7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mendukung dan mendasari permasalahan yang akan dibahas, akan di
uraikan beberapa teori-teori dan pengertian yang berhubungan dengan
permasalahan yang diangkat dalam topic tugas akhir ini.
2.1 Peramalan
(Dalam buku Arman Hakim Nasution, 2008) peramalan adalah proses
untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi kebutuhan
dalam rangka memenuhi permintaan barang dan jasa. Peramalan tidak terlalu
dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan
permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila kondisi
permintaan bersifat kompleks dan dinamis
Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih banyak bersifat
komplek, dan dinamis karena permintaan tersebut, akan tergantung dari keadaan
sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing dan produk subsitusi.
Oleh karena itu, peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen. Metode peramalan yang
digunakan dari pola data penjualan pasar barang/produk bisa dilihat dari Tabel
sebagai berikut :
8
Tabel 2.1 Pola Data Penjualan
Komponen Data Metode yang dipakai
1. Acak - Moving Average
- Exponential smoothing
2. Trend dan Acak - Double Exponential Smoothing
- Holt Winter
3. Seasonal dan Acak Moving Average with Index Seasonal
4. Trend, seasonal dan acak - Multipikatif Winter
- Dekomposisi
Sumber: Lindawati, 2003
2.1.1 Metode Moving Average
Metode Moving Average dalam buku pangestu Subagyo (Forcasting
Konsep dan Aplikasi tahun 2004). Peramalan dengan metode moving average (rata-
ratanya, lalu menggunakan rata-rata tersebut sebagai ramalan untuk periode
berikutnya. Istilah rata-rata bergerak digunakan karena setiap kali data observasi
baru tersedia, maka angka rata-rata yang baru dihitung dan dipergunakan sebagai
peramalan.
Menentukan ramalan dengan metode single moving averages sangat
sederhana, yaitu dengan merata-ratakan jumlah data sebanyak periode yang akan
digunakan, atau jika ditulis dalam bentuk rumus adalah
S t+1 = ramalan untuk periode ke t+1
9
Xt = data pada periode ke –t
n= jangka waktu rata-rata bergerak
Metode single moving averages lebih cocok digunakan untuk melakukan
forecast hal-hal yang bersifat random, artinya tidak ada gejala trend naik maupun
turun, musiman, dan sebagainya, melainkan sulit diketahui polanya. Metode single
moving averages ini mempunyai dua sifat khusus, yaitu:
1. Untuk membuat forecast memerlukan data historis selama jangka waktu
tertentu. Jika mempunyai data selama V periode, maka baru bisa membuat
forecast untuk periode ke V+1.
2. Semakin panjang jangka waktu moving average akan menghasilkan moving
averages yang semakin halus
2.1.2 Metode Single Exponential Smoothing
Metode Single Exponential Smoothing Menurut Pangestu Subagyo
(forecasthing Konsep dan Aplikasi, 2004:7) metode single exponential smoothing
lebih cocok digunakan untuk meramalkan hal-hal yang fluktuasinya secara random
(tidak teratur). Untuk membuat forecast dengan metode single exponential
smoothing dicari dengan rumus:
Dalam metode ini nilai α bisa ditentukan secara bebas yang bisa mengurangi
forecast error, yaitu antara 0 dan 1.
2.2 Ukuran Akurasi Peramalan
Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan
peramalan merupakan ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan
dengan permintaan yang sebenarnya terjadi.
Ada 5 ukuran yang biasa digunakan, yaitu:
10
2.2.1 Rata-rata Deviasi Mutlak ( Mean Absolute Deviation = MAD)
MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa
memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan
kenyataannya. Secara matematis MAD dirumuskan sebagai berikut:
MAD = ∑( 𝐴𝑡−𝐹𝑡)
𝑛
Dimana:
A = Permintaan Aktual pada periode – t
𝐹1 = peramalan permintaan (Forecast) pada periode –t
n = jumlah periode peramalan yang terlibat
2.2.2 Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE)
MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan
pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara
matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut:
𝑀𝑆𝐸 = ∑(𝐴𝑡 − 𝐹𝑡)2
𝑛
2.2.3 Rata-rata Kesalahan peramalan (Mean Forecast Error = MFE)
MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu hasil peramalan selama
periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah.MFE dihitung dengan
menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan
membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MFE
dinyatakan sebagai berikut:
𝑀𝐹𝐸 = ∑(𝐴𝑡−𝐹𝑡)
𝑛
11
2.2.4 Rata-rata Persentase Kesalahan Absolut (Mean Absolut Percentage
Error = MAPE).
MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti
dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil
peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan
memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Secara matematis, MAPE dinyatakan sebagai berikut:
𝑀𝐴𝑃𝐸 =100
𝑛 ∑ 𝐴𝑡 −
𝐹𝑡
𝐴𝑡
2.2.5 Tracking Signal (TS)
Berkaitan dengan validasi metode peramalan, dapat menggunakan suatu
cara yaitu tracking signal. Tracking Signal adalah suatu ukuran bagaimana baiknya
suatu peramalan memperkiranakan nilai-nilai aktual. Berikut ini adalah rumus dari
tracking signal (Gaspersz, 2004):
Tracking signal = 𝑅𝑆𝐹𝐸
𝑀𝐴𝐷
Keterangan:
RSFE = jumlah kesalahan peramalan
MAD = rata-rata penyimpanan absolute
n = banyaknya periode data
Beberapa ahli dalam sistem peramalan seperti George Plossl dan Oliver
Wight, dua pakar rencana produksi dan pengendalian inventori menyarankan untuk
menggunakan nilai tracking signal sebesar ±4, sebagai batas-batas pengendalian
untuk tracking signal. Dengan demikian apabila tracking signal telah berada di luar
batas-batas pengendalian, metode peramalan perlu ditinjau kembali. Hal ini
dikarenakan akurasi peramalan tidak dapat diterima. (Gaspersz, 2004)
12
2.3 Perhitungan waktu Produksi
Sebelum melakukan penyusunan produksi maka perlu melakukan
perhitungan waktu produksi untuk mengetahui waktu produksi yang ada atau jam
kerja efektif yang ada pada perusahaan Mitra Sejati usaha produksi karton untuk
masing-masing periode. Adapun waktu kerja pada CV. Mitra Sejati dibagi menjadi
2 bagian yaitu :
1. Reguler time : 08.00-17.00 dipotong 1 jam istirahat jadi waktu jam efektif
kerjanya adalah 7 jam.
2. Over time maksimal 2 jam kerja normal
2.4 Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi merupakan suatu proses penetapan tingkat output
manufacturing secara keseluruhan guna memenuhi tingkat penjualan yang
direncanakan dan inventori yang di inginkan. Rencana produksi mendefinisikan
tingkat manufacturing, biasanya dinyatakan sebagai tingkat bulanan untuk periode
satu tahun atau lebih, untuk setiap kelompok produk. Perencanaan produksi
merupakan tanggungjawab manajemen puncak yang membutuhkan konsensus dari
semua semua departemen fungsional, terutama dari departemen pemasaran,
keuangan, PPIC dan produksi.
Rencana produksi harus menyediakan jumlah produk yang di inginkan pada
waktu yang tepat dan jumlah biaya yang minimum dengan kualitas yang memenuhi
syarat. Rencana produksi tersebut akan menjadi dasar bagi pembentukan anggaran
operasi dan membuat keperluan tenaga kerja serta keperluan jam kerja, baik untuk
waktu kerja biasa maupun waktu kerja lembur. Selanjutnya rencana produksi
tersebut digunakan untuk menetapkan keperluan peralatan dan tingkat persediaan
yang di terapkan. (Gaspersz, 2004)
2.4.1 Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat diperlukan karena akan mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam memenuhi permintaan dan dalam berkompetisi dengan
perusahaan lain. Proses penyusunan rencana agregat dapat menggunakan beberapa
metode. Metode-metode tersebut antara lain pendekatan intuitif, metode tabel dan
13
grafik, serta pendekatan matematika. Berikut ini diuraikan mengenai masing-
masing metode tersebut (Herjanto, 1999):
Metode tabel dan grafik merupakan metode yang sangat populer dan banyak
disukai karena mudah untuk dimengerti dan digunakan. Metode ini dilakukan
dengan cara uji coba. Kelemahan metode ini yaitu belum tentu menjamin
perencanaan produksi yang optimal meskipun metode ini hanya memerlukan
sedikit perhitungan dan lebih mudah dilakukan. (Herjanto, 1999)
Perencanaan agregat merupakan perencanaan yang dibuat untuk
menentukan total permintaan dari seluruh elemen produksi dan jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan. Perencanaan agregat merupakan perencanaan produksi jangka
menengah. Horizon perencanaannya biasanya berkisar antara satu sampai 24 bulan
atau bisa bervariasi dari satu sampai tiga tahun. Horizon tersebut tergantung pada
karakteristik produk dan jangka waktu produksi dan periode perencanaan
disesuaikan dengan periode peramalan. (Baroto, 2002)
2.4.2 Metode Tenaga Kerja Tetap
Metode tenaga kerja tetap adalah metode perencanaan produksi agregat,
dimana jumlah tenaga kerja tidak mengalami perubahan (tetap). Metode tenaga
kerja tetap, kecepatan produksinya konstan. Metode tenaga kerja tetap melakukan
variasi tingkat persediaan dengan cara mempertahankan rata-rata tingkat produksi
yang tetap dan menyimpan kelebihan produksi pada bulan-bulan tertentu untuk
digunakan pada bulan-bulan lain yang mengalami kelebihan permintaan. Apabila
jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan
sebagai persediaan. Jika jumlah produksi lebih kecil daripada permintaan,
kekurangan produksi diambil dari persediaan (Nasution, 2003)
Dalam metode ini perusahaan berusaha menghindari kegiatan Hire dan fire.
Karena itu dilakukan penyamaan jumlah produksi berdasarkan rata-rata permintaan
dan menutupi kekurangan produksi dengan persediaan yang berasal dari produksi
periode terdahulu. Sedangkan untuk langkah-langkah pengerjaannya adalah
sebagai berikut. Pertama Demand dalam jam dihasilkan dari demand satuan agregat
dikalikan dengan cycle time. pembulatan ketas. Kedua Jumlah pekerja (untuk 12
Bulan) didapatkan dari Total demand jam dalam 12 periode dibagi dengan waktu
14
regular selama 12 periode dan dilakukan pembulatan ketas. Ketiga Produksi jam
didaaptkan dari jumlah pekerja dikalikan dengan regular. Keempat Produksi
satuan agregat didapatkan dari produksi jam dibagi dengan waktu siklus. Kelima
Inventory atau lost demand didapatkan dari produksi satuan agregat dikurangkan
dengan demand agregat, bila positif maka masuk inventory, sedangkan jika negatif
maka akan masuk lost demand. Berikut merupakan cara penentuan kapasitas untuk
periode waktu tertentu (Gasperz, 2004) :
BakuWaktu
tNormal KerjaJamxtHKxtTKTimeReguler ProduksiUnit
BakuWaktu
tLembur KerjaJamxtHKxtTKTimeOver ProduksiUnit
2.4.3 Metode Transportasi
Salah satu pendekatan matematika yang umum digunakan dalam
perencanaan agregat adalah metode transportasi. Metode transportasi digunakan
untuk mengoptimalkan biaya pengangkutan (transportasi) komoditas tunggal dari
berbagai daerah sumber menuju berbagai daerah tujuan. Metode transportasi tidak
hanya berguna untuk optimasi pengangkutan komoditas (barang) dari daerah
sumber menuju daerah tujuan. Metode ini juga dapat digunakan untuk perencanaan
produksi. Berikut ini adalah metode penyelesaian awal dari persoalan transportasi.
(Herjanto, 1999)
Metode Pojok Kiri Atas, dimana pengalokasian dimulai dari pojok barat
laut atau pojok kiri atas. Pengalokasian selanjutnya dilakukan pada kotak dengan
posisi di sebelah kanan bawah dari kotak sebelumnya. Cara pengalokasian seperti
itu terus hdalam satuan agregat. Hitung ongkos per unit satuan agregat sebagai
akibat pilihan strategi produksi yang diterapkan. Optimasikan rencana produksi di
setiap periode dalam horison perencanaan mulai dari periode paling awal sampai
ke periode paling akhir. (Kusuma, 2004)
Metode ini memberikan hasil yang optimal jika kasus yang diselesaikan
sesuai dengan asumsi atau persyaratan masalah transportasi. Asumsi metode
transportasi adalah kapasitas produksi dan permintaan dinyatakan dalam satuan
... (2-7)
... (2-6)
15
yang sama, total kapasitas sama dengan total permintaan dalam horison yang sama
dan semua hubungan biaya linier. (Baroto, 2002)
2.5 Persediaan (Inventory)
persediaan merupakan hal penting bagi perusahaan yang melakukan proses
produksi, baik memproduksi barang maupun jasa untuk menunjang kelancaran
proses produksinya. Menurut Freddy, (2007:7) “Persediaan merupakan salah satu
unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara continu diperoleh, diubah,
kemudian dijual kembali beberapa pengertian persediaan dan jenis persediaan
sebaga barikut :
2.5.1 Pengertian Persediaan
Pada dasarnya, persediaan merupakan hal penting bagi perusahaan yang
melakukan proses produksi, baik memproduksi barang maupun jasa untuk
menunjang kelancaran proses produksinya. Menurut Freddy, (2007:7) “Persediaan
merupakan salah satu unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara
continu diperoleh, diubah, kemudian dijual kembali.
Menurut Hendra, (2009:131) “Persediaan didefinisikan sebagai barang yang
disimpan untuk digunakan untuk dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat
berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, komponen yang diproses,
barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk
dijual.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan
merupakan barang yang berupa bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi
yang disimpan untuk kontinuitas proses produksi dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan.
2.5.2 jenis Persediaan
Persediaan juga diklasifikasikan berdasarkan jenis dan posisi barang
tersebut di dalam urutan pengerjaan produk yaitu (sofjan Assauri, 2008:240-242)
a. Persediaan bahan baku (Raw Materials stock) yaitu persediaan dari
barangbarang berwujud yanng digunakan dalam proses produksi, barang
16
mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier
atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik
yang menggunakannya.
b. Persediaan bagian produk atau atau parts yang dibeli (purchased
parts/component stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari
parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung
diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
c. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in
process/progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari
tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah
menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian
menjadi barang jadi.
d. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual
kepada langganan atau perusahaan lain.
2.6 Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan menurut Kumar dan Suresh (2008:92) adalah
pendekatan terencana untuk menentukan apa yang dipesan, kapan harus memesan
dan berapa banyak yang dipesan dan berapa banyak persediaan sehingga biaya
yang terkait dengan pembelian dan penyimpanan optimal tanpa mengganggu
produksi dan penjualan. Pengendalian persediaan pada dasarnya berkaitan dengan
dua masalah: (i) Kapan sebaiknya pesanan ditempatkan? (Order level), dan (ii)
Berapa banyak harus dipesan? (Order quantity) .
2.6.1 Tujuan Pengendalian Persediaan
Menurut Kumar dan Suresh (2008:92), ada beberapa tujuan dalam
pelaksanaan pengendalian persediaan, yaitu:
a. Untuk memastikan pasokan produk yang cukup untuk pelanggan dan
sebisa mungkin menghindari kekurangan produk.
17
b. Untuk memastikan bahwa investasi keuangan dalam persediaan
minimum, yaitu untuk melihat bahwa modal kerja ditanam dapat
seminimum mungkin.
c. Pembelian, penyimpanan, konsumsi dan akuntasi untuk bahan yang
efisien merupakan tujuan penting.
d. Untuk mempertahankan pencatatan persediaan yang tepat waktu pada
semua item dan untuk menjaga persediaan dalam batas-batas yang
diinginkan.
2.6.2 Manfaat Pengendalian Persediaan
menjelaskan bahwa melalui praktek pengendalian persediaan secara ilmiah,
berikut ini adalah manfaat dari pengendalian persediaan, (kumar dan Suresh,
2008:92)
a. Peningkatan hubungan pelanggan karena pengiriman barang dan jasa
yang tepat waktu.
b. Produksi yang lancar dan tanpa gangguan dan, karena itu, tidak ada
kekurangan persedian.
c. Penggunaan modal kerja yang efisien. Membantu dalam
meminimalkan kerugian akibat kerusakan, keusangan, dan pencurian.
2.6.3 Model Persediaan
ada dua jenis model utama dalam manajemen persediaan, yaitu model untuk
persediaan independen dan model persediaan dependent, (Kamarul, 2009:7)
1. Model Persediaan Independen
Model persediaan independent adalah model penentuan jumlah pembelian
bahan/barang yang bersifat bebas, biasanya diaplikasikan untuk pembelian
persediaan dimana permintaannya bersifat kontinyu dari waktu ke waktu dan
bersifat konstan. Pemesanan pembelian dapat dilakukan tanpa
mempertimbangkan penggunaan produk akhirnya. Sampai saat ini ada empat
model persediaan yang popular, yaitu:
a) Economic Order Quantity (EOQ)
b) Economic Production Quantity (EPQ)
18
c) Back Order Inventory Model
d) Quantity Discount Model.
2. Model Persediaan Dependen
Yang dimaksud dengan model persediaan dependen adalah model
penentuan jumlah pembelian atau penyediaan bahan/barang yang sangat
tergantung kepada jumlah produk akhir yang harus dibuat dalam suatu periode
produksi tertentu. Jumlah produk akhir yang harus diproduksi tergantung
kepada permintaan konsumen. Jumlah permintaan konsumen bersifat
independent, tetapi suku cadang atau komponen produk bersifat dependent
kepada jumlah produk akhir yang harus diproduksi.
2.7 Lot Sizing (Ukuran kuantitas Pemesanan yang efisien)
Lot sizing merupakan suatu teknik yang digunakan dalam ukuran kuantitas
pemesanan barang/produk. Ada dua cara pendekatan dalam menyelesaikan masalah
lot sizing, yaitu pendekatan periode by periode dan level by level. Satu-satunya
teknik lot sizing yang menggunakan periode by peridoe yang ada sekarang adalah
pendekatan koefisien (coeffiecient approach). Sedangkan teknik lot sizing yang
sekarang lebih sering dipakai dalam menentukan ukuran pesanan material
requrement planning secara efisien yaitu pendekatan yang dilakukan secara level
by level. Teknik lot sizing yang menggunakan pendekatan level by level memilik 4
metode diantaranya sebagai berikut :
2.7.1 Metode Lot For Lot (LFL)
Lot for lot merupakan sebuah teknik penentuan ukuran lot yang
menghasilkan apa yang diperlukan untuk memenuhi rencana secara tepat. Menurut
Purwanti (dalam Dwika, 2010:28), metode Lot for Lot (LFL), atau juga dikenal
sabagai metode persediaan minimal, berdasarkan pada ide menyediakan persediaan
(atau memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan
diusahakan seminimal mungkin. Jumlah pesanan sesuai dengan jumlah
sesungguhnya yang diperlukan (lot-for-lot) ini menghasilkan tidak adanya
19
persediaan yang disimpan. Sehingga, biaya yang timbul hanya berupa biaya
pemesanan saja. Asumsi yang ada di balik metode ini adalah bahwa pemasok (dari
luar atau dari lantai pabrik) tidak mensyaratkan ukuran lot tertentu, artinya
berapapun ukuran lot yang dipilih akan dapat dipenuhi.
2.7.2 Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Menurut Haizer dan Rendar (2005:177), EOQ adalah sebuah teknik statistic
yang menggunakan rata-rata (seperti permintaan rataan satu tahun), sedangkan
prosedur MRP mengasumsikan permintaan (terikat) diketahui yang digambarkan
dalam sebuah jadwal produksi induk. Penentuan ukuran lot ini berdasarkan biaya
setup atau biaya pemesanan per pesanan, dengan formula sebagai berikut (Heizer
dan Render, 2005:178):
𝑄∗ = √2𝐷𝑆
𝐻
Dimana :
D = pemakaian tahunan
S = biaya setup atau biaya pemesanan per pesanan
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
2.7.3 Metode Periode Order Quantity (POQ)
Metode ini juga sering disebut dengan metode uniform order cycle,
merupakan pengemebangan dari metode EOQ untuk permintaan yang tidak
seragam dalam beberapa periode. Rata-rata permintaan yang digunakan daalam
metode EOQ untuk mendapatkan rata-rata jumlah barang setiap kali pemesanan.
Angka ini selanjutnya di bagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan
hasilnya dibulatkan ke dalam angka integer. Angka terakhir menunjukkan jumlah
periode waktu yang di cakup dalam setiap kali pemesanan. Perhitungan di atas
dapat diselesaikan dalam satu rumus, sabagai berikut.
POQ = √2.𝑆
𝐷.𝐻
20
2.7.4 Metode Periode Balancing (PPB)
Heizer dan Render (2005:178) menyatakan bahwa Part Periode Balancing
atau peyeimbangan sebagian periode adalah sebuah teknik pemesanan persediaan
yang menyeimbangkan biaya setup dan penyimpanan dengan mengubah ukuran lot
untuk menggambarkan kebutuhan ukuran lot berikutnya di masa datang.
Penyeimbangan sebagian periode membuat sebuah sebagian periode ekonomis
(Economic Part Periode-EPP), yang merupakan perbandingan biaya setup dengan
biaya penyimpanan. EPP dapat dihitung dengan rumus berikut (Heizer dan Render,
2005:178):
EPP = 𝑆
𝐻
Dimana
S = biaya setup atau biaya pemesanan per pesanan
H = biaya penyimpanan per unit per perode
2.7.5 Rough-cut Capacity Planing (RCCP).
Rough-cut capacity planning (RCCP) digunakan untuk menguji kelayakan
kapasitas dari rencana jadwal induk produksi (MPS). Sebelum MPS ditetapkan.
Prosedur ini dilakukan untuk memberi keyakinan bahwa MPS tidak meleihi
kapasitas yang ada pada semua pusat kerja yang menghambat kelancaran proses
manufaktur. Apabila pusat kerjanya cukup banyak pengujian itu umumnya hanya
dilakukan pada pusat kerja yang mungkin terjadi bottle neck. RCCP adalah suatu
cara yang cepat dan murah untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan apabila
rencana produksi yang tertuang dalam rencana MPS melebihi kapasitas yang
tersedia, sehingga diambil tindakan atau jalan keluar sebelum waktu produksi tiba.
2.7 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang perencanaan persediaan bahan (Material
Requirement Planning) diantaranya dilakukan oleh Wawan Kurniawan (2008),
Dwika Ery Irwansyah (2010), dan Devi Cinta Resmi (2011).
1. Wawan Kurniawan (2008) menganalisis pengendalian persediaan bahan
baku di Perusahaan Kecap Segitiga Majalengka. Metode analisis yang
21
digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel, MRP teknik Lot for
Lot, EOQ, dan POQ. Hasil penelitian menunjukkan metode MRP teknik
POQ direkomendasikan sebagai model alternatif dalam sistem
pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari penghematan
biaya persediaan bahan bakunya yang paling besar.
2. Dwika Ery Irwansyah (2010) menganalisis perencanaan persediaan bahan
baku di PT. Nyonya Meneer Semarang. Variabel penelitian dalam hal ini
adalah perencanaan persediaan bahan baku dengan indikator data
permintaan dan komponen bahan baku. Teknik analisis yang dilakukan
yaitu mengeplot data permintaan masa lalu, peramalan, dan MRP (Material
Requirement Planning). Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan
bahwa penerapan metode Lot Sizing Algoritma Wagner Whitin untuk setiap
bahan baku Jamu Sehat Perkasa pada PT. NYONYA MENEER Semarang
dapat meminimalkan biaya total persediaan apabila dibandingkan dengan
metode Lot Sizing Lot for Lot dan Part Period Balancing.
3. Devi Cinta Resmi (2011) mengkaji perencanaan dan pengendalian
persediaan bahan baku Produk Polyester di PT. Indorama Shynthetics, Tbk.
22 Perencanaan kebutuhan material dilakukan dengan metode MRP
berbasis peramalan akan jumlah permintaan bahan baku untuk waktu
mendatang. Peramalan tersebut menggunakan metode Time Series, yaitu
Linear Trend Analysis. Peramalan dilihat dari nilai (Mean Average
Percentage Error) MAPE yang terkecil. Penerapan perencanaan dan
pengendalian persediaan bahan baku menggunakan metode MRP yang
menghasilkan biaya terendah untuk bahan baku PTA adalah metode MRP
teknik Part Period Balancing (PPB) dengan biaya persediaan US$
322.576.591 dan penghematan 1,33%, bahan baku MEG dengan
menggunakan metode MRP teknik Lot for Lot (LFL) pada biaya persediaan
US$ 105.969.250 dan penghematan 3,62%. Berikut ini tabel yang
menyajikan ringkasan dari ketiga penelitian di atas.
22
4. Isnaini Ruhul Ummiroh (2013) Jadwal Produksi Induk (Master Production
Schedule) produk Ajax Dinning Set untuk Bulan Maret dan April 2013
adalah masing-masing enam set. Jadwal Produksi Induk (Master
Production Schedule) untuk Bulan Maret dan April 2013 merupakan hasil
peramalan permintaan berdasarkan permintaan produk Ajax Dinning Set
selama satu tahun, yaitu Maret 2012-Februari 2013. Daftar kebutuhan bahan
(Bill of Material) untuk masing-masing Bulan Maret dan April 2013 (enam
set produk Ajax Dinning Set) adalah 24 buah kursi, 6 buah meja, 126 kg
rotan sintetis, 99 lonjor pipa alumunium, dan 120 buah (10 lusin) aksesoris
metal. Besarnya jumlah pesanan optimal untuk rotan sintetis adalah 76 kg
untuk Bulan Maret dan 126 kg untuk Bulan April, untuk pipa alumunium
adalah 89 lonjor untuk Bulan Maret dan 99 lonjor untuk Bulan April, dan
aksesoris metal adalah 60 buah (5 lusin) untuk Bulan Maret dan 120 buah
(10 lusin) untuk Bulan April.
23
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Variable
Penelitian
Metode
Analisis
kesimpulan
1 Wawan
Kurniawan
(2008)
Volume
pemakaian
bahan baku,
biaya
persediaan
bahan baku,
harga bahan
baku, waktu
tunggu bahan
baku
Peramalan,
MRP (teknik
Lot for Lot,
EOQ, dan
POQ)
Metode MRP teknik POQ
direkomendasikan sebagai
model alternatif dalam
system pengendalian
persediaan bahan baku
yang optimal dilihat dari
biaya persediaan bahan
bakunya
2 Dwika Ery
Irwansyah
(2010)
Variabel:
perencanaan
persediaan
bahan baku
Indikator:
data
permintaan,
komponen
bahan baku
Mengeplot
data
permintaan
masa lalu,
peramalan,
dan MRP
(Material
Requirement
Planning)
Penerapan metode Lot
Sizing Algoritma Wagner
Whititn untuk setiap
bahan baku Jamu Sehat
Perkasa dapat minimalkan
biaya total persediaan
apabila dibandingkan
dengan metode Lot Sizing
Lot for Lot dan Part Period
Balancing
3 Devi Cinta
Resmi
(2011)
Permintaan
bahan baku,
jadwal induk
produksi,
struktur
MRP teknik
teknik Lot
for Lot,
EOQ, dan
PPB
Metode MRP yang
menghasilkan biaya
terendah untuk bahan
baku PTA adalah metode
MRP teknik Part Period
24
produk, status
persediaan,
biaya pesan,
biaya simpan
Balancing (PPB) dengan
penghematan 1,33%,
bahan baku MEG dengan
menggunakan teknik Lot
for Lot (LFL) dengan
penghematan biaya 3,62%
4 Isnaini
Ruhul
Ummiroh
(2013
Permintaan
bahan baku,
jadwal induk
produksi,
struktur
produk, status
persediaan,
biaya pesan,
biaya simpan
Peramalan,
MRP (teknik
Lot for Lot
dan PPB)
ukuran lot optimal, teknik
lot sizing untuk rotan
sintetis
yang dapat digunakan
adalah teknik Lot for Lot,
karena memiliki total
biaya
persediaan yang lebih
kecil daripada Part Period
Balancing (PPB).
Sedangkan untuk pipa
alumunium dan aksesoris
metal, teknik lot sizing
yang
dapat digunaka adalah
Part Period Balancing
(PPB).
Top Related