88
2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
2.3.1.1. Pendidikan
Pemerintahan daerah sebagai supporting system demokrasi daerah,
tentunya mempu nyai andil besar dalam penerapan maupun pelaksanaan cita-cita
dan hak rakyat. Pendidikan sebagai saluran perubahan masyarakat harusnya
dijadikan prioritas. Pemerintah sebgai pilar demokrasi harus menjadikan
pendidikan sebagai orientasi perubahan. Tentunya prioritas ini perlu dilaksanakan
pemerintah dengan sebaiknya guna mendukung pelaksanaan pendidikan
berdasarkan hakikat pendidikan dan amanah Undang-undang Dasar.
Adapun peran pemerintah dalam melaksanakan amanah tersebut
dicerminkan melalui beberapa indikator terkait pendidikan mulai tingkat pendidikan
Usia Dini, tingkat Dasar dan Menengah baik itu terkait kualitas manajemen dan
fasilitas infrastruktur penunjangnya.
2.3.1.1.1. Pendidikan Dasar
2.3.1.1.1.1. Angka Partisipasi Sekolah
APS pendidikan dasar adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar
(7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar atau
sedang sekolah (SD-SLTP) per 1.000 penduduk usia pendidikan dasar.
Angka partisipasi sekolah di Jawa Timur untuk anak usia 7-12 tahun dalam
kurun waktu 2009-2013 menunjukan nilai yang cenderung stabil pada kisaran
angka 980 per 1.000 penduduk usia 7-12 tahun. Ini memberikan gambaran
bahwa di Jawa Timur dalam tiap 1.000 anak usia 7-12 tahun masih ada sekitar 20
anak diantaranya sedang tidak bersekolah.
Sementara dalam kurun waktu yang sama APS usia 13-15 terus meningkat.
pada tahun 2009 sebesar 880 dan terus meningkat menjadi 916 per 1.000
penduduk di Tahun 2012. dan terus meningkat ditahun 2013 menjadi 989 per
1.000 penduduk.
Sebagaimana pada tabel 2.51 dapat dilihat bahwa Gabungan APS usia 7-12
tahun dan 13-15 tahun atau APS pendidkan dasar menunjukkan nilai yang terus
dimana pada tahun 2009 sebesar 952 per 1.000 anak usia 7-15 tahun sedangkan
pada tahun 2012 sebesar 965 per 1.000 anak usia 7-15 tahun dan tahun 2013
sebesar 996 per 1.000 penduduk.
Tabel 2.51 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Dasar
Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 SD/MI (7-12 tahun)
1.1. Usia 7-12 thn sedang sekolah 3.873.129 3.892.007 3.985.410 3.927.336 4.052.521
89
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
3.929.141 3.941.708 4.055.928 3.983.295 4.055.766
1.3. APS SD/MI per 1.000 986 987 983 986 999
2 SMP/MTs (13-15 tahun)
2.1. Jumlah murid usia 13-15 thn 1.602.811 1.652.235 1.665.094 1.600.718 1.828.311
2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
1.821.047 1.860.266 1.849.280 1.747931 1.849.207
2.3. APS SMP/MTs per 1.000 880 888 900 916 989
3 Pendidikan Dasar SD/MI-SMP/MTs (7-15 tahun)
3.1. Jumlah murid usia 7-15 thn 5.475.940 5.544.242 5.650.504 5.528.054 5.880.832
3.2. Jumlah penduduk kelompok usia
7-15 tahun 5.750.188 5.801.974 5.905.208 5.731.226
5.904.973
3.3. APS Pendidikan Dasar per 1.000 952 956 957 965 996
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Jika dililihat dari Angka partisipasi sekolah pendidikan dasar usia 7-15 tahun
tahun 2012 per kabupaten/kota di Jawa Timur, semuanya beraada diatas 900 per
1.000. Beberapa kabupaten angka APS pendidikan dasarnya hampir mencapai
1.000 kondisi ini memberikan gambaran capaian APS untuk pendidikan dasar
sudah baik
Tabel 2.52
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota
SD/MI Usia 7-12 Thn SMP/MTs Usia 13-15 Thn Pendidikan Dasar 7-15 Thn
Sedang Sekolah
jumlah Penduduk
APS
Sedang Sekolah
Jumlah Penduduk
APS
Sedang Sekolah
Jumlah Penduduk
APS
Kabupaten
01. Pacitan 47.343 47.988 987 22.943 25.517 899 70.286 73.505 956
02. Ponorogo 78.379 79.295 988 37.452 38.394 975 115.831 117.688 984
03. Trenggalek 60.525 62.142 974 26.925 28.470 946 87.450 90.612 965
04. Tulungagung 100.779 101.659 991 41.922 43.927 954 142.701 145.586 980
05. Blitar 123.143 125.058 985 45.379 48.615 933 168.522 173.673 970
06. Kediri 164.468 166.139 990 60.366 65.817 917 224.834 231.956 969
07. Malang 260.767 263.719 989 96.449 109.810 878 357.215 373.529 956
08. Lumajang 111.278 113.179 983 32.674 40.851 800 143.952 154.030 935
09. Jember 261.820 265.403 987 90.279 107.810 837 352.099 373.213 943
10. Banyuwangi 170.026 171.573 991 63.693 68.367 932 233.719 239.940 974
11. Bondowoso 72.360 75.409 960 26.159 28.476 919 98.519 103.885 948
12. Situbondo 64.480 66.425 971 19.053 22.347 853 83.533 88.772 941
13. Probolinggo 114.069 116.442 980 50.449 57.499 877 164.518 173.941 946
14. Pasuruan 153.126 156.422 979 72.260 80.946 893 225.386 237.368 950
15. Sidoarjo 215.082 216.774 992 92.651 96.205 963 307.733 312.979 983
16. Mojokerto 100.672 101.821 989 42.498 45.896 926 143.170 147.717 969
17. Jombang 130.433 131.830 989 50.011 54.497 918 180.445 186.327 968
18. Nganjuk 103.892 106.285 977 47.701 50.544 944 151.593 156.829 967
19. Madiun 62.728 62.764 999 29.145 29.398 991 91.874 92.161 997
90
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
2.3.1.1.1.2. Rasio Ketersediaan sekolah/Penduduk usia Sekolah
Rasio ketersediaan sekolah SD sederajat dan SLTP sederajat per 10.000
penduduk usia sekolah di Jawa Timur mulai tahun 2009-2013 walau berfluktuatif
namun menunjukkan peningkatan, pada tahun 2009 dari 57 per 1000 penduduk
menjadi 61 per 1000 penduduk pada tahun 2013. ini berarti rasio ketersediaan
sekolah pendidikan dasar juga meningkat. Peningkatan rasio ketersediaan sekolah
pendidikan dasar ini merupakan cerminan perhatian pemerintah dalam
menyediakan sarana belajar bagi anak usia sekolah. Dengan terus bertambahnya
jumlah penduduk tentunya juga harus diiringi penambahan fasilitas belajar berupa
sekolah.
Tabel 2.53 Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah Pendidikan Dasar
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 -2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 SD/MI
1.1. Jumlah gedung sekolah 26.830 26.279 25.996 26.554 27.664
1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
3.929.141 3.941.708 4.055.928 3.983.295 4.055.766
1.3. Rasio (Per 10.000) 68 67 64 67 68
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah gedung sekolah 6.025 6.347 6.465 6.996 8.313
2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
1.821.047 1.860.266 1.849.280 1.747.931 1.849.207
2.3. Rasio (Per 10.000) 33 34 35 40 45
3 Pendidikan Dasar (SD/MI - SMP/MTs)
20. Magetan 57.372 57.404 999 29.061 30.342 958 86.433 87.746 985
21. Ngawi 75.646 76.341 991 35.070 37.075 946 110.716 113.417 976
22. Bojonegoro 122.971 124.048 991 46.213 50.790 910 169.184 174.839 968
23. Tuban 108.139 110.070 982 53.686 57.048 941 161.825 167.118 968
24. Lamongan 124.450 127.147 979 52.569 53.546 982 177.019 180.693 980
25. Gresik 128.069 128.908 993 60.814 62.523 973 188.883 191.431 987
26. Bangkalan 123.948 126.673 978 47.115 55.762 845 171.062 182.435 938
27. Sampang 119.394 122.530 974 52.894 64.669 818 172.289 187.198 920
28. Pamekasan 98.980 100.169 988 42.080 45.466 926 141.060 145.635 969
29. Sumenep 100.853 102.963 980 40.037 44.301 904 140.890 147.265 957
Kota
30. Kediri 25.873 26.048 993 12.666 12.682 999 38.539 38.729 995
31. Blitar 13.607 13.718 992 6.376 6.583 968 19.983 20.301 984
32. Malang 82.208 82.602 995 32.116 34.702 925 114.323 117.303 975
33. Probolinggo 23.349 23.765 983 9.306 9.920 938 32.655 33.684 969
34. Pasuruan 21.479 21.619 994 8.583 9.114 942 30.062 30.733 978
35. Mojokerto 13.512 13.611 993 4.240 4.432 957 17.752 18.043 984
36. Madiun 16.340 16.349 999 7.930 8.295 956 24.270 24.644 985
37. Surabaya 255.205 258.165 989 103.184 108.138 954 358.389 366.303 978
38. Batu 20.570 20.841 987 8.772 9.156 958 29.342 29.998 978
Jawa Timur 3.927.336 3.983.295 986 1.600.718 1.747.931 916 5.528.054 5.731.226 965
91
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
3.1. Jumlah gedung sekolah 32.855 32.626 32.461 33.550 35.977
3.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-15 tahun
5.750.188 5.801.974 5.905.208 5.731.226 5.904.973
3.3. Rasio (Per 10.000) 57 56 55 59 61
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.54
Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah Menurut Kab/Kota
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota
SD/MI Usia 7-12 Thn SMP/MTs Usia 13-15 Thn
Pendidikan Dasar Sd/SMP
usia 7 -15 Thn
Jumlah gedung sekolah
jumlah penduduk usia 7-12
th
Rasio Jumlah gedung sekolah
jumlah penduduk usia 13-
15 th
Rasio Jumlah gedung sekolah
jumlah penduduk usia 7-15
th
Rasio
Kabupaten
01. Pacitan 522 47.988 109 107 25.517 42 629 73.505 86
02. Ponorogo 680 79.295 86 163 38.394 42 843 117.688 72
03. Trenggalek 550 62.142 89 98 28.470 34 648 90.612 72
04. Tulungagung 775 101.659 76 109 43.927 25 884 145.586 61
05. Blitar 911 125.058 73 148 48.615 30 1.059 173.673 61
06. Kediri 874 166.139 53 189 65.817 29 1.063 231.956 46
07. Malang 1.480 263.719 56 446 109.810 41 1.926 373.529 52
08. Lumajang 752 113.179 66 206 40.851 50 958 154.030 62
09. Jember 1.397 265.403 53 450 107.810 42 1.847 373.213 49
10. Banyuwangi 1.042 171.573 61 244 68.367 36 1.286 239.940 54
11. Bondowoso 607 75.409 80 193 28.476 68 800 103.885 77
12. Situbondo 523 66.425 79 127 22.347 57 650 88.772 73
13. Probolinggo 1.062 116.442 91 327 57.499 57 1.389 173.941 80
14. Pasuruan 992 156.422 63 278 80.946 34 1.270 237.368 54
15. Sidoarjo 771 216.774 36 207 96.205 22 978 312.979 31
16. Mojokerto 694 101.821 68 182 45.896 40 876 147.717 59
17. Jombang 822 131.830 62 235 54.497 43 1.057 186.327 57
18. Nganjuk 769 106.285 72 130 50.544 26 899 156.829 57
19. Madiun 503 62.764 80 77 29.398 26 580 92.161 63
20. Magetan 569 57.404 99 86 30.342 28 655 87.746 75
21. Ngawi 676 76.341 89 109 37.075 29 785 113.417 69
22. Bojonegoro 1.027 124.048 83 206 50.790 41 1.233 174.839 71
23. Tuban 793 110.070 72 169 57.048 30 962 167.118 58
24. Lamongan 1.167 127.147 92 310 53.546 58 1.477 180.693 82
25. Gresik 801 128.908 62 232 62.523 37 1.033 191.431 54
26. Bangkalan 795 126.673 63 248 55.762 44 1.043 182.435 57
27. Sampang 1.065 122.530 87 367 64.669 57 1.432 187.198 76
28. Pamekasan 770 100.169 77 308 45.466 68 1.078 145.635 74
92
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
2.3.1.1.1.3. Rasio Guru/Murid
Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per
1000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan
tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk
satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
Tabel 2.55
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (3)
1 SD/MI
1.1. Jumlah Guru 283.929 289.808 298.475 291.963 351.137
1.2. Jumlah Murid (Pddk Usia 7-12 thn di Sedang Sekolah)
3.743.372 3.769.526 3.726.563 3.927.336 3.967.582
1.3. Rasio (per 1.000) 76 77 80 74 89
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah Guru 150.397 114.287 149.162 156.365 170.283
2.2. Jumlah Murid (Pddk Usia 13-15 thn di Sedang Sekolah)
1.272.703 1.305.374 1.327.254 1.600.718 1.849.207
2.3. Rasio (per 1.000) 118 88 112 98 92
3 Pendidikan Dasar SD/MI - SMP/MTs
3.1. Jumlah Guru 434.326 404.095 447.637 448.328 521.420
3.2. Jumlah Murid (Pddk Usia 7-15 thn Sedang Sekolah)
5.016.075 5.074.900 5.053.817 5.528.054 5.816.789
33. Rasio (per 1.000) 87 80 89 81 90
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
29. Sumenep 1.215 102.963 118 381 44.301 86 1.596 147.265 108
Kota
30. Kediri 153 26.048 59 36 12.682 28 189 38.729 49
31. Blitar 73 13.718 53 26 6.583 39 99 20.301 49
32. Malang 316 82.602 38 115 34.702 33 431 117.303 37
33. Probolinggo 143 23.765 60 38 9.920 38 181 33.684 54
34. Pasuruan 84 21.619 39 34 9.114 37 118 30.733 38
35. Mojokerto 67 13.611 49 19 4.432 43 86 18.043 48
36. Madiun 83 16.349 51 24 8.295 29 107 24.644 43
37. Surabaya 946 258.165 37 343 108.138 32 1.289 366.303 35
38. Batu 85 20.841 41 29 9.156 32 114 29.998 38
Jawa Timur 26.554 3.983.295 67 6.996 1.747.931 40 33.550 5.731.226 59
93
Rasio guru murid untuk sekolah SD sederajat pada tahun 2012 sebesar 74
per seribu ini memberikan gambaran setiap guru mengajar anak sekitar 14 murid,
sedangkan pada sekolah setingkat SLTP setiap guru mengajar anak sekitar 10.
Secara umum pada jenjang pendidikan dasar setiap guru mengajar sekitar 12
murid
Tabel 2.56 Perbandingan Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/
kota
SD/MI Usia 7-12 Thn SMP/MTs Usia 13-15 Thn Pendidikan Dasar SD-SMP
usia 7 -15 Thn
Jumlah
Guru
Jumlah
Murid
(Pddk Usia
7-12 sdg
sekolah)
Ras
io
per
1.0
00
Jumlah
Guru
Jumlah
Murid
(Pddk Usia
13-15 thn
sdg
sekolah)
Ras
io
per
1.0
00
Jumlah
Guru
Jumlah
Murid
(Pddk Usia
7-15 thn
sdg
sekolah)
Ras
iop
er
1.0
00
Kabupaten
01. Pacitan 5.545 47.343 117 3.069 22.943 134 8.614 70.286 123
02. Ponorogo 7.140 78.379 91 3.857 37.452 103 10.997 115.831 95
03. Trenggalek 5.335 60.525 88 2.450 26.925 91 7.785 87.450 89
04. Tulungagung 9.138 100.779 91 3.922 41.922 94 13.060 142.701 92
05. Blitar 9.961 123.143 81 3.794 45.379 84 13.755 168.522 82
06. Kediri 9.945 164.468 60 4.956 60.366 82 14.901 224.834 66
07. Malang 15.544 260.767 60 8.846 96.449 92 24.390 357.215 68
08. Lumajang 8.122 111.278 73 3.920 32.674 120 12.042 143.952 84
09. Jember 16.369 261.820 63 10.445 90.279 116 26.814 352.099 76
10. Banyuwangi 10.179 170.026 60 5.007 63.693 79 15.186 233.719 65
11. Bondowoso 5.653 72.360 78 2.219 26.159 85 7.872 98.519 80
12. Situbondo 6.989 64.480 108 2.282 19.053 120 9.271 83.533 111
13. Probolinggo 10.915 114.069 96 5.723 50.449 113 16.638 164.518 101
14. Pasuruan 9.877 153.126 65 5.760 72.260 80 15.637 225.386 69
15. Sidoarjo 10.832 215.082 50 6.158 92.651 66 16.990 307.733 55
16. Mojokerto 7.830 100.672 78 4.529 42.498 107 12.359 143.170 86
17. Jombang 9.018 130.433 69 5.880 50.011 118 14.898 180.445 83
18. Nganjuk 7.020 103.892 68 1.141 47.701 24 8.161 151.593 54
19. Madiun 5.024 62.728 80 2.271 29.145 78 7.295 91.874 79
20. Magetan 5.411 57.372 94 2.630 29.061 90 8.041 86.433 93
21. Ngawi 6.804 75.646 90 2.918 35.070 83 9.722 110.716 88
22. Bojonegoro 9.616 122.971 78 4.828 46.213 104 14.444 169.184 85
23. Tuban 8.266 108.139 76 3.852 53.686 72 12.118 161.825 75
24. Lamongan 12.916 124.450 104 7.687 52.569 146 20.603 177.019 116
25. Gresik 9.801 128.069 77 5.944 60.814 98 15.745 188.883 83
26. Bangkalan 4.652 123.948 38 3.691 47.115 78 8.343 171.062 49
27. Sampang 10.519 119.394 88 5.364 52.894 101 15.883 172.289 92
28. Pamekasan 10.372 98.980 105 6.224 42.080 148 16.596 141.060 118
29. Sumenep 14.395 100.853 143 6.559 40.037 164 20.954 140.890 149
94
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
2.3.1.1.2. Pendidikan Menengah
2.3.1.1.2.1. Angka Partisipasi Sekolah
APS Pendidikan Menengah adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan
menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan menengah per 1.000
jumlah penduduk usia pendidikan menengah.
Tabel 2.57 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Menegah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
1 SLTA sederajat (16-18 tahun)
1.1. Jumlah murid usia 16-19 thn 1.074.898 1.095.768 1.136.246 1.321.620 1.041.787
1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 16-19 tahun
2.168.072 2.162.292 2.238.998 2.451.640 1.742.716
1.3. APS Pendidikan Menengah (16-19 tahun) per 1.000
496 507 507 539 598
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Susenas
Angka partisipasi sekolah pendidikan menegah di Jawa Timur untuk
anak usia 16-19 tahun kurun waktu 2009 - 2013 menunjukan nilai yang terus
meningkat. Pada tahun 2009 APS usia 16-19 tahun sebesar 496 dan terus
meningkat hingga pada tahun 2012 menjadi 539 per 1.000 penduduk usia 16-
19 tahun dan meningkat kembali menjadi 598 pada tahun 2013. Walaupun
APS pendidikan menengah terus meningkat namun capaian pada tahun 2012
masih rendah.
Kota
30. Kediri 1.869 25.873 72 1.271 12.666 100 3.140 38.539 81
31. Blitar 981 13.607 72 841 6.376 132 1.822 19.983 91
32. Malang 4.688 82.208 57 3.029 32.116 94 7.717 114.323 68
33. Probolinggo 1.510 23.349 65 914 9.306 98 2.424 32.655 74
34. Pasuruan 1.293 21.479 60 869 8.583 101 2.162 30.062 72
35. Mojokerto 950 13.512 70 648 4.240 153 1.598 17.752 90
36. Madiun 1.258 16.340 77 854 7.930 108 2.112 24.270 87
37. Surabaya 15.081 255.205 59 11.250 103.184 109 26.331 358.389 73
38. Batu 1.145 20.570 56 763 8.772 87 1.908 29.342 65
Jawa Timur 291.963 3.927.336 74 156.365 1.600.718 98 448.328 5.528.054 81
95
Tabel 2.58 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Menengah Usia 16-19 Tahun
per Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota
SLTA 16-19 Tahun
Sedang
Sekolah
Jumlah
Penduduk
APS
Kabupaten
01. Pacitan 15.322 29.305 523
02. Ponorogo 33.985 51.709 657
03. Trenggalek 23.316 43.365 538
04. Tulungagung 30.854 61.742 500
05. Blitar 33.173 59.927 554
06. Kediri 51.051 93.292 547
07. Malang 68.638 163.105 421
08. Lumajang 24.872 59.355 419
09. Jember 66.865 148.777 449
10. Banyuwangi 47.805 92.885 515
11. Bondowoso 23.349 42.954 544
12. Situbondo 20.421 42.339 482
13. Probolinggo 24.905 67.109 371
14. Pasuruan 48.688 111.977 435
15. Sidoarjo 79.553 115.818 687
16. Mojokerto 44.147 80.619 548
17. Jombang 52.301 85.042 615
18. Nganjuk 35.323 60.392 585
19. Madiun 27.540 40.277 684
20. Magetan 21.159 30.559 692
21. Ngawi 31.205 47.081 663
22. Bojonegoro 34.697 79.920 434
23. Tuban 38.552 72.543 531
24. Lamongan 42.332 71.753 590
25. Gresik 52.002 80.294 648
26. Bangkalan 29.337 77.872 377
27. Sampang 21.384 64.436 332
28. Pamekasan 36.122 62.944 574
29. Sumenep 37.761 67.946 556
Kota
30. Kediri 12.685 19.565 648
31. Blitar 6.248 9.225 677
32. Malang 43.151 62.374 692
33. Probolinggo 7.272 11.251 646
34. Pasuruan 9.855 13.808 714
35. Mojokerto 5.544 8.025 691
36. Madiun 7.457 10.652 700
37. Surabaya 125.375 199.341 629
38. Batu 7.377 12.065 611
Jawa Timur 1.321.620 2.451.640 539
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Sedangkan dilihat dari data APS pendidikan menengah (16-19 tahun) per
kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2012 terlihat sangat berfluktuasi dan
kesenjangannya antar kab/kota sangat tinggi. APS pendidikan menengah yang
terendah adalah Kabupaten Sampang sebesar 332 dan yang tertinggi adalah Kota
Pasuruan yaitu sebesar 714 per 1.000 penduduk usia 16-19 tahun
96
2.3.1.1.2.2. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah
Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan
menengah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan
menengah.
Rasio ketersediaan sekolah SLTA sederajat tahun 2009-2012 menunjukkan
angka yang meningkat, ini berarti untuk rasio ketersediaan sekolah pendidikan
menengah juga meningkat. Pada tahun 2009 setiap 10.000 penduduk usia 16-19
tahun tersedia 15 sekolah sedangkan pada tahun 2012 tersedia 22 sekolah ini
berarti pada tahun 2009 setiap sekolah menampung sekitar 660 murid dan pada
tahun 2012 menampung sekitar 455 murid.
Tabel 2.59 Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah
Pendidikan Menengah di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 -2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pendidikan Menengah (SLTA)
1.1. Jumlah sekolah 3.299 3.482 3.615 5.345 5.372
1.2. jumlah penduduk kelompok usia 16-19 tahun
2.168.072 2.162.292 2.238.998 2.451.640 1.742.716
1.3. Rasio (per 10.000) 15 16 16 22 31
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.60
Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota
SLTA 16-19 Tahun
Jumlah
Sekolah
Jumlah
Penduduk
Rasio
per 10.000
Kabupaten
01. Pacitan 120 29.305 41
02. Ponorogo 137 51.709 26
03. Trenggalek 127 43.365 29
04. Tulungagung 133 61.742 22
05. Blitar 145 59.927 24
06. Kediri 137 93.292 15
07. Malang 179 163.105 11
08. Lumajang 141 59.355 24
09. Jember 172 148.777 12
10. Banyuwangi 158 92.885 17
11. Bondowoso 132 42.954 31
12. Situbondo 125 42.339 30
13. Probolinggo 149 67.109 22
14. Pasuruan 144 111.977 13
15. Sidoarjo 168 115.818 15
97
Kabupaten/kota
SLTA 16-19 Tahun
Jumlah Sekolah
Jumlah Penduduk
Rasio
per
10.000
Kabupaten
16. Mojokerto 144 80.619 18
17. Jombang 157 85.042 18
18. Nganjuk 138 60.392 23
19. Madiun 123 40.277 31
20. Magetan 123 30.559 40
21. Ngawi 130 47.081 28
22. Bojonegoro 158 79.920 20
23. Tuban 146 72.543 20
24. Lamongan 176 71.753 25
25. Gresik 158 80.294 20
26. Bangkalan 149 77.872 19
27. Sampang 138 64.436 21
28. Pamekasan 156 62.944 25
29. Sumenep 155 67.946 23
Kota
30. Kediri 130 19.565 66
31. Blitar 118 9.225 128
32. Malang 152 62.374 24
33. Probolinggo 121 11.251 108
34. Pasuruan 119 13.808 86
35. Mojokerto 121 8.025 151
36. Madiun 123 10.652 115
37. Surabaya 244 199.341 12
38. Batu 119 12.065 99
Jawa Timur 5.345 2.451.640 22
Sumber: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur
2.3.1.1.2.3. Rasio Guru terhadap Murid
Seperti halnya pada pendidikan dasar, Rasio guru terhadap murid
pendidikan menengah dalam empat tahun terakhir (tahun 2009-2012)
menunjukkan kecenderungan yang terus menurun, Sejak tahun 2009 rasio guru
terus menurun hingga tahun 2012, yaitu dari 992 menjadi 855 per 10.000 jumlah
murid pendidikan menengah (16-19 tahun), ini berarti bahwa pada tahun 2009
seorang guru membawahi sekitar 10 murid dan pada tahun 2012 seorang guru
membawahi sekitar 12 murid. Penurunan rasio guru murid untuk pendidikan
menengah ini ada indikasi jumlah pertumbuhan murid tidak diimbangi oleh
pertambahan guru. Jika dibiarkan terus kondisi ini akan menjadikan mutu
pendidikan berkurang, karena beban guru semakin besar.
98
Tabel 2.61 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah
Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
NO Jenjang
Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pendidikan Menengah (SLTA ) usia 16-19 Tahun
1.1. Jumlah Guru 106.602 106.199 107.312 112.954 130.810
1.2. Jumlah Murid 1.074.898 1.095.768 1.136.246 1.321.620 1.362.972
1.3. Rasio (per 10.000) 992 969 944 855 960
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Sedangkan untuk Rasio guru murid tahun 2012 per kabupaten/kota di Jawa
Timur sangat beragam, yang tertinggi adalah Kota Madiun sebesar 2.245 dan
terendah adalah Kabupaten Kediri yaitu sebesar 553 per 10.000 murid usia 16-19
tahun.
Tabel 2.62
Perbandingan Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota
Pendidikan Menengah
Jumlah
Guru
Jumlah Murid (Pddk Usia
16-19 sdg sekolah)
Rasio per
10.000
Kabupaten
01. Pacitan 1.399 15.322 913
02. Ponorogo 3.182 33.985 936
03. Trenggalek 1.484 23.316 636
04. Tulungagung 2.441 30.854 791
05. Blitar 2.104 33.173 634
06. Kediri 2.824 51.051 553
07. Malang 5.597 68.638 815
08. Lumajang 2.177 24.872 875
09. Jember 5.839 66.865 873
10. Banyuwangi 3.692 47.805 772
11. Bondowoso 1.536 23.349 658
12. Situbondo 1.799 20.421 881
13. Probolinggo 2.562 24.905 1.029
14. Pasuruan 3.952 48.688 812
15. Sidoarjo 4.654 79.553 585
16. Mojokerto 3.785 44.147 857
17. Jombang 5.532 52.301 1.058
18. Nganjuk 2.557 35.323 724
19. Madiun 1.749 27.540 635
20. Magetan 1.972 21.159 932
21. Ngawi 2.137 31.205 685
22. Bojonegoro 3.732 34.697 1.076
23. Tuban 2.613 38.552 678
24. Lamongan 6.146 42.332 1.452
99
25. Gresik 4.574 52.002 880
26. Bangkalan 2.027 29.337 691
27. Sampang 2.240 21.384 1.047
28. Pamekasan 4.102 36.122 1.136
29. Sumenep 4.411 37.761 1.168
Kota
30. Kediri 2.255 12.685 1.778
31. Blitar 1.176 6.248 1.882
32. Malang 4.026 43.151 933
33. Probolinggo 1.192 7.272 1.639
34. Pasuruan 868 9.855 881
35. Mojokerto 940 5.544 1.696
36. Madiun 1.674 7.457 2.245
37. Surabaya 8.645 125.375 690
38. Batu 758 7.377 1.028
Jawa Timur 112.954 1.321.620 855
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
2.3.1.1.2.4. Penduduk yang Berusia > 15 Tahun Melek Huruf (Tidak Buta Aksara)
Tabel 2.63
Perkembangan Angka Melek Huruf di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009-2013
NO Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah penduduk usia
diatas 15 tahun yang bisa membaca dan
menulis
24.492.836 24.984.639 25.077.871 25.773.409 25,230,826
2 Jumlah penduduk usia
15 tahun keatas 27.896.169 28.282.363 28.244.026 28.963.661 28,316,044
3 Angka melek huruf (Persen)
87,80 88,34 88,79 89,00 89.10
4 Angka buta Huruf
(Persen) 12,20 11,66 11,21 11,00 10.90
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Sasaran pencapaian indikator melek huruf usia 15 tahun ke atas ini
juga menjadi sasaran global dan nasional. Berdasarkan tabel 2.63 Angka
melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas di Jawa Timur, selama
kurun waktu 2009-2013 terjadi peningkatan dari 87,80 di tahun 2009 dan
menjadi 88,34 persen di tahun 2010; 88,79 persen di tahun 2011; dan
89,00 persen di tahun 2012. Pada tahun 2013 angka melek huruf
meningkat lagi menjadi 89,10 persen.
100
99.6799.02
98.86 98.58 97.81
93.2290.12
82.1478.52
73.63
54.43
40
50
60
70
80
90
100
15-
19
20-
24
25-
29
30-
34
35-
39
40-
44
45-
49
50-
54
55-
59
60-
64
65+
Grafik ...Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas yang
Melek Huruf Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Jawa Timur 2012. (Persen)
L P L+P
Gambar 2.35
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Capaian melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis
kelamin, secara umum laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kalau dilihat
menurut kelompok umur antara laki-laki dan perempuan semakin tinggi kelompok
umur semakin besar perbedaan capaian melek hurup antara laki-laki dan
perempuan. Capaian melek huruf laki-laki mulai kelompok umur 15-19 tahun
hingga 45-49 tahun diatas 90 persen, sedangkan pada perempuan mulai kelompok
umur 15-19 tahun hingga 35-39 tahun diatas 90 persen. Kondisi ini memberikan
gambaran bahwa penduduk perempuan yang buta huruf lebih banyak dibanding
penduduk laki-laki.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Gambar 2.36
Grafik Presentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas
Yang Melek Huruf Menurut Umur dan jenis
Kelamin di Jawa Timur 2012
101
Kalau dilihat antar daerah angka melek huruf tahun 2012 di Jawa Timur
yang tertinggi adalah Kota Malang yaitu sebesar 98,3 persen dan terendah adalah
Kabupaten Sampang 70,7 persen. Sebaran capaian melek huruf usia 15 tahun ke
atas di Jawa Timur jika mengacu pada sasaran RPJMN 2012 seperti yang terlihat
pada gambar dibawah ini, kabupaten dengan warna merah adalah prioritas
pemberantasan buta huruf di Jawa Timur, karena di wilayah tersebut masih
dibawah target RPJMN 2012. Wilayah di Jawa Timur yang telah mencapai sasaran
melek huruf dalam RPJMN 2012 sebanyak 8 Kabupaten/Kota, yaitu wilayah
dengan warna hijau.
Gambar 2.37
Sebaran Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan capaian terhadap Target RPJMN Kemdiknas
di Jawa Timur Tahun 2012 (Juni)
Tabel 2.64
Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota
Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun
yang bisa membaca
dan menulis
Jumlah penduduk usia
15 tahun
keatas
Angka melek
huruf
Kabupaten
01. Pacitan 373.358 426.801 87,5
02. Ponorogo 611.314 674.753 90,6
03. Trenggalek 489.933 529.610 92,5
04. Tulungagung 720.633 762.829 94,5
05. Blitar 785.109 858.810 91,4
06. Kediri 1.048.606 1.143.291 91,7
07. Malang 1.704.467 1.883.845 90,5
08. Lumajang 640.890 777.144 82,5
09. Jember 1.463.753 1.778.614 82,3
10. Banyuwangi 1.078.207 1.194.979 90,2
11. Bondowoso 463.374 577.866 80,2
102
Kabupaten/kota
Jumlah penduduk
usia diatas 15 tahun yang bisa membaca
dan menulis
Jumlah
penduduk usia 15 tahun
keatas
Angka melek huruf
12. Situbondo 394.822 512.577 77,0
13. Probolinggo 671.949 840.912 79,9
14. Pasuruan 1.058.708 1.164.719 90,9
15. Sidoarjo 1.485.632 1.522.964 97,5
16. Mojokerto 745.536 794.998 93,8
17. Jombang 855.477 912.817 93,7
18. Nganjuk 704.909 780.474 90,3
19. Madiun 452.852 517.736 87,5
20. Magetan 443.620 488.041 90,9
21. Ngawi 541.211 637.787 84,9
22. Bojonegoro 795.752 943.980 84,3
23. Tuban 726.246 873.128 83,2
24. Lamongan 810.204 918.933 88,2
25. Gresik 869.760 905.259 96,1
26. Bangkalan 531.208 665.031 79,9
27. Sampang 455.468 644.078 70,7
28. Pamekasan 510.660 609.762 83,7
29. Sumenep 641.745 824.473 77,8
Kota
30. Kediri 202.103 208.873 96,8
31. Blitar 98.357 101.662 96,7
32. Malang 636.712 647.468 98,3
33. Probolinggo 152.103 165.351 92,0
34. Pasuruan 135.767 140.026 97,0
35. Mojokerto 89.507 92.582 96,7
36. Madiun 129.429 133.681 96,8
37. Surabaya 2.112.947 2.160.062 97,8
38. Batu 141.081 147.745 95,5
Jawa Timur 25.773.409 28.963.661 89,0
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
2.3.1.1.3. Fasilitas Pendidikan
2.3.1.1.3.1. Sekolah Pendidikan SD/MI Kondisi Bangunan Ruang Kelas Baik
Jumlah ruang kelas untuk sekolah setingkat SD sederajat dalam kurun
waktu 2009 – 2012 berkisar antara 160 ribu hingga 170 ribu kelas. Dari jumlah
ruang kelas keseluruhan rata-rata sekitar 80 persen kondisinya baik (baik dan
rusak ringan) sementara sekitar 20 persen kondisinya rusak berat.
Tabel 2.65
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi Bangunan Pada Sekolah SD Sederajat Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1. Ruang kelas kondisi baik 91.677 94.881 107.497 99.988 121.678
2. Ruang Kelas Kondisi Rusak Ringan
47.763 39.401 36.590 39.212 32.431
103
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
3. Ruang Kelas Kondisi Rusak Berat 29.535 29.439 26.487 27.417 25.269
4. Jumlah Ruang Kelas 168.975 163.721 170.574 166.617 179.378
5. Persentase Ruang kelas Kondisi
Baik dan Rusak Ringan
82,52 82,02 84,47 83,54 85,91
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Sedangkan Kondisi ruang kelas sekolah SD sederajat di kabupaten/kota di
Jawa Timur pada tahun 2012 yang kondisinya baik (baik dan rusak ringan) rata-
rata 83,54 persen. Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah yang ruang kelas
sekolah setingkat SD sederajat paling rendah persentasenya yaitu sebesar 70,86
persen sedangkan Kota Malang merupakan daerah paling tinggi persentasenya
yaitu sebesar 97,61 persen.
Tabel 2.66
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi Bangunan Pada Sekolah SD Sederajat Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jumlah
Pesentase
Ruang Kelas Baik dan
Rusak
Ringan
Kabupaten
01. Pacitan 349 2.152 519 3.020 82,81
02. Ponorogo 2.368 902 896 4.166 78,49
03. Trenggalek 2.145 880 653 3.678 82,25
04. Tulungagung 3.413 892 693 4.998 86,13
05. Blitar 3.617 1.010 1.114 5.741 80,60
06. Kediri 3.719 1.581 882 6.182 85,73
07. Malang 6.085 1.870 1.504 9.459 84,10
08. Lumajang 3.392 775 788 4.955 84,10
09. Jember 5.338 2.696 1.688 9.722 82,64
10. Banyuwangi 4.514 1.545 901 6.960 87,05
11. Bondowoso 1.473 644 732 2.849 74,31
12. Situbondo 1.940 512 558 3.010 81,46
13. Probolinggo 3.208 1.342 1.288 5.838 77,94
14. Pasuruan 3.931 1.118 873 5.922 85,26
15. Sidoarjo 4.444 1.109 745 6.298 88,17
16. Mojokerto 2.808 786 767 4.361 82,41
17. Jombang 3.036 1.251 996 5.283 81,15
18. Nganjuk 2.687 1.168 690 4.545 84,82
19. Madiun 1.787 774 588 3.149 81,33
20. Magetan 2.304 781 492 3.577 86,25
21. Ngawi 268 2.220 966 3.454 72,03
22. Bojonegoro 2.448 1.627 1.676 5.751 70,86
23. Tuban 2.733 1.246 939 4.918 80,91
24. Lamongan 4.573 1.324 1.183 7.080 83,29
25. Gresik 3.439 1.250 685 5.374 87,25
104
Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak
Ringan
Rusak
Berat Jumlah
Pesentase Ruang Kelas
Baik dan Rusak
Ringan
Kabupaten
26. Bangkalan 2.290 585 479 3.354 85,72
27. Sampang 3.597 1.564 1.303 6.464 79,84
28. Pamekasan 3.514 1.150 510 5.174 90,14
29. Sumenep 3.230 2.026 1.483 6.739 77,99
Kota
30. Kediri 724 171 51 946 94,61
31. Blitar 486 72 19 577 96,71
32. Malang 2.311 339 65 2.715 97,61
33. Probolinggo 744 99 23 866 97,34
34. Pasuruan 634 136 53 823 93,56
35. Mojokerto 405 162 89 656 86,43
36. Madiun 638 74 26 738 96,48
37. Surabaya 4.927 1.257 472 6.656 92,91
38. Batu 469 122 28 619 95,48
Jawa Timur 99.988 39.212 27.417 166.617 83,54
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
2.3.1.1.3.2. Sekolah Pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Kondisi
Bangunan Ruang Kelas Baik
Kondisi ruang kelas sekolah setingkat SLTP dan SLTA sederajat kondisinya
lebih baik jika dibanding pada sekolah setingkat SD sederajat. Untuk sekolah
setingkat SLTP sederajat dalam empat tahun terakhir (tahun 2009-2012) yang
kondisinya baik (baik dan rusak ringan) rata-rata sekitar 95 persen, sedangkan
sekolah setingkat SLTA sederajat dalam empat tahun terakhir (tahun 2009-2012)
yang kondisinya baik (baik dan rusak ringan) rata-rata sekitar 97 persen.
Kalau dlihat dari wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur untuk sekolah
setingkat SLTP sederajat Kabupaten Pamekasan merupakan daerah yang paling
sedikit ruang kelasnya dalam kondisi baik yaitu sebesar 90 persen sedangkan Kota
Mojokerto daerah yang paling banyak ruang kelasnya dalam kondisi baik yaitu
sebesar 99,62 persen.
Sedangkan untuk sekolah setingkat SLTA sederajat Kota Blitar merupakan
daerah yang paling sedikit ruang kelasnya dalam kondisi baik yaitu sebesar 99,80
persen sedangkan Kota Batu daerah yang paling banyak ruang kelasnya dalam
kondisi baik yaitu sebesar 99,92 persen.
105
Tabel 2.67
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi Bangunan Pada Sekolah SLTP Sederajat dan SLTA Sederajat di Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
NO
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sekolah Pendidikan SLTP Sederajat
1 Ruang kelas kondisi baik 38.881 40.945 41.350 58.687 64.489
2 Ruang Kelas Kondisi Rusak Ringan
5.231,83 5.858 7.223 9.590 5.754
3 Ruang Kelas Kondisi Rusak Berat 2.614 2.134 2.127 3.535 2.495
4 Jumlah Ruang Kelas 46.727 48.937 50.700 71.812 72.738
5 Persentase Ruang kelas Kondisi Baik dan Rusak Ringan
94,41 95,64 95,80 95,08 96,57
Sekolah Pendidikan SLTA Sederajat
1 Ruang kelas kondisi baik 25.172 27.468 27.538 30.982 31.400
2 Ruang Kelas Kondisi Rusak Ringan
2.099 2.449 2.611 2.957 2.556
3 Ruang Kelas Kondisi Rusak Berat 720 712 722 862 912
4 Jumlah Ruang Kelas 27.991 30.629 30.871 34.801 34.868
5 Persentase Ruang kelas Kondisi Baik dan Rusak Ringan
97,43 97,68 97,66 97,52 97,38
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.68
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi Bangunan Pada Sekolah SLTP Sederajat Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
Jumlah
Pesentase Ruang kelas
Baik dan Rusak Ringan
Kabupaten
01. Pacitan 639 143 46 828 94,44
02. Ponorogo 1.004 214 73 1.291 94,35
03. Trenggalek 746 109 42 897 95,32
04. Tulungagung 1.130 168 46 1.344 96,58
05. Blitar 1.119 185 96 1.400 93,14
06. Kediri 1.514 209 72 1.795 95,99
07. Malang 4.658 1.309 299 6.266 95,23
08. Lumajang 997 232 115 1.344 91,44
09. Jember 11.664 1.889 902 14.455 93,76
10. Banyuwangi 1.723 225 111 2.059 94,61
11. Bondowoso 605 72 17 694 97,55
12. Situbondo 6.290 638 161 7.089 97,73
13. Probolinggo 1.189 253 159 1.601 90,07
14. Pasuruan 1.522 224 62 1.808 96,57
15. Sidoarjo 2.398 173 33 2.604 98,73
16. Mojokerto 1.155 235 65 1.455 95,53
17. Jombang 1.661 234 77 1.972 96,10
18. Nganjuk 1.201 172 57 1.430 96,01
19. Madiun 872 88 21 981 97,86
20. Magetan 797 192 57 1.046 94,55
21. Ngawi 795 209 90 1.094 91,77
22. Bojonegoro 1.315 279 92 1.686 94,54
106
Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
Jumlah
Pesentase Ruang kelas
Baik dan Rusak Ringan
Kabupaten
23. Tuban 1.094 173 76 1.343 94,34
24. Lamongan 1.698 281 71 2.050 96,54
25. Gresik 1.468 259 68 1.795 96,21
26. Bangkalan 750 193 89 1.032 91,38
27. Sampang 807 198 70 1.075 93,49
28. Pamekasan 566 190 84 840 90,00
29. Sumenep 1.169 359 126 1.654 92,38
Kota
30. Kediri 472 7 4 483 99,17
31. Blitar 247 48 4 299 98,66
32. Malang 1.086 84 18 1.188 98,48
33. Probolinggo 316 41 10 367 97,28
34. Pasuruan 257 63 10 330 96,97
35. Mojokerto 229 34 1 264 99,62
36. Madiun 281 39 5 325 98,46
37. Surabaya 2.998 153 199 3.350 94,06
38. Batu 255 16 7 278 97,48
Jawa Timur 58.687 9.590 3.535 71.812 95,08
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.69
Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi Bangunan Pada Sekolah SLTA Sederajat Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
Jumlah
Pesentase Ruang kelas
Baik dan Rusak Ringan
Kabupaten
01. Pacitan 384 59 25 468 94,66
02. Ponorogo 771 97 22 890 97,53
03. Trenggalek 463 121 6 590 98,98
04. Tulungagung 658 24 6 688 99,13
05. Blitar 553 24 22 599 96,33
06. Kediri 1.672 92 90 1.854 95,15
07. Malang 1.420 175 42 1.637 97,43
08. Lumajang 746 73 20 839 97,62
09. Jember 1.461 203 36 1.700 97,88
10. Banyuwangi 1.081 104 29 1.214 97,61
11. Bondowoso 330 34 13 377 96,55
12. Situbondo 411 50 10 471 97,88
13. Probolinggo 551 70 25 646 96,13
14. Pasuruan 958 74 13 1.045 98,76
15. Sidoarjo 1.566 55 24 1.645 98,54
16. Mojokerto 885 76 27 988 97,27
17. Jombang 1.468 107 14 1.589 99,12
18. Nganjuk 737 123 19 879 97,84
19. Madiun 522 26 6 554 98,92
20. Magetan 581 58 29 668 95,66
21. Ngawi 554 73 25 652 96,17
22. Bojonegoro 972 99 53 1.124 95,28
107
Kabupaten/kota
Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
Jumlah
Pesentase Ruang kelas
Baik dan Rusak Ringan
Kabupaten
23. Tuban 584 80 19 683 97,22
24. Lamongan 1.377 119 31 1.527 97,97
25. Gresik 1.116 123 24 1.263 98,10
26. Bangkalan 331 36 19 386 95,08
27. Sampang 393 62 12 467 97,43
28. Pamekasan 559 132 27 718 96,24
29. Sumenep 842 145 42 1.029 95,92
Kota
30. Kediri 636 28 40 704 94,32
31. Blitar 333 44 32 409 92,18
32. Malang 1.121 129 4 1.254 99,68
33. Probolinggo 321 13 3 337 99,11
34. Pasuruan 238 22 3 263 98,86
35. Mojokerto 265 7 1 273 99,63
36. Madiun 479 22 18 519 96,53
37. Surabaya 2.450 160 30 2.640 98,86
38. Batu 1.193 18 1 1.212 99,92
Jawa Timur 30.982 2.957 862 34.801 97,52
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
2.3.1.1.4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Di Jawa Timur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat digalakkan
diberbagai daerah kabupaten maupun kota. Jumlah lembaga PAUD terus
bertambah dari 16.247 pada tahun 2009 bertambah terus setiap tahunnya menjadi
17.691 pada tahun 2012 dan semakin meningkat menjadi 18.217 pada tahun
2013. Begitu pula jumlah murid PAUD dari 761.476 pada tahun 2009 terus
meningkat hingga menjadi sebanyak 754.094 pada tahun 2012. Pada tahun 2012
ini jumlah murid PAUD mengalami penurunan jika dibanding tahun 2011, salah
satu penyebabnya adanya perbedaan cakupan data yaitu murid PAUD selain di
Taman Kanak Kanak tidak dimasukkan lagi.
Tenaga pendidik PAUD pada tahun 2009 sebanyak 53.888 terus bertambah
hingga menjadi 70.121 pada tahun 2012 atau dengan kata lain rata-rata
pertambahan tenaga pendidik per tahunnya sekitar 5.000. Kalau kita lihat rasio
tenaga pendidik dan murid PAUD dalam empat tahun terakhir (tahun 2009-2012)
berkisar antara 6 hingga 9 per 100 murid, ini memberi gambaran bahwa seorang
tenaga pendidik PAUD mendampingi sekitar 11 hingga 16 murid PAUD
108
Tabel 2.70
Jumlah Lembaga, Murid, Tenaga Pendidikan PAUD di Jawa Timur Tahun 2009-2012
No. Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah Lembaga PAUD 16.247 17.186 17.353 17.691
2 Jumlah Tenaga Pendidik
PAUD 53.888 54.833 64.431 70.121
3 Jumlah Murid PAUD (4-6
Tahun) 761.476 767.224 808.947 754.094
4 Jumlah Anak Usia 4-6
Tahun 1.787.722 1.704.502 1.807.077 1.844.425
5 Angka Partisipasi PAUD 42,59 45,01 44,77 40,98
6 Rasio Tenaga Pendidik
dan Murid 7,08 7,15 7,96 9,30
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan BPS Jawa Tmur
Jumlah lembaga pendidikan PAUD pada wilayah kabupaten/kota di Jawa
Timur pada tahun 2012 terbanyak adalah Kota Surabaya yaitu sebesar 1.295 dan
yang paing sedikit adalah Kota Mojokerto sebanyak 59.
Rasio tenaga pendidik terhadap murid jenjang PAUD pada wilayah
kabupaten/kota di Jawa Timur yang terendah adalah di Kabupaten Trenggalek
yaitu sebesar 5 per 100 murid dan yang terbesar adalah pada Kota Surabaya yaitu
22 per 100 murid. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa di Kabupaten
Trenggalek seorang tenaga pendidik PAUD menangani sekitar 20 murid sedangkan
di Kota Surabaya seorang tenaga pendidik menangani sekitar 5 murid.
Tabel 2.71
Jumlah Lembaga, Murid PAUD, Tenaga Pendidikan PAUD Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota
Tahun 2012
Jumah
Lembaga
Murid
PAUD
Tenaga
Pendidik
Rasio Tenaga pendidik per
100 murid
Kabupaten
01. Pacitan 298 7.088 912 13
02. Ponorogo 407 13.783 1.394 10
03. Trenggalek 386 11.719 549 5
04. Tulungagung 581 21.096 1.774 8
05. Blitar 795 28.664 2.534 9
06. Kediri 700 35.265 2.568 7
07. Malang 1.093 62.399 4.056 7
08. Lumajang 517 19.668 1.611 8
09. Jember 818 45.436 3.348 7
10. Banyuwangi 666 34.191 2.869 8
11. Bondowoso 354 12.609 1.436 11
12. Situbondo 243 10.490 965 9
13. Probolinggo 482 20.542 1.768 9
109
Kabupaten/kota
Tahun 2012
Jumah
Lembaga
Murid
PAUD
Tenaga
Pendidik
Rasio Tenaga pendidik per
100 murid
14. Pasuruan 589 28.979 2.212 8
15. Sidoarjo 924 49.527 4.037 8
16. Mojokerto 551 21.562 1.730 8
17. Jombang 384 19.980 1.661 8
18. Nganjuk 567 21.293 1.555 7
19. Madiun 319 10.394 930 9
20. Magetan 380 10.911 1.024 9
21. Ngawi 445 10.688 1.300 12
22. Bojonegoro 754 27.145 2.082 8
23. Tuban 448 22.600 1.543 7
24. Lamongan 942 31.069 3.314 11
25. Gresik 705 30.505 2.456 8
26. Bangkalan 283 7.848 784 10
27. Sampang 201 8.156 894 11
28. Pamekasan 246 9.500 1.283 14
29. Sumenep 386 14.651 1.901 13
Kota
30. Kediri 116 7.991 667 8
31. Blitar 81 4.569 385 8
32. Malang 320 19.422 1.799 9
33. Probolinggo 88 4.938 451 9
34. Pasuruan 91 5.431 423 8
35. Mojokerto 59 4.240 314 7
36. Madiun 93 5.352 545 10
37. Surabaya 1.295 48.726 10.608 22
38. Batu 84 5.667 439 8
Jawa Timur 17.691 754.094 70.121 9
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
2.3.1.1.5. Angka Putus Sekolah
Salah satu tujuan dari program-program pendidikan salah satunya untuk
mengurangi angka putus sekolah. Angka putus sekolah penduduk usia 7-12 tahun
SD/MI selama kurun waktu tahun 2009 - 2012 menunjukkan kecenderungan yang
semakin menurun. Pada tahun 2009 angka putus sekolah tingkat SD/MI sebesar
0,24 persen dan semakin menurun hingga mencapai sebesar 0,13 persen pada
tahun 2012, dan menurun kembali menjadi 0,12 pada tahun 2013, dengan kata
lain pada tahun 2012 dalam tiap 1000 anak usia 7-12 tahun terdapat 1 sampai 2
anak yang putus sekolah.
Salah satu tujuan dari program-program pendidikan salah satunya
untuk mengurangi angka putus sekolah. Angka putus sekolah penduduk
usia 7-12 tahun SD/MI selama kurun waktu tahun 2009 - 2012
menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Pada tahun 2009
angka putus sekolah tingkat SD/MI sebesar 0,24 persen dan semakin
110
0,24 0,26
0,56
0,150,19
0,55
0,18
0,41
0,84
0,13
0,40
0,80
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
2009 2010 2011 2012
menurun hingga mencapai sebesar 0,13 persen pada tahun 2012, dengan
kata lain pada tahun 2012 dalam tiap 1000 anak usia 7-12 tahun terdapat
1 sampai 2 anak yang putus sekolah.
Gambar 2.38
Grafik Angka Putus Sekolah Pada Jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA Jawa Timur Tahun 2009 – 2012.
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Dalam kurun waktu 2009-2012 angka putus sekolah penduduk usia 13-15
tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Pada tahun 2009
sebesar 0,26 persen dan meningkat hingga pada tahun 2012 sebesar 0,40 persen,
dan menurun kembali menjadi 0,37 pada tahun 2013.
Sedangkan pada sekolah SMA/SMK/MA angka putus sekolah penduduk usia
16-18 tahun pada tahun 2009-2012 juga menunjukkan kecenderungan yang
semakin meningkat. Pada tahun 2009 sebesar 0,56 persen dan meningkat hingga
sebesar 0,80 persen (2012), dengan kata lain dalam tiap 1000 anak usia 16-18
tahun terdapat sekitar 8 anak yang putus sekolah.
Jika dilihat per Kabupaten/Kota di Jawa Timur, angka putus sekolah untuk
jenjang sekolah setingkat SD tertinggi adalah Kabupaten Sampang yaitu sebesar
0,46 persen sedangkan terendah sebesar 0,03 persen yaitu di Kabupaten Madiun,
Lamongan, Kota Mojokerto dan Kota Madiun.
Angka putus sekolah setingkat SLTP tertinggi adalah Kabupaten Sampang
dengan capaian angka 0,79 persen dan terendah Kabupaten Lamongan sebesar
0,11 persen.
Sedangkan angka putus sekolah setingkat SLTA tertinggi juga Kabupaten
Sampang yaitu sebesar 1,53 persen sementara terendah Kabupaten Lamongan
sebesar 0,50 persen.
111
2.3.1.1.5.1. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI
Tabel 2.72 Angka Putus Sekolah SD/MI (Usia 7-12 Tahun)
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 – 2013
Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
Kabupaten
01. Pacitan 0,06 0,03 0,05
02. Ponorogo 0,09 0,05 0,07
03. Trenggalek 0,17 0,02 0,15
04. Tulungagung 0,21 0,04 0,08
05. Blitar 0,22 0,02 0,13
06. Kediri 0,15 0,02 0,05
07. Malang 0,21 0,13 0,10
08. Lumajang 0,17 0,07 0,11
09. Jember 0,26 0,08 0,21
10. Banyuwangi 0,16 0,05 0,07
11. Bondowoso 0,35 0,03 0,25
12. Situbondo 0,29 0,05 0,20
13. Probolinggo 0,40 0,04 0,23
14. Pasuruan 0,23 0,04 0,16
15. Sidoarjo 0,05 0,09 0,03
16. Mojokerto 0,07 0,02 0,05
17. Jombang 0,08 0,02 0,04
18. Nganjuk 0,08 0,05 0,06
19. Madiun 0,05 0,04 0,02
20. Magetan 0,08 0,07 0,04
21. Ngawi 0,07 0,05 0,05
22. Bojonegoro 0,06 0,05 0,04
23. Tuban 0,15 0,06 0,09
24. Lamongan 0,04 0,13 0,02
25. Gresik 0,09 0,08 0,05
26. Bangkalan 0,27 0,15 0,22
27. Sampang 0,61 0,10 0,44
28. Pamekasan 0,31 0,16 0,20
29. Sumenep 0,41 0,23 0,31
Kota
30. Kediri 0,06 0,11 0,04
31. Blitar 0,07 0,25 0,02
32. Malang 0,12 0,20 0,05
33. Probolinggo 0,11 0,21 0,07
34. Pasuruan 0,21 0,07 0,13
35. Mojokerto 0,04 0,20 0,02
36. Madiun 0,05 0,44 0,02
37. Surabaya 0,06 0,31 0,03
38. Batu 0,13 0,22 0,08
Jawa Timur 0,18 0,13 0,12
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
112
2.3.1.1.5.2. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs
Tabel 2.73
Angka Putus Sekolah SMP/MTs (Usia 13-15 Tahun) Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 – 2013
Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013 Kabupaten
01. Pacitan 0,44 0,04 0,42
02. Ponorogo 0,37 0,22 0,33
03. Trenggalek 0,50 0,13 0,45
04. Tulungagung 0,36 0,35 0,33
05. Blitar 0,52 0,11 0,48
06. Kediri 0,43 0,14 0,41
07. Malang 0,55 0,37 0,52
08. Lumajang 0,68 0,29 0,60
09. Jember 0,57 0,41 0,54
10. Banyuwangi 0,43 0,22 0,40
11. Bondowoso 0,60 0,12 0,58
12. Situbondo 0,71 0,38 0,68
13. Probolinggo 0,75 0,22 0,72
14. Pasuruan 0,44 0,30 0,42
15. Sidoarjo 0,15 0,28 0,12
16. Mojokerto 0,41 0,09 0,36
17. Jombang 0,26 0,13 0,21
18. Nganjuk 0,55 0,10 0,53
19. Madiun 0,16 0,12 0,13
20. Magetan 0,15 0,35 0,12
21. Ngawi 0,13 0,42 0,10
22. Bojonegoro 0,35 0,41 0,30
23. Tuban 0,31 0,53 0,26
24. Lamongan 0,12 0,48 0,08
25. Gresik 0,25 0,33 0,20
26. Bangkalan 0,56 0,46 0,54
27. Sampang 0,80 0,52 0,78
28. Pamekasan 0,61 0,42 0,59
29. Sumenep 0,59 0,72 0,57
Kota
30. Kediri 0,37 0,60 0,35
31. Blitar 0,18 0,58 0,14
32. Malang 0,27 0,68 0,22
33. Probolinggo 0,33 0,54 0,29
34. Pasuruan 0,40 0,40 0,37
35. Mojokerto 0,15 0,59 0,11
36. Madiun 0,22 0,78 0,13
37. Surabaya 0,19 0,57 0,04
38. Batu 0,45 0,54 0,41
Jawa Timur 0,41 0,40 0,37
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
113
2.3.1.1.5.3. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA
Tabel 2.74
Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA (Usia 16-18 Tahun) Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 – 2013
Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013 Kabupaten
01. Pacitan 0,61 0,59 0,15
02. Ponorogo 0,86 0,82 0,61
03. Trenggalek 0,86 0,80 0,55
04. Tulungagung 0,97 0,91 0,58
05. Blitar 0,98 0,93 0,87
06. Kediri 0,92 0,87 0,79
07. Malang 0,95 0,91 0,81
08. Lumajang 0,97 0,95 0,78
09. Jember 1,03 0,99 0,75
10. Banyuwangi 0,85 0,82 0,38
11. Bondowoso 1,49 1,44 0,36
12. Situbondo 1,20 1,18 0,62
13. Probolinggo 1,24 1,22 0,71
14. Pasuruan 0,63 0,56 0,78
15. Sidoarjo 0,56 0,51 0,58
16. Mojokerto 0,70 0,65 0,48
17. Jombang 0,87 0,80 0,52
18. Nganjuk 0,80 0,74 0,47
19. Madiun 0,66 0,57 0,44
20. Magetan 0,60 0,53 0,66
21. Ngawi 0,70 0,61 0,58
22. Bojonegoro 0,90 0,83 0,62
23. Tuban 0,63 0,60 0,58
24. Lamongan 0,58 0,50 0,79
25. Gresik 0,58 0,51 0,89
26. Bangkalan 1,12 1,08 0,67
27. Sampang 1,54 1,53 0,75
28. Pamekasan 1,28 1,27 0,46
29. Sumenep 1,46 1,44 1,15
Kota
30. Kediri 0,75 0,69 0,91
31. Blitar 0,88 0,82 1,27
32. Malang 0,83 0,79 1,11
33. Probolinggo 0,89 0,81 0,93
34. Pasuruan 0,87 0,84 0,79
35. Mojokerto 0,92 0,90 1,13
36. Madiun 0,76 0,73 1,32
37. Surabaya 0,54 0,50 1,30
38. Batu 0,91 0,85 1,01
Jawa Timur 0,84 0,80 0,68
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
114
99,65 99,65
97,05
99,38
96,16
97,6099,45
98,31
97,73
99,9198,88
98,14
94
95
96
97
98
99
100
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK2009 2010 2011 2012
2.3.1.1.6. Angka Kelulusan
Selama kurun waktu tahun 2009-2012 kelulusan sekolah SD/MI angkanya
berfluktuasi, namun dalam tiga tahun terakhir memperlihatkan kecenderungan
yang semakin meningkat. Berbeda halnya dengan angka kelulusan sekolah
SMP/MTs, dalam empat tahun terakhir sangat berfluktuasi bahkan pada tahun
2010 terjadi penurunan yang cukup tajam, tahun 2009 sebesar 99,65 persen
menjadi 96,16 persen pada tahun 2010. Sedangkan angka kelulusan sekolah
setingkat SMA/SMK/MA angka kelulusannya dalam empat tahun terakhir terus
meningkat, tahun 2009 sebesar 97,05 persen terus meningkat menjadi 98,14
persen pada tahun 2012.
Gambar 2.39
Grafik Angka Kelulusan Pada Jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
2.3.1.1.6.1. Angka Kelulusan (AL) SD/MI
Tabel 2.75
Angka Kelulusan SD/MI Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 - 2013
Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
Kabupaten
01. Pacitan 100,00 100,00 100,00
02. Ponorogo 99,33 99,89 99,92
03. Trenggalek 100,00 100,00 100,00
04. Tulungagung 99,87 99,98 99,98
05. Blitar 99,47 99,92 99,93
06. Kediri 99,72 99,94 99,95
07. Malang 100,00 100,00 100,00
115
Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
Kabupaten
08. Lumajang 100,00 100,00 100,00
09. Jember 98,68 99,75 99,76
10. Banyuwangi 99,57 99,97 99,97
11. Bondowoso 98,49 99,70 99,71
12. Situbondo 98,67 99,76 99,77
13. Probolinggo 98,52 99,71 99,72
14. Pasuruan 99,84 100,00 100,00
15. Sidoarjo 100,00 100,00 100,00
16. Mojokerto 99,74 99,88 99,89
17. Jombang 99,87 99,99 99,99
18. Nganjuk 99,55 99,91 99,92
19. Madiun 99,54 99,96 99,97
20. Magetan 99,91 100,00 100,00
21. Ngawi 99,89 100,00 100,00
22. Bojonegoro 100,00 100,00 100,00
23. Tuban 99,87 99,92 99,93
24. Lamongan 100,00 100,00 100,00
25. Gresik 100,00 100,00 100,00
26. Bangkalan 98,96 99,84 99,85
27. Sampang 97,44 99,50 99,52
28. Pamekasan 98,61 99,73 99,74
29. Sumenep 97,65 99,65 99,67
Kota
30. Kediri 99,80 99,98 100,00
31. Blitar 100,00 100,00 100,00
32. Malang 99,81 99,97 99,98
33. Probolinggo 99,49 99,97 99,97
34. Pasuruan 99,41 99,89 99,94
35. Mojokerto 100,00 100,00 100,00
36. Madiun 99,83 100,00 100,00
37. Surabaya 99,89 100,00 100,00
38. Batu 99,36 99,91 99,93
Jawa Timur 99,45 99,91 99,92
Angka kelulusan sekolah SD/MI menurut Kabupaten/Kota di Jawa
Timur pada tahun 2012 semuanya sudah diatas 99 persen dengan kata lain
hampir semua siswa yang mengikuti ujian akhir pada sekolah setingkat
SD/MI semuanya lulus bahkan angka kelulusan sekolah SD/MI mencapai
100 persen. Ada 11 Kabupaten, diantaranya adalah Kabupaten Pacitan,
Trenggalek, Malang, Lumajang, Pasuruan, Sidoarjo, Magetan, Ngawi,
116
Bojonegoro, Lamongan, Gresik dan 4 Kota yaitu Kota Blitar, Mojokerto,
Madiun dan Surabaya.
2.3.1.1.6.2. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs
Tabel 2.76 Angka Kelulusan SMP/MTs Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 - 2013
Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013 Kabupaten
01. Pacitan 96,97 98,68 98,73
02. Ponorogo 97,94 98,04 98,52
03. Trenggalek 97,42 98,44 98,54
04. Tulungagung 98,01 98,32 98,49
05. Blitar 98,03 98,43 98,51
06. Kediri 97,30 98,83 98,90
07. Malang 98,81 98,94 98,99
08. Lumajang 98,48 98,98 99,04
09. Jember 98,43 98,55 98,57
10. Banyuwangi 98,89 99,26 99,34
11. Bondowoso 97,16 97,18 97,38
12. Situbondo 97,80 98,03 98,06
13. Probolinggo 97,03 97,88 97,95
14. Pasuruan 98,98 99,22 99,27
15. Sidoarjo 99,05 99,72 99,75
16. Mojokerto 97,93 98,69 98,73
17. Jombang 98,96 99,20 99,24
18. Nganjuk 97,79 98,60 98,73
19. Madiun 98,07 98,61 98,79
20. Magetan 98,42 99,74 99,76
21. Ngawi 98,67 99,56 99,59
22. Bojonegoro 98,95 99,06 99,10
23. Tuban 98,79 98,82 98,83
24. Lamongan 98,89 99,83 99,84
25. Gresik 98,88 99,81 99,85
26. Bangkalan 97,61 98,38 98,43
27. Sampang 95,30 96,37 96,41
28. Pamekasan 98,12 98,46 98,48
29. Sumenep 97,51 97,84 97,88
Kota
30. Kediri 98,78 99,89 99,91
31. Blitar 98,63 99,22 99,27
32. Malang 98,30 99,14 99,24
33. Probolinggo 98,07 98,98 99,05
34. Pasuruan 97,80 99,21 99,25
35. Mojokerto 97,56 99,04 99,08
36. Madiun 98,05 99,27 99,32
37. Surabaya 99,31 99,78 99,80
38. Batu 98,05 98,73 98,98
Jawa Timur 98,31 98,88 98,99
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
117
Secara umum pada tahun 2011-2012 angka kelulusan sekolah SMP/MTs
menurut kabupaten/kota terjadi peningkatan. Pada tahun 2011 angka kelulusan
SMP/Mts terendah ada di Kabupaten Sampang yaitu sebesar 95,30 persen, dan
tertinggi Kota Surabaya sebesar 99,31 persen. Sedangkan pada tahun 2012 angka
kelulusan terendah juga ada di Kabupaten Sampang dengan capaian angka 96,37
persen sementara tertinggi adalah Kota Kediri yaitu sebesar 99,89 persen.
Pada tahun 2011 dan 2012 capaian angka kelulusan SMP/MTs terendah di
Jawa Timur ada di Kabupaten Sampang, tentunya hal ini perlu menjadikan
perhatian pemerintah provinsi untuk dicari pemecahannya.
2.3.1.1.6.3. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA
Tabel 2.77 Angka Kelulusan SMP/MTs Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 - 2013
Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
Kabupaten
01. Pacitan 96,97 97,15 97,80
02. Ponorogo 97,93 98,11 98,28
03. Trenggalek 96,95 97,17 97,84
04. Tulungagung 97,12 97,78 97,92
05. Blitar 96,92 97,03 97,35
06. Kediri 97,39 97,73 97,79
07. Malang 98,15 98,85 98,97
08. Lumajang 97,18 97,29 97,74
09. Jember 97,82 98,86 98,88
10. Banyuwangi 98,48 98,70 98,85
11. Bondowoso 95,55 95,78 96,69
12. Situbondo 96,54 96,85 97,05
13. Probolinggo 97,33 97,68 97,71
14. Pasuruan 98,12 98,44 98,68
15. Sidoarjo 99,11 99,17 99,23
16. Mojokerto 96,58 96,68 96,70
17. Jombang 98,82 98,94 99,00
18. Nganjuk 98,06 98,10 98,35
19. Madiun 96,80 97,19 97,51
20. Magetan 97,17 97,35 97,38
21. Ngawi 97,54 97,74 97,83
22. Bojonegoro 98,39 98,54 98,59
23. Tuban 97,57 97,98 98,01
118
Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
Kabupaten
24. Lamongan 98,39 98,82 98,99
25. Gresik 98,28 98,45 98,51
26. Bangkalan 96,79 97,27 97,32
27. Sampang 95,54 96,42 96,49
28. Pamekasan 97,28 97,68 97,76
29. Sumenep 97,38 98,06 98,18
Kota
30. Kediri 98,30 98,51 98,53
31. Blitar 96,48 96,95 98,07
32. Malang 97,06 98,81 98,90
33. Probolinggo 95,84 96,08 96,44
34. Pasuruan 95,09 95,70 95,95
35. Mojokerto 95,42 95,84 95,99
36. Madiun 97,33 97,44 97,90
37. Surabaya 98,77 99,30 99,32
38. Batu 92,14 92,54 93,33
Jawa Timur 97,73 98,14 98,27
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Tidak berbeda jauh dengan angka kelulusan SMP/MTs, angka kelulusan
sekolah SMA/SMK/MA tahun 2011 - 2012 menurut kabupaten/kota di Jawa Timur
secara umum juga terjadi peningkatan. Pada tahun 2011 angka kelulusan
SMA/SMK/MA terendah adalah Kota Batu yaitu sebesar 92,14 persen dan yang
tertinggi Kabupaten Sidoarjo sebesar 99,11 persen. Sedangkan pada tahun 2012
angka kelulusan terendah juga Kota Batu yaitu sebesar 92,54 persen sementara
tertinggi adalah Kota Surabaya sebesar 99,30 persen.
Pada tahun 2011 dan 2012 Kota Batu capaian angka kelulusan
SMA/SMK/MA terendah di Jawa Timur, tentunya hal ini menjadikan perhatian
untuk dicari pemecahannya.
2.3.1.1.6.4. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs
Tingginya angka kelulusan suatu jenjang pendidikan hendaknya diimbangi
dengan penyediaan sarana pendidikan pada jenjang diatasnya. Penyediaan sarana
ini sangat dimungkinkan untuk menampung mereka yang melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi. Dengan tersediannya sarana pendidikan pada jenjang diatasnya
akan meningkatkan angka melanjutkan sekolah pada suatu jenjang pendidikan.
Angka melanjutkan sekolah dari jenjang yang rendah ke jenjang diatasnya pada
119
98,67
87,69
98,85
87,78
80,00
85,00
90,00
95,00
100,00
SD/MI keMP/MTs SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
2011 2012
akhirnya akan meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat. Dengan tingginya
pendidikan masyarakat akan membawa kemajuan pada wilayah tersebut.
Gambar 2.40
Grafik Angka Melanjutkan Pada Jenjang pendidikan SD/MI ke SMP/MTs
Dan SMP/MTs ke SMA/SMK/MA di Jawa Timur Tahun 2011 – 2012
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Angka melanjutkan sekolah dari SD/MI ke SMP/MTs di Jawa Timur pada
tahun 2012 terjadi peningkatan, walupun peningkatannya kecil, yaitu pada tahun
2011 angka melanjutkan SD/MI ke SMP/MTs sebesar 98,67 persen menjadi 98,85
persen. Hal ini memberikan gambaran bahwa setiap 100 anak lulusan SD/MI
terdapat sekitar 2 anak yang tidak melanjutkan sekolah ke SMP/MTs.
Tabel 2.78
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs Menurut Kabupaten/Kota
di Jawa Timur Tahun 2011 – 2013
Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
Kabupaten
01. Pacitan 99,04 99,34 99,76
02. Ponorogo 99,17 99,21 99,57
03. Trenggalek 98,73 98,87 99,77
04. Tulungagung 98,48 98,91 99,51
05. Blitar 98,57 98,73 99,47
06. Kediri 99,56 99,61 99,92
07. Malang 98,43 98,96 99,40
08. Lumajang 98,56 98,76 99,85
09. Jember 98,12 98,19 99,32
10. Banyuwangi 98,99 99,03 99,37
11. Bondowoso 97,96 98,01 99,19
12. Situbondo 98,02 98,07 98,96
13. Probolinggo 97,88 97,90 99,25
14. Pasuruan 98,59 98,82 98,92
15. Sidoarjo 98,65 98,80 98,98
16. Mojokerto 98,42 98,92 99,22
120
Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
Kabupaten
17. Jombang 99,08 99,23 99,06
18. Nganjuk 99,16 99,49 99,03
19. Madiun 98,94 99,02 98,99
20. Magetan 98,66 98,77 99,23
21. Ngawi 98,75 98,91 99,37
22. Bojonegoro 98,32 98,64 99,63
23. Tuban 98,82 98,96 99,51
24. Lamongan 99,08 99,16 98,91
25. Gresik 99,32 99,36 99,07
26. Bangkalan 98,05 98,11 98,91
27. Sampang 97,20 97,21 99,01
28. Pamekasan 98,06 98,14 99,02
29. Sumenep 97,24 97,36 97,95
Kota
30. Kediri 99,37 99,48 99,06
31. Blitar 99,63 99,89 98,11
32. Malang 99,15 99,50 98,15
33. Probolinggo 99,67 99,82 98,24
34. Pasuruan 99,09 99,35 99,11
35. Mojokerto 99,15 99,43 98,19
36. Madiun 99,62 99,76 97,52
37. Surabaya 99,57 99,74 97,73
38. Batu 99,01 99,28 98,27
Jawa Timur 98,67 98,85 98,92
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Sedangkan angka melanjutkan sekolah SMP/MTs ke SMA/SMK/MA jauh lebih
rendah dibanding pada SD/MI ke SMP/MTs yaitu pada tahun 2011 sebesar 87,69
persen dan setahun kemudian (2012) sebesar 87,78. Kondisi ini memberikan
gambaran bahwa setiap 100 anak lulusan SMP/MTs terdapat sekitar 12 anak
tidak melanjutkan ke jenjang SMA/SMK/MA.
Angka melanjutkan sekolah dari SD/MI ke SMP/MTs secara umum menurut
kabupaten/kota Jawa Timur pada tahun 2011–2012 menunjukkan adanya
peningkatan, rata-rata sebesar 0,17 persen poin. Peningkatan tertinggi adalah
Kabupaten Malang yaitu sebesar 0,53 persen poin.
121
2.3.1.1.6.5. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/ MTs ke SMA/SMK/MA
Tabel 2.79 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 - 2013
Kabupaten/kota Tahun
2011 2012 2013
Kabupaten
01. Pacitan 78,87 92,05 92,05
02. Ponorogo 87,88 90,82 90,82
03. Trenggalek 79,06 92,84 92,84
04. Tulungagung 89,05 93,48 93,48
05. Blitar 86,48 95,37 95,37
06. Kediri 86,80 96,72 96,72
07. Malang 86,81 93,89 93,89
08. Lumajang 89,82 92,00 92,00
09. Jember 87,86 91,11 91,11
10. Banyuwangi 89,34 91,97 91,97
11. Bondowoso 79,70 93,08 93,08
12. Situbondo 89,60 89,19 89,19
13. Probolinggo 83,75 91,32 91,32
14. Pasuruan 82,85 92,35 92,35
15. Sidoarjo 92,39 86,00 86,00
16. Mojokerto 88,32 90,27 90,27
17. Jombang 90,77 86,89 86,89
18. Nganjuk 81,48 85,58 85,58
19. Madiun 86,26 88,36 88,36
20. Magetan 87,73 88,31 88,31
21. Ngawi 84,44 81,75 81,75
22. Bojonegoro 91,36 87,13 87,13
23. Tuban 85,54 82,92 82,92
24. Lamongan 89,95 86,93 86,93
25. Gresik 91,52 89,47 89,47
26. Bangkalan 78,37 82,08 82,08
27. Sampang 78,00 87,11 87,11
28. Pamekasan 82,24 84,45 84,45
29. Sumenep 81,55 83,84 83,84
Kota
30. Kediri 92,33 90,29 90,29
31. Blitar 95,21 79,90 79,90
32. Malang 90,18 89,64 89,64
33. Probolinggo 90,56 87,97 87,97
34. Pasuruan 92,26 89,70 89,70
35. Mojokerto 93,65 82,33 82,33
36. Madiun 91,34 78,53 78,53
37. Surabaya 91,77 81,60 81,60
38. Batu 89,18 79,02 79,02
Jawa Timur 87,69 87,78 87,89
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
122
54,37
79,32
59,29
69,41
89,71
73,64
65,22
91,43
70,29
68,92
92,47
73,66
0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,0090,00
100,00
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Dasar dan Menegah
2009 2010 2011 2012
Angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA kabupaten/kota
di Jawa Timur tahun 2011 – 2012 secara umum menunjukkan adanya
peningkatan, rata-rata sebesar 0,12 persen poin. Peningkatan tertinggi adalah
Kabupaten Bojonegoro yaitu sebesar 0,67 persen poin.
Pada tahun 2011 angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
yang tertinggi adalah Kota Blitar yaitu sebesar 95,21 persen dan yang terendah
adalah Kabupaten Sampang yaitu sebesar 78,00 persen. Sedangkan pada tahun
2012 angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA yang tertinggi
adalah Kota Blitar yaitu sebesar 95,24 persen dan terendah adalah Kabupaten
Sampang yaitu sebesar 78,19 persen.
2.3.1.1.6.6. Guru yang memenuhi kualifiksi S1/D-IV
Kemampuan seorang tenaga pendidik/guru sangat dipengaruhi pendidikan
yang ditamatkan, semakin tinggi pendidikan seorang guru maka dia akan
mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan yang pendidikannya rendah.
Tingginya pendidikan seorang tenaga pendidik pada akhirnya akan meningkatkan
kualitas pendidikan.
Gambar 2.41
Grafik Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1-DIV Pada Jenjang
Pendidikan Dasar (SD/MI dan SMP/MTs), Pendidikan Menengah
(SMA/SMK/MA) dan Pendidikan Dasar dan Menengah di Jawa Timur
Tahun 2009 – 2012
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Persentase guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan S1-DIV pada jenjang
Pendidikan Dasar dalam empat tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan,
dari 54,37 persen pada tahun 2009 menjadi 68,92 persen pada tahun 2012. Begitu
juga pada jenjang Pendidikan Menengah terjadi peningkatan, dari 79,32 persen
pada tahun 2009 menjadi 92,47 persen pada tahun 2012. Guru yang memenuhi
123
kualifikasi pendidikan S1-DIV pada jenjang Pendidikan Menengah jumlahnya lebih
tinggi jika dibanding pada Pendidikan Dasar. Secara keseluruhan persentase guru
yang memenuhi kualifikasi pendidikan S1-DIV terus mengalami peningkatan, hal
ini merupakan tuntutan jaman serta adanya sistem sertifikasi guru sehingga mau
tidak mau seorang guru harus meningkatkan tingkat pendidikannya.
Tabel 2.80
Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1- DIV Per Jenjang Pendidikan di Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pendidikan Dasar (SD/MI - SMP/MTs)
1.1. Jumlah Guru 434.326 404.095 447.637 448.328 507.018
1.2. Jumlah Guru Memenuhi Kualifikasi S1 -DIV
236.162 280.493 291.938 308.983 381.992
1.3. Persentase 54,37 69,41 65,22 68,92 75,34
2 Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK)
2.1. Jumlah Guru 106.602 106.199 107.312 112.954 122.791
2.2. Jumlah Guru Memenuhi Kualifikasi S1 -DIV
84.556 95.267 98.119 104.445 113.841
2.3. Persentase 79,32 89,71 91,43 92,47 92,71
3 Semua Jenjang Pendidikan (SD/MI, SMO/MTs dan SMA/MA/SMK)
3.1. Jumlah Guru 540.928 510.294 554.949 561.282 629.809
3.2. Jumlah Guru Memenuhi Kualifikasi S1 -DIV
320.718 375.760 390.057 413.428 494.833
3.3. Persentase 59,29 73,64 70,29 73,66 78,56
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Jika dilihat secara keseluruhan persentase guru yang memenuhi kualifikasi
pendidikan S1-DIV menurut kabupaten/kota di Jawa Timur pada tahun 2012
berkisar antara 47 hingga 88 persen. Persentase tertinggi adalah Kota Mojokerto
88,89 persen dan terendah Kabupaten Sampang 47,06 persen. Perbedaan
persentase guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan S1-DIV antar
kabupaten/kota di Jawa Timur antara yang terendah dan tertinggi sangat besar
(hampir dua kali lipatnya), kondisi ini memberikan gambaran adanya kesenjangan
tingkat pendidikan guru.
Tabel 2.81
Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1- DIV (SD - SLTA) Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
Kabupaten/kota Tahun
2009 2010 2011 2012
Kabupaten
01. Pacitan 52,38 66,44 70,59 69,29
02. Ponorogo 63,24 66,40 65,97 78,99
03. Trenggalek 67,45 78,61 78,13 82,86
04. Tulungagung 66,72 78,06 71,56 77,81
124
Kabupaten/kota Tahun
2009 2010 2011 2012
Kabupaten
05. Blitar 58,43 59,01 68,58 73,51
06. Kediri 51,99 56,22 75,26 78,51
07. Malang 66,07 82,48 72,15 70,88
08. Lumajang 52,51 69,53 67,42 71,32
09. Jember 47,47 77,42 64,60 70,69
10. Banyuwangi 56,15 92,08 73,58 77,47
11. Bondowoso 52,87 64,86 59,11 62,09
12. Situbondo 49,97 72,56 58,94 61,22
13. Probolinggo 51,64 60,11 60,14 60,24
14. Pasuruan 56,06 74,51 70,88 72,67
15. Sidoarjo 66,04 81,53 82,47 84,58
16. Mojokerto 63,11 72,68 72,28 79,57
17. Jombang 69,19 78,27 78,60 82,31
18. Nganjuk 57,88 84,08 76,37 75,80
19. Madiun 59,06 71,21 78,01 82,92
20. Magetan 58,72 72,61 79,75 82,45
21. Ngawi 53,56 62,64 61,98 61,73
22. Bojonegoro 51,67 62,91 61,06 74,64
23. Tuban 59,21 74,46 74,34 74,65
24. Lamongan 63,03 80,26 81,39 84,78
25. Gresik 61,05 89,93 83,52 86,18
26. Bangkalan 60,97 69,87 69,26 65,89
27. Sampang 34,75 40,78 40,76 47,06
28. Pamekasan 54,60 56,41 54,07 59,84
29. Sumenep 44,71 50,90 48,65 52,43
Kota
30. Kediri 71,60 97,40 84,11 86,82
31. Blitar 72,78 82,71 85,23 87,59
32. Malang 70,29 91,53 85,96 87,14
33. Probolinggo 68,02 76,43 77,23 80,25
34. Pasuruan 68,25 86,92 60,96 82,38
35. Mojokerto 72,31 84,85 90,65 88,89
36. Madiun 74,03 85,87 89,86 78,34
37. Surabaya 77,63 96,32 81,73 81,05
38. Batu 70,19 89,89 57,72 80,68
Jawa Timur 59,29 73,64 70,29 73,66
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
2.3.1.2. Kesehatan
Bidang kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang
perlu mendapatkan penanganan ddan menjadi urusan wajib bagi Pemerintah baik
pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sarana dan prasarana kesehatan
baik itu menyangkut prasarana kesehatan dan tenaga medis menjadi perhatian
yang harus disiapkan oleh pemerintah.
125
2.3.1.2.1. Rasio posyandu persatuan balita
Selama tahun 2010-2012, jumlah posyandu mengalami peningkatan antara
0,07 persen sampai dengan 0,65 persen. Rasio posyandu per satuan balita selama
3 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010, rasio posyandu terhadap
balita sebesar 15,6 dan mengalami penurunan menjadi 14,57 di tahun 2011. Pada
tahun 2012, rasio posyandu terhadap balita mengalami peningkatan 0,15 poin dari
tahun sebelumnya. Angka 14,72 menunjukkan setiap 1000 balita dilayani oleh
14,72 posyandu.
Tabel 2.82
Jumlah Posyandu dan Balita di Jawa Timur Tahun 2010-2012
Uraian 2010 2011 2012 2013
Jumlah
Posyandu 45.603 45.637 45.870
46,016
Jumlah Balita 2.923.910 3.132.404 3.116.861 3,072,582
Rasio Posyandu 15,60 14,57 14,72 14.90
Sumber: Dinas Kesehatan Prov Jatim dan BPS
2.3.1.2.2. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Persatuan Penduduk
Pelayanan kesehatan kepada masyarakat terkait erat dengan jumlah fasilitas
kesehatan. Selama 4 tahun terakhir, rasio puskesmas, poliklinik dan pustu
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009, rasio tersebut sebesar 0,108 dan pada
tahun 2011 mengalami peningkatan 0,002 poin. Sementara pada tahun 2012, rasio
tersebut mengalami penurunan sebesar 0,002 poin atau menjadi 0,108. Penurunan
ini didominasi akibat berkurangnya poliklinik di Kabupaten Jember, Jombang dan
Kota Malang. Angka 0,108 menunjukkan bahwa setiap 0,108 unit (puskesmas,
poliklinik dan pustu) melayani setiap 1.000 penduduk.
Tabel 2.83
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu di Jawa Timur Tahun 2009-2012
Uraian 2009 2010 2011 2012
Puskesmas, Poliklinik
dan Pustu 3.902 4.036 4.150 4.093
Jumlah Penduduk 36.015.370 37.476.757 37.687.622 38.052.950
Rasio 0.108 0,108 0,110 0,108
Sumber: Dinkes Kab/Kota dan BPS
126
2.3.1.2.3. Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk
Rumah sakit di Jawa Timur terbagi dalam 4 kategori pengelolaan yaitu
Rumah Sakit Pemerintah (Kabupaten/Kota/Provinsi), TNI/Polri, BUMN dan Swasta.
Jumlah rumah sakit pada tahun 2012 sebesar 346 rumah sakit atau bertambah
sebesar 17 rumah sakit dalam kurun waktu setahun. Peningkatan tersebut terjadi
pada rumah sakit pemerintah sebanyak 2 rumah sakit, 1 rumah sakit BUMN dan
swasta 14 rumah sakit. Peningkatan jumlah rumah sakit tersebut menggambarkan
adanya upaya pemenuhan fasilitas kesehatan sebagai bagian dari pemenuhan
pelayanan kesehatan masyarakat.
Tabel 2.84 Jumlah Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2012
Uraian 2011 2012
Rumah Sakit Pemerintah 64 66
Rumah Sakit TNI/Polri 28 28
Rumah Sakit BUMN 12 13
Rumah Sakit Swasta 226 240
Jumlah Rumah Sakit 330 347
Jumlah Penduduk 37.687.622 38.052.950
Rasio 0,0876 0,0912
Sumber: Dinas Kesehatan Prov Jatim dan BPS
Rasio rumah sakit terhadap penduduk pada tahun 2012 sebesar 0,0912 atau
mengalami peningkatan sebesar 0,0036 poin dari tahun sebelumnya. Angka rasio
tersebut menunjukkan setiap 10.000 penduduk akan dilayani 0,091 unit rumah
sakit.
2.3.1.2.4. Rasio Dokter Persatuan Penduduk
Dimensi kualitas pelayanan kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh
jumlah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang ada terdiri dari berbagai
spesialisasi diantaranya dokter.
Pada tahun 2012, jumlah dokter yang ada di Jawa Timur sebanyak 11.412
orang atau mengalami peningkatan 0,96 persen dari tahun sebelumnya.
Keterbandingan jumlah dokter terhadap jumlah penduduk atau rasio dokter
sebesar 0,2999 di tahun 2011 dan turun 0,0001 poin pada tahun 2012 atau
menjadi 0,2998. Angka 0,2999 menunjukkan setiap 0,2999 dokter akan melayani
seribu penduduk atau 2,9 dokter akan melayani sepuluh ribu penduduk.
127
Tabel 2.85 Jumlah dan Rasio Dokter di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011-2012
Uraian 2011 2012
Jumlah Dokter 11.303 11.412
Jumlah Penduduk 37.687.622 38.052.950
Rasio 0,2999 0,2998
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota dan BPS
2.3.1.2.5. Rasio Tenaga Medis Persatuan Penduduk
Tenaga kesehatan yang dicakup dalam hal ini adalah tenaga dokter dan
paramedis. Jumlah tenaga kesehatan di Jawa Timur pada tahun 2012 sebanyak
46.731 orang atau mengalami penurunan sebanyak 0,83 persen dibanding tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya penurunan tenaga paramedis yang ada di
rumah sakit swasta di Kabupaten Jember, Banyuwangi, Tuban dan Kota Surabaya.
Penurunan yang terjadi di Kota Surabaya mencapai 80,42 persen dari total
penurunan tenaga paramedis di rumah sakit swasta.
Sementara itu rasio tenaga medis sebesar 1,25 di tahun 2011 dan menjadi
1,23 pada tahun 2012. Angka ini menunjukkan pada tahun 2012 sebanyak 1,23
bidan akan melayani 1000 penduduk. Penurunan angka rasio ini diduga lebih
disebabkan adanya laporan registrasi yang tidak kontinyu dari rumah sakit swasta
ke pemerintah Kota Surabaya.
Tabel 2.86
Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2012
Uraian 2011 2012
Jumlah Tenaga Medis 47.120 46.731
Jumlah Penduduk 37.687.622 38.052.950
Rasio 1,25 1,23
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota dan BPS
2.3.1.2.6. Cakupan Pemenemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC
BTA
Jumlah penderita baru TBC di Jawa Timur tahun 2012 mencapai 20.327
kasus atau turun sebesar 0,61 persen dari tahun 2011. Dalam kurun waktu 5
tahun ini hanya pada tahun 2012 jumlah penderita TBC baru mengalami
penurunan dan pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan.
Peningkatan tertinggi untuk kasus ini terjadi di Tahun 2010, ada 11 kabupaten
yang peningkatan penderita TBC baru di atas 100 kasus yaitu Jember, Malang,
128
Pamekasan, Jombang, Bojonegoro, Mojokerto, Kediri, Pasuruan, Gresik, Malang
dan Sampang. Sementara di tahun 2012 penurunan yang terjadi di atas 100 kasus
adalah Sidoarjo, Lumajang, Jember, Tulungagung dan Pacitan.
Tabel 2.87
Jumlah Penderita TBC Baru Menurut Kriteria di Jawa Timur Tahun 2009-2013
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah penderita baru TBC BTA (+)
yang ditemukan dan diobati 18.119 19.599 21.475 20.157 23,703
2 Jumlah perkiraan penderita baru
TBC BTA (+) 17.433 19.130 20.452 20.327 41,001
3 Cakupan penemuan dan
penanganan penderita penyakit TBC
BTA
103,94 102,45 105,00 99,16 91.36
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota Se Jawa Timur
2.3.1.2.7. Cakupan Pemenemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD
Penderita DBD di Jawa Timur mencapai 6.141 kasus pada tahun 2012.
Kasus pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011, ada 3 kabupaten yang
memberikan konstribusi kenaikan kasus DBD selama tahun 2012 yaitu Kabupaten
Kediri, Bojonegoro dan Jember. Sementara itu cakupan dan penanganan penderita
DBD pada tahun 2012 mencapai 99,61 persen. Angka ini menunjukkan setiap 100
kasus DBD ada 99,61 jiwa yang mendapat penanganan. Angka cakupan di bawah
100 terjadi di semua Kabupaten/Kota se Jawa Timur kecuali Kabupaten
Tulungagung dan Situbondo yang angka capaiannya pada kisaran 94 dan 84.
Tabel 2.88
Jumlah dan Penanganan DBD di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah penderita DBD yang ditangani
sesuai SOP 15.730 20.502 4.495 6.117 14,682
2 Jumlah penderita DBD yang ditemukan 15.660 21.812 4.495 6.141 14,682
3 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD (%)
100,45 93,99 100,00 99,61 100,00
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota Se Jawa Timur
2.3.1.2.8. Cakupan Puskesmas
Jumlah puskesmas di Jawa Timur pada tahun 2012 sebanyak 960
puskesmas yang tersebar di 662 kecamatan. Angka cakupan puskesmas sebesar
145,02 persen atau setiap 100 kecamatan yang ada akan dilayani oleh 145
puskesmas. Angka cakupan ini meningkat 0,6 persen poin dibandingkan tahun
2011. Keberadaan puskesmas yang menjangkau semua kecamatan akan
129
mendekatkan pelayanan kesehatan masyarakatnya. Kondisi ini akan memberikan
dukungan terhadap pencapaian pelayanan kesehatan masyarakat yang
menjangkau semua pelosok di Jawa Timur.
Tabel 2.89
Jumlah dan Cakupan Puskesmas di Jawa Timur Tahun 2011-2013
Uraian 2011 2012 2013
Jumlah Puskesmas 956 960 960
Jumlah Kecamatan 662 662 662
Cakupan Puskesmas (%) 144,41 145,02 145
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota dan BPS Provinsi Jawa Timur
2.3.1.2.9. Cakupan Puskesmas Pembantu
Puskesmas pembantu (pustu) adalah unit pelayanan kesehatan sederhana
dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas
dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang
lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang
disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia.
Jumlah pustu yang ada di Jawa Timur sebanyak 2.279 unit di tahun
2011 dan menjadi 2.274 unit di tahun 2012. Keberadaan pustu ini belum
tersebar di semua desa yang ada di Jawa Timur. Hal ini dapat ditunjukkan
dari angka cakupan pembantu puskesmas yang mencapai 26,81 persen di
tahun 2011 dan pada tahun 2012 mencapai 26,74 persen. Pada tahun
2012 angka cakupan pustu rata-rata di semua Kabupaten/Kota di bawah
50 persen kecuali 8 kabupaten kota yaitu Jember dan semua kota kecuali
kota Surabaya dan Batu.
Tabel 2.90
Jumlah dan Cakupan Puskesmas Pembantu di Jawa Timur Tahun 2011-2013
Uraian 2011 2012 2013
Jumlah Puskesmas
Pembantu 2.279 2.274 2,274
Jumlah Desa 8.502 8.503 8,505
Cakupan Pustu (%) 26,81 26,74 26.74
Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota dan BPS
130
2.3.1.3. Pekerjaan Umum
2.3.1.3.1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
Arah pengembangan prasarana transportasi jalan di Jawa Timur adalah
untuk mewujudkan pembangunan ekonomi wilayah yang berdaya saing, melalui
peningkatan prasarana angkutan barang/massal yang terintegrasi untuk
mewujudkan perluasan pasar dan menciptakan kompetisi melalui keamanan,
kenyamanan dan kemudahan konektivitas menuju pusat-pusat aktivitas ekonomi
agar dapat saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
Proporsi panjang jalan dalam Kondisi Baik telah mempunyai andil besar
terhadap kemudahan mobilitas perdagangan barang, mobilitas penumpang,
mobilitas sosial, kemudahan akses terhadap sarana- transportasi lainnya seperti
Bandara, Pelabuhan dan Kereta Api maupun kemudahan akses terhadap sarana-
prasarana Pendidikan maupun Kesehatan yang pada ahkirnya akan meningkatkan
kualitas kesehatan dan pendidikan masyarakat.
Tabel 2.91
Panjang Jalan Menurut Status dan Kondisi Jalan di Jawa Timur Tahun 2009 – 2013 (km)
Panjang
(Km)
Kondisi
Baik
Panjang
(Km)
Kondisi
Baik
Panjang
(Km)
Kondisi
Baik
Panjang
(Km)
Kondisi
Baik
Panjang
(Km)
Kondisi
Baik
Kab/Kota 31,593.30 17,486.03 33,938.03 23,411.91 34,183.46 27,759.70 34,183.46 27,027.21 34,183.46 27,027.21
Provinsi 2.000.98 1.602.70 2.000.98 1.548.42 1.760.91 1.376.28 1.760.91 1.509.64 1,760.91 1,509.81
Nasional 2.027.01 1,831.12 2.027.01 1,843.77 2.027.01 1,857.98 2.027.01 1,857.98 1,934.23 1,841.63
Jumlah 31,593.30 19,317.15 33,938.03 25,255.68 34,183.46 29,617.68 34,183.46 28,885.19 37,878.60 30,378.65
2013Status
Jalan
2009 2010 2011 2012
Sumber : 1. Dinas PU Bina Marga Kab/Kota 2. Dinas PU Bina Marga Prov. Jatim
3. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V
Secara garis besar total panjang kondisi jalan dalam keadaan baik telah
menunjukkan kinerja yang membanggakan meskipun belum handal. Telah terjadi
peningkatan tajam pada total kondisi jalan dalam keadaan baik, dari 61,14% di
tahun 2009 menjadi 80,20% di tahun 2013. Pertumbuhan total panjang jalan
tertinggi terjadi di tahun 2010 sebesar 13,27% atau sepanjang 2.344,73 Km dari
kondisi semula pada tahun 2009.
Kebutuhan adanya pertambahan panjang jalan maupun pertambahan
Panjang Jalan dalam kondisi baik, sudah sangat mendesak untuk segera dilakukan,
baik itu pada jalan Nasional yaitu Jalan Tol/NonTol/Flyover, jalan Provinsi maupun
131
pada jalan Kabupaten/Kota. Kebutuhan tersebut merupakan konsekwensi dari
tingginya aktivitas perekonomian masyarakat yang tercermin pada tingginya
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur. Hal tersebut juga menggambarkan telah
terjadi peningkatan aktivitas perdagangan yang berpengaruh besar terhadap daya
beli masyarakat, sehingga berdampak pada meningkatnya pertumbuhan
permintaan kendaraan bermotor yang cukup tajam.
Terkait pengembangan wilayah Kota, dibutuhkan percepatan pembangunan
Flyover untuk mengatasi kemacetan lalu lintas serta mengurangi resiko terjadinya
kecelakaan pada perlintasan sebidang. Flyover tersebut adalah : Flyover Pasar
Kembang (Konstruksi), Flyover Wonokromo (DED), Flyover Jemursari (FS), Flyover
Kenjeran (DED), Flyover Margorejo (FS), Flyover Waru (DED), Flyover Demak
Kalibutuh (DED), Flyover Letjend. Suprapto (Studi JETRO), Flyover
Diponegoro/Darmoraya (Studi JETRO). Sementara kebutuhan Flyover yang sudah
sangat mendesak, menjadi perhatian masyarakat dan sudah dilakukan pengukuran
namun belum mendapat penanganan adalah : Flyover perempatan Raya Gedangan
Sidoarjo, Flyover Pasar Induk Agribisnis, Flyover Medaeng dan Flyover Kertosono.
Untuk percepatan Pengembangan wilayah SURAMADU dibutuhkan
peningkatkan harmonisasi antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan BPWS, terutama
untuk mendukung penanganan kawasan tertinggal di wilayah kepulauan serta
Kerjasama Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah.
Untuk mendukung percepatan pembangunan Jalan Tol dan Infrastruktur
lainnya yang memerlukan pembebasan tanah, Pemerintah Provinsi telah
membentuk Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Jalan Tol dan Jalan Arteri
Provinsi Jawa Timur melalui Keputusan Gubernur nomor 188/94/KPTS/013/2013.
Pembangunan Jalan Tol yang perlu didorong percepatan pembebasan lahannya
adalah Pembangunan Jalan Tol Solo – Ngawi (90,10 Km), Tol Ngawi – Kertosono
(87,02 Km), Tol Kertosono – Mojokerto (40,05 km), Tol Surabaya-Mojokerto 36,27
km, Jalan Tol Gempol – Pandaan (13,61 Km) dan Tol Pandaan – Malang yang
sudah habis masa berlaku SP2LP-nya.
Sementara, terkait penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang
Infrastruktur yang dilaksanakan melalui koordinasi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Kabupaten/Kota, sesuai Petunjuk Teknis Kementerian Pekerjaan
Umum, Pemerintah Provinsi juga telah membentuk Tim Koordinasi
Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur melalui Keputusan
Gubernur Jawa Timur, nomor 188/369/KPTS/013/2013.
132
Untuk mendukung program strategis nasional, yaitu pembangunan Jalan
Lintas Selatan (JLS) yang melintasi delapan Kabupaten sepanjang pantai Selatan,
telah dilaksanakan sharing pembiayaan antara APBN, APBD Provinsi dan delapan
APBD Kabupaten. Permasalahan yang hingga saat ini belum selesai belum selesai
adalah pembebasan lahan milik Perum Perhutani dan Masyarakat.
Ganti rugi penggunaan tanah milik Perhutani pada awalnya memang sangat
sulit dilakukan, namun dengan terbitnya surat dispensasi dari Kementerian
Kehutanan, peningkatan percepatan pembangunan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur
disejumlah Kabupaten dapat segera dilaksanakan. Percepatan pembebasan lahan
pembangunan JLS tersebut akan dapat lebih cepat tuntas jika diselesaikan langsung
ditingkat Kementerian Kehutanan melalui jalur GoG atau “government to
government”. Progres pembebasan lahan kompensasi saat ini untuk Kabupaten
Pacitan telah tuntas tahun 2013 yang diharapkan segera diikuti tuntasnya
pembangunan fisik jalan (APBN) yang akan tuntas tahun 2014, sedangkan
penggantian lahan kabupaten Trenggalek akan tuntas 2015. Upaya peningkatan
percepatan pembangunan JLS ini, selain tergantung pada percepatan penggantian
lahan milik Perhutani juga tergantung pada kepastian penetapan trase agar dapat
segera dilakukan pengukuran.
Tabel 2.92
Perkembangan Penggunan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan Jalan
Lintas Selatan (JLS)
No Kabupaten
Kawasan Hutan Lahan Kompensasi
Luas Persetujuan Prinsip (Ha)
Luas Hasil Pengukura
n (Ha)
Dispensasi (Ha) Berlaku S/D
Terletak Di Luas (Ha)
1 PACITAN 17,891 17,8906 17,6227
No. 17/Menhut-VII/2013, tgl. 30 Juni 2013
Ds. Jeruk, Kec. Bandar, Kab. Pacitan
17,891 (TUNTAS 2013)
2 TRENGGALEK 111,744 Belum
dilaksanakan pengukuran
-
Ds. Cangkring dan Walidono, Kec. Prajekan, Kab.
Bondowoso
75,887 (TUNTAS 2014)
3 TULUNGAGUN
G 116,8647 116,8647 -
Ds. Wonoboyo dan Leprak, Kec. Klabang,
Kab. Bondowoso 19,51
4 BLITAR 109,0015 109,0015
34,3720 SK. 24/Menhut-II/2011 berlaku s/d tgl. 15 Juni
2011
- -
5 MALANG 148,14 147,083
89,7951 S.638/Menhut-VII/2013 berlaku s/d tgl. 30 Mei
2015
Ds. Gentong, Kec. Tamankrocok, Kab.
Bondowoso 150,00
6 LUMAJANG 29,6124 29,6124
29,6124 S.522/Menhut-VII/2013 berlaku s/d tgl. 31 Mei
2013
- -
7 JEMBER 73,3392 73,3392
73,3392 S.521/Menhut-VII/2012 berlaku s/d tgl. 22 Juni
2013
- -
133
No Kabupaten
Kawasan Hutan Lahan Kompensasi
Luas Persetujuan Prinsip (Ha)
Luas Hasil Pengukura
n (Ha)
Dispensasi (Ha) Berlaku S/D
Terletak Di Luas (Ha)
8 BANYUWANGI 27,3984 27,3984
27,3984 S.519/Menhut-VII/2012 berlaku s/d tgl. 19 Ags
2013
Ds. Bangsring, Kec. Wongsorejo dan Ds.
Wonorejo, Kec. Wongsorejo, Kab.
Banyuwangi
27,29
(Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi, data diolah), Desember 2013
2.3.1.3.2. Rasio Kondisi Fisik Saluran Irigasi
Rasio kondisi fisik saluran irigasi adalah perbandingan panjang saluran
irigasi dalam kondisi baik terhadap panjang saluran irigasi keseluruhan. Panjang
saluran irigasi meliputi saluran primer, sekunder, dan pembuang. Rasio kondisi fisik
saluran irigasi ini memberikan gambaran ketersediaan saluran irigasi untuk
kebutuhan pertanian. Data ini diperoleh dari dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan
Umum yang menangani Pengairan di Kabupaten/ Kota se Jawa Timur dan dari
dinas Pekerjaan Umum pengairan Provinsi Jawa Timur.
Pada tahun 2012, panjang saluran irigasi primer sepanjang 283,38 km,
panjang saluran irigasi sekunder 1.329,02 km dan saluran pembuang 129,30 km,
sehingga total panjang saluran irigasi adalah 1.741,7 km. Besarnya rasio kondisi
fisik jaringan irigasi adalah 69,05 persen yang diperoleh dari perbandingan total
panjang saluran irigasi berkondisibaik dengan total panjang jaringan irigasi.
2.3.1.3.3. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
Tempat ibadah merupakan tempat untuk melakukan persembahyangan
/peribadatan menurut ajaran masing-masing agama. Ketersediaan tempat ibadah
merupakah salah satu dari pelayanan sarana dan prasarana umum yang
disediakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Tabel 2.93 Tempat Ibadah di Jawa Timur Tahun 2009-2013
Tempat Ibadah 2009 2010 2011 2012*) 2013**)
Jumlah Tempat Ibadah 194.860 199.708 202.644 203.538 204.432
Rasio per 1.000 penduduk 5,23 5,33 5,38 5,35 5,34
Sumber : Depag Kab/Kota Se Jawa Timur
Keterangan : *) Angka diperbaiki **) Angka sementara
Berdasarkan tabel 2.93 tempat beribadah umat beragama pada tahun 2012
sekitar 203.538 buah dan pada tahun 2013 meningkat menjadi sekitar 204.432
buah. Tempat ibadah tersebut meliputi masjid (19,29 persen), musholla (79,14
persen), gereja (1,30 persen), pura (0,18 persen), vihara (0,07 persen), dan
134
klenteng (0,02 persen). Selama periode tahun 2009-2013 rasio tempat ibadah
masih sekitar 5 tempat ibadah per seribu penduduk.
2.3.1.3.4. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi
Berdasarkan data Susenas 2012, rumah tangga di Jawa Timur yang
menggunakan fasilitas tempat buang air besar sendiri sebesar 64,31 persen,
mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Dengan demikian secara
keseluruhan persentase rumah tinggal yang bersanitasi (mempunyai fasilitas
tempat buang air besar sendiri, bersama, umum) ada peningkatan dibandingkan
tahun sebelumnya, dari 78,26 persen tahun 2011 menjadi 80,31 persen pada
tahun 2012. Peningkatan persentase rumah tangga yang bersanitasi tentunya akan
meningkatan pula tingkat kesehatan masyarakat. Namun demikian masih ada
beberapa daerah di Jatim terutama wilayah tapal kuda seperti Situbondo,
Bondowoso, Probolinggo yang merupakan daerah persentase penggunaan jamban
milik sendiri paling kecil dibandingkan daerah lainnya di Jatim.
Tabel 2.94
Persentase Rumah Tangga Berdasar Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Tahun 2012
Kabupaten/kota Sendiri Bersama Umum Tidak Ada
Jumlah Rumah tangga
Kabupaten
01. Pacitan 81,54 10,84 4,82 2,80 100,00 155.467
02. Ponorogo 75,45 15,99 0,75 7,82 100,00 248.862
03. Trenggalek 66,11 15,28 1,00 17,62 100,00 196.877
04. Tulungagung 70,77 21,37 1,28 6,57 100,00 280.893
05. Blitar 74,64 13,76 0,70 10,90 100,00 333.009
06. Kediri 68,50 17,28 1,32 12,90 100,00 422.824
07. Malang 78,66 10,47 1,36 9,51 100,00 677.344
08. Lumajang 68,08 8,66 0,72 22,54 100,00 288.775
09. Jember 46,73 7,50 0,83 44,94 100,00 678.637
10. Banyuwangi 61,00 9,01 1,30 28,69 100,00 483.361
11. Bondowoso 23,94 11,82 2,40 61,84 100,00 246.206
12. Situbondo 24,62 13,73 1,31 60,35 100,00 218.863
13. Probolinggo 28,41 20,63 1,56 49,41 100,00 317.391
14. Pasuruan 54,73 8,65 3,52 33,10 100,00 429.996
15. Sidoarjo 69,60 14,91 2,43 13,06 100,00 554.232
16. Mojokerto 70,47 9,30 0,52 19,70 100,00 282.335
17. Jombang 65,06 14,08 2,18 18,68 100,00 341.302
18. Nganjuk 68,43 19,54 1,44 10,59 100,00 297.079
19. Madiun 71,82 15,63 0,24 12,30 100,00 202.196
20. Magetan 76,98 10,78 1,11 11,13 100,00 177.586
21. Ngawi 74,04 13,45 0,79 11,72 100,00 259.849
22. Bojonegoro 60,13 11,48 0,42 27,97 100,00 343.740
135
Kabupaten/kota Sendiri Bersama Umum Tidak Ada
Jumlah Rumah tangga
23. Tuban 59,08 7,52 0,68 32,71 100,00 316.724
24. Lamongan 76,77 7,54 1,41 14,28 100,00 308.058
25. Gresik 86,52 9,23 1,10 3,15 100,00 316.820
26. Bangkalan 75,95 16,02 2,52 5,52 100,00 232.179
27. Sampang 48,77 21,44 0,37 29,42 100,00 228.093
28. Pamekasan 53,72 24,41 1,36 20,51 100,00 211.480
29. Sumenep 38,80 29,95 5,02 26,23 100,00 320.777
Kota
30. Kediri 80,33 14,90 3,14 1,63 100,00 73.600
31. Blitar 80,71 15,25 1,32 2,72 100,00 37.665
32. Malang 80,56 16,99 1,69 0,77 100,00 230.310
33. Probolinggo 67,55 18,15 4,71 9,58 100,00 52.793
34. Pasuruan 71,48 4,52 7,45 16,54 100,00 50.358
35. Mojokerto 81,21 12,74 3,99 2,06 100,00 33.586
36. Madiun 79,31 16,43 3,56 0,70 100,00 48.468
37. Surabaya 72,96 22,41 4,63 0,00 100,00 736.445
38. Batu 90,20 4,22 1,14 4,44 100,00 52.779
Jawa Timur 64,31 14,18 1,81 19,69 100,00 10.686.958
Sumber : BPS Jawa Timur
Tempat pembuangan akhir tinja masyarakat di Jawa Timur tahun 2012
dapat dilihat pada Tabel 2.95 Dari tabel tersebut terlihat bahwa tempat
pembuangan akhir tinja sebagian besar masyarakat adalah di tangki/SPAL yang
mencapai 60,91 persen, yang tingkat kesehatan sanitasinya lebih baik daripada
tempat akhir pembuangan tinja lainnya. Semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya membangun rumah sehat dan kondisi lingkungan
perumahan yang sehat ini tercermin dari semakin meningkatnya pengadaan
fasilitas buang air besar meskipun masih ada sebagian masyarakat yang
menggunakan lahan pekarangan atau lahan kosong lainnya sebagai tempat
pembuangan akhir kotoran manusia.
Disisi lain menurut kabupaten/kota di Jawa Timur dari rumah tangga yang
menggunakan jamban, tempat pembuangan akhir tinjanya belum semua
menggunakan tangki septik. Bahkan dibeberapa kabupaten seperti Pacitan dan
Tabel 2.95
Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Akhir Pembuangan Tinja, Tahun 2010–2012
Tempat Akhir Pembuangan Tinja
2010 2011 2012
Tangki/SPAL 56,87 57,73 60,91
Kolam/sawah/ sungai/danau/laut
20,53 20,18 18,55
Lubang tanah 19,03 18,70 17,36 Pantai/tanah lapang
/kebun/Lainnya 3,57 3,39 3,18
Sumber : BPS Jawa Timur
136
wilayah Madura masih banyak yang pembuangan akhir tinjanya di lubang tanah.
Sementara di Kabupaten Situbondo, Bondowoso dan Probolinggo lebih banyak
yang menggunakan kolam/sawah dan sungai.
Tabel 2.96
Persentase Rumah tangga berdasar Tempat Pembuangan Akhir Tinja
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2012
Kabupaten/kota Tangki Septik
Kolam/Sawah/Sungai
Lubang Tanah
Lainnya Jumlah Ruta
Kabupaten
01. Pacitan 40,42 1,19 57,28 1,11 155.467
02. Ponorogo 68,71 8,49 22,68 0,12 248.862
03. Trenggalek 50,73 16,92 31,59 0,76 196.877
04. Tulungagung 71,03 8,87 19,45 0,65 280.893
05. Blitar 54,99 12,46 32,08 0,47 333.009
06. Kediri 64,24 16,04 19,48 0,24 422.824
07. Malang 61,20 11,67 26,8 0,34 677.344
08. Lumajang 43,68 22,60 32,42 1,30 288.775
09. Jember 45,04 45,57 8,10 1,30 678.637
10. Banyuwangi 58,98 32,93 7,88 0,21 483.361
11. Bondowoso 26,71 61,15 10,57 1,57 246.206
12. Situbondo 32,12 49,50 6,62 11,76 218.863
13. Probolinggo 26,69 50,34 21,54 1,43 317.391
14. Pasuruan 48,65 26,21 18,19 6,94 429.996
15. Sidoarjo 85,95 13,88 0,17 0.00 554.232
16. Mojokerto 72,55 18,69 8,37 0,39 282.335
17. Jombang 75,49 18,62 4,85 1,03 341.302
18. Nganjuk 66,53 11,34 21,98 0,14 297.079
19. Madiun 64,49 16,02 19,34 0,15 202.196
20. Magetan 76,82 10,09 12,31 0,79 177.586
21. Ngawi 48,09 13,3 37,15 1,46 259.849
22. Bojonegoro 50,91 21,88 21,03 6,18 343.740
23. Tuban 53,03 19,97 14,6 12,4 316.724
24. Lamongan 74,73 7,70 10,13 7,44 308.058
25. Gresik 88,75 4,20 5,64 1,41 316.820
26. Bangkalan 35,18 2,06 57,27 5,49 232.179
27. Sampang 40,86 10,5 30,28 18,36 228.093
28. Pamekasan 45,52 8,45 34,61 11,41 211.480
29. Sumenep 25,35 13,9 41,27 19,48 320.777
Kota
30. Kediri 90,70 2,83 6,46 0.00 73.600
31. Blitar 94,90 4,48 0,61 0.00 37.665
32. Malang 85,94 11,96 0,88 1,21 230.310
33. Probolinggo 83,19 13,6 3,02 0,20 52.793
34. Pasuruan 75,33 24,19 0,28 0,19 50.358
35. Mojokerto 94,46 5,44 0.00 0,10 33.586
36. Madiun 98,12 0,70 0,82 0,36 48.468
37. Surabaya 97,12 1,64 0.00 1,24 736.445
38. Batu 91,17 8,54 0,29 0.00 52.779
Jawa Timur 60,91 18,55 17,36 3,18 10.686.958
Sumber : BPS Jawa Timur
137
Pembangunan infrastruktur air limbah di Jawa Timur, sampai dengan akhir
tahun 2012 menunjukkan cakupan layanan air limbah perkotaan mencapai
77,19% dan di perdesaan mencapai 46,49%.
Tabel 2.97
Persentase Capaian Pelayanan Air Limbah di Perkotaan dan Perdesaaan Jawa
Timur tahun 2009-2013
No Tahun Perkotaan Perdesaan 1 2009 72,50 42,30
2 2010 73,88 43,90
3 2011 76,54 46,38
4 2012 77,19 46,49
5 2013*) 31,21 21,96
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim Keterangan*) : Angka Sementara s/d Semester I Tahun 2013.
2.3.1.3.5. Panjang jalan dilalui Roda 4
Tabel 2.98
Panjang Jalan Dilalui Roda 4 di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012 (km)
No. Status Jalan 2009 2010 2011 2012
1. Jalan Kabupaten/Kota 31.593,30 33.938,03 34.183,46 34.183,46
2. Jalan Provinsi 2.000,98 2.000,98 1.760,91 1.760,91
3. Jalan Nasional 2.027,01 2.027,01 2.027,01 2.027,01
Jumlah 35.621,29 37.966,02 37.971,38 37.971,38
Sumber : 1. Dinas PU Bina Marga Kab/Kota
2. Dinas PU Bina Marga Prov. Jatim
3. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V
Sampai tahun 2010 terjadi penambahan total panjang jalan yang cukup
signifikan, yaitu 2.344,73 Km namun mengalami penurunan pertumbuhan ditahun-
tahun berikutnya, sementara angka pertumbuhan kendaraan bermotor meningkat
tajam.
2.3.1.3.6. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam )
Tabel 2.99
Panjang dan Status Jalan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2009 – 2012 (km)
No. Status Jalan
2009 2010 2011 2012
Panjang Kondisi
Baik Panjang
Kondisi Baik
Panjang Kondisi
Baik Panjang
Kondisi Baik
1. Kab/Kota 31.593,30 17.486,03 33.938,03 23.411,91 34.183,46 27.759,7
0 34.183,4
6 27.027,2
1
Sumber : 1. Dinas PU Bina Marga Kab/Kota
2. Dinas PU Bina Marga Prov. Jatim
3. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V
138
Selama 4 (empat) tahun terakhir, perkembangan panjang jalan
kabupaten/kota dalam kondisi baik (> 40 km/jam) menujukkan peningkatan.
Panjang kondisi jalan dalam keadaan baikpun meningkat tajam dari 55,35%
ditahun 2009 menjadi 79,07%, namun sedikit menurun sebesar 2,14 persen dari
tahun sebelumnya.
2.3.1.4. Perumahan
2.3.1.4.1 Rumah Tangga Pengguna Air Bersih
Penduduk yang memiliki akses air bersih di Jawa Timur pada tahun 2009-
2012, mengalami peningkatan walaupun kecil. Pada tahun 2009 sekitar 93,15
persen dan meningkat menjadi sekitar 93,54 persen di tahun 2012. Jadi dalam hal
ini pada tahun 2012 masih ada sekitar 6,46 persen rumah tangga yang masih
memerlukan perhatian dalam pemenuhan akses air bersih. Berdasar data Susenas
2012, di Jawa Timur terdapat 9 kabupaten/kota yang seluruh penduduknya sudah
mengkonsumsi air bersih yaitu Kota Mojokerto, Kota Kediri, Kota Batu, Kota
Surabaya, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Malang, Kota Madiun dan
Kabupaten Madiun.
Tabel 2.100
Persentase Rumah Tangga Menggunakan Air Bersih di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012*
No Tahun Persentase Rumah
Tangga Menggunakan
Air Bersih
Jumlah
Rumah Tangga
1 2009 93,15 11.187.245
2 2010 93,73 10.483.105
3 2011 93,42 10.555.938
4 2012 93,54 10.574.332
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Susenas. Keterangan *) : Angka Sementara
Sedangkan kabupaten yang penduduknya masih mengkonsumsi air
tidak bersih lebih dari 10 persen sebanyak 8 kabupaten, yaitu Kabupaten
Pamekasan, Ponorogo, Sampang, Situbondo, Sumenep, Pacitan,
Probolinggo dan Trenggalek. Kabupaten yang persentase penduduknya
paling rendah dalam mengkonsumsi air bersih adalah Trenggalek,
Probolinggo dan Pacitan (tiga terendah).
139
63.98
71.50
75.29
87.50
88.00
88.65
88.83
90.00
90.82
91.12
91.32
91.35
91.44
93.54
93.91
94.47
94.83
94.92
95.17
95.34
96.20
97.14
97.71
97.88
98.13
98.48
98.98
99.04
99.19
99.48
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
03. Trenggalek
13. Probolinggo
01. Pacitan
29. Sumenep
12. Situbondo
27. Sampang
02. Ponorogo
28. Pamekasan
05. Blitar
09. Jember
10. Banyuwangi
26. Bangkalan
11. Bondowoso
Jawa Timur
21. Ngawi
22. Bojonegoro
72. Kota Blitar
08. Lumajang
23. Tuban
18. Nganjuk
06. Kediri
24. Lamongan
20. Magetan
14. Pasuruan
07. Malang
25. Gresik
04. Tulungagung
17. Jombang
15. Sidoarjo
16. Mojokerto
77. Kota Madiun
19. Madiun
73.Kota Malang
74. Kota …
75. Kota Pasuruan
78. Kota Surabaya
79. Kota Batu
71. Kota Kediri
76. Kota Mojokerto
Gambar 2.42Gambar Persentase Rumah tangga
Yang Menggunakan Air Bersih di Jawa Timur Tahun 2012.
Secara umum rasio pelayanan infrastruktur air minum sampai dengan tahun
2012 untuk perkotaan mencapai 62,51 % dan perdesaan mencapai 56,88%.
Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan untuk meningkatkan pemenuhan
kebutuhan masyarakat akan air minum antara lain dengan pengembangan
pengelolaan air minum di masing-masing Kab/Kota (lokal) maupun lintas wilayah
(regional).
140
Tabel 2.101
Persentase Capaian Pelayanan Air Bersih di Perkotaan dan Perdesaaan Di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2013*)
No Tahun Perkotaan Perdesaan
1 2009 53,80 46,80
2 2010 56,79 49,89
3 2011 61,81 55,43
4 2012 62,51 56,88
5 2013*) 27,36 24,98
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim Keterangan*) : Angka Sementara s/d Semester I Tahun 2013
Potensi Pengembangan SPAM Regional di Jawa Timur antara lain : (1)
SPAM Regional Pantura memanfaatkan Sungai Bengawan Solo (Kab. Bojonegoro,
Tuban, Lamongan, Gresik dan Bangkalan), (2) SPAM Regional Lintas Tengah
memanfaatkan Sungai Brantas (Kab./Kota Kediri, Kab. Nganjuk, dan Jombang),
(3) SPAM Regional Malang Raya memanfaatkan mata air Ngepoh, Wendit, Waduk
Karangkates (Kab./Kota Malang dan Kota Batu), (4) SPAM Regional Umbulan
memanfaatkan mata air Umbulan (Kab./Kota Pasuruan, Kab. Sidoarjo, Kota
Surabaya, dan Kab. Gresik), (5) SPAM Regional Lintas Madura memanfaatkan
waduk dan sungai (Kab.Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep), (6)
SPAM Regional Timur (Kab. Situbondo, Bondowoso, Jember dan Banyuwangi),
dan (7) SPAM Regional Selatan (Kab. Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung) .
Gambar 2.43
Peta Potensi Pengembangan SPAM Regional Jawa Timur
141
Pemanfaatan dan pengelolaan mata air Umbulan (SPAM Regional Umbulan)
akan dilaksanakan melalui mekanisme Kerjasama Pemerintah dan Swasta.
Pemerintah Provinsi telah melakukan beberapa fasilitasi dalam rangka
implementasi pemanfaatan dan pengelolaan Umbulan yang nantinya akan
didistribusikan antara lain untuk pemenuhan kebutuan air minum domestik
maupun industri yang terdapat di Kab./Kota Pasuruan, Kab. Sidoarjo, Kota
Surabaya dan Kab. Gresik.
2.3.1.4.2 Rumah Layak Huni
Rumah merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia, namun
pada kenyataannya di Jawa Timur masih banyak masyarakat yang belum mampu
menikmati kehidupannya dalam rumah yang layak, sehat, aman dan berada pada
lingkungan yang sehat dan layak huni. Sampai dengan tahun 2010 kondisi
kebutuhan rumah (back log) di Jawa Timur masih mencapai 530.000 unit, yang
terdiri 218.000 unit di perdesaan dan 212.000 unit di perkotaan sedangkan rasio
capaian rumah dibanding KK pada tahun 2012 sebesar 83,37 % di perkotaan dan
84,45 % di perdesaan.
Tabel 2.102
Persentase Capaian Rasio Rumah dibanding KK di Jawa Timur tahun 2009-2013*)
No Tahun Perkotaan Perdesaan
1 2009 91,17 84,57
2 2010 86,93 86,93
3 2011 84,12 88,48
4 2012 83,37 84,45
5 2013*) 30,83 37,10
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim Keterangan*) : Angka Sementara s/d Semester I Tahun 2013
2.3.1.4.2.1. Rumah Sederhana Sehat ( RSH )
Pembanguan Rumah Sederhana Sehat (RSH) di Jawa Timur sampai dengan
tahun 2013 telah mencapai 169.176 unit mengalami peningkatan dari tahun 2012
sebesar 148.015, sedangkan pada tahun 2014 ditargetkan penambahan RSH
sebanyak 25.000 unit.
142
Tabel 2.103
Target dan Capaian Pelaksanaan Pembangunan RSH Tahun 2009-2013
Tahun Target (unit) Realisasi
(Unit) Realisasi s/d Tahun (Unit)
2009 15.000 12.835 94.583
2010 15.000 14.000 108.583
2011 15.000 19.250 127.833
2012 25.000 20.182 148.015
2013 25.000 21.161 169.176
Sumber : Dinas PU CK & TR Prov. Jatim
2.3.1.4.2.2. Rumah Susun Sewa
Untuk menyediakan hunian yang sehat bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah yang berada di Kawasan Perkotaan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah
membangun Rumah Susun Sewa sebanyak 9 (sembilan) Blok dengan kapasitas
daya tampung sebanyak 485 unit hunian.
Tabel 2.104
Realisasi Pelaksanaan Pembangunan Rusun Sewa
Tahun 2010 – 2012
No Tahun Rusun Sewa Jumlah
Blok Jumlah Hunian
1. 2010 Gunungsari Surabaya
3 Blok 268 hunian
2. 2011-2012 Jemundo Sidoarjo 4 Blok 152 hunian
SIER Surabaya 2 Blok 65 hunian
TOTAL 9 Blok 485 hunian
Sumber : Dinas PU CK Prov Jatim
Pada tahun 2010 telah terbangun 3 (tiga) Blok rusun sewa Gunung Sari
dengan jumlah hunian 268 Unit, dan pada tahun 2011/2012 telah dibangun 6
(enam) Blok terdiri dari Rusun Jemundo dengan 4 (empat) Blok dengan jumlah
hunian 152 unit, serta Rusun SIER 2 (dua) Blok dengan jumlah hunian 65 unit,
beserta sarana dan prasarana lingkungannya.
2.3.1.4.2.3. Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
Disamping itu dalam rangka mengupayakan rumah yang sehat dan layak huni
bagi masyarakat perdesaan telah dilakukan pendataan awal rumah tidak layak huni
sebanyak 324.000 unit di 29 Kabupaten se Jawa Timur. Pemerintah Provinsi Jawa
Timur telah melakukan kegiatan Renovasi RTLH bekerja sama dengan KODAM V
143
Brawijaya yang dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2009. Sampai dengan
tahun 2013 telah dilaksanakan renovasi sebanyak 71.049 unit dan diperkirakan
masih terdapat sekitar 252.951 unit RTLH yang tersebar di 29 Kabupaten.
Tabel 2.105 Pelaksanaan Program Renovasi RTLH di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009-2013
No Kegiatan Jumlah
Kab/Kota
Target Renovasi
Rtlh (Unit)
Realisasi Renovasi Rtlh
(Unit)
1. Tahun 2009 (Tahap I & II) 20 20.000 20.000
2. Tahun 2010 (Tahap III & IV)
20 15.000 15.045
3. Tahun 2011 (Tahap V & VI) 20 15.000 15.106
4. Tahun 2012 (Tahap VII &
VIII) 14 11.400 11.498
5. Tahun 2013 (Tahap IX) 12 9.400 9.400
TOTAL 70.800 71.049
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim
2.3.1.5. Penataan Ruang
2.3.1.5.1. Rasio Ruang Terbuka Luas Hijau Per Satuan Wilayah Ber HPL/HGB
Di tengah berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota-kota besar di
Indonesia termasuk Jawa Timur yang diakibatkan oleh perubahan yang terjadi
pada infrastruktur perkotaan lainnya, seperti pusat perbelanjaan, sarana komersial,
kawasan pemukiman termasuk apartemen, maupun infrastruktur jalan.
Ruang terbuka hijau (RTH) yang ada di Jawa Timur meliputi RTH Taman
dan Hutan Kota, RTH Jalur Hijau jalan, dan RTH Fungsi Tertentu (Sempadan). Dari
Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari Kabupaten/Kota diperoleh rasio Ruang
Terbuka Hijau (RTH) sebesar 10,28 persen dari luas kawasan perkotaan di Jawa
Timur atau 68.579 Ha, yaitu perbandingan luas lahan hijauan dibandingkan
dengan total luas wilayah perkotaan (Sumber Rekapitulasi luasan RTH
Kabupaten/Kota, 2013)
2.3.1.6. Perencanaan Pembangunan
Provinsi Jawa Timur secara nasional tercatat sebagai provinsi dengan
kualitas perencanaan terbaik, hal ini perlu dikembangkan hingga tingkat
kabupaten/kota, sehingga kualitas perencanaan pembangunan di Jawa Timur
merata ke seluruh penjuru provinsi.
Dari data yang telah dihimpun sampai dengan tahun 2013
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang sudah menetapkan dengan
144
Peraturan Daerah sebanyak 34 atau 89.49 persen dan yang belum
sebanyak 4 atau 10.51 persen. Sedangkan Kabupaten/Kota yang sudah
menetapkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) dengan Peraturan Daerah sebanyak 36 atau 94.73
persen dan dengan Peraturan Kepala Daerah sebanyak 2 atau 5.27
persen.
2.3.1.7. Perhubungan
Dalam penyelenggaraan transportasi perhubungan, keselamatan,
kenyamanan dan keamanan dari berbagai moda transportasi menjadi hal utama
yang sangat dibutuhkan oleh penumpang maupun para pelaku transportasi, baik
pada transportasi Jalan, Kereta Api, Angkutan Penyeberangan, transportasi Laut
maupun transportasi Udara, meskipun dalam tingkatan yang berbeda. Timbulnya
permasalahan pada sarana transportasi baik Kereta Api, Bandara maupun
Pelabuhan yang saat ini sudah kompleks dan sistematik, adalah sebagai
konsekwensi dari bertambah cepatnya pertumbuhan populasi penduduk,
perpindahan serta pergerakan barang dan jasa. Sesuai arahan kebijakan
transportasi nasional, Pemerintah Provinsi harus mempunyai Rencana Induk
Provinsi (RIP) terkait pengembangan Pelabuhan, Kereta Api dan Bandara serta
sistem jaringan jalan dalam konteks integrasi pelayanan antar moda. Selain itu
dibutuhkan juga percepatan Sertifikasi Barang Milik Daerah (Provinsi) guna
Peningkatan Kerjasama Pemanfaatan Barang Milik Daerah (Provinsi) baik di
Bandara maupun di Pelabuhan.
2.3.1.7.1. Jumlah Armada Angkutan Umum
Pengelolaan Armada Angkutan umum merupakan alternatif pembenahan
transportasi yang jika dikelola dengan baik akan meningkatkan effisiensi dan
effektivitas transportasi perkotaan.
Tabel 2.106
Perkembangan Armada Angkutan Umum Di Jawa Timur
No Jenis Pelayanan Satuan Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1
Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP)
Perusahaan Perusahaan 63 64 64 68 69
Kendaraan / Armada Unit 1.632 1.860 1.149 1.673 1.713
2
Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP)
Perusahaan Perusahaan 149 151 143 144 136
Kendaraan / Armada Unit 4.021 4.032 3.732 3.700 3.826
145
3
Angkutan Pariwisata
Perusahaan Perusahaan 146 167 187 200 240
Kendaraan / Armada Unit 962 1.035 1.874 1.396 1.663
4
Angkutan Antar Jemput
Perusahaan Perusahaan 32 35 36 37 41
Kendaraan / Armada Unit 122 149 166 174 199
5
Angkutan Sewa
Perusahaan Perusahaan 12 13 14 16 17
Kendaraan / Armada Unit 36 48 50 114 182
6
Taxi
Perusahaan Perusahaan 8 8 8 8 11
Kendaraan / Armada Unit 1.010 1.013 1.013 973 977
7 Mobil Penumpang Umum (Mpu) / Mikrolet / Mikrobus
Kendaraan / Armada Unit 10.359 10.351 10.354 6.471 6.471
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
Selama periode 2009-2013, terjadi peningkatan Perusahaan pariwisata yang
cukup tinggi yang diikuti dengan pertambahan armada pariwisata yang tinggi pula.
2.3.1.7.2. Load Factor Angkutan Umum AKDP
Indikator Load Faktor / Tingkat Keterisian Penumpang AKDP, dihitung pada
saat jam sibuk dan jam tidak sibuk, sedangkan tarif angkutan Bus sudah berada di
koridor tarif batas bawah dan atas yang ditetapkan pemerintah. Sebagai langkah
pembinaan, telah diberlakukan sanksi bertingkat, mulai dari memberikan
peringatan pertama, peringatan kedua, peringatan ketiga sampai pembekuan dan
pencabutan ijin trayek bus yang bermasalah, agar para pengusaha atau pemilik PO
menjadi jera dan segera mematuhi aturan perundang-undangan yang berlaku.
Tabel 2.107
Data Load Faktor Angkutan Umum AKDP Di Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 LOAD FACTOR RATA-RATA % 38 38 49,9 54 57
2 LOAD FACTOR TERTINGGI % 97 97 90 94 98
3 LOAD FACTOR TERENDAH % 11 11 10 25 28
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
2.3.1.7.3. Prasarana Pengawasan Pengendalian Angkutan Barang dan
Penumpang
Keberadaan Jembatan Timbang sangat dibutuhkan untuk pengawasan jalan
ataupun untuk mengukur besarnya muatan dengan cara menimbang kendaraan
barang/truk untuk diketahui berat kendaraan beserta muatannya, sehingga
146
Pemerintah dapat mengawasi perkembangan permintaandan penawaran jenis
barang / komodity yang diangkut.
Tabel 2.108
Jumlah Prasarana Pengawasan Pengendalian Angkutan Barang Dan Penumpang LLAJ Di Jawa Timur
No Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
1. Jumlah Jembatan Timbang Unit 20 20 20 20 20
2. Jumlah UPT LLAJ Unit 11 11 11 11 11
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
Selama 5 tahun tidak ada pertambahan jumlah jembatan timbang
maupun UPT-nya. Mengingat tingginya jumlah armada angkutan besar,
sudah saatnya UPT Jembatan Timbang di Jawa Timur dilengkapi dengan
fasilitas jembatan timbang modern dan terkoneksi langsung dengan Dinas
Perhubungan Jawa Timur, Dispenda Jawa Timur maupun Jawa Tengah dan
Bali serta Kementerian Perhubungan, agar secara otomatis menimbang
kendaraan yang lewat untuk informasi dan perencanaan kebijakan kedepan
yang lebih baik.
2.3.1.7.4. Perkembangan Jumlah Bengkel Karoseri di Jatim
Jumlah industri karoseri berkurang drastis saat krisis ekonomi, keuangan,
dan politik pada tahun 1996-1999. Keberadaan industri pembuatan karoseri sangat
berkompeten, karena dengan melalui standarisasi yang sudah dimiliki masing-
masing perusahaan karoseri yang sudah mempunyai Serifikat Regristasi Uji Tipe,
mampu menigkatkan jaminan keselamatan secara teknis terhadap pengguna
kendaraan bermotor dijalan dengan aktivitas pemeriksaan dan penelitian
kesesuaian fisik kendaraan sesuai dengan SK rancang bangun yang dilakukan
terhadap setiap unit kendaraan.
Tabel 2.109
Data Perkembangan Jumlah Bengkel Karoseri di Jawa Timur
No Uraian Satuan Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1 Bengkel Karoseri Bengkel 69 83 90 98 111
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
147
2.3.1.7.5. Penerbitan Sertifikat Registrasi Uji Tipe di Jawa Timur
Pelaksanaan penerbitan Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) adalah
merupakan kewenangan Pemerintah Pusat yang didekonsentrasikan ke Pemerintah
Provinsi. Kendala pelaksanaannya adalah belum adanya SPM / keseragaman
secara nasional serta peralatan uji yang kurang memadai.
Tabel 2.110
Data Penerbitan Sertifikat Registrasi Uji Tipe di Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 JBB < 3.500 Kg Surat 4.539 4.601 5.054 5.852 5.268
2 JBB > 3.500 Kg Surat 16.839 20.902 23.881 30.371 34.783
3 Kereta Gandeng
/ Tempel
Surat 887 1.173 1.175 1.958 1.213
JUMLAH
SERTIFIKAT
Surat 22.265 26.676 30.110 38.181 41.264
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
2.3.1.7.6. Perkembangan Angkutan Penyeberangan Jawa Timur
Prasarana penyeberangan mempunyai peran yang sangat penting dalam
mendukung berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat, baik internal propinsi
maupun antar propinsi. Pada pelabuhan penyeberangan digunakan angkutan
penyeberangan khusus dengan menggunakan Kapal Ro-Ro.
Tabel 2.111
Data Perkembangan Angkutan Penyeberangan Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1
LINTAS UJUNG - KAMAL
RIT Rit 89.055 37.005 34.009 29.645 31.603
PENUMPANG orang 7.874.859 3.938.535 3.592.036 2.952.751 2.312.405
RODA 4 Kendaraan 796.966 140.894 212.320 177.725 185.253
RODA 2 Kendaraan 2.724.004 1.630.743 1.578.338 1.458.721 1.439.331
2
LINTAS GILIMANUK – KETAPANG
RIT Rit 117.806 125.964 118.175 154.156 167.552
PENUMPANG orang 7.347.201 9.585.682 1.669.225 1.005.321 11.982.106
RODA 4 Kendaraan 1.676.368 1.699.225 1.549.082 2.086.590 2.214.453
RODA 2 Kendaraan 854.114 1.005.321 932.497 1.271.385 1.435.509
3
LINTAS JANGKAR – KALIANGET
RIT Rit 600 610 642 676 689
PENUMPANG orang 46.267 45.401 55.128 66.534 79.840
RODA 4 Kendaraan 742 722 754 829 870
RODA 2 Kendaraan 12.631 13.037 14.897 18.404 22.084
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
148
2.3.1.7.7. Perkembangan Jumlah Penumpang Kereta Api
Minat masyarakat terhadap penggunaan angkutan massal Kereta Api sangat
besar, terutama nampak menjelang mudik dan arus balik pasca hari raya.
Terselesaikannya jalur rel Double Track di Pantura Jawa, juga patut dilihat sebagai
peluang terjadinya perpindahan angkutan barang dari angkutan jalan menjadi
angkutan Kereta Api yang lebih effisien. Hal tersebut juga menjadi potensi bisnis
dibidang perkeretaapian untuk tumbuh besar. Saat ini sudah dimungkinkan
investor dapat membangun perusahaan kereta tersendiri, baik kereta penumpang
maupun kereta barang. Sudah saatnya Jawa Timur menentukan jenis prasarana
angkutan trasportasi massal apa yang akan digunakan, berbasis Tol atau berbasis
Kereta Api.
Tabel 2.112
Data Perkembangan Jumlah Penumpang Kereta Api
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1
DAOP 7 MADIUN
KA Eksekutif orang 169.035 204,458 202.338 195.308 218.421
KA Bisnis orang 227.587 223.406 213.974 151.397 86.364
KA Ekonomi / Lokal orang 2.938.567 3.077.492 3.030.733 2.667.016 2.490.631
JUMLAH orang 3.335.189 3.505.356 3.447.045 3.013.721 2.795.416
2
DAOP 8 SURABAYA
KA Eksekutif orang 306.758 807.673 687.523 769.103 852.508
KA Bisnis orang 245.104 594.118 470.994 482.463 452.149
KA Ekonomi orang 827.380 2.058.422 1.654.491 1.324.517 1.399.262
KA Lokal orang 2.462.215 9.257.265 8.194.395 6.606.633 4.691.904
JUMLAH orang 3.841.457 12.717.478 11.007.403 9.182.716 7.395.824
3
DAOP 9 JEMBER
KA Eksekutif orang 116.573 108.429 118.334 149.957 121.897
KA Bisnis orang 209.587 165.736 161.117 135.042 127.283
KA Ekonomi orang 732.835 792.614 776.320 790.778 602.903
KA Lokal orang 778.029 705.719 689.080 699.786 601.058
JUMLAH orang 1.837.024 1.772.498 1.744.851 1.775.563 1.453.141
TOTAL JAWA TIMUR orang 9.013.670 17.995.332 16.199.299 13.972.000 11.644.381
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
Untuk mendukung kebijakan Pemerintah Pusat, yaitu konektivitas untuk
memperlancar distribusi logistik nasional melalui wilayah Utara pulau Jawa,
diperlukan adanya perpanjangan jalur Kereta Api Double Track yang semula
Jakarta - Surabaya (Ps. Turi) menjadi Jakarta - Surabaya (Ps. Turi - Dermaga
Pelabuhan Tj. Perak) – Probolinggo (Pelabuhan Tj. Tembaga) – Banyuwangi
(Pelabuhan Tj. Wangi). Jalur Kereta Api Double Track ini merupakan cikal-bakal
terjadinya transportasi multimoda di Jawa Timur - Nasional. Namun rencana ini
149
harus segera tertuang dalam Rencana Induk Perkeretaapian Propinsi untuk
disampaikan kepada Kementerian Perhubungan agar masuk dalam Rencana Induk
Perkeretaapian Nasional. Begitu juga dengan Rencana Induk Provinsi terkait
Pengembangan Pelabuhan, Bandara dan sistem jaringan jalan.
Saat ini telah terjadi trend pertumbuhan yang signifikan baik pada
pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo, Pelabuhan Tanjung Wangi Banyuwangi
maupun Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, sehingga perpanjangan jalur Kereta
Api Double Track yang mempunyai effisiensi angkut yang tinggi dapat saling
terintegrasi dan menjadi daya saing Jawa Timur - Nasional menyambut Persaingan
Global.
2.3.1.7.8. Perkembangan Jumlah Perlintasan Sebidang
Pintu perlintasan KA penting dijaga untuk menjaga keselamatan pengguna
jalan. Semakin sedikit perlintasan sebidang berarti semakin aman bagi penduduk
disekitar jaringan rel. Setiap perlintasan sebidang membutuhkan persinyalan,
instalasi listrik, pusat kontrol, hingga perangkat satelit terbaru, serta dibutuhkan
pula, investasi pendidikan masinis dan kru, serta sosialisasi bagi pengguna.
Tabel 2.113
Data Perkembangan Jumlah Perlintasan Sebidang
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1
DAOP 7 MADIUN
Dijaga Titik 63 63 63 63 63
Tidak dijaga Titik 172 172 172 172 172
Liar Titik - - - - -
JUMLAH Titik 235 235 235 235 235
2
DAOP 8 Surabaya
Dijaga Titik 179 179 179 179 179
Tidak dijaga Titik 477 477 477 477 477
Liar Titik 26 26 26 26 26
JUMLAH Titik 682 682 682 682 682
3
DAOP 9 Jember
Dijaga Titik 108 108 108 108 108
Tidak dijaga Titik 399 399 399 399 399
Liar Titik 7 7 7 7 7
JUMLAH Titik 514 514 514 514 514
TOTAL JAWA TIMUR Titik 1.431 1.431 1.431 1.431 1.431
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
150
2.3.1.7.9. Perkembangan Jumlah Alarm Early Warning System (AEWS)
Terpasang
Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) mengembangkan sistem peringatan
dini (Early Warning System) di perlintasan rel Kereta Api (KA) yang tidak berpalang
pintu. Sistem ini diyakini bisa menjadi solusi untuk mengurangi tingkat kecelakaan
yang terjadi di perlintasan sebidang rel kereta api.
Tabel 2.114
Data Perkembangan Jumlah Alarm Early Warning System (Aews) Terpasang
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 DAOP 7 Madiun Titik 13 43 48 53 62
2 DAOP 8 Surabaya Titik 25 25 30 35 41
3 DAOP 9 Jember Titik 11 19 26 32 42
JUMLAH Titik 49 87 104 120 145
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
2.3.1.7.10. Arus Perdagangan melalui 4 (empat) Pelabuhan Laut Utama di
Jawa Timur
Perkembangan perekonomian menuntut pergerakan barang yang semakin
banyak volumenya, dan semakin cepat. Pada empat pelabuhan di Jawa Timur
digambarkan terjadi peningkatan volume peti kemas yang bongkar muat yang
tinggi. Sehingga diperlukan lahan pelabuhan yang cukup luas dan efisiensi aktivitas
pelabuhan yang dikelola oleh operator. Tanpa itu semua, dikuatirkan kapal-kapal
besar dari berbagai negara lebih memilih untuk bongkar muat di negara tetangga
yang pada kenyataannya dapat memberikan pelayanan pelabuhan yang lebih
efisien.
Tabel 2.115
Arus Perdagangan melalui 4 (empat) Pelabuhan Laut Utama di Jawa Timur
Antar Pulau
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1
PELABUHAN TANJUNG PERAK
BONGKAR TON 1.934.796 1.602.470 2.153.341 2.124.535 2.273.252
MUAT TON 4.320.955 4.021.325 4.591.105 4.119.673 4.325.657
JUMLAH TJ. PERAK
TON 6.255.751 5.623.795 6.744.446 6.244.208 6.598.909
2
PELABUHAN GRESIK
BONGKAR TON 1.609.631 1.520.923 1.737.743 1.319.233 1.372.002
MUAT TON 3.078.463 3.232.386 3.361.682 3.596.999 3.776.849
JUMLAH
GRESIK TON 4.688.094 4.753.309 5.099.425 4.916.232 5.148.852
3
PELABUHAN PROBOLINGGO
BONGKAR TON 63.551 86,892 100.604 119.719 126.902
MUAT TON 132.373 125,017 175.296 208.602 219.032
151
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
JUMLAH
PROBOLINGGO TON 195.924 211,909 275.900 328.321 345.934
4
PELABUHAN TANJUNG WANGI
BONGKAR TON 241.869 932.711 812.183 749.425 771.908
MUAT TON 1.306.271 1.873.208 1.777.139 1.986.706 2.086.041
JUMLAH TJ.
WANGI TON 1.548.140 2.805.919 2.589.322 2.736.131 2.857.949
TOTAL JAWA TIMUR TON 12.687.909 13.394.932 14.709.093 14.224.892 14.951.644
Eksport Import
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1
PELABUHAN TANJUNG PERAK
EKSPORT TON 863.967 811.002 678.793 694.990 729.740
IMPORT TON 3.302.189 3.939.264 5.654.802 7.116.262 8.539.514
JUMLAH TJ.
PERAK TON 4.166.156 4.750.266 6.333.595 7.811.252 9.269.254
2
PELABUHAN GRESIK
EKSPORT TON - - - - -
IMPORT TON - - - - -
JUMLAH
GRESIK TON - - - - -
3
PELABUHAN PROBOLINGGO
EKSPORT TON - - - - -
IMPORT TON - - - - -
JUMLAH PROBOLINGGO
TON - - - - -
4
PELABUHAN TANJUNG WANGI
EKSPORT TON 7.085 18.580 25.279 23.328 24.494
IMPORT TON 828.763 1.090.414 1.112.877 1.258.481 1.384.329
JUMLAH Tg.
WANGI TON 835.848 1.108.994 1.138.156 1.281.809 1.408.824
TOTAL JAWA TIMUR TON 5.002.004 5.859.260 7.471.751 9.093.061 10.678.077
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
Keterangan : pelabuhan Gresik dan Probolinggo merupakan pelabuhan interinsuler (antar pulau).
Sarana dan prasarana eksisting belum mampu untuk mengakomodasi kegiatan ekspor impor
2.3.1.7.11. Arus Penumpang melalui 4 (empat) Pelabuhan Laut Utama di
Jawa Timur
Perkembangan perekonomian menuntut pergerakan barang yang semakin
banyak volumenya, dan semakin cepat. Pada empat pelabuhan di Jawa Timur
digambarkan terjadi peningkatan volume peti kemas yang bongkar muat yang
tinggi, sehingga diperlukan lahan pelabuhan yang cukup luas dan efisiensi aktivitas
pelabuhan yang dikelola oleh operator. Tanpa itu semua, dikuatirkan kapal-kapal
besar dari berbagai negara lebih memilih untuk bongkar muat di negara tetangga
yang pada kenyataannya dapat memberikan pelayanan pelabuhan yang lebih
efisien.
152
Tabel 2.116
Arus Penumpang melalui 4 (empat) Pelabuhan Laut Utama di Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1
PELABUHAN TANJUNG PERAK
NAIK orang 510.795 489.637 506.871 432.901 454.546
TURUN orang 476.957 428.399 514.445 466.615 513.277
JUMLAH TJ. PERAK
orang 987.752 918.036 1.021.316 899.516 967.823
2
PELABUHAN GRESIK
NAIK orang 49.755 49.949 52.868 51.689 53.240
TURUN orang 39.756 37.732 45.364 41.831 43.923
JUMLAH GRESIK
orang 89.511 87.681 98.232 93.520 97.162
3
PELABUHAN PROBOLINGGO
NAIK orang - - - - -
TURUN orang - - - - -
JUMLAH PROBOLINGGO
orang - - - - -
4
PELABUHAN TANJUNG WANGI
NAIK orang 4.233 5.252 6.648 5.483 5.702
TURUN orang 3.780 3.804 5.729 4.504 4.729
JUMLAH TJ. WANGI
orang 8.013 9.056 12.377 9.987 10.432
TOTAL JAWA
TIMUR orang 1.085.276 1.014.773 1.131.925 1.003.023 1.075.416
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
Keterangan : Pelabuhan Probolinggo dikhususkan sebagai pelabuhan multipurpose yang hanya
melayani kegiatan bongkar muat barang sehingga tidak terdapat kegiatan menaikkan dan menurunkan penumpang
Untuk mempercepat pembangunan dan pengembangan pelabuhan,
Pemerintah Pusat telah menunjuk Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya)
yang bertugas mengembangkan bisnis dari sebuah pelabuhan dan juga,
berwenang mengaudit kinerja dari sebuah pelabuhan umum.
Harapan peningkatan daya saing Jawa Timur kedepan adalah percepatan
pembangunan Pelabuhan Tanjung Bulupandan oleh BPWS melalui Kerjasama
Pemerintah Swasta, sehingga membuka peluang bagi pengelola Pelabuhan
Internasional untuk mengikuti tender melalui mitra perusahaan lokal. Sehingga
dengan skema seperti itu, diharapkan performance pembangunan infrastruktur
pelabuhan menjadi professional, tidak high cost dan tidak lagi menambah utang
negara, namun bisa membuka peluang yang lebih besar bagi Pemanfaatan Barang
Milik Daerah dan perusahaan konstruksi lokal maupun BUMD yang bergerak di
bidang konstruksi untuk ikut dalam pembangunan proyek-proyek besar.
Pada intinya, penyediaan infrastruktur transportasi Pelabuhan yang
memadai sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting, karena bukan hanya
pelaku bisnis saja yang dapat memperoleh manfaat, tapi juga harus rakyat di
seputar pelabuhan dan juga perekonomian Negara.
153
2.3.1.7.12. Arus Lalu Lintas Pesawat melalui 3 (Tiga) Bandara di Jawa Timur
Bandara Juanda dan Bandara Abd. Saleh adalah Bandara Enclave, yaitu
pangkalan udara yang digunakan bersama antara Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Di Pulau Jawa, hanya Provinsi
Jawa Timur belum mempunyai Bandara Internasional Sipil/Komersiil, sementara
Bandara Enclave yang ada, sulit untuk dikembangkan dan juga kurang diminati
oleh para investor.
Pada sisi darat Bandara Juanda, dibutuhkan segera percepatan
pengoperasian Gedung terminal penumpang, transportasi angkutan untuk
perpindahan penumpang antar terminal, otomatisasi otorisasi ID, terminal
angkutan untuk kargo domestik dan kargo internasional serta perluasan Lahan
Parkir kendaraan para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi.
Permasalahan pada sisi udara Bandara Juanda, jarak antara pesawat yang
landing dengan yang take off (headway) sudah 1 menit 20 detik atau sudah pada
titik optimal kapasitas (ideal headway 3 menit), sehingga berpotensi
membahayakan keselamatan penerbangan sisi udara (Hazzard).
Keselamatan penerbangan adalah hal yg tidak dapat ditoleransi dan bukan
merupakan tanggung jawab hanya dari satu pihak saja. Sebagai Bandara
Internasional seharusnya sudah mempunyai lebih dari satu landasan/run-way
untuk mengantisipasi ramainya lalu-lintas pesawat, sehingga pada sisi udara
dibutuhkan segera pembangunan double/twin runway, apron, taxi way dan exit
taxiway. Untuk meningkatkan keselamatan penerbangan, operator penyelenggara
diharapkan dapat meningkatkan usia pesawat, standar penerbangan dan
sebagainya. Sedang pengelola bandara diharap dapat segera mengimbanginya
dengan peningkatan prasarana bandara agar tidak mengganggu ketepatan waktu
terbang, sehingga didapat Low-Cost Carrier.
Tabel 2.117
Arus Lalu Lintas Pesawat melalui 3 (Tiga) Bandara di Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1
BANDARA JUANDA
Internasional Pergerakan 9.855 8.974 10.314 15.059 14.183
Domestik Pergerakan 84.541 91.823 105.624 124.187 125.515
JUMLAH
JUANDA Pergerakan 94.396 100.797 115.938 139.246 139.698
2 BANDARA ABD. SALEH
Domestik Pergerakan 2.614 3.262 4.567 4.784 4.812
3 BANDARA BANYUWANGI
154
Domestik Pergerakan 0 0 1,223 534 714
TOTAL JAWA
TIMUR Pergerakan 97.010 104.059 121.728 144.564 145.224
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur
Keterangan : Launching penerbangan komersial perdana di bandara Blimbingsari Banyuwangi
adalah 29 Desember 2010.
2.3.1.7.13. Arus Penumpang melalui 3 (Tiga) Bandara di Jawa Timur
Di Pulau Jawa, hanya Provinsi Jawa Timur belum mempunyai Bandara
Internasional Sipil/Komersiil, sementara Bandara Enclave yang ada sangat sulit
untuk dikembangkan maupun diminati oleh para investor.
Mengingat jumlah penumpang Bandara Juanda sudah jauh melebihi kapasitas
yang seharusnya, maka bandara tersebut seharusnya sudah diperluas dari 477,3 Ha
menjadi 1.000 Ha. Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan Kerjasama
Pemanfaatan Barang Milik daerah tentunya sangat mungkin dilakukan karena traffic-
nya sudah tinggi dan yang memiliki potensi peningkatan yang tinggi dengan
gambaran keuntungannya sudah lebih jelas.
Tabel 2.118
Arus Penumpang melalui 3 (Tiga) Bandara di Jawa Timur
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1
BANDARA JUANDA
INTERNASIONAL Orang 1.105.632 1.217.679 1.325.863 1.505.959 1.822.604
- Naik Orang 568.531 647.685 722.039 771.502 901.187
- Turun Orang 537.101 569.994 603.824 734.457 921.417
DOMESTIK Orang 8.823.707 9.980.846 11.401.383 13.798.626 15.839.989
- Naik Orang 4.565.953 5.103.305 5.869.879 7.271.174 7.934.139
- Turun Orang 4.257.754 4.877.541 5.540.504 6.527.452 7.905.850
JUMLAH JUANDA
Orang 9.929.339 11.198.525 12.727.246 15.304.585 17.662.593
2
BANDARA ABD. SALEH
DOMESTIK Orang 261.010 363.059 463.225 509.495 526.036
- Naik Orang 128.553 178.586 230.785 253.496 260.288
- Turun Orang 132.457 184.473 232.440 255.999 265.748
JUMLAH ABD.
SALEH Orang 261.010 363.059 463.225 509.495 526.036
2
BANDARA BLIMBINGSARI
DOMESTIK Orang - - 7.313 20.439 44.052
- Naik Orang
3.677 9.980 21.685
- Turun Orang
3.636 10.459 22.367
JUMLAH
Banyuwangi Orang - - 7.313 20.439 44.052
TOTAL JAWA
TIMUR orang 10.190.349 11.561.584 13.197.784 15.834.519 18.232.681
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur Keterangan : Launching penerbangan komersial perdana di bandara Blimbingsari Banyuwangi adalah 29
Desember 2010.
Tabel 2.119
155
Arus Perdagangan melalui Bandara di Jawa Timur
PERDAGANGAN DALAM NEGERI
N
O URAIAN
SATUA
N
TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1
BANDARA JUANDA
- Bongkar Kg 22.112.574 26.460.270 37.465.395 35.063.411 55.419.165
- Muat Kg 25.687.688 30.230.231 49.186.810 51.344.021 72.136.436
TOTAL JUANDA Kg 47.800.26
2
56.690.50
1
86.652.20
5
86.407.43
2
127.555.60
1
2
BANDARA ABD SALEH
- Bongkar Kg 482.618 662.735 923.161 1,317,453 1.382.239
- Muat Kg 152.058 84.779 204.767 224,481 303.178
TOTAL ABD.
SALEH Kg 634.676 747.514 1.127.928 1.541.934 1.685.417
3
BANDARA BANYUWANGI
- Bongkar Kg - - - - -
- Muat Kg - - - - -
TOTAL
BANYUWANGI Kg - - - - -
TOTAL JAWA
TIMUR Kg
48.434.93
8
57.438.01
5
87.780.13
3
87.949.36
6
129.241.01
8
Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur Keterangan : Bandara Blimbingsari Banyuwangi masih difokuskan pada kegiatan pengangkutan penumpang
sehingga belum terdapat kegiatan bongkar muat barang
KKOP adalah wilayah penerbangan sisi udara yang tidak dapat ditawar,
sehingga untuk mengantisipasi perkembangan wilayah perkotaan yang
membutuhkan pembangunan vertikal, dibutuhkan adanya pengembangan Bandara
Internasional (Sipil/Komersiil) baru dengan Konsep Multiple Airporth yang
mempunyai Triple Runway dengan luas + 1.000 Ha. Pembiayaan pembangunan
Bandara tersebut dapat menggunakan Kerjasama Pemerintah Swasta dengan
Optimalisasi Pemanfaatan Barang Milik Daerah.
Mengingat jalur penerbangan dari dan menuju Jawa Timur sudah mempunyai
traffic yang jelas dengan gambaran keuntungan juga sudah jelas, maka diyakini
investor yang berpengalaman mengelola Bandara Kelas Dunia akan tertarik untuk
berinvestasi di Jawa Timur. Kebijakan pembangunan Bandara kedepan adalah
tuntutan penyediaan infrastruktur transportasi untuk menunjang efisiensi aktivitas
para pelaku bisnis.
PERDAGANGAN LUAR NEGERI
NO URAIAN SATUAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1
BANDARA JUANDA
- Impor Kg 8.496.193 10.098.489 9.798.461 10.309.450 16.221.221
- Ekspor Kg 8.593.806 9.632.158 8.964.965 9.511.607 11.462.767
TOTAL JAWA
TIMUR Kg 17.089.999 19.730.647 18.763.426 19.821.057 27.683.988
156
2.3.1.8. Lingkungan Hidup
Percepatan pembangunan biasanya berkonsekuensi pada kontaminasi
lingkungan. Karena itu, memperhatikan kelestarian sebagai bagian dari
penyeimbang pembangunan adalah keniscayaan. Dalam konteks pelestarian
lingkungan hidup di Jawa Timur, indikator-indikator yang dipergunakan rata-rata
menunjukkan perkembangan yang relatif baik. Utamanya pada penanganan
sampah. Namun indikator ini hanya sesuai untuk perkotaan saja. Sehingga masih
perlu ditambah antara lain indikator luas kawasan konservasi dibanding dengan
luas administrasi wilayah Jawa Timur mengacu pada Perpres 61 Tahun 2011
tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Perpres
Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca
Nasional. Hal tersebut (lingkungan dan penanganan sampah) penting
diprioritaskan mengingat kualitas lingkungan berdampak terhadap kualitas
kesehatan. Sedangkan kualitas kesehatan masyarakat akan berimplikasi terhadap
indeks pembangunan manusia.
2.3.1.8.1. Persentase Penanganan Sampah
Tingkat pelayanan persampahan di Jawa Timur secara umum masih rendah
dimana cakupan penanganan sampah pada tahun 2012 sebesar 50,15%. Angka
tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2011 yang sebesar
48,93%. Upaya untuk pembangunan TPA serta penyediaan sarana dan prasarana
pendukungnya telah dilakukan oleh pemerintah, tindakan ini juga diikuti dengan
upaya-upaya untuk mengurangi volume sampah dan mengolah sampah dengan
tepat.
Gambar 2.44
Grafik Persentase Pengelolaan Sampah di Jawa Timur Tahun 2009-2012
Sumber: Dinas Kebersihan/BLH Kab/Kota Se Jawa Timur Keterangan : *) Angka diperbaiki **) Angka sementara
157
Berdasarkan data dari Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, sampai
dengan tahun 2012 cakupan layanan persampahan khususnya di perkotaan
mencapai 83,19% sedangkan di perdesaan mencapai 82,76 %.
Tabel 2.120
Persentase Target dan Capaian Pelayanan Persampahan di Perkotaan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013*)
No Tahun Perkotaan Perdesaan
1 2009 79,88 77,67
2 2010 79,53 79,53
3 2011 80,30 80,30
4 2012 83,19 82,76
5 2013*) 85,11 34,04
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim Keterangan*) : Angka Sementara s/d Semester I Tahun 2013.
Sejalan dengan rencana penerapan sistem pengolahan persampahan
regional, RTRWP Jawa Timur 2011-2021 telah mengakomodir rencana
pengembangan TPA Regional di 8 (delapan) wilayah antara lain : (1) Surabaya
(Kab Gresik- Sidoarjo dan Kota Surabaya), (2) Malang (Kab./Kota Malang dan
Kota Batu), (3) Mojokerto (Kab./Kota Mojokerto), (4) Madiun (Kab./Kota Madiun),
(5) Kediri (Kab./Kota Kediri, (6) Blitar (Kab./Kota Blitar), (7) Pasuruan (Kab./Kota
Pasuruan), serta (8) Probolinggo (Kab./Kota Probolinggo).
2.3.1.8.2. Pencemaran Status Mutu Air
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi memberikan kontribusi
bagi kenaikan pendapatan per kapita penduduk Jawa Timur. Seiring dengan
pertumbuhan ekonomi dan penduduk memberikan dorongan ekspansi ekonomi,
sehingga secara tidak langsung turut mendorong kebutuhan perumahan dan
perluasan kawasan industri. Kondisi ini akan memberikan tekanan kepada
lingkungan.
Jumlah kawasan pemukiman atau industri dan sumber data air yang
dipantau mutu airnya pada tahun 2012 sebanyak 663 kawasan. Angka ini lebih
tinggi 18,82 persen dari tahun 2011. Jumlah kawasan tersebut memberikan
konstribusi terhadap meningkatnya angka pencemaran status mutu air. Angka
pencemaran status mutu air pada tahun 2011 sebesar 41,74 persen dan
meningkat 5,18 persen poin di tahun 2012 atau menjadi 46,92 persen,
sebagaimana tabel berikut.
158
Tabel 2.121
Jumlah Kawasan Perumahan atau Industri dan Sumber Data Air yang Dipantau di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah kawasan pemukiman atau industri dan sumber data air yang dipantau mutuairnya
267 363 558 663
2 Jumlah kawasan pemukiman atau industri dan sumber mata air
1.027 1.191 1.337 1.413
3 Pencemaran status mutu air (%) 26,00 30,48 41,74 46,92 Sumber: BLH dan Kantor Lingkungan Pemkab/Pemkot Se Jawa Timur
Pemantauan kualitas air merupakan salah satu implementasi Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup, terkait Pelayanan
Informasi Status Mutu Air. Pemerintah Provinsi Jawa Timur melakukan
pemantauan kualitas air di DAS Brantas sebanyak 25 (dua puluh lima)
lokasi dengan periode pemantauan sebanyak 12 (dua belas) bulan dalam
waktu setahun yang mewakili DAS Brantas bagian hulu, tengah dan hilir.
Lokasi pemantauan DAS Brantas meliputi Kali Brantas sebanyak 11
(sebelas) lokasi, Kali Surabaya sebanyak 8 (delapan) lokasi, Kali Porong
sebanyak 3 (tiga) lokasi, dan Kali Tengah sebanyak 3 (tiga) lokasi (Sumber
: BLH Provinsi Jawa Timur).
2.3.1.8.3. Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL bukan suatu proses
yang berdiri sendiri melainkan bagian dari proses AMDAL yang lebih besar dan
penting, menyeluruh dan utuh dari perusahaan dan lingkungannya, sehingga
AMDAL dapat dipakai untuk mengelola dan memantau proyek dan lingkungannya
dengan menggunakan dokumen yang benar.
Pada tahun 2011, cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal
sebesar 97,95 persen dan cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal
tahun 2012 turun menjadi sebesar 85,97 persen, yang menunjukkan dari 100
perusahaan wajib amdal ada 85 perusahaan yang sudah diawasi.
159
2.3.1.8.4. Penegakan Hukum Lingkungan
Penegakan hukum terhadap kasus lingkungan pada tahun 2012 mencapai
82,14 persen atau menurun 5,21 persen poin dari tahun 2011. Penurunan ini
menunjukkan bahwa perusahaan atau industri sudah memperhatikan kualitas
lingkungan dengan berpedoman pada amdal yang telah dibuat. Adapun jumlah
kasus dan jenis penegakan hukum lingkungan yang telah dilakukan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur dapat disajikan pada Tabel 2.121 dan Tabel 2.122
Tabel 2.122
Jumlah Kasus dan Penegakan Hukum Lingkungan Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah kasus lingkungan yang diselesaikan
57 44 76 69
2 Jumlah kasus lingkungan yang ada 62 51 87 84
3 Penegakan hukum lingkungan 91,94 86,27 87,36 82,14
Sumber: BLH Jatim dan BLH/Kantor Lingkungan Se Jatim
Adapun penegakan hukum lingkungan yang telah dilakukan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur menurut jenisnya disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 2.123
Jenis Penegakan Hukum Lingkungan Tahun 2010 - 2013
No. Jenis 2010 2011 2012 2013
1 Sanksi Administrasi - 6 5 8
2 Pidana 4 7 7 4
Total 4 13 12 12
Sumber: BLH Jatim
2.3.1.9. Pertanahan
2.3.1.9.1. Persentase luas lahan bersertifikat
Persentase luas lahan bersertifikat adalah proporsi jumlah luas lahan
bersertifikat (HGB, HGU, HM, HPL) terhadap luas wilayah daratan. Kepemilikan
sertifikat telah diatur dalam Undang-Undang Agraria 1960 yang menjamin
kepastian hukum hak atas tanah yang dimiliki oleh setiap orang. Ada dua jaminan
kepastian hak atas tanah, yang pertama adalah orang atau pemilik tanah,
sedangkan yang kedua adalah objek atau tanah. Bagi pemilik tanah mempunyai
kewajiban untuk memasang tanda batas dan memelihara tanah tersebut.
160
Data dari Kantor Badan Pertanahan Nasional Jawa Timur, pada tahun 2012
luas lahan bersertifikat di Jawa Timur seluas 1.704 Km2, dengan demikian rasio
luas lahan bersertifikat di Jawa Timur adalah 36,14 persen, hal ini berarti luas
lahan yang bersertifikat di Jawa Timur mendekati 37 persen.
Tabel 2.124
Rekap Penyelesaian Sertipikasi Hak Atas Tanah oleh Kanwil BPN Provinsi Jawa Timur
No Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012
1. Penyelesaian Sertipikasi Hak
Atas Tanah yaitu :
- HM (Hak Milik) Buah 328,259 181,980 157,124 206,028
- HGB (Hak Guna Bangunan) Buah 125,455 32,702 37,681 33,259
- HP (Hak Pakai) Buah 2,671 703 1,194 1,288
- HGU (Hak Guna Usaha) Buah - 14
347 212
- HPL (Hak Pengelola Lahan). Buah 57 37 7 -
JUMLAH Buah 456,442 215,436 196,353 240,787
Sumber : BPN Provinsi Jawa Timur
2.3.1.10. Kependudukan dan Catatan Sipil
Terkait dengan tertib administrasi kependudukan, Pemerintah Jawa Timur
telah menyiapkan pembangunan database kependudukan melalui SIAK (Sistem
Administrasi Kependudukan) dan penerapan e-KTP berbasis NIK secara nasional.
Di bidang Pendudukan dan Catatan Sipil menunjukkan bahwa pada indikator
penduduk ber-KTP dan kepemilikan akta nikah terus mengalami peningkatan.
2.3.1.10.1 Rasio Penduduk ber-KTP per Satuan Penduduk
Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi Penduduk sebagai bukti
diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada tahun 2010 penduduk yang mempunyai KTP sebanyak 55,51 persen
dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 66,94 persen, sedangkan di tahun 2012
meningkat cukup besar menjadi 97,40 persen dari penduduk kelompok sasaran
KTP. Hal ini ditunjang juga dengan dimulainya sistem pencetakan KTP yang lebih
baik dan inovatif seperti e-KTP atau KTP Elektronik yang merupakan suatu
dokumen kependudukan yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengidentifikasi seorang penduduk.
Peningkatan kepemilikan KTP selama 3 tahun terakhir menunjukkan
semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kepemilikan KTP. Selain
161
itu, pada saat ini pelayanan KTP maupun Kartu Keluarga (KK) sudah dipermudah,
karena penduduk dapat mengurusnya di kantor kecamatan setempat.
Gambar 2.45
Grafik Persentase Penduduk Jawa Timur yang memiliki KTP, 2010-2012
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten/Kota
2.3.1.10.2 Rasio Bayi Berakte Kelahiran
Dalam Konvensi Hak Anak salah satu hak anak adalah hak atas identitas
dengan diterbitkannya Kutipan Akta Kelahiran. Akta kelahiran merupakan produk
catatan sipil yang harus dipenuhi oleh setiap warga negara.
Berdasarkan data Susenas 2012 jumlah bayi di Jawa Timur yang berakte
kelahiran dari catatan sipil sebesar 59,84 persen sedangkan balita yang sudah
berakte kelahiran mencapai 76,38 persen. Kondisi ini menunjukkan adanya
peningkatan jika dibandingkan tahun 2011, yaitu bayi berakte kelahiran sebesar
52,13 persen sedangkan balita berakte kelahiran sebesar 68,29 persen. Jika dilihat
menurut kabupaten/kota di Jawa Timur Banyak akte kelahiran baru dimiliki seorang
anak yang usianya lebih 1 tahun.
Gambar 2.46
162
Tabel 2.125 Persentase Bayi dan Balita yang Mempunyai Akte Kelahiran Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011 – 2012
Kabupaten/kota Bayi Balita
2011 2012 2011 2012
Kabupaten
01. Pacitan 73,76 86,21 91,88 93,02
02. Ponorogo 69,07 73,39 82,10 89,31
03. Trenggalek 58,22 65,81 82,75 84,75
04. Tulungagung 65,97 71,65 79,11 87,71
05. Blitar 23,50 50,31 57,41 74,03
06. Kediri 79,43 78,22 90,46 92,83
07. Malang 26,20 28,84 53,92 59,33
08. Lumajang 26,95 49,89 61,10 71,45
09. Jember 16,91 35,58 32,69 40,72
10. Banyuwangi 51,98 40,91 61,31 69,30
11. Bondowoso 32,31 48,20 47,78 58,23
12. Situbondo 59,26 59,23 61,98 59,15
13. Probolinggo 41,39 37,02 62,46 64,30
14. Pasuruan 26,78 43,03 48,38 62,07
15. Sidoarjo 77,46 82,60 86,65 93,36
16. Mojokerto 58,49 45,69 81,65 75,35
17. Jombang 57,64 68,91 81,74 85,32
18. Nganjuk 76,46 80,56 84,28 90,50
19. Madiun 80,40 48,45 82,74 83,46
20. Magetan 71,21 94,42 88,53 94,37
21. Ngawi 80,57 80,31 91,93 91,85
22. Bojonegoro 42,10 68,85 68,35 80,78
23. Tuban 50,10 54,57 74,69 77,36
24. Lamongan 71,17 82,12 90,65 92,10
25. Gresik 66,29 72,96 77,33 93,19
26. Bangkalan 21,65 72,94 31,18 53,50
27. Sampang 22,29 44,45 35,02 49,22
28. Pamekasan 37,89 23,42 52,01 51,47
29. Sumenep 33,03 49,60 54,62 71,08
Kota
30. Kediri 71,73 88,22 91,04 96,67
31. Blitar 72,14 95,01 87,26 97,42
32. Malang 74,42 78,59 81,87 94,17
33. Probolinggo 86,78 77,59 89,23 93,87
34. Pasuruan 41,22 58,76 66,34 81,79
35. Mojokerto 75,11 83,24 90,94 92,73
36. Madiun 95,33 100,00 92,25 97,65
37. Surabaya 69,14 81,18 76,07 92,76
38. Batu 47,04 71,66 85,12 87,81
Jawa Timur 52,13 59,84 68,29 76,38
Sumber : BPS, Jawa Timur
2.3.1.10.3 Rasio Pasangan Berakte Nikah
Berdasarkan data dari Dinas Catatan Sipil dan Kantor Urusan Agama
Kabupaten/Kota Se Jawa Timur, pada tahun 2011 rasio pasangan yang berakte
nikah terhadap rumah tangga di Jawa Timur sekitar 3,33 persen dan pada tahun
163
2012 sekitar 2,47 persen (data sampai bulan September 2012). Pasangan berakte
nikah yang dimaksud di sini adalah pasangan baru yang mendapat akte nikah.
Tabel 2.126
Perkembangan Rasio Pasangan berakte Nikah di Jawa Timur Tahun 2009-2012
Tahun Jumlah Pasangan
yang Berakte Nikah Rasio Pasangan Berakte
Nikah (%)
2009 390.103 3,49
2010 368.979 3,55
2011*) 351.463 3,33
2012**) 264.086 2,50
Sumber : Dinas Catatan Sipil dan Kantor Urusan Agama Kab/Kota Se Jawa Timur Keterangan : *) Angka diperbaiki **) Angka sementara, data sampai dengan bulan September 2012
Bila diperhatikan dari jumlah pasangan baru berakte nikah yang semakin
menurun selama 4 tahun terakhir dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
umur awal pernikahan yang semakin meningkat sehingga jumlah pernikahan
menurun serta mahalnya biaya pernikahan.
2.3.1.10.4 Ketersediaan Database Kependudukan Skala Provinsi
Pembangunan database kependudukan skala Provinsi di Jawa Timur telah
dikembangkan oleh Pemerintah Jawa Timur melalui Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK).
Sampai dengan tahun 2012, ketersediaan data base kependudukan sudah
terbangun pada 38 kab/kota Se Jawa Timur, namun yang online ke Propinsi baru 5
kabupaten (Gresik, Lamongan, Bangkalan, Pasuruan dan Mojokerto), karena
bergantung pada ketersediaan anggaran pada masing-masing kab/kota.
2.3.1.10.5 Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK
Penerapan KTP elektronik berbasis NIK merupakan upaya pemerintah yang
sangat strategis untuk menuju tertib administrasi kependudukan yang
mengamanatkan adanya identitas tunggal bagi setiap penduduk dalam
terbangunnya database kependudukan lengkap dan akurat untuk mewujudkan
Administrasi Kependudukan.
Penerapan KTP elektronik atau e-KTP merupakan salah satu dari 3 Program
Strategis Nasional di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil, meliputi
Pemutakhiran data penduduk, Penerbitan dan pemberian NIK bagi seluruh
penduduk, serta Penerapan KTP elektronik atau e-KTP, yang sekaligus juga
164
Gambar 2.47 Grafik Perempuan di Pemerintahan
Jawa Timur, Tahun 2010-2012
merupakan penjabaran visi untuk mewujudkan “tertib administrasi kependudukan
di tahun 2015”.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan Propinsi Jawa Timur, pelaksanaan e-
KTP di Jawa Timur hingga tahun 2012 mencapai 87 persen. Dari 38
Kabupaten/kota di Jawa Timur baru 5 kabupaten/kota yang sudah melaksanakan
perekaman data hingga 100 persen, yaitu Kota Batu, Mojokerto, Kediri, kabupaten
Tulungagung dan Lumajang. Sedangkan tahun 2013, pelaksanaan e-KTP mencapai
88.05 persen.
2.3.1.11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
2.3.1.11.1. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah
Saat ini perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai
hal. Dalam bidang politik, perempuan memiliki jatah 30% dalam kursi parlemen.
Meskipun saat ini, jatah tersebut belum terisi secara maksimal. Dalam UU Pemilu
No. 10 Tahun 2008 Pasal 53 telah mensyaratkan partai politik menominasikan
setidaknya 30 persen perempuan dalam daftar calon legislatif terbuka di Pemilu
2009.
Selama 2 periode terakhir, keterwakilan perempuan dalam parlemen di Jawa
Timur masih kurang dari 30 persen. Akan tetapi, sudah terlihat adanya
peningkatan wakil perempuan sebagai anggota DPRD Tingkat II di Jawa Timur
dalam periode 2009-2014. Jumlah anggota DPRD perempuan pada periode 2004-
2009 hanya sekitar 9,17 persen dan angka ini mengalami peningkatan menjadi
sekitar 15,38 persen pada periode 2009-2014. Peningkatan ini diduga antara lain
adanya penggantian anggota antar waktu (PAW), keterbukaan masyarakat
kewajiban memenuhi kuota 30 persen perempuan di Pemilu 2009.
Sumber : BKN Jawa Timur
Keterangan : *) Angka diperbaiki
**) Angka sementara
165
Pada bidang pemerintahan, peranan perempuan antara lain tercermin dari
keterlibatannya sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Dari tahun ke tahun, jumlah PNS
perempuan semakin meningkat, hal ini bisa dilihat dari persentase PNS perempuan
terhadap jumlah seluruh PNS pada tahun 2010 sekitar 44,93% dan terus meningkat
menjadi 46,26% pada tahun 2012. Selain itu partisipasi perempuan di pemerintahan
dapat ditunjukkan dari besarnya persentase PNS perempuan di antara pekerja
perempuan. Selama tiga tahun terakhir partisipasi perempuan di pemerintahan
menunjukkan angka sekitar 2 persen, ini berarti masih sedikit perempuan Jawa Timur
yang bekerja sebagai PNS.
2.3.1.11.2. Rasio KDRT
Terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dapat disebabkan beberapa hal
antara lain faktor ekonomi, psikologis, pendidikan yang rendah, pihak ketiga atau
faktor pemicu lainnya. Pada tahun 2010 rasio KDRT terhadap jumlah rumahtangga
di Jawa Timur sebesar 0,0091 persen. Angka rasio tersebut menunjukkan bahwa
setiap 10.000 rumahtangga terdapat sekitar 9 kejadian KDRT di tahun 2010.
Angka rasio KDRT ini menunjukkan penurunan pada 2 tahun terakhir. Pada tahun
2012 rasio KDRT mencapai 0,0080 persen atau sekitar 8 kejadian KDRT pada
setiap 10.000 rumah tangga. Semakin banyaknya lembaga pengawasan KDRT
menjadi salah satu faktor turunnya kasus KDRT di Jawa Timur.
Gambar 2.48
Grafik Rasio KDRT di Jawa Timur
Tahun 2009-2012
Sumber : Polres Kab/Kota Se Jatim dan Polda Jatim
Catatan : * ) Angka Diperbaiki
2.3.1.11.3. Persentase Jumlah Tenaga Kerja di Bawah Umur
Dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, anak didefinisikan
sebagai orang yang berusia kurang dari 18 tahun, sementara konvensi ILO
menetapkan, batas minimal usia pekerja di bawah umur adalah 15 tahun.
Berdasarkan data BPS dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
dalam kurun waktu tahun 2009 – 2012, jumlah pekerja di bawah umur pada
166
tahun 2009 sebesar 500.996 orang dan terus menurun dari tahun ketahun dan
pada 2012 menjadi 366.950 orang dengan rasio sebesar 2,60 pada tahun 2009
dan pada tahun 2012 sebesar 1,92 yang berarti dari 100 pekerja berusia 10 tahun
ke atas terdapat sekitar 2 orang penduduk usia 10-17 tahun yang bekerja.
Dari sejumlah pekerja di bawah umur, sebagian besar adalah anak laki-laki
dengan sex ratio sebesar 164,93 yang berarti dari 100 pekerja perempuan
terdapat 165 pekerja laki-laki.
Tabel 2.127 Jumlah Pekerja Di bawah Umur (10-17 Tahun)
Tahun 2009-2012 di Jawa Timur
Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Pekerja
di bawah umur
(1) (2) (3) (4) (5)
2009 317.618 183.378 500.996 2,60
2010 276.990 194.406 471.396 2,39
2011 244.099 141.053 385.152 2,02
2012 228.444 138.950 366.950 1,92
Sumber: Hasil Sakernas 2009 – 2012, BPS Jawa Timur
Jika dilihat dari gambar 2.47 ada 7 sektor yang mempekerjakan
pekerja di bawah umur. Sektor Pertanian merupakan sektor yang terbesar
menyerap pekerja anak. Dari enam kategori status pekerjaan, sebagian
besar mereka bekerja sebagai pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar yaitu
sebesar 59,78 persen. Selebihnya sebagai buruh (26,69 persen) dan
pekerja bebas (8,93 persen).
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,0044,53
0,75
16,61
4,71
22,75
0,40 1,34
Gambar 36 Persentase Pekerja Anak (10 - 17 tahun) Menurut Sektor di Jawa Timur Tahun 2012
Pertanian Pertambangan Industri Konstruksi
Perdagangan Transportasi Lemb. Keuangan
Gambar 2.49 Prosentase Pekerja Anak (10-17 Tahun)
Menurut Sektor di jawa Timur Tahun 2012
167
2.3.1.11.4. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan
Pada tahun 2012 (Hasil Sakernas, 2012), angka TPAK perempuan sebesar
55,20 yang berarti dari 100 penduduk usia kerja terdapat sekitar 55 orang aktif
dalam kegiatan ekonomi (bekerja dan pencari kerja). Dari tahun ke tahun angka
TPAK perempuan mengalami peningkatan, sejalan dengan perkembangan
teknologi dan pendidikan, dimana perempuan dapat mengoptimalkan perannya
sehigga lebih produktif dan bermanfaat bagi keluarga dan lingkungannya.
Gambar 2.50
Grafik TPAK Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 – 2012 Di Provinsi Jawa Timur
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
2.3.1.12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, yang ditunjukkan
dengan rata-rata jumlah anak per keluarga. Pencanangan Program tersebut
diharapkan mampu mengendalikan ledakan jumlah penduduk di Jawa Timur yang
dikuatirkan akan menjadi “bom waktu” dan beban pembangunan.
2.3.1.12.1. Rata-rata jumlah anak per keluarga
Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar kedua
setelah Jawa Barat. Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk
Jawa Timur sebesar 37,476 juta orang dan terus bertambah pada tahun 2012
diperkirakan mencapai 38,052 juta orang. Rata-rata pertumbuhan penduduk
pertahun sekitar 0,716 persen (2011 – 2012) dan rata-rata jumlah anak tiap
keluarga yang diukur melalui TFR (SDKI2012, BPS RI) sebesar 2,3 atau rata - rata
keluarga memiliki lebih dari dua anak. Berdasarkan hasil SP-2010 di Jawa Timur
terdapat sekitar 1.500 bayi lahir setiap harinya, sehingga dalam 1 tahun hampir
mencapai 600.000 kelahiran. Hal Ini harus menjadi perhatian untuk dikendalikan.
84.69 84.7 84.77
54.27 55.01 55.2
69.08 69.49 69.62
0102030405060708090
2010 2011 2012Laki-laki Perempuan Lk+Pr
168
Sedangkan berdasarkan hasil Pendataan Keluarga yang dilakukan oleh
BKKBN pada tahun 2009 – 2012, diketahui bahwa rata-rata jumlah anggota
keluarga pada periode 2010 – 2012 di Jawa Timur sekitar 4 orang. Jika
diasumsikan bahwa tiap keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak, maka dapat dikatakan bahwa rata-rata jumlah anak per keluarga di
Jawa Timur sekitar 2 - 3 anak, angka tersebut sejalan dengan estimasi angka TFR
dari data BPS yaitu sebesar 2,3 pada tahun 2012.
Tabel 2.128
Rata-rata Jumlah Anak Per Keluarga di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2012
No. Tahun Jumlah
Keluarga
Jumlah
Anggota
Keluarga
Rata-rata
Anggota per
keluarga
1. 2010 11.070.038 48.709.449 4,40
2. 2011 11.201.698 49.207.876 4,39
3. 2012 11.325.197 49.385.288 4,36
Sumber : BKKBN Propinsi Jawa Timur
2.3.1.12.2. Rasio akseptor KB
Salah satu program pemerintah dalam menekan menekan laju pertumbuhan
penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana
dicanangkan untuk mengetahui tingkat Partisipasi Pasangan Usia Subur (PUS)
terhadap penggunaan alat/cara KB. Besarnya angka partisipasi KB (akseptor KB)
menunjukkan adanya keberhasilan program KB dan pengendalian jumlah
penduduk.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Gambar 2.51
Prosentase Akseptor KB dan peserta KB Aktif
Di Jawa Timur 2010- 2012
0
20
40
60
80
100
Akseptor KB Peserta KB Aktif
Tidak Pernah KB
81,4
3
64,1
6
18,5
7
82,7
4
64,8
9
17,2
6
83,3
5
64,1
5
16,6
5
Gambar .....Persentase Akseptor KB dan Peserta KB Aktif
di Jawa Timur, 2010-2012
2010 2011 2012
169
Selama tiga tahun terakhir, jumlah pasangan usia subur (wanita usia 15-49
tahun yang berstatus kawin) di Jawa Timur mengalami peningkatan, dari
7.686.730 pasangan pada tahun 2010, menjadi 7.884.543 pasangan pada tahun
2011, dan pada tahun 2012 menjadi 7.908.398 pasangan.
2.3.1.12.3. Cakupan Peserta KB Aktif
Dilihat dari persentase pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB
dalam tiga tahun terakhir terus meningkat dari 81,43 persen di tahun 2010
menjadi 83,35 persen pada tahun 2012. Sedangkan dari persentase KB aktif dalam
tiga tahun terakhir berkisar pada angka 64 persen. Disisi lain masih terdapat
pasangan usia subur di Jawa Timur yang tidak pernah ikut KB namun jumlahnya
terus menurun dari 18,57 persen pada tahun 2010 turun menjadi 17,26 persen
pada tahun 2011 dan tahun 2012 tinggal 16,65 persen.
Kalau dilihat Pasangan Usia Subur menurut kabupaten/kota di Jawa Timur
berdasarkan penggunaan alat/cara KB, pada tahun 2012 Kabupaten Bangkalan
merupakan kabupaten tertinggi yang PUS nya tidak pernah menggunakan KB yaitu
mencapai 48,01 persen. PUS yang sedang menggunakan KB/akseptor KB aktif
tertinggi dicapai oleh Kabupaten Jombang yaitu mencapai 75,13 persen sedangkan
Kabupaten Bangkalan akseptor KB aktifnya terendah yaitu sebesar 39,82 persen.
Dilihat berdasarkan akseptor KB secara keseluruhan, Kabupaten Ngawi berada
diurutan tertinggi yaitu mencapai 92,22 persen. Sedangkan Kabupaten Bangkalan
memiliki akseptor KB terendah yaitu sebesar 51,99 persen.
Tabel 2.129 Persentase PUS Menurut Penggunaan Cara/Alat KB Di Jawa Timur
Tahun 2012
Kabupaten/kota
Jumlah PUS dab Persentase PUS ber KB
PUS Persentase
Akseptor KB
Persentase
Peserta KB Aktif
Tidak
ber KB
Kabupaten
01. Pacitan 109.823 90,36 66,90 9,64
02. Ponorogo 163.363 84,33 59,94 15,67
03. Trenggalek 146.563 87,05 68,17 12,95
04. Tulungagung 205.953 85,32 58,37 14,68
05. Blitar 219.604 86,56 62,83 13,44
06. Kediri 300.594 77,77 63,23 22,23
07. Malang 516.350 85,77 69,90 14,23
08. Lumajang 217.641 82,23 68,81 17,77
09. Jember 500.435 84,17 65,69 15,83
10. Banyuwangi 321.813 86,50 67,53 13,50
11. Bondowoso 163.003 91,54 74,26 8,46
12. Situbondo 146.627 86,46 69,78 13,54
13. Probolinggo 253.258 88,54 66,80 11,46
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (Juni 2012)
170
Sumber: BPS Provinsi Jatim
2.3.1.12.4. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
Tingkat kesejahteraan dengan kategori keluarga pra sejahtera dan keluarga
sejahtera 1 adalah kategori keluarga yang dinyatakan sebagai keluarga miskin,
atau dinyatakan dengan Proporsi penduduk yang termasuk dalam kategori pra
sejahtera dan Sejahtera I dari seluruh keluarga yang didata tingkat
kesejahteraannya. Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan
akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan Keluarga
Sejahtera Tahap I yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
sosial psikologisnya (socio psychological needs), seperti kebutuhan ibadah, makan
protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, dalam keadaan sehat,
mempunyai penghasilan, bisa baca tulis latin dan keluarga berencana.
14. Pasuruan 323.394 86,98 70,90 13,02
15. Sidoarjo 435.457 87,44 72,42 12,56
16. Mojokerto 225.827 86,34 73,07 13,66
17. Jombang 249.732 86,13 75,13 13,87
18. Nganjuk 201.800 91,50 71,20 8,50
19. Madiun 128.809 80,01 55,69 19,99
20. Magetan 117.266 82,41 65,33 17,59
21. Ngawi 165.320 92,22 70,46 7,78
22. Bojonegoro 273.977 85,67 68,90 14,33
23. Tuban 249.416 88,29 61,16 11,71
24. Lamongan 252.609 86,34 63,62 13,66
25. Gresik 262.888 84,15 60,93 15,85
26. Bangkalan 167.864 51,99 39,82 48,01
27. Sampang 190.330 77,63 45,20 22,37
28. Pamekasan 173.893 87,13 64,02 12,87
29. Sumenep 241.152 57,19 41,75 42,81
Kota
30. Kediri 51.440 82,37 64,35 17,63
31. Blitar 25.475 86,02 65,12 13,98
32. Malang 147.054 74,25 50,93 25,75
33. Probolinggo 41.706 89,08 68,24 10,92
34. Pasuruan 37.246 82,02 61,16 17,98
35. Mojokerto 24.314 79,42 59,98 20,58
36. Madiun 32.278 85,00 65,25 15,00
37. Surabaya 551.849 79,63 58,16 20,37
38. Batu 40.014 82,40 61,20 17,60
Jawa Timur 7.876.137 83,35 64,15 16,65
171
Tabel 2.130
Perkembangan Keluarga Sejahtera di Provinsi Jawa Timur
No Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 1. Keluarga Pra Sejahtera Orang 2,682,715 2,612,776 2,538,009 2,547,138 2,475,128
2. Keluarga Sejahtera I Orang 2,454,567 2,284,471 2,317,963 2,329,272 2,352,609
3. Keluarga Sejahtera II Orang 2,629,813 2,851,311 2,939,327 2,983,915 3,074,494
4. Keluarga Sejahtera III Orang 2,675,255 2,791,609 2,862,760 2,919,421 2,973,480
5. Keluarga Sejahtera III Plus Orang 481,488 532,732 543,549 570,374 589,469
Jumlah Orang 10,923,838 11,072,899 11,201,608 11,350,120 11,465,180
Sumber : BPPKB Provinsi Jawa Timur
2.3.1.13. Sosial
Kompleksnya masalah sosial dapat menghambat kemajuan bangsa.
Berbagai program pembangunan pun akan terganggu ketika masalah sosial tidak
bisa diredam dan diatasi. Dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial pasal 14 ayat 1 disebutkan bahwa perlindungan sosial dimaksudkan untuk
mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang,
keluarga, kelompok dan atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat
dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal. Berdasarkan hal tersebut
pemerintah perlu mengupayakan permasalahan tentang kesejahteraan sosial
sebagai permasalahan yang perlu mendapat perhatian khusus.
2.3.1.13.1. Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo Dan Panti
Rehabilitasi
Keberadaan panti sosial sebagai sarana pengembangan, pemulihan,
bimbingan dan latihan serta terapi ditujukan untuk menciptakan kemandirian agar
dapat mendorong penerima manfaat dapat menjalankan fungsi sosialnya secara
normal dalam kehidupan bermasyarakat.
Gambar 2.52
Grafik Persentase Panti Sosial Menurut Jenisnya
di Jawa Timur Tahun 2012
Sumber: Dinas Sosial Kab/Kota Se Jawa Timur
172
Jumlah panti sosial yang ada di Jawa Timur tahun 2012 mencapai 1.845
panti yang tersebar di 38 kab/kota. Sementara itu jumlah panti sosial tahun 2011
sebanyak 1.746 panti.Panti sosial menurut jenisnya dapat dikategorikan dalam 7
jenis yaitu panti asuhan, panti jompo, panti anak cacat, panti rehabilitasi dan
lainnya. Kelima jenis panti tersebut sebanyak 94,53 persen diantaranya berkategori
panti sosial.
2.3.1.13.2. PMKS yang memperoleh bantuan sosial
PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) adalah seseorang,
keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau
gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat
terpenuhi kebutuhan hidupnya secara memadai dan wajar. Berbagai faktor
penyebab keberadaan PMKS antara lain kemiskinan, bencana alam dan
marginalisasi.
Dalam kurun waktu 2009-2012, pertumbuhan PMKS yang mendapat
bantuan mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 jumlah PMKS yang mendapat
bantuan mengalami peningkatan 115,95 persen dan selama periode 2010-2012
mengalami penurunan berturut-turut yaitu 18,74% (2010); 17,12% (2011);
16,84% (2012).
Tabel 2.131
Jumlah PMKS Mendapat Bantuan di Jawa Timur Tahun 2009-2012
NO Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah PMKS yg
diberikan bantuan 478.233 297.934 278.327 334.292 537.998
2
Jumlah PMKS yg
seharusnya menerima
bantuan
1.378.033 1.590.149 1.625.431 1.985.529 1.215.675
3
Persentase PMKS yg
memperoleh bantuan
sosial
34,70 18,74 17,12 16,84 44,26
Sumber: Dinas Sosial Kab/Kota Se Jawa Timur
2.3.1.13.3. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Berbagai permasalahan sosial yang terjadi di suatu wilayah membutuhkan
penanganan segera. Upaya ini dilakukan agar efek sosial yang lebih besar dapat
dihindari. Di antara permasalahan sosial yang ada di antaranya penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Pemerintah berusaha seoptimal mungkin
untuk menanggulangi PMKS. Upaya tersebut ditempuh dengan memberikan
173
pembinaan, bantuan maupun perlindungan, sehingga PMKS dapat hidup secara
normal.
Tabel 2.132 Jumlah PMKS di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Jml PMKS yang tertangani 358.441 293.242 284.650 363.705
2 Jml PMKS yang ada 2.228.147 2.417.452 2.568.850 3.996.795
3 Persentase Penanganan PMKS 16,09 12,13 11,08 9,10
Sumber : Dinas Sosial Kab/Kota Se Jawa Timur
Berdasarkan data Dinas Sosial Kabupaten/Kota Se-Jawa Timur, jumlah
PMKS yang tertangani mencapai 363.705 jiwa di tahun 2012. Jumlah ini
mengalami peningkatan sebesar 27,77 persen dari pada tahun 2011. Sementara
itu jumlah PMKS selama 4 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada
tahun 2009, penanganan PMKS sebesar 16,09 persen. Angka ini menunjukkan
setiap 100 penyandang PMKS yang ada 16 PMKS yang sudah tertangani.
Penanganan PMKS selama 4 tahun terakhir menunjukkan persentase penurunan.
Hal ini diduga, pertumbuhan PMKS lebih cepat dari pada kemampuan keuangan
pemerintah dalam hal melaksanakan pembinaan.
2.3.1.14. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja adalah jumlah
seluruh penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas) dalam suatu negara yang
dapat memproduksi barang dan jasa, jika ada permintaan terhadap tenaga mereka
dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.
Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization),
penduduk dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja. Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan menjadi: angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah
bersekolah, mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya selain bekerja).
Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap
masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan
potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Sedangkan, bukan
angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun
mencari kerja.
174
2.3.1.14.1. Angka Partisipasi Angkatan Kerja
Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) adalah bagian dari penduduk usia
kerja usia 15 tahun keatas yang mempunyai pekerjaan selama seminggu yang lalu,
baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab
seperti menunggu panenan atau cuti. Di samping itu, mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan juga termasuk dalam
kelompok angkatan kerja. Indikator APAK, saat ini sudah tidak direlease oleh BPS.
2.3.1.14.2. Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja per Tahun
Melihat jumlah lapangan kerja yang tersedia, sering kali dijumpai adanya
sengketa antara pengusaha dan pekerja.Tingkat sengketa antara pengusaha dan
pekerja per tahun dihitung dengan rumusan:
2.3.1.14.3. Pencari Kerja Yang Ditempatkan
Berdasarkan data Informasi Pasar Kerja (IPK) yang dikumpulkan oleh
Disnakertransduk Jawa Timur, diketahui bahwa pada tahun 2012 jumlah pencari
kerja aktif yang terdaftar di kab/kota sebanyak 815.221 orang, terdiri dari 524.381
orang laki-laki dan 290.840 orang perempuan. Dibandingkan tahun 2011, jumlah
pencari kerja aktif mengalami peningkatan sebanyak 36.753 orang atau sebesar
4,72%. Selanjutnya dari jumlah pencari kerja aktif tersebut, sebanyak 474.989
orang tenaga kerja yang ditempatkan pada tahun 2012. Dengan demikian
persentase jumlah pencari kerja yang ditempatkan terhadap seluruh pencari kerja
yang terdaftar hampir mencapai 60 persen. Persentase pencari kerja laki-laki yang
ditempatkan lebih kecil dibandingkan pencari kerja perempuan yaitu 52,88 persen
laki-laki dan 67,97 persen perempuan.
Tabel 2.133 Jumlah Pencari Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Di Jawa Timur
Tahun 2011 – 2012
NO URAIAN TH 2011 TH 2012
L P JML L P JML
1. Pencari Kerja
Yang Mendaftar 466.990 311.478 778.468 524.381 290.840 815.221
2. Penempatan Tenaga Kerja
133.374 194.165 327.489 277.318 197.671 474.989
3.
% Jumlah Pencari
Kerja Yang Ditempatkan
28,56 62,36 42,08 52,88 67,97 58,27
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Jatim (Bidang Penempatan TK, 2011-
2012)
175
Penempatan tenaga kerja terbanyak pada tingkat pendidikan SMU sebanyak
322.167 orang (67,83%), SLTP sebanyak 139.238 orang (29,31%) dan SMK
sebanyak 4.669 orang (0,98%). Berdasar tingkatan umur, penempatan terbanyak
pada umur 20-29 tahun sebanyak 193.683 orang (40,77%), umur 30-34 tahun
sebanyak 174.216 orang (26,57%) dan umur 15-19 tahun sebanyak 90.831 orang
(19,23%). Berdasar golongan jabatan, penempatan terbanyak untuk jabatan
tenaga produksi dan operator (7/8/9) sebanyak 300.789 orang (63,33%), tenaga
usaha jasa (05) sebanyak 110.672 orang (23,30%) dan tenaga tata usaha (03)
sebanyak 21.543 orang (4,54%).
2.3.1.14.4. Tingkat Pengangguran Terbuka
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 tahun
ke atas) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Sedangkan
pengangguran terbuka adalah mereka yang tidak mau bekerja karena
mengharapkan pekerjaan yang lebih baik (penganggur sukarela) maupun secara
terpaksa mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan.
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus
2012 yang diakukan oleh BPS Provinsi Jawa Timur, jumlah Angkatan Kerja di Jawa
Timur pada tahun 2012 mencapai sebanyak 19,901 juta orang atau bertambah
sebesar 139,672 ribu orang dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja tahun
2011 sebesar 19,761 juta orang.
Dari angkatan kerja, yang terserap dalam lapangan kerja sekitar 95,88
persen atau 19,81 juta. Sementara pencari kerja yang tidak/belum terserap di
pasar kerja (TPT) sebesar 4,12 persen atau 819,563 ribu orang pada tahun 2012,
relatif lebih baik dibandingkan kondisi tahun 2011 yang mencapai 4,16 persen atau
821,546 ribu orang. Sedangkan kondisi tahun 2013, tingkat pengangguran terbuka
(TPT) mencapai 4,33 atau 871.000 orang persen dengan jumlah angkatan kerja
mencapai 20,137 juta orang.
Capaian TPT tahun 2012 dan 2013 tersebut lebih rendah dari target yang
ditetapkan dalam RPJMD tahun 2009-2014 sebesar 5,60 – 5,80 persen, yang
artinya “melampaui target”. Penurunan TPT ini mengindikasikan bahwa
pelaksanaan beberapa sinergi kebijakan dan program Pemerintah Provinsi Jawa
Timur tahun 2012 dan 2013 cukup mampu menyerap tenaga pengangguran.
Dalam upaya mengatasi ketenagakerjaan tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa
Timur menetapkan landasan kebijakan pembangunan ketenagakerjaan melalui 4
kebijakan program yaitu Pengembangan Hubungan Industrial dan Syarat Kerja,
176
Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Perlindungan Tenaga Kerja serta Perluasan dan Penempatan
Kerja.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) tahun 2013 menurut kabupaten/kota
berkisar antara 1,00 – 8,00 persen. TPT terendah terdapat pada Kabupaten
Pacitan (1,00 persen) dan tertinggi terdapat pada Kota Kediri (8,00 persen). Angka
TPT pada sebagian besar wilayah Kota kecuali Kota Batu berada di atas rata-rata
Jawa Timur (4,33 persen).
Gambar 2.53
TPT Per Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Tahun 2013
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.134
Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota Di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013
Kabupaten
01. Pacitan 1,32 0,87 2,70 1,16 1,00
02. Ponorogo 3,45 3,83 4,37 3,26 3,28
03. Trenggalek 3,91 2,15 3,18 3,14 4,12
04. Tulungagung 4,54 3,50 3,58 3,18 2,77
05. Blitar 3,00 2,24 3,61 2,86 3,74
06. Kediri 5,10 3,75 4,54 4,16 4,70
07. Malang 6,35 4,49 4,63 3,79 5,20
08. Lumajang 2,24 3,17 2,70 4,70 2,06
09. Jember 4,42 2,71 3,95 3,91 3,97
10. Banyuwangi 4,05 3,92 3,71 3,40 4,69
11. Bondowoso 2,88 1,59 2,84 3,75 2,05
12. Situbondo 2,28 3,13 4,74 3,31 3,07
13. Probolinggo 2,60 2,02 3,20 1,98 3,32
14. Pasuruan 5,03 3,49 4,83 6,43 4,35
15. Sidoarjo 10,19 8,35 4,75 5,21 4,13
16. Mojokerto 5,54 4,84 4,31 3,42 3,13
17. Jombang 6,19 5,27 4,24 6,69 5,60
177
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013
18. Nganjuk 3,98 3,64 4,73 4,22 4,75
19. Madiun 6,04 5,55 3,37 4,16 4,70
20. Magetan 3,82 2,41 3,16 3,86 3,02
21. Ngawi 4,49 4,80 4,06 3,05 5,06
22. Bojonegoro 4,52 3,29 4,18 3,51 5,82
23. Tuban 4,22 2,86 4,15 4,25 4,33
24. Lamongan 4,92 3,62 4,40 4,98 5,00
25. Gresik 7,01 7,70 4,36 6,72 4,51
26. Bangkalan 5,01 5,79 3,91 5,32 6,84
27. Sampang 1,70 1,77 3,91 1,78 4,74
28. Pamekasan 2,18 3,53 2,89 2,30 2,19
29. Sumenep 2,27 1,89 3,71 1,19 2,55
Kota
30. Kediri 8,32 7,39 4,93 7,85 8,00
31. Blitar 8,47 6,66 4,20 3,55 6,22
32. Malang 10,44 8,68 5,19 7,68 7,72
33. Probolinggo 8,53 6,85 4,66 5,12 4,52
34. Pasuruan 7,57 7,23 4,92 4,34 5,34
35. Mojokerto 9,30 7,52 5,86 7,32 5,69
36. Madiun 11,27 9,52 5,15 6,71 6,66
37. Surabaya 8,63 6,84 5,15 5,07 5,28
38. Batu 6,88 5,55 4,57 3,41 3,32
Jawa Timur 5,08 4,25 4,16 4,12 4,33 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
2.3.1.14.5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Angka yang sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja
adalah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara
jumlah angkatan kerja dan jumlah tenaga kerja. TPAK dapat juga disebut sebagai
indikator ekonomi dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itu makin tinggi angka
TPAK suatu wilayah, mencerminkan semakin baik tingkat ekonomi masyarakatnya.
Berdasarkan data BPS Agustus 2012 (hasil Sakernas 2012), jumlah
Penduduk Usia Kerja (penduduk 15 tahun ke atas)sebanyak 28,586 juta orang.
Dari jumlah Penduduk Usia Kerja tersebut, angkatan kerjanya sebesar 19,901 juta.
TPAK sebesar 69,62 % artinya dari 100 orang penduduk usia kerja, 69 orang
diantaranya adalah angkatan kerja. Angka TPAK di Jawa Timur sejak tahun 2010
hingga tahun 2012 menunjukkan kecenderungan meningkat, baik laki-laki maupun
perempuan.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, TPAK di pedesaan lebih besar
dibandingkan TPAK di daerah perkotaan. Hal ini diduga karena ada daerah
pedesaan, anggota rumahtangga berperan sebagai pekerja keluarga baik dibayar
maupun tidak dibayar, khususnya pada sektor informal.
178
Tabel 2.135
TPAK Menurut Daerah Tempat Tinggal Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2012
TPAK (Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja) 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4)
Pedesaan 70,98 70,84 73,26
Perkotaan 66,34 67,99 65,61 Sumber : Sakernas 2010 – 2012, BPS Jawa Timur
Besaran TPAK nampaknya tidak selalu dipengaruhi oleh tingginya tingkat
pendidikan masyarakatnya, sebagaimana Gambar 2.53 plot antara angka MYS dan
TPAK per Kabupaten/Kota. Secara rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Jawa
Timur baru mencapai pendidikan menengah pertama dengan rata-rata lama
sekolah (MYS) sebesar 7,39 tahun. Sebagian besar penduduk pada wilayah Madura
dan sebagian wilayah tapal Kuda, rata-rata pendidikannya berada di bawah 7,39,
namun demikian TPAK pada wilayah tersebut relatif besar atau di atas rata-rata
Jawa Timur (69,62). Sedangkan pada wilayah Kota terjadi sebaliknya, yaitu rata-
rata pendidikannya relatif tinggi, sementara angka TPAK berada di bawah rata-rata
Jawa Timur.
Gambar 2.54
Grafik TPAK dan MYS Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Secara nasional data yang berhasil dihimpun oleh BPS 2013 memperoleh
data dimana pada tahun 2012 Indonesia memiliki TPAK sebesar 66,96% di bulan
Februari dan 67,88% di bulan Agustus. Provinsi Jawa Timur berada pada taraf
medium. Jawa timur memiliki pertambahan TPAK 2,5% pertahun (Data Statistik
Indonesia 2012).
179
Keadaan ini bisa dipengaruhi oleh pertambahan lapangan pekerjaan yang
disediakan oleh swasta. Namun angka ini sebetulnya masih bisa ditekan dengan
cara mengurangi laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Jawa Timur dengan
didukung produktivitas pegawai untuk menambah lapangan pekerjaan yang
disediakan oleh swasta.
Gambar 2.55
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Sumber: Disnakertransduk Provinsi Jawa Timur, 2012
Pada tahun 2012 menurut data Disnakertransduk, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan 1,62 persen poin dibanding TPAK
Februari 2010 menjadi 71,39 persen. Meskipun angka TPAK Jawa Timur fluktuatif,
namun tren TPAK di Jatim cukup baik, hanya saja pada tahun 2010 angka TPAK
Jatim turun pada level 69,08%.
Permasalahan kesempatan untuk bekerja yang masih dinilai sangat kurang
disebabkan oleh tidak seimbangnya antara jumlah penduduk dengan jumlah
angkatan kerja. bahwa diantara faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
tingkat partisipasi angkatan kerja dan penyediaan tenaga kerja antara lain umur,
status perkawinan, tingkat pendidikan, tingkat upah, dan kegiatan ekonomi. Faktor
tingkat pendidikan dan jenis kelamin terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja
tidaklah begitu besar. Karena faktor utama yang mempengaruhi tingkat partisipasi
angkatan kerja penduduk laki-laki hanyalah struktur umur penduduk usia kerja.
Tabel 2.136
Persentase Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
Kabupaten
01. Pacitan 82,97 83,00 70,81 79,73
02. Ponorogo 73,97 73,74 70,05 73,41
03. Trenggalek 75,93 74,30 69,37 77,32
69.25
69.08
69.49
69.62
68.8
68.9
69
69.1
69.2
69.3
69.4
69.5
69.6
69.7
2009 2010 2011 2012
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (dalam persen)
180
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
04. Tulungagung 73,95 72,73 69,26 72,21
05. Blitar 69,76 70,13 69,68 73,61
06. Kediri 67,39 68,04 69,50 69,86
07. Malang 67,81 68,26 69,37 70,26
08. Lumajang 65,83 63,78 69,30 67,51
09. Jember 68,41 66,36 69,00 64,13
10. Banyuwangi 70,27 70,24 69,24 73,37
11. Bondowoso 71,33 71,48 69,89 70,53
12. Situbondo 72,73 71,78 70,15 69,37
13. Probolinggo 74,08 73,28 70,02 75,31
14. Pasuruan 70,78 70,12 70,26 70,40
15. Sidoarjo 66,06 68,81 70,01 66,70
16. Mojokerto 70,41 70,51 70,34 70,13
17. Jombang 69,11 68,31 68,92 66,54
18. Nganjuk 69,27 65,66 70,48 67,52
19. Madiun 67,05 68,03 69,87 69,99
20. Magetan 76,09 78,75 68,68 72,02
21. Ngawi 71,94 70,73 70,22 65,50
22. Bojonegoro 67,14 67,88 70,82 69,41
23. Tuban 69,55 69,96 70,36 66,55
24. Lamongan 68,17 66,40 69,95 68,29
25. Gresik 65,02 67,07 70,00 63,49
26. Bangkalan 68,11 67,51 67,23 70,25
27. Sampang 74,23 72,30 68,39 76,69
28. Pamekasan 76,68 74,72 69,94 77,48
29. Sumenep 73,36 73,90 70,91 76,84
Kota
30. Kediri 64,22 66,54 67,62 66,93
31. Blitar 66,15 66,16 67,27 64,56
32. Malang 62,51 63,81 66,03 64,26
33. Probolinggo 65,26 63,00 68,08 67,65
34. Pasuruan 66,78 63,29 68,72 67,97
35. Mojokerto 66,78 68,26 69,64 71,04
36. Madiun 59,36 66,63 68,42 62,53
37. Surabaya 62,92 63,02 68,52 66,12
38. Batu 68,49 68,24 69,33 70,09
Jawa Timur 69,25 69,08 69,49 69,62 Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur, Sakernas dan Susenas Tahun 2006-2012
2.3.1.14.6. Perselisihan Buruh dan Pengusaha Terhadap Kebijakan
Pemerintah Daerah
Kondisi hubungan industrial di jawa timur mengalami fluktuasi, ditunjukkan
dengan adanya kenaikan maupun penurunan jumlah kasus perselisihan (yang
masuk ke pengadilan hub. industrial) selama periode tahun 2009-2013. sedangkan
mogok/unjuk rasa pekerja di jawa timur mulai tahun 2011 menunjukkan trend
menurun.
181
Tabel 2.137
Keaadaan Perkara Perselisihan Hubungan Industrial
yang Masuk ke Pengadilan Hubungan Industrial serta Kasus Mogok/Unjuk Rasa
NO Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
1. Perselisihan Hak Kasus 29 77 72 11 15
2. Perselisihan Kepentingan Kasus 11 50 25 4 5
3. Perselisihan PHK Kasus 177 463 284 125 128
4. Perselisihan Antar SP/SB dlm 1 Perusahaan
Kasus 1 2 1 0 0
5. Mogok Unjuk Rasa Kasus 24 56 31 22 11
Jumlah Kasus 242 648 413 162 159
Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Prov. Jawa Timur
2.3.1.15. Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah
Terkait perekonomian rakyat yang ditandai oleh indikasi pertumbuhan
koperasi, Jawa Timur berhasil memberdayakan koperasi relatif optimal. Pada
Bidang Koperasi Usaha Kecil dan Menengah ditunjukkan dengan jumlah koperasi
yang berdaya (aktif) semakin banyak, yaitu sebesar 76,67% di tahun 2008
menjadi 87,27 di tahun 2012, dan 88,06% di tahun 2013 hal akan menjadi
stimulus bagi peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat.
Hal ini penting dipertahankan mengingat koperasi dan sektor ekonomi mikro
lainnya terbukti menjadi “soko guru” perekonomian Jatim dan menjadi salah satu
pilar krusial bagi pertumbuhan PDRB Jatim yang fantastis. Selain itu koperasi dan
usaha mikro sudah membuktikan diri imun dari virus krisis ekonomi global
2.3.1.15.1. Persentase Koperasi Aktif
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.
Koperasi Aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir mengadakan
RAT (Rapat Anggota Tahunan) atau koperasi yang dalam tahun terakhir
melakukan kegiatan usaha.
Menghitung persentase koperasi aktif digunakan rumus sebagai berikut:
182
Tabel 2.138
Persentase Koperasi Aktif Tahun 2009-2013 Provinsi Jawa Timur
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah koperasi aktif 15.678 24.990 25.145 25.450 27.071
2 Jumlah koperasi 19.396 28.712 29.141 29.159 30.741
3 Total Persentase koperasi aktif 80,83 87,04 87,94 87,28 88,06
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM
Gambar 2.56
Perkembangan Persentase Koperasi Aktif di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009-2013
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM
Sejak tahun 2010, jumlah koperasi di Jawa Timur mengalami peningkatan
yang tajam dari 19.396 koperasi menjadi 28.712 koperasi. Hal ini terjadi karena
pembentukan koperasi wanita yang merupakan implementasi dari pelaksanaan
Program Pembiayaan Wanita Usaha Mandiri (P2WUM). Tetapi dari jumlah koperasi
yang ada belum semuanya aktif melakukan kegiatan. Pada tahun 2011, jumlah
koperasi aktif di Jawa Timur sebanyak 25.145 unit dari 29.141 unit koperasi yang
ada atau sebesar 87,94 persen dari total koperasi. Sementara pada tahun 2012
jumlah koperasi aktif sebanyak 25.450 koperasi dari total 29.159 koperasi atau
sebesar 87,28 persen, dan tahun 2013 jumlah koperasi aktif meningkat kembali
menjadi 27.071 koperasi dari total 30.741 koperasi atau sebesar 88,06 persen.
Semakin besar jumlah persentase ini maka akan semakin besar pelayanan
penunjang yang dimiliki daerah dalam menggerakkan perekonomian melalui
koperasi
2.3.1.15.2. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM
Dalam perkembangannya, UMKM juga masih dihadapkan pada masalah
mendasar yang secara garis besar mencakup : pertama, masih sulitnya akses
UMKM pada pasar atas produk-produk yang dihasilkannya, kedua, masih lemahnya
pengembangan dan penguatan usaha, ketiga, keterbatasan akses terhadap
sumber-sumber pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal khususnya
dari perbankan.
183
Gambar 2.57 Perkembangan Jumlah BPR/LKM
di Jawa Timur Tahun 2006-2011
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur * Angka Sementara (pada tahun 2012 dan 2013 BPS tidak melakukan penghitungan)
Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh UMKM
terutama dari lembaga-lembaga keuangan formal seperti perbankan,
menyebabkan mereka bergantung pada sumber-sumber informal. Bentuk dari
sumber-sumber informal ini beraneka ragam mulai dari rentenir hingga
berkembang dalam bentuk unit-unit simpan pinjam, koperasi dan bentuk-bentuk
yang lain. Keberadaan lembaga-lembaga keuangan informal ini kemudian disebut
sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Peranan LKM dalam pembangunan
ekonomi khususnya pengembangan dan pemberdayaan UMKM sangat penting
sehingga menjadi salah satu fokus pembangunan.
Jumlah UMKM BPR/LKM tahun 2006 mencapai 10.657 usaha dan bertambah
menjadi 10.891 usaha pada tahun 2007 atau naik 2,20 persen. Pada tahun 2008
naik 7,24 persen menjadi 11.697 usaha, tahun 2009 naik 4,80 persen menjadi
12.259 usaha, tahun 2010 naik 4,76 persen menjadi 12,843 usaha dan pada tahun
2011 diperkirakan naik 1,2 persen menjadi 12.997. Dengan semakin meningkatnya
jumlah UMKM BPR/LKM dan pentingnya peranan UMKM BPR/LKM dalam
pembangunan ekonomi khususnya pengembangan dan pemberdayaan UMKM,
maka UMKM BPR/LKM juga perlu menjadi salah satu fokus pembangunan.
2.3.1.15.3. Jumlah BPR/LKM
Peranan UMKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998 dapat dipandang
sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional maupun
regional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan
tenaga kerja. Kinerja UMKM dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan
peningkatan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) kontribusi UMKM terhadap
PDRB Jawa Timur pada tahun 2011 mencapai 54,32 persen. Perkembangan sektor
184
UMKM yang demikian menyiratkan bahwa terdapat potensi yang besar atas
kekuatan domestik, jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik
tentu akan dapat mewujudkan usaha menengah yang tangguh. Oleh karena itu
pengembangan UMKM menjadi salah satu fokus pembangunan nasional dan
khususnya di Jawa Timur.
Hasil pendaftaran perusahaan Sensus Ekonomi Tahun 2006, jumlah UMKM
Non BPR/LKM pada tahun 2006 sebanyak 2.504.634 usaha atau 99,58 persen dari
total UMKM. Jumlah usaha yang bergerak di sektor Perdagangan besar dan eceran
merupakan yang terbayak yaitu 914.080 usaha atau 36,50 persen dari total UMKM
Non BPR/LKM, sedangkan paling sedikit usaha sektor Listrik, gas dan air sebanyak
1.148 usaha atau 0,05 persen dari total UMKM Non BPR/LKM.
Tabel 2.139
Perkembangan Jumlah UKM Non BPR/LKM di Jawa Timur
Tahun 2007-2011
No. Uraian Tahun
2007 2008 2009 2010 2011*
1 Jumlah UKM 2.588.989 2.636.209 2.722.189 2.795.724 2.852.198
2 Jumlah UKM Non
BPR/LKM 2.578.099 2.624.512 2.709.930 2.782.881 2.839.201
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur(pada tahun 2012 dan 2013 BPS tidak melakukan penghitungan) Keterangan : *
)Angka Sementara
Pada tahun 2007, jumlah UMKM Non BPR/LKM meningkat sebesar 2,93
persen dari 2.504.634 usaha menjadi 2.578.099 usaha. Perkembangan tahun 2008
lebih rendah dari tahun 2007 yaitu sebesar 1,80 persen. Pada tahun 2009 jumlah
UMKM Non BPR/LKM meningkat sebesar 3,25 persen dari 2.624.512 usaha pada
tahun 2008 menjadi 2.709.930 usaha pada tahun 2009 dan pada tahun 2010
jumlah BPR UMKM Non BPR/LKM meningkat sebesar 2,69 persen menjadi
2.782.881 usaha. Pada tahun 2011 jumlah UMKM Non BPR/LKM diperkirakan
mencapai 2.839.201 atau meningkat sebesar 1,91%.
2.3.1.15.4. Usaha Mikro dan Kecil
Sesuai hasil Sensus UMKM Provinsi Jawa Timur yang dilakukan BPS Provinsi
Jawa Timur pada tahun 2012 total jumlah UMKM di Jawa Timur sebanyak
6.825.931 UMKM, yang tersebar di berbagai sektor baik sektor pertanian maupun
non pertanian dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 11.117.439 tenaga
kerja. Dari total jumlah UMKM tersebut 6,5 juta diantaranya merupakan usaha
skala mikro yang didominasi usaha informal yang memiliki aset, akses serta
185
produktivitas yang terbatas, 261.827 merupakan skala kecil dan sisanya 30.410
merupakan usaha skala menengah.
Apabila diklasifikasikan berdasarkan sektornya menunjukkan bahwa Sektor
Pertanian menempati posisi teratas dari total jumlah UMKM yaitu sebesar
4.112.443 UMKM, diikuti Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar
1.720.042 UMKM. Kontributor ketiga ditempati oleh sektor jasa-jasa yaitu sebanyak
411.342 UMKM diikuti oleh berturut-turut sektor Industri Pengolahan (356.047
UMKM), Transportasi (174.541 UMKM), Pertambangan dan Penggalian (26.680
UMKM), Konstruksi (16.789 UMKM), Keuangan (8.035 UMKM) serta Listrik, Gas
dan Air (12 UMKM).
Sementara itu berdasarkan total jumlah tenaga kerja UMKM yang terserap
Sektor Pertanian menyerap tenaga kerja terbanyak yaitu 6.286.111 tenaga kerja,
diikuti Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (2.791.426 tenaga kerja), sektor
Industri Pengolahan (944.599 tenaga kerja), sektor jasa-jasa (739.448 tenaga
kerja), Transportasi (231.825 tenaga kerja), Pertambangan dan Penggalian
(45.658 tenaga kerja), Konstruksi (42.691 tenaga kerja), Keuangan (35.653
tenaga kerja ) serta Listrik, Gas dan Air (28 tenaga kerja ).
2.3.1.16. Penanaman modal
Pada bidang Penanaman Modal, fakta menunjukkan bahwa Jawa Timur
merupakan wilayah investasi yang menarik bagi investor, hal ini ditunjukkan
dengan adanya peningkatan jumlah investor dan nilai investasi. Hal ini merupakan
salah satu indikasi juga bahwa Jawa Timur merupakan wilayah yang kondusif
secara sosial-politik. Selain itu investasi adalah salah satu instrumen untuk
terbukanya lapangan pekerjaan dan katalisator pertumbuhan perekonomian.
2.3.1.16.1. Perkembangan ICOR
Selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, hasil penghitungan ICOR
tahun 2009 mencapai angka 3,59. Sementara dari tahun 2010 sampai tahun 2011
masing-masing angka ICOR sebesar 3,28 dan 3,01. Sedangkan pada tahun 2012
ICOR Jawa Timur mencapai 2,92. Secara umum ICOR negara-negara sedang
berkembang berkisar antara 2,0 sampai 5,0. Angka tersebut mengindikasikan
bahwa rata-rata investasi yang ditanamkan di Jawa Timur cukup efisien.
186
Tabel 2.140
Nilai ICOR Jawa Timur Tahun 2009-2012
Tahun ICOR
2009 3,59
2010 3,30
2011 3,09
2012 2,92 Sumber :BPS Provinsi Jawa Timur
Pada tahun 2012 angka ICOR Jawa Timur sebesar 2,92, artinya
untuk mendapatkan tambahan output sebesar 1 unit diperlukan investasi
sekitar 2,92 unit. Dibandingkan dengan ICOR tahun sebelumnya yang
mencapai 3,01, maka dapat dikatakan bahwa setiap penambahan 1 unit
output memerlukan investasi sebesar kurang lebih 3,01 unit. Pernyataan di
atas dapat diartikan untuk meningkatkan PDRB ADHK sebesar 1 milyar
rupiah pada tahun 2011 diperlukan investasi sebesar 3,01 milyar rupiah.
Sedangkan untuk meningkatkan PDRB ADHK sebesar 1 milyar rupiah pada
tahun 2012 diperlukan investasi sebesar 2,92 milyar rupiah. Hal ini
merupakan indikasi efisiensi permodalan Jawa Timur cukup tinggi.
2.3.1.16.2. Kinerja Penanaman Modal
Kinerja penanaman modal di Jawa Timur menunjukkan hasil yang bagus.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai realisasi investasi baik Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) sebagaimana
tersaji di Tabel 2.141 Realisasi PMDN pada tahun 2009 sebesar 4,29 trilyun rupiah
meningkat sebesar 54,32 persen dibandingkan realisasi pada tahun 2008.
Peningkatan nilai realisasi tersebut berlanjut sampai dengan tahun 2013 yang
mencapai 34,85 trilyun rupiah.
Kondisi serupa juga terjadi pada realisasi PMA meskipun pada tahun 2009
terjadi perlambatan dibandingkan tahun 2008. Pada tahun 2010 realisasi PMA
tumbuh cepat dari 3,8 trilyun rupiah menjadi 16,73 trilyun atau meningkat sebesar
340,26%. Pertumbuhan PMA terus berlanjut sampai dengan tahun 2013 hingga
mencapai 33,63 trilyun rupiah.
187
Tabel 2.141 Perkembangan Nilai dan Pertumbuhan Realisasi Investasi
Tahun 2009 – 2013
Tahun
PMDN PMA
Nilai (trilyun rupiah)
Pertumbuhan (%)
Nilai
(trilyun rupiah)
Pertumbuhan (%)
2009 4,29 54,32 3,80 -7,77 2010 9,59 123,54 16,73 340,26
2011 20,33 111,99 20,07 19,96 2012 28,73 41,32 25,13 25,21
2013 34,85 21,30 33,63 33,82
Sumber: Badan Penanaman Modal
Persetujuan izin prinsip menunjukkan perkembangan yang fluktuatif,
perkembangan persetujuan izin prinsip disajikan pada Tabel 2.142 Selama kurun
waktu 2009-2010 izin prinsip PMDN menunjukkan pertumbuhan yang relatif cepat
dari 25,41 trilyun rupiah menjadi 41,01 trilyun rupiah, namun pada tahun 2011
mengalami penurunan menjadi 26,23 trilyun rupiah kemudian naik lagi menjadi
46,31 trilyun rupiah dan kembali menurun menjadi 38,95 trilyun rupiah pada tahun
2013.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan perkembangan izin prinsip PMA,
mengalami peningkatan yang signifikan pada kurun waktu 2010-2011 dari 18,45
trilyun rupiah menjadi 44,68 trilyun rupiah atau meningkat 142,17%. Peningkatan
tersebut tidak berlanjut pada tahun 2012, bahkan terjadi penurunan yang cukup
tajam menjadi 30,4 trilyun rupiah. Pada tahun 2013 persetujuan izin prinsip PMA
meningkat tinggi menjadi 210,8 trilyun rupiah.
Tabel 2.142
Perkembangan Nilai dan Pertumbuhan Izin Prinsip Investasi Tahun 2009 – 2013
Tahun
PMDN PMA
Nilai
(trilyun rupiah)
Pertumbuhan
(%)
Nilai (trilyun
rupiah)
Pertumbuhan
(%)
2009 25,41 27,62 14,05 -39,39
2010 41,01 61,39 18,45 31,32
2011 26,23 -36,04 44,68 142,17
2012 46,31 76,55 30,4 -31,96
2013 38,95 -15,89 210,8 593,42
Sumber: Badan Penanaman Modal
Berdasarkan data realisasi investasi dan persetujuan ijin prinsip
menunjukkan adanya lag investasi yang cukup besar. Pada tahun 2009 ijin prinsip
PMDN yang disetujui sebesar 25,41 trilyun rupiah namun yang melakukan realisasi
hanya 4,29 trilyun rupiah. Kondisi yang sama terjadi pada PMA, total ijin prinsip
188
yang dikabulkan sebesar 14,05 trilyun rupiah sedangkan realisasinya hanya 3,8
trilyun rupiah.
2.3.1.17. Kebudayaan
Di bidang kebudayaan, capaian pada perhatian pemerintah terhadap nilai-
nilai budaya semakin baik, yaitu dengan adanya event-event yang terus meningkat
dari tahun ke tahun. Begitu juga dengan bidang kepemudaan dan olahraga, yang
ditunjukkan dengan jumlah organisasi keolahragaan dan jumlah kegiatan
kepemudaan menunjukkan perkembangan yang cukup baik.
2.3.1.17.1. Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya
Selama 4 tahun terakhir (2009-2012) event festival seni dan budaya
menunjukkan berkembangkan yang menggembirakan.Pada tahun 2009, event
festival seni dan budaya sebanyak 132 event.Pada tahun 2012, event tersebut
hampir mendekati 4 kali lebih banyak dari pada penyelenggaraan event seni dan
budaya di tahun 2009. Semakin seringnya pelaksanaan event tersebut akan
memberikan ruang berkembangnya seni dan budaya masyarakat, sehingga tidak
akan mengalami kepunahan. Di samping itu juga dapat mengeliminir tergerusnya
budaya sendiri di tengah gencarnya budaya asing yang masuk di dalam
masyarakat
Tabel 2.143 Jumlah Festival Seni dan Budaya di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009-2012
Uraian 2009 2010 2011 2012
Jumlah Penyelenggaraan Festival seni dan budaya
194 220 866 756
Sumber: Kantor/Dinas Budpar Kab/Kota Se-Jawa Timur
2.3.1.17.2. Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya
Kemajuan seni dan budaya di suatu daerah bergantung kepada pemerintah
dan masyarakat setempat. Penghargaan terhadap keberadaan kesenian dan
budaya oleh pemerintah khususnya dapat di lakukan dengan penyelenggaraan
event-event kesenian dan budaya.Perhatian pemerintah tersebut tidak cukup
hanya itu saja, tapi ketersediaan sarana penyelenggaraan seni dan budaya perlu
juga disiapkan atau bila perlu memberikan bantuan kepada para kelompok seni.
Jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan mulai tahun 2009 – 2012. Pada tahun 2009 jumlah sarana
sebanyak 159 dan pada tahun 2010 meningkat 3 sarana atau menjadi 162 sarana.
Pada tahun 2012, jumlah sarana mencapai 204 sarana atau turun 5 sarana selama
189
setahun.Penurunan sarana ini terjadi di Kabupaten Tulungagung dan Kota Blitar.
Perkembangan sarana ini terutama di wilayah Madiun, Kediri serta Kabupaten
Lumajang. Ditilik dari sejarah, daerah yang berkembang sarana penyelenggaraan
festival seni dan budaya merupakan daerah pusat kerajaan yang notabene juga
sebagai pusat perkembangan kebudayaan pada era dan jamannya.
Tabel 2.144
Jumlah Sarana Seni dan Budaya di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Sarana penyelenggaraan seni
dan budaya 159 162 209 204
Sumber: Kantor/Dinas Budpar Kab/KotaSe-Jawa Timur
2.3.1.17.3. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya Yang Dilestarikan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011, cagar budaya adalah
warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar
budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya di
darat dan air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan dan melalui proses penetapan.
Keberadaan benda , situs dan kawasan cagar budaya perlu mendapat perhatian
baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Oleh karena itu keperdulian terhadap
cagar budaya senantiasa dikembangkan agar rasa memiliki dan memelihara
keberadaannya dapat memberikan konstribusi bagi kelestarian cagar budaya itu
sendiri. Pada tahun 2009 situs dan cagar budaya yang dilestarikan mencapai 77,75
persen dari kondisi eksisting yang ada. Selanjutnya terus mengalami peningkatan
selama kurun waktu 3 tahun (2010-2012). Pada tahun 2010, pelestarian ini
mengalami peningkatan 2,18 persen poin dari tahun sebelumnya atau menjadi
79,94 persen. Sementara itu pada tahun 2011 dan 2012, persentase pelestarian
cagar budaya tersebut sebesar 80,18 persen dan 80,51 persen. Angka 80,51
persen menunjukkan setiap 100 cagar budaya yang ada disuatu wilayah sebanyak
80 cagar budaya sudah dilestarikan.
Tabel 2.145 Jumlah Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya di Jawa Timur
Tahun 2009-2012
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Jml Benda Situs dan Kawasan
Cagar Budaya yang dilestarikan 2.600 2.960 3.018 3.077
190
No Uraian 2009 2010 2011 2012
2 Jumlah Benda Situs dan kawasan yang dimiliki Daerah
3.344 3.703 3.764 3.822
3 Persentase Benda Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang
dilestarikan
77,75 79,94 80,18 80,51
Sumber: Dinas/Kantor Budpar Kab/Kota Se Jawa Timur
2.3.1.18. Kepemudaan Dan Olah Raga
2.3.1.18.1. Jumlah Organisasi Pemuda
Peran serta pemuda dalam pembangunan dapat teraktualisasi dengan
berbagai ragam baik pada bidang olah raga, akademik maupun perkumpulan.
Perkumpulan pemuda yang terbentuk dalam masyarakat biasanya membangun
suatu komunitas dalam bentuk organisasi pemuda.
Berdasarkan data pada instansi yang membidangi kepemudaan
(Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur) tercatat organisasi kepemudaan pada tahun
2011 sebanyak 66 organisasi yang telah memiliki kantor perwakilan di Surabaya.
Sedangkan data dari Bakesbangpol lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
terdapat sebanyak 785 organisasi kepemudaan di tahun 2011 dan menjadi 817
organisasi kepemudaan di tahun 2012, mengalami kenaikan sebanyak 32
organisasi kepemudaan.
2.3.1.18.2. Jumlah Organisasi Olahraga
Di Indonesia, tercatat sekitar 50 organisasi induk cabang olahraga yang
diakui oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Berdasarkan data dari
KONI Jawa Timur, pada tahun 2010 sampai tahun 2012 terdapat sekitar 43 cabang
organisasi olahraga di Jawa Timur, meskipun ada beberapa cabang organisasi olah
raga yang mengalami pengembangan sampai menjadi 54 sub cabang olah raga.
Keberadaan cabang organisasi tersebut di setiap kabupaten/kota tidak sama,
karena sangat tergantung pada eksistensi olahraga tersebut pada tiap daerah.
Berdasarkan data yang dihimpun dari instansi terkait di Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, jumlah organisasi olahraga pada tahun 2011 organisasi olah raga
sekitar 2.297 yang tersebar pada 19 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, sedangkan
data pada tahun 2012 sebanyak 1.131 yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota di Jawa
Timur.
191
2.3.1.18.3. Jumlah Kegiatan Kepemudaan
Guna meningkatkan partisipasi dan peran pemuda dalam pembangunan
harus didukung oleh ketersediaan anggaran dan sarana-prasarana kepemudaan,
penghargaan kepemudaan serta optimalisasi manajemen organisasi kepemudaan
dalam rangka penyadaran, pemberdayaan, pengembangan, kepemimpinan,
pengembangan kewirausahaan dan pengembangan kepeloporan pemuda, yang
keseluruhannya merupakan kegiatan kepemudaan yang dilakukan pemuda dalam
mengisi pembangunan.
Berdasarkan data dari Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten/Kota jumlah
kegiatan kepemudaan pada tahun 2010 sebanyak 144 kegiatan dan tahun 2011
menjadi 149, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 167 kegiatan. Meskipun
kenaikan kegiatan kepemudaan dari tahun 2010 sampai tahun 2012 tidak begitu
besar, namun hal ini menunjukkan bahwa melalui kegiatan kepemudaan yang
positif, pemuda sudah menunjukkan dukungan dalam proses pembangunan
melalui kegiatan yang dilakukannya.
2.3.1.18.4. Lapangan Olahraga
Fasilitas olahraga secara keseluruhan mencakup fasilitas fisik dan fasilitas
non fisik. Fasilitas olahraga secara fisik mencakup prasarana dan sarana fisik
antara lain berupa stadion, gelanggang dan lapangan olahraga. Sedangkan fasilitas
olahraga non fisik mencakup prasarana dan sarana non fisik seperti
sasana/perkumpulan olahraga, tenaga pelatih dan guru olahraga.
Perkembangan jumlah fasilitas fisik untuk olahraga berupa lapangan
olahraga pada suatu lingkungan masyarakat pada umumnya sangat dipengaruhi
oleh perkembangan sosial-ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan
data dari Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten/Kota jumlah lapangan olah raga
pada tahun 2010 sebanyak 2268, pada tahun 2011 sebanyak 3812 meningkat
sebanyak 1544 sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 4660, kenaikannya menurun
jika dibandingkan tahun 2010-2011.
2.3.1.19. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Dan Persandian
Bidang otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan
daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian menunjukkan
peningkatan. Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk meningkat dari
1,15 tahun 2008 menjadi 1,22 di tahun 2012, sedangkan jumlah linmas per 10.000
192
penduduk juga mengalami peningkatan dari 68,84 di tahun 2008 menjadi 67,36 di
tahun 2012.
2.3.1.19.1. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
Polisi Pamong Praja, sejak didirikannya pada tahun 1950 sampai saat ini
telah mengemban tugas pelayanan penyelenggaraan keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Gambar 2.58 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009-2012
Sumber : Bakesbangpol Kab/Kota Se Jatim
Catatan : *) Angka Sementara (data dari 34 Kab/Kota)
Berdasarkan data dari Bakesbangpol di 34 Kabupaten/Kota Se Jawa Timur,
rasio polisi pamong praja pada tahun 2012 per 10.000 penduduk sebesar 1,24
atau dengan kata lain dalam 100.000 penduduk terdapat sekitar 12 orang Satpol
PP yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban umum. Angka rasio ini
terlihat sangat kecil bila dibandingkan dengan tugas yang diemban sangatlah
berat.
2.3.1.19.2. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk
Perlindungan Masyarakat (Linmas) seringkali hanya dikaitkan dengan fungsi
linmas dalam masyarakat yang lebih dikenal dengan Pertahanan Sipil atau Hansip.
Gambar 2.59
Rasio Jumlah Linmas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
Sumber : Bakesbangpol Kab/Kota Se Jatim
Catatan : *) Angka Sementara (data dari 32 Kab/Kota)
193
Berkaitan dengan fungsi dalam membantu memelihara keamanan,
ketentraman dan ketertiban masyarakat maka satlinmas menjadi pendukung
utama pihak kepolisian atau malah menjadi garda terdepan dalam tata kehidupan
masyarakat secara umum baik di desa maupun di perkotaan.
Data dari Bakesbangpol di 32 Kab/Kota Se Jawa Timur menunjukkan rasio
jumlah Linmas per 10.000 penduduk pada tahun 2012 sebesar 77,34. Angka
tersebut berarti sekitar 77 orang Linmas bertugas membantu memelihara
keamanan, ketentraman dan ketertiban umum untuk 10.000 penduduk dalam
suatu wilayah.
2.3.1.19.3. Rasio Pos Siskamling Per Jumlah Desa/Kelurahan
Menjaga keamanan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama setiap
warga negara. Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan diwujudkan
dalam bentuk Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling). Pengertian siskamling
secara umum adalah suatu kegiatan atau upaya untuk mencegah gangguan
kamtibmas, yang dikembangkan oleh Polri dengan membangkitkan kesadaran
masyarakat untuk berpartisipasi dan peduli serta meningkatkan kepekaan dan
daya tangkal masyarakat terhadap masalah keamanan dan ketertiban di
lingkungannya masing-masing.
Gambar 2.60 Rasio Pos Siskamling di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
Sumber : Bakesbangpol Kab/Kota Se Jatim
Catatan : * ) Angka Sementara (data dari 19 Kab/Kota)
Berdasarkan data dari Bakesbangpol di 19 Kabupaten/ Kota Se Jawa Timur,
selama 5 tahun terakhir rasio jumlah Pos Siskamling terus menunjukkan
peningkatan. Seiiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, semakin banyak
pula pemukiman penduduk yang memerlukan pos siskamling untuk menjaga
keamanan dan ketertiban di wilayahnya. Pada tahun 2012 rasio jumlah pos
siskamling per jumlah desa adalah sebesar 5,34. Hal ini berarti di setiap desa di
Jawa Timur terdapat sekitar 5 Pos Siskamling.
194
2.3.1.19.4. Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum
Program Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat bertujuan
untuk mewujudkan Jatim kondusif, melalui pemantauan kegiatan orang asing,
NGO dan lembaga asing yang ada di Jawa Timur, mengoptimalkan jaringan
informasi konflik, dengan meningkatkan peran Kominda dan Forum Kewaspadaan
Dini Masyarakat (FKDM).
Provinsi Jawa Timur bertekat mewujudkan Jawa Timur dalam suasana
kondusif yang mendukung proses penguatan persatuan dan kesatuan bangsa serta
mendorong proses peningkatan pemahaman mengenai hak-hak azasi manusia dan
demokrasi dengan upaya membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa melalui
perwujudan sistem dan iklim kehidupan masyarakat yang demokratis dan
berwawasan kebangsaan, serta melalui pembinaan hubungan antar golongan,
antar agama, kelompok dan lembaga kemasyarakatan yang ada. Meskipun tidak
dipungkiri bahwa masih ada beberapa hal yang perlu dituntaskan agar tidak
sampai mengganggu implementasi kebebasan berekspresi, seperti adanya
kelompok yang melakukan kekerasan untuk mencapai suatu keinginannya. Namun
demikian masih ada beberapa kendala, antara lain sebagai berikut :
a. Konflik berbasis sara : Konflik horizontal internal dan antar pemeluk agama,
seperti antara penganut faham Sunni dengan syah dan ahmadiyah serta konflik
pendirian gereja.
b. Kejadian anarkhis yang sering dilakukan oleh massa unjuk rasa, adalah
anarkhisme non pisik, seperti penghinaan terhadap lambang/simbul pemerintah
atau negara. Sedangkan tindakan anarkhisme secara pisik seperti perusakan
terhadap fasilitas umum dan perkantoran tidak banyak terjadi.
Kasus pembakaran bangunan rumah dan fasilitas tempat pendidikan milik
kelompok syiah di Dusun Nang Kernang, Desa Karang Gayam, Kec. Omben,
Sampang, Madura.
2.3.1.19.5. Kemiskinan
Pembangunan adalah proses mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil
dan merata. Tingkat kesejahteraan secara ekonomi ditunjukkan dengan
meningkatnya kemakmuran masyarakat yang akan berkorelasi dengan tingkat
konsumsi sebagai akibat meningkatnya pendapatan masyarakat. Berbagai upaya
telah ditempuh pemerintah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan penduduknya
baik dari segikinerja perekonomiannya maupun penciptaan pemerataan kue
195
pembangunan. Upaya tersebut diantaranya mengurangi penduduk miskin dengan
meningkatkan tingkat kesejahteraannya.
Gambar 2.61 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009 – 2013
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Pada September 2011 s.d. September 2012, persentase penduduk miskin
Jawa Timur turun sebesar 0,77 poin persen atau menjadi 13,08 persen pada
Tahun 2012. Penurunan selama setahun tersebut menunjukkan penduduk miskin
pada tahun 2011 sebanyak 5.227,31 ribu jiwa menjadi sebanyak 4.960,54 ribu jiwa
pada tahun 2012 atau turun sebesar 266,77 ribu jiwa. Kondisi ini berlanjut pada
tahun 2013 (September), dimana penduduk miskin menurun menjadi 12,73 persen
atau sebanyak 4.865,82 ribu jiwa. Penurunan penduduk miskin ini sebagai dampak
dari upaya pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi efek pembangunan
yaitu terjadi kesenjangan kesejahteraan.
196
Tabel 2.146 Karakteristik Kemisikinan Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Jawa Timur
Jumlah
Penduduk
Miskin
p0 p1 p2 GKGK
Rp/Kap/BlnP0 %
Penduduk
Miskin (000)
GK
Rp/Kap/BlnP0 %
Penduduk
Miskin (000)
3501 Pacitan 98,747 18.13 2.59 0.59 193,180 177,300 19.50 105,372 162,568 19.01 102,932
3502 Ponorogo 105,867 12.29 1.52 0.29 210,411 193,047 13.22 113,002 177,006 14.63 127,514
3503 Trenggalek 101,183 14.90 2.64 0.70 214,312 195,444 15.98 107,764 179,204 18.27 119,593
3504 Tulungagung 98,747 9.90 1.31 0.26 234,806 214,362 10.64 105,272 196,550 10.60 101,953
3505 Blitar 126,947 11.29 1.63 0.35 210,254 192,514 12.14 135,415 176,518 13.19 13,676
3506 Kediri 218,105 14.44 2.10 0.49 218,865 200,237 15.52 232,585 182,474 17.05 239,885
3507 Malang 287,434 11.67 1.66 0.35 215,605 197,129 12.54 306,347 180,749 13.57 318,948
3508 Lumajang 131,912 13.01 1.57 0.31 202,773 185,321 13.98 140,713 168,586 15.83 157,756
3509 Jember 292,119 12.44 1.72 0.38 226,546 202,010 13.27 311,376 183,768 15.43 348,068
3510 Banyuwangi 164,047 10.47 1.30 0.27 240,315 220,031 11.25 174,916 200,161 12.16 18,098
3511 Bondowoso 123,574 16.66 2.30 0.56 251,426 229,746 17.89 131,742 208,999 20.18 13,865
3512 Situbondo 98,560 15.11 2.17 0.49 211,262 192,862 16.23 105,081 175,446 15.99 96,818
3513 Probolinggo 259,234 23.48 4.00 0.98 280,101 255,757 25.22 276,255 225,151 27.69 280,103
3514 Pasuruan 186,720 12.26 1.82 0.42 238,640 218,432 13.18 198,968 200,282 15.58 219,371
3515 Sidoarjo 136,316 6.97 0.81 0.16 277,776 248,856 7.45 144,912 228,178 6.91 120,862
3516 Mojokerto 117,484 11.38 1.35 0.29 240,502 220,066 12.23 125,128 201,780 13.24 130,132
3517 Jombang 155,990 12.88 1.95 0.48 251,704 229,976 13.84 166,247 210,867 14.46 182,493
3518 Nganjuk 142,124 13.88 1.83 0.41 253,819 232,275 14.91 151,508 211,670 17.22 167,295
3519 Madiun 95,843 14.37 2.30 0.57 224,713 205,905 15.45 102,164 187,639 16.97 105,654
3520 Magetan 75,044 12.01 1.44 0.26 221,951 203,323 12.95 80,236 185,286 13.97 84,738
3521 Ngawi 137,838 16.74 2.34 0.52 208,220 191,152 18.26 149,124 174,195 19.01 154,127
3522 Bojonegoro 212,859 17.47 2.96 0.75 230,397 211,213 18.78 227,004 192,476 21.27 262,037
3523 Tuban 211,547 18.78 2.26 0.40 225,731 206,635 20.19 225,497 188,304 23.01 240,979
3524 Lamongan 206,675 17.41 2.07 0.45 242,441 221,413 18.70 220,544 201,771 20.47 235,926
3525 Gresik 181,661 15.33 2.65 0.61 285,519 258,503 16.42 193,341 235,399 19.14 225,774
3526 Bangkalan 239,466 26.22 4.00 0.94 251,599 228,235 28.12 255,102 207,836 30.45 287,648
3527 Sampang 267,479 30.21 5.24 1.37 229,414 209,898 32.47 288,710 191,138 31.94 285,017
3528 Pamekasan 167,889 20.94 3.77 0.99 225,878 205,494 22.48 178,741 187,128 24.32 200,983
3529 Sumenep 242,508 23.10 2.95 0.56 225,096 205,556 24.61 256,419 187,184 26.89 264,978
3571 Kota Kediri 23,328 8.63 1.57 0.45 288,876 267,936 9.31 24,886 244,167 10.41 27,518
3572 Kota Blitar 9,462 7.12 1.31 0.38 257,685 232,945 7.63 10,069 213,589 7.56 9,779
3573 Kota Malang 45,439 5.50 0.73 0.17 302,103 274,863 5.90 48,356 252,024 5.58 44,366
3574 Kota Probolinggo 38,787 17.74 3.64 1.07 425,583 386,711 19.03 41,297 340,435 21.06 47,079
3575 Kota Pasuruan 15,740 8.39 0.99 0.19 269,543 244,435 9.00 16,712 224,124 9.34 15,756
3576 Kota Mojokerto 8,338 6.89 1.12 0.30 266,978 244,778 7.42 8,898 224,439 7.19 7,892
3577 Kota Madiun 9,744 5.66 0.71 0.13 260,179 241,503 6.11 10,431 220,079 5.93 10,316
3578 Kota Surabaya 183,347 6.58 1.07 0.26 310,074 282,586 7.07 149,484 255,875 6.72 171,214
3579 Kota Batu 9,088 4.74 0.52 0.10 280,330 252,890 5.11 9,683 231,877 4.81 8,842
35 JAWA TIMUR 5,227,190 13.85 2.02 0.46 227,602 199,327 15.26 5,529,301 188,317 16.22 5,860,736
Kabupaten/ Kota
Sep-11 Kemiskinan Tahun 2009Kemiskinan Tahun 2010
Sumber : BPS (Susenas, September 2011)
Catatan : yang diblok adalah daerah “Tapal Kuda”
2.3.1.19.6. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat
Pelayanan prima merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur
pemerintah selaku abdi negara dan abdi masyarakat. Tugas ini sebagaimana
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang meliputi 4 (empat)
aspek pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur
pemerintah dalam berbagai sektor pelayanan terutama yang menyangkut
pemenuhan kebutuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar masih dirasakan
belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Hal ini bisa
diketahui antara lain dari banyaknya pengaduan, keluhan yang
disampaikan oleh masyarakat melalui media masa maupun langsung
197
kepada unit pelayanan, baik menyangkut sistem dan prosedur pelayanan
yang masih berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif, kurang
akomodatif dan kurang konsisten sehingga tida menjamin kepastian
(hukum, waktu dan biaya) serta masih adanya praktek pungutan tidak
resmi. Sejalan dengan meningkatnya kesadaran berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat serta adanya tuntutan reformasi penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan, pemenuhan untuk mendapatkan pelayanan
yang baik merupakan hak masyarakat dan sebaliknya bagi aparatur
berkewajiban memberikan pelayanan dan pengayoman kepada
masyarakat.
Tabel 2.147
Persentase Penanganan Penyelesaian Pengaduan Masyarakat
Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
Penanganan Penyelesaian
PengaduanMasyarakat(%)
2009 2010 2011 2012
40,64 57,36 50,59 80,42
Selama kurun waktu 2009-2012 banyaknya kasus pengaduan masyarakat
yang berhasil diselesaikan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Semakin
tinggi nilai persentase penanganan penyelesaian pengaduan masyarakat berarti
masyarakat semakin terlayani haknya oleh aparatur negara sebagai penyelenggara
pelayanan publik, dalam hal ini adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di
lingkungan pemerintahan Provinsi Jawa Timur.
2.3.1.19.7. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dimaksudkan untuk Peningkatan
Kualitas Pelayanan Publik sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat, dan jumlah
unit pelayanan publik di Jawa Timur semakin meningkat berkat partisipasi
masyarakat, serta terwujudnya unit pelayanan yang berprestasi, sebagaimana
dalam tabel berikut :
Tabel 2.148
Capaian Kinerja Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Tahun 2009-2013
Indikator Kinerja Capaian kinerja Program
Satuan 2009 2010 2011 2012 2013*)
1. % Unit pelayanan
Provinsi yang memiliki SPP
%
54
63
71
85
88
2. % unit pelayanan Pemerintah
198
Indikator Kinerja Capaian kinerja Program
Satuan 2009 2010 2011 2012 2013*)
Kab./Kota yang memiliki SPP % 67 78 86 100 -
3. % SKPD yang melakukan
survey IKM % 5 7 8 10 11
4. % Kab./Kota yang melakukan
survey IKM % 9 10 12 16 20
5. % Kab./Kota yang telah
melaksanakan SPM % 69 72 77 86 49
6. Jumlah unit pelayanan
percontohan Provinsi dan Kab./Kota
Unit 11 13 16 20 22
CAPAIAN RATA-RATA (%) 66,19 67,50 67,00 66,00
Sumber : Biro Organisasi Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Capaian Kinerja Peninngkatan Kualitas Pelayanan Publik pada tahun 2009
sebesar 66,19%, pada tahun 2010 sebesar 67,5%, pada tahun 2011 sebesar 67%
dan pada tahun 2012 sebesar 66%. capaian kinerja peningkatan kualitas
pelayanan publik didukung dengan kegiatan optimalisasi pelayanan publik.
kegiatan optimalisasi pelayanan publik pada tahun 2013 dilakukan dengan rapat
evaluasi dan pelaksanaan SPM bidang perhubungan dan bidang penanaman modal
daerah Provinsi Jawa Timur.
2.3.1.19.8. Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan dimaksudkan untuk
terbentuknya kelembagaan yang efektif dan efisien, dan terwujudnya
penyempurnaan tatalaksana dan hubungan kerja antara Pemerintah Pusat,
Provinsi dan Kab./Kota, hal ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.149
Capaian Kinerja Program Penataan Kelembagaan dan
Ketatalaksanaan Tahun 2009 – 2013
No Indikator
Kinerja
Capaian kinerja Program
Satuan 2009 2010 2011 2012 2013*)
1. % SKPD yang telah
menyusun SOP % 30 40 45 53 60
2. % Kab/Kota yang telah
menyusun SOP % 25 29 30 34 38
Capaian Rata-Rata (%) 79,17 86,00 82,50 86,00
Sumber : Biro Organisasi Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
199
Capaian pelaksanaan penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan pada
tahun 2009 sebesar 79,17%, pada tahun 2010 sebesar 86 %, pada tahun 2011
sebesar 82,5% dan pada tahun 2012 sebesar 86%. Meningkatnya SKPD Provinsi
Jawa Timur yang telah menyusun SOP setiap tahunnya diharapkan dapat
menyempurnakan kelembagaan dan ketatalaksanaan baik di tingkat provinsi
maupun Kabupaten/Kota.
2.3.1.19.9. Penerapan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Penerapan Tata Kelola Pemerintahan yang baik. Untuk mengukur
keberhasilan dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan
capaian kinerja baik sebagai berikut :
Tabel 2.150
Capaian Kinerja Program Penerapan Tatakelola Pemerintahan Yang Baik Tahun 2009 – 2013
No Indikator Kinerja Capaian kinerja Program
Satuan 2009 2010 2011 2012
1.
Jumlah Kelompok Budaya Kerja di
Pemerintah Provinsi KBK 105 116 135 162
2. Jumlah Kelompok Budaya Kerja di
Pemerintah Kab/Kota KBK 180 210 240
290
3. % SKPD yang mengikuti Gelar
Budaya Kerja % 14 15 18 20
4. % Kab/Kota yang mengikuti Gelar
Budaya Kerja % 46 55 62 76
Rata-Rata Capaian (%) 79 78 78 79
Sumber : Biro Organisasi Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Capaian Kinerja Penerapan Tatakelola pemerintahan yang baik pada tahun
2009 sebesar 79%, pada tahun 2010 mencapai 78% dan pada tahun 2011
mencapai 78% meningkat pada tahun 2012 meningkat 79%. Realisasi capaian
target yang diharapkan masing-masing indikator meningkat setiap tahunnya. Hal
ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.151
Realisasi Program Penerapan Tatakelola Pemerintahan yang baik Tahun 2010 - 2013
No Indikator Satuan Realisasi Program
2010 2011 2012
1. Jumlah Kelompok Budaya Kerja di Pemerintah
Provinsi
KBK 116 135 162
200
No Indikator Satuan Realisasi Program
2010 2011 2012
2.
Jumlah Kelompok Budaya
Kerja di Pemerintah Kab/Kota
KBK 210 240 290
3. % SKPD yang mengikuti Gelar Budaya Kerja
% 15 18 20
4.
% Kab/Kota yang
mengikuti Gelar Budaya
Kerja
% 55 62 76
Sumber : Biro Organisasi Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Jumlah kelompok budaya kerja di pemerintah provinsi pada tahun
2010 mencapai 116 KBK meningkat 135 KBK dan meningkat 162 KBK.
Indikator Kelompok Budaya Kerja di Pemerintah Kab/Kota pada tahun
2010 mencapai 210 KBK, pada tahun 2011 meningkat 240 KBK, dan pada
tahun 2012 menjadi 290 KBK. Indikator % SKPD yang mengikuti Gelar
Budaya Kerja pada tahun 2010 hingga 2012 meningkat setiap tahunnya
yakni 15 SKPD pada tahun 2010, 18 SKPD pada tahun 2011, 20 SKPD pada
tahun 2012. Hal yang sama juga meningkat pada indikator % Kab/Kota
yang mengikuti Gelar Budaya Kerja yakni 55% Kab/Kota pada tahun 2010,
62% Kab/Kota pada tahun 2011 dan 76% Kab/Kota pada tahun 2012.
Namun demikian ada permasalahan yaitu tidak seluruh Kab/Kota
mengikutkan KBK (Kelompok Budaya Kerja) nya pada acara Gelar Budaya
Kerja, karena anggaran yang terbatas, dengan demikian perlu adanya
petunjuk pelaksanaan agar di tahun-tahun mendatang Kab/Kota
menganggarkan, agar masing-masing Kab/Kota dapat mengevaluasi
prestasi KBK-nya.
Pada pelaksanaan APBD dan APBN Provinsi Jawa Timur dititik
beratkan pada pencapaian realisasi fisik dan keuangan serta hambatan dan
permasalahan yang terjadi pada SKPD Provinsi Jawa Timur melalui
program aplikasi SMEP secara online. Untuk realisasi fisik dan keuangan
serta permasalahan pada pelaksanaan APBD dan APBN per 31 Desember
2013 mencapai 94,74 % untuk realisasi keuangan dan 98 % realisasi fisik
untuk APBD. Sedangkan APBN realisasi keuangan mencapai 85 % dan fisik
mencapai 95 %.
Perkembangan presentase realisasi keuangan dan fisik pelaksanaan
APBD Provinsi Jawa Timur secara berurutan mulai tahun 2009-2013 adalah
201
91,06 dan 95; 95 dan 98; 96,34 dan 98; 95,17 dan 98; serta 94,74 dan 98.
Sedangkan perkembangan presentase realisasi keuangan dan fisik
pelaksanaan APBN adalah 96,88 dan 98; 91,96 dan 95; 85,87 dan 90;
94,39 dan 98; serta 85 dan 90.
Berdasarkan data di atas bahwa prosentase penyerapan dana APBN
mengalami penurunan utamanya pada tahun 2011 sebesar 85,87 % dan tahun
2013 sebesar 85 %. Penurunan tersebut dikarenakan hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya penghematan yang dilakukan khususnya untuk komponen perjalanan
dinas dalam dan luar daerah.
2. Adanya revisi kode akun MAK sehingga kegiatan dihentikan
3. Adanya perencanaan kegiatan dari Kementrian yang tidak terlaksana
4. Adanya paket dana KLB tidak dapat diserap karena mendahulukan realisasi
dari dana APBD
5. Adanya beberapa lembaga kemasyarakatan yang tidak mengajukan dana
bantuan.
2.3.1.19.10. Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
Dalam rangka mendukung reformasi birokrasi diperlukan peningkatan
kualitas SDM Aparatur yang professional dalam arti memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang baik, disiplin atau taat pada ketentuan yang berlaku, serta
berdedikasi tinggi yaitu bertangggungjawab atas tugas dan tanggungjawabnya,
sehingga setiap Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Jawa Timur mampu melaksanakan
tugas yang diberikan.
Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur untuk
meningkatkan kualitas SDM Aparatur agar pengetahuan, keterampilan, keahlian,
disiplin dan perilaku kerja produktif Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur lebih baik, hal ini dapat dilihat dalam table Adapun jumlah
sebagai berikut:
Tabel 2.152 Capaian Kinerja Program Pembinaan dan Pengembangan Pegawai
Tahun 2009 – 2012
Uraian
Capaian Kinerja
Program
Satuan 2009 2010 2011 2012
Jumlah peserta bintek/sosialisasi yang
mampu menyusun formasi pegawai yang
tepat.
Org 98 98 98 98
Jumlah peserta IHT yang lulus Org 60 60 77 0
202
Uraian
Capaian Kinerja Program
Satuan 2009 2010 2011 2012
Jumlah peserta Waspim yang lulus Org 25 40 40 0
Jumlah peserta yang lulus ujian dinas/penyesuian
Org 340 345 347 188
Jumlah PNS yang mendapat fasilitasi tugas belajar S1, S2, S3
Org 17 18 21 16
Jumlah PNS yang yang disulkan dan lulus diklat pim II, III, IV
Org 86 86 90 0
Jumlah penetapan pelanggaran hukuman disiplin pegawai
SK 8 8 12 11
Jumlah penetapan pelanggaran pidana di Provinsi
SK 30 23 7 6
JUmlah penetapan pelanggaran pidana di Kab/Kota
SK 10 6 14 9
Jumlah penetapan pemberian ijin perceraian SK 20 14 5 22
Jumlah surat penolakan perceraian srt 2 4 3 3
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur
Indikator kinerja jumlah peserta bintek/sosialiasi/diklat yang mampu
menyusun formasi pegawai pada tahun 2009 s/d 2012, target yang ditetapkan
tercapai 100%, artinya diharapkan setiap SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi
Jawa Timur mampu menyusun formasi pegawai dengan benar sesuai dengan
ketentuan. Adapun Hasil-hasil program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
sebagamana tabel berikut:
Tabel 2.153
Hasil Program Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Aparatur Tahun 2009 - 2013
Uraian Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 Ket
Diklatpim II 0 26 10 0 4
Diklatpim III 29 30 40 0 80
Diklatpim IV 0 30 40 0 160
Tugas Belajar 21 20 15 15 20
Inhouse Training 68 116 77 11 0
Izin belajar 3 160 550 301
Wawasan Kepemimpinan 78 40 40 0 0
Ujian Penyesuaian Ijazah 75 107 351 182 175
Seleksi Pangkat III/d ke IV/a 0 0 0 96 64
Ujian Dinas 325 231 193 188 125
Fasilitasi Penerimaan Calon Praja
IPDN 100 100 83 109 0
203
Uraian Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 Ket
Seleksi CPNS
1. Pendaftar On-line 14.459 25.000 0 22.425 0
2. Pendaftar yang mengirim
berkas lamaran 6.757 17.015 0 14.380 0
3. Pendaftar yang memenuhi
syarat 5.809 14.702 0 10.304 0
4. Lulus 213 383 0 114 0
5. Formasi yang ditetapkan 266 395 0 148 0
Ket : *) = Rekruitmen Tahun 2010, dengan berlakunya moratorium maka 2011 tidak ada rekruitmen CPNS.
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.154
Jumlah Kebutuhan PNS Di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur
No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1. Kebutuhan PNS 30.767 30.767 30.767 33.141 33.141
2. Jumlah PNS 23.371 23.230 22.425 21.092 20.795
3. Kekurangan PNS 7.396 7.537 8.341 12.049 12.346
Sumber data : Simpeg BKD Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.155
JUMLAH KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN PNSBERDASARKAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN PNS PADA JABATAN TERTENTU
Nama Satuan Organisasi/SKPDKebutuhan PNS Bezetting
Selisih Kebth dg
Bezeting
Selisih Kebth
Tenaga. KesT. Kes Non T Kes Jumlah T. Kes Non T Kes Jumlah
a. Rumah Sakit Umum Daerah RSUD
RSUD Dr. SOETOMO 2.168 1.495 3.663 1.551 1.544 3.095 (568) (139)
RSUD Dr. SYAIFUL ANWAR 1.403 750 2.153 868 678 1.546 (607) (822)
RSUD Dr. SOEDONO 692 289 981 454 212 666 (315) (191)
RSUD HAJI 659 415 1.074 356 306 662 (412) (289)
b. Rumah Sakit Khusus Daerah RSKD
RS JIWA MENUR 141 240 381 118 216 334 (47) (2)
BP4 SURABAYA 90 38 128 78 30 108 (20) (15)
RS KUSTA KEDIRI 75 28 103 35 30 65 (38) (58)
RS PARU BATU 105 47 152 78 53 131 (21) (15)
RS PARU JEMBER 122 58 180 58 29 87 (93) (35)
BKMM Surabaya 43 34 77 25 37 62 (15) (29)
RS KUSTA SUMBER GLAGAH 121 31 152 67 27 94 (58) 13
RS PARU DUNGUS 75 52 127 37 17 54 (73) (17)
BP4 MADIUN 25 17 42 20 8 28 (14) (34)
BP4 PAMEKASAN 51 23 74 23 16 39 (35) (31)
JUMLAH 5.770 3.517 9.287 3.768 3.203 6.971 (2.316) (1.664)
Kekurangan Tenaga Kesehatan = 5.770 - 3.768 = 2.002 PNS
Kekurangan tenaga non kesehatan = 3.517 – 3.203 = 314 PNS
204
Tabel 2.156
Kegiatan Penanganan Pemrosesan Pelanggaran Kepegawaian Tahun 2009 – 2013
No Uraian Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1. Penjatuhan Hukuman PNS
Pelanggaran Disiplin
PNS :
1. Ringan 0 0 0 0 2
2. Sedang 7 0 4 4 3
3. Berat 4 8 7 7 11
Pelanggaran Pidana
PNSD Provinsi Jawa Timur :
1. Kriminal 0 3 2 3 2
2. Penyalahgunaan
jabatan/wewenang 0 0 0 0 0
3. Korupsi 0 0 15 2 1
4. Narkoba 0 1 1 1 1
PNSD Kabupaten/Kota :
1. Kriminal 0 2 0 4 1
2. Penyalahgunaan
jabatan/wewenang 0 0 0 0 0
3. Korupsi 0 1 14 4 2
4. Narkoba 0 1 0 1 0
2. Usul Pertimbangan :
1. BAPEK 0 0 0 1 0
2. Inspektorat 0 26 33 27 17
3. Perceraian
1. Pemberian izin perceraian 20 14 5 22 8
2. Penolakan izin perceraian 2 4 3 3 1
4. Konseling PNS 0 0 17 7 0
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur
Peningkatan yang signifikan ditunjukkan pada kegiatan pengadaan barang
dan jasa terutama dalam pelaksanaan lelang melalui sistem elektornik (LPSE) dan
peningkatan kualitas SDM pengadaan barang dan jasa pemerintah. Untuk
pelaksanaan lelang melalui LPSE, pertama kali dimulai pada tahun 2008 sebagai uji
coba, dari yang ditarget hanya 1 paket namun berhasil mencapai 2 paket. Untuk
kegiatan peningkatan kualitas SDM pengadaan barang dan jasa pemerintah, pada
tahun 2009 jumlah pegawai yang memiliki sertifikat keahlian pengaadaan barang
dan jasa pemerintah berjumlah 162 pegawai. Namun dengan adanya amanat dari
Keppres Nomor 80 Tahun 2003 yang mewajibkan panitia pengadaan barang dan
jasa pemerintah harus memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang dan jasa,
maka pada tahun-tahun berikutnya jumlah pegawai yang memiliki sertifikasi
mengalamai kenaikan yang signifikan.
205
Perkembangan jumlah paket pengadaan yang dilelang menggunakan LPSE
dan ULP, secara berurutan 64 paket (2009), 300 paket (2010), 856 paket (2011),
1668 paket (2012), dan 1378 paket (2013. Sedangkan perkembangan jumlah
pegawai Pemprov Jatim yang mempunyai sertifikat keahlian nasional pengadaan
barang dan jasa, pada tahun 2009-2013 secara berurutan masing-masing 162
orang, 482 orang, 683 orang, 960 orang, dan 1.033 orang pegawai Pemprov
Jatim.
2.3.1.19.11. Penyempurnaan dan Penguatan Kelembagaan Demokrasi
Bertujuan mewujudkan pemerintahan yang bersih, professional, responsif,
dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pemerintahan dan
pembangunan. Secara keseluruhan Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas
Kembagaan Pemerintah Daerah dapat disampaikan sebagai berikut :
– Fasilitasi Desk Pilkada dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah.
– Fasilitasi Pelantikan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih. Ukuran
keberhasilan dari pelaksanaan program tersebu dapat dilihat dari perkembangan
capaian kinerja program sebagai berikut:
Tabel 2.157 Capaian Kinerja Kegiatan Pelaksanaan Pilkada dan Pelantikan
Tahun 2009-2013
Uraian Capaian Kinerja Program
Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 *)
Pelaksanaan Pilkada Kab/Kota 3 18 - 5 9
Pelantikan Kepala
Daerah dan Wakil
Kepala Daerah
Kab/Kota 3 18 - 1 7
Sumber : Biro Adm. Pemerintahan Umum Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Pemilihan Kepala Daerah selama tahun yang belum 2009 s/d semester I
2013 telah difasilitasi pelaksanaannya sebanyak 35 Kabupaten/ Kota, sedangkan
kepala daerah yang sudah difasilitasi pelantikannya sebanya 29 Kabupaten/Kota.
Untuk Kepala Daerah yang belum dilantik sebanyak 7 Kabupaten/kota antara lain
Kabupaten Bondoeoso, Jombang, Lumajang, Madiun, Magetan serta Kota Malang
dan Mojokerto.
206
2.3.1.19.12. Peningkatan Kapasitas Kembagaan Pemerintah Daerah
Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah bertujuan untuk
mengkoordinasikan, mensinkronkan, serta mengevaluasi penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Secara keseluruhan hasil
Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Kembagaan Pemerintah Daerah dapat
disampaikan sebagai berikut :
– Fasilitasi Pengembangan Administrasi Pemerintahan Desa
– Pembinaan dan Monitoring Penyelenggaraan Pemdes/ Kelurahan se Jatim
– Pembekalan/Bintek Kepala Desa/BPD
– Fasilitasi Penanganan Tanah Kas Desa Untuk Pembangunan Jalan Tol Trans
– Pelaksanaan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur dan Peringatan Hari Otonomi Daerah
– Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) baik Provinsi
maupun Kabupaten/Kota
– Evaluasi Pelaksaan Otonomi Daerah dan Fasilitasi Penyelesaiaan P3D,
Penyerahan Urusan Pemerintah kepada daerah
– Fasilitasi Penggantian Antar Waktu Pimpinan/Anggota DPRD Propinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota
– Fasilitasi penyusunan Data Administrasi Wilayah, Kode Daerah dan Toponimi
bagi Kabupaten/Kota
– Fasilitasi pelaksanaan e-KTP se Jawa Timur
– Pembinaan Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Ukuran keberhasilan dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari
perkembangan capaian kinerja program sebagai berikut:
Tabel 2.158 Capaian Kinerja Bantuan Keuangan Desa (BKD)
Tahun 2009-2013
URAIAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM
SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013 *)
Alokasi BKD Desa - 1.550 1.350 1.250 1.250
Realisasi BKD Desa - 1.550 1.308 1.248 250
% Kinerja Desa - 100 96,88 99,84 20
Sumber : Biro Adm. Pemerintahan Umum Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Kegiatan Bantuan Keuangan Desa mulai dilaksanakan pada tahun 2010
yang bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan prasarana dan
sarana desa. Untuk tahun 2010 BKD diberikan kepada 1.550 desa, sedangkan
tahun 2011 dari rencana alokasi 1.350 desa terealisasi 1.308 desa. Hal ini
207
disebabkan untuk alokasi kabupaten Gresik sebanyak 42 desa minta ditangguhkan
pelaksanaannya. Untuk tahun 2012 terealisasi 1.248 desa dari 1.250 desa yang
direncanakan, hal ini disebakan adanya masalah administrasi dari 2 kepala desa di
Kabupaten Pamekasan.
Tabel 2.159
Capaian Kinerja Pergantian Antar Waktu DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2009-2013
URAIAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM
SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013 *)
PAW DPRD Provinsi SK/Orang 2 3 1 2 4
PAW DPRD Kab/Kota SK/Orang 76 23 27 21 46
Sumber : Biro Adm. Pemerintahan Umum Setda Prov. Jatim
Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Untuk tahun 2009 terdapat 38 Surat Keputusan peresmian pemberhentian
anggota DPRD Kabupaten/Kota dan 38 Surat Keputusan pengangkatan pimpinan
dan anggota DPRD Kabupaten/Kota periode 2009-2014 serta 1 serta 1 Keputusan
Menteri Dalam Negeri tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota DPRD
Provinsi Jawa Timur Periode 2009-2014 dan 1 Keputusan Menteri Dalam Negeri
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Pimpinan DPRD Provinsi Jawa Timur
Periode 2009-2014.
Sedangkan untuk tahun 2013 sampai dengan semester I, Pemerintah
Provinsi menerbitkan 46 Keputusan Gubernur Jawa Timur tentang Peresmian
Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota DPRD Kabupaten/Kota se Jawa Timur,
disebabkan banyaknya anggota DPRD Kabupaten/Kota yang diberhentikan oleh
partai politiknya, mengundurkan diri dan meninggal dunia.
2.3.1.19.13. Penegakan PERDA
Tabel 2.160
Laporan Penegakan Perda/Keputusan Kepala Daerah ( Satpol PP Provinsi Jawa Timur ) Tahun 2012
NO KAB / KOTA
TAHUN 2012 JUMLAH KETERANGAN
Semester I Semester II
1 KOTA SURABAYA 33.144 19.886 53.030 Berdasarkan Permendagri
27 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaporan
Satuan Polisi Pamong Praja dan Surat Edaran
Gubernur Jawa Timur
tanggal 16 Pebruari 2011 Nomor 300/98/070/2011
2 KOTA MADIUN 9 537 546
3 KOTA BLITAR 11 11
4 KOTA KEDIRI 0
5 KOTA MOJOKERTO 0
6 KOTA MALANG 180 188 368
7 KOTA BATU 171 233 404
208
8 KOTA PASURUAN 148 127 275 perihal Laporan Kegiatan Polisi Pamong Praja
9 KOTA PROBOLINGGO 17 49 66
10 KAB. MADIUN 0
11 KAB. BLITAR 122 127 249
12 KAB. MAGETAN 669 669
13 KAB. NGAWI 0
14 KAB. PONOROGO 32
32
15 KAB. PACITAN 0
16 KAB. TRENGGALEK 1.099 1.450 2.549
17 KAB. TULUNGAGUNG 144 273 417
18 KAB. NGANJUK 0
19 KAB. KEDIRI 13 21 34
20 KAB. MOJOKERTO 41 31 72
21 KAB. BOJONEGORO 9 9
22 KAB. TUBAN 204 204 408
23 KAB. LAMONGAN 345
345
24 KAB. JOMBANG 735 543 1,278
25 KAB. MALANG 122 37 159
JUMLAH 1 36.526 24.395 60.921 Sumber data dari Bidang Program Satpol PP Prov. Jatim
2.3.1.19.14. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban,
ketentraman, keindahan) di kabupaten
Tabel 2.161
LAPORAN KEGIATAN KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN UMUM SATPOL PP
PROV. JATIM TAHUN 2012
NO JENIS PENERTIBAN
JUMLAH PENERTIBAN
NO. PERDA / PERATURAN BULAN
PERUNDANGAN YANG
DILANGGAR JA
N
PE
B
MA
R
AP
R
ME
I
JU
NI
JU
L
AG
ST
SE
P
OK
T
NO
P
DE
S
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1
Penggunaan Rumah
Dinas bagi pegawai yang
sudah tidak aktif lagi/
pensiun ( tidak mau
pindah )
Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 5 Tahun
2009 tentang Pengelolaan
barang milik Pemerintah
Provinsi Jawa Timur
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
2
Kegiatan penambangan
pasir secara liar yang
mengakibatkan
kerusakan lingkungan
dan sarana prasarana
pengairan termasuk
penambangan tanpa izin.
Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Timur Nomor 1 Tahun
2005 Tentang Pengendalian
Usaha Pertambangan Bahan
Galian Golongan C Pada
Wilayah Sungai di Propinsi
Jawa Timur
0 0 0 0 1 0 1 0 1
2
3
Terhadap pemakaian
tanah tanpa izin dan atau
pemakaian tanah yang
tidak sesuai dengan
peruntukan yang
tercantum dalam surat
izin dapat dikenakan
sanksi administrasi
berupa pencabutan izin
dan pembongkaran atau
Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Timur Nomor 7 Tahun
2005 Tentang Pengendalian
Pemakaian Tanah di
Lingkungan Pemerintah
Propinsi Jawa Timur
0 0 0 1 0 1 0 1 0
1
209
2.3.1.20. Pemberdayaan masyarakat dan desa
Pada bidang pemberdayaan masyarakat desa, jumlah lembaga
pemberdayaan masyarakat terus mengalami peningkatan, yaitu sebesar 2.379 di
tahun 2008 menjadi 3.957 di tahun 2012. Dan terakhir pada bidang perpustakaan,
jumlah pengunjung juga menunjukkan perkembangan yang sangat baik, yaitu
sebesar 1.525.750 di tahun 2009 menjadi 1.914.811 di tahun 2011, di tahun 2012
belum terdapat data yang definitif.
2.3.1.20.1. Jumlah LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah organisasi non pemerintah
yang independen dan mandiri. Organisasi ini juga bukan merupakan bagian atau
berafiliasi dengan lembaga negara atau pemerintahan maupun partai politik.
Berdasarkan catatan dari instansi terkait Kabupaten/Kota di Jawa Timur, pada
tahun 2011 tercatat 1.668 LSM dan meningkat menjadi 1.840 LSM pada tahun
2012. Ini berarti jumlah LSM dari tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar 10,31 persen lebih sedikit peningkatannya jika dibandingkan
pada tahun 2010-2011 yaitu 13,48 persen dan lebih besar jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya (2009-2010) yang hanya 0,89 persen. Besarnya
kenaikan LSM dari tahun ke tahun ini diduga LSM yang bersangkutan sudah
melaporkan kepada instansi terkait (Bakesbangpol) tentang keberadaanya dan
didukung dengan bukti pendirian akta notaris.
penghentian pemakaian
tanah.
4
Pemanfaatan barang
milik daerah berupa
tanah / atau bangunan
yang tidak dipergunakan
untuk penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi
SKPD, dilaksanakan oleh
pengelola setelah
mendapat persetujuan
Gubernur
Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 5 Tahun
2009 tentang Pengelolaan
barang milik Pemerintah
Provinsi Jawa Timur
0 0 0 0 1 0 0 0 0
5 Operasi PNS yang keluar
pada jam kerja
Peraturan Pemerintah Nomor
53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil
0 0 0 1 0 0 0 0 0
JUMLAH 0 0 0 2 3 1 2 1 1 0 0 3
210
2.3.1.21. Kearsipan
Tujuan kearsipan sebagaimana tercantum pada pasal 3 Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan pokok Kearsipan adalah
menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan,
pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta menyediakan
bahan pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan pemerintah. Selaras dengan
tujuan kearsipan sebagaimana tersebut, maka kearsipan dapat disebut sebagai
wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa yang dapat menjadi sumber
informasi yang obyektif menyangkut ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya,
agama, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat
pengguna.
Mengingat pentingnya kearsipan sebagai wahana pelestari dan sumber
informasi maka urusan kearsipan membutuhkan sumberdaya manusia (SDM) yang
kompeten dan membutuhkan keahlian khusus. Hal ini menjadi salah satu
permasalahan terkait pengelolaan kearsipan di Jawa Timur, dimana SDM yang
terdapat di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur masih belum
memadai baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga membutuhkan
penanganan lebih lanjut.
2.3.1.22. Komunikasi dan Informatika
2.3.1.22.1. Jumlah Jaringan Komunikasi
Peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang ada pada suatu daerah. Salah satu indikator dalam
melihat perkembangan teknologi komunikasi adalah dengan melihat seberapa
banyak penduduk suatu daerah telah memiliki perangkat komunikasi berupa
handphone (HP) dan telepon rumah biasa.
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga berkembang sangat
pesat, termasuk teknologi komunikasi. Pada awalnya telepon merupakan alat
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara (percakapan).
Kemajuan teknologi komunikasi telah mampu meningkatkan fungsi telepon, dari
hanya sekedar menyampaikan pesan suara, juga dapat menyampaikan pesan tulisan
maupun gambar. Kemajuan alat komunikasi telepon yang tidak menggunakan kabel
(wireless) yang sering kita sebut sebagai handphone (telepon selular), sangat pesat
pertumbuhannya. Selain bentuk dan ukurannya yang semakin kecil dan efektif,
handphone juga ada yang disertai dengan fungsi tambahan sebagai penyimpanan
data, kamera digital, dsb. Pada era teknologi saat ini, pertumbuhan pengguna
telepon selular lebih pesat dibandingkan pengguna telepon kabel.
211
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Dalam empat tahun terakhir ini di Jawa Timur terihat jelas rumah tangga
yang mengunakan telepon terus menunjukkan penurunan dari 10,76 persen pada
tahun 2009 menjadi 5,40 persen pada tahun 2012.
Sebaliknya rumah tangga yang menggunakan telepon genggam/HP terus
meningkat. Pada tahun 2009 hingga 2010 peningkatan rumah tangga yang
menggunakan HP rata-rata pertahun sekitar 10 persen.
Berdasar data Susenas 2012 jumlah pengguna HP di Jawa Timur sekitar 41
persen. Jika dilihat keterbandingan antar wilayah jumlah persentase penduduk
pengguna HP tiga terbanyak adalah Kota Surabaya (64,22 persen), Kota Malang
(62,04 persen) dan Kota Madiun (61,35 persen). Sedangkan wilayah yang yang
penduduknya terendah (tiga terendah) berada pada pulau Madura yaitu Kabupaten
Sampang (28,35 persen), Kabupaten Sumenep (30,97 persen) dan Kabupaten
Pamekasan (31,21 persen).
2.3.1.22.2. Televisi dan Radio Lokal
Tabel 2.163
Data Lembaga Penyiaran Sekretariat (KPID) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
Televisi
No. Keterangan Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 *)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
LPS - TV Lokal Analog
LPS - TV Sistem Stasiun
Berjaringan (SSJ)
LPS - TV Lokal Digital
LPPL - TV
LPK - TV
LPB - TV
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
48
31
0
2
1
6
48
32
2
2
1
10
48
32
2
2
1
17
48
32
2
2
1
17
57
22
2
3
3
29
88 95 102 102 116
Sumber : Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Prov. Jatim Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Tabel 2.162 Persentase Rumah tangga yang Menggunakan
Alat Komunikasi Telepon dan Yang Menggunakan HP di Jawa Timur, Tahun 2009 -2012
Alat
Komunikasi 2009 2010 2011 2012
(1) (3) (4) (5) (6)
Telepon 10,76 8,54 7,49 5,40
HP 65,20 74,36 75,69 80,11
Sumber : BPS Prov. Jawa Timur
212
Tabel 2.164 Data Lembaga Penyiaran
Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 - 2013
Radio
No. Keterangan Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 *)
1.
2.
3.
4.
LPS - Existing
LPS
LPPL
LPK
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Lembaga Penyiaran
81
170
34
73
81
171
34
88
81
171
36
116
85
193
38
227
85
213
37
254
Jumlah 358 374 404 543 589
Sumber : Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Prov. Jatim Ket : *) s/d Semester I Tahun 2013
Berkenaan dengan otonomi daerah dan desentralisasi, yang kemudian di
tindak lanjuti dengan munculnya UU nomor 32/2002 tentang penyiaran berdampak
pada berkembangnya dunia pertelevisian di Indonesia semakin banyak pula stasiun
televisi yang bermunculan. Dari asalnya hanya stasiun televisi milik pemerintah
yaitu TVRI, lalu berkembang dan bermunculan berbagai stasiun televisi swasta
nasional. Seiring berjalannya waktu perkembangan dunia pertelevisian di indonesia
pun berkembang ditandai dengan bermunculannya barbagai televisi lokal yang
siaranya tidak berskala nasional, tetapi hanya berskala lokal. Meningkatnya
perkembangan teknologi TV dan Radio saat ini berpengaruh juga di Indonesia
khususnya di Jawa Timur dari tingkat perdesaan sampai perkotaan telah dapat
mengetahui kejadian-kejadian di belahan dunia lain. Meningkatnya perkembangan
tersebut dapat dilihat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 terjadi
peningkatan rata-rata pertahun sebesar 7 %.
2.3.1.22.3. Website Milik Pemerintah Daerah
Tabel 2.165 Penguasaan serta Pengembangan Aplikasi dan
Teknologi Informasi Komunikasi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
No. Komponen Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
1.
Pengembangan
Pengelolaan Website Pemprov
website 30 40 45 56 59
domain 25 30 36 42 48
2. Pemberdayaan
Masyarakat Bidang TIK kali/peserta 320 340 360 360
Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim
Capaian kinerja program penguasaan serta pengembangan aplikasi dan
teknologi informasi komunikasi dapat dilihat dari perkembangan pemanfaatan
website dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai sarana
213
penyebarluasan informasi dan komunikasi semakin meningkat, terbukti sampai
dengan akhir tahun 2013 dari 69 SKPD sudah 59 SKPD yang mempunyai website.
Penggunaan nama domain go.id juga sudah dilakukan sebagian besar SKPD,
dari 59 website SKPD ada 51 website telah memenuhi ketentuan Peraturan Menteri
Kominfo No : 28/PER/M.KOMINFO/9/2006 tentang penggunaan nama domain
go.id.
Jumlah pengunjung website www.jatimprov.go.id rata-rata 36.901
pengunjung per hari sedangkan jumlah pengunjung website kominfo-
jatimprov.go.id rata-rata 23.578 pengunjung per hari.
2.3.1.22.4. Pameran/Expo Bidang Komunikasi dan Informatika
Tabel 2.166 Pameran/Expo Bidang Komunikasi dan Informatika
Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013 Komponen Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
Pameran/expo Kali 10 10 10 10 10
Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim
Selama ini pertahun kegiatan 10 kali meliputi Pameran memperingati Hari
Jadi Provinsi Jawa Timur yang diikuti berbagai komponen terutama oleh
pemerintah daerah yang ada di Jawa Timur, Pameran Pelayanan Publik, Pekan
KIM, Pameran Jatim Expo, Pameran Jatim Fair.
Pada Pameran/Expo Jawa Timur diharapkan adanya manfaat dan tujuan
pameran adalah terciptanya citra pemerintah yang proaktif mempromosikan dan
membina para UKM di wilayahnya untuk dipromosikan ketingkat nasional. Selain
itu pemerintah berkepentingan memperoleh kesempatan untuk menyampaikan
informasi kepada dunia usaha, masyarakat luas maupun berbagai pihak mengenai
kesiapan dalam menghadapi ACFTA. Pameran itu juga dapat digunakan sebagai
sarana bagi perusahaan produsen dan pengusaha kecil menengah UKM untuk
mempromosikan hasil produk dan jasa secara efektif dan efisien. Memperlihatkan
berbagai kemajuan industri yang ada dan bisa bersaing dengan industri yang akan
masukke Indonesia. Selain itu, kegiatan ini sebagai ajang penyebarluasan
informasi mengenai potensi perekonomian daerah yang diharapkan dapat menarik
minat para investor untuk meningkatkan usaha perekonomian di masing – masing
daerah yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, patut dikelola secara arif
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, agar produksi unggulan daerah, serta
peningkatan pendapatan kesejahteraan masyarakat.
214
Gelar Pameran Pelayanan Publik Provinsi Jawa Timur diharapkan akan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan pada unit-unit pelayanan publik yang masih
banyak yang dikeluhkan dan menjadi sorotan masyarakat. Dengan telah
ditetapkannya undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
dan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelayanan Publik,
merupakan momentum keseriusan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di
segala bidang. Disamping itu, PBB juga telah menetapkan tanggal 23 Juni sebagai
Hari Pelayanan Publik Internasional / Hari Pelayanan Publik Se-Dunia. Dua
momentum penting tersebut telah semakin menguatkan tekad Pemerintah Provinsi
Jawa Timur untuk semakin baik memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Terlebih lagi karena Jawa Timur telah diakui secara nasional sebagai barometer
pelayanan publik di Indonesia yang ditandai dengan berbagai prestasi serta
kemajuan yang signifikan di bidang pelayanan publik. Pada tahun 2006 Pemerintah
Provinsi Jawa Timur juga telah dianugerahi penghargaan oleh Presiden sebagai
Pelopor Inovasi di Bidang Pelayanan Publik dan Tahun 2013 dianugerahi
penghargaan Citra Bhakti Abdi Negara sebagai pembina pelayanan publik terbaik
di Daerah.
Untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa saat ini penyelenggara
pelayanan publik di Jawa Timur telah berubah dengan memberikan pelayanan
yang lebih baik, maka hasil-hasil pelayanan dan kemajuan yang telah di capai
selama ini perlu di informasikan kepada publik melalui Gelar Pameran Pelayanan
Publik Jawa Timur.
Terselenggaranya Gelar Pameran Pelayanan Publik Jawa Timur dalam
rangka memperingati Hari Pelayanan Publik se-Dunia / Hari Pelayanan Publik
Internasional, yang diikuti oleh unit-unit pelayanan Instansi Pemerintah, Instansi
Pemerintah Provinsi, Instansi Pemerintah Kabupaten / Kota dan BUMN / BUMD di
Jawa Timur. Pengunjung berasal dari seluruh lapisan masyarakat di provinsi Jawa
Timur, mulai dari Instansi Pemerintah, BUMN/BUMD, pelaku bisnis, pemerhati
pelayanan publik, media pemberitaan lokal dan nasional, civitas akademika, serta
masyarakat umum.
Pada Pameran Dekranasda dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
produk Dekranasda Jatim, akan memasukkan unsur teknologi didalamnya, akan
tetapi tidak merubah ciri khas Indonesia. Harus dicari teknologi yang efektif dan
tepa guna yang bisa digunakan. Sebagai contoh membatik bisa lebih praktis
apabila ditemukan alat dari listrik yang bisa mempercepat dan meningkatkan
produktifitas. Dekranasda Prov. Jatim akan membina dan membantu Dekranasda
215
yang ada di 38 Kabupaten Kota agar menggunakan teknologi dalam meningkatkan
produktifitas. Yang paling utama, dalam penerapan teknologi adalah tidak
mengurangi seni dan esensi budaya lokal. Apabila hal tersebut dilakukan secara
bersamaan dan tidak mengurangi nilai budaya lokal, maka akan menghasilkan
karya yang baru , efisien dan kualitas yang lebih bagus
2.3.1.23. Perpustakaan
Minat baca masyarakat adalah suatu cermin sikap dari masyarakat terhadap
kemauan untuk mengetahui segala sesuatu informasi melalui media baca. Ditinjau
dari segi pengamatan global tentang minat baca masyarakat, secara kasar
sebenarnya masyarakat Jawa Timur minat bacanya cukup tinggi, Hal ini bisa dilihat
dari antusias masyarakat terhadap pemanfaatan perpustakaan, taman bacaan,
sudut baca, rumah baca dan sejenisnya selalu ramai dikunjungi masyarakat, akan
tetapi kalau kita amati lebih seksama ternyata masyarakat tersebut memanfaatkan
jasa perpustakaan hanyalah untuk mengisi waktu luang dan bacaanya isinya
tentang info-info yang ringan saja, belum menyentuh kepada bacaan-bacaan yang
membuat masyarakat menjadi kreatif dan inovatif, hanya kalangan masyarakat
tertentu seperti akademisi, peneliti, pelajar dan mahasiswa yang mengkomsumsi
bacaan-bacaan ilmiah. Oleh karena itu perlu adanya upaya dalam Pengembangan
Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan yang bertujuan untuk
mengembangkan, mempublikasikan dan mensosialisasikan minat dan budaya
baca, dengan menyediakan bahan pustaka, pembinaan SDM Perpustakaan.
Tabel 2.167
Jumlah dan Jenis Perpustakaan di Jawa TimurTahun 2012
No. Perpustakaan Jumlah
1 Perpustakaan Desa 1.889
2 Perpustakaan Sekolah Dasar (SD) 12.450
3 Perpustakaan Sekolah Menengah Pertama (SLTP) 3.333
4 Perpustakaan Sekolah Menengah Atas (SLTA) 2.163
5 Perpustakaan Perguruan Tinggi (PT) 305
6 Perpustakaan Umum 39
7 Perpustakaan Keliling 92
Sumber : Badan Perpustakaan dan kearsipan Prov Jatim
2.3.1.24. Ketahanan Pangan
Tingginya laju pertumbuhan penduduk Jawa Timur (0,76%), menyebabkan
kompleksnya permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Sementara
kapasitas produksi pangan pertumbuhannya lambat bahkan stagnan yang
216
disebabkan adanya kompetisi dalam pemanfaatan sumber daya lahan dan air
disamping itu stagnannya pertumbuhan produktifitas lahan dan tenaga kerja
pertanian. Pengembangan pangan lokal dan tradisional merupakan salah satu
intervensi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan alternatif masyarakat
Jawa Timur, mengingat konsumsi pangan penduduk Jawa Timur masih didominasi
oleh kelompok pangan serealia terutama beras. Ketersediaan Pangan tahun 2013
untuk beras sebesar 7.039.527 ton, Daging sebesar 345.376 ton, ikan 1.317.288
ton dan gula 1.227.898 ton .
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi penyangga pangan
nasional. Surplus komoditi pangan sebagian besar digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat di provinsi lainnya di Indonesia, disamping untuk
stok/cadangan pangan nasional. Sebagai provinsi lumbung pangan, Jawa Timur
masih perlu melakukan pemantapan ketersediaan pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan ditingkat wilayah dan rumah tangga.
Penurunan konsumsi beras merupakan salah satu prioritas dalam
pembangunan ketahanan pangan. Dengan adanya Program Percepatan
Penganekaragaman Pangan, kita dapat menurunkan konsumsi beras masyarakat
Jawa Timur dan beralih ke umbi-umbian. Mengingat potensi umbi-umbian di Jawa
Timur cukup banyak dan tersebar di berbagai kabupaten/kota. Penganekaragaman
konsumsi pangan melalui pengukuran Skor PPH untuk tahun 2013 sebesar 82,2
dan untuk tingkat konsumsi beras penduduk Jawa Timur tahun 2013 sebesar 88,7
Kg/Kap/thn
Distribusi pangan merupakan salah satu pilar terwujudnya ketahanan
pangan. Harga pangan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengevaluasi kondisi pasokan, distribusi, dan keterjangkauan/akses pangan oleh
masyarakat. Harga pangan yang stabil disepanjang waktu, terjangkau dan merata
diseluruh wilayah, mengindikasikan kondisi pasokan pangan cukup aman dengan
distribusi lancar.
217
2.3.1.25. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
2.3.1.25.1. Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP
Tabel 2.168
Kegiatan Pembinaan Terhadap LSM, Ormas Dan OKPData Tahun 2012
SKPD Kabupaten/Kota
MENUNJUKKAN JUMLAH KEGIATAN
PEMBINAAN TERHADAP LSM, ORMAS DAN OKP
JUMLAH
Kabupaten
01. Pacitan 3 3
02. Ponorogo 1 1
03. Trenggalek 2 2
04. Tulungagung 8 8
05. Blitar 3 3
06. Kediri 1 1
07. Malang 3 3
08. Lumajang 3 3
09. Jember 6 6
10. Banyuwangi 1 1
11. Bondowoso 6 6
12. Situbondo 1 1
13. Probolinggo 4 4
14. Pasuruan 0 0
15. Sidoarjo 2 2
16. Mojokerto 4 4
17. Jombang 1 1
18. Nganjuk 2 2
19. Madiun 1 1
20. Magetan 3 3
21. Ngawi 8 8
22. Bojonegoro 10 10
23. Tuban 12 12
24. Lamongan 20 20
25. Gresik 6 6
26. Bangkalan 5 5
27. Sampang 3 3
28. Pamekasan 2 2
29. Sumenep 3 3
Kota
30. Kediri (M)* 2 2
31. Blitar (M)* 2 2
32. Malang (M)* 2 2
33. Probolinggo (M)* 4 4
34. Pasuruan (M)* 3 3
35. Mojokerto (M)* 4 4
36. Madiun (M)* 33 33
37. Surabaya (M)* 0 0
38. Batu (M)* 0 0
Jawa Timur Sumber data dari Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur
218
2.3.1.25.2. Kegiatan pembinaan politik daerah
Tabel 2.169
Kegiatan Pembinaan Politik Daerah Data Tahun 2012
SKPD Kabupaten/Kota
MENUNJUKKAN JUMLAH
KEGIATAN PEMBINAAN POLITIK DAERAH
JUMLAH
Kabupaten
01. Pacitan 3 3
02. Ponorogo 1 1
03. Trenggalek 2 2
04. Tulungagung 7 7
05. Blitar 3 3
06. Kediri 14 14
07. Malang 3 3
08. Lumajang 2 2
09. Jember 3 3
10. Banyuwangi 5 5
11. Bondowoso 9 9
12. Situbondo 3 3
13. Probolinggo 4 4
14. Pasuruan 0 0
15. Sidoarjo 5 5
16. Mojokerto 20 20
17. Jombang 4 4
18. Nganjuk 2 2
19. Madiun 1 1
20. Magetan 3 3
21. Ngawi 8 8
22. Bojonegoro 30 30
23. Tuban 4 4
24. Lamongan 20 20
25. Gresik 7 7
26. Bangkalan 23 23
27. Sampang 2 2
28. Pamekasan 2 2
29. Sumenep 4 4
Kota
30. Kediri (M)* 2 2
31. Blitar (M) 1 1
32. Malang (M) 3 3
33. Probolinggo (M) 4 4
34. Pasuruan (M) 2 2
35. Mojokerto (M) 2 2
36. Madiun (M) 22 22
37. Surabaya (M)* 0 0
38. Batu (M) 0 0
Jawa Timur 230 230
Sumber data dari Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur
219
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
2.3.2.1. Pertanian
Pertanian adalah sektor yang paling strategis, terutama sub sektor tanaman
pangan, karena disamping paling banyak menyerap tenaga kerja juga merupakan
sumber makanan pokok penduduk Indonesia. Dalam pembentukan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor pertanian memberikan sumbangan yang
besar. Pemerintah cukup banyak membuat kebijakan di sektor ini, dalam rangka
mendukung kemajuan pembangunan sektor ini dalam hal peningkatan produksi,
karena keberhasilan pembangunan sektor pertanian khususnya sub sektor
tanaman pangan akan memberikan dampak yang sangat besar untuk seluruh
masyarakat.
2.3.2.1.1. Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya per
Hektar
Di Jawa Timur, beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar
penduduk. Oleh karenanya, beras menjadi komoditas strategis dan politis dalam
pembangunan nasional secara umum, khususnya dalam pembangunan sektor
pertanian di Jawa Timur. Keberadaannya menjadi suatu keharusan sehingga
pemerintah senantiasa menitikberatkan perhatiannya pada jenis komoditas ini.
Tabel 2.170
Luas panen, Produktivitas, dan Produksi Padi
Di Jawa Timur Menurut Subround, Tahun 2009 – 2013
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 (ASEM)
1. Luas Panen (ha)
- Januari – April 1.015.125 954.592 1.020.369 1.016.682 1.023.479
- Mei – Agustus 649.564 677.127 651.657 692.942 690.934
- September - Desember 240.141 332.264 254.770 266.095 334.282
- Januari - Desember 1.904.830 1.963.983 1.926.796 1.975.719 2.048.695
2. Produktivitas (ku/ha)
- Januari – April 60,00 60,93 55,89 62,04 59,79
- Mei – Agustus 58,34 56,28 48,82 59,52 56,24
- September - Desember 57,45 60,71 66,44 66,4 64,01
- Januari - Desember 59,11 59,29 54,89 61,74 59,28
3. Produksi (ton)
- Januari - April 6.090.264 5.815.944 5.702.413 6.307.444 6.119.284
- Mei - Agustus 3.789.296 3.810.657 3.181.432 4.124.461 3.885.886
- September - Desember 1.379.526 2.017.172 1.692.698 1.766.802 2.139.803
- Januari - Desember 11.259.086 11.643.773 10.576.543 12.198.707 12.144.973
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
220
Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Jawa Timur tahun
2013 sebesar 12,14 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) turun sebesar 1,62
juta ton (0,44 persen) dibanding produksi Padi tahun 2012 yang sebesar
10,20juta ton GKG.
Pada periode 2009-2013 produksi padi mampu melebihi 10 juta ton GKG per
tahunnya, bahkan peningkatan produksi padi pada tahun 2009 sangat fantastis bila
dibandingkan dengan kenaikan produksi tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan
produksi pada tahun tersebut berkat kebijakan pemerintah pusat yang
mencanangkan program P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional). Propinsi
Jawa Timur dalam program P2BN tersebut ditargetkan untuk mencapai produksi
beras mencapai 1 juta ton, atau separuh dari target peningkatan produksi yang
ditargetkan secara nasional sebesar 2 juta ton. Secara umum tahun 2009-2013
produksi padi cenderung meningkat hanya di tahun 2011 yang mengalami
penurunan
2.3.2.1.2. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB
Sektor pertanian terdiri atas sub sektor tanaman bahan makanan,
tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Dari hasil
penghitungan tahun 2013 total nilai PDRB sektor pertanian sebesar Rp.
169,43 triliun atau dengan kontribusi sebesar 14,91 persen terhadap total
nilai PDRB Jawa Timur. Apabila dilihat pada masing-masing subsektor,
penyumbang terbesar adalah subsektor tanaman bahan makanan sebesar
7,75 persen, disusul subsektor peternakan 2,93 persen dan subsektor
perkebunan 1,94 persen.
Tabel 2.171
Struktur Perekonomian Jawa Timur Tahun 2009 – 2013 (%)
Sektor/Subsektor 2009 2010 2011 2012*) 2013**)
1. Pertanian 16,34 15,75 15,39 15,42 14,91
1.1. Tanaman Bahan Makanan 8,73 8,37 8,08 8,05 7,75
1.2. Tanaman Perkebunan 2,18 2,07 2,04 2,03 1,94
1.3. Peternakan 3,07 2,99 3,00 3,01 2,93
1.4. Kehutanan 0,29 0,33 0,35 0,41 0,40
1.5. Perikanan 2,07 1,99 1,92 1,92 1,88
2. Pertambangan Dan Penggalian 2,22 2,19 2,24 2,08 2,00
3. Industri Pengolahan 28,14 27,49 27,13 27,11 26,60
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,55 1,51 1,44 1,35 1,29
5. Konstruksi 4,01 4,49 4,67 4,55 4,74
6. Perdag., Hotel Dan Restoran 28,42 29,47 30,00 30,40 31,34
7. Pengangkutan Dan Komunikasi 5,50 5,52 5,66 5,70 5,94
221
Sektor/Subsektor 2009 2010 2011 2012*) 2013**)
8. Keuangan, Persewaan Dan
Jasa Perusahaan 4,83 4,9 4,93 5,05
5,10
9. Jasa - Jasa 9,00 8,68 8,54 8,34 8,09
PDRB Jawa Timur 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Keterangan: *) Angka Diperbaiki
* *) Angka Sementara
Apabila diikuti perkembangannya selama lima tahun terakhir, tampak bahwa
kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB atau perekonomian Jawa Timur
semakin menurun. Hal ini lebih disebabkan karena sektor pertanian khususnya
subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor tanaman perkebunan sangat
tergantung pada minat masyarakat untuk tetap bertani dan ketersedian lahan
pertanian yang semakin menurun akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan
fisik sektor lainnya.
2.3.2.1.3. Kontribusi Sektor Pertanian (Palawija) Terhadap PDRB Sektor
Pertanian
Tanaman bahan makanan (tabama) meliputi komoditi : padi, palawija
(jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedele, ubi kayu, ubi jalar), buah-buahan
dan sayuran. Dari hasil penghitungan tahun 2013 total nilai subsektor tabama di
Jawa Timur atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 88,11 triliun atau dengan
kontribusi sebesar 7,75 persen terhadap total nilai PDRB. Sub sektor Tabama pada
tahun 2013 tumbuh 1,05 persen melamban apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang tumbuh 2,88 persen.
Dari total nilai tabama tersebut, kontribusi tanaman palawija sebesar 38,41
persen. Apabila dilihat perkembangannya selama empat tahun terakhir kontribusi
tanaman palawija terhadap tabama cukup fluktuatif. Secara berurutan
kontribusinya tahun 2009 sebesar 38,02 persen, tahun 2010 sebesar 34,96 persen,
tahun 2011 sebesar 36,68 persen, dan tahun 2012 sebesar 38,41 persen.
2.3.2.1.4. Kontribusi Subsektor Perkebunan Terhadap PDRB Sektor
Pertanian
Tanaman perkebunan terbagi menjadi tanaman perkebunan rakyat dan
tanaman perkebunan besar. Tanaman perkebunan rakyat mencakup hasil tanaman
perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi, kapok,
kapas, tebu, tembakau, cengkeh, tanaman obat-obatan, dan tanaman perkebunan
lainnya. Sedangkan perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan
222
besar seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak sawit, inti sawit, tebu, rami, serat
manila dan tanaman lainnya.
Hasil penghitungan PDRB tahun 2013 atas dasar harga berlaku total nilai
sub sektor perkebunan di Jawa Timur sebesar Rp. 22,06 triliun atau dengan
kontribusi sebesar 1,94 persen terhadap total nilai PDRB. Apabila dilihat
perkembangannya selama lima tahun terakhir kontribusi subsektor perkebunan
cenderung terus mengalami penurunan. Secara berurutan kontribusinya tahun
2009 sebesar 2,18 persen, tahun 2010 sebesar 2,07 persen, tahun 2011 sebesar
2,04 persen, tahun 2012 sebesar 2,03 persen dan tahun 2013 sebesar 1,94
persen.
2.3.2.2. Kehutanan
2.3.2.2.1. Kontribusi Subsektor Kehutanan Terhadap PDRB
Subsektor kehutanan mencakup kegiatan yang dilakukan di areal hutan oleh
perorangan dan badan usaha, yang mencakup usaha penanaman, pemeliharaan
dan penebangan kayu, serta pengambilan hasil hutan lainnya. Dari hasil
penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2013 telah diketahui bahwa
nilai PDRB subsektor kehutanan sebesar Rp. 4,59 triliun atau sebesar 0,40 persen
terhadap total PDRB Jawa Timur.
Apabila diikuti perkembangannya selama lima tahun terakhir, kontribusi
subsektor ini cenderung meningkat. Secara berurutan kontribusinya tahun 2009
sebesar 0,29 persen, tahun 2010 sebesar 0,33 persen, tahun 2011 sebesar 0,35
persen, tahun 2012 sebesar 0,41 persen dan tahun 2013 sebesar 0,40 persen.
Meningkatnya kontribusi subsektor kehutanan tiga tahun terakhir tersebut lebih
disebabkan karena meningkatnya produksi/panen kayu.
2.3.2.3. Energi Dan Sumberdaya Mineral
2.3.2.3.1. Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB
Sektor pertambangan dan penggalian terdiri dari subsektor pertambangan
migas, pertambangan non migas dan subsektor penggalian. Hasil penghitungan
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2012 diketahui bahwa nilai PDRB sektor
pertambangan dan penggalian sebesar Rp. 20,80 triliun atau sebesar 2,00 persen
terhadap total PDRB Jawa Timur.
Apabila diikuti perkembangannya selama empat tahun terakhir, kontribusi
sektor ini tidak mengalami perubahan yang berarti bahkan cenderung stagnan.
Secara berurutan kontribusinya tahun 2009 sebesar 2,22 persen, tahun 2010
223
sebesar 2,19 persen, tahun 2011 sebesar 2,24 persen, dan tahun 2012 sebesar
2,03 persen.
2.3.2.4. Pariwisata
2.3.2.4.1. Kunjungan Wisata
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu dari daerah tujuan wisata di
Indonesia, khususnya untuk wisatawan manca negara (wisman). Dalam setiap
tahunnya jumlah wisman yang datang ke Jawa Timur terus meningkat. Pada tahun
2012 kenaikan wisman yang berkunjung ke Jawa Timur mencapai 6,44 persen,
yaitu dari 185.815 wisman di tahun 2011 menjadi 197.776 wisman di tahun 2012
Dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Jawa Timur
tersebut, sudah barang tentu akan membawa dampak yang positif terhadap
perekonomian Jawa Timur. Untuk itu, bagi pengambil kebijakan dan para pelaku
penyedia jasa parawisata baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta
harus tetap bisa menjalankan fungsinya masing-masing, agar setiap wisman yang
datang ke Jawa Timur tetap merasa nyaman.
2.3.2.5. Kelautan Dan Perikanan
2.3.2.5.1. Produksi Perikanan
Produksi perikanan terdiri dari produksi di perikanan tangkap dan perikanan
budidaya. Perikanan Tangkap terdiri dari perikanan tangkap di laut dan perikanan
tangkap di perairan umum, sedangkan Perikanan Budidaya terdiri dari budidaya
Gambar 2.62 Grafik Jumlah Kunjungan Wisman ke Jawa Timur
Tahun 2009 – 2012
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
224
laut, tambak, kolam, sawah tambak, mina padi, karamba, dan japung. Produksi
perikanan pada tahun 2009 sebesar 914.088,4 ton, meningkat pada tahun 2010
sebesar 21,80 persen menjadi 1.113.393,5 ton, kemudian dua tahun terakhir
meningkat sebesar 9,48 persen dan 7,52 persen atau sebesar 1.218.897,8 ton
pada tahun 2011, sebesar 1.310.604,2 ton pada tahun 2012 dan pada tahun 2013
sebesar 1.356.649 ton .
Konstribusi perikanan tangkap terhadap total produksi perikanan dalam tiap
tahunnya semakin menurun, hanya 29 persen konstribusinya pada tahun 2013
atau produksinya sebesar 386.217,7 ton atau hanya naik 1,14 persen terhadap
produksi perikanan tangkap tahun 2012 .
2.3.2.5.2. Produksi Perikanan Kelompok Nelayan
Produksi Perikanan Kelompok Nelayan dianalogikan dengan produksi
Perikanan Tangkap di laut, dimana kelompok ini konstribusinya terhadap produksi
perikanan total juga semakin menurun. Dalam empat tahun terakhir, konstribusi
produksi kelompok ini tahun 2009 sebesar 43,27 persen, 30,44 persen tahun 2010,
tahun 2011 29,75 persen, 27,86 persen tahun 2012 dan 28,47 persen tahun 2013.
Tabel 2.172
Persentase Produksi Perikanan Laut terhadap Produksi Total Tahun 2009-2013
Tahun Volume (Ton)
% Perikanan Laut Produksi Total
2009 395.511,0 914.088,4 43,27
2010 338.915,2 1.113.393,5 30,44
2011 362.621,6 1.218.897,8 29,75
2012 381.802,7 1.310.976,6 29,12
2013 386.217,7 1.356.649,2 28,47
Sumber: Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur
2.3.2.6. Perdagangan
2.3.2.6.1. Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDRB
Secara geografis Jawa Timur merupakan wilayah yang dikenal sebagai
center of grafity yang menarik wilayah lain untuk transit dan bertansaksi di wilayah
ini. Besarnya aktivitas transit dan bertransaksi inilah yang memberikan nilai
tambah pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) menjadi sektor yang
memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Jawa Timur. Nilai tambah
bruto Sektor perdagangan, hotel dan restoran (atas dasar harga berlaku) tahun
2013 sebesar Rp 356,10 triliun, atau setara dengan 31,34 persen dari total nilai
PDRB Jawa Timur, merupakan kontributor terbesar dibanding 8 sektor/lapangan
225
usaha lainnya. Pertumbuhan sektor PHR tahun 2012 sebesar 10,06 persen, lebih
cepat dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,81 persen. Untuk
tahun 2013 karena terjadinya gejolak ekonomi global yang terjadi dari wilayah
Eropa dan Amerika mempengaruhi kinerja pertumbuhan sektor PHR Jawa Timur
hingga melamban mencapai 8,61 persen.
Fenomena pengaruh pasar global terhadap kinerja perdagangan di Jawa
Timur mengindikasikan belum optimalnya jaringan pasar dalam dan luar negeri
serta kurangnya promosi dan kerjasama diantara pelaku usaha perdagangan.
Fenomena ini ternyata juga berpengaruh terhadap fluktuasi Indeks Harga
Konsumen (IHK) yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi daya beli
masyarakat.
Jika dilihat dari PDRB menurut penggunaan, terindikasi bahwa kinerja
perdagangan yang tercermin dari defisit/surplus nett ekspor dari tahun 2010 -
2013 mengalami surplus dan cenderung mengalami pertambahan nilainya.
Tahun 2013 surplus nett ekspor perdagangan barang dan jasa Jawa Timur
sebesar Rp 53,728 Triliun (merupakan nilai terbesar dalam 5 tahun terakhir).
Selengkapnya terkait kinerja perdagangan ini dapat dilihat seperti pada tabel
berikut :
Tabel 2.173
Kinerja Perdagangan Jawa Timur Tahun 2010-2013
No Kinerja Tahun (Rp Triliun)
2009 2010 2011 2012 2013
I. Ekspor 323,341 375,176 439,972 523,658 585,517
a. Antar Negara 144,542 169,423 200,500 222,170 239,495
b. Antar Provinsi 178,799 205,753 239,472 301,488 346,021
II. Impor 288,534 340,140 405,395 473,206 531,788
a. Antar Negara 122,066 155,717 196,641 234,573 256,183
b. Antar Provinsi 166,468 184,423 208,754 238,633 275,604
Surplus 34,807 35,036 34,576 50,451 53,728
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Besarnya nilai surplus nett ekspor perdagangan barang dan jasa tersebut
berpengaruh pada nilai akselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Berdasar
besaran nilai itu pula pada akhirnya mulai tahun 2011 Pemerintah Provinsi Jawa
Timur membuka Kantor Perwakilan Dagang (KPD) di Provinsi lain, dimana hingga
tahun 2013 berhasil membuka 26 KPD.
226
2.3.2.6.2. Cakupan Bina Kelompok Pedagang/Usaha Informal
Berdasarkan tabel cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal selama
tahun 2009 sampai dengan 2012, jumlah kelompok pedagang/usaha informal yang
mendapat bantuan Binaan Pemda menunjukkan trend yang cukup fluktuatif, yaitu
berkisar antara 43.087 kelompok pedagang/usaha informal hingga 44.956
kelompok pedagang/usaha informal. Dari sisi jumlah kelompok pedagang/usaha
informal menunjukkan trend kenaikan dimana pada tahun 2009 jumlah kelompok
pedagang/usaha informal sebanyak 118.740, 122.599 kelompok pedagang di
tahun 2010, sebanyak 130.338 pedagang di tahun 2011 dan 139.398 kelompok
pedagang/usaha informal pada tahun 2012.
Sementara itu dari sisi rasio antara jumlah kelompok pedagang/usaha
informal yang mendapat bantuan Binaan Pemda dengan jumlah kelompok
pedagang/usaha informal juga menunjukkan rasio yang cukup fluktuatif yaitu
berkisar antara 31,69% hingga 37,86% selama kurun waktu 2009 - 2012.
Tabel 2.174
Cakupan Bina Kelompok Pedagang/Usaha Informal Tahun 2009 – 2012
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (Indikator Ekonomi dan Sosial Jawa Timur tahun 2012)
2.3.2.7. Perindustrian
2.3.2.7.1. Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB
Sektor industri pengolahan merupakan sektor strategis, karena disamping
diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sangat besar juga memiliki keterkaitan
ke depan (forward linkaged) dan keterkaitan kebelakang (backward linkage) yang
relatif banyak. Hasil penghitungan tahun 2013 total nilai PDRB sektor industri
pengolahan atas dasar harga berlaku sebesar Rp 302,31 triliun, atau setara
dengan 26,60 persen dari total nilai PDRB Jawa Timur. Pertumbuhan sektor ini di
tahun 2013 sebesar 5,59 persen, melamban dibanding tahun sebelumnya yang
tumbuh sebesar 6,34 persen.
Apabila dilihat perkembangan strukturnya dalam lima tahun terakhir
kontribusi sektor industri di Jawa Timur cenderung menurun, masing-masing
sebesar 28,14 persen pada tahun 2009, tahun 2010 sebesar 27,49 persen, tahun
No Uraian 2009 2010 2011 2012
1.
Jumlah Kelompok Pedagang/Usaha
Informal yang mendapat bantuan Binaan Pemda
44,956 43,087 44,533 44,173
2. Jumlah Kelompok Pedagang/Usaha
Informal 118,740 122,599 130,338 139,398
3. Rasio ½ 37,86 35,14 34,17 31,69
227
2011 sebesar 27,12 persen, tahun 2012 sebesar 27,11 persen dan tahun 2013
sebesar 26,60 persen. Sektor ini didominasi oleh kontribusi subsektor industri
makanan, minuman dan tembakau 57,31 persen (terhadap sektor NTB sektor
Industri) atau sebesar 15,25 persen terhadap total nilai PDRB Jawa Timur, dengan
pertumbuhan sebesar 6,07 persen.
2.3.2.7.2. Pertumbuhan Industri
Sektor industri mempunyai peran yang sangat penting baik sebagai
penggerak utama pertumbuhan ekonomi maupun dalam pemerataan hasil-hasil
pembangunan. Tujuan pembangunan industri diarahkan pada upaya untuk
memperkokoh struktur ekonomi Jawa Timur dengan keterkaitan yang kuat dan
saling mendukung antar sektor, mampu meningkatkan daya tahan perekonomian
Jawa Timur, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta
sekaligus mendorong berkembangnya kegiatan berbagai sektor pembangunan
lainnya.
Jumlah industri di Jawa Timur dalam lima tahun terakhir mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 2,63 persen. Dalam kurun waktu 2009-2013
tersebut, tercatat jumlah industri pada tahun 2009 sebanyak 716.441 perusahaan,
tahun 2010 menjadi 742.671 perusahaan, tahun 2011 menjadi 783.955
perusahaan, tahun 2012 berkembang menjadi 796.515 perusahaan serta pada
tahun 2013 kembali meningkat menjadi 799.168 perusahaan. Selengkapnya terkait
jumlah industri dan pertumbuhannya tertera seperti dalam tabel 2.169 dan gambar
2.62 berikut :
Tabel 2.175
Jumlah Industri di Jawa Timur Tahun 2009-2013
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
Perusahaan/Industri 716.441 742.671 783.178 796.537 799.168
Pertumbuhan (%) 2,00 3,66 5,45 1,71 0,33
Sumber: Dinas Perindag Provinsi Jatim
228
Gambar 2.63 Grafik Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Nilai
Produksi Industri
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur
Berdasar tabel dan grafik tersebut terlihat bahwa meskipun dari tahun ke
tahun jumlah industrinya terus mengalami pertambahan, namun jumlah
pertumbuhannya dalam dua tahun terakhir terus mengalami perlambatan.
Melambatnya pertumbuhan industri ini lebih disebabkan dari faktor krisis terutama
sebagai akibat dari gejolak perekonomian global yang berpengaruh langsung
terhadap penurunan investasi dan pada akhirnya juga memperlambat
perkembangan industri baru. Gejolak ekonomi juga ditandai dengan melemahnya
nilai tukar rupiah yang berpengaruh pada kinerja industri pengolahan berbahan
baku impor. Melambatnya pertumbuhan industri dalam kaitannya dengan gejolak
perekonomian global mengindikasikan bahwa Industri di Jawa Timur masih tinggi
tingkat ketergantungannya dengan input produksi dari bahan baku impor. Disisi
lain terindikasi pula masih rendahnya daya saing, kualitas dan design produk,
hambatan peningkatan efisiensi produksi serta efisiensi biaya transaksi yang juga
relatif masih rendah.
2.3.2.8. Ketransmigrasian
2.3.2.8.1. Transmigran Swakarsa
Program transmigrasi pada dasarnya merupakan suatu kebijakan
pemerintah yang antara lain bertujuan untuk memecahkan masalah kependudukan
dan meningkatkan pembangunan daerah. Transmigrasi tidak hanya memindahkan
229
penduduk saja tetapi juga berusaha meningkatkan pembangunan daerah tujuan
dan kesejahteraan individu/transmigran yang bersangkutan.
Jumlah transmigrasi dari Jawa Timur pada tahun 2012 sebanyak 672 KK
atau 2.113 jiwa. Dari sejumlah itu, 860 jiwa (40,70 persen) diantaranya termasuk
transmigran swakarsa. Transmigrasi Swakarsa adalah persentase jumlah
transmigran swakarsa terhadap jumlah transmigrasi. Berdasarkan
perkembangannya, dari tahun 2010 – 2012, persentase jumlah transmigrasi
swakarsa menunjukkan peningkatan yaitu dari 12,33 persen tahun 2010 menjadi
27,91 pada tahun 2011 dan 40,70 persen pada tahun 2012
Gambar 2.64
Grafik Perkembangan Jumlah Transmigrasi (jiwa) Menurut Jenisnya Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2012
Sumber : Disnakerduktrans Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja, Kependudukan
dan Trasmigrasi Provinsi Jawa Timur, diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur dan
Jawa Tengah merupakan dua propinsi yang menempatkan transmigran terbanyak
dibandingkan provinsi lainnya.
Top Related