17
BAB II
RADIO SEBAGAI MEDIA DAKWAH ISLAM
2.1. Dakwah Islam
2.1.1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari
bahasa arab yakni, دعوة – يدعو –دعا Artinya : panggilan,
ajakan, seruan (Munawwir, 1997: 406).
Adapun secara istilah banyak pakar yang menyebutkan, di
antaranya adalah sebagaimana yang dikutip oleh Amrullah Achmad
(1995: 14):
1. Sayid Quthb menyatakan bahwa dakwah adalah mengajak atau
menyeru orang masuk ke dalam sabilillah, bukan untuk
mengikuti da’i atau bukan mengikuti sekelompok orang.
2. Ahmad Ghulusy menjelaskan bahwa dakwah adalah pekerjaan
atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya mengikuti
Islam.
Jadi dapat dikatakan bahwa dakwah adalah suatu proses
penyelenggaraan aktivitas atau usaha yang dilakukan secara sadar
dan sengaja dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan tata nilai
kehidupan manusia dengan berlandaskan ketentuan Allah SWT dan
Rasulullah SAW. Dengan demikian secara terminologis dakwah
adalah komunikasi mengajak dan memanggil umat manusia kepada
18
agama Islam, memberi informasi mengenainya, amar ma'ruf nahi
munkar agar dapat tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan
supaya terlaksana ketentuan Allah, yaitu menyiksa orang yang
menolak dan mengunegerahkan pahala bagi orang yang beriman
dengan pesan-pesan komunikasi tersebut (Tim Peneliti IAIN Jami'ah
Ar-Raniry Darussalam, 1984/ 1985: 5-6).
Hakekat dakwah bukan hanya pemahaman nilai, keyakinan
dan doktrin tapi juga mengubah kondisi dari munkar ke ma’ruf.
Amar ma’ruf dan nahi munkar dalam pengertian di atas merupakan
sasaran utama gerakan dakwah yang mencakup persoalan yang luas
dan kompleks, yaitu segala dimensi kehidupan manusia, baik itu
sosial, ekonomi, politik, budaya yang berkembang sejalan dengan
sejarah dan dinamika umat.
Segala persoalan kemasyarakatan yang semakin rumit dan
kompleks yang dihadapi oleh umat manusia merupakan masalah
yang harus dihadapi dan diatasi oleh pendukung dan pelaksana
dakwah. Begitu pula kenyataan semakinn meningkatnya kampanye
dan serangan pemikiran yang menentang Islam yang diderita oleh
masyarakat Islam dalam bentuk seruan atheistis, seperti komunisme,
sekularisme dan lain sebagainya.
Untuk menghadapi masalah-masalah dakwah yang semakin
berat dan meningkat, penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dapat
dilakukakan oleh orang perorang secara sendiri-sendiri dan secara
19
sambil lalu. Tetapi harus diselenggarakan oleh para pelaksana
dakwah bekerja dalam kesatuan-kesatuan yang teratur rapi.
Perencanaan dan persiapan yang masa serta menggunakan sistem
kerja yang efektif dan efisien, penyelenggaraan dakwah akan
berhasil (Shaleh, 1977: 13).
Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi munkar juga
merupakan syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup
masyarakat. tanggung jawab tersebut adalah kewajiban manusia
yang memiliki pembawaan fitrah sebagai social being (makhluk
sosial), dan kewajiban yang ditegaskan oleh risalah sebagaimana
tercantum dalam Kitabullah dan sunnah Rasul. Oleh karena itu
dakwah bukan monopoli golongan yang disebut “ulama” atau cerdik-
cendekiawan” saja, tetapi juga merupakan kewajiban bagi setiap
manusia. Inilah maksud dari kata ud'u, yang menurut aturuan ushul
fikih, setiap fi'il amr menjadi perintah wajib yang harus dipatuhi,
selama tidak ada dalil-dalil lain yang memalingkanmnya dari wajib
itu kepada sunah atau lainnya. Jadi melakukan dakwah islamiyah
adalah wajib (baik secara secara personal maupun komunal) (Omar,
1983: 4).
2.1.2. Dasar Hukum Dakwah
Islam adalah agama yang berkembang melalui sebuah proses.
Sejak awal kehadirannya Allah SWT mengutus seorang Rasul untuk
menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh umatnya.
20
Secara yuridis perintah dakwah ini tertuang antara lain dalam
surat al-Nahl: 125, yaitu:
مادلهجة ونسعظة الحوالمة وبالحكم كببيل رإلى س عاد
بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله
دينتهبالم لمأع وه125:النحل(و(
“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantulah mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl: 125) (Departemen Agama RI, 1993: 421).
Sedangkan dalam dataran praktis pelaksanaan dakwah, Nabi
Muhammad saw. telah menggariskan dengan sabdanya:
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه
)رواه املسلم (فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإميان
“Barang siapa diantara kamu melihat satu kemungkaran, ubalah ia dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim) (Muslim, 2000: 70).
Al-Qur’an sebenarnya mengungkap kata-kata dakwah dalam
beberapa bentuk kata, di antaranya adalah dalam bentuk fi’il madli
21
(Q.S: Fusshilat: 33), mudlari’ (Q.S: Fathir: 14) dan mashdar (Q.S: al-
Baqarah: 186). Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya kata
da’a dengan segenap derivasinya mempunyai beberapa makna,
yaitu:
1. Seruan/ajakan (Q.S: Nuh: 6)
2. Panggilan (Q.S: al-Nur: 63)
3. Do’a atau Permohonan (Q.S: Ibrahim: 40)
4. Harapan (Q.S: al-Furqan: 13)
5. Tuduhan (Q.S: Maryam: 91).
Dari beberapa bentuk makna yang terkandung dalam akar
kata da’a, maka kehadiran dakwah dalam Islam adalah suatu
keniscayaan. Hal tersebut dapat dilihat pada kata ud’u yang
diterjemahkan dengan seruan adalah bentuk fiil amar atau kalimat
imperatif yang dalam kaidah ushul fiqh artinya perintah. Setiap
perintah adalah wajib dan harus dilaksanakan selama tidak ada dalil
lain yang memalingkannya dari kewajiban itu kepada sunnah atau
hukum lain. Jadi melaksanakan dakwah hukumnya wajib. Hanya saja
terdapat perbedaan pendapat ulama tentang kewajiban dakwah itu
apakah wajib ain (fardlu ain) atau wajib kifayah (wajib kiifayah)
(Sanwar, 1986: 34 & Syukir, 1983: 19).
Perbedaan pendapat para ulama ini karena perbedaan
penafsiran terhadap ayat 104 dari surat Ali Imron yang berbunyi:
22
ولتكن منكم أمة يدعون اىلاخلري ويأمرون باملعروف وينهون عن املنكر وأولئك
)104: ال عمران (هم املفلحون
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang yang beruntung”. (Ali ‘Imran: 104) (Depag RI, 1993: 93)
Perbedaan penafsiran terletak pada kata minkum “min”
diberikan pengertian “littab’idh” yang berarti sebagian, sehingga
menunjukkan kepada hukum fardhu kifayah. Sedangkan pendapat
lainnya mengartikan dengan “littabyin” yang artinya menerangkan
sehingga menunjukkan kepada hukum fardhu ain (Al-Qurthubi,
1997).
Dari ayat-ayat tersebut, dapat diketahui bahwa hukum
melaksanakan dakwah adalah wajib baik bagi muslim maupun
muslimat. Hanya saja dalam berdakwah harus disesuaikan dengan
ukuran kemampuan masing-masing. Sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
طعتسي انه فإن لمفبلس طعتسي ده فإن لمبي هريغا فليكرنم كمأى منر نم
) رواه مسلم( وذلك أضعف الإميان فبقلبه
“Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu, maka rubahlah dengan lisannya, bila ia tidak mapu rubahlah dengan
23
hatinya dan itu adalah paling lemahnya iman.” (HR. Muslim) (Muslim: 2000)
Dari dalil-dalil tersebut jelas bahwa agama Islam mewajibkan
kepada umatnya untuk berdakwah kepada siapapun tanpa pandang
muslim maupun non-muslim, sesuai dengan kemampuan yang
mereka miliki. Yang terpenting adalah cara dakwah yang dilakukan
dengan cara yang baik, dan dakwah yang dilakukan dalam rangka
menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
2.1.3. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian proses untuk mencapai
suatu tujuan tertantu. Tanpa adanya tujuan, kegiatan dakwah tidak
akan terarah bahkan dapat menyebabkan proses transformasi pesan-
pesan agama menjadi gagal. Oleh karena itu, tujuan dakwah
merupakan salah satu faktor terpenting dalam pelaksanaan dakwah.
Asmuni Syukir membagi tujuan dakwah dalam dua kategori.
a. Tujuan Umum Dakwah (major obyektif)
Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia
(meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik)
kepada jalan yang benar yang diridlai Allah SWT. Agar dapat
hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.
24
Tujuan umum tersebut menunjukkan pengertian bahwa
dakwah ditujukan kepada seluruh umat manusia untuk mencapai
tujuan hidup mereka yaitu kebahagiaan di dunia dan di akherat.
b. Tujuan Khusus Dakwah (minor obyektif)
Tujuan khusus dakwah merupakan perincian dari tujuan
umum dakwah.Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
dakwah dapat diketahui arahnya secara jelas. Tujuan khusus
dakwah tersebut adalah:
1) Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam
untuk selalu meningkatkan takwanya kepada Allah SWT.
2) Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih
muallaf.
3) Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman
kepada Allah (memeluk agama Islam)
4) Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang
dari fitrahnya (Syukir, 1983: 55-59).
Tujuan dakwah menyeru atau mengajak kepada keinsafan
atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan
sempurna, baik tehadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan
dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman
keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi
25
juga menuju sasaran yang lebih luas, yaitu lebih menyeluruh
dalam berbagai aspek kehidupan (Shihab, 1999: 194).
2.1.4. Materi Dakwah
Materi dakwah atau maadatud dakwah adalah semua bahan
atau sumber yang dipergunakan atau yang akan disampaikan oleh
da’i kepada mad’u dalam kegiatan dakwah untuk menuju kepada
tercapainya tujuan dakwah. Karena dakwah merupakan aktifitas
lanjutan daripada tugas rasul maka materi yang akan disampaikan
dalam kegiatan dakwah adalah semua ajaran yang dibawa oleh
Rasullullah SAW yang datangnya dari Allah SWT untuk seluruh
umat manusia (Sanwar, 1985: 75).
Adapun ajaran yang dibawa oleh Rasul adalah ajaran Islam,
sehingga materi dakwahnya tidak lain adalah ajaran Islam yang
bersumber dari al-Quran dan al-Hadits. Adapun isi pesan dakwah
dalam materi tersebut merupakan ajakan dan anjuran dalam rangka
mencapai tujuan dakwah.
Menurut Asmuni Syukir dalam buku Dasar-Dasar Strategi
Dakwah Islam membagi materi dakwah menjadi tiga meliputi
aqidah, syariah, dan budi pekerti (Syukir, 1983: 61-63).
a. Masalah Aqidah
Aqidah dalam Islam bersifat batiniyah yang mencakup
masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman,
26
serta masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya meliputi
syirik (menyekutukan adanya Tuhan), ingkar dengan adanya
Tuhan, dan sebagainya.
b. Masalah Syari’ah
Syari’ah dalam Islam berhubungan erat dengan amal lahir
(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum
Allah SWT guna mengatur hubungan antara manusia dengan
Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia.
Artinya bahwa masalah-masalah yang yang berhubungan dengan
syari’ah bukan hanya terbatas pada hubungan ibadah dengan
Allah SWT, tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan
pergaulan hidup antara sesama manusia diperlukan juga.
c. Masalah Akhlaqul Karimah
Sebagai materi dakwah, masalah akhlak diperlukan untuk
menyempurnakan keimanan dan keislaman.
Sedangkan Barmawie Umary membagi materi dakwah
lebih rinci lagi yaitu membaginya menjadi sepuluh materi, yaitu
aqidah, akhlak, ahkam, ukhuwah, pendidikan, sosial,
kebudayaan, kemasyarakatan, amar ma’ruf, dan nahi munkar
(Umary, t.th.: 56-58).
Secara rinci dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini:
27
1). Aqidah
Menyebarkan dan menanamkan pengertian akidah Islamiyah
yang berpangkal dari rukun iman dan segala perinciannya.
2). Akhlak
Menerangkan akhlak yang baik dan akhlak yang buruk
dengan segala dasar, hasil, dan akibatnya.
3). Ahkam
Menjelaskan aneka hukum meliputi ibadah, al-ahwal al-
syakhsiyah, muamalah yang wajib diamalkan oleh setiap
muslim.
4). Ukhuwah
Menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki oleh Islam
antar penganutnya sendiri, serta sikap pemeluk Islam
terhadap golongan lain.
5). Pendidikan
Melukiskan sistem pendidikan yang telah dipraktekkan oleh
pendidik Islam di masa lampau dan bagaimana penerapan
teori pendidikan Islam di masa sekarang.
6). Sosial
Mengemukakan solidaritas menurut tuntunan agama, tolong
menolong, kerukunan hidup sesuai dengan ajaran al Quran
dan al Hadis.
28
7). Kebudayaan
Mengembangkan kebudayaan yang tidak bertentangan
dengan norma-norma agama.
8). Kemasyarakatan
Menguraikan konstruksi masyarakat yang penuh berisi ajaran
Islam dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama.
9). Amar Ma’ruf
Mengajak manusia untuk berbuat baik guna memperoleh
kebahagiaan di dunia dan di akherat.
10). Nahi Munkar
Melarang manusia dari perbuatan jahat agar terhindar dari
malapetaka yang akan menimpa di dunia dan di akherat.
2.1.5. Media Dakwah
Media dakwah atau wasail al-dakwah adalah alat yang
dipakai sebagai perantara untuk melaksanakan kegiatan dakwah
(Sanwar, 1985: 77).
Aminuddin Sanwar (1985: 77-78) dalam buku “Pengantar
Ilmu Dakwah” membagi alat-alat tersebut dalam enam macam.
a. Dakwah melalui saluran lisan
Yang dimaksud dengan dakwah melalui saluran lisan
adalah dakwah secara langsung dimana da’i menyampaikan
ajaran dakwahnya kepada mad’u. Adapun peralatan yang dipakai
29
untuk berdakwah melalui saluran lisan adalah radio, TV, dan
sebagainya.
b. Dakwah melalui saluran tertulis
Dakwah melalui saluran tertulis adalah kegiatan dakwah
yang dilakukan melalui tulisan-tulisan. Kegiatan dakwah secara
tertulis ini dapat dilakukan melalui surat kabar, majalah, buku-
buku, brosur-brosur, selebaran, buletin, spanduk, dan lain
sebagainya.
c. Dakwah melalui saluran visual
Berdakwah melalui saluran visual adalah kegiatan
dakwah yang dilakukan dengan melalui alat-alat yang dapat
dilihat oleh mata manusia atau dapat ditatap dalam
menikmatinya. Alat-alat visual ini dapat berupa kegiatan pentas
pantomim, seni lukis, seni ukir, kaligrafi dan lain sebagainya.
d. Dakwah melalui saluran audio
Berdakwah dengan menggunakan media audio adalah
dakwah yang dilakukan dan dipakai dengan perantaraan
pendengaran. Yang termasuk dalam media audio ini adalah radio,
kaset (rekaman), dan sebagainya.
e. Dakwah melalui saluran audio visual
Dakwah melalui media ini merupakan gabungan dari
media audio dan media visual. Dengan media ini, dakwah dapat
dinikmati mad’u dengan mendengar dan melihat secara langsung.
30
Peralatan audio visual ini antara lain TV, seni drama, wayang
kulit, video, dan lain-lain.
f. Dakwah melalui keteladanan
Penyampaian dakwah melaui keteladanan adalah
penampakan konsekuensi da’i antara pernyataan dan
pelaksanaan. Dengan keteladanan ini, memudahkan mad’u untuk
meniru perbuatan yang dilakukan oleh da’i.
Jadi yang dimaksud dengan media dakwah adalah alat yang
digunakan oleh da’i untuk menyampaikan pesan dakwahnya kepada
mad’u.
2.1.6. Metode Dakwah
Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh
seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah. Sumber metode
dakwah yang terdapat di dalam al-Quran adalah hikmah, nasihat
yang baik (mauidhoh khasanah), dan berbantah dengan cara yang
paling baik (mujadalah) (Q.S: al-Nahl: 125). Sedangkan dalam
hadist metode dakwah meliputi kekuatan anggota tubuh (tangan),
dengan mulut (lidah), dan apabila tidak mampu keduanya maka
dengan kekuatan hati. Seiring dengan perkembangan zaman, metode
ini terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan peralatan yang
digunakan. Dakwah dengan media lisan, metode dakwah yang
digunakan adalah ceramah, simposium, diskusi, khotbah, sarasehan,
31
brainstorming, dan lain-lain. Dakwah dengan media tulisan, metode
dakwah yang digunakan berupa buku, majalah, surat kabar, buletin,
spanduk, pamflet, dan lain-lain. Dakwah dengan media keteladanan
metode yang digunakan berupa perilaku yang sopan sesuai dengan
ajaran Islam. Dakwah dengan media seni, metode yang digunakan
dapat berupa seni lukis, seni tari, seni suara, seni musik dan lain
sebagainya (Bachtiar, 1997: 34-35). Dengan demikian penulisan
skripsi ini, lebih difokuskan pada kajian bagaimana peranan radio
sebagai media dakwah.
2.2. Radio Sebagai Media Dakwah
2.2.1. Pengertian Radio
Radio adalah suatu alat/ media elektronika yang
menggunakan pancaran gelombang elektromagnetis sebagai
perantara. Dalam sejarahnya radio dimulai pada tahun 1820 oleh
Dane, yang merupakan karya yang sangat sederhana yakni
ditemukannya suatu penerimaan pesan (message) dalam jarak
pendek yang menggunakan kawat beraliran listrik (Effendi, 1985:
21). Sedangkan jurnalistik yang menggunakan media massa radio,
pada awalnya muncul tahun 1920.
Radio merupakan serangkaian elektronika yang dipergunakan
sebagai alat/media komunikasi modern yang sudah dikenal di
masyarakat dalam berbagai lapisan. Hanya saja radio cuma
32
mengandalkan penyampaian informasi (pesan-pesan) lewat suara.
Oleh karenanya keberhasilan komunikator radio sangat tergantung
pada kebagusan vokal dan kepandaian menggunakan bahasa.
Walaupun demikian radio tiga kekuatan dalam mempengaruhi
massa, yaitu:
a. Daya langsung
Untuk mencapai komunikannya, program disampaikan tidak
melalui proses yang terlampau sulit. Setiap gagasan atau
pemberitaan dengan cepat dapat disiarkan dari corong radio dan
langsung diterima oleh pendengar.
b. Daya tembus
Radio mampu menjelajahi hingga ke pelosok-pelosok desa,
mereka bisa mengikuti siaran-siaran radio dalam waktu yang
bersamaan dengan mereka yang tinggal dekat dengan jantung
kota.
c. Daya tarik
Radio mempunyai daya tarik tersendiri disebabkan oleh adanya
tiga unsur pendukung, sound effect yang disajikan agar berkesan
hidup, musik yang menyentuh perasaan audien dan alunan suara
penyiaran yang enak didengar.
Berdasarkan sistemnya, radio dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: radio siaran dan radio penerima. Radio siaran adalah pemancar
radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan
33
mempergunakan gelombang radio sebagai media ((Effendi, 1985:
165). Sedangkang radio penerima adalah suatu rangkaian elektronika
yang berfungsi untuk menerima siaran-siaran yang dipancarkan oleh
radio siaran lewat pemancar radio.
2.2.2. Ciri-Ciri Media Massa
Sebagaimana media komunikasi lainnya, media massa
mempunyai ciri dan karakteristik yang dapat dibedakan dengan
media lainnya.
Menurut Onong Uchjana Effendy (1986: 76) dalam buku
Dinamika Komunikasi memberikan lima ciri atau sifat dari media
massa, yaitu:
a. Sifat Komunikan
Media massa ditujukan kepada komunikan yang relatif
besar, heterogen, dan anonim. Besar berarti bahwa komunikan
dalam media massa ini jumlahnya sangat luas, dan terdiri dari
berbagai jenis tingkatan sosial, tingkatan pendidikan, tingkatan
ekonomi, dan jenis kelamin.
b. Sifat Media Massa
Sifat media massa ialah “serempak cepat”. Serempak
artinya pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat
langsung dinikmati oleh komunikan dalam waktu secara
bersamaan. Sedangkan cepat maksudnya bahwa pesan yang
34
disampaikan dapat diterima oleh komunikan dalam waktu yang
sangat singkat.
c. Sifat pesan
Sifat pesan dalam media massa adalah pertama, umum
(publik). Maksudnya bahwa media massa merupakan sarana
untuk menyampaikan pesan kepada khalayak bukan untuk
sekelompok orang tertentu. Karena pesan yang sifatnya umum,
maka sasarannya menjadi universal. Oleh karena itu pesan
tersebut bisa berkaitan dengan berbagai macam aspek, seperti
politik, ekonomi, kebudayaan, sosial dan lain sebagainya. Kedua,
pesan tersebut bersifat sejenak, yaitu hanya sajian seketika.
Media cetak merupakan bahan bacaan yang setelah isi beritanya
dibawa, dibaca, kemudian dikumpulkan atau dibuang.
d. Sifat Komunikator
Komunikator dalam media massa adalah lembaga atau
organisasi. Maksudnya adalah urusan penerbitan berada dibawah
kewenangan seorang pemimpin dimana media itu berada.
e. Sifat Efek
Efek dalam media massa muncul setelah terjadinya proses
komunikasi. Biasanya komunikator tidak dapat melihat secara
langsung reaksi dari komunikan. Efek yang terjadi menjadi
tertunda karena setelah pesan sampai kepada komunikan,
35
komunikator sudah tidak mengetahui secara pasti apakah pesan
yang disampaikan dapat diterima atau tidak.
Sedangkan Mafri Amir (1999: 29-30), memberikan
karakteristik media massa sebagai berikut:
a. Komunikasinya berlangsung satu arah
Artinya bahwa antara komunikator dan komunikan tidak
dapat merasakan reaksi masing-masing. Dimana respon yang
terjadi tidak dapat dilihat langsung sebagaimana yang terjadi
dalam komunikasi persona.
b. Komunikatornya melembaga (terstruktur dalam manajemen)
Informasi yang disampaikan bersumber dari institusi atau
lembaga. Informasi yang disampaikan telah diproses dalam
lembaga tersebut, dengan melalui tahapan-tahapan yang
dilakukan di lembaga tersbut.
c. Pesan komunikasi bersifat umum
Pesan yang disampaikan bukan bersifat pribadi melainkan
pesan yang sifatnya umun dan menyangkut orang banyak.
d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Artinya dalam waktu yang bersamaan, masyarakat dapat
mengetahui informasi yang sama dalam waktu yang serentak.
e. Komunikannya heterogen
Komunikan pada media ini tidak hanya untuk kalangan
tertentu, tetapi memberikan porsi untuk semua orang tanpa
36
memandang umur, jenis kelamin, bangsa, dan siapa saja yang
menjadi penerima informasi dari media tersebut.
2.2.3. Unsur Pesan dalam Media Massa
Charles Wright sebagaimana dikutip Wiryanto (2000: 6)
memberikan karakteristik pesan-pesan komunikasi massa sebagai
berikut:
a. Publicy (bersifat umum)
Pesan-pesan komunikasi massa tidak ditujukan kepada
perorangan, melainkan bersifat terbuka untuk umum atau publik.
Semua orang menerima pesan yang sama dan disampaikan secara
publicly.
b. Rapid (bersifat cepat)
Pesan dibuat secara massal dan dirancang untuk mencapai
audiens yang luas dan dalam waktu yang sangat singkat.
c. Transient (bersifat instan)
Pesan-pesan komunikasi massa umumnya dibuat untuk untuk
memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi sekali saja.
Sedangkan bentuk pesan terbagi menjadi tiga, yaitu
informatif, persuasif, dan koersif (Widjaja, 1987: 32).
a. Pesan berbentuk informatif yaitu pesan yang bersifat
memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta) kemudian
komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri.
37
b. Pesan berbentuk persuasif yaitu pesan yang berisikan bujukan,
membangkitkan pengertian, dan kesadaran manusia bahwa pesan
yang disampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi
perubahan ini adalah atas kehendak sendiri bukan dipaksakan.
c. Pesan berbentuk koersif yaitu pesan yang bersifat memaksa
dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan.
Bentuk dari penyampaian koersif biasanya berupa perintah-
perintah yang bersifat memaksa dan menimbulkan tekanan batin
dan ketakutan di kalangan publik.
Selain itu, pesan yang disampaikan harus mengena dalam diri
komunikan. Untuk itu, pesan harus memenuhi syarat-syarat:
a. Pesan harus direncanakan dengan baik, serta disesuaikan dengan
kebutuhan komunikan.
b. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak (komunikator dan komunikan).
c. Pesan harus menarik minat komunikan dan menimbulkan
kepuasan (Widjaja, 1987: hlm. 94).
2.2.4. Efek Media Massa
Untuk mengetahui pesan komunikasi sampai kepada
komunikan atau tidak maka dapat dilihat dari efek yang terjadi dalam
diri komunikan. Oleh karena itu, komunikasi harus mempunyai efek
menambah pengetahuan, mengubah sikap, dan menggerakkan
38
prilaku komunikan. Efek tersebut terdapat pada tiga aspek, yaitu efek
kognitif, efek afektif, dan efek behavioral (Effendi, 1992: 130-131).
a. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah efek komunikasi yang timbul pada
komunikan. Komunikasi yang terjadi merupakan informasi saja
bagi dirinya. Pesan yang disampaikan komunikator ditujukan
kepada pikiran si komunikan. Tujuan komunikator hanya pada
upaya memberi tahu.
Efek kognitif terjadi apabila komunikan dalam komunikasi
massa merasa mendapatkan banyak pengetahuan dari
komunikator komunikasi tersebut. Seorang pembaca media cetak
akan merasa mendapat pengetahuan baru setelah membaca pesan
yang dituliskan dalam media tersebut. Sedangkan penonton
televisi akan mendapatkan pengetahuan setelah menonton dan
mendengar tayangan yang disajikan oleh media audiovisual
tersebut. Apabila media tersebut telah mampu memberikan
tambahan pengetahuan bagi komunikannya, berarti media
tersebut telah menimbukan efek kognitif bagi penerima pesan
yang disampaikan.
b. Efek Afektif
Efek afektif memiliki kadar yang lebih tinggi daripada efek
kognitif. Tujuan komunikator bukan hanya komunikan menjadi
tahu, tetapi menggerakkan hatinya.
39
Efek kognitif memberikan dampak yang lebih mengena
dalam perasaan komunikannya. Ketika pembaca membaca
tulisan yang sedih, maka dalam diri komunikan akan muncul
perasaan iba, kasihan, dan sebagainya. Seorang penonton akan
tertawa ketika menyaksikan tontonan lawak atau komedi lainnya.
Jika komunikan telah dapat ikut merasakan suasana yang dicipta
oleh komunikator berarti komunikasi yang dilakukan telah
memiliki efek kognitif dalam proses komunikasi.
c. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan dampak yang timbul pada
komunikan dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.
Setelah mendapatkan tambahan pengetahuan, dan ikut
merasakan kondisi yang disampaikan komunikator, maka efek
yang terakhir adalah berubahnya prilaku dari komunikan. Jika
komunikan telah melakukan perubahan prilaku atau melakukan
apa yang disampaikan oleh komunikator berarti proses
komunikasi tersebut telah mencapai efek behavioral dalam diri
komunikan.
2.2.5. Fungsi Media Massa
Secara garis besar fungsi media massa ada tiga yaitu, (1)
menyiarkan informasi (to inform), (2) mendidik (to educate), (3)
menghibur (to entertain).
40
Onong Uchjana Efendi (1992: 23) membagi fungsi media
massa menjadi empat macam.
a. Fungsi menyiarkan informasi (to inform)
Menyiarkan informasi merupakan fungsi media massa
yang pertama dan utama. Khalayak memerlukan informasi
tentang apa yang terjadi, pikiran atau gagasan orang lain, apa
yang dikatakan, dan sebagainya.
b. Fungsi Mendidik (to educate)
Sebagai sarana pendidikan massa, media massa memuat
hal-hal yang mengandung pengetahuan sehingga komunikan
bertambah pengetahuannya.
c. Fungsi Menghibur (to entertain)
Media massa juga perlu untuk menuliskan hal-hal yang
berkaitan dengan hiburan. Ini dilakukan untuk mengurangi rasa
jenuh komunikan ketika menikmati sajian yang membutuhkan
banyak konsentrasi. Hal-hal yang bersifat hiburan biasanya
disajikan dalam cerita, dan tak jarang pula memuat sisi-sisi minat
insani (human interest).
d. Fungsi Mempengaruhi (to influence)
Fungsi mempengaruhi inilah yang menyebabkan media
massa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Harold D. Lasswell sebagaimana dikutip Wiryanto
(2000: 50), menyebutkan fungsi media massa sebagai berikut:
41
1. Surveillance of the environment
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan. Sebagai
pengamat dalam komunikasi massa, media berperan dalam
mengamati siklus yang terjadi dalam dinamika masyarakat.
Dengan adanya media ini, komunikator akan lebih berhati-hati
dalam membuat pesan yang akan disampaikan, karena dalam
proses pembuatannya selalu diamati oleh media ini. Sehingga
pesan tersebut mengandung unsur yang selalu memperhatikan
kebutuhan dan keinginan khalayak yang menjadi sasarannya.
2. Correlation of the parts of society in responding to the
environment
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat
agar sesuai dengan lingkungannya. Sebagai penghubung dari
lingkungan masyarakat, media massa diharapkan mampu untuk
menjadi mediator dalam proses komunikasi antara pembuat
kebijakan dengan masyarakat. Dengan adanya media,
masyarakat yang menjadi sasaran dalam proses komunikasi
massa dapat menyampaikan aspirasinya melalui media ini tanpa
harus bertemu langsung dengan pihak yang membuat kebijakan.
3. Transmission of the social heritage from one generation to the
next
Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu
generasi ke generasi selanjutnya.
42
Keberadaan media massa dapat juga berfungsi sebagai
pencatatan sejarah. Dengan didokumentasikannya tulisan
ataupun sajian yang berkaitan dengan kondisi zaman pada saat
tayangan itu disampaikan, maka dimasa yang akan datang tulisan
atau sajian tersebut dapat dijadikan sebagai bukti otentik bagi
kehidupan masyarakat di lain waktu.
2.3. Radio Sebagai Media Penyiaran Agama Islam
Agar suatu agama itu lestari sepanjang sejarah manusia, maka perlu
adanya suatu mata rantai dalam penyebarluasan agama tersebut. Kaitannya
dengan agama Islam, maka ada hukum wajib dakwah yaitu, menyeru serta
mengajak ke jalan ajaran-ajaran agama Islam. Dari yang belum mengerti
menjadi orang yang mumpuni, dari yang belum mengamalkan menjadi
mengamalkan dan dari yang belum memeluk menjadi searang muslim yang
patuh. Maka penyiaran agama Islam merupakan suatu tindakan dalam
rangka melestarikan ajaran agama yang dibawa Rasulullah.
Usaha penyiaran agama tersebut perlu adanya suatu media yang
dapat dengan cepat dan jangkauanya yang luas, dalam hal ini radio
merupakan salah satu media elektronika yang mampu menjawabnya. Karena
dalam penyampaian pesan-pesan, radio tidak terhalang oleh ruang dan
waktu. Melihat daya jangkau radio siaran yang luas dalam menyampaikan
pesan-pesan, menuntut para da’i atau muballigh untuk dapat
menggunakanya sebagai alat penyampaian pesan-pesan dakwah.
43
Pelaksanaan dakwah melalui radio siaran, pemerintah telah
menetapkan Undang-Undang melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 44
tahun 1987, sebagaimana yang telah dikutip oleh Masyhur Amin (1980:
108) menyatakan:
“Bahwa dakwah dan kuliah subuh melalui radio merupakan upaya penyampaian ajaran agama kepada masyarakat berfungsi dan bertujuan menyerukan dan mengajak umat beragama pada jalan yang benar dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa guna meningkatkan amal dan usaha bersama membangun masyarakat selaras dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila”.
Radio dapat dijadikan media dakwah yang bersifat auditif dalam
penyampaian pesannya berhubungan dengan keagamaan khususnya dalam
peningkatan mental sering berupa ceramah, tanya jawab, drama, uraian dan
obrolan. Sehingga radio siaran dapat dikatakan perpanjangan suara bagi da’i
atau penceramah untuk menyampaikan pesan-pesan dakwahnya.
Keberhasilan radio sebagai media penyiaran agama Islam ditentukan
oleh dua faktor, yaitu:
1. Faktor dalam, yang dimaksudkan adalah semua sistem yang terlibat di
subyek penyiaran, baik berupa teknis (berhubungan dengan alat)
maupun orang sebagai petugasnya. Radio yang mempunyai sifat
auditif menjadikan para petugas siaran harus mampu berekspresi dan
berkomunikasi yang menarik agar pendengar betul-betul terpengaruh.
2. Faktor luar, yaitu obyek (massa) sebagai pendengar atau penerima
pesan-pesan dakwah yang disampaikan melalui radio akan berhasil
sesuai dengan tujuan, bilamana pendengar memiliki sejumlah
44
pengetahuan, berfikir, sehingga peka terhadap apa yang disampaikan,
akhirnya mau bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dari pemaparan tersebut di atas, radio merupakan alat atau media
komunikasi yang merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat
primer. Dengan komunikasi manusia bisa melakukan transformasi ide
yang menjadi kelangsungan kehidupannya, dengan komunikasi pula
manusia bisa mempengaruhi bahkan bisa merubah tingkah laku
komunikan lainnya.
Secara harfiah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio,
yang bersumber dari kata communis yang artinya sama. Sedangkan dalam
bahsa Inggris dikenal dengan istilah communication (Effendy, 1992: 9).
Kata sama dalam pengertian ini berarti kesamaan makna antara
komunikator dan komunikan. Komunikasi disebut efektif apabila antara
komunikator dan komunikan memiliki kesamaan makna terhadap pesan
yang disampaikan. Sehingga dalam proses tersebut tercipta kesamaan
pikiran, dalam tingkat yang lebih tinggi komunikasi dapat merubah prilaku
dari komunikan.
Adapun mengenai pendapat para ahli, banyak yang mendefinisikan
arti komunikasi sesuai dengan latar belakang para tokoh yang
mendefinisikannya.
Harold D. Laswell, seorang sarjana hukum pada Yale University di
Amerika Serikat, sebagaimana dilansir Onong Uchjana Effendi (1999: 25)
menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menjelaskan komunikasi ialah
45
menjawab pertanyaan “who says, what in which channel to whom with,
what effect”. Sementara sarjana psikologi kenamaan Amerika Carl I.
Hovland, sebagaimana yang dikutip Onong Uchjana Effendi memberikan
definisi komunikasi sebagai proses “the process by which an individual
(the communicator) transmits stimuly (usually verbal symbols) to modify
the behaviour of other individuals” (Effendy, 1992: 4).
Komunikasi dipahami sebagai pertransferan ide antara
komunikator dan komunikan yang berlangsung antar pribadi atau tatap
muka (face to face communication). Pada umumnya komunikator
berkenalan dengan penerima pesan atau penerima informasi (komunikan)
(Muis, 2001: 4).
Seiring dengan modernnya suatu masyarakat semakin kompleks
pula sistem komunikasinya. Dengan perkembangan tersebut, komunikasi
mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan. Bahkan dalam tingkat
yang lebih luas, komunikasi dapat diartikan sebagai upaya untuk
mengetahui kebijakan pemerintah dalam menetapkan peraturan ataupun
instruksi lainnya. Untuk menyampaikan ide ini, maka dibutuhkan sebuah
sarana. Dalam hal demikian, media massa baik cetak maupun elektronik
memegang peranan yang penting dalam menyampaikan ide tersebut.
Dengan melalui media ini, seorang komunikator akan lebih mudah
menyampaikan pesan-pesannya kepada komunikan. Sehingga dalam
waktu yang singkat, pesan dapat menjangkau keberadaan khalayak yang
menjadi sasarannya (Muis, 2001: 5). Oleh karena itu, media massa
46
mempunyai peran yang sangat signifikan dalam proses komunikasi. Inilah
pentingnya mengapa penulis mengambil fokus penelitian tentang radio
sebagai media komunikasi sebagai bagian dari proses dakwah Islam.
47
Daftar Pustaka Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam Sebagai Ilmu Sebuah Pendekatan Epistemologi
Islam, Yogyakarta: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga, 1995 Al-Hajjaj, Imam Abu Husain Muslim Ibn, Shahih Muslim, t.tp.: Global Islamic
Software Company, 2000 Al-Qurthubi, Imam Abu Abdullah, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Holy Qur’an),
t.tp.: Sakhr, 1997 Amir, Mafri, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999 Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logis, 1997 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Al-Waah, Semarang,
1993 Effendi, Onong Uchjana, Spektrum Komunikasi, Bandung: Mandar Maju, 1999 _______, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986 _______, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992 _______, Radio Siaran Teori dan Praktek, Bandung: Alumni, 1985 _______, Spektrum Komunikasi, Bandung: Mandar Maju, 1992 Masyhur Amin, Metode Dakwah Islam, Yogyakarta: Sumbangsih, 1980 Muis, A., Komunikasi Islami, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 Munawwir, A.W., Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997 Omar, H.M. Toha Jahja, Ilmu Dakwah, Jakarta: Widya Karsa Pratama, 1983 Sanwar, M. Aminuddin, Pengantar Ilmu Dakwah, Semarang: Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo, 1986, hlm. 34, lihat pula Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al Ikhlas, 1983
Shaleh , A. Rasyad, Management Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977
48
Shihab, Quraisy, Membumikan al-Qur'an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1999
Tim Peneliti IAIN Jami'ah Ar-Raniry Darussalam, Pengantar Ilmu Dakwah,
Aceh: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama IAIN Jami'ah Ar-Raniry Darussalam, 1984/ 1985
Umary, Barmawie, Azas-Azas Ilmu Dakwah, Sala: Ramadani, t.th. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Grasindo, 2000
Top Related