Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pemberdayaan Perempuan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu proses yang menyangkut hubungan-hubungan
kekuatan, kekuatan yang berubah antara individu, kelompok dan lembaga-
lembaga sosial. Disamping itu pemberdayaan juga merupakan proses perubahan
pribadi karena masing-masing individu mengambil tindakan atas nama diri
mereka sendiri dan kemudian mempertegas kembali pemahamannya terhadap
dunia tempat ia tinggal. Persepsi diri bergerak dari korban (victim) ke pelaku
(agent) karena orang mampu bertindak dalam area sosial, politik dan berusaha
memenuhi kepentingannya.
Konsep pemberdayaan ini berhubungan dengan konsep mandiri,
kesejahteraan, partisipasi diri di masyarakat, jaringan kerja atau mitra kerja, dan
keadilan. Sesuai dengan fokus penelitian ini, untuk melinearkan pemahaman
persepsi maka diungkapkan mengenai pengertian pemberdayaan secara umum,
serta secara khusus mengenai pengertian pemberdayaan perempuan.
Pada saat ini banyak upaya yang diselenggarakan untuk memotivasi,
membangkitkan kesadaran, memberikan kekuatan kepada masyarakat, agar
mereka mampu berbuat banyak dalam mengikuti perkembangan sosial, ekonomi,
politik pada jamannya. Upaya tersebut dikenal dengan istilah pemberdayaan atau
empowering.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
16
Merriam Webster dalam Oxford English Dictionary dalam kutipan
Roesmidi dan Riza (2008:2) bahwa pemberdayaan mengandung dua pengertiann:
a. to give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi
kecakapan atau kemampuan atau menungkinkan untuk
b. to give power or autbority to, yang berarti memberi kekuasaan.
Dari pengertian diatas Priyono dan Pranaka dalam Roesmidi dan Riza
(2008:2) menyatakan bahwa proses pemberdayan perempuan mengandung dua
kecendrungan, yaitu :
Pertama yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan
sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar
individu menjadi lebih berdaya, yang merupakan makna kecendrungan
primer. Kedua (sekunder) menekankan pada proses menstimulasi,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui
proses dialog.
Dari beberapa pengertian di atas nampak jelas bahwa pemberdayaan adalah
upaya untuk mengubah keadaan individu atau kelompok agar menjadi lebih
berdaya. dan merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat
bertahan, dalam pengertian yang dinamis dapat mengembangkan diri dan
mencapai kemajuan.
Selain itu keberdayaan masyarakat ini menjadi sumber dalam wawasan
politik yang disebut sebagai ketahanan nasional, dengan upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang kondisi sekarang tidak
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan,
dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat sehingga mampu membangun dirinya sendiri dan lingkungannya yang
berkontribusi pada proses pembangunan nasional
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
17
Ife,(1995) dalam Modul Pelatihan Tim Fasilitator Masyarakat (TFM)
(2008:3), pemberdayaan juga mengandung arti sebagai berikut :
Upaya meningkatkan kapasitas masyarakat melalui upaya penyiapan
sumberdaya manusia yang dapat memenuhi kebutuhan pembangunan. Hal
ini sejalan dengan pendapat pemberdayaan berarti menyiapkan kepada
masyarakat sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan keahlian untuk
meningkatkan kapasitas mereka dalam menentukan masa depan mereka
serta berpartisipasi dan mempengaruhi dalam kehidupan komunitas
mereka”. Selanjutnya, Ife,(1995) juga mengemukakan bahwa
memberdayakan masyarakat mengandung makna mengembangkan,
memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar masyarakat
lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan mereka disegala bidang.
Sedangkan Dubois (1992) dalam Modul Pelatihan Tim Fasilitator
Masyarakat (TFM) (2008:5), memberikan ilustrasi sebagai berikut :
Pemberdayaan sebagai sebuah penentuan secara individual atas
kehidupannya sendiri dan berpartisipasi secara demokratis dalam kehidupan
masyarakat melalui struktur yang tersedia, seperti sekolah, lingkungan,
rumah ibadah, dan organisasi-organisasi sukarela. Pemberdayaan memberi
arti baik secara psikologis merupakan suatu pandangan mengenai pengaruh
atau control diri maupun perhatian mengenai pengaruh sosial yang actual,
kekuatan politik dan kebenaran yang hakiki. Hal ini merupakan konstruksi
yang multilevel yang diterapkan pada individu sebagai warga masyarakat,
organisasi dan lingkungan.
Jadi intinya pemberdayaan merupakan proses penyiapan sumber daya
manusia dalam berbagai bidang dengan tujuan bisa bersaing dan bisa
menyesuaikan dengan kondisi zaman saat ini dan bisa berkontribusi terhadap
pembangunan. Tetapi pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Sumodiningrat dalam Anwar,
(2007:78) berpendapat sebagai berikut :
Menanamkan nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan
sikap bertanggung jawab, pembaruan lembaga-lembaga sosial dan
pengintegrasiannya kedalam kegiatan pembangunan serta peranan
masyarakat didalamnya merupakan bagian dari upaya pemberdayaan
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
18
Dalam Al-Qur’an S. Ar-Ra’ad (13:11) dikemukakan : “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah ni’mat yang ada pada suatu kaum (kecuali) mereka sendiri
mengubah keadaannya”.
Kesimpulannya tanpa adanya kesadaran dan ikhtiar untuk memberdayakan
kemampuan diri individu, tidak akan dapat mengembangkan lingkungan fisik dan
lingkungan sosial sekitarnya.
Kindervatter (1979) dalam Anwar (2007:79-80) mengajukan delapan
karakteristik dari empowering process melalui program pendidikan luar sekolah,
yaitu:
a. Small group structur. Empowering process menekankan aktivitas dan
otonomi kelompok kecil. Batasan kelompok ini bisa didasarkan oleh
kesamaan minat dan lain-lain.
b. Transfer of responsibility. Selama pelaksanaan pembelajaran, partisipan
mungkin enggan atau ragu dilibatkan tetapi lama kelamaan setelah
berpengalaman hal ini dapat diatasi.
c. Participant leadership. Partisipan diberikan kesempatan melakukan
latihan mengambil keputusan pada seluruh aspek aktivitas organisasi.
Pimpinan hanya bersiap-siap membantu kalau mereka menemui
kesulitan.
d. Agen sebagai fasilitator. Diluar tugas agen juga sebagai pelayan di
dalam mengarahkan proses, sebagai sumber person, mengajukan
masalah dan lain-lain. Seorang fasilitator sepakat terhadap sasaran
pemberdayaan dan memperlihatkan pendukungnya di dalam melakukan
sesuatu untuk dirinya sendiri.
e. Democratise and non-hierarchical relationship and process. Semua
pendapat sama dan keputusan diambil berdasarkan konsensus suara
terbanyak. Peran dan tanggung jawab didistribusikan secara merata.
Didalam beberapa hal, partisipan mungkin tidak memahami cara
kerjasama dan demokrasi. Karena itu, dibutuhkan proses latihan.
f. Integration of reflection and action. Pengalaman partisipan dan
perbaikan masalah dijadikan fokus. Analisa kerjasama untuk
meningkatkan perubahan yang dapat melibatkan personel, adalah
pemecahan masalah, perencanaan, pengembangan keterampilan, dan
perselisihan.
g. Method which encourage self-reliance. Teknik yang digunakan untuk
meningkatkan keterlibatan aktif warga belajar adalah dialog, dan
aktivitas kelompok mandiri seperti belajar sesama teman, jaringan
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
19
kerja, workshop, menyediakan alat yang dapat digunakan oleh
partisipan secara mandiri, latihan mengekspresikan diri sendiri dan
permainan.
h. Improvement of sosial, economic, and/or political standing. Sebagai
hasil empowering process, partisipan dapat meningkatkan kemampuan
di bidang khusus di dalam masyarakat.
Dan lebih ditegaskan lagi oleh Roesmidi dan Riza (2008:5), inti
pemberdayaan adalah sebagai berikut :
Pemberdayaan merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan-
hubungan kekuatan atau kekuasaan yang berubah antara individu,
kelompok, dan lembaga-lembaga sosial. Serta merupakan proses perubahan
dalam mengambil tindakan atas nama diri mereka sendiri kemudian
mempertegas kembali pemahamannya terhadap dunia tempat ia tinggal.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa inti dari pemberdayaan
adalah pemunculan daya atau penguatan yang lemah sebagai suatu proses, dimana
kekuatan masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan lebih dominan,
dan dalam pelaksanaannya peranan masyarakat lebih diutamakan. Hal ini
mungkin dicapai dengan menguatkan kapasitas mereka melalui pemberian
kesempatan, keahlian dan pengetahuan sehingga mereka mampu untuk menggali
dan memanfaatkan potensi yang mereka miliki. Dengan kata lain upaya untuk
membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
2. Pengertian Pemberdayaan Perempuan
Perempuan adalah sosok individu yang secara kodrati memiliki keunikan.
Hampir semua peran yang ditampilkan oleh perempuan sulit dilakukan oleh pria.
Sebaliknya, tidak sedikit peran pria dapat dilakukan oleh seorang perempuan.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
20
Perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara kodrati pada fungsi reproduksi
saja, sementara fungsi lainnnya dapat diperankan secara normatif oleh perempuan.
Peran ganda yang ditampilkan oleh perempuan dalam kehidupan rumah tangga,
lingkungan kerja, dan masyarakat merupakan kondisi objektif yang
memperlihatkan bahwa perempuan memiliki posisi strategi pada ranah domestik
(keluarga, masyarakat,dan lingkungan kerja).
Upaya mendukung akan aktifitas perempuan yaitu dengan adanya
pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan perempuan merupakan suatu upaya
peningkatan kemampuan, keterampilan, dan sikap agar mereka mampu memenuhi
kebutuhan dasar untuk mencukupi kebutuhan hidup secara layak. Tidak semua
perempuan bernasib baik dapat memenuhi kebutuhan hiidup tersebut, sehingga
diperlukan upaya pemberdayaan yang dapat memungkinkan mereka berkembang
dan mengatasai masalahnya. Karena pemberdayaan dapat dimulai dari
pengalaman nyata rakyat dalam pengorganisasian dan bekerja (praktek),
kemudian dilanjutkan dengan proses menstrukturalisasikan pengalaman mereka
(secara teori) dan selanjutnya mendorong mereka menemukan tindakan strategis
baru bertumpu pada pemahaman yang baru dan lebih mendalam.
a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan
Adapun pengertian pemberdayaan perempuan dalam panduan pendamping
pemberdayaan perempuan Depsos RI (2007:5) sebagai berikut :
Pemberdayaan perempuan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh
pemerintah, lembaga setempat maupun masyarakat untuk meningkatkan
ksejahteraan sosial perempuan, melalui peningkatan kemampuan fisik,
mental, sosial, dan ekonomi perempuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
21
Selain itu menurut Diskusi Tim PGRI 2006 pemberdayaan perempuan
adalah : “Pemberdayaan perempuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk
memperbaiki kondisi dan posisi perempuan dalam kehidupan berkeluarga dan
bermasyarakat”.
Pemberdayaan perempuan memerlukan upaya peningkatan kemampuan,
keterampilan, dan sikap agar mereka dapat mampu memenuhi kebutuhan dasar
untuk mencukupi kebutuhan hidup secara layak. Tidak semua perempuan bernasib
baik dapat dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, sehingga diperlukan upaya
pemberdayaan yang dapat memungkinkan mereka berkembang dan mampu
mengatasi masalahnya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian
pemberdayaan perempuan merupakan suatu upaya kesejahteraan sosial
perempuan, melalui peningkatan kemampuan fisik, mental, sosial, dan ekonomi
perempuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar perempuan yang selalu
berhubungan dengan kebutuhan keluarga, adapun pengertian yang lain yaitu
pemberdayaan perempuan merupakan rangkaian kegiatan yang sebagai pemberian
kepercayaan dan kewenangan untuk memperkuat motivasi, kemampuan dan peran
ganda perempuan melalui penyadaran pemberdayaan perempuan, pengembangan
kapasitas perempuan, intervensi pemberdayaan perempuan, program aksi
pemberdayaan perempuan dan media pemberdayaan perempuan.
Oleh karena itu arah adanya program pemberdayaan perempuan, khususnya
bagi perempuan miskin dan rawan sosial dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
22
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyentuh terhadap
pemenuhan kebutuhan hidup mereka.
Adapun maksud dan tujuan program pemberdayaan perempuan dalam
panduan kelembagaan pemberdayaan perempuan bidang kesejahteraan sosial
(2007:4), diuraikan bahwa :
Pemberdayaan perempuan dimaksudkan sebagai upaya untuk mencegah,
menekan, mengurangi terjadinya “bias” gender serta “gap” penyetaraan dan
keadilan gender dengan memberikan kesempatan dan kesetaraan peranan
perempuan dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial baik ranah
domestik maupun publik, yang bertujuan dengan terlindunginya wanita dari
situasi kerawanan, baik di lingkungan rumah tangga atau keluarga,
masyarakat, lingkungan kerja dan ruang publik lainnya, meningkatkanya
motivasi, kemampuan, dan peran ganda perempuan untuk memperkuat
kualitas hidup dan kesejahteraan perempuan, meningkatnya kesetaraan dan
keadilan gender dalam kerangka peningkatan kesejahteraan sosial keluarga.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program
pemberdayaan ini merupakan salah satu upaya pencegahan, penekanan dan
pemberian hak perempuan dalam membangun kreatifitas, jati diri, dan
mengembangkan dirinya untuk ikut serta dalam pembangunan upaya peningkatan
kesejahteraan dirinya dan keluarganta dalam berbagai aspek.
Dalam pelaksanaan program pemberdayaan perempuan harus menggunakan
nilai dasar yang dikembangkan pada proses pemberdayaan tersebut, diantaranya :
adanya kesadaran (Awareness), Otonomi dan Penentuan Diri (Self
Determination), Kepercayaan dan Dukungan (Trust and Supporting), Aksebilitas
dan Pemberdayaan Diri (Accessibility and Self Empowerment). Selain didasarkan
pada nilai dasar yang harus dikembangkan dalam proses pelaksanaan, penggunaan
pendekatan dan teknik pemberdayaan perempuan pun sangatlah penting. Seperti
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
23
dalam panduan kelembagaan pemberdayaan perempuan bidang kesejahteraan
sosial (2007:16), diuraikan sebagai berikut :
Pendekatan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pemberdayaan
perempuan meliputi :
1) Personal
Pendekatan yang menitik beratkan pada pengembangan posisi dan
status permpuan sebagai individu yang memiliki hak dan kewajiban.
Pendekatan ini dipergunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dan
kebutuhan perempuan serta untuk merumuskan intervensi (pemecahan
masalah).
2) Kelompok
Pendekatan kelompok dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi
setiap perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya dan memecahkan
berbagai persoalan yang dirasakannya melalui sarana kelompok.
3) Kelembagaan
Pendekatan kelembagaan dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi
tumbuh kembangnya pengarusutamaan gender yang mendukung
penimgkatan kesejahteraan sosial perempuan.
4) Komunitas
Pendekatan komunitas dimaksudkan untuk memberikan ruang gerak
bagi perempuan untuk melaksanakan peran pada ranah domestik di
lingkungan masyarakat. Pendekatan ini menekankan pentingnya posisi
dan peran masyarakat dalam menyediakan ruang dan kesempatan bagi
perempuan untuk mengaktualisasikan diri di lingkungan ssosialnya.
5) Jaringan
Pendekatan jaringan dimaksudkan untuk memberikan ruang gerak bagi
perempuan untuk mengembangkan dan mendayagunakan berbagai
sumber kesejahteraan sosial melalui berbagai sumber jaringan. Sistem
jaringan sosial ditumbuhkan, dikembangkan dan diperkuat untuk
mewadahi aspirasi perempuan dalam kerangka memperjuangkan hak-
haknya pada ranah domestik dan ruang publik. Jaringan sosial yang
dimaksudkan semacam ini difungsikan untuk menjalankan peran
operasional, koordinasi, kerjasama, kolaborasi, erbitrasi, mediasi,
komunikasi dan tukar menukar informasi antara anggota.
Metode dan Teknik
1) Metode dan Teknik Intervensi Mikro, yaitu metode dan tehnik
pekerjaan sosial dalam bentuk konseling, terapi, bimbingan, pembinaan,
konsultasi, pengelolaam stress, intervensi krisis dalam program
perbaikan penghasilan individu.
2) Metode dan Teknik Intervensi Mezzo, yaitu metode dan tehnik
pekerjaan sosial dalam bentuk pendidikan, latihan, dan bimbingan
kelompok. Dari metode dan tehnik ini akan dihasilkan kelompok
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
24
swadaya dan atau jaringan sosial pada tingkat lokal yang mendukung
terlaksananya pemberdayaan perempuaan.
3) Metode dan Teknik Intervensi Makro, yaitu metode dan tehnik
pekerjaan sosial dalam bentuk kebijakan sosial perencanaan sosial, aksi
sosial, lobbying, media massa, pengorganisasian masyarakat serta
manajemen konflik.
Dengan adanya pendekatan dan teknik diatas dalam pelaksanaan program
pemberdayaan ini, merupakan jalan mempermudah proses pelaksanaan
pemberdayaan perempuan kepada tujuan yang diharapkan oleh pihak
penyelenggara dan berdampak akan terpenuhinya harapan peserta dalam
mengembangkan dirinya sendiri. Berhasilnya suatu program pemberdayaan
perempuan bisa dilihat dari tolak ukur keberhasilan yang dilihat dari beberapa
indikator, sebagaimana dalam panduan kelembagaan pemberdayaan perempuan
bidang kesejahteraan sosial (2007:16)
Adapun indikator keberhasilan dalam pelaksanaan program pemberdayaan
perempuan dengan tolak ukur mencakup :
1) Indikator masukan
a) Adanya sekelompok keluarga yang menjadi sasaran dalam
pemberdayaan perempuan.
b) Adanya kesepakatan dan rencana kerja lanjutan dalam program
pemberdayaan. Diantarahya : perempuanserta ersedianya dukungan
dan sarana serta prasarana yang memadai untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan.
2) Indikator Proses
a) Terselenggaranya berbagai pertemuan dan kegiatan antara
pelaksana program dan tokoh masyarakat untuk mewujudkan
keterpaduan pelaksanaan program pemberdayaan perempuan.
b) Terlaksananya kegiatan operasional program pemberdayaan
perempuan di lapangan.
c) Pendayagunaan dana, sarana dan prasarana secara efisien dan
efektif.
d) Terdapatnya kesepakatan kriteria keberhasilan pemberdayaan
perempuan.
3) Indikator Keluaran/ Output
a) Meningkatnya jumlah dan kualitas pelaksanaan program
pemberdayaan perempuan
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
25
b) Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan perempuan dalam
memecahkan masalah dalam keluarganya.
c) Meningkatnya ketahanan dan kemandirian keluarga dalam aspek
sosial, ekonomi, dan budaya.
d) Meningkatnya kepedulian sosial masyarakat.
e) Meningkatnya tingkat kesejahteraan sosial atau keluarga.
Berdasarkan paparan diatas, kesimpulannya perempuan sebagai mitra sejajar
laki-laki merupakan suatu kondisi dimana laki-laki dan perempuan memiliki
kesamaan hak dan kewajiban yang terwujud dalam kesempatan, kedudukan,
peranan, yang dilandasi sikap dan perilaku saling membantu serta mengisi
disemua bidang kehidupan. Perwujudan kemitra sejajaran yang harmonis
merupakan tanggung jawab bersama. Untuk mencapai kesetaraan diperlukan
transformasi nilai yang berkenaan dengan perubahan hubungan serta
keseimbangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan.
Dalam proses pemberdayaan perempuan ini perlu diperhatikan bahwa kaum
perempuan tidak bermaksud mendominasi atau merebut kekuasaan serta
menggunakannya dengan cara eksploitatif dan over acting, akan tetapi dalam arti
pengembangan diri dan menentukan nasib sendiri dengan mengggunakan cara-
cara demokrasi dalam membagi kekuasaan atas dasar kebersamaan, kesetaraan,
dan tenggang rasa (sharing power a mutual and equal basic).
Berdasar uraian materi di atas, peneliti menyimpulkan program
pembedayaan ini diselenggarakan sebagai salah satu alternatife proses
pembelajaran dan fasilitas untuk perempuan dalam rangka memenuhi
kebutuhannya dalam segi ilmu, keterampilan, pembentukan sikap, dan
mengembangkan dirinya.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
26
B. Konsep Kesejahteraan Keluarga
1. Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah upaya terorganisir untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia kearah kehidupan yang lebih baik. Peningkatan kualitas hidup itu sendiri
dapat dilakukan melalui kehidupan anak dan keluarga dalam sektor kesehatan,
kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, pemanfaatan waktu luang
standar hidup maupun relasi sosial
Kesejahteraan dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan
yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkatan kehidupan masyarakat yang
lebih baik. Menurut Hamdy (2011:6) konsep kesejahteraan sosial sebagai sistem
yang terorganisir untuk menjamin individu ataupun kelompok agar dapat
mencapai kebutuhan dasar hidup yang memuaskan. Hal ini dikuatkan dengan
definisi menurut Walter friedlander dalam Hamdy (2011:6), kesejahteraan adalah
Welfare is all the organized sosial arrangements which have as their direct
and primary objective the well-being of people in sosial context. It includes
the broad range of policies and services which are concerned with various
aspects of people live-their income, security, health, housing, education,
recreation, cultural tradition, etc. “Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan
usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di
dalamnya tercakup pula kebijakan dan pelayanan yang terkait berbagai
aspek kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial,
kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi budaya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa sekurang–kurangnya dapat
ditangkap pengertian bahwa kesejahteraan baik kesejahteraan sosial maupun
kesejahteraan keluarga mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk
situasi terpenuhinya segala kebutuhan yang meliputi berbagai aspek serta
meningkatkan taraf hidup manusia dibidang fisik, mental, emosional, sosial,
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
27
ekonomi, kehidupan spiritual, pendidikan, kesehatan, dan politik. Baik secara
intsan ataupun secara bertahap, sesuai dengan prosesi kehidupan yang berbeda-
beda.
2. Pengertian Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Fitriani (2009:5) keluarga adalah :
“Kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan
dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga”.
Keluarga merupakan suatu organisasi sosial yang paling penting dalam
kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga dimasyarakat yang paling
utama bertanggung jawab dalam menjamin kesejahteraan sosial dan kelestariaan
biologis anak manusia.
Menurut Murray & Zentner, 1997 dan Friedman, 1998 dalam Allender &
Spradley (2001) dalam Akhmadi (2009:1) menjelaskan bahwa:
Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang berbagi tempat
tinggal atau berdekatan satu dengan lainnya, memiliki ikatan emosi, terlibat
dalam posisi sosial, peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan; serta
adanya rasa saling menyayangi dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Sedangkan di dalam menurut Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1994
Bab I ayat 1 adalah :
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri,
atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Berdasarkan pengertian diatas mengenai keluarga kesimpulannya keluarga
merupakan kelompok unit terkecil terdapat dimasyarakat yang memiliki tugas,
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
28
fungsi, dan sejumlah aturan tertentu yang dimiliki oleh setiap anggotanya dan
setiap keluarga berhak memperoleh pendidikan. Sebagaimana yang dicanangkan
dalam UU No. 02 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional tentang
pendidikan keluarga berbunyi : “Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang
memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan”.
Keluarga sebagai kelompok sosial, terdiri dari sekumpulan individu yang
mengadakan hubungan secara berulang-ulang dalam perangkat hubungan identitas
yang bertalian satu sama lain. Kemudian jika kita melihat sebuah masyarakat,
pada beberapa bagiannya, atau pada suatu perangkat dari masyarakat sebagai
suatu sistem sosial. Maka jelas keluarga adalah sebagai organisasi dari sistem
sosial, didalamnya menggambarkan sebuah kelompok yang memiliki hubungan
identitas, dan struktur sosial.
Kehidupan keluarga dapat dijadikan indikator untuk melakukan pengujian
diri dalam berbagai aspek upaya tercapai kesejahteraaqn yang ingin dicapai oleh
keluarga tersebut. Kehidupan keluarga memiliki peranan yang penting didalam
pembangunan sosial ekonomi, sosial psikologis, sosial budaya,dan pembangunan
kehidupan spiritual suatu bangsa. Kehidupan keluarga dapat berkembang apabila
kehidupan itu sendiri diawali dengan kemauan serta pemahaman diri akan arti
suatu kehidupan keluarga, konsep sebuah keluarga serta tahu akan fungsi
keluarga.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
29
a. Jenis-jenis keluarga
Keluarga memiliki kategori dalam kehidupan masyarakat yang
memspesifikasi jenis-jenis kehidupan suatu keluarga. Adapun jenis-jenis keluarga
meliputi :
1) Keluarga batih (keluarga inti/nuclear family) yang terdiri dari suami/ayah,
istri/ibu dan anak-anak yang lahir dari pernikahan antara keduanya dan yang
belum berkeluarga (termasuk di dalamnya anak tiri),
2) Keluarga luas (extended family) yang keanggotaannya tidak hanya meliputi
suami, istri dan anak-anak yang belum berkeluarga, namun meliputi pula
kerabat lain yang biasanya tinggal dalam sebuah rumah tangga bersama
seperti mertua (orang tua suami/istri), adik, kakak ipar atau lainnya, bahkan
mungkin pembantu rumah tangga atau orang lain yang tinggal menumpang.
3) Keluarga sebelah atau tidak lengkap yaitu apabila ibu atau ayah berstatus
janda atau duda;
4) Keluarga gabungan atau joint family yaitu berupa rumah tangga yang terdiri
atas beberapa keluarga seperti keluarga orang tua dan keluarga anak-
anaknya yang bersama-sama dalam satu rumah.
Ada beberapa tipe keluarga yang bisa membedakan antara satu kehidupan
keluarga dengan kehidupan keluarga yang lainnya, yaitu :
1) Keluarga Poligami yaitu meliputi suami yang memiliki istri lebih dari satu
orang pada saat tertentu.
2) Keluarga poliandri yaitu meliputi istri yang memiliki lebih dari satu suami.
(tipe ini tidak dikenal pada masyarakat kita).
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
30
b. Pengertian Kesejahteraan Keluarga
Pemerintah mengelompokan keluarga di Indonesia ini ke dalam dua tipe
Pertama, Keluarga Pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, sandang,
pangan papan, dan kesehatan. Keluarga tipe ini biasanya identik dengan anggota
keluarga yang banyak, tidak menempuh pendidikan secara layak, penghasilan
tidak tetap, tidak terlalu memperhatikan kesehatan lingkungan, rentan terhadap
penyakit, dan tempat tinggal yang tak menentu
Kedua, Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang sudah tidak mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Dalam tipe keluarga
sejahtera ini terbagi ke beberapa tahap perkembangan, yaitu
a) Keluarga Sejahtera Tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi
keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
b) Keluarga Sejahtera Tahap II adalah keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan
psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan,
yaitu kebutuhan untuk menabung dan memeperoleh informasi.
c) Keluarga Sejahtera Tahap III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi)
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
31
pada masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk
material, organisasi, dan lain.
d) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus adalah keluarga yang telah memenuhi
seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun
pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.
Masalah pokok keluarga adalah masalah penghasilan, masalah ini selalu
bersumber pada sumber pekerjaan yag dilakukan. Maka, solusi yang paling tepat
adalah memberikan lapangan kerja bagi keluarga. Namun, hal itu sangat sulit
diwujudkan jika pemerintah harus menciptakan lapangan kerja sebanyak
mungkin. Solusinya adalah masyarakat harus menciptakan lapangan kerja sendiri.
Untuk mewujudkan hal demikian, masyarakat perlu di berdayakan dan dididik
untuk berwirausaha. Sehingga keluarga dapat melaksanakan fungsi ekonomi
keluarganya dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi keluarganya
sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otoinomi
daerah tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, pasal (1)
dengan keputusan bahwa yang dimaskud dengan : “Kesejahteraan keluarga adalah
kondisi tentang terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dari setiap anggota
keluarga secara material, sosial, mental, dan spiritual sehingga dapat hidup layak
sebagai manusia yang bermartabat.”
Setiap orang, keluarga, dan masyarakat tentu menginginkan kehidupan yang
sejahtera, yaitu suatu kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang antara
kemajuan lahiriah, dan keputusan batiniah. Adapun karakteristik keluarga
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
32
sejahtera dapat dilihat dari adanya kemajuan dan kesusksesan dalam hidup baik
fisik maupun psikis, dengan demikian suatu keluarga dikatakan sejahtera apabila
dalam hidupnya telah tergambarkan adanya kemajuan atau kesuksesan baik secara
materi, mental-spiritual dan sosial psikologis secara seimbang, sehingga
menimbulkan ketentraman dan ketenangan hidup yang pada akhirnya dapat
menyongosng kehidupan dengan gembira dan optimal.
Drenowoki dalam Rukminto (1994:49) mengemukakan ada tiga komponen
kesejahteraan :
a) Somatic status atau Physical development level yaitu status badan atau
tingkat perkembangan fisik yang terdiri dari empat indikator yaitu :
status gizi, harapan hidup, dan kesehatan fisik;
b) Educational status atau mental development level yaitu status
pendidikan atau tingkat perkembangan mental, terdiri atas empat
indikatior yaitu : melek huruf, pencapaian, tingkat pendidikan, tingkat
kesesuaian dengan permintaan tenaga kerja, angkatan kerja;
c) Sosial status atau sosial integration and Participation yaitu status sosial
dan partisipasinya terdiri atas dua indikator yaitu : integrasi dan
pastisipasi
Jadi pencapaian kehidupan keluarga sejahtera, hendaknya terbentuk
keluarga yang berkualitas dan tercipta keharmoniusan dalam keluarga. Hal ini
merupakan suatu kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan,
ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual.
Terbentuknya kesejahteraan keluarga tergantung dengan pola yang dibentuk oleh
keluarga tersebut, dalam arti lain harus sadar akan hak dan kewajiban sebagai
anggota keluarga serta keseimbangan keadaan ekonomi keluarga sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dibutuhkan pada saat itu juga. Dari hal ini kesejahteraan
keluarga bisa tercipta dengan baik dan terpola.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
33
C. Pemberdayaan Perempuan Melalui Pendidikan Luar Sekolah
Pemberdayaan perempuan sebagai proses pemberian kekuatan atau daya
dalam bentuk pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran, pengertian,
dan kepekaan perempuan terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan politik.
Sehingga pada akhirnya ia memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat.
Lebih lanjut dapat ditekankan perlunya pemberian wewenang. Siapapun
mereka, dapat memahami kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dengan lebih baik
daripada yang lainnya. Berger dan Nauhaus, dalam Anwar (2007:78) menyatakan
Bahwa ada empat struktur penengah (lingkungan tetangga, keluarga,
lembaga, keagamaan, dan perkumpulan sukarela) yang merupakan
perwujudan utama dari nilai-nilai dan kebutuhan nyata anggota masyarakat
kita atau berukuran rakyat. Kebijaksanaan pemerintah hendaknya mengakui,
menghormati, dan memberi wewenang kepada lembaga-lembaga tersebut
atau kepada rakyat.
Maksud uraian diatas perempuan harus tahu dan paham pada kebutuhan
mereka sendiri dengan difasilitasi oleh lembaga-lembaga yang berada
dilingkungannta dan tentunya lembaga tersebut didukung oleh pemerintah
setempat serta organisasi lainnya, sedikitnya perempuan itu bisa belajar apa yang
dia butuhkan dilembaga tersebut, seperti belajar keterampilan dan sehingga ia bisa
memanfaatkan ketrampilannya untuk menutupi kebutuhannya.
Pemberdayaan diri merujuk kepada kemampuan mengidentifikasi alternatif-
alternatif dari berbagai situasi, memilih alternatif terbaik sesuai nilai-nilai,
prioritas dan kmitmen yang berlaku. Prakarsa individu untuk menentukan
alternatif terbaiknya merupakan prioritas utama untuk menumbuhkan
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
34
pemikirannya dan merangsang hasrat dan rasa keingintahuannya. Menurut
Hopson dan Scally dalam Anwar (2007:78) menyatakan :
Individu yang lebih berdaya menampakan sikap-sikap terbuka kepada
perubahan, asertif, proaktif, bertanggungjawab, terarah, sensitife, suka
belajar dari kesalahan, berani maju, kekinian, realistik, berpikirn relative,
mencari alternatif, mengembangkan komitmen, menghargai dirinya,
mengevaluasi orang, peka terhadap kebutuhan masyarakat, menyenangi
orang banyak, mengacu ke gaya kehidupan selaras, serasi dan seimbang.
Sedangkan menurut Spence dan Speherd, (1983) dalam Anwar (2007:78)
berpendapat : “Mereka mengakui bahwa pemberdayaan diri dan kelompok dapat
menjadi lebih berdaya dengan mempelajari atau pelatihan keterampilan-
keterampilan hidup (life skills training)”.
Jadi kesimpulannya dalam hal ini, membangun nilai-nilai yang berorientasi
kekehidupan, dan menolong diri lebih menyadari nilai-nilai internal dan eskternal.
Berusaha sendiri mencari dan menyerap informasi baru mengembangkan tujuan
dan komitmen sendiri serta membantu masyarakat, organisasi, lembaga-lembaga
lain yang berada dilingkungan masyarakat. Sehingga diri sendiri dan lingkungan
dapat memberdayakan diri secara terarah. Hal ini terdapat pada pola dan
pendekatan pendidikan luar sekolah yang mempunyai asas-asas yang berorintasi
akan kepentingan masyarakat dan berdayanya masyarakat khususnya perempuan.
Proses pemberdayaan perempuan melalui pendidikan luar sekolah menurut
Kindervatter (1979) dalam Anwar (2007:79), menyatakan bahwa :
Ada delapan langkah proses pemberdayaan :
1. Menyusun kelompok kecil sebagai penerimaan awal atas rencana
program pemberdayaan,
2. Mengidentifikasi atau membangun kelompok warga belajar tingkat
wilayah,
3. Memilih dan melatih fasilitator kelompok,
4. Mengaktifkan kelompok belajar,
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
35
5. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan fasilitator,
6. Mendukung aktivitas kelompok yang sedang berjalan,
7. Mengembangkan hubungan diantara kelompok, dan
8. Menyelenggarakan sebuah lokakarya untuk evaluasi.
Masih menurut Kindervatter (1979) dalam Anwar (2007:80), menyatakan
sebagai berikut :
Proses pemberdayaan pada dasarnya memiliki empat karakteristik yaitu :
1. Organisasi sosial masyarakat,
2. Manajemen dan kolaborasi pekerja,
3. Pendekatan partisipasi dalam pendidikan orang dewasa, riset dan
pembangunan desa dan perkotaan, dan
4. Pendidikan terutama ditujukan untuk melawan kejanggalan dan
ketidakadilan yang dialami oleh individu khususnya perempuan atau
kelompok tertentu.
Jadi, pendidikan luar sekolah berdasarkan empowering process, menekan
kepada pendekaran pendidikan yang bisa memperluas pemahaman dan
mengontrol terhadap kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan politik. Melalui
pengontrolan semua aspek belajar mengajar baik itu belajar tentang materi dan
proses keterampilan yang berkaitan dengan masalah-masalah dan kebutuhan-
kebutuhan warga belajar, dengan mengutamakan kerjasama untuk memecahkan
masalah bersama.
Dalam aplikasinya, pendidikan luar sekolah dengan pendekatan empowering
process, bisa dimulai dengan pembentukan kelompok belajar bagi warga belajar
dan ketersediaan fasilitator atau pendamping. Fasilitator bisa mengembangkan
kepemimpinan partisipatif dan secara bertahap mengalihkan tanggung jawab
belajar kepada kelompok. Hal ini bisa didukung oleh hubungan demokratis dalam
kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan proses refleksi dan tindakan,
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
36
serta adanya penggunan metode yang tepat agar bisa meningkatkan kepercayaan
diri warga belajar.
Pendidikan luar sekolah sebagai proses pemberdayaan merupakan suatu
pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pengertian dan
pengendalian warga belajar terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.
Sehingga mereka bisa meningkatkan taraf hidupnya. Oleh karena itu proses yang
sangat perlu ditempuh warga belajar adalah :
1. Melatih tingkat kepekaan yang tinggi terhadap berbagai aspek
perkembangan sosial, ekonomi dan politik selama proses pembelajaran,
2. Mempelajari berbagai macam keterampilan untuk memenuhi kebutuhan
dan memecahkan masalah yang dihadapi, dan
3. Bekerjasama dalam memecahkan masalah yang dihadapi bersama.
Pendidikan bagi orang dewasa harus dilakukan secara fleksibel, karena
pendidikan bagi orang dewasa harus dipandang sebagai proses pendidikan dimana
mereka harus diakui eksistensinya yang secara sosial telah memiliki kematangan,
sehingga pendidikan orang dewasa dapat dilihat sebagai pendidikan yang bersifat
liberal. Srinivisan dalam Anwar (2007:82) berpendapat mengenai pendekatan
pembelajaran orang dewasa sebagai berikut :
Pendekatan pembelajaran orang dewasa baiknya memusatkan perhatian
pada masalah kegiatan belajar membelajarkan, karena kegiatan ini
dipandang sebagai salah satu penyebab utama terjadinya kondisi warga
belajar seperti merasa rendah diri, patah semangat, tidak berdaya terhadapp
tekanan lingkungan, sikap hormat yang berlebihan kepada guru. Pada
intinya ia mengajukan 3 macam pembelajaran untuk kondisi tersebut : 1.
Pendekatan yang berpusat pada masalah, 2. Pendekatan proyektif, dan 3.
Pendekatan aktualisasi diri.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
37
Kesimpulannya, ketiga pendekatan ini dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan, diantaranya : kebutuhan untuk memperkuat kemampuan
warga belajar dalam upaya pemecahan masalah, kebutuhan untuk melengkapi
warga belajar dengan berbagai keterampilan untuk menghadapi lingkungan secara
lebih baik, kebutuhan untuk mengembangkan potensi warga belajar dan
memperkuat kesadaran diri secara positif.
Sumodiningrat (1999) dalam Anwar (2007:82), menguraikan indikator
keberhasilan yang dipakai untuk mengkukur pelaksanaan program-program
pemberdayaan masyarakat, mencakup beberapa hal :
1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin,
2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh
penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia,
3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga miskin dilingkungannya,
4. Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin
berkembangnya usaha produkif anggota dan kelompok,
5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan.
Jadi indikator di atas pada umumnya menekankan akan berdayanya
individu atau kelompok tertentu agar bisa berpastisipasi secara aktif dalam
pembangunan dengan memberdayakan dirinya sendiri dan dapat meningkatkan
taraf hidupnya kearah yang lebih baik.
Melalui model pemberdayaan ini masyarakat bisa disiapkan menjadi bagian
dari proses transisi yang umumnya tidak dicakup dalam program pembangunan.
Demikian pula segenap program pemberdayaan masyarakat yang dirancang untuk
menanggulangi ketertinggalan merupakan bagian dari upaya mempercepat proses
perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat tertinggal. Dengan demikian
keterkaitan antara program pemberdayaan masyarakat atau program
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
38
pemberdayaan perempuan mencakup keterkaitan misi, tujuan, pendekatan lintas
sektor.
Perubahan itu hanya dapat lestari dan berkelanjutan jika ia digerakkan oleh
masyarakat, sedangkan pihak luar hanyalah sebagai fasilitator yang melakukan
campur tangan minimum jika masyarakat belum mampu melaksanakan proses
tersebut.
Top Related