7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reviu penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini, terutama dalam
pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate Governance terhadap Tax Avoidance
telah banyak dilakukan. Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian satu
dengan penelitian lain, baik dari segi variable yang digunakan, maupun hasil dari
penelitiannya. Hasil penelitian yang berbeda menunjukkan adanya kontra antara
peneliti satu dengan peneliti lainnya. Berikut tabel ringkasan yang menunjukkan
penelitian terhadap Tax Avoidance dari peneliti sebelumnya.
Cahyono et al. (2016) meneliti tentang Komite Audit, Kepemilikan
Institusional, Dewa Komisaris, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas
apakah memiliki pengaruh terhadap tindakan Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance). Peneletian tersebut menggunakan metode analisis deskriptif dan uji
hipotesis regresi linear berganda. Hasil penelitian tersebut adalah adanya
pengaruh yang signifikan antara Komite Audit dan Kepemilikan Institusional
terhadap tax avoidance. Sedangkan pada varible bebas lainnya, dewan komisaris,
ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas menyatakan hal yang sebaliknya
bahwa varible tersebut tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Saputra et al. (2016) juga meneliti tentang penghindaran pajak. Penelitian
tersebut menggunakan uji Regresi Linear Berganda dengan software SPSS. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas (ROA), dan Karakter Eksekutif
berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan Corporate Governance tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance.
8
Kurniasih dan Sari (2013) meniliti Pengaruh ROA, Leverage, Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax
Avoidance. Penelitian tersebut menggunakan uji Regresi Linear Berganda dengan
software SPSS. Hasil penelitian Kurniasih dan Sari (2013) menunjukan bahwa
Secara Simultan Return on Assets (ROA), Leverage, Corporate Governance,
Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan terhadap
tax avoidance.
Ngadiman dan Puspitasari (2014) meneliti apakah Leverage, Kepemilikan
Institusional, dan Ukuran Perusahaan mempengaruhi Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Kepemilikan
Institusional, dan Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh signifikan, sedangkan
Leverage tidak memiliki pengaruh Signifikan.
Sari (2014) meneliti tentang Pengaruh Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal, dan Struktur Kepemilikan Pada Tax
Avoidance. Hasil penelitian Sari (2014) menunjukan bahwa Komisaris
Independen dan Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance,
sedangkan Komite Audit, Kompensasi Rugi Fiskal, dan Struktur kepemilikan
tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Judul Metode Analisis Variabel Hasil
Deddy Dyas
Cahyono,
Rita Andini
dan Kharis
Raharjo
(2016)
Pengaruh
Komite Audit,
Kepemilikan
Institusional,
Dewa
Komisaris,
Ukuran
Perusahaan,
Leverage, dan
Uji Normalitas,
Multikolinearita,
Heteroskedastisitas,
dan Autokorelasi
Uji Regresi Linear
Berganda
Variabel
tidak bebas
adalah tax
avoidance
Variabel
bebas adalah
Komite
Audit,
Kepemilikan
Institusional,
berpengaruh
terhadap tax
avoidance
Sedangkan
dewan
9
Profitabilitas
terhadap
tindakan
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Komite
Audit,
Kepemilikan
Institusional,
Dewa
Komisaris,
ukuran
perusahaan,
Leverage,
dan
profitabilitas
komisaris,
ukuran
perusahaan,
leverage, dan
profitabilitas
berpengaruh
tidak
berpengaruh
pada tax
avoidance
Muhammad
Fajri
Saputra,
Dandes Rifa,
Dan Novia
Rahmawati,
(2016)
Pengaruh
corporate
governance,
profitabilitas
dan karakter
eksekutif
terhadap tax
avoidance pada
perusahaan
yang terdaftar
di BEI
Analisis Regeresi
Linear Berganda
dan Uji Asumsi
Klasik
Corporate
Governance,
ROA, dan
karakter
eksekutif
ROA,dan
Karakter
Eksekutif
berpengaruh
terhadap tax
avoidance,
sedangkan
Corporate
Governance
tidak
berpengaruh
terhadap tax
avoidance
Tommy
Kurniasih
dan Maria
M. Ratna
Sari (2013)
Pengaruh ROA,
Leverage,
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan ,
dan
Kompensasi
Rugi Fiskal
Pada Tax
Avoidance
Analisis Regeresi
Linear Berganda
dan Uji Asumsi
Klasik
Objek: 72
Perusahaan di BEI
selama 4 tahun
Variable
tidak bebas
adalah Tax
Avoidance
Variable
Bebas adalah
ROA,
Leverage,
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan ,
dan
Kompensasi
Rugi Fiskal
Secara
Simultan
Return on
Assets
(ROA),
Leverage,
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan
dan
Kompensasi
Rugi Fiskal
berpengaruh
signifikan
terhadap tax
avoidance.
Ngadiman
dan
Christiany
Pengaruh
Leverage,
Kepemilikan
Analisis Regeresi
Linear Berganda
dan Uji Asumsi
Variable
tidak bebas
adalah Tax
Kepemilikan
Institusional,
dan Ukuran
10
Puspitasari
(2014)
Institusional,
dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Pada
Perusahaan
Sektor
Manufaktur
Yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
2010-2012
Klasik
Avoidance
Variable
Bebas adalah
Leverage,
Kepemilikan
Institusional,
dan Ukuran
Perusahaan
Perusahaan
memiliki
pengaruh
signifikan,
sedangkan
Leverage
tidak
memiliki
pengaruh
Signifikan
Gusti Maya
Sari (2014)
Pengaruh
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan,
Kompensasi
Rugi Fiskal,
dan Struktur
Kepemilikan
Pada Tax
Avoidance
Analisis Deskriptif
dan Analisis
Induktif
Variable
Dependen
adalah Tax
Avoidance
Variable
Independen
adalah
Komisaris
Independen,
Komite
Audit,
Ukuran
Persahaan,
Kompensasi
Rugi Fiskal,
dan Struktur
kepemilikan
Komisaris
Independen
dan Ukuran
Perusahaan
berpengaruh
terhadap Tax
Avoidance,
sedangkan
Komite
Audit,
Kompensasi
Rugi Fiskal,
dan Struktur
kepemilikan
tidak
berpengaruh
terhadap Tax
Avoidance.
Penelitian terdahulu pada tabel di atas menjadi acuan dalam penelitian ini.
Penelitian yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu dikembangkan untuk
menjawab dengan pasti variabel-variabel yang diteliti. Peneliti mengambil
variabel-variabel yang sudah diteliti pada penelitian terhdahulu kemudian
mengambangkannya dengan variabel dan metode analisis berbeda yang belum
diteliti sebelumnya. Penelitian ini meneliti apakah kinerja keuangan dan corporate
11
governance berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Kinerja keuangan diukur
dengan ROA, DAR, dan DPR. Sedangkan Corporate Governance diproksikan
melalui lima indikator yaitu dewan direksi, dewan komisaris, komite audit,
komisaris independen, dan kepemilikan manajerial. Dengan penilitian ini
diharapkan dapat menambah manfaat teoritis maupun praktis.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (lebih-lebih
untuk yang telah terdaftar di pasar modal), seringkali terjadi pemisahan
antara pengelola perusahaan (pihak manajemen, disebut juga sebagai
agent) dengan pemilik perusahaan (atau pemegang saham, disebut juga
sebagai principal). Di samping itu, utuk perusahaan yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), tanggung jawab pemilik hanya terbatas pada
modal yang disetorkan. Artinya, apabila perusahaan mengalami
kebangkrutan, maka modal sendiri (ekuitas) yang telah disetorkan oleh
para pemilk perusahaan mungkin sekali akan hilang, tetapi kekayaan
pribadi pemilik tidak akan diikutsertakan untuk menutup kerugian
tersebut. Dengan demikian memungkinkan munculnya masalah-
masalah keagenan (agency problem).
Masalah keagenan (agency problem) muncul dalam dua bentuk,
yaitu antara pemilik perusahaan (principals) dengan pihak manajemen
(agent), dan antara pemegang saham dengan pemegang obligasi. Tujuan
normatif pengambilan keputusan keuangan yang menyatakan bahwa
keputusan diambil untuk memaksimumkan kemakmuran pemilik
12
perusahaan, hanya benar apabila pengambil keputusan keuangan (agent)
memang mengambil keputusan dengan maksud untuk kepentingan para
pemilik perusahaan.
Masalah keagenan (agency problem) antara pemegang saham
(pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen
tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tertentu
menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer perusahaan bisa
saja bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham, tetapi memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri. Terjadilah
conflict of interest. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-
sungguh untuk kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus
mengeluarkan biaya yang disebut agency cost yang meliputi antara lain:
pengeluaran untuk memonitor kegiatan-kegiatan manajer, pengeluaran
untuk membuat suatu struktur organisasi yang meminimalkan tindakan-
tindakan manajer yang tidak diinginkan, serta oportunity cost yang
timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat segera mengambil
keputusan tanpa persetujuan pemegang saham (Atmaja, 2008).
2.2.2 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
(Pohan, 2013) menyatakan bahwa Penghindaran pajak adalah
upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi
wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan,
dimana metode dan tehnik yang digunakan cenderung memanfaatkan
kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang
13
dan peraturan perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah pajak
yang terutang. Penghindaran pajak merupakan salah satu upaya
meminimalisasi beban pajak yang sering dilakukan oleh perusahaan,
karena masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan yang berlaku.
Meski penghindaran pajak bersifat legal, dari pihak pemerintah tetap
tidak menginginkan hal tersebut. Fenomena penghindaran pajak di
Indonesia dapat dilihat dari rasio pajak (tax ratio) negara Indonesia.
Rasio pajak menunjukkan kemampuan pemerintah dalam
mengumpulkan pendapatan pajak atau menyerap kembali PDB dari
masyarakat dalam bentuk pajak. Semakin tinggi rasio pajak suatu
negara, maka semakin baik kinerja pemungutan pajak negara tersebut
(Putri dan Putra, 2017).
Effective Tax Rate. Effective Tax Rate (ETR) pada dasarnya adalah
sebuah presentasi besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan.
Effective Tax Rate (ETR) dihitung atau dinilai berdasarkan pada
informasi keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga Effective
Tax Rate (ETR) merupakan bentuk realisasi pembayaran pajak pada
perusahaan. Tarif pajak efektif kas adalah perbandingan antara pajak riil
yang kita bayar dengan laba komersial sebelum pajak. Tarif pajak
efektif kas digunakan untuk mengukur dampak perubahan kebijakan
perpajakan atas beban pajak perusahaan
2.2.3 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan
perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas
14
perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. IAI
(2007) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan
perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses
pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur,
menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan
pada suatu periode tertentu. Salah satu untuk menganalisis kinerja
keuangan dapat dilakukan dengan melakukan analisis rasion keuangan.
Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun
laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
Beberapa Rasio Keuangan menurut (Kasmir, 2008) antara lain
dengan rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio pasar.
Profitablitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran
dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana
perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.
Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan.
Salah satu pengukuran profitabilitas adalah return on assets ratio. Rasio
tersebut membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan total
aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan
kinerja keuangan perusahaan sangat baik. Solvabilitas atau Leverage
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
15
jangka panjangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek
tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka
panjang. Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang
menghubungkan harga saham dengan laba dan nilai buku per saham.
Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor
atas kinerja keuangan perusahaan di masa lalu serta prospek di masa
yang akan datang. Salah satu pengukuran dalam rasio ini adalah Rasio
Pembayaran Dividen atau Dividend Payout Ratio. Rasio ini melihat
bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor.
2.2.4 Corporate Governance
Corporate Governance merupakan sebuah studi yang mempelajari
hubungan direktur, manajer, karyawan, pemegang saham, pelanggan,
kreditur dan pemasok terhadap perusahaan dan hubungan antar
sesamanya (Irawan, 2012).
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai proses dan
struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan
akhir meningkatkan nilai/keuntungan pemegang saham (shareholders)
dengan sedapat mungkin tetap memperhatikan kepentingan semua
pihak yang terkait stakeholders (Basri, 2009).
Menurut Tunggal (2013), unsur-unsur corporate governance terdiri
atas; Pemegang Saham, Komisaris, Direksi, Komite Audit, Sekretaris
Perusahaan, Manajer dan Karyawan, Auditor Eksternal, Auditor
Internal, dan Stakeholder. Dari sembilan unsur tersebut diambil lima
16
unsur untuk dijadikan indikator corporate governance pada penelitian
ini.
Dewan Komisaris merupakan faktor sentral dalam corporate
governance. Hukum perseroan menempakan tanggung jawab legal atas
urusan suatu perusahaan kepada dewan komisaris. Dewan komisaris
juga bertanggung jawab dalam menetapkan kebijakan dan
melaksanakan kebijakan tersebut. Dewan komisaris menjadi kaki
tangan pemegang saham dalam pengawasan kinerja perusahaan.
Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan. keberadaan Komisaris Independen menjadi penting, karena
didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan
kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik
(pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya.
Dewan Direksi merupakan adalah jajaran direktur yang ditunjuk
oleh pemilik perusahaan untuk menjalanan dan memimpin perusahaan.
Tata kelola perusahaan baik tidak lepas dari tanggung jawab direksi.
Direksi menjadi kunci utama dalam suatu keberlangsungan usaha
karena direksi bertugas untuk memimpin, memilih, menyetujui, dan
menyampaikan laporan atas kinerja perusahaan kepada pemegang
saham. Komite Audit adalah pembantas antara auditor internal dan
17
auditor eksternal. Keanggotaan komite audit minimal terdiri dari tiga
orang yang bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang
independen terhadap dewan komisaris dan membantu dewan direksi
untuk mengawasi proses pelaporan akuntansi dan keuangan, audit
laporan keuangan dan pengendalian internal, dan fungsi-fungsi audit.
Kepemilikan Manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai
pemegang saham perusahaan
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Tax Avoidance
Return on assets (ROA) memperhitungkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang terlepas dari pendanaan..
Tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif dengan tarif
pajak efektif karena semakin efisien perusahaan, maka perusahaan akan
membayar pajak yang lebih sedikit sehingga tarif pajak efektif
perusahaan tersebut menjadi lebih rendah (Ngadiman dan Puspitasari,
2014).
Menurut Kurniasih dan Sari (2013) leverage adalah rasio yang
mengukur kemampuan hutang baik jangka panjang maupun jangka
pendek untuk membiayai aktiva perusahaan. leverage diukur dengan
rasio debt to assest ratio yaitu membagi total kewajiban jangka panjang
dengan total asset perusahaan. Hasil rasio tersebut menujukan
komposisi sumber dana sumber pendanaan perusahaan dari hutang.
Hutang yang dimaksud adalah hutang jangka panjang. Semakin besar
18
rasio menunjukan sumber pendanaan dari hutang semakin besar
sehingga memunculkan beban bunga atau beban keuangan yang harus
dibayarkan oleh perusahaan. Pada laporan laba rugi, posisi beban
keuangan terletak sebelum laba sebelum pajak. Sehingga, semakin
besar beban keuangan juga akan menurunkan laba sebelum pajak. Laba
sebelum pajak merupakan dasar pengenaan pajak yang menentukan
besar kecilnya beban pajak yaitu 25%. Sehingga perusahaan
memanfaatkan kondisi tersebut untuk menurunkan dasar pengenaan
pajaknya sehingga beban pajak yang dibarkan lebih kecil dari
seharusnya.
Rasio pasar diukur menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR),
merupakan indikator dari Kinerja Keuangan Perusahaan. Dividend
payout ratio menunjukan kemampuan perusahaan dalam membayar
dividen. Laba perusahaan menjadi pertimbangan penentuan dividen per
lembar sehingga laba perusahaan menjadi tolak ukur dalam kinerja
keuangan suatu perusahaan (Utomo et al., 2016). Laba yang optimal
menggambarkan kinerja perusahaan yang baik. Oleh karena itu,
perusahaan berusaha agar laba selalu optimal. Pembayaran dividen
yang rendah berindikasi bahwa kinerja keuangan perusahaan tidak
optimal sehingga perusahaan perusahaan akan mencari cara agar kinerja
keuangan perusahaan menjadi optimal dan meningkatkan pembayaran
dividennya yang kemudian akan menarik investor untuk berinvestasi
pada perusahaan. Tetapi, di sisi lain perusahaan yang pembayaran
dividennya terlalu tinggi menjadi sinyal negatif bahwa perusahaan
19
tersebut tidak berprospek di masa depan (Novianti, 2015). Dengan
tujuan menarik investor tersebut perusahaan meningkatkan kinerja
keuangannya sehingga investor dapat menganilisis bahwa perusahaan
akan memberikan dividen yang sesuai keinginan investor. Oleh karena
itu, perusahaan akan menigkatkan kinerja keuangannya, salah satu cara
meningkatkan kinerja keuangan adalah dengan menekan beban pajak
yaitu melakukan penghindaran pajak
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya ROA,
Leverage, dan DPR berpengharuh pada tingkat penghindaran pajak.
H1: Kinerja Keuangan Perusahaan berpengaruh terhadap Tax
Avoidance
2.3.2 Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avidance
Menurut Fadhilah (2014), Penerapan corporate governance
dalam menentukan kebijakan perpajakan yang akan digunakan oleh
perusahaan berkaitan dengan pembayaran pajak penghasilan perusahaan.
Pembayaran pajak penghasilan didasarkan pada besarnya laba yang
diperoleh perusahaan. Perusahaan tentunya selalu menginginkan laba
yang besar, namun laba besar akan dikenakan beban pajak yang besar.
Beban pajak yang besar menyebabkan perusahaan akan berusaha untuk
melakukan penghindaran pajak dengan risiko yang kecil. Dalam
penelitian ini corporate governance diukur dengan menggunakan lima
proksi yaitu dewan direksi, dewan komisaris, komite audit, komisaris
independen dan kepemilikan manajerial.
20
Dewan direksi adalah organ perusahaan yang berwenang dan
bertanggungjawab penuh atas pengurusan operasional perusahaan
sesuai dengan tujuan perusahaan (Hadi dan Mangoting, 2015). Dewan
direksi menuntut untuk membuat kinerja perusahaan menjadi semakin
baik. Sehingga, tidak menutup kemungkinan dengan adanya dewan
komisaris penghindaran pajak dapat dilakukan.
Dewan komisaris berfungsi untuk melakukan pengawasan (Sari et
al., 2016). Dalam struktur dewan komisaris terdapat komisaris
independen dan komisaris non-independen. Komisaris independen
didefinisikan sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal
dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi
dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai
direktur pada suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik
menurut peraturan yang dikelurkan oleh BEI. Komisaris independen
memahami undang-undang dan peraturan tentang pasar modal.
Sehingga dengan rendahnya jumlah komisaris independen pada jajaran
dewan komisaris, akan mengakibatkan perusahaan cenderung untuk
melakukan penghindaran pajak.
Berjalannya komite audit dalam suatu perusahaan dapat
meminimalkan kecurangan dalam laporan keuangan yang dilakukan
oleh pihak manajemen. Perusahaan yang memiliki komite audit
memungkinkan adanya pengendalian laporan keuangan yang efektif
dan dapat mendukung adanya corporate governance dalam suatu
perusahaan. Maka dalam penelitian ini dapat diasumsikan perusahaan
21
yang melakukan corporate governance memiliki kemungkinan yang
sangat kecil dalam melakukan penghindaran pajak karena memiliki
pengawasan dan pengontrolan yang baik dalam perusahaan tersebut
(Saputra, 2017). Pada penelitian Saputra et al. (2016), ditemukan bahwa
komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki
saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus
sebagai pemegang saham perusahaan (Kalbuana et al., 2017). Sehingga
peningkatan kepemilikan manajerial diharapkan dapat menurunkan
level tax avoidance.
Sehingga corporate governance yang diproksikan dengan lima
indikator tersebut dapat mengakibatkan dilakukannya penghindaran
pajak
H2: Corporate Governance berperngaruh terhadap tax avoidance
2.4 Kerangka pemikiran teoritis
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Kinerja
Keuangan
Corporate
Governance
Tax
Avoidance
H1
H2
X1
X2
Y
Top Related