BAB II.docx
Transcript of BAB II.docx
BAB II
PROSES PRODUKSI
II.1 Tahap Eksplorasi
Proses eksplorasi bijih timah pada PT. Timah (Persero) Tbk. terdiri dari
tambang darat dan tambang laut. Kegiatan eksplorasi terdiri dari beberapa
kegiatan yaitu sebagai berikut:
1. Indentifikasi daerah potensial.
2. Penyelidikan umum.
3. Pemboran prospeksi.
4. Pemboran produksi.
5. Perhitungan sumber daya.
Eksplorasi darat atau penambangan darat menggunakan alat bor manual
yang disebut bangka drill. Bangka drill mampu mengebor hingga kedalaman
30 meter. Selain Bangka Drill, digunakan bor mekanik yang memiliki
kemampuan mengebor hingga kedalaman 60 meter. Pemboran yang dilakukan di
lepas pantai menggunakan kapal bor atau ponton bor. Kapal bor mampu
mengebor dari permukaan laut ke dasar laut. Sampel diambil setiap 2 meter atau
dapat dilakukan juga pada setiap lapisan tanah yang berbeda.
PT. Timah (Persero) Tbk. melakukan kegiatan penambangan timah di darat
maupun di lepas pantai. Kegiatan penambangan yang dilakukan di darat
beroperasi di wilayah yang telah memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP).
6
7
Wilayah ini berada di daerah Kepulauan Bangka dan Belitung serta Kepulauan
Riau.
Proses penambangan timah yang berada di darat atau alluvial biasanya
menggunakan metode pompa semprot (gravel pump). Pengoperasiannya sesuai
dengan pedoman atau prosedur penambangan yang baik (good mining practices).
Sedangkan untuk penambangan di laut, perusahaan mengoperasikan kapal keruk
dengan jenis bucket line dredges. Ukuran mangkuknya mulai dari 7-24 cuft dan
dapat beroperasi mulai dari 15-50 meter di bawah permukaan laut dengan
kemampuan penggalian hingga 3,5 juta m3 material setiap bulannya.
PT. Timah (Persero) Tbk. membangun Kapal Isap Produksi (KIP) dengan
kemampuan penggalian mencapai 25 meter di bawah permukaan laut sehingga
dapat menjangkau cadangan sisa dari kapal keruk. Pengembangan bucket wheel
dredges nantinya akan menggantikan kapal keruk jenis bucket line yang
mempunyai kemampuan penggalian sekitar 70 m3 di bawah permukaan laut. Pada
hasil eksplorasi ini menghasilkan bijih timah berupa kasiterit.
II.2 Pengolahan Kasiterit
Pengolahan bijih timah yang dihasilkan dari tambang laut dan tambang
darat dengan kadar Sn sekitar 20-30% diproses di Pusat Pengolahan Bijih Timah
(PPBT) agar kasiterit terpisah dari mineral pengotornya. Selain dihilangkan
pengotornya, kadar Sn ditingkatkan sampai 72-74% sebagai syarat utama
peleburan. Diagram alir pengolahan timah mulai dari bijih kasiterit sampai
diperoleh kadar Sn 72-74% dapat dilihat pada Gambar II.1.
Pencucian Tailing
Jig Yuba
Rotary Dryer
Round Screen
Air Table
Magnetic Separator
High Tension Separator
Keterangan : F =Feed T = Tailing C = Concentrate
Jig Harz
Rotary Dryer
Ore Bin
PeleburanTailing
Konsentrat
8
Gambar II.1 Diagram Alir Pengolahan di PPBT
II.2.1 Pencucian Bijih
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke
dalam ore bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan
pencucian 15 ton bijih per jam. Di dalam ore bin bijih dicuci menggunakan
High Grade Cassiterite (Sn>70%)
9
air dengan tekanan dan debit yang disesuaikan dengan umpan. Bijih timah
yang tercuci dalam ore bin akan masuk ke jig harz untuk memisahkan bijih
timah dengan mineral ikutannya. Skema alat jig harz dapat dilihat pada
Gambar II.2.
Gambar II.2 Skema Jig Harz
II.2.2 Jig Yuba
Bijih timah yang telah dicuci dimasukkan ke jig yuba. Jig yuba
merupakan salah satu alat gravity separator. Alat ini menggunakan prinsip
jungkit untuk memisahkan konsentrat dengan tailing. Keluaran dari alat ini
adalah konsentrat dan tailing dalam keadaan basah dikarenakan proses
pemisahannya menggunakan air. Tailing yang dihasilkan akan diproses
kembali pada jig yuba. Sedangkan konsentrat akan dimasukan ke dalam
rotary dryer untuk dilakukan proses berikutnya. Skema jig yuba dapat
dilihat pada Gambar II.3.
Gambar II.3 Skema Jig Yuba
10
II.2.3 Rotary Dryer
Proses selanjutnya berlangsung pada rotary dryer. Rotary dryer
merupakan alat untuk mengeringkan bijih timah yang telah dicuci. Prinsip
kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi yang berada di posisi tengah
rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran
dengan menggunakan solar. Alat ini dapat mengasilkan panas hingga 700C
dan dapat berputar sehingga panas yang dihasilkan merata dan bijih timah
dapat kering dengan cepat. Putaran itu dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
operasi. Rotary dryer yang terdapat di PT. Timah (Persero) Tbk. dapat
dilihat pada Gambar II.4.
Gambar II.4 Rotary Dryer
II.2.4 Round Screen
Bijih timah yang telah kering kemudian dipisahkan dengan round
screen yang merupakan alat pengayak berbentuk lingkaran. Ada beberapa
tahap pengayakan pada alat ini antara 20-50#. Jika umpan yang disaring
memiliki ukuran -20# +50#, maka umpan tersebut dapat dilanjutkan ke
proses selanjutnya. Jika umpan tersebut -50#, maka umpan masih dapat
dilanjutkan ke proses berikutnya. Namun, jika umpan memiliki ukuran +20#
11
maka proses tersebut tidak dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya
melainkan dilakukan proses pencucian ulang.
II.2.5 Air Table
Proses selanjutnya dilakukan pada air table. Air table merupakan
meja goyang yang berguna untuk memisahkan mineral berdasarkan berat
jenisnya. Sistem kerja air table yaitu pada saat meja digoyangkan, mineral
yang memiliki berat jenis lebih berat akan turun ke bawah dan mineral yang
ringan akan terlempar ke dalam wadah yang telah disediakan.
Proses pada air table berlangsung dalam keadaan kering. Produknya
berupa konsentrat, tailing dan middling. Tailing yang dihasilkan akan
dikembalikan ke proses pencucian bijih timah. Konsentrat yang dihasilkan
berupa kasiterit yang sangat halus dan dapat langsung dikirim ke pabrik
peleburan dan pemurnian untuk dilakukan proses berikutnya. Gambar air
table dapat dilihat pada Gambar II.5.
Gambar II.5 Air Table
II.2.6 Mineral Ikutan
Mineral ikutan dalam bijih kasiterit dipisahkan dengan high tension
separator. Pemisahan berdasarkan sifat konduktor dan nonkonduktor atau
12
sifat konduktivitas. Mineral konduktor antara lain kasiterit dan ilmenit.
Mineral non konduktor antara lain thorium, zircon dan xenotime. Kemudian
masing-masing mineral dipisahkan kembali berdasarkan sifat
kemagnetannya dengan magnetic separator sehingga dihasilkan secara
terpisah, thorium dan zircon. Hingga saat ini, mineral tersebut masih
menumpuk di belakang pabrik seperti pada Gambar II.6. Hal ini
dikarenakan belum ditemukan metode untuk memanfaatkan mineral ikutan
tersebut.
Gambar II.6 Gudang Penyimpanan Mineral Ikutan
II.2.7 Sampling
Setelah dilakukan proses peningkatan kadar Sn, maka diambil
sampel untuk diteliti kadarnya dengan menggunakan metode sampling.
Sampling merupakan teknik pengambilan sebagian bijih yang dapat
diketahui kadarnya serta dapat mewakili bijih secara keseluruhan. Sampling
dilakukan dengan menggunakan microscope. Bijih kasiterit dengan kadar
lebih dari 70% akan dikirim ke pabrik peleburan dan pemurnian, sedangkan
bijih kasiterit dengan kadar kurang dari 70% akan dilakukan proses
pencucian ulang.
13
II.3 Proses Peleburan dan Pemurnian
Bijih yang telah ditingkatkan kadarnya hingga 70% akan dikirim ke pabrik
Peleburan dan Pemurnian Unit Metalurgi PT. Timah (Persero) Tbk. Pertama, bijih
tersebut akan disimpan dalam gudang penyimpanan bijih timah.
II.3.1 Gudang Penyimpanan
Gudang penyimpanan merupakan tempat untuk menyimpan bijih
timah yang akan dilebur serta material sirkulasi. Biasanya, bijih timah dari
PPBT diangkut ke tempat ini dengan menggunakan truk besar dan dirapikan
menggunakan shovel. Gudang memiliki lubang yang merupakan tempat
jatuhnya bijih timah ke conveyor. Selanjutnya, conveyor tersebut akan
mengangkut bijih timah secara otomatis menuju bunker composition.
II.3.2 Bunker composition
Bunker composition ini memiliki ukuran yang cukup besar dan dapat
menampung bijih timah hingga ratusan ton. Di dalam bunker composition,
bijih timah dicampur dengan antrachite dan batu kapur. Setelah
dicampurkan, maka bijih timah dimasukkan ke dalam bucket berukuran
besar dan ditimbang hingga beratnya 50 ton. Bucket tersebut akan dikirim
menuju tanur 1 dan tanur 2 untuk dilakukan peleburan. Proses ini
dinamakan proses peleburan tahap 1. Proses peleburan bijih timah dapat
dilihat pada Gambar II.7.
14
Gambar II.7 Diagram Alir Pabrik Peleburan dan Pemurnian
II.3.3 Tahap Peleburan
Tanur yang digunakan dalam peleburan ini yaitu reverberatory
furnace. Di dalam tanur, terjadi proses peleburan bijih timah yang
berlangsung selama 24 jam. Suhunya dapat mencapai 1100oC hingga
1400oC. Di dalam tanur juga dilakukan pengadukan agar campuran batu
kapur dan antrachite merata. Dalam tanur terjadi proses reduksi. Unsur-
unsur pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida misalnya
As2O3 yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua
15
menjadi logam timah murni namun ada pula yang ikut ke dalam slag dan
debu.
Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart
untuk dilakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya
dimasukkan ke dalam float untuk dilakukan pendinginan atau penurunan
temperatur hingga 400oC sebelum dipindahkan ke dalam kettle. Proses ini
menghasilkan crude tin, slag 1 dan dross. Setelah proses selesai maka
penutup akan terbuka untuk mengalirkan timah cair.
Timah cair tersebut di floating sehingga timah akan terpisah dari
slag dan dross karena timah cair memiliki berat jenis lebih berat. Dross
akan mengapung dan dilakukan pemisahan secara manual yaitu diangkat
menggunakan sekop panjang. Slag hasil proses peleburan dialirkan menuju
kolam yang berisi air. Air tersebut berguna agar slag cepat berubah menjadi
padat.
Slag yang dihasilkan dilebur kembali di dalam tanur 3 dan 4. Slag
ini dinamakan slag 1 karena slag yang pertama dihasilkan pada proses
peleburan. Slag ini masih mengandung Sn yang cukup tinggi yaitu sekitar
20-30% sehingga dilakukan peleburan kembali. Hasil peleburan kedua
menghasilkan crude tin dan hardhead. Crude tin dikirim menuju kettle
refining sedangkan hardhead dan dross akan dilebur dalam flame oven.
Dross yang dihasilkan dari tanur 1 dan 2 serta dross dari kettle refining
dikirim menuju flame oven untuk dilakukan peleburan, sehingga dihasilkan
crude tin. Hal ini bertujuan untuk mengambil Sn dan timah besinya.
16
II.3.4 Pyro-refining
Pyro-refining adalah proses pemurnian dengan menggunakan panas
diatas titik lebur sehingga material yang akan dimurnikan mencair. Pada
proses ini ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor sehingga
logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari pengotor dengan
kadar yang rendah karena afinitas material yang ditambahkan terhadap
pengotor lebih besar dibanding Sn.
Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor
yaitu serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe. Sedangkan aluminium
ditambahkan untuk mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl dan
penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk
CuS dan NiS. Hasil proses refining menghasilkan logam timah dengan
kadar Sn hingga 99,92%. Analisa kandungan pengotor yang tersisa juga
diperlukan untuk melihat apakah kadar pengotor sesuai standar.
II.3.5 Eutectic Refining
Eutectic refining merupakan proses pemurnian dengan
menggunakan crystallizer sehingga diperoleh timah dengan kemurnian yang
lebih tinggi. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Pb yang
terdapat pada timah sebagai pengotor.
Adapun prinsipnya berhubungan dengan temperatur eutektik Pb-Sn.
Proses pemurnian Sn dari Pb dilakukan pada temperatur 183oC yang dapat
dilihat pada Gambar II.8. Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan
temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
17
Gambar II.8 Diagram Fasa Pb-Sn
II.3.6 Electrolytic Refining
Electrolytic refining merupakan proses pemurnian secara
elektrolisis dengan prinsip logam yang ingin ditingkatkan kadarnya
digunakan sebagai anoda pada sel elektrolisis. Dalam proses electrolytic
refining hampir semua unsur pengotor seperti Ag, Cu, As, Sb, Bi, Zn, Fe,
Cd, Ni dan Co dapat dipisahkan secara langsung dalam satu tahapan proses
sehingga produk yang dihasilkan memiliki kemurnian Sn yang sangat tinggi
yaitu 99,99%.
Electrolytic refining pada PT. Timah (Persero) Tbk. menggunakan
larutan elektrolit yang terdiri dari timah (II) sulfat teknis (42,86% Sn2+),
18
asam heksaflorosilikat teknis (40% H2SiF6), asam sulfat teknis (95% H2SO4)
dan asam klorida teknis (35% HCl). Proses pembuatannya yaitu pertama-
tama air suling diisikan ke dalam electrolyte mixing tank dengan kapasitas
200 liter. Kemudian asam florosilikat dan asam sulfat dipompakan dari
drum asam sulfat sesuai dengan kebutuhan. Lalu dimasukkan dalam drum
reservoir dengan kapasitas 20 liter.
Jika asam sulfat yang digunakan berlebih akan menyebabkan lapisan
pasif pada anoda. Kemudian asam sulfat dimasukkan dalam electrolyte
mixing tank. Padatan timah (II) sulfat dimasukkan ke dalam electrolyte
mixing tank hingga larut. Saat suhu larutan sudah menurun dibawah 350oC,
mixer dihidupkan dan asam florosilikat dituangkan dalam electrolyte mixing
tank.
Setelah elektrolit selesai dipreparasi kemudian dipompakan menuju
tanki reservoir elektrolit. Addition agent yang ditambahkan pada elektolit
ini berupa zat koloid yaitu gelatin dan eugenol. Koloid berfungsi agar
katoda yang terbentuk tidak berbentuk jarum dan deposit timah pada katoda
menjadi lebih halus dan merata.
Sebelum dilakukan pemurnian, crude tin dilelehkan dalam melting
kettle anode dan dibentuk menjadi anoda. Katoda yang digunakan adalah
timah murni. Selama proses pemurnian, ion timah dari anoda akan
mengendap pada katoda. Electrolytic refining Unit Metalurgi PT. Timah
(Persero) Tbk. secara umum dapat diilustrasikan seperti Gambar II.9.
19
Gambar II.9 Diagram Alir di Electrolytic Refining
II.3.7 Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis.
Peralatan pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas
50 ton, pompa cetak dan cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam
per 50 ton dan temperatur yang digunakan adalah 270oC. Sedangkan proses
pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak dan
Crude Tin
Rectifier
Melting Kettle Anode
Electrolyt
Anode ER Cells
Scrap
Anode Slime
Cathode Product
Starter Sheet Cathode
Melting Kettle Starter Sheet
Melting Kettle Fournine
Ingot Banka Fournine
20
melting kettle berkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu
hingga 1 jam per 60 ton. Langkah – langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan meletakkannya di atas cetakan
pertama pada serinya.
3. Aliran timah diatur dengan mengatur katup pada pipa penyalur.
4. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan
berikutnya dan permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari
dross dan segera dipasang capa (alat penutup) pada permukaan timah
cair.
5. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan
akan merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kualitas yang
sesuai standar.
6. Ingot timah yang telah dingin disusun dan ditimbang.