10
BAB II
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN E-LEARNING BERBASIS WEB
ENHANCED COURSE DAN WEB CENTRIC COURSE PADA SISTEM
REPRODUKSI MANUSIA
A. Pembelajaran Biologi Menggunakan Media
1. Pengertian Belajar
Dalam aktifitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat
terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas
sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami atau tidak,
sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita
merupakan kegiatan belajar, dengan demikian dapat kita katakan, tidak ada ruang
dan waktu di mana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan
itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu,
karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah
berhenti.
Menurut Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar
dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
11
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang,serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih
baik.
2. Hasil Belajar
Menurut Purwanto, N (1990: 102), hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: pertama, kematangan/pertumbuhan. Kedua, sifat-sifat pribadi
seseorang. Ketiga, keadaan keluarga. Keempat, cara guru mengajar. Kelima, alat-
alat pelajaran. Keenam, lingkungan dan kesempatan. Ketujuh motivasi.
Kedelapan, kecerdasan/intelejensi. Purwanto (Wadud, 2005: 12) mengartikan
Intelejensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
intelejensi seseorang, sehingga terdapat perbedaan intelejensi seseorang ialah: (1)
pembawaan, ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. (2)
kematangan. Kematangan berhubungan erat dengan umur. (3) pembentukan, ialah
segala keadaaan diluar dari seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelejensi, yaitu pembentukan sengaja (sekolah) dan pembentukan tidak sengaja
(pengaruh alam sekitar). (4) minat dan pembawaan yang khas. Minat
mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan dari
perbuatan itu.
12
Selain itu juga, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu
dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan eksternal (Slameto,
2003: 54).Faktor internal terdiri dari faktor biologis (jasmaniah) dan faktor
psikologis. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang
normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir.
Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera,
anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur,
olahraga serta cukup tidur. Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan
belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental
yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama,
intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang
berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan.
Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang.
Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam
suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan
seseorang dalam suatu bidang.
Faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan
sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan rumah atau
keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang,
13
adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan
anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
Faktor lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar
para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin
yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang
dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang
juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat.
Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah,
lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan
tes, pengajian remaja dan lain-lain.
3. Peranan Media Pembelajaran
Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa. Hali ini sejalan dengan pendapat Sudjana dan Rivai
(1991; 2) bahwa media akan lebih menarik minat serta motivasi siswa sehingga
siswa akan lebih memahami pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, serta memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa.
Memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar
bagi siswa dituangkan dalam sebuah kerucut oleh Edgar Dale
14
Gambar 2. 1
Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa dapat melalui
proses perbuatan atau praktikum langsung sehingga siswa akan mengalami
sendiri apa yang telah dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui
media tertentu serta mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkrit siswa
mengalami bahan pengajaran, maka semakin banyak pengalaman yang akan
diperoleh siswa. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman
atau hanya dengan melihat maka pengalaman yang diperoleh siswa semakin
berkurang. (Sanjaya, 2008: 165).
15
B. Pembelajaran Elektronik (E-learning)
1. Pengertian e-learning
Menurut Sa’ud (2008: 180), electronic learning (e-learning) pada
hakikatnya merupakan pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer
atau internet. Teknologi belajar seperti itu dapat juga disebut pembelajaran
berbasis web (Web Based Instruction). SedangkanDong (Purbo, 2002)
mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui
perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai
dengan kebutuhannya atau e-learning didefinisikan sebagai berikut : e-Learning is
a generic term for all technologically supported learning using an array of
teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes,
teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based
training or computer aided instruction also commonly referred to as online
courses (Soekartawi, 2003).
Sanjaya (2006) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan
teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang intinya menekankan
penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Onno
W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik
dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang
digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik
internet.Internet, Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM
adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan Pengajaran boleh
16
disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun
‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda). Materi pengajaran dan
pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik,
animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk
‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya.
E-learning berperan dalam kemampuan siswa dalam mengingat materi
seperti yang digambarkan oleh Uskov, Dale, dan Dame pada Gbr. 2.1 di bawah
ini. Pembelajaran dengan menggunakan buku dan presentasi hanya mampu
membantu daya ingatan siswa dalam belajar maksimal sebesar 60%, sedangkan
posisi e-learning dengan menggunakan video, animasi, konferensi audio/ video
interaktif mampu membantu daya ingatan siswa maksimal hingga 80%. Hal ini
membuktikan bahwa e-learning memiliki dasar yang cukup kuat untuk
meningkatkan kemampuan mengingat siswa dalam belajar.
Gbr. 2.2 Kerucut e-learning
(Sumber: http://brata56.wordpress.com/2008/07/21/kelebihan-dan-kekurangan-e_learning/)
2. Pengembangan Model E-learning
17
Pendapat Rosenberg (Efendi, 2009: 136) tentang pengembangan e-
learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem
pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web
enhanced course:
1. Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang
mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan
adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan,
latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan
melalui internet. Model ini bisa dikatakan menggunakan sistem jarak jauh.
2. Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara
belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi
disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya
saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada
siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya.
Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang
relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi
tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
3. Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang
peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet
adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik
dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik
dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini
dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing
18
mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan
pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati,
melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain
yang diperlukan.
3. Perbedaan Pembelajaran Tradisional Dengan E-learning Berbasis Web
Enhanced Course dan Web Centric Course.
Herman (2005) menjelaskan perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-
learningkhususnya e-learning berbasis web enhanced course, yaitu kelas
‘tradisional’, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya,sedangkan di dalam
pembelajaran ‘e-learning’ berbasis web centric course, fokus utamanya adalah
pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk
pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-learning’ akan ‘memaksa’ pelajar
memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat
perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri di luar jam
sekolah,sehingga pelajar yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan terbantu
dengan kemampuan mereka belajar secara mandiri, sedangkan suasana
pembelajaran ‘e-learning’ berbasis web enhanced course akan membimbing
pelajar untuk aktif dalam pembelajarannya dengan bantuan dari guru dalam
mencari informasi dari internet saat jam sekolah berlangsung. sehingga pelajar
yang memiliki motivasi belajar rendah akan terbantu dengan adanya guru yang
membimbing saat pelajar membuka dan mengumpulkan informasi dari internet.
19
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno
W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-
learning, yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan
memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada,
dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan
system e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan
untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-
learning-nya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik
seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas.
Dalam hal ini berarti guru lebih baik menggunakan e-learning berbasis web
enhanced course dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta
didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya.
Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar
komputernya bersama guru dibandingkan sendiri di rumah tanpa bimbingan orang
lain,kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat
terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya,dengan demikian perbaikan
pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
4. Karakteristik E-learningBerbasis Web Centric Course.
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam
pendidikan terbuka dan jarak jauh (Siahaan, 2002), antara lain :
20
1. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau
kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh
jarak, tempat dan waktu dengan fasilitas chatting.
2. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja
kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan
yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
5. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat
diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi siswa yang tinggal jauh dari perguruan
tinggi atau sekolah konvensional.
Pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learningberbasis web
centric course juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik
(Efendi, 2009: 140), antara lain :
1. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu
sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values
dalam proses belajar dan mengajar.
21
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada
pendidikan.
4. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang
menggunakan ICT.
5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet.
8. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
5. Fungsi E-LearningSecara Umum
Siahaan (2002) menyebutkan bahwa setidaknya ada 3 fungsi pembelajaran
elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction),
yaitu sebagai suplemen yang sifatnya opsional/pilihan, pelengkap (komplemen),
atau pengganti (subtitusi).
Suplemen (Tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan
memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak.
Dalam hal ini tidak ada kewajiban bagi peserta didik untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
22
Komplemen (Pelengkap), dikatakan sebagai komplemen apabila materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran
yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi enrichment
(pengayaan) atau remedial bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran konvensional.
Subtitusi (Pengganti), beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju
memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada
peserta didiknya. Tujuannya agar pada peserta didik dapat secara fleksibel
mengelola kegiatan perkuliahan sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-
hari.
C. Sistem Reproduksi Manusia
1. Analisis Kurikulum Materi Sistem Reproduksi Manusia
Materi Sistem Reproduksi Manusia merupakan salah satu materi yang
diajarkan pada siswa kelas XI SMA semester genap. Materi ini tercakup dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Siswa diharapkan
memahami konsep sistem reproduksi manusia hingga tingkat penguasaan
menganalisis (C4). Materi ini juga dijelaskan dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Sistem Reproduksi
No. Komponen Sistem Pernapasan
23
1. Standar
Kompetensi
Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia
dan hewan tertentu, kelainan penyakit yang
mungkin terjadi serta implikasinya pada
Salingtemas
2. Kompetensi
Dasar
Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi,
dan proses yang meliputi pembentukan sel
kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, serta
kelainan penyakit yang dapat terjadi pada
sistem reproduksi manusia.
2. Karakteristik Materi Sistem Reproduksi Manusia
Materi Sistem Sistem Reproduksi Manusia terdiri dari konsep-konsep yang
yang cukup sulit untuk dipahami oleh siswa. Hal ini dikarenakan konsep Sistem
Reproduksi Manusia terdiri dari identifikasi struktur mikroskopis, beserta
fungsinya, proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi,
fertilisasi, dan fungsinya, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada system
reproduksi manusia. Karakteristik materi yang seperti ini dapat dengan mudah
dijelaskan dengan metode konvesional yaitu ceramah, tetapi akan sulit untuk
mencapai ketuntasan hasil belajar siswa. Materi ini tergolong sebagai konsep yang
abstrak. Sehingga, siswa membutuhkan sebuah cara penyampaian materi yang
mampu mengubah materi abstrak menjadi konkrit. Selain itu, jika pembelajaran
selalu dilakukan dengan metode ceramah, maka semakin lama motivasi siswa
akan berkurang. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang
24
mampu meningkatkan motivasi belajar siswa baik yang siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi dan bagi siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
sekalipun, sekaligus mampu mengkonkritkan materi Sistem Reproduksi Manusia.
Maka, jenis materi seperti ini akan mudah dipahami oleh siswa dengan
menggunakan e-learning yang terdiri dari uraian materi secara verbal disertai
dengan gambar, video, dan animasi yang dapat membantu siswa dalam
memahami sebuah konsep. Karakteristik materi yang dimaksud meliputi deskripsi
kerumitan ataupun kemudahan sub materi pada Sistem Reproduksi Manusia
seperti yang dirinci dalam Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.
Tabel 2.2 Karakteristik Materi Sistem Reproduksi Manusia
No. Sub Materi Karakteristik Materi
1. Organ reproduksi pria
Materi organ reproduksi pada pria ini
merupakan awal untuk mempelajari lebih
lanjut mengenai organ reproduksi wanita.
Siswa tidak hanya mampu menyebutkan
struktur organ - organdalam dan luar pada
reproduksi pria saja, tetapi juga
mendeskripsikan fungsi masing-masing
organ reproduksi pada pria. Materi ini tidak
terlalu sulit untuk dipahami oleh siswa.
2. Organ reproduksi wanita
Materi organ reproduksi wanita tergolong ke
dalam materi yang mirip dengan materi
25
sebelumnya, yaitu organ reproduksi pada pria
dan tidak terlalu sulit untuk dipahami siswa.
Siswa dituntut untuk menguasai konsep
secara utuh dari mulai struktur, dan fungsi
masing – masing organ reproduksi pada
wanita ini. Materi ini tidak terlalu sulit untuk
dipahami siswa.
3. Gametogenesis
Materi ini merupakan materi yang
membutuhkan daya ingat yang kuat dari
siswa untuk bisa memahami proses dari
terbentuknya gamet ini secara keseluruhan
dari awal proses sampai akhir. Materi ini
cukup sulit dipahami siswa jika hanya
dijelaskan secara ceramah oleh guru di depan
kelas. Proses-proses yang terlibat di dalam
materi ini sebaiknya disajikan tidak hanya
dengan gambar diam, tapi dengan
menggunakan animasi sehingga siswa
memahami materi dengan baik. Materi ini
cukup sulit dipahami oleh siswa.
4. Siklus Menstruasi
Materi siklus menstruasi merupakan materi
yang membutuhkan kemampuan daya ingat
26
siswa dan kemampuan berhitung siswa.
Banyak konsep yang harus dikuasai mulai
dari proses menstruasi, hormone yang
terlibat, perhitungan waktu yang dibutuhkan
setiap fase yang terjadi pada proses
menstruasi ini cukup menyulitkan siswa.
Sehingga siswa harus disajikan sebuah
grafik, animasi, dan gambar yang membantu
siswa memahami materi ini.
5. Kehamilan
Materi kehamilan merupakan materi yang
terdiri dari banyak konsep yang harus diingat
siswa mulai dari proses terbentuknya janin
bayi dari awal setelah proses fertilisasi,
hormon yang terlibat di dalam proses
kehamilan beserta fungsinya, dll. Materi ini
cukup membuat siswa merasa kesulitan
dalam memahami keseluruhan materi ini
secara utuh
6. Kelainan Organ Reproduksi
Manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem
Reproduksi manusia merupakan materi yang
diambil dari kehidupan sehari-hari.
Fenomena yang terjadi di lingkungan
dimasukkan menjadi materi yang harus
27
dipelajari oleh siswa. Pada materi ini, dapat
digunakan metode diskusi untuk membahas
masalah yang aktual.
7. Alat Kontrasepsi
Materi alat kontrasepsi biasa diajarkan
setelah kelainan organ reproduksi manusia.
Sehingga siswa diharuskan mengetahui cara
mencegah penyakit seksual dengan alat
kontrasepsi, namun siswa harus diajarkan
keuntungan dan kerugian setiap alat
kontrasepsi, sehingga siswa agak kesulitan
mempelajari materi ini karena banyaknya
alat kontrasepsi yang harus mereka ketahui
mulai dari keuntungan dan kerugiannya.
3. Deskripsi Materi Sistem Reproduksi Manusia
Tabel 2.3 Deskripsi Materi Sistem Reproduksi Manusia
28
No. Sub Materi Deskripsi Materi
1. Organ reproduksi pria
Gambar 2.3 organ reproduksi pria
Organ reproduksi pria terdiri dari :
a. Organ luar, yaitu : skrotum
dan penis.
b. Organ dalam, yaitu : testis,
epididimis, vas deferens,
saluran ejakulasi, kelenjar
reproduksi dan uretrhra
2. Organ reproduksi wanita
Gambar 2.4 Oran reproduksi wanita
Organ reproduksi pria terdiri dari :
a. Organ luar, yaitu vagina dan
vulva.
b. Organ dalam, yaitu :
Ovarium, fimbrae,
infundibulum, tuba fallopi,
uterus, cervix, saluran vagina,
dan klitoris.
3. Gametogenesis Gametogenesis terdiri dari
spermatogenesis (pembentukan
29
Gambar 2.5 oogenesis
Gambar 2.6 spermatogenesis
sperma), dan oogenesis
(pembentukan ovum).
Keduanya memiliki proses yang
berbeda. Spermatogenesis dimulai
dari spermatogonium –
spermatogenesit primer –
spermatogenesit sekunder - spermatid
– dan 4 sperma.
Oogenesis dimulai dari oogonium –
oogenesit primer - oogenesit
sekunder - ootid – 1 ovum, dan
dengan terbentuknya 2 polosit
sekunder. Hormon yang terlibat pada
spermatogenesis diantaranya adalah
testosterone, FSH, dan LH,
sedangkan pada oogenesis yaitu
progesterone, estrogen, LH, dan FSH.
4. Siklus Menstruasi Menstruasi merupakan proses
pelepasan dinding Rahim
30
Gambar 2.7 grafik hubungan hormon
dengan tahapan menstruasi
(endometrium) yang disertai dengan
pendarahan dan terjadi secara
berulang setiap bulan kecuali pada
setiap kehamilan. Fase menstruasi
dimulai dari fase menstruasi – fase
folikuler – fase ovulasi - fase luteal.
5. Kehamilan
Gambar 2.8. perkembangan embrio
Kehamilan dimulai setelah terjadinya
fertilisasi, yaitu pembuahan terjadi
saat oosit sekunder dibuahi oleh
sperma setelah memasuki saluran
tuba fallopi. Hormone yang terlibat
pada proses kehamilan adalah HCG
yang akan menghentikan proses
menstruasi. Pola perkembangan
embrio manusia dimlai pada bulan 4
sampai bulan ke-5 yang masing-
masing ditandai dengan terbentuknya
organ tertentu setiap fasenya.
31
6 Kelainan Organ Reproduksi Manusia
Gambar 2.9 penyakit klamidia
Kelainan organ reproduksi manusia
terdiri dari HIV (Human
Immunodeficiency Virus) , Gonore
(Neiserria gonorrhoeae), Sifilis
(Treponema pallidum), Herpes
genital (Herpes simplex), Klamidia
(Chlamidia trachomatis).
5. Alat Kontrasepsi
Gambar 2.10 macam – macam
kontrasepsi dan mekanismenya
Kontrasepsi terdiri dari kontrasepsi
permanen dan kontrasepsi tidak
permanen. Kontrasepsi permanen
terdiri dari vasektomi dan tubektomi,
dan kontrasepsi tidak permanen
terdiri dari kondom, pil, suntikan,
susuk KB, spons, IUD, dan
diafragma. Masing-masing alat
kontrasepsi memiliki sisi keuntungan
dan kerugian dalam pemakaiannya.
(Sumber: Nurhayati, 2008: 426 ; Campbell, 2004: 156)
32
D. Penelitian Yang Relevan
Tabel 2.4 Penelitian-penelitian yang relevan
No Nama Tahun Judul Fokus
1 Angriana
Toruan
2006 Pengaruh E-learning Terhadap
Penguasaan Konsep dan
Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Pada Konsep Sistem
Imun di SMA
Pengaruh E-learning pada
penguasaan konsep dan
berpikir kritis siwa
2 Abdul
Wadud
2005 Pengaruh E-learning Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada
Konsep Sistem Reproduksi
Manusia
Pengaruh e-learningdalam
meningkatkan hasil belajar
siswa pada konsep sistem
reproduksi manusia
3 Rissa
Trisnawaty
2006 Pengaruh E-learning Terhadap
Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Proses Sains
Siswa Pada Konsep Sistem
Eksresi di SMA
Pengaruh e-learning
terhadap penguasaan
konsep dan KPS siswa
4 Dety
Hidayati
2005 Pengaruh E-learning terhadap
kemampuan berpikir kritis
siwa SMA pada konsep
Pencemaran lingkungan
Pengaruh E-learning
terhadap kemampuan
berpikir kritis
Top Related