian dalam
menanggulangi tindak pidana kekerasan tersebut adalah laporan terjadinya
konflik kekerasan yang masuk ke pihak kepolisian terlambat sehingga
dalam proses penyelidikan kepolisian kesulitan dalam menemukan bukti-
bukti bahwa telah terjadinya konflik kekerasan. Bukti bukti tersebut dapat
berupa saksi maupun bukti-bukti lainnya yang dapat dijadikan sebagai
petunjuk oleh pihak kepolisian dama menanggulangi kasus tersebut.
Top Related