11
BAB III
PROGRAM KERJA YANG TELAH TERLAKSANA
PENYULUHAN DIARE
A. Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia
terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya
angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus
terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar
anak-anak dibawah umur 5 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka
kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta
sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Harianto, 2004).
Diare sering didefinisikan sebagai buang air besar lembek cair sampai cair
sebanyak ≥ 3 kali perhari. UKK Gastro-Hepatologi IDAI (2009) mendefinisikan
diare sebagai peningkatan frekuensi buang air besar dan berubahnya konsistensi
menjadi lebih lunak atau bahkan cair.
Diare sering didefinisikan sebagai buang air besar lembek cair sampai cair
sebanyak ≥ 3 kali perhari. UKK Gastro-Hepatologi IDAI (2009) mendefinisikan
diare sebagai peningkatan frekuensi buang air besar dan berubahnya konsistensi
menjadi lebih lunak atau bahkan cair.
Melalui kegiatan Co-Ass Public Healthdi Dinas Kesehatan Kota Binjai, maka
kami mengadakan penyuluhan kesehatan mengenai Diare yang diselenggarakan di
Lingkungan V, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.
B. Tujuan
1. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai Diare,
2. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai faktor resiko Diare
sebagai usaha pencegahan primer,
3. Membantu masyarakat mencegah memburuknya penyakit yang secara
klinis telah diderita sebagai upaya pencegahan sekunder.
11
12
C. Definisi
diare adalah perubahan pola defekasi (buang air besar) yakni pada bentuk
atau frekuensi dimana bentuk feses berubah menjadi lunak atau cair atau
frekuensinya yang bertambah menjadi lebih dari tiga kali dam sehari.
D. Epidemiologi
Penyakit diare akut lebih sering terjad pada bayi dari pada anak yang
lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki laki hamper sama dengan anak
perempuan. Peyakit ini ditularkan secara fecaloral melalui makanan dan
minuman yang tercemar. Dinegara yang sedang berkembang, prefalensi yang
paling tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang
tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan
badan.
E. Etiologi
Infeksi interal yaitu infeksi saluran pencernaan penybab utama diare pada
anak meliputi infeksi bakteri : Vibro, E-coli, Salmonella, Sigella,
Campilobacter, dll.
Infeksi virus ,eliputi : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, dll
Infeksi parasit meliputi : cacing (Ascariasis, Tricuris)
Infeksi Protozoa meliputi : Entamoeba Histolitika, Giardia lambia
Inf eksi Jamur meliputi : Candida Albican
Infeksi perenteral yaitu Infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti : OMA, Tonsilofaringitis, broncopneumonie dll
Factor malabsorbsi : malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein
Factor makan : makanan basi, beracun, aleri terhadap mkanan
13
F. Faktor resiko
Umur : kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan
makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami
dari anak pada umur dibawah 24 bulan.
Jenis kelamin : resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih
rendah dari pada laiki-laki karena aktfitas anak laki-laki dengan lingkungan
lebih tinggo.
Musim : variasi pola musim didaerah tropic memperlihatkan bahwa diare
terjadisepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim
kemarau ke musim hujan.
Status gizi : pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang
kurang, episode diare akut lebih berat. Berakhir lebih lama dan lebih sering
Lingkungan : diderah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih
dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular
Status social ekonomi : status social ekonomi yang rendah akan
mempengaruhi status gizi anggota keluarga.
G. Klassifikasi Diare
Diare akut adalah BAB dengan frekuensi meningkat lebih dari tiga kali
perhari, dengan konsistensi tinja cair bersifat mendadak dan berlangsung
dalam waktu kurang dari satu minggu.
Diare kronik adalah kondisi dimana terjadi peningatan frekuensi BAB dan
peningkatan konsistensi cair dengan durasi 14 hari atau lebih.
H. Manifestasi klinis
Mula-mula anak/bayi mengeluh cengeng, gelisah suhu tubuh meningkat
nafsu makan berkurang
Sering BAB dengan konsistendi tinja cair
Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu
14
Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat bnyaknya asam laktat.
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas, ubun ubun dan mata
cekung dan disertai penurunan berat badan
Perubahan tanda-tanda vital, nadi, respirasi cepat, tekanan darah turun,
denyut jantung cepat, lemas, kesadaran menurun
H. Komplikasi
Dehirasi ringan, sedang, berat
Hypokalemi, hypoglikemi.
I. Pencegahan
Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang, menjaga kebersihan
dengan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebeum makan dan dari
kebersihan makanan yang kita makan.
J. Penatalaksanaan diare
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi diare, hal sederhana seperti minum banyak air putih atau seperti
oralit. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul.
K. Sasaran
Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah masyarakat di Lingkungan V,
Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan
program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Kelurahan
Rambung Dalam.
Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan Diare dimulai sejak minggu dua,
yang dilaksanakan pada posyandu dahlia II lingkungan v di Kelurahan
15
Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Adapun pelaksanaan
kegiatan ini dilaksanakan di rumah kader ibu Ida lingkungan.
Kronologis Kegiatan
1. Persiapan
Pada tahap penyuluhan ini persiapan kami mempelajari teori
tentang Diare dan persiapan bahan persentasi yang di tampilkan dalam
bentuk karton dan gambar-gambar.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : Rabu, 07 oktober 2014 Pukul 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Rumah Ibu Idah
Acara : Penyuluhan Diare
L. Kepanitiaan
Penanggung Jawab : - Sempa Kata (Perawat)
- Uli Sinambela
Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah
Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah
Sekretaris : Feby Lispandan Wangi
Bendahara : Ratna Minanda Fitriyani
Penyaji Materi : Dika Ardiansyah
Dokumentasi : Nur Hasanah
16
PEMBUATAN LARUTAN GULA GARAM
A. Latar Belakang
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air
besar lebih dari biasanya (tiga atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan
konsitensi tinja dari penderita. Diare juga salah satu penyakit yang menyebabkan
kematian pada anak-anak baik dinegara berkembang maupun maju. Pada tahun 2003,
kematian akibat diare di dunia mencapai angka 1,5-2,5 juta kematian per tahun. Di
indosesia sendiri, diare merupakan salah satu penyebab utama kunjugan ke
puskesmas. Kematian akibat diare di Indonesia mencapai angka 200.000-400.000 per
tahun.
Diare masih merupakan masalah kesehatan Nasional karena angka kejadian
dan angka kematian yang masih tinggi. Balita di Indonesia rata-rata akan mengalami
Diare 2-3 kali per tahun. Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi
dapat bervariasi tergantung dari makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu
diperhatikan adalah tinja berwarna merah (mungkin darah) atau hitam (mungkin
darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada penyakit hati).
Pada umumnya Anak buang air besar 3 kali sehari dan sejarang-jarangya
sekali tiap tiga hari. Bentuk tinja tergantung pada kandungan air dalam tinja . pada
keadaan normal, tinja berbentuk seperti pisang. Dilihat dari kandungan airnya bentuk
tinja bervariasai mulai dari”cair” (kadar airnya paling tinggi biasanya terjadi pada
diare akut), berbentuk tinja normal seperti pisang dan keras kandungan air sedikit
seperti pada keadaan sembelit.
Pada bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minumm ASI, frekuensi buang air
besarnya lebih sering lagi yaitu bias 8-10 kali sehari dengan tinja yang lebih encer,
berbuih dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut
tidak tergolong diare tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya perkembangan saluran cerna.
Anak dinyatakan menderita diare bila buang air besarnnya lebih encer dan
lebih sering dari biasanya. Tinja diare dapat mengandung lendir dan darah,
17
tergantung pada penyebabnya. Gejala ikutan lainnya adalah demam dan muntah,
kadangkala gejala muntah dan demam mendahului mencretnya.
Laruran gula garam merupakan larutan untuk merawat diare. Larutan ini sering
disebut rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai komposisi campuran Natrium klorida,
kalium klorida, glukosa anhidrat dan natrium bikarbonat. Larutan rehidrasi oral
inibisa menjadi pengganti cairan dan elektrolit tubuh yang terbuang pada saat
seseorang mengalami diare.
Melalui kegiatan Co-Ass Public Health di Dinas Kesehatan Kota Binjai, maka
kami mengadakan pembuatan larutan gula garam yang diselenggarakan di
Lingkungan V, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.
B. Cara membuat Larutan Gula Garam
Bahan dan alat yang di perlukan :
Gula pasir sebanyak satu sendok teh, tidak lebih tidak kurang agar
larutan yang akan dibuat bisa maksimal.
Garam dapur yang halus sebanyak seperempat sendok teh
Air masak yang masih hangat namun tidak mendidih sebanyak satu gelas
atau sekitar 200 ml.
Cara pembuatan :
Tuangkan air masak kedalam gelas sebanyak satu gelas penuh,
kemudian masukkan gula pasir serta garam dapur sesuai dengan takaran
yang telah ditentukan, aduk sampai gula dan garam benar-benar larut
dalam air.
Cara pemberian :
Anak yang berusia dibawah 2 tahun diberikan 1/4 hingga setengah gelas
saja.
Anak yang beruisia 2 tahun keatas diberikan 1/2 hingga satu gelas.
Dewasa dianjurkan untuk minum sebanyak banyaknya.
18
Larutan gula garam sebagai pengganti larutan oralit. Larutan ini diberikan
bagi seseorang yang mengalami diare karena dapat mengurangi dampak diare atau
dehidrasi karena larutan ini dapat menggantikan cairan tubuh yang hialang.
C. Tujuan
1. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai larutan gula garam,
2. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai manfaat larutan gula
garam sebagai usaha pencegahan komplikasi diare,
3. Membantu masyarakat mengenai pembuatan laruran gula garam agar bisa
diterapkan di rumah masing-masing.
D. Sasaran
Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah masyarakat di Lingkungan V,
Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan
program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Kelurahan
Rambung Dalam nantinya.
E. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
a. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada minggu kedua, di Lingkungan v,
Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Adapun pelaksanaan
kegiatan ini dilaksanakan di rumah kader Posyandu dahlia II ibu Idah.
b. Kronologis Kegiatan
1. Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan media penyuluhan
berupa Karton dan Gambar-gambar. Tempat dan alat-alat lainnya disiapkan
oleh anggota kelompok sesuai dengan tugas masing-masing.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : Rabu, 07 Oktober 2014 Pukul 9.30 WIB s/d selesai
Tempat : Rumah Ibu Idah
Acara : Pembuatan larutan gula garam
19
F. Kepanitiaan
Penanggung Jawab : - Sempa Kata (Perawat)
- Uli Sinambela
Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah
Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah
Sekretaris : Feby Lispandan Wangi
Bendahara : Ratna Minanda Fitriyani
Penyaji Materi : Dika Ardiansyah
Dokumentasi : Nur Hasanah
20
LAMPIRAN
21
PENYULUHAN DEMAM BERDARAH DENGUE
A. Latar Belakang
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini, infeksi virus Dengue
tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori
“A” dalam stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang
mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD,
khususnya pada anak. 1-3 Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun
2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan
kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01%
(2007).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang
ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie,
purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali,
trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.
Berdasarkan hasil survei mengenai data angka kejadian DBD yang telah
dilakukan di Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan, didapatkan
bahwa terdapat 6 Kepala keluarga menderita DBD Hal ini karena Perubahan Cuaca.
Oleh karena itu melalui kegiatan Co-Ass Public Health di Dinas Kesehatan Kota
Binjai, maka kami mengadakan penyuluhan kesehatan Tentang Demam Berdarah
Dengue (DBD) yang diselenggarakan di Lingkungan VII, Kelurahan Rambung
Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.
22
B. Tujuan
1. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai Demam Berdarah Dengue
(DBD),
2. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai faktor resiko Demam
Berdarah Dengue,
3. Membantu masyarakat mencegah memburuknya penyakit yang secara klinis
telah diderita sebagai upaya pencegahan sekunder.
C. Sasaran
Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga di
Lingkungan III, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu
diharapkan program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat
Kelurahan Rambung Dalam nantinya.
D. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada minggu keempat kami berada
di Lingkungan VII, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.
Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Rambung
Dalam.
2. Kronologis Kegiatan
a. Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan media
penyuluhan berupa power point. Tempat dan alat-alat lainnya disiapkan
oleh anggota kelompok sesuai dengan tugas masing-masing.
23
b. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : oktober 2014Pukul 14.00 WIB s/d selesai
Tempat : Kantor Lurah Rambung Dalam
Acara : Penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD)
c. Peserta Yang Hadir
NO NAMA KETERANGAN
1 Ramlah BR Bangun
2 Adeliana
3 Nafisah
4 Erna Wati
5 Syamsidar
6 Siti Jumroh
7 Ratna Willis
8 Eva Suci Yanti
9 Ira Abrita
10 Ending Sri Hartati
11 Ida Nurhayani
12 Sukalsum
13 Yellia Efni Harahap
14 Sri Utami
15 Deliana
16 Arnita
17 Juli Muaziza NST
18 Suherni
19 Lineapana
20 Rosminawati
21 Gustia Suwanti
22 Maida Hesti
23 Hj. Nurhayati
24
24 Yusfarida
25 Hadijah
26 Willis Sri Dewi
27 Latifah
28 Salmah
E. Kepanitiaan
Penanggung Jawab : dr. Yulviarina Eka Putri
Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah
Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah
Sekretaris : Feby Lispandan Wangi
Bendahara : Ratna Minanda Fitriyani
Penyaji Materi : Dika Ardiansyah
Dokumentasi : Nur Hasanah
25
LAMPIRAN
26
PENYULUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah yang melebihi batas normal, yakni
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. Pada umumnya, penderita tidak
menyadari jika dirinya menderita hipertensi, karena hipertensi seringkali tanpa tanda
dan gejala. Oleh sebab itulah hipertensi sering disebut sebagai silent killer (WHO,
2011). Peningkatan tekanan darah ini berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dan dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, jantung dan otak. Pengukuran tekanan
darah sebaiknya dilakukan pada saat istirahat atau pagi hari pada saat bangun tidur
(basal).
Pertumbuhan penduduk dan penuaan menyebabkan jumlah orang dengan
hipertensi tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1
miliar pada tahun 2008 (WHO, 2011). Setiap tahunnya hipertensi membunuh hampir 8
juta orang di seluruh dunia, dan hampir 1,5 juta orang per tahun di wilayah Asia
Tenggara. Secara global, hampir 1 miliar orang memiliki tekanan darah tinggi
(hipertensi), 2/3 di antaranya di negara berkembang. Saat ini, 1/3 dari populasi orang
dewasa di Asia Tenggara telah menderita tekanan darah tinggi. Permasalahan hipertensi
akan terus berkembang, diperkirakan 1,56 miliar orang dewasa akan terkena hipertensi
pada tahun 2025 (WHO, 2011). Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian
dini yang menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia
maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia
lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah,
banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi sehingga usaha pencegahan
harus dalam bentuk multifaktorial. Pencegahan harus diusahakan sedini mungkin
dengan cara mengendalikan faktor resiko hipertensi dan merupakan hal yang cukup
penting dalam usaha pencegahan hipertensi, baik primer maupun sekunder. Pencegahan
primer lebih ditujukan pada mereka yang sehat tetapi mempunyai resiko tinggi,
sedangkan pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan memburuknya penyakit
yang secara klinis telah diderita.
27
Dari hasil survey yang telah kami lakukan, didapatkan bahwa masyarakat di
Lingkungan III Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan memiliki resiko
terkena hipertensi. Hal ini karena sebagian masyarakat adalah pra-lansia dan lansia.
Selain itu, mayoritas masyarakat memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi makanan
berlemak dan mengandung kadar garam berlebih sehingga masyarakat cenderung
banyak yang terkena hipertensi. Oleh karena itu melalui kegiatan Co-Ass Public Health
di Dinas Kesehatan Kota Binjai, maka kami mengadakan penyuluhan kesehatan
mengenai hipertensi yang diselenggarakan di Lingkungan III, Kelurahan Rambung
Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.
B. Tujuan
1. Memberi pemahaman kepada para lansia mengenai hipertensi.
2. Memberi pemahaman kepada para lansia untuk mencegah memburuknya
hipertensi sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder.
3. Setelah dilakukan penyuluhan para lansia mampu menjelaskan arti, tanda dan
gejala, dan cara mencegah hipertensi
C. Sasaran
Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah para lansia di Lingkungan III,
Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan program
ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat khususnya para lansia
Kelurahan Rambung Dalam nantinya.
28
D. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
a. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada hari Selasa, tanggal 14 Oktober 2014,
pukul 11.00 WIB, di Lingkungan III Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan
Binjai Selatan. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di Kantor
Kelurahan.
b. Kronologis Kegiatan
1. Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan media penyuluhan berupa
Poster dan leaflet untuk para lansia. Tempat dan alat-alat lainnya disiapkan oleh
anggota sesuai dengan tugas masing-masing.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : Selasa, 14 Oktober 2014, Pukul 11.00 WIB s/d selesai
Tempat : Kantor Kelurahan Lingkungan III Rambung Dalam
Acara : Penyuluhan hipertensi pada lansia serta pemeriksaan tekanan
darah, pengukuran berat badan, dan pemberian obat hipertensi.
Kegiatan penyuluhan hipertensi ini dihadiri oleh 16 orang lansia.
29
Tabel 3.1 Nama-nama lansia yang hadir
No Nama Alamat Umur
(tahun)
Berat
Badan
(Kg)
Tekanan
Darah
(mmHg)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
H. Syamsul
Ijem
Salmaini
Siti Sarifah
Salimah
Hj. Chairany
Hj. Karsia
Ibrahim
Paiman
Zainuddin
Yusfarida
Nur Hayati
Surip
Maimunah
Pariman
Karim
Jl.Padang
Jl.Padang
Jl.Padang
Jl.Padang
Jl.Semarang
Jl.Sawah Lunto
Jl.Padang
Jl.Sawah Lunto
Jl.Padang
Jl.Sawah Lunto
Jl.Sawah Lunto
Jl.Sawah Lunto
Gg.Pancasila
Jl.Tanjug Priuk
Jl.Jamin Ginting
Jl.Jamin Ginting
75
71
58
72
73
60
73
63
78
67
58
63
65
70
72
86
65
59
70
64
32
60
62
69
50
59
61
54
43
48
50
41
120/80
160/90
150/80
150/90
100/70
140/90
120/90
120/80
160/80
140/80
130/80
120/80
130/70
160/100
150/90
130/80
30
Dalam kegiatan ini para lansia diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan
bertanya dan mengutarakan pendapatnya mengenai hipertensi. Terdapat beberapa
pertanyaan yang diajukan oleh para lansia diantaranya sebagai berikut :
1. Pada hipertensi boleh atau tidak mengkonsumsi susu coklat?
2. Pada hipertensi boleh atau tidak untuk mengkonsumsi susu kedelai?
3. Jika hipertensi boleh atau tidak untuk olahraga, dan jika boleh olahraga jenis
apa?
Setiap lansia yang memberi pertanyaan dan dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan dari pelaksana penyuluhan akan diberikan doorprize.
E. Kepanitiaan
Penanggung Jawab : Rosnidar Marunduri, Amd.Keb
Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah
Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah
Sekretaris : Feby Lispandan Wangi
Bendahara : Ratna Minanda Fitryani
Penyaji Materi : Ratna Minanda Fitryani
Feby Lispandan Wangi
Koor. Pelaksana : Dika Ardiansyah
Konsumsi : Feby Lispandan Wangi
Dokumentasi : Nur Hasanah
31
F. Dokumentasi
(Penyajian materi penyuluhan)
(Pengukuran berat badan)
32
(Pemberian doorprize)
33
SENAM LANSIA DAN PENGOBATAN GRATIS UNTUK
HIPERTENSI
I. Latar Belakang
Lansia (Lanjut Usia) semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
peningkatan usia harapan hidup. Semakin tingginya usia harapan hidup, maka
semakin tinggi pula faktor resiko terjadinya berbagai masalah kesehatan. Masalah
umum yang dialami para lansia adalah rentannya kondisi fisik para lansia terhadap
berbagai penyakit karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
pengaruh dari luar serta menurunnya fungsi kerja organ tubuh, oleh karena hal
tersebut lansia mudah terserang berbagai penyakit. Olahraga yang cocok bagi lansia
adalah senam yang disebut dengan Senam Lansia.
Senam Lansia adalah serangkaian gerakan nama yang terarah dan teratur
dan kemudian diikuti oleh para lanjut usia yang tujuannya untuk meningkatkan
kemampuan raga secara fungsional.
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di Kecamatan Binjai Selatan,
didapatkan bahwa banyak masyarakat adalah pra-lansia dan lansia. Oleh karena itu
melalui kegiatan Co-Ass Public Health di Dinas Kesehatan Kota Binjai, kami
mengadakan program senam lansia yang diselenggarakan di Kecamatan Binjai
Selatan.
J. Tujuan
1. Membantu pra-lansia dan lansia agar bisa meningkatkan kebugaran jasmani,
2. Meningkatkan produktifitas lansia,
34
3. Menciptakan pra-lansia untuk memperoleh kesadaran dini agar menua sehat,
mandiri dan tetap aktif.
4. Mengadakan pengobatan gratis untuk lansia penderita hipertensi.
K. Sasaran
Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah masyarakat pra-lansia (usia >45
tahun) dan lansia (usia >65 tahun) di Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu
diharapkan program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat
Kecamatan Binjai Selatan.
L. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada hari Minggu, tanggal 19 Oktober
2014 di Gedung Olahraga (GOR) Kota Binjai.
2. Kronologis Kegiatan
a. Persiapan
Pada tahap persiapan ini kami mempersiapkan instruktur senam
sebagai metode senam lansia yang akan dilaksanakan di Gedung Olahraga
(GOR) Kota Binjai. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah tape dan
speaker aktif yang disiapkan oleh anggota kelompok sesuai dengan tugas
masing-masing.
35
b. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : Setiap hari Minggu Pukul 06.00 WIB s/d selesai
Tempat : Gedung Olahraga (GOR) Kota Binjai
Acara : Senam Lansia dan Pengobatan gratis untuk hipertensi
M. Kepanitiaan
Penanggung Jawab : Rosnidar Marunduri, Amd.Keb
Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah
Koor. Perlengkapan : Nur Hasanah
Koor. Dokumentasi : Ratna Minanda Fitryani
Koor. Konsumsi : Feby Lispandan Wangi
36
N. Dokumentasi
(Pelaksanaan senam lansia)
37
(Pengukuran tekanan darah dan pengobatan hipertensi gratis)
38
(Pengukuran tekanan darah dan pengobatan hipertensi gratis)
39
LAPORAN KEGIATAN PENJARINGAN KESEHATAN SEKOLAH
TINGKAT SMP/MTs KELAS VII
A. Latar Belakang
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Populasi anak usia sekolah merupakan
elemen yang cukup penting karena proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan
populasi rakyat Indonesia. Bersamaan dengan bertambahnya jumlah anak-anak yang
bersekolah sebagai akses terhadap pendidikan. Karena itu lingkungan sekolah paling
berperan dalam memberikan suasana belajar dan dorongan belajar yang positif
dibandingkan dengan lingkungan keluarga, khususnya lingkungan masyarakat.
Bagaimanapun juga para siswa selalu berada dalam resiko kesehatan dan status
nutrisi yang buruk. Namun hal tersebut dapat ditangani secara efektif, sederhana dan
dengan biaya yang murah melalui program kesehatan sekolah.
Berdasarkan disebutkan bahwa UU No.23 tahun 1992 pasal 45 tentang
Kesehatan kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan
dapat menjadikan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Berdasarkan Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Usaha Kesehatan
Sekolah adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang
dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di
sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka
pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan sekolah (Effendi,1998).
Sedangkan menurut departemen kesehatan, Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta
lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. UKS merupakan wahana untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat yang pada gilirannya menghasilkan derajat
kesehatan yang optimal.
Program tentang pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah
(UKS) di sekolah/satuan pendidikan luar sekolah dilaksanakan melalui tiga program
40
pokok yang meliputi : pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan
lingkungan kehidupan sekolah sehat. Dalam mendukung pelaksanaan tiga program
pokok UKS di sekolah ataupun satuan pendidikan luar sekolah diperlukan program
penduduk yang meliputi : ketenagaan, pendanaan, sarana prasarana, dan penelitian
dan pengembangan, pembinaan serta pengembangan usaha kesehatan sekolah (UKS)
dilaksanakan oleh tim UKS yang terdiri atas : tim pembina UKS pusat, tim pembina
UKS propinsi, tim pembina UKS kabupaten / kota,tim pembina UKS kecamatan,
tim pembina UKS di sekolah
Adapun pembahasan laporan kali ini dititikberatkan pada upaya usaha
kesehatan sekolah berupa pemeriksaan ketajaman penglihatan, kesehatan gigi dan
mulut (Gimul), pemeriksaan kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT),
status gizi dan kesehatan reproduksi sebagai upaya pemeliharaan dan pengawasan
kebersihan perorangan.
B. Tujuan Kegiatan
1. Melakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan, kesehatan gigi dan mulut, THT,
dan status gizi, kesehatan reproduksi pada siswa untuk mendeteksi dini kelainan
pada gigi dan mulut, THT, dan sistem reproduksi.
2. Menanamkan kebiasaan hidup sehat dan mendorong siswa untuk ikut serta
dalam berbagai usaha kesehatan serta ikut bertanggung jawab atas kesehatannya
sendiri dan lingkungannya.
C. Manfaat Kegiatan
1. Terdeteksinya kelainan kesehatan pada siswa secara dini terutama dalam hal
ketajaman penglihatan, kesehatan gigi dan mulut, THT, status gizi dan sistem
reproduksi.
2. Pencegahan dan pengobatan terhadap gangguan ketajaman penglihatan penyakit
gigi dan mulut, THT, dan status gizi sistem reproduksi pada siswa.
3. Meningkatnya kesehatan siswa sehingga dapat tumbuh dan belajar secara
optimal dan efisien.
41
4. untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga ketajaman
penglihatan, kesehatan gigi, mulut, status gizi dan THT serta kesehatan tubuh.
D. Uraian Kegiatan
UKS dilakukan mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan
Atas. Adapun sasaran dari kegiatan ini diutamakan siswa kelas 1 SLTP.
Dalam kegiatan ini, dilakukan pemeriksaan fisik umum seperti mengukur
berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui tumbuh kembang siswa. Selain itu
juga dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut dan THT dari masing-masing siswa yang
bertujuan untuk screening sehingga bisa diketahui penyakit gigi, mulut, dan THT
dan juga dilakukan penilaian terhadap kesehatan reproduksi secara dini. Bagi siswa
yang tidak ditemukam ketajaman penglihatan, kelainan kesehatan gigi dan mulut,
THT, maupun sistem reproduksi dianjurkan untuk terus melakukan pemeliharaan
kebersihan (tindakan preventif). Sedangkan bagi siswa yang didapati adanya
kelainan kesehatan baik pada kesehatan gigi dan mulut, THT, ataupun sistem
reproduksi diberikan rujukan ke Puskesmas Rambung untuk dilakukan penanganan
lebih lanjut.
E. Pelaksanaan
Pelaksana :
Tim Puskesmas Rambung
dr. Jonson Sinaga (Dokter Umum)
Sejahrahna (Perawat Gigi)
Jenni R. Sihombing (Pengelola UKS Puskesmas Rambung)
Dika Ardiansyah (Coass)
Nur Hasanah (Coass)
Feby Lispandan Wangi (Coass)
Ratna Minanda Fitriyani (Coass)
F. Metode Pelaksanaan
42
1. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Pengukuran tinggi badan dan berat badan perlu dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status gizi agar
pertumbuhan anak dapat berkembang secara optimal. Adapun dalam kegiatan
ini, pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan pita ukur.
Sedangkan pengukuran berat badan menggunakan timbangan. Hasil dari
pengukuran tersebut kemudian dicatat. Siswa yang telah diukur tinggi badan dan
berat badannya kemudian melanjutkan ke pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh
dokter.
2. Pemeriksaan fisik
Setelah dilakukan pencatatan tinggi badan dan berat badan, dilakukanlah
pemeriksaan fisik secara umum yang kemudian dilanjutkan pemeriksaan fisik
khusus untuk menilai ketajaman pengglihatan, kesehatan gigi, mulut, status gizi
dan THT dari masing-masing siswa yang bertujuan untuk screening sehingga
bisa diketahui penyakit gigi, mulut, dan THT secara dini.
a. Ketajaman Penglihatan
Siswa yang akan diperiksa visus mata beridiri atau duduk dengan jarak
pandang lima meter, menggunakan snellen chart. Pada siswa yang
bermasalah jarak pandang diberikan penyuluhan dan dianjurkan berobat ke
dokter mata.
b. Pemeriksaan gigi dan mulut
Siswa yang akan diperiksa diminta untuk membuka mulutnya.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat senter/ pen light,
senter/penlight diarahkan pada gigi atas, bawah, depan dan belakang. Pada
siswa yang giginya masih bagus dianjurkan untuk terus melakukan
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan gigi sedangkan untuk siswa yang
giginya bermasalah dan perlu penanganan dan tindakan lebih lanjut,
diberikan rujukan ke Puskesmas Rambung serta diberitahukan kepada pihak
sekolah.
43
c. Pemeriksaan THT
Pemeriksaan dilanjutan dengan pemeriksaan tonsil dengan meminta
siswa membuka lebar mulut kemudian menjulurkan lidah keluar agar bagian
tonsil dapat terlihat. Tonsil yang membesar dapat menghambat keluar
masuknya udara. Infeksi pada tonsil dapat mengakibatkan kemerahan dan
pembengkakan pada tonsil serta ditemukannya eksudat / bercak berwarna
putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit
tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi, bau mulut serta nyeri telinga.
Pembesaran tonsil dapat diukur dengan cara mengukur tonsil, adapun
ukuran tonsil yang lazim digunakan adalah sebagai berikut:
T0 : Post Tonsilektomi
T1 : Tonsil masih terbatas dalam Fossa Tonsilaris
T2 : Sudah melewati pillar anterior belum melewati garis paramedian
(pillar post)
T3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median
T4 : Sudah melewati garis median
Pemeriksaan Telinga untuk mendeteksi / screening adanya sumbatan
serumen (cerumen impaction). Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
alat senter/ pen light, mula- mula lihat keadaan dan bentuk daun telinga
kemudian dengan menarik perlahan daun telinga ke atas dan ke belakang
agar liang telinga menjadi lebih lurus serta mempermudah untuk melihat
keadaan liang telinga dan membran timpani. Senter bagian liang telinga
44
untuk melihat ada tidaknya sumbatan serumen. Pada siswa yang tidak ada
sumbatan serumen dianjurkan untuk terus melakukan pemeliharaan
kebersihan dan kesehatan telinga sedangkan untuk siswa yang telinganya
bermasalah dan perlu penanganan dan tindakan lebih lanjut, diberikan
rujukan ke Puskesmas Rambung serta diberitahukan kepada pihak sekolah.
Pemeriksaan rongga hidung dilakukan dengan menggunakan alat senter/
pen light, mula-mula lihat keadaan dan bentuk rongga hidung, rhinorea,
bentuk septum, dan keadaan rongga hidung secara menyeluruh. Jika
ditemukan adanya kelainan, maka siswa dirujuk ke Puskesmas Rambung
untuk dilakukan penanganan lanjutan.
3. Pemeriksaan sistem reproduksi
Pemeriksaan sistem reproduksi pada siswa/I SMP/MTs dilakukan dengan cara
menganamnesa siswa/i dan meminta siswa/i untuk mengisi kuesioner yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan seputar sistem reproduksi dan perkembangan
sistem reproduksi. Dari hasil anamnesa dan kuesioner yang dibagikan kemudian
disimpulkan mengenai keadaan kesehatan sistem reproduksi para siswa/i.
No Nama Sekolah Tanggal Waktu
1 SMP PABA Binjai 08 oktober 2014 09.00 sd selesai
2 SMP PALAPA 09 oktober 2014 08.00 sd selesai
3 SMP NEGERI 13 14 okober 2014 09.00 sd selesai
4 MTs NEGERI 21 oktober 2014 09.00 sd selesai
CAKUPAN PENJARINGAN ANAK SEKOLAH
TAHUN 2014
45
PUSKESMAS/ PUSTU : RAMBUNG
NONAMA
SEKOLAH
SASARAN CAKUPANPERSENTASE KETERANGAN
1 SMP PABA
Binjai
50 siswa 48 siswa 96 %
2 SMP PALAPA 43 siswa 35 siswa 81 %
3 SMP NEGERI 13 107 siswa 103 siwa 96 %
4 MTs NEGERI 200 siswa 188 siswa 94 %
JUMLAH 400 siswa 374 siswa 93,5 %
KECAMATAN : BINJAI SELATAN
No Nama
Sekolah
Jumlah
Siswa
Mata Telinga Gigi THT Lain-Lain
1 SMP PABA 48 2 siswa
rabun
jauh
23 siswa
serumen
+
25 siswa
karies dan
berlobang
12 siswa
amandel atau
tonsilitis
Jantung 1
Asma 2
2 SMP PALAPA 35 2 siswa
rabun
jauh
13 siswa
serumen
+
22 siswa
karies dan
berlobang
6 siswa
amandel atau
tonsulitis
-
3 SMP N 13 103 3 siswa
rabun
jauh
31 siswa
serumen
+
52 siswa
karies dan
berlobang
13 siswa
amandel atau
tonsilitis
2 siswa
pembesran
KGB
4 MTs NEGERI 188 25 siswa
rabun
jauh
64 siswa
serumen
+
150 siswa
karies dan
berlobang
16 siswa
amandel atau
tonsilitis
1 siswa
kelemahan
jantung
1 siswa
benjolan leher
depan
1 siswa asma
46
1 siswa post
fraktur
Total 274 32 131 249 47 8
G. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan didapatkan masih banyak siswa yang menderita
kekuranganan tajam penglihatan, karies gigi, pembesaran tonsil, dan sumbatan
serumen (Serumen Impaction). Selain itu ditemukan asma dan pembengkakan
dileher depan itu juga ditemukan beberapa kelainan jantung, ISPA saat
dilakukan pemeriksaan.
Pada satu sekolah (SMP PABA) didapatkan hasil pemeriksaan kecurigaan
adanya kasus Gigantisme atau hiperproduksi Growth Hormone
Dari hasil pemeriksaan kesehatan reproduksi, tidak ditemukan adanya kelainan
kesehatan maupun perkembangan dalam sistem reproduksi siswa/i.
H. Saran
Perlu dilakukannya promosi kesehatan yang berkesinambungan mengenai
kesehatan gigi dan mulut serta THT.
Bahwa tingkat kesehatan tidak hanya ditentukan melalui kegiatan kuratif namun
yang utama adalah tindakan Promotif, maka tindakan penyuluhan mengenai
PHBS perlu dilakukan di sekolah-sekolah dengan angka kejadian ISPA tinggi.
Semua siswa yang mengalami menglami masalah penyakit harus segera berobat
ke pelayanan kesehatan atau ke Puskesmas terdekat.
Perlu adanya peran serta guru dalam hal menanamkan kebiasaan hidup sehat
kepada para siswa/i, pemeriksaan dan pengawasan kebersihan perorangan dan
lingkungan, mengenal tanda penyakit menular beserta masalah dan tindakan
selanjutnya.
47
Puskesmas Rambung selaku Puskesmas penyelenggara kegiatan pemeriksaan
siswa sekolah memfasilitasi tindakan pemeriksaan lanjut apabila ditemukan
siswa yang terindikasi mengidap ISPA.
Kiranya kegiatan penajringan kesehatan tingkat SLTP dilakukuan secara rutin
setiap tahun.
Sebaiknya sarana dan prasarana alat kesehatan yang berkaitan dengan
penjaringan kesehatan dilengkapi.
Alat transportasi kesekolah sebaiknya dilengkapi.
48
LAMPIRAN
Penjaringan Kesehatan SMP PABA
49
Penjaringan Kesehatan SMP PALAPA
50
Penjaringan Kesehatan SMP N13
51
PENYULUHAN DAN CARA MENYIKAT GIGI DENGAN BENAR SISWA SD
KELAS I
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia sehat secara
jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak- anak setiap orang tua menginginkan anaknya
bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh merekan
sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehtan tubuh secara umu, juga
kesehatan gigi dan mulut. Karena gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh
secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan
bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan
dari kesehatan tubuh secara umum.
Gigi merupakan bagian yang terpenting dalam mulut yang dapat berfungsi untuk
makan dan berbicara. Kerusakan gigi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan
oleh kurangnya kebersihan gigi dan mulut. Anak usia sekolah merupakan usia dimana
mereka lebih cenderung mengosumsi makanan yang manis seperti coklat dan permen.
Hal ini menjadi faktor utama meningkatkan anak usia sekolah dengan masalah
kerusakan gigi. Oleh karena itu, kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena gigi dan
gusi yang rusak dan tidak terawatt akan menyebabkan rasa sakit, ganguan pengunyahan
dan dapat mengganggu keshetan tubuh lainya. Hal ini dapat dicegah dengan memelihara
kesehatan gigi dan mulut, salah satunya dengan menggosok gigi.
B. Tujuan
1. Memberi pemahaman kepada siswa-siswi kelas I SDN 024767 mengenai cara
menggosok gigi dengan benar.
2. Memberi pemahaman kepada Siswa-siswi kelas I SDN 024767 mengenai
pentingnya menggosok gigi.
52
3. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku -siswi kelas I SDN 024767
tentang pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut.
4. Meningkatkan pengetahuan anak SD tentang penyebab gigi berlubang yaitu
malas sikat gigi, rongga mulut yang kotor dan makanan dan minumann yang
manis.
C. Sasaran
Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah siswa-siswi kelas 1 di SDN 024767
Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan
program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Kelurahan
Rambung Dalam nantinya
D. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
a. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan ini pada minggu Keempat, Kelurahan Rambung Dalam,
Kecamatan Binjai Selatan. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di SDN
024767 Rambung Dalam.
b. Kronologis Kegiatan
1. Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan media
penyuluhan yaitu alat peraga berupa pantom gigi dan poster, sikat gigi
khusus anak-anak, pasta gigi, dan cawan gelas plastk diberikan secara
gratis.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : Selasa, 21 Oktober Pukul 09,00.00 WIB s/d selesai
Tempat : Kelas 1SDN 024767 Kelurahan Rambung Dalam
Acara : Penyuluhan Gosok Gigi
Jumlah siswa SDN 024767
53
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 18 5 23
2 II 10 9 19
3 III 11 10 21
4 IV 10 11 21
5 V 10 8 18
6 VII 10 11 21
Jumlah 69 54 123
E. Kepanitiaan
Penanggung Jawab : Jenny R.M. Sihombing
54
Perawat Gigi : Sejarahna
Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah
Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah
Sekretaris : Feby Lispandan Wangi
Bendahara : Ratna Minanda Fitryani
Dokumentasi : Nur Hasanah
55
LAMPIRAN
56
57
PENYULUHAN CACINGAN DAN PEMBERIAN OBAT CACING DI SD
WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAMBUNG KECAMATAN
BINJAI SELATAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,
salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini
dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan
produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian,
karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah,
sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi Cacingan di
Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk
yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada
Pasal 3 dinyatakan bahwa : Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungannya.Sedangkan pada Pasal 8 dinyatakan bahwa: Pemerintah bertugas
menggerakkan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pembiayaan
kesehatan, dengan memperhatikan fungsi social sehingga pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin.
Sejalan dengan berlakunya desentralisasi sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; Undang-Undang No.
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pusat,
Propinsi, Kabupaten/Kota sebagai daerah Otonom. Maka berbagai kegiatan telah
dilaksanakan seperti Pencanangan program pemberantasan cacingan pada anak
dilakukan oleh Menteri Kesehatan Prof. DR. Sujudi di Medan pada tanggal 12 Juni
1995. Kerjasama upaya pemberantasan Cacingan merupakan salah satu program
58
Departemen Kesehatan, dalam rangka mendorong masyarakat untuk menjadi pelaku
utama dalam pemberantasan cacingan di daerahnya masing-masing.
Pemberantasan Cacingan sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman penjajahan
oleh sector kesehatan saja yang meliputi pengobatan dan pembuatan jamban. Upaya
pemberantasan dan pencegahan penyakit Cacingan di Indonesia secara nasional
dimulai tahun 1975 setelah dibentuk unit struktural di Direktorat Jenderal P3M
(Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular). Departemen Kesehatan, yaitu
Sub Direktorat Cacing Tambang dan Parasit Perut Lainnya karena terbatasnya dana
kebijakan pemberantasan cacingan dilakukan “Limited Control Programme“.
Program pemberantasan yang dilaksanakan pada PELITA III (tahun 1979–
1984) mengambil prioritas utama yaitu daerah produksi vital (pertambangan,
perkebunan, pertanian, transmigrasi, dan industri).
Pada Pelita IV tahun (1984–1989) kebijaksanaan pemerintah di bidang
pembangunan kesehatan terutama ditujukan pada program-program yang
menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, maka pemberantasan penyakit
Cacingan agak kurang mendapat prioritas. Sejalan dengan keputusan Menteri
Kesehatan No.558; Sub Dit Cacing Tambang dan Parasit Perut Lainnya tidak dikelola
lagi oleh satu Sub Dit tersendiri, tetapi kegiatan Cacingan diintegrasikan dalam Sub
Dit Diare dan Kecacingan.
Pada Pelita V tahun (1989–1994) dan Pelita VI tahun (1994–1999) Program
Pemberantasan Penyakit Cacingan meningkat kembali prioritasnya karena pada
periode ini lebih memperhatikan peningkatan perkembangan dan kualitas hidup anak.
Pelaksanaan pemberantasan Cacingan dilaksanakan oleh berbagai pihak terutama
sebagai riset operasional oleh para ilmuwan, LSM dan donatur baik dalam maupun
luar negeri dengan kemitraan dan yang paling penting peran serta masyarakat,
sedangkan pemerintah lebih bersifat koordinatif dan fasilitasi.
Kemitraan ini dimulai oleh salah satu LSM yang telah berperan dalam
pemberantasan Cacingan di DKI yaitu Yayasan Kusuma Buana (YKB). Yayasan ini
mulai berdiri tahun 1980 dan tahun 1984 mulai merintis upaya pemberantasan
Cacingan di masyarakat. Sejak tahun 1987 YKB bersama-sama PKBI memulai upaya
pemberantasan Cacingan berbasis sekolah (School-Based) yang pertama di
59
Indonesia. Kegiatan ini memadukan penyuluhan dengan pemeriksaan berkala serta
pengobatan selektif. Upaya ini didukung oleh kontribusi orangtua murid sebesar
Rp.1.000,- per anak per tahun. Ternyata upaya ini telah berhasil meningkatkan
cakupan secara swadaya dan menurunkan prevalensi cacingan dari 78,6% (tahun
1987) menjadi 8,9% (tahun 2003) dan telah berhasil mengembangkan sarana
pemeriksaan laboratorium dengan kapasitas pemeriksaan massal (mass screening
laboratory). Kegiatan ini membuka peluang bagi YKB untuk melakukan kegiatan
lain berupa penyuluhan dan pemeriksaan pap smear yang merupakan rangkaian
kegiatan Seminar Sehari untuk Guru. Pada tahun 1992 ada kerja sama pemerintah
Indonesia dengan Universitas Oxford dalam Program Pemberantasan Cacingan Di
Kabupaten Karang Anyar Jawa Tengah, dan pada tahun berikutnya telah
dikembangkan ke seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Pada awal tahun 1995 Menteri Kesehatan RI (Prof.Dr. Suyudi) meminta Prof.
DR. Dr. Sri Oemiyati, MPHTM dan kawan-kawan membuat pola pemberantasan
Cacingan dengan pendekatan kemitraan, maka pada tanggal 12 Juni 1995 di Medan,
Menteri Kesehatan mencanangkan Pemberantasan Cacingan melalui UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah) dengan judul “Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Melalui Promosi Budaya Hidup Sehat Dengan Pendekatan Kemitraan”. Kegiatan ini
melibatkan peran serta masyarakat Sumatera Utara yang diberi nama “Martabe”.
Kemudian disusul dengan Jawa Barat dengan nama “Rereongan Sarumpi”.
Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) ialah suatu upaya
untuk meningkatkan ketahanan fisik bagi anak Sekolah Dasar/MI di seluruh
Indonesia terutama di daerah IDT, melalui perbaikan gizi dan kesehatan diharapkan
dapat mendorong minat dan kemampuan anak untuk belajar. Direncanakan program
pemberian makanan tambahan ini dapat meningkatkan ekonomi daerah, dengan
memanfaatkan komoditas pangan setempat. Pendekatan perbaikan gizi dalam PMT-
AS yang dikombinasikan dengan program lain yang merupakan bentuk program
paling ideal sesuai konsep pembangunan daerah IDT. Konsep PMT-AS sejalan
dengan pemikiran pakar gizi Internasional dan Nasional yang menyimpulkan bahwa
perbaikan gizi baru akan efektif apabila dipadukan secara holistic dengan program-
program lain.
60
Sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan efektifitas asupan gizi yang
diberikan, para pakar gizi dan kesehatan menyarankan agar PMT-AS diberikan
dengan pemberian obat cacing. Pemikiran ini didasarkan pada kajian teknis medis
dampak Cacingan terhadap keadaan zat gizi. Cacing sebagai hewan parasit tidak saja
mengambil zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus sehingga
mengganggu penyerapan zat–zat gizi tersebut.
Berkaitan dengan pemikiran di atas, maka PMT-AS yang dimulai pada tahun
anggaran 1996/1997 sampai dengan tahun 1999/2000 menjadikan pemberian obat
cacing sebagai salah satu kegiatannya. Sampai tahun 1999/2000 telah mencakup
9.416.039 murid termasuk penduduk pesantren di 20 provinsi di Indonesia. Semua
program tersebut di atas hasilnya tidak sama. Ada yang sangat baik dan ada yang
tidak jalan sama sekali.
B. Tujuan
1. Menurunkan prevalensi dan intensitas Penyakit Cacingan sehingga dapat
menunjang peningkatan mutu sumber daya manusia, guna mewujudkan manusia
Indonesia yang sehat.
2. Meningkatnya cakupan Program Pengendalian Penyakit Cacingan pada anak SD
C. Sasaran
Adapun sararan dalam program ini adalah masyarakat dengan risiko
tinggi terhadap infeksi cacing yaitu masyarakat yang sering berhubungan dengan
tanah, antara lain yaitu anak Sekolah Dasar yang ada di seluruh wilayah kerja
Puskesmas Rambung Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan program ini
dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat di seluruh Kecamatan Binjai
Selatan.
D. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
1. Waktu dan Tempat
61
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada minggu keempat dan kelima
selama 2 hari. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di seluruh Sekolah
Dasar Kecamatan Binjai Selatan.
3. Kronologis Kegiatan
Pada tahap penyuluhan ini persiapan kami mempelajari teori tentang
Cacingan dan persiapan bahan persentasi yang di tampilkan dalam bentuk
karton dan gambar-gambar.
I. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : 21,29 Oktober 2014, Pukul 9.00 WIB s/d selesai
Tempat : Sekolah Dasar di seluruh wilayah kerja Puskesmas Rambung
Kecamatan Binjai Selatan
Acara : Penyuluhan Cacingan dan Pemberian obat Cacing
62
1. Jumlah siswa SDN 024767No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 18 5 232 II 10 9 193 III 11 10 214 IV 10 11 215 V 10 8 186 VI 10 11 21
Jumlah 69 54 123
2. Jumlah siswa SDN 02389No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 11 10 212 II 10 8 183 III 15 12 274 IV 9 9 185 V 10 11 216 VI 10 14 24
Jumlah 54 64 129
3. Jumlah siswa SDN 020256No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 26 20 462 II 27 31 583 III 21 24 454 IV 17 14 315 V 11 13 246 VI 16 22 38
Jumlah 118 124 242
4. Jumlah siswa SDN 023893No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 17 19 362 II 18 22 403 III 20 30 504 IV 23 10 395 V 24 16 406 VI 15 19 38
Jumlah 121 122 243
63
5. Jumlah siswa SDN 024774No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 14 9 232 II 11 6 173 III 11 11 224 IV 18 3 215 V 6 9 156 VI 7 5 13
Jumlah 67 43 110
6. Jumlah siswa SDN 023895No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 24 24 482 II 24 13 373 III 30 24 544 IV 17 24 415 V 16 26 426 VI 18 24 42
Jumlah 129 135 264
7. Jumlah siswa SDN 024767No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 14 9 232 II 10 9 193 III 10 11 214 IV 10 11 215 V 11 8 196 VI 11 11 22
Jumlah 66 59 125
E. Kesimpulan
Pengendalian Penyakit Cacingan dapat untuk menurunkan prevalensi dan
intensitas Penyakit Cacingan sehingga dapat menunjang peningkatan mutu sumber daya
manusia, guna mewujudkan manusia Indonesia yang sehat. Program pemberantasan
64
Cacingan menghasilkan perbaikan besar baik bagi kesehatan perorangan maupun
kesehatan masyarakat, yaitu :
1. Dengan bebas penyakit cacingan produktivitas meningkat.
2. Dengan berperilaku hidup bersih dan sehat, aku bebas penyakit cacingan.
3. Penyakit cacinganku hilang prestasiku meningkat.
F. Saran
Lebih baik mencegah daripada mengobati penyakit cacingan, yaitu dengan :
1) Menjaga Kebersihan Perorangan :
a) Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan
menggunakan air dan sabun
b) Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi
c) Memasak air untuk minum
d) Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan;
e) Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari;
f) Memotong dan membersihkan kuku;
g) Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah;
h) Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari
makanan tersebut;
i) Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka;
j) Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya
2) Menjaga Kebersihan Lingkungan :
a) Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.
b) Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.
c) Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.
d) Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan lipas.
e) Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.
65
LAMPIRAN
66
PENYULUHAN TOGA (TANAMAN OBAT KELUARGA)
67
DI SEKOLAH DASAR NEGERI 023895
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi – tingginya, sebagai modal bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial ekonomi. Oleh karena itu pemerintah melakukan berbagai
program pengembangan kesehatan tradisonal dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yaitu revitalisasi pengembangan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) berperan
penting dalam menciptakan pradigma sehat di masyarakat. TOGA merupakan sebidang
tanah baik di lahan perkarangan rumah, sekolah, kebun, ladang, dan lain sebagainya
yang digunakan untuk menanam tanaman yang berkhasiat obat yang memenuhi
kebutuhan keluarga dan masyarakat akan obat.
Indonesia merupakan negara kaya dengan keanekaragaman hayati (A Mega
Biodivercity Country) dimana terdapat lebih kurang 30.000 jenis tanaman yang tersebar
di seluruh tanah air, sekitar 9600 spesies berkhasiat obat dan kurang lebih 300 spesies
yag digunakan oleh industri obat tradisional. Oleh karena itu keanekaragaman hayati di
Indonesia merupakan aset dan sumber daya yang harus dipelihara dan dikelola untuk
dapat menjadi warisan leluhur dan bermanfaat bagi masyarakat untuk pemeliharaan
kesehatan.
TOGA (Tanaman Obat Keluarga) pada hakekatnya adalah berbagai jenis
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat bagi keluarga. Ditanam disekitar
rumah dan diperlukan sebagai tanaman yang turut mempercantik sekitar halaman
rumah. Manfaat yang didapat dari budidaya TOGA (Tanaman Obat Keluarga) antara
lain pencegahan penyakit jika digunakan secara dini dan berkelanjutan, pengobatan pada
penyakit luar dan dalam, membentuk iklim mikro yang sejuk dan nyaman, kandungan
kimianya merupakan dasar obat-obatan modern, murah dan lebih mudah didapat.
68
Revitalisasi TOGA perlu dilakukan agar dapat berkembang secara optimal dan
dimanfaatkan seluas – luasnya oleh masyarakat sebagai bahan ramuan yang berkhasiat
dalam upaya menjaga, meningkatkan dan menanggulangi kesehatan. Berdasarkan
kebutuhan dan kesadaran tersebut maka disusunlah pedoman pengelolaan dan
pemanfaatan TOGA sebagai acuan bagi petugas kesehatan dan petugas lainnya dalam
melakukan pembinaan di masyarakat. Oleh karena itu melalui kegiatan Co-Ass Public
Health di Dinas Kesehatan Kota Binjai, maka kami mengadakan penyuluhan kesehatan
mengenai TOGA (Tanaman Obat Keluarga) yang diselenggarakan di SD 023895
Kelurahan Rambung, Kecamatan Binjai Selatan.
B. Tujuan
1. Memberi pemahaman kepada para siswa-siswi mengenai TOGA (Tanaman Obat
Keluarga)
2. Memberikan pengarahan kepada para siswa-siswi untuk dapat melestarikan
TOGA (Tanaman Obat Keluarga)
3. Memberi anjuran kepada parasiswa-siswi agar dapat memanfaatkan TOGA
(Tanaman Obat Keluarga) dalam upaya menjaga, meningkatkan, dan
menanggulangi kesehatan
C. Sasaran
Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah para siswa-siswi kelas 4-6 di SD Negeri
023895 Kelurahan Rambung Timur, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan
program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh siswa-siswi SD Kelurahan
Rambung nantinya.
D. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
a. Waktu dan Tempat
69
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini dimulai pada hari Kamis, tanggal 30
Oktober 2014, pukul 10.00 WIB, Kelurahan Rambung Timur, Kecamatan Binjai
Selatan. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di SD Negeri 023895.
b. Kronologis Kegiatan
1. Persiapan
Tahap persiapan dimulai sejak tanggal 28 Oktober 2014 dan tahap persiapan
yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah :
1. Melakukan survey untuk melihat berbagai TOGA (Tanaman Obat Keluarga) di
Dinas Kesehatan Kota Binjai. Dari survey tersebut terdapat jenis TOGA
(Tanaman Obat Keluarga) yang akan dilakukan untuk materi penyuluhan.
2. Menyiapkan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) yang digunakan untuk
pembibitan. Pembibitan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) ini menggunakan
TOGA (Tanaman Obat Keluarga), polybag yang diisi oleh tanah serta pupuk,
dan air. Adapun TOGA (Tanaman Obat Keluarga) tersebut yaitu jahe, kunyit,
lengkuas, sambiloto, meniran, jambu air, pegagan, mengkudu, sirih merah, lidah
buaya, kumis kucing, brotowali, jeruk nipis
3. Pembuatan media penyuluhan berupa Power Point, poster, leafleat, dan TOGA
(Tanaman Obat Keluarga). Tempat dan alat-alat lainnya disiapkan oleh anggota
sesuai dengan tugas masing-masing.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 10.00 WIB s/d selesai
Tempat : SD Negeri 023895
Acara : Penyuluhan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) pada siswa-siswi
SD Negeri 023895 kelas 4-6
Kegiatan penyuluhan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) ini dihadiri oleh 80
orang siswa-siswi kelas 4-6 beserta 2 orang guru. Adapun tanggapan dari siswa-siswi
70
saat penyuluhan berlangsung adalah siswa-siswi sangat antusias dan tertib dalam
menyimak informasi yang diberikan. Selain itu dalam penyuluhan ini siswa-siswi ikut
berperan aktif selama penyuluhan berlangsung dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan oleh pembawa materi.
Kami juga membuat buku yang memuat materi tentang TOGA (Tanaman Obat
Keluarga) yang telah disampaikan. Buku tersebut diserahkan kepada Kepala UKS
dengan harapan bahwa buku tersebut akan bermanfaat bagi seluruh siswa-siswi maupun
guru sebagai acuan dalam pembuatan obat tradisional.
F. Kepanitiaan
Penanggung Jawab :- Jenni R. Sihombing, Amd.Kep
- Jaranah
Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah
Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah
Sekretaris : Feby Lispandan Wangi
Bendahara : Ratna Minanda Fitryani
Penyaji Materi : Dika Ardiansyah
Koor. Pelaksana : Dika Ardiansyah
Konsumsi : Feby Lispandan Wangi
Dokumentasi : Nur Hasanah
Ratna Minanda Fitryan
Dokumentasi
71
(Survey untuk melihat berbagai TOGA yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Binjai
yang akan digunakan sebagai bahan dalam materi penyuluhan)
(Pembibitan TOGA)
72
(Penyuluhan mengenai TOGA kepada siswa-siswi SD kelas 4-6)
(Pemberian buku dan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) kepada Kepala UKS SD Negeri
023895)
73
(Foto bersama siswa-siswi SD Negeri 023895 kelas 4-6)
BAB IV
PENUTUP
74
Demikian Laporan Kegiatan Kelompok kami selama kegiatan Public Health dari
tanggal 29 September - 05 Desember 2014 di wilayah kerja Puskesmas Rambung
Kelurahan, Kecamatan Binjai Selatan. Harapan kami kegiatan ini dapat terus
dilaksanakan meskipun kami telah selesai menjalani kegiatan Co-Ass Public Health.
Terima kasih dan semoga bermanfaat.
77