12
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertolongan Pertama
1. Pengertian Pertolongan pertama
Pertolongan pertama adalah tindakan memberi bantuan untuk
penderita atau orang yang mengalami cedera hingga pertolongan yang
lebih profesional datang, tidak hanya difokuskan pada cedera fisik atau
sakit saja, tetapi juga perawatan awal sebelum dibawa ke pelayanan
kesehatan, termasuk dukungan psikososial untuk seseorang yang
menyaksikan atau mengalami kecelakaan (first aid guidlines, 2016).
Pertolongan pertama pada kecelakaan merupakan sebuah perawatan
bersifat sementara yang diberikan untuk korban kecelakaan sebelum
korban mendapatkan pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau
paramedik. Artinya pertolongan yang diberikan tersebut hanya
penanganan sementara dan bukan sebagai pengobatan yang sempurna,
yang mana hanya merupakan pertolongan sementara yang dilakukan
oleh petugas P3K orang awam yang pertama kali melihat korban
mengalami cedera (Suharni, 2011)
Kesimpulan dari pendapat diatas bahwa pertolongan pertama pada
kecelakaan adalah suatu bentuk pertolongan sementara terhadap korban
yang dilakukan secepat dan setepat mungkin sebelum mendapatkan
pertolongan dari dokter agar kondisi korban tidak menjadi lebih parah.
13
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2. Prinsip pertolongan pertama pada kecelakaan
Pemberian pertolongan pertama didasarkan pada prinsip
pertolongan pertama pada kecelakaan yang mana harus dipatuhi baik
oleh penolong maupun korban. Menurut Andryawan (2013) prinsip
pertolongan pertama pada kecelakaan antara lain :
a. Bersikaplah tenang, jangan pernah panik. Sebagai penolong harus
tetap fokus dan berencana dengan baik apa yang akan dilakukan
sehingga dapat menolong korban tanpa menyakiti atau
memperparah kondisi korban.
b. Perhatikan dengan seksama kondisi korban, kuatkan untuk
menolong korban saat melihat kondisi korban dan saat melakukan
tindakan yang membuat korban menjerit tetapi bertujuan demi
keselamatan korban. Lakukan gerakan dengan tangkas dan tepat
tanpa menambah kerusakan. (“Eagle eyes – Lion heart – Ladies
hand”)
c. Perhatikan keadaan lingkungan sekitar tempat kejadian kecelakaan
serta cara terjadinya kecelakaan, cuaca dan sebagainya.
d. Periksa keadaan korban apakah pingsan, ada perdarahan dan luka,
patah tulang, merasa sangat kesakitan
e. Periksa pernafasan korban. Jika korban tidak bernafas, periksa dan
bersihkan jalan nafas lalu berikan pernafasan bantuan (A, B =
Airway, Breathing management)
14
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
f. Periksa nadi/ denyut jantung korban. Jika jantung berhenti, lakukan
pijat jantung luar. Jika terjadi perdarahan massif segera hentikan (C
= Circulatory management)
g. Periksa apakah korban mengalami shock, jika iya cari dan atasi
penyebab shock.
h. Setelah A, B, dan C stabil, periksa ulang cedera penyebab atau
penyerta. Jika terdapat fraktur (patah tulang lakukan pembidaian
pada tulang yang patah). Jangan terburu-buru memindahkan atau
membawa korban ke klinik atau rumah sakit sebelum tulang yang
patah dibidai.
i. Sementara memberikan pertolongan, saat yang bersamaan
menghubungi petugas medis atau rumah sakit rujukan.
3. Peralatan Pertolongan Pertama
Peralatan yang dapat dipersiapkan untuk pertolongan pertama
diantaranya alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup luka
seperti kasa steril, kapas bantalan kassa pembalut gulung, pembalut
segitiga, antiseptik, cairan pencuci mata, alat stabilisasi seperti bidai,
papan spinal, gunting, pinset, senter, selimut, tandu ( Hartanto, 2009).
4. Definisi dan Cara Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
a) Cara memindahkan korban / evakuasi korban
15
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan dan pemindahan
korban berdasarkan Kemenkes RI Nomor 882 tahun 2009 :
a. Pemindahan dilakukan jika benar-benar harus dilakukan dan
tidak membahayakan penolong.
b. Beritahu apa yang akan dilakukan sehingga korban kooperatif.
c. Libatkan penolong lain dengan memastikan mereka mengerti
yang akan dilakukan bersama.
d. Harus dengan satu komando agar dapat dilakukan bersama.
e. Penggunaan teknik yang benar agar tidak membuat cedera
punggung penolong dan korban.
b) Cara memindahkan korban oleh 3 orang penolong
Berdasarkan Panduan Pertolongan Pertama (2008) pemindahan
korban dilakukan dengan cara :
a. Dua orang penolong berada di samping kiri korban, satu orang
penolong di samping kanan korban
b. Penolong duduk dengan posisi lutut dekat dengan kaki korban
dengan satu kaki penolong ditekuk dan posisi lutut yang dekat
dengan kepala korban tegak.
c. Letakan kedua tangan secara berurutan menahan lehar,
punggung, bokong sampai kaki dibawah korban.
d. Ketiga penolong bergerak secara serempak.
16
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
c) Teknik Log Roll
Dalam kondisi khusus, pasien dengan dugaan patah tulang
leher dilakukan teknik Log Roll, menurut Kemenkes RI Nomor
882 tahun 2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik,
teknik stabilisasi dan transportasi pada kondisi khusus dilakukan
dengan cara :
1. Lakukan stabilisasi terhadap korban dengan 2 orang
penolong, penolong 1 menjaga posisi korban dalam posisi in-
line atau datar dengan lantai dengan kedua tangan
menyangga dari arah pundak sampai leher sedikit angkat,
penolong 2 memasangkan neck chollar untuk imobilisasi
leher korban. Usahakan agar leher pasien tidak bergeser dari
posisi in-line.
2. Teknik Log Roll dilakukan oleh 4 orang penolong, penolong
1 berada di atas pasien dengan kedua tangan menyangga dari
arah pundak sampai leher, penolong 2, 3 dan 4 berada di
samping kiri korban posisi kedua tangan bersiap meraih
tubuh samping kanan korban ke arah penolong.
3. Komando dipimpin satu orang pada hitungan yang terakhir
penolong 1 memiringkan bagian kepala dengan tetap menjaga
sabilisasi leher korban ke arah kiri, penolong 2, 3 dan 4
menggulingkan tubuh korban ke arah kiri secara bersamaan.
17
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4. Dekatkan long spine board ke arah korban, kemudian
kembalikan posisi korban ke posisi semula dengan komando
satu hitungan secara perlahan.
5. Fiksasi posisi korban di atas long spine board, kemudian
berikan selimut.
Gambar 2.1 teknik log roll
d) Cara pertolongan pertama untuk pendarahan
Pertolongan pertama pada korban yang mengalami pendarahan
harus tepat, sehingga perlu memperhatikan letak pandarahan yang
terjadi, apakah perdarahan tertutup atau perdarahan terbuka. Untuk
perdarahan terbuka perlu dilakukan pemeriksaan Airway, Breathing
dan Circulation (ABC) serta perlu memperhatikan keselamatan dan
perlindungan terhadap resiko infeksi bagi seorang penolong
(Hartono, 2011).
18
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Pada kasus perdarahan luar perawatan dapat diatasi dengan
empat cara diantaranya penekanan secara langsung, elevasi,
penekanan pada titik tekan serta menghentikan perdarahan.
Penekanan secara langsung dilakukan tepat di atas luka. Tempat
perdarahan diberi penutup luka yang tebal, apabila perdarahan
belum dapat berhenti, maka dapat ditambahkan penutup luka yang
lain tanpa membuka penutup luka sebelumnya. Setelah penekanan
perdarahan pada bagian alat gerak, pemeriksaan nadi distal perlu
dilakukan agar dapat mengetahui apakah aliran darah terganggu
atau tidak. Setelah penekanan pada luka perdarahan selesai
dilakukan, kemudian lakukan peninggian anggota tubuh agar
posisinya lebih tinggi dari jantung. Namun peninggian tidak
diperbolehkan untuk korban yang mengalami curiga cedera otot
rangka dan terdapat benda yang tertancap. Kemudian lanjutkan
dengan tekanan titik tekan. Menekan pembuluh darah nadi diatas
daerah yang mengalami perdarahan. Cara lain yang dapat
dilakukan adalah dengan menghentikan perdarahan menggunakan
imobilisasi dengan atau tanpa bidai, kompresan dingin dan
tornikuet sebagai pilihan terakhir (PMI, 2009). Perosedur Tindakan
pertolongan pertama perdarahan arteri menurut Andryawan (2013)
dilakukan dengan 3 macam cara penanganan sebagai berikut :
a) Pembalut Tekan
19
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
1) Pembalut kain kassa steril atau kain bersih diatas luka
2) Tekan tempat luka sampai perdarahan berhenti
3) Apabila kassa sudah sangat basah dapat diganti dengan kain
yang baru atau menambahkan kain diatas kain yang lama.
4) Lakukan balutan yang ketat diatas kassa tadi untuk
selanjutnya dibawa ke pelayanan kesehatan
b) Tekanan Langsung Pada Tempat Tertentu
Lakukan tekanan pada tempat dimana pangkal arteri berada
(antara luka dengan jantung) diatas tulang atau bagian tubuh
yang keras)
c) Tekanan Dengan Torniquet
Torniquet adalah balutan dengan menjepit, sehingga aliran
darah dibawahnya berhenti sama-sekali. Pemakaian tourniquet
harus hati-hati sekali karena bisa merusak jaringan diujung
luka.
Cara pemasangan dan penggunaan Torniquet:
1) Alasi tempat yang akan dipasang tourniquet dengan kasa
agar kulit tidak lecet.
2) Pasang tourniquet antara luka dengan jantung, dengan
cara menyimpul mati kain pengikat diatas luka.
20
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3) Kencangkan balutan dengan tongkat pemutar sampai
perdarahan berhenti.
4) Setiap 10 – 15 menit tourniquet harus dilonggarkan
dengan cara memutar tongkat kearah berlawanan.
5) Tunggu ½ - 1 menit. Jika dalam waktu satu menit darah
tidak mengalir lagi, biarkan tourniquet dalam keadaan
longgar. Jika perdarahan tetap terjadi, segera tourniquet
dikencangkan kembali.
Hal yang perlu diingat dan dikerjakan dalam penggunakan
tourniquet yaitu perlu dicatat jam pemasangan tourniquet. Mulut
luka tidak ditutupi dengan kain/ selimut. Catatan waktu
pemasangan dan pelonggaran dilaporkan kepada petugas
kesehatan.
e) Cara Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pembalutan
Penanganan luka pendarahan perlu diutamakan untuk
menghindari adanya shock. Shock adalah suatu keadaan yang
timbul yang disebabkan oleh kehilangan darah, perasaan sakit yang
hebat, kadang-kadang psikis terganggu (Mashoed dan Djonet
Sutatmo,1979:103). Perdarahan perlu dilakukan tindakan
pertolongan pembalutan dan pembidaian. Membalut adalah
tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagin tubuh
21
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang
dikehendaki ( Ali Maghfuri, 2014).
Prinsip – prinsip dalam melakukan pembalutan antara lain ;
balutan harus rapat rapi jangan terlalu erat karena dapat
mengganggu sirkulasi, jangan terlalu kendor sehingga mudah
bergeser atau lepas, ujung-ujung jari dibiarkan terbuka untuk
mengetahui adanya gangguan sirkulasi, bila ada keluhan balutan
terlalu erat hendaknya sedikit dilonggarkan tapi tetap rapat,
kemudian evaluasi keadaan soirkulasi.
Syarat – syarat dalam melakukan pembalutan adalah
mengetahui tujuan yang akan dikerjakan, mengetahui seberapa
batas fungsi bagian tubuh tersebut dikehendaki dengan balutan,
tersedia bahan-bahan memadai sesuai dengan tujuan pembalutan,
bentuk dan besarnya bagian tubuh yang akan dibalut (Kamal
Amirudin, 2010).
Terdapat beberapa macam jenis pembalut (Andryawan, 2012)
antara lain :
1) Pembalut Cepat, digunakan secara cepat terdiri dari pembalut
gulung dan pembalut kassa steril.
Gambar 2.2.1 pembalut cepat
22
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2) Pembalut Mitella / kain segitiga, merpakan kain putih berbahan
katun, berbentuk segitiga sama kaki dengan alas 125cm dan
sisi miring 90cm.
Gambar 2.2.2 pembalut mitella
3) Pembalut Dasi, merupakan pembalut Mitella yang dilipat-lipat
dari satu kali lipatan hingga tiga kali lipatan.
Gambar 2.2.3 pembalut lipat
4) Pembalut Gulung terdapat beberapa ukuran yang
penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Gambar 2.2.4 pembalut gulung
5) Pembalut Plester (Elastic Perban) digunakan untuk pembalut
tekan.
Gambar 2.2.5 pembalut plester
23
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
f) Cara Pertolongan Pertama Pada Patah Tulang
Tanda dan gejala patah tulang (Kamal Amiruddin 2010) ;
1. Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga
terjadi patah tulang ; pembengkakan, memar, nyeri.
2. Nyeri sumbu ; apabila diberi tekanan yang sejajar dengan tulang
yang patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
3. Deformitas apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang
cedera tidak terlihat sama bentuk dan panjangnya.
4. Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik
atau sama sekali tidak dapat digunakan lagi.
Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan patah
tulang dilakukan dengan cara (Andryawan, 2013) :
a. Umum
1. Harus hati-hati, karena bila penanganannya tidak benar
malah memperberat patah tulangnya.
2. Jangan sekali-kali menggerakkan atau mengangkut korban
sebelum bidai terpasang
3. Perhatikan kalau korban shock, atau perdarahan atasi dulu
4. Cegah terjadinya infeksi dengan menaburkan antiseptic
5. Tutup dengan kain kasa steril bila patah tulang terbuka
6. Pasang bidai
24
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
g) Cara Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pembidaian
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan
kedudukan atau letak tulang yang patah. Alat penunjang berupa
sepotong tongkat, bilah papan, tidak mudah bengkok ataupun
patah, bila dipergunakan akan berfungsi untuk mempertahankan,
menjamin tidak mudah bergerak sehingga kondisi patah tulang
tidak makin parah (Kamal Amiruddin, 2010). Bidai atau spalk
adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar
bagian tulang yang patah tidak bergeser dan mengurangi rasa sakit
(Ali Maghfuri, 2014).
Syarat – syarat pembidaian diantaranya panjang bidai
diusahakan melampaui dua sendi yang membatasi bagian yang
mengalami patah tulang, usahakan bidai dengan lapisan empuk
agar tidak membuat sakit, bidai harus dapat mempertahankan
kedudukan dua sendi tulang yang patah, bidai tidak boleh terlalu
kencang atau terlalu longgar. Sebelum melakukan pembidaian
bebaskan dulu area yang cedera dari pakaian yang menutupinya,
kemudian lakukan pemeriksaan GSS atau PSM (pulse, sensori dan
motorik) nadi pada bagian dorsal pedis atau punggung kaki, sensori
pada telapak kaki dengan sentuhan halus, motorik meminta korban
menggerakan jari-jari. Pemeriksaan dilakukan kembali setelah
25
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
pembidaian selesai dilakukan serta tanyakan riwayat penderita dan
keluhan lain yang dirasakan korban (PMI, 2009).
Perlu diingat pembidaian harus melewati 2 atau lebih
persendian. Langkah-langkah pembidaian berdasarkan letak cedera
adalah sebagai berikut Andryawan (2013):
a. Fraktur tungkai bawah
1. Pasang bidai yang sudah dibungkus selimut dari tumit
sampai paha bagian bawah
2. Berikan bantalan dibawah lutut dan pergelangan kaki
Gambar 2.3.1 bidai fraktur tungkai bawah
b. Fraktur pergelangan kaki dan telapak kaki
1. Pasang pembalut tekan
2. Pasang bidai dibawah telapak kaki
3. Berikan bantalan dibawah tumit
Gambar 2.3.2 bidai fraktur pergelangan kaki dan telapak
kaki
c. Fraktur lengan atas
26
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
1. Pasang bidai luar dari bawah siku hingga melewati bahu dan
bidai dalam sampai ketiak.
2. Ikat dengan 2 pembalut dasi lipatan 3
3. Lipat siku yang sudah dibidai ke dada dan gantungkan ke
leher dengan pembalut segitiga
Gambar 2.3.3 bidai fraktur lengan atas
d. Fraktur lengan bawah
1. Pasang bidai luar dan dalam sepanjang lengan bawah
2. Ikat dengan pembalut dasi
3. Siku dilipat ke dada dan gantungkan ke leher dengan
pembalut segitiga
Gambar 2.3.4 bidai fraktur lengan bawah
e. Fraktur pergelangan tangan dan telapak tangan
1. Pasang bidai dari ujung lengan bawah sampai telapak
tangan
2. Jari-jari tangan agak melengkung
27
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3. Siku dilipat dan digantungkan ke leher
Gambar 2.3.5 bidai fraktur pergelangan tangan dan telapak
tangan
h) Cara pertolongan pertama untuk Helmet removal
Pasien harus dalam posisi terlentang dengan C-spine dalam
keadaan netral penjajaran. Bantalan bahu harus disiapkan untuk
akses ke dada sebelum melepas helm. Namun pemindahan bahu
pad mungkin tidak diperlukan dalam semua kasus, karena
beberapa situasi mungkin tidak menjamin dada paparan untuk
kompresi dada. (USLacrosse. 2017)
Langkah - langkah yang dilakukan adalah :
1. Penolong 1 mempertahankan stabilisasi in-line yang lebih
unggul daripada kepala pasien.
2. Penolong 2 menggunakan gunting Paramedis, memotong kaos
dari leher ke pinggang dan lengan ke lengan.
3. Penolong 2 menggunakan gunting Paramedis, memotong tali
pengikat bahu
4. Penolong 2 menggunakan gunting Paramedis, memotong garis
tengah bantalan bahu
28
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
5. Penolong 2, menggunakan gunting Paramedis, memotong tali
dagu empat titik
6. Penolong 2 mengambil kendali stabilisasi in-line dari depan,
baik melalui kerah metode atau cupping mastoid bilateral saat
berlutut di sebelah pasien, atau berdiri atas pasien
7. Penolong 1 merilis stabilisasi in-line
8. Penolong 1 mencapai di belakang helm untuk melepaskan
mekanisme pemasangan di bagian bawah tengkuk (jika
diperlukan di helm Cascade)
9. Penolong 1 melepaskan helm dengan sedikit miring ke depan /
rotasi
10. Penolong 1 melanjutkan stabilisasi in-line yang lebih unggul
daripada kepala pasien, mempertahankan perataan tulang
belakang netral
11. Perangkat Pengendali Gerak Spinal (yaitu, kerah serviks)
diterapkan
12. Handuk dapat ditempatkan di bawah kepala posterior untuk
mempromosikan keselarasan serviks netral stabilisasi.
Pertimbangan: Dalam situasi yang ideal, helm akan pas dan
semua perangkat keras akan mudah dihapus. Ini mungkin bukan
kasusnya dan kesesuaian helm harus dipertimbangkan baik di
29
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
primer penilaian atau setelah atlet dalam posisi terlentang di mana
pas bisa lebih baik divisualisasikan. Satu teknik untuk menilai
kecocokan adalah untuk melihat apakah tangan penyelamat dapat
dengan mudah masuk ke dalam helm melewati telinga tanpa
pembatasan. Dalam skenario ini, pertimbangan dapat dilakukan
untuk menghapus helm tanpa penghapusan sungkup muka.
B. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu melalui pancaindera
manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan
peraba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera
penglihatan dan pendengaran ( Notoamodjo 2007).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo ( 2007: 139) pengetahuan terdiri dari :
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan:
2) Tahu (know)
30
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
3) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
4) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
5) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih
didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lain
6) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
7) Evaluasi (evaluation)
31
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
C. Pendidikan kesehatan
1. Pengertian pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan sejumlah pengalaman yang
berpengaruh menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan
ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, masyarakat, dan
bangsa. Kesemuanya ini, dipersiapkan dalam rangka mempermudah
diterimanya secara suka rela perilaku yang akan meningkatkan dan
memelihara kesehatan. Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan
merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk
membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang
didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik (
Notoatmodjo. S, 2003: 20)
2. Tujuan pendidikan kesehatan
Menurut Benyamin Bloom (1908) tujuan pendidikan adalah
mengembangkan atau meningkatkan 3 domain perilaku yaitu kognitif
(cognitive domain), afektif (affective domain), dan psikomotor
(psychomotor domain). Untuk Domain pembelajaran kognitif meliputi
seluruh perilaku intelektual dan memutuhkan pemikiran (Bastable,
32
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2003). Domain pembelajaran afekif menurut Krathwohl, et.al. (1964)
meliputi hal berikut :
a) Menerima : bersedia menerima perkataan orang lain.
b) Merespons : partisipasi aktif dalam kegiatan mendengarkan dan
bereaksi secara verbal dan nonverbal.
c) Memberi nilai : menetukan nilai pada suatu objek atau perilaku
yang diperlihatkan oleh pelajar.
d) Mengorganisasi : membangun sistem nilai dengan
mengidentifikasi dan mengorganisasi nilai dan memecahkan
konflik.
e) Karakterisasi : bereaksi dan merespon dengan sistem nilai yang
konsisten.
Untuk domain psikomotor melibatkan perolehan keterampilan
yang membutuhkan integrasi aktivitas mental dan otot, seperti
kemampuan berjalan atau menggunakan alat makan (Redman, 2007).
Pembelajaran psikomotor meliputi hal berikut:
a) Persepsi : menyadari adanya objek atau kualitas melalui
penggunaan indra.
b) Penetapan : kesiapan untuk mengambil aksi tertentu. Terdapat 3
penetapan yaitu mental, fisik dan emosional.
33
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
c) Respon yang dibimbing : pelaksanaan suatu pernyataan dibawah
bimbingan instruktur yang melibatkan peniruan aksi yang
didemonstrasikan
d) Mekanisme : perilaku dengan tingkat yang lebih tinggi dimana
individu memperoleh kepercayaan diri dan keterampilan dalam
perilaku yang lebih kompleks atau melibatkan beberapa langkah
yang lebih banyak.
e) Respons terbuka yang kompleks : melakukan keterampilan
motorik yang membutuhkan pola gerakan kompleks dengan
lancar dan akurat.
f) Adaptasi : kemampuan merubah respon motorik saat terjadi
masalah yang tidak terduga
g) Originasi : menggunakan keterampilan dan kemampuan
psikomotor untuk melakukan aksi motorik kompleks yang
melibatkan penciptaan pola gerakan baru.
3. Faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pendidikan kesehatan (Saragih, 2010 dan McQuail, 2000) yaitu :
a. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi
seseorang dalam memandang hal yang baru. Dapat dikatakan
34
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
akan mudah menerima informasi yang baru didapatnya.
b. Tingkat sosial dan ekonomi
Semakin tingkat sosial dan ekonomi seseorang tinggi maka
mudah pula dalam menerima hal yang baru
c. Kepercayaan masyarakat
Lebih mudah diterima jika seseorang yang menyampaikan
informasi adalah orang yang sangat dihargai dan orang yang
sangat mereka kenal.
d. Adat istiadat
Masyarakat masih banyak yang menghargai dan menganggap adat
dan istiadat sebagai suatu hal yang perlu untuk tidak diabaikan.
e. Ketersediaan waktu dimasyarakat
Dalam penyampaian informasi perlu memperhatikan waktu dan
ketersediaan masyarakat untuk mempertahankan jumlah
kehadiran masyarakat saat pelatihan.
f. Usia
Umur yang makin cukup, maka tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih baik dalam hal berfikir dan bekerja.
g. Media masa
35
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Dalam kehidupan seharai-hari, media massa merupakan hal yang
memiliki pengaruh besar dalam pendidikan kesehatan. Dapat
memberikan kemudahan sebagai forum dalam mempresentasikan
berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga
memungkinkan terjadi tanggapan dan umpan balik.
h. Jenis kelamin
Jenis kelamin menjadi pengaruh dalam pendidikan kesehatan .
nilai dan sifat yang berbeda dimiliki antara pria dan wanita yang
mana akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
36
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
D. Kerangka teori
Gambar 3.1 Kerangka Teori Sumber : firt aid guidlines, 2016),
Notoatmodjo ( 2003: 20), Notoadmodjo (2007 ; 139), Notoadmodjo
(2007), Saragih (2010)
Edukasi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas
Faktor yang mempengaruhi : -tingkat pendidikan -usia -pengalaman
Tingkat Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi : -tingkat pendidikan tingkat sosial dan ekonomi kepercayaan masyarakat adat istiadat usia media massa jenis kelamin
Pendidikan kesehatan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
37
Edukasi Pertolongan Pertama..., Desti Triyanasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
E. Kerangka konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 3.2 : kerangka konsep
F. Hipotesis
Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna edukasi pertolongan pertama
pada kecelakaan lalu lintas terhadap pengetahuan pengendara Go-Jek di
wilayah Purwokerto.
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna edukasi pertolongan
pertama pada kecelakaan lalu lintas terhadap pengetahuan pengendara Go-
Jek di wilayah Purwokerto.
Pengetahuan pertolongsn
pertama pada kecelakaan lalu
lintas kelompok
eksperimen
Pengetahuan pertolongsn
pertama pada kecelakaan lalu
lintas kelompok kontrol
Edukasi Pertolongan
Pertama Pada
Kecelakaan Lalu Lintas
Perbedaan setelah edukasi
Perbedaan sebelum edukasi