Download - BAB II.docx

Transcript
Page 1: BAB II.docx

BAB II

PERHITUNGAN CAIRAN, PENGUKURAN ASUPAN DAN KELUARAN CAIRAN

2.1. Proporsi Cairan Tubuh

            Air memiliki presentase yang besar dari badan manusia. Pada bayi prematur sekitar 80%

dari barat badannya adalah air. Sedangkan pada bayi yang lahir cukup sekitar 70% dari berat

badannya merupakan air. Seiring dengan bertumbuhnya usia maka presentase air menurun. Pada

orang dewasa laki-laki kira-kira 60% dari berat badannya adalah air. Sedangkan pada wanita

dewasa sekitar 50% adalah air. Presentase air pada tubuh lansia kira-kira 45% sampai 55% dari

berat badannya. (Horner dan Swearingen.2001).

            Cairan di dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul didalam satu tempat saja, melainkan

didistribusikan kedalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.

Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat didalam sel denganm jumlah sekita 40% dari

berat badan, dan merupakan bagian dari protoplasma. Pada intraseluler ini terjadi proses

metabolisme.

            Cairan ekstraseluler adalah cairan yang terdapat diluar sel dengan jumlah sekitar 20%

dari berat badan dan berperan dalam memberi bahan makanan bagi sel dan membuang sampah

sisa metabolisme. Cara ekstraseluler ini terbagi menjadi dua, yaitu cairan intersitial dan cairan

intravaskuler. Cairan intersitial adalah cairan yang terdapat pada celah antarsel atau disebut pula

cairan jaringan, berjumlah sekitar 15%  dari berat badan. Pada umumnya cairan intrasitial

berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan tersebut bergerak.

Contoh dari cairan intersitial yaitu cairan pleura, cairan perikardial dan cairan peritoneal. Cairan

intravaskuler merupakan cairna yang terdapat didalam pembuluh darah dan merupakan plasma

yang berjumlah sekitar 5% dari berat badan.

2.2. Komponen Cairan

1. Cairan Nutrien

Page 2: BAB II.docx

Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori dalam bentuk karbohidrat,

nitrogen, dan vitaminn yang penting untuk metabolisme. Kalori Yng berada cairan dapat berkisar

antara 200-1500 kalori perliter.

Cairan nutrien terdiri atas :

  Karbohidrat dan air, contoh : dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar (½ dextrose dan

½ levulose)

  Asam amino, contoh : amigen, amonosol, dan travamin

  Lemak, contoh : lipomul dan liposyn.

1.    Blood Volume Expanders

                 Blood volume eksanders merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi untuk

meningkatkan volume pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Jenis blood

volume expanders antara lain human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang

berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik, sehingga secara langsung dapat

meningkatkan jumlah volume darah.

2.    Cairan Elektrolit

                 Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap

dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan salineterdiri atas cairan isotonik, hipotonik dan

hipertonik.

                 Contoh cairan elektrolit adalah :

  Cairan Ringer’s, terdiri atas : Na+, K+, Cl-, Ca2+

  Cairan Ringer’s Laktat, terdidri atas : Na+, K+, Mg+, Cl-, Ca2+, HCO3-

  Cairan Buffer’s, terdiri atas : Na+, K+, Mg2+, Cl-, HCO3-

2.3. Pengaturan Volume Cairan Tubuh

            Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang

masuk dan jumlah cairan yang keluar.

2.3.1.      Asupan Cairan

Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ±2500 cc per

hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan

mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus

Page 3: BAB II.docx

dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi

ketidakseimbangan volume cairan tubuh yang dimana asupan cairan kurang atau adanya

perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.

2.3.2.      Pengeluaran Cairan

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada

orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar

berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal

ini juga dihubungkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan

pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukan dalam praktik klinis.

Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan

(berupa feses).

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan

pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, demam,

keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang

dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus-menerus.

Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:

1.      Urine

      Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria. Proses ini

merupakan proses pengeluaranm cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada

glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah.

Hasil eksresi terakhir proses ini adalah urine.

      Jika terjadi pennurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor antrium jantung kiri dan

kanan akan mengirimkan impuls ke otak, kemudian otak akan mengirimkan impuls kembali ke

ginjal dan memproduksi ADH sehingga memengaruhi pengeluaran urine.

2.      Keringat

      Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat

dapat mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang

keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.

3.      Feses

Page 4: BAB II.docx

      Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui

feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar

melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas. Jumlah

rata-rata pengeluaran cairan memalui feses adalah 100 ml/hari.

2.4. Metode Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

            Keseimbangan cairan dalam tubuh tidak boleh dianggap sepele karena dapat mengganggu

vitalitas fungsional tubuh. Apabila tidak segera ditanggulangi maka akan menyebabkan

kematian. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus tanggap dan cakap dalam

mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

            Perawat harus memiliki kompetensi yang baik dalam beberapa hal terkait dengan

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit guna penanggulangan gangguan cairan dan elektrolit.

Kompotensi tersebut meliputi terapi intravena, mengukur intake dan output cairan, dan transfusi

darah.

2.4.1. Menghitung Cairan Intravena (Infus)

            Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung kedalam

pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tindakan

ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai

pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan dan minum melaui mulut.

Prosedur kerja :

1.      Observasi kepatenan selang dan jarum IV

a.       Buka pengatur tetesan dan observasi kecepatan aliran cairan dan larutan IV ke dalam bilik

tetesan dan kemudian tutup pengatur tetesan apabila kecepatan telah sesuai dengan yang

diprogramkan.

b.      Apabila cairan tidak mengalir, rendahkan botol kantung cairan IV sampai lebih rendah dari

tempat masuknya infus dan observasi adanya aliran balik darah.

2.      Periksa catatan medis untuk pemberian larutan dan zat aditif yang tepat. Program yang biasa di

resepkan ialah pemberian larutan selama 24jam, biasanya dibagi ke dalam 2 sampai 3 L.

Kadangkala program pemberian IV hanya berisi 1 L untuk mempertahankan vena tetap terbuka

Page 5: BAB II.docx

(KVO). Catatan juga memperlihatkan waktu yang diperlukan untuk menginfuskan setiap liter

cairan.

3.      Kenali faktor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuah set infus, misalnya

:

  Mikrodrip (tetes mikro) : 60 tts/ml

  Makrodrip (tetes makro), yang terdiri dari :

-       Abbott Lab : 15 tts/ml

-       Travenol Lab : 10 tts/ml

-       McGaw Lab : 15 tts/ml

-       Baxter         :  10 tts/ml

4.      Pilih salah satu formula berikut untuk menghitung kecepatan aliran ( tts/ml) setelah menghitug

jumah ml/ jam jika dibutuhkan.

Volume total (ml) ÷ jam pemberian infus = ml/jam

a.                       ml/jam ÷ 60 menit = tts/mnt

b.                      ml/jam x faktor tetes ÷ 60 menit = tts/mnt

5.      Apabila digunakan pompa infus atau peralatan pengontrol volume, tempatkan alat tersebut di sisi

tempat tidur.

6.      Tentukan kecepatan per jam dengan membagi volume dengan jam.

Contohnya :

1000 ml ÷ 8 jam = 125 ml/jam atau jika 4 L diprogramkan untuk 24 jam, maka :

  4000 ml ÷ 24 jam = 166,7 atau 167 ml/jam

7.       Tempelkan label volume secara vertikal pada botol atau kantung IV di sebelah garis penunjuk

volume. Beri tanda plester berdasarkan kecepatan aliran perjam.

Misalnya : Jika seluruh volume cairan akan diinfuskan dalam 8,10, dan 12 jam, masing-masing

ukuran tersebut akan ditandai dengan plester.

8.   Setelah kecepatan perjam ditetapkan, hitung kecepatan permenit berdasarkan faktor tetes

didalam set infus. Set infus minidrip ini memiliki faktor tetes 60 tts/ml. Tetesan yang biasa

Page 6: BAB II.docx

digunakan atau makrodrip yang digunakan pada contoh ini memiliki faktor tetes 15 tetes/ml.

Dengan menggunakan rumus, hitung kecepatan aliran permenit :

Contoh kasus :

Botol 1 : mengalirkan 125 ml/jam

Mikrodrip :

Makrodrip :

9.   Hitung kecepatan aliran dengan menghitung jumlah tetesan di dalam bilik tetesan selama 1 menit

dengan menggunakan jam tangan dan kemudian atur klem penggeser untuk meningkatkan atau

menurunkan kecepatan infus. Ulangi sampai kecepatan aliran akurat.

10.  Ikuti prosedur ini untuk ;

a.       Pompa infus :

(1). Tempatkan monitor elektronik pada bilik tetesan di bawah asal tetesan dan di atas tinggi cairan di

dalam bilik.

(2). Tempatkan selang infus IV dengan bagian atas kotak pengontrol searah dengan aliran (mis. Di

bagian atas, bagian selang terdekat, dengan klien). Pilih jumlah tts/mnt atau volume/jam, pintu

untuk mengontrol bilik ditutup, nyalakan tombol daya dan tekan tombol start untuk memulai.

(3). Pastikan bahwa alat pengukur kecepatan. Tetesan pada selang infus berada pada posisi terbuka

saat pompa infus digunkan.

(4). Pantau kecepatan infus sekurang-kurangnya setiap jam.

(5). Kaji kepatenan sistem IV ketika alarm berbunyi.

b. Peralatan pengontrol volume

(1). Tempatkan peralatan pengontrol volume diantara kantung IV dan isertion spike dan set infus

(2). Masukan cairan yang akan diberikan dalam 2 jam ke dalam peralatan tersebut.

Page 7: BAB II.docx

(3). Kaji sistem IV sekurang-kurangnya setiap jam sekali dan tambahkan cairan ke dalam peralatan.

Atur kecepatan aliran.

11.  Observasi klien setiap jam untuk menentukan respons terhadap terapi IV dan upaya memperbaiki

keseimbangan cairan dan elektrolit. Juga periksa daerah pemasangan IV untuk melihat adanya

tanda-tanda infiltrasi, inflamasi dan plebitis.

12. Catat kecepatan infus, tts/mnt, dan ml/jam dicatatan klien sesuai dengan kebijakan lembaga.

Cara Menghitung Tetesan Infus :

a.       Dewasa :

Tetesan/Menit =

       Keterangan :

1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro

Comoh Soal :

1.      Seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000ml (2 botol) infus dalam waktu satu

jam, maka tetesan permenit ?

Jawab : Jumlah tetesan/menit = 2.      Berapa tetes macro per menit tetesan 500 cc infus RL harus diberikan agar habis dalam 4 jam?

Jawab :  Jumlah cc Rl yang diberikan perjam : 500 cc ÷ 4 jam = 125 cc/jam  Jumlah cc RL yang diberikan per menit :

125 cc ÷ 60 = 2,083 cc/menit  1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro

Jadi 2,083 cc = (2,083 x 20) = 41,66 tetes makro(2,083 x 60) 124,98 tetes mikro.

b.      Anak :

Tetesan/Menit =

            Contoh Soal :

1.      Seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengna 250 ml infus dalam waktu 2 jam, maka

tetesan permenit ?

Jawab : Jumlah tetesan/menit = 

Page 8: BAB II.docx

2.4.2.      Mengukur Intake dan Output Cairan

            Pengukuran intake dan output cairan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk

mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan jumlah cairn yang keluar dari

tubuh (output). Tujuan dari mengukur intake dan output cairan yaitu untuk menentukan status

keseimbangan cauran tubuh klien dn juga untuk menetukan tingkat dehidrasi klien.

                        Prosedur :

a.       Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan yang masuk ke dalam tubuh

melalui air minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme) dan cairan intrvena.

b.      Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, cairan yang keluar dari tubuh terdiri atas

urine, insensible water loss (IWL), feses, dan muntah.

c.       Tentukan kseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus intake-output.

Keseimbangan Intake dan Output :

a. Rata-rata intake cairan perhari :

1). Air minum : 1500 - 2500 ml

2). Air dari makanan : 750 ml

3). Air hasil metabolism oksidatif : 300 ml

b. Rata-rata output cairan perhari :

                                1). Urine : 1-2 cc/kgBB/jam

                                2). Insensible water loss :

                                      - dewasa : IWL = 10-15 cc/kgBB/hari

                                      - anak-anak : IWL = 30-umur th cc/kgBB/hari

                                      - bila ada kenaikan suhu :

                                        IWL = 200 (suhu sekarang sampai 36,8oC)

      3). Feses : 100-200 ml

 

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :

Salemba Medika

Page 9: BAB II.docx

Potter and Perry. 2006. Buku fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik edisi 4 volume 2.

Jakarta : EGC