���
�
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian (Pustaka)
1. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah proses interaksi antara tujuan dan tindakan
untuk mencapainya. Implementasi memerlukan jaringan
pelaksana, birokrasi yang efektif. Efektivitas implementasi ditentukan oleh
kemampuan untuk membuat hubungan dan sebab-akibat yang logis antara
tindakan dan tujuan.1
Menurut Nurdin ( 2010 : 3 ) mengartikan Implementasi sebagai
evaluasi dana aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian-pengertian
diatas memperlihatkan bahwa implementasi bermuara pada aktivitas, adanya
aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme
mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu
kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.
Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan
untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan agar
dilaksanakan sesuai apa yang diinginkan Proses implementasi dilakukan
������������������������������������������������������������1 Pipin Syarifin, Dedah Jubaedah, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Bany
Quraisy, Bandung, 2004, h. 7.�
���
�
dengan mengikuti perkembangan dan megadopsi program-program yang
sudah direncanakan dan sudah diorganisasikan.
2. Tinjauan Tentang Pemerintahan Daerah
a. Dasar Hukum Pemerintahan Daerah
Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada
tanggal 17 agustus dengan sistem desentalisasi, para pendiri negara telah
menjatuhkan pilihannya pada prinsipnya pemencaran kekuasaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia yang tujuannya jelas
tercantum pada alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yang berbunyi :
“...melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memejukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”
Maka untuk mencapai maksud itu para pejabat di daerah-daerah
membantu penyelenggaraan pemerintahan daerah dan kesejahteraan
sosial melalui pembangunan daerah, kerena daerah Indonesia terbagi
dalam daerah yang bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi.
Asas otonom dan tugas pembantuan secara yuridis formal tercantum
dalam pasal 18 Undang-Undang 1945 yang berbunyi :2
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota
yang tiap-tiap propinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
������������������������������������������������������������2 Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18�
���
�
2. Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan.
3. Pemerintahan Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten dan Kota
memiliki Dewan Perwakilan Daerah yang anggota-anggotanya
dipilih melalui pemilihan umum.
4. Gubernur, Bupati dan Wali Kota, masing-masing sebagai
Kepala daerah Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten, dan
Kota yang dipilih secara demokratis.
5. Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peratuan daerah dan
peraturan-peratuaran lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan.
7. Susunan dan tatacara penyelenggaraan pemerintahan daerah
diatur dalam undang-undang.
b. Pengertian Pemerintahan Daerah
Definisi Pemerintah Daerah menurut Pasal 1 Ayat (3) UU Nomor
32 Tahun 2004): “Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau
Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.”
Kepala Daerah sebagai kepala eksekutif dibantu oleh seorang wakil kepala daerah. Kepala Daerah Provinsi disebut Gubernur, sedangkan
���
�
Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati, Kepala Daerah Kota disebut Walikota. Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagai kepala eksekutif daerah, Bupati/Walikota bertanggung jawab kepada DPRD Kabupaten/Kota. Tata cara pelaksanaan pertanggungjawaban, sebagai dimaksud diatas, ditetapkan dalam peraturan tata tertib DPRD sesuai pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah. Kepala Daerah wajib menyampaikan pertanggung jawaban kepada DPRD pada setiap akhir tahun anggaran. Kepala Daerah wajib memberikan pertanggung jawaban kepada DPRD untuk hal tertentu atas permintaan DPRD. Pemilihan Kepala Daerah untuk Daerah otonom Kabupaten/ Kota telah diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat daerah yang bersangkutan melalui wakil-wakilnya yang duduk di DPRD. Sedangkan untuk Kepala Daerah pada wilayah provinsi, karena kedudukannya selain sebagai Kepala Daerah, juga sebagai Kepala Wilayah maka proses rekuitmennya harus memadukan dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan pemerintah pusat dan daerah (Sarundajang, 2001:77).
Pemerintah dalam arti sempit hanyalah lembaga eksekutif saja,
sedangkan dalam arti luas mencakup aparatur negara yang meliputi
semua organ-organ, badan-badan atau lembaga-lembaga, alat
perlengkapan negara yang melaksanakan berbagai kegiatan untuk
mencapai tujuan negara.3 Arti sempit dalam pemerintahan adalah segala
kegiatan, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga
eksekutif untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti luas
adalah segala kegiatan yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan
dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau penduduk
dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Pemerintah
dalam segi struktural dapat didefinisikan pula sebagai suatu sistem
struktur dan organisasi dari berbagai macam fungsi yang dilaksanakan
atas dasar-dasar tertentu untuk mewujudkan tujuan negara.
������������������������������������������������������������3 Philipus M.Hadjon, Pengertian Pengertian Dasar Tindak Pemerintahan, Djumali,
Surabaya, 1982, h. 6.
���
�
Pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk
memelihara kedamaian dan keamanan Negara, kedalam dan luar negeri.
Pemerintahan harus mempunyai:
1. kekuatan militer atau kemampuan untuk mengendalikan
angakatan perang
2. Kekuatan legislatif atau dalam arti pembuatan undang-undang
3. Kekuatan finansial atau kemampuan untuk mencukupi
keuangan masyarakat dalam rangka membiayai ongkos
keberadaan Negara dalam menyelenggarakan peraturan. Istilah
pemerintahan dapat dikaji atau ditinjau dari tiga aspek yaitu :4
a. Ditinjau dari aspek kegiatan (dinamika), pemerintahan
berarti segala kegiatan atau usaha yang
terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan
berlandaskan pada dasar negara.
b. Ditinjau dari aspek struktural fungsional, pemerintahan
mengandung arti seperangkat fungsi negara, yang satu
sama lain saling berhubungan secara fungsional, dan
melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi
tercapainya tujuan negara.
c. Ditinjau dari aspek tugas dan kewenangan Negara,
maka pemerintahan berarti seluruh tugas dan
kewenangan Negara.
��������������������������������������������������������������Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu politik, Grasindo, Jakarta, 1992, h. 168.�
�
�
Secara deduktif dapat disimpulkan bahwa pemerintah dan
pemerintahan dibentuk berkaitan dengan pelaksanaan berbagai fungsi
yang bersifat operasional dalam rangka pencapaian tujuan negara yang
lebih abstrak, dan biasanya ditetapkan secara konstitusional. Berbagai
fungsi tersebut dilihat dan dilaksanakan secara berbeda oleh sistem sosial
yang berbeda, terutama secara ideologis. Hal tersebut terwujud dalam
sistem pemerintahan yang berbeda, dan lebih konkrit terwakili oleh dua
kutub ekstrim masing-masing rezim totaliter (sosialis) dan rezim
demokratis. Substansi perbedaan keduanya terletak pada perspektif
pembagian kekuasaan negara (pemerintah).
Pemencaran kekuasaan (dispersed of power), menurut Leslie
Lipson, merupakan salah satu dari lima isu besar dalam proses politik.
Pemerintahan daerah merupakan konsekuensi pelaksanaan pemencaran
kekuasaan itu5. Pengertian pemerintah dalam perspektif Undang- Undang
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menentukan bahwa :
”Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik”.
b. Pasal 4 ayat (1) menentukan :
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”.
c. Pasal 18 ayat (1) menentukan bahwa :
������������������������������������������������������������5 Joseph Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Indonesia, PT Grafindo Persada,
Jakarta, 1988, h. 5.�
��
�
“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang”.
Sehubungan dengan ketentuan pasal-pasal tersebut diatas, maka
dapat dikatakan bahwa konsep pembagian kekuasaan secara vertikal
merupakan suatu konsep yang dianut secara formal dalam negara
kesatuan Republik Indonesia atau atau dengan rumusan lain dapat
disimpulkan bahwa terdapat pembagian kekuasaan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.6
Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut
Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah
untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam penyelenggaraan
otonomi daerah, dipandang perlu untuk lebih menenkankan pada prinsip-
prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta
memperhatikan potensi dan keberagaman daerah. Dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-
Undang Dasar 1945, pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,
diarahkan untuk memepercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan
������������������������������������������������������������6 Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintah Daerah kajian tentang Hubungan Keuangan
antara Pusat dan Daerah, UII Perss, Yogyakarta, 2006, h. 36.
�
�
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhasan
suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintahan daerah dalam Undang-Undang No 32 Tentang
Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
Pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan urusan
pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah dan dengan
pemerintahan daerah yang lainya. Hubungan ynag dimaksud meliputi
hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam, dan sumber daya lainnya. Hubungan keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan
merata. Hubungan-hubungan tersebut dapat menimbulkan hubungan
administrasi dan hubungan antarsusunan kewilayahan.7
Hubungan administrasi adalah hubungan yang terjadi sebagai
konsekuensi kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
merupakan satu kesatuan dalam penyelenggaraan administrasi negara.
Hubungan kewilayahan adalah hubungan yang terjadi sebagai
������������������������������������������������������������7 HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesi, Dalam Rangka Sosialisasi
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, h.154
��
�
konsekuensi dibentuk dan disusunnya daerah otonom yang
diselenggarakan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian, wilayah daerah merupakan satu kesatuan wilayah
negara yang utuh dan bulat.8
Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintah yang
menjadi kewenangan, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-
undang ditentukan menjadi urusan pemerintah. Urusan pemerintah ini
adalah pemerintah yang mutlak menjadi kewenangannya dan urusan
bidang lainnya yaitu bagian-bagian-bagian urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah. Penyelenggaraan urusan pemerintah
merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan antara pemerintahan
daerah, provinsi, kabupaten dan kota atau antar pemerintahan daerah
yang saling terkait, tergantung, dan sinergis sebagai suatu sistem
pemerintahan.
Pendapat HAW. Widjaja tentang antar pemerintahan daerah adalah
hubungan antara provinsi dengan provinsi, kabupaten/kota atau provinsi
dengan kabupaten/kota. Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang
pemerintah daerah yang berdasarkan kriteria tersebut terdiri atas urusan
wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan yang sangat
mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara,
antaralain perlindungan hal konstitusional, perlindungan kepentingan
nasional, kesejahtraan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum
dalam rangka menjaga keutuhan NKRI, dan pemenuhan komitmen
������������������������������������������������������������8 Ibid.�
��
�
nasional yang berhubungan dengan perjanjian dan konvensi
internasional. Urusan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada di
daerah dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah.9
Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian
urusan pemerintahan kepada Perangkat Pemerintahan atau Wakil
Pemerintahan di daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan
daerah dan atau pemerintahan desa.
c. Peranan Dinas Daerah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
Provinsi. Daerah Provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan
daerah Kota. Setiap daerah Provinsi, daerah Kabupaten, dan daerah Kota
mempunyai Pemerintahan Daerah yang diatur dengan undang- undang.
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara Pemerintahan
Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota,
dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
������������������������������������������������������������9 HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, Dalam Rangka Sosialisasi
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, h. 164-165.
��
�
Dinas Daerah Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksana
Pemerintah Kabupaten/Kota dipimpin oleh seorang Kepala yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui
Sekretaris Daerah. Dinas Daerah Kabupaten/Kota mempunyai tugas
melaksanakan kewenangan desentralisasi. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud Dinas Daerah Kabupaten/Kota
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum;
c. pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas dalam lingkup
tugasnya.10
Dinas Daerah Kabupaten/Kota sebanyak-banyaknya terdiri dari 14
(empat belas) Dinas. Pada Dinas Daerah Kabupaten/Kota dapat dibentuk
Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah Kabupaten/Kota, untuk
melaksanakan sebagian tugas Dinas yang mempunyai wilayah kerja satu
atau beberapa Kecamatan. Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dipimpin oleh seorang Kepala
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas dan
secara operasional dikoordinasikan oleh Camat.
Pada Dinas Daerah Kabupaten/Kota dapat dibentuk Unit Pelaksana
Teknis Dinas Daerah (UPTD) Kabupaten/Kota untuk melaksanakan
sebagian tugas Dinas yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa
kecamatan. Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah.
������������������������������������������������������������10 http://mitoyono.blogspot.com/2010/12/kedudukan-tugas-dan-fungsi-perangkat, html.�
��
�
Daerah dapat berarti Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Dinas Daerah
menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan teknis sesuai dengan
lingkup tugasnya, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan
umum, serta pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup
tugasnya.11. Dinas Daerah Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksana
Pemerintah Kabupaten/Kota dimpimpin oleh seorang Kepala yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui
Sekretaris Daerah.
3. Tinjauan Umum Tentang Tugas Pembantuan
Istilah tugas pembantuan secara tegas dan formal pertama kali di
gunakan pada masa UU nomor 5 tahun 1974. Pada peraturan perundang-
undangan sebelumnya lebih banyak digunakan
istilah medebewind dan zelfbestuur. Dimana asas Tugas Pembantuan
merupakan salah satu asas penyelenggaraan pemerintah daerah selain asas
desentralisasi dan asas dekosentrasi.12
Lebih lanjutnya mengenai asas tugas pembantuan tercantum dengan
tegas dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945, yang berbunyi : “Pemerintahan
daerah Propinsi, Daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi otonomi dan tugas
pembantuan”. Menurut Irawan Soejito pada ketentuan tersebut, asas
otonomi selalu bergandengan dengan asas tugas pembantuan (autnomie dan
���������������������������������������������������������������http://id.wikipedia.org/wiki/Dinas_daerah, di akses pada tanggal 3 Januari 2014�
12 Wasistiono Sadu, Memahami Asas Tugas Pembantuan Pandangan Legalistik, Teoritik dan Implementatif, Fokusmedia: Bandung. 2006, h. 5.�
��
�
medebewind). Istilah medebewind disalin ke dalam bahsa Indonesia dengan
istilah “tugas pembantuan”. Tugas Pembantuan itu dapat berupa tindakan
mengatur (tugas legislatif) atau dapat pula dapat berupa tugas eksekutif
(beschiken). Daerah yang mendapat tugas pembantuan diwajibkan untuk
mempertaggungjawabkan kepada yang menugaskan.13
Menurut Koesoemahatmadja dalam Nurcholis ( 2007 : 22 ) dalam
sistem tugas pembantuan pemerintah pusat atau daerah otonom yang lebih
tinggi menyerahkan urusan yang menurut peraturan perundangan
merupakan kewenangannya, kepada daerah otonom dibawahnya daerah
otonom yang diserahi ini lalu melaksanakannya melalui perangkatnya
(dinas-dinas). Dalam melaksanakan tugas tersebut, aparat pelaksana (dinas-
dinas) tidak bertanggungjawab kepada pemerintah pusat / daerah yang lebih
tinggi yang bertugas tapi kepada kepala daerah karena tugas pembantuan
pada dasarnya adalah melaksanakan kewenangan pemerintah pusat atau
pemerintah atasnya, maka sumber biaya berasal dari pemerintah yang
memberikan penugasan. Sumber biaya berasal dari APBN dan atau APBD
pemerintah daerah yang lebih tinggi.
a. Dasar Hukum Asas Tugas Pembantuan
Pengaturan mengenai Tugas pembantuan diatur dalam Pasal 1
angka 9 menurut UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
menyatakan :14
������������������������������������������������������������13 Irawan Soejito, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Rineka Cipta,
Jakarta.1990, h. 117.�14 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 angka 9.�
��
�
“Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu”
Dan dasar asas Tugas Pembantuan tercantum juga dengan tegas
dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945, yang berbunyi : “Pemerintahan
Derah Propinsi, Daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan”.15 Ketentuan dalam Pasal 9 angka 1 menurut UU No. 32
Tahun 2004 tersebut merupakan dasar pengaturan mengenai tugas
pembantuan. Dalam halnya wewenang propinsi, kabupaten dan kota
dalam rangka otonomi daerah (daerah berotonomi) merupakan isi rumah
tangga daerah atau yang biasa disebut juga urusan rumah tangga daerah.
Bersumber dari otonomi dan tugas pembantuan, otonomi merupakan
satu bagian dari desentralisasi. Kepada pemerintahan diserahi wewenang
untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, dan dapat pula
diserahi untuk menjalankan tugas-tugas pembantuan (medebewind).
b. Tugas Pembantuan Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004
Pengaturan Tugas Pembantuan Berdasarkan UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah disahkan dan diundangan pada
tanggal 15 Oktober 2004 (Lembaran Negara RI nomor 4437), yang
terdiri dari 16 Bab, dan 240 Pasal, berbeda dengan undang-undang
sebelumnya. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 merupakan
������������������������������������������������������������15 Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.�
��
�
undang-undang pemerintahan daerah yang kedelapan, dibuat berdasarkan
Pasal UUD 1945 yang telah diamandemen. Asas-asas penyelenggaraan
pemerintah bagi daerah menggunakan :
1. Asas otonomi
2. Asas tugas pembantuan.
Pada Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004, tugas
pembantuan diatur dalam tiga (3) pasal yang terpisah, yaitu pasal 1 angka
(9) mengenai rumusan pengertian tugas pembantuan dan pasal 20 yang
mengatur asas penyelenggaraan pemerintahan dan pasal 207. Ketentuan
ketiga pasal tersebut, rumusan selengkapnya :
1. Pasal 1 angka 9 menyatakan : “Tugas Pembantuan adalah
penugasan dari pemerintah kepada pemerintah daerah dan/atau
desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota atau desa
serta dari pemerintah/kota kepada desa untuk melaksanakan
tugas tertentu”16.
2. Pasal 20 ayat (2) menyatakan : “Dalam menyelenggarakan
pemerintahan, pemerintah menggunakan asas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”17.
3. Pasal 20 ayat (3) menyatakan : “Dalam menyelenggarakan
pemerintahan daerah, pemerintah daerah menggunakan asas
otonomi dan tugas pembantuan”18
4. Pasal 207 menyatakan : “Tugas pembantuan dari pemerintah
provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota kepada desa
������������������������������������������������������������16 Pasal 1 angka 9 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.�17 Pasal 20 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.�18 Pasal 20 ayat (3) UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.�
��
�
disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya
manusia”19
c. Tujuan Tugas Pembantuan
Maksud dilaksanakannya tugas pembantuan adalah mempercepat
terwujudnya penyelenggaraan Asas Tugas Pembantuan yang dapat
diimplementasikan, Selain itu untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan
pelayanan umum. Tugas pembantuan juga dimaksudkan untuk
meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas dan penyelesaian
permasalahan serta pengembangan pembangunan bagi Daerah dan Desa.
Sementara itu tujuan tugas pembantuan antara lain: untuk meningkatkan
sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang diperlukan untuk
menjamin keberhasilan penyelenggaraan Tugas Pembantuan. Selain itu,
tugas pembantuan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat Desa diberbagai bidang terutama pendidikan, kesehatan dan
daya beli masyarakat, pekerjaan Umum, Pertanian & Trantib. Tugas
pembantuan juga sebagai upaya pemerataan pembangunan dan
pemberian pelayanan diseluruh wilayah Propinsi dan meningkatkan
kualitas sarana dan prasarana ekonomi perdesaan untuk memudahkan
kebutuhan masyarakat Desa dalam rangka meningkatkan produksi,
kesempatan kerja dan pendapatan desa sesuai dengan karakteristik desa
masing-masing. Prinsip-prinsip pelaksanaan Tugas Pembantuan adalah
sebagai berikut:
������������������������������������������������������������19 Pasal 207 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.�
���
�
1. Program kegiatan Tugas Pembantuan yang dapat ditugas-
pembantuankan kepada desa (bidang-bidang) dimusyawarahkan
terlebih dahulu dengan desa sebagai penerima tugas
pembantuan.
2. Kebijakan dan program tugas pembantuan (bidang-bidang)
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur setelah mendapat usulan
dari hasil rapat koordinasi antara Sekretaris dengan Dinas-
dinas/Lembaga Teknis Daerah Provinsi sesuai dengan bidang
wewenang dan tugas masing-masing.
3. Anggaran atau dana program tugas pembantuan (bidang-bidang)
berasal dari APBD Provinsi atau dari Pemerintah
Propinsi, penyaluran dana diberikan secara langsung kepada
yang menerima tugas pembantuan yaitu Desa melalui Bank
yang ditunjuk.
4. Camat dan Dinas-dinas/Lembaga Teknis Daerah Kabupaten
yang membidangi (bidang-bidang) sebagai Tim Pelaksana
secara teknis operasional ditetapkan oleh Bupati dan diusulkan
kepada Gubernur.
5. Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan oleh Pemerintahan Desa
dan dapat mengikutsertakan masyarakat.
6. Pelaporan dan pertanggungjawaban dilakukan oleh Kepala Desa
penerima tugas pembantuan kepada Gubernur melalui Camat
dan Dinas-dinas/Lembaga Teknis Daerah Kabupaten untuk
diteruskan ke Dinas/LTD Provinsi.
��
�
7. Pemantauan dan pengawasan kegiatan dilakukan oleh Badan
Pengawasan Daerah Propinsi dan Dinas-dinas/Lembaga Teknis
Daerah (5 bidang).
8. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik
secara teknis maupun administrasi, transparan dan akuntabilitas.
Tugas pembantuan, sebagai salah satu asas pemerintahan,
mengandung pengertian penyertaan tugas-tugas atau program-program
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Tingkat I
yang diberikan untuk turut dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II,
dimana pelaksanaannya dapat tercermin dari adanya konstribusi Pusat
atau Propinsi dalam hal pembiayaan pembangunan, maka besarnya
konstribusi tersebut dapat digunakan untuk mengukur besarnya
penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat sentralistik.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan
pemerintahannya menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan. Dekonsentrasi dan tugas pembantuan diselenggarakan
karena tidak semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat dilakukan
dengan menggunakan asas desentralisasi. Disamping itu, sebagai
konsekuensi negara kesatuan memang tidak dimungkinkan semua
wewenang pemerintah didesentralisasikan dan diotonomkan sekalipun
kepada daerah.20
������������������������������������������������������������20 Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan�
���
�
Penyelenggaraan asas tugas pembantuan adalah cerminan dari
sistem dan prosedur penugasan Pemerintah kepada daerah dan/atau desa,
dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan dan pembangunan yang disertai dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada
yang memberi penugasan. Tugas pembantuan diselenggarakan karena
tidak semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan
menggunakan asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Pemberian
tugas pembantuan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan,
dan pelayanan umum. Tujuan pemberian tugas pembantuan adalah
memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian permasalahan, serta
membantu penyelenggaraan pemerintahan, dan pengembangan
pembangunan bagi daerah dan desa. Tugas pembantuan yang diberikan
oleh Pemerintah kepada daerah dan/atau desa meliputi sebagian tugas-
tugas Pemerintah yang apabila dilaksanakan oleh daerah dan/atau desa
akan lebih efisien dan efektif. Tugas pembantuan yang diberikan oleh
pemerintah provinsi sebagai daerah otonom kepada kabupaten/kota
dan/atau desa meliputi sebagian tugas-tugas provinsi, antara lain dalam
bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, serta
sebagian tugas pemerintahan dalam bidang tertentu lainnya, termasuk
juga sebagian tugas pemerintahan yang tidak atau belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten dan kota. Tugas pembantuan yang diberikan
���
�
oleh pemerintah kabupaten/kota kepada desa mencakup sebagian tugas-
tugas kabupaten/kota di bidang pemerintahan yang menjadi wewenang
kabupaten/kota.
Sedangkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah harus didanai dari APBN melalui bagian anggaran
kementerian/lembaga. Pengaturan pendanaan kewenangan Pemerintah
melalui APBN mencakup pendanaan sebagian urusan pemerintahan yang
akan dilimpahkan kepada gubernur berdasarkan asas dekonsentrasi, dan
sebagian urusan pemerintahan yang akan ditugaskan kepada daerah
provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan asas tugas pembantuan.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah yang menyatakan bahwa perimbangan keuangan antara
Pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan suatu sistem yang
menyeluruh dalam rangka pendanaan atas penyelenggaraan asas
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.21 Perimbangan
keuangan dilaksanakan sejalan dengan pembagian urusan pemerintahan
antara Pemerintah dan pemerintahan daerah yang dalam system
pengaturannya tidak hanya mencakup aspek pendapatan daerah, tetapi
juga aspek pengelolaan dan pertanggungjawaban.
Ruang lingkup Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan mencakup
aspek penyelenggaraan, pengelolaan dana, pertanggungjawaban dan
������������������������������������������������������������21 Pasal 2 Ayat (3) Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.�
���
�
pelaporan, pembinaan dan pengawasan, pemeriksaan, serta sanksi.22
Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dalam Pasal 8
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan (PP 7/2008), meliputi:
1. Pelimpahan urusan pemerintahan.
2. Tata cara pelimpahan.
3. tata cara penyelenggaraan; dan
4. tata cara penarikan pelimpahan.
Berkenaan dengan tugas pembantuan, pemerintah dapat
memberikan tugas pembantuan kepada pemerintah provinsi atau
kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa untuk melaksanakan sebagian
urusan pemerintahan. Pemerintah provinsi, juga dapat memberikan tugas
pembantuan kepada pemerintah kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa
untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan provinsi, serta,
Pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan tugas pembantuan kepada
pemerintah desa untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan
kabupaten/kota.
Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari Pemerintah
kepada pemerintah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau pemerintah
desa merupakan sebagian urusan pemerintahan diluar 6 (enam) urusan
yang bersifat mutlak yang menurut peraturan perundang-undangan
ditetapkan sebagai urusan Pemerintah. Urusan pemerintahan yang dapat
ditugaskan dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota
������������������������������������������������������������22 Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.�
���
�
dan/atau pemerintah desa merupakan sebagian urusan pemerintahan yang
menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai urusan
pemerintah provinsi. Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan dari
pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa merupakan sebagian
urusan pemerintahan yang menurut peraturan perundang-undangan
ditetapkan sebagai urusan pemerintah kabupaten/kota.
d. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan
Sehubungan dengan pemberian tugas pembantuan dapat dilakukan
oleh Pemerintah kepada daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) dan
Desa, serta dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota dan Desa maupun dari
dari Kabupaten Kota kepada Desa.
Terkait dengan hal yang dimaksud, maka tata cara atau mekanisme
penyelenggaraan tugas pembantuan, baik inisiatif datangnya dari pemberi
tugas maupun penerima tugas pembantuan, sebagai berikut :
1. Pola Pemberian Tugas Pembantuan dari Pemerintah kepada
Kabupaten/Kota
1.1. Tata cara Tugas Pembantuan dari pemerintah Pusat kepada
Kabupaten/Kota (Inisiatif dari Departemen Teknis Pusat) yaitu
sebagai berikut :
a. Departemen dan lembaga Pemerintah Non Departemen
memberitahukan kepada Bupati/Walikota mengenai Rencana
Pemberian Tugas Pembantuan.
���
�
b. Sekretaris Daerah atas nama Bupati/Walikota melaksanakan
Rapat Koordinasi dengan Dinas/Lembaga Teknis.
c. Hasil Rakor disampaikan kepada Bupati/Walikota, kemudian
Bupati/Walikota memberitahukan mengenai persetujuan
pelaksanaan Tugas Pembatuan kepada Departemen dan
Lembaga Non Departemen yang merencanakan memberi
Tugas Pembantuan dengan tembusan kepada Gubernur.
1.2. Tata cara Tugas Pembantuan dari Pemerintah Pusat kepada
Kabupaten/Kota (Inisiatif dari Kabupaten/Kota) :
a. Perangkat Kabupaten/Kota (Dinas/Lembaga Teknis)
menginvestarisasi kegiatan dan kewenangan Pemerintah
Pusat yang mungkin dapat ditugaspembantukan baik secara
tetap maupun temporer.
b. Hasil investarisasi dilaporkan kepada Bupati/Walikota
melalui Sekretaris Daerah.
c. Bupati/Walikota menugaskan Sekretaris Daerah agar
membahas usulan dari Dinas/Lembaga Teknis melalui rapat
koordinasi.
d. Hasil Rapat Koordinasi tersebut oleh Bupati/Walikota
diusulkan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga Non
Departemen mengenai kemungkinan Tugas Pembantuan
dubidang tertentu dengan tembusan kepada Gubernur sebagai
Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.
���
�
e. Bupati/Walikota selanjutnya menunggu kemungkinan adanya
Tugas Pembantuan dari Pemerintah Pusat berdasarkan usulan
dari Pemerintah Kabupaten/Kota.
e. Latar Belakang Perlunya Pemberian Tugas Pembantuan
a. Adanya peraturan perundang-undangan yang membuka peluang
dilakukannya pemberian tugas pembantuan dari pemerintah kepada
daerah dan desa dan dari pemerintah daerah kepada desa (Pasal 18A
UUD 1945 sampai pada UU pelaksananya : UU Nomor 32 Tahun
2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004).
b. Adanya political will atau kemauan politik untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada seluruh lapisan masyarakat dengan
prinsip lebih murah, lebih cepat, lebih mudah dan lebih akurat.
c. Adanya keinginan politik untuk menyelenggarakan pemerintahan,
pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat secara
lebih ekonomis, lebih efesien dan efektif, lebih transparan dan
akuntabel.
d. Kemajuan negara secara keseluruhan akan sangat ditentukan oleh
kemajuan daerah dan desa yang ada di dalam wilayahnya.
e. Citra pemerintah pusat akan lebih mudah diukur oleh masyarakat
melalui maju atau mundurnya suatu desa atau daerah. Citra inilah
yang akan memperkuat atau memperlemah dukungan masyarakat
terhadap Pemerintah yang berkuasa ( Sadu Wasistiono, 2006 : 2 – 3 ).
���
�
f. Sumber dan Anggaran Tugas Pembantuan
Pelaksanaan Tugas Pembantuan dari Pemerintah kepada
Pemerintah Daerah dan Desa diikuti dengan pembiayaannya. Dalam UU
No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
ditegaskan bahwa perimbangan keuangan antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam
kerangka negara kesatuan. Yang mencakup pembagian keuangan antara
Pemerintah dan Pemerintah Daerah secara adil, proporsional, demokratis,
adil, transparan dan efisien dengan memperhatikan potensi, kondisi dan
kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekosentrasi
dan tugas pembantuan.23
Dana penyelengaraan Tugas Pembantuan yang berasal dari
pemerintah kepada Daerah dan Desa dibebankan pada Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang mencakup semua penerimaan
dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. Biaya
penyelenggaraan Tugas Pembantuan secara khusus di dalam pasal UU
No. 33 Tahun 2004 yang menyebutkan antara lain :
1. Pendanaan dalam rangka Tugas Pembantuan dilaksanakan setelah
adanya penugasan Pemerintah melalui kementrian negara/lembaga
kepada Kepala Daerah.
2. Pelaksanaan Tugas Pembantuan didanai oleh Pemerintah
3. Pendanaan oleh Pemerintah disesuaikan dengan penugasan yang
diberikan.
������������������������������������������������������������23 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah�
��
�
4. Kegiatan Tugas Pembantuan di Daerah dilaksanakan oleh SKPD
yang ditetapkan oleh Gubernur, Bupati, atau Walikota.
5. Kepala Daerah memberitahukan rencana kerja dana anggaran
kementrian negara /lembaga yang berkaitan dengan kegiatan Tugas
Pembantuan kepad DPRD.
6. Rencana kerja dan anggaran diberitahukan kepada DPRD pada
pembahasan RAPBD.
7. Pendanaan dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat fisik.
8. Dana tugas pembantuan merupakan bagian anggaran kementrian
Negara/Lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana dan
anggaran kementrian Negara/Lembaga.
4. Tinjauan Umum Mengenai Perpustakaan
a. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata “pustaka” yang berarti buku atau
kitab. Dalam bahasa Inggris perpustakaan disebut library, bahasa
Belanda bibliotheek, bahasa Perancis bibliotheque, bahasa Spanyol dan
Portugis bibliotheca. Kalau kita telusuri library berasal dari kata Latin
liber artinya buku, sedangkan akar kata bibliotheek adalah biblos dari
bahasa Yunani artinya tenetang buku. Kata biblos ini kemudian
berkembang menjadi bible yang artinya Alkitab24. Rupanya istilah
perpustakaan selalu berkaitan dengan buku. Atas dasar itu pula banyak
orang yang mendefinisikan perpustakaan secara sederhana sebagai
������������������������������������������������������������24 Mud Mudjito, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca, Universitas Terbuka, Jakarta,
2007, h. 1.5�
���
�
kumpulan buku-buku atau gudang buku saja tidak pernah terpikirkan,
bahwa buku-buku itu dikumpulkan berdasarkan maksud dan tujuan
tertentu sebagaimana dikatakan oleh W.P Napitupulu bahwa 25:
“...perpustakaan pada umumnya dianggap tak lain hanya berkumpulnya
bahan-bahan bacaan atau sesuatu gudang buku saja, tidak menjadi
pemikiran bahwa buku-buku dan bacaan itu dikumpulkan berdasarkan
maksud tertentu dengan tujuan yang diarahkan pada bahan-bahan itu”.
Ada banyak arti perpustakaan dan banyak pengertian tentang
perpustakaan yang dikemukakan para pemikir di bidang pustakawanan.
Termasuk pengertian masyarakat awam yang sering memandang
perpustakaan dalam arti sempit. Menurut UU No. 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan (pasal 1) pengertian perpustakaan adalah sebagai berikut : “
Perpustakaan adalah institusi pengelolah koleksi karya tulis, karya cetak,
dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan
rekreasi para pemustaka “
b. Dasar Hukum Perpustakaan, Urusan Perpustakaan dan Pustakawan
1. UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Undang-Undang ini memayungi pembentukan, keberadaan, dan
penyelenggaraan perpustakaan yang ada di Indonesia.
�������������������������������������������������������������� Napitupulu, W.P. “Perpustakaan Umum Sebagai Pendidikan Luar Sekolah”,
Lokakarya Perpustakaan Umum di Cisarua Bogor 11 s.d 13 Juli 1978�
��
�
2. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Urusan Perpustakaan adalah salah satu urusan wajib yang harus
diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
3. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Funsional
Pustakawan dan Angka Kreditnya.
Aturan ini memayungi keberadaan jabatan fungsional
pustakawan, pengangkatan, penempatan, dan pemberhentiannya.
4. Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 23 Tahun 2003 dan
Nomor 21 Tahun 2003.
Aturan ini berkenaan dengan petunjuk teknis berkaitan dengan
jabatan fungsional Pustakawan.
5. Permendiknas No. 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
Aturan ini berkenaan dengan kualifikasi tenaga perpustakaan
sekolah/madrasah. Tentang latar belakang pendidikan dan
kemampuan yang harus dimiliki kepala perpustakaan dan tenaga
perpustakaan sekolah/madrasah.
6. Standar Nasional Perpustakaan (Tahun 2009).
���
�
Berisi pedoman Standar Nasional Perpustakaan Sekolah,
Perpustakaan Umum, perpustakaan Khusus, Perpustakaan
Perguruan Tinggi.
c. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan
Perpustakaan secara umum memiliki fungsi pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi dari masyarakat/pemustaka. Menurut
Pasal 4 Bab I UU No. 43 Tahun 2007, tujuan utama perpustakaan yaitu
dapat memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran
membaca, dan memperluas wawasan serta pengetahuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu peran pemerintah
sebagai fasilitator berdirinya perpustakaan umum di setiap daerah harus
benar-benar dapat memberi dukungan bagi pelaksana fungsi dan tujuan
perpustakaan. Adapun secara garis besar tujuan perpustakaan dapat
diarahkan untuk :
1. Memasyarakatkan atau membudayakan minat baca
masyarakat, sejauh ini masih sangat rendah.
2. Mendorong dan mendidik segenap masyarakat dalam rangka
pendidikan sepanjang hayat, atau untuk menyadarkan seluruh
individu bahwa belajar merupakan kegiatan mendasar yang
secara berkelanjutan dilakukan sepanjang hidup.
3. Mendukung sistem pendidikan nasional sebagaiamana diatur
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
���
�
4. Membuka peluang bagi seluruh anggota masyarakat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan setinggi-tinggi dan sedala-
dalamnya.
5. Membangun masyarakat informasi berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.
d. Peran Perpustakaan dalam Gerakan Nasional Gemar Membaca
Berdasarkan Undang undang No 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan bahwa budaya gemar membaca menjadi tanggung jawab
keluarga, satuan pendidikan (sekolah), masyarakat, maupun pemerintah.
Sebagaimana bunyi Undang undang Pasal 51 tentang perpustakaan
berikut ini :
1. Pembudayaan kegemaran membaca dilakukan melalui
Gerakan Nasional Gemar Membaca.
2. Gerakan Nasional Gemar Membaca sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah dengan melibatkan masyarakat.
3. Satuan pendidikan membina pembudayaan kegemaran
membaca peserta didik dengan memanfaatkan perpustakaan.
4. Perpustakaan wajib mendukung dan memasyarakatkan
Gerakan Nasional Gemar Membaca melalui penyediaan karya
tulis, karya cetak, dan karya rekam.
���
�
5. Untuk mewujudkan pembudayaan kegemaran membaca
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perpustakaan
bekerjasama dengan pemangku kepentingan.
6. Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan penghargaan
kepada masyarakat yang berhasil melakukan gerakan
pembudayaan gemar membaca.
7. Ketentuan mengenai pemberian penghargaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
5. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut Undang –Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kedewasaan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pengertian Pendidikan Menurut Bahasa Yunani berasal
dari kata pedagogi yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos”
artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan
sebagai ilmu dan seni mengajar anak.26
������������������������������������������������������������26 http://www.anneahira.com/artikel-pendidikan-pengertian-pendidikan.htm, diakses
tanggal 22 Januari 2014
���
�
Sementara itu Ki Hajar Dewantara menyebutkan Pendidikan adalah
segala daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani
anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Pendidikan ialah suatu usaha yang sadar yang teratur dan sitematis, yang
dilakukan oleh orang – orang yang diserahi tanggung jawab untuk
mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan
cita – cita pendidikan.27
b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan
Plato berpendapat bahwa pendidikan berfungsi membebaskan dan
memperbaharui pikiran seseorang untuk dapat lepas dari belenggu
ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Aristoteles mempunyai tujuan
pendidikan yang mirip dengan Plato, tetapi ia mengaitkannya dengan
tujuan negara. Ia mengatakan bahwa tujuan pendidikan haruslah sama
dengan tujuan akhir dari pembentukan negara yang harus sama pula
dengan sasaran utama pembuatan dan penyusunan hukum serta harus
pula sama dengan tujuan utama konstitusi, yaitu kehidupan yang baik dan
yang berbahagia (eudaimonia).28
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
������������������������������������������������������������27 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Jakarta,
1973, h. 4.�28 http://www.putra-putri-indonesia.com/tujuan-pendidikan-nasional.html�
���
�
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Undang-Undang
pendidikan terdahulu yaitu Undang Undang No. 2 Tahun 1989 pada pasal
4 menjelaskan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi-pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Secara konseptual tujuan pendidikan nasional masih sesuai dengan
substansi Pancasila, yaitu menjadikan manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Yaitu melalui fungsi pendidikan
yang meliputi29
a. Pendidikan sebagai penegak nilai. Pendidikan mempunyai peran
yang amat penting dalam kaitan dengan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat. Pendidikan merupakan penegak nilai dalam
masyarakat. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan memelihara
serta menjaga tetap lestarinya nilai-nilai tersebut dalam
masyarakat. Untuk memelihara dan menjaga nilai-nilai ini
dengan sendirinya dunia pendidikan harus selektif sehingga
������������������������������������������������������������29 Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, h. 12.�
���
�
tidak menimbulkan gejolak dalam masyarakat. Masyarakat
dapat melaksanakan kehidupannya secara tenang sesuai dengan
keyakinan masing-masing. Dengan demikian nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat tetap menjadi landasan bagi setiap
anggota masyarakat.
b. Pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat.Pendidikan
dalam suatu masyarakat akan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Kiprah
pendidikan tersebut sangat tergantung pada seberapa aktif dan
kreatif para pendidik dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini
biasanya para tokoh masyarakat, para guru dan para pendidik
lain merupakan motor penggerak serta kemajuan masyarakat
yang bersangkutan.
c. Pendidikan sebagai upaya pengembangan potensi manusia.
Melalui pendidikan diharapkan dalam potensi dalam diri
individu akan lebih berkembang. Sehingga dengan hal ini
perkembangan dalam masyarakat akan terus mengarah yang
lebih baik dan tercipta generasi-generasi penerus yang lebih
handal. Pengembangan kemampuan anggota masyarakat dalam
menyiapkan generasi penerus merupakan tugas dan fungsi
pendidikan yang paling menonjol.
c. Kegemaran Membaca
1. Pengertian Membaca
���
�
Membaca adalah kegiatan seseorang dengan menggunakan
pengamatan melalui mata untuk menterjemahkan dan
menginterprestasikan tanda atau lambang di atas kertas atau bahan
lainnya. Jadi membaca merupakan proses ingatan, penilaian,
pemikiran, penghayalan, pengorganisasian pemikiran dan pemecahan
masalah.
Membaca merupakan alat untuk belajar dan untuk memperoleh
kesenangan, informasi yang terkandung dalam suatu bacaan sehingga
mendapat pengetahuan dan pengalaman untuk memenuhi kebutuhan
manusia atau seseorang30. Dengan demikian membaca dapat dipahami
sebagai ;
a. Membaca adalah memahami bahasa tulisan,
b. Membaca adalah suatu proses mental yang rumit, dan
c. Membaca adalah berfikir (pemahaman bacaan adalah
rekonstruksi, interpretasi dan evaluasi arti isi tulisan).
2. Tujuan Dan Manfaat Membaca
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tujuan dan
pemanfaatan membaca maka harus diketahui terlebih dahulu defenisi
dari tujuan dan manfaat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005
: 710) disebutkan bahwa tujuan dan menfaat mengandung arti,
“proses, cara, perbuatan, dampak”
������������������������������������������������������������30 Idris Kamah, (et.al.), Pedoman Pembinaan Minat Baca, Jakarta, Perpustakaan
Nasional RI, 2002, h. 6.�
��
�
Dari pengertian diatas dapat dirumuskan bahwa tujuan dan
manfaat membaca adalah suatu proses untuk menambah atau
memperkaya diri dengan berbagai informasi yang dilakukan dengan
cara membaca bahan bacaan tentang topik-topik menarik. Menurut
Heilman ( 1976: 316-322) mengemukakan beberapa manfaat dan tujuan
membaca yaitu :�
a. Menambah atau memperkaya diri dengan berbagai
informasi tentang topik-topik menarik.
b. Memahami dan menyadari kemajuan pribadinya sendiri.
c. Membenahi atau meningkatkan pemahamannya tentang
masyarakat dan dunia atau tempat yang dihuninya.
d. Memperluas cakrawala wawasan atau pandangan dengan
jalan memahami orang-orang lain dan bagian atau tempat-
tempat lain.
e. Memahami lebih cermat dan lebih mendalam tentang
kehidupan pribadi orang-orang besar atau pemimpin
terkenal dengan jalan membaca biografinya.
Berdasarkan tujuan dan manfaat membaca pada dasarnya untuk
memperoleh informasi yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Dengan membaca dapat juga memperoleh kepuasan dan kenikmatan
emosional artistik. Untuk memenuhi tujuan dan manfaat yang ingin
diperoleh itu, tentu saja memerlukan sejumlah jenis corak atau ragam
buku sehingga kebutuhan dan kenyataan individu setiap orang dapat
terpenuhi dan disalurkan secara tepat. Tujuan dan manfaat membaca
���
�
itu tidak dapat dilihat terpisah dari selera dan minat baca yang berbeda
pada setiap individu seseorang.
B. Hasil Penelitian (Lapangan)
Dalam bagian ini akan dikemukan tentang hasil penelitian yang penulis
peroleh disertai dengan analisis guna menjawab rumusan masalah yang telah
dibuat. Hasil penelitan ini dan analisis tersebut disusun mengacu pada konsep-
konsep yang telah dituangkan pada Hasil Penelitian (Pustaka). Data Hasil
Penelitian (Lapangan) diperoleh dari beberapa sumber-sumber hasil
wawancara dengan Pengurus/staf Perpustakaan Sekolah dan Pengurus/Staf
Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Salatiga sehingga dianalisis
berdasarkan keilmuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta artikel-artikel atau buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dihasilkan sumber data
sebagai berikut:
1. Data Primer
a. Sejarah Umum Perpustakaan Daerah Kota Salatiga31.
1) Berdasarkan Cerita Masyarakat
Bapak Pandam Padyana (PAWARSA) pernah memberikan
keterangan bahwa perpustakkan umum sudaha ada di salatiga sejak
tahun 1950-an. Hal ini mungkin karena berdasarkan UU No. 17 Tahun
1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Kecil dalam
������������������������������������������������������������31 Materi Dialog Interaktif Walikota menyapa dengan Tema PERPUSTAKAAN�
��
�
lingkungan Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur,
terdapat urusan pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan yang wajib
diselenggrakan oleh Kota Kecil termasuk Salatiga. Dalam urusan ini
terdapat salah satu kewajiban untuk mengusahakan perpustakaan
rakyat. Keberadaaan gedung/tempat perpustakaan ini berada adalah di
Jl. Langensuko satu komplek dengan gedung Gris.
2) Berdasarkan Produk Hukum
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah sejak tahun 2009 telah
mengadakan penelusuran tentang keberadaan perputakaan umum di
kota salatiga. Penelusuran keberadaaan Perpustakaan Umum di Kota
Salatiga dapat diketahui dari SOTK yang pernah ditetapkan.
Berdasarkan penelusuran tersebut sementara sejarah keberadaan
Perpustakaan Daerah Kota Salatiga :
a) Tahun 1980-1990
Pembentukan nomenklatur perpustakaan pada tahun 1981
tertuang dalam Perda Nomor 1 Tahun 1981 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati II Salatiga.
Kemudian pada tahun 1983 perda tersebut diperbaharui dengan
pembaharuan I Perda Nomor 1 tahun 1983 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati II Salatiga dan
Sekretariat DPRD Kodya Dati II Salatiga. Perpustakaan menjadi
sub bagian perpustakaan yang berada di bawah Bagian Hukum dan
Organisasi dan Tata Laksana. Pada saat itu keberadaan nya
���
�
beralamat di Jl. Letjend Sukowati No. 7 Salatiga, atau sekarang
gedung Dekranasda (sebelah timur klenteng Hok Tek Bio) . Titik
Indarti, SH., Msi adalah seorang yang dulu pernah menjabat
sebagai Kabag Hukum dan Ortala. Sedangkan Kepala Sub Bagian
Perpustakaan dijabat oleh Soetomo, BA. Dan Soeradi, BA.
b) Tahun 1990-2000
Perubahan perda terjadi lagi pada tahun 1990 dengan
keluarnya Perda Nomor 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati II Salatiga. Dua tahun
kemudian diperbaharui lagi dengan Perda Nomor 3 Tahun 1992
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati
II Salatiga dan Sekretariat DPRD Kodya Dati II Salatiga. Setelah
perubahan struktur organisasi di pemerintah Kota salatiga, pada
tahun 1992 Sub Bagian Organisasi dijabat oleh Drs. Petrus Resi,
M.Si. kemudian digantikan Dra. Dyah Puryati, M.Si., dan Kasubag
Perputakaan berturut-turut dijabat oleh Soeparno Salam Soesono,
dan Dra Hardati. Keberadaan perpustakaan masih menempati
alamat lama yaitu Jl. Letjend Sukowati No. 7 Salatiga.
Pada tahun 1994 keluar perubahan I Perda Nomor 7 tahun
1994 dan perubahan II Perda Nomor 6 tahun 1996 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati II Salatiga dan
Sekretariat DPRD Kodya Dati II Salatiga.
Pada tahun 1997 terbit Perda Nomor 10 tahun 1997 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Perpustakaan
���
�
Umum Kodya Dati II Salatiga. Pada tahun inilah Perpustakaan
Umum Kota Salatiga menjadi institusi mandiri sebagai lembaga
teknis daerah dengan nomenklatur Kantor Perpustakaan Umum
Kotamadya Dati II Salatiga, pada tahun itu juga perpustakaan
umum pindah alamat ke Jl. Diponegoro No. 10 Kota Salatiga,
sekarang digunakan sebagai Gedung Bank Salatiga (depan BRI).
Namun personil yang menjadi bagian perpustakaan umum kurang
dari 10 orang.
c) Tahun 2001- sekarang
Kedudukan sebagai kantor masih dipertahankan dengan
keluarnya Perda Nomor 6 tahun 2001 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja lembaga Teknis Daerah yang
didalamnya tertulis Nomenklatur Kantor Pengolahan Data
Elektronik, Perpustakaan dan Arsip Daerah. Seiring dengan
perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Pemkot Salatiga
pada tahun 2002, perpustakaan umum masih dipertahankan sebagai
kantor, namun kali ini digabung dengan bidang Arsip dan Data
Elektronik. Nomenklatur yang dipakai adalah Kantor Perpustakaan,
Arsip Daerah, dan Pengolahan data Elektronik Kota Salatiga.
Kepala Kantor dijabat oleh Drs. Harmanto. Perpustakaan umum
ditangani oleh seorang Kepala Seksi perpustakaan yang dijabat
oleh Sungkono, BA. Alamat kantor ini di Jl. Letjend Sukowati No.
51, sedangkan pelayanan perpustakaan umum berada di Jl .
Diponegoro No. 37 Salatiga.
���
�
Namun beberapa tahun kemudian yaitu tepatnya pada tahun
2005 nomenklatur kembali diperbaharui menjadi Kantor
Pengolahan Data Elektronik, Perpustakaan dan Arsip Daerah,
dengan alamat kantor pelayanan dan koleksi yang tetap sama. Pada
tahun 2009 terjadi lagi perubahan nomenklatur Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor
Pelayanan Perizinan terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Salatiga, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota
Salatiga nomor 2 tahun 2010. Berdasarkan peraturan yang baru itu
pula keberadaan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah berpindah
dari Jl. Sukowati No. 51 ke Jl. Adisucipto No. 7 sedangkan
Pelayanan Perpustakaan masih tetap dilakukan di Jl. Diponegoro
No. 37 Salatiga. Gedung baru Perpustakaan di Jl. LMU Adisucipto
No. 7 diresmikan oleh Walikota Salatiga tanggal 27 Februari 2013,
dan pelayan Perpustakaan baru dilakukan di gedung baru mulai
tangga 1 Maret 2013.
b. Gambaran Umum Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga32
1) Data Umum Organisasi
Dasar Hukum yang sekarang digunakan dalam Penyelenggaraan
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah adalah Peraturan Daerah
������������������������������������������������������������32 Materi Dialog Interaktig Walikota Menyapa dengan Tema PERPUSTAKAAN�
���
�
Nomor 9 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah
Kota Salatiga Nomor 11 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Salatiga.
a) Visi : Menjadikan perpustakaan dan arsip sebagai pusat
informasi, pengetahuan, dana kebudayaan yang mendukung
visi Kota Salatiga.
b) Misi Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga adalah
sebagai berikut :
1) Meningkatkan sarana dan prasaran perpustakaan dan
kearsipan.
2) Meningkatkan kualitas SDM dibidang perpustakaan
dan kearsipan.
3) Menyelamatkan, memelihara, dan mengamankan
arsip sebagai sarana informasi utama.
4) Menarik, memelihara, dan melestarikan karya cetak
dan karya rekam hasil budaya bangsa khususnya
karya budaya daerah Kota Salatiga
2) Tujuan Perpustakaan
a) Memasyarakatkan atau membudayakan minat baca
masyarakat, yang sejauh ini dinilai masih sangat rendah.
b) Mendorong dan mendidik segenap masyarakat dalam rangka
pendidikan sepanjang hayat, atau menyadarkan seluruh
individu bahwa belajar merupakan kegiatan mendasar yang
secara berkelanjutan mesti dilakukan sepanjang hidup.
���
�
c) Mendukung sistem pendidikan nasional sebagaimana diatur
dengan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
d) Membuka peluang bagi seluruh anggota masyarakat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan setinggi-tingginya dan
sedalam-dalamnya.
e) Membangun masyarakat informasi berbasis teknologi
informasi dan komunikasi sebagaimana dituangkan dalam
World Summit Of Information Society-WSIS, 12 Desember
2003.
f) Perpustakaan dapat menunjang terciptanya situasi dan
kondisi sosial yang sehat, sehingga secara umum akan
mendukung pengembangan modal dasar bagi proses
pembangunan.
3) Struktur Organisasi dan Data Pegawai
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2011 struktur
organisasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga :
a) Kepala Kantor
b) Kelompok Jabatan Fungsional
c) Kasubag Tata Usaha
d) Kasi Perpustakaan
e) Kasi Arsip Daerah
f) Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan
Dan data pegawai perpustakaan 33 orang yang terdiri dari 23
orang Pegawai Negeri Sipil dan 10 orang tenaga harian lepas.
���
�
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN
ARSIP DAERAH
4) Jenis Pelayanan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga
Pelayanan Perpustakaan di lakukan dengan berbagai pelayanan
seperti Pelayanan sirkulasi (peminjaman, pengembalian, perpanjangan
bahan pustaka), Pelayanan keanggotaan, Pelayanan membaca
ditempat, Pelayanan referensi (koleksi referensi misal : kamus,
ensiklopedia, laporan tahunan, statistik), Pelayanan koleksi serial
(majalah, koran, buletin, jurnal), Pelayanan perpustakaan keliling,
Pelayanan penelusuran informasi, Pelayanan penelusuran literatur,
Pelayanan bimbingan pemakai, Pelayanan bimbingan membaca,
Pelayanan bercerita, Pelayanan audio visual, Pelayanan koleksi braille
(ruang berkebutuhan khusus), Pelayanan komputer bicara, Pelayanan
internet (6 buah personal computer, wifi/hotspot), Pelayanan koleksi
���
�
anak, Pelayanan koleksi digital, Pelayanan ruang pojok laktasi,
Pelayanan broadband learning centre (BLC) pada bulan september,
dan Pelayanan Galery Planing (bulan. Oktober/November).
a) Jam Layanan Perpustakaan
Jam Layanan :
I. Hari Senin – Jumat : 08.00 – 20.00 WIB
II. Hari Sabtu dan Minggu : 08.00 – 16.00 WIB
III. Hari Libur Nasional : Pelayanan Libur
Jam Layanan (bulan puasa) :
I. Hari Senin - Jumat : 08.00 – 17.00 WIB
II. Hari Sabtu dan Minggu : 08.00 – 16.00 WIB
III. Hari Libur Nasional : Pelayanan Libur
b) Anggaran dari APBD dan Jumlah Koleksi Bahan Pustaka
I. Tahun 2011 : Rp. 304.700.000,-
II. Tahun 2012 : Rp. 297.400.000.-
III. Tahun 2013 : Rp. 606.000.000.-
IV. Jumlah buku : 27.254 eks
V. Jumlah CD – ROM/VCD : 519 eks
VI. Jumlah Piringan Hitam : 175 judul.
5) Media Promosi yang digunakan
Jenis media promosi yang digunakan di Perpustakaan Daerah
Kota Salatiga berupa Media Massa Cetak (Koran, Majalah, Buletin),
Media Massa Elektronik (Radio), Media Internet (website, facebook,
twitter), Lomba-Lomba (Bercerita, Menulis, Mewarnai), Pameran,
��
�
Pentas Musik, Bazar Buku, Brosur / Leaflet, Display Buku Terbaru,
Buku Indeks Koleksi Terbaru, Spanduk / Banner, Promosi lewat
mobil perpustakaan keliling, papan pengunguman dan dari mulut ke
mulut.
c. Bentuk Kerjasama Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga
Adapun bentuk kerjasama oleh perpustakaan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas layanan yang diberikan perpustakaan kepada
mayasrakat dan kepustakawanan di kota salatiga. Mitra kerjasama
perpustakaan antara lain:
1) Bidang Koleksi
a) Bank Salatiga, memberikan bantuan buku.
b) Yayasan Abiyoso, memberikan bantuan buku braile, majalah
braile, kaset dan CD braile.
c) IPI, memberikan bantuan buku.
d) Komunitas Budayawan Salatiga Tempo Doeloe, memberikan
bantuan buku.
e) SLB Wantu Wirawan, meminjami buku braile.
f) Bagian Humas Setda, memberikan majalah Hati Beriman.
g) Sekretariat DPRD, memberikan majalah Jiwa Raga.
2) Bidang Promosi
a) Sekretariat DPRD, lewat majalah Jiwa Raga.
b) Bagian Humas lewat RSPD dan majalah Hati Beriman.
���
�
c) Komunitas Budayawan Salatiga Tempo Doeloe, Pelaksanaan Bazar
Buku.
d) Harian Suara Merdeka.
e) Harian Wawasan.
3) Bidang Layanan
a) SD, pelayanan perpustakaan keliling.
b) SMP, pelayanan perpustakaan keliling.
c) PKK, pelayanan perpustakaan keliling.
d) PAUD, pelayanan peminjaman buku kolektif.
e) TPA, pelayanan peminjaman buku kolektif.
f) TBM, pelayanan peminjaman buku kolektif.
g) Komunitas Mitra Netra, penyediaan buku braile.
h) Language Training Centre UKSW, pelayanan keanggotaan secara
terbatas bagi mahasiswa asing yang sedang belajar di salatiga.
4) Bidang Anggaran
a) Perpustakaan Nasional RI, berwujud bantuan buku dan mobil
perpustakaan keliling.
b) Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, berwujud
bantuan buku.
c) Bank Salatiga, berwujud bantuan buku.
d) Yayasan Abiyoso, berwujud bantuan buku braile, majalah braile,
kaset dan CD.
e) IPI, berwujud bantuan buku.
��
�
f) Komunitas Budayawan Salatiga Tempo Doeloe, berwujud bantuan
buku.
5) Bidang Tenaga Perpustakaan
SD, SMP yang dilayani perpustakaan keliling
6) Bidang Pemateri Bintek
UKSW, IPI, PKK
7) Bidang Pelatihan
a) Akademi Berbagi, berwujud sharing pengetahuan yang terakhir
tentang minat baca.
b) Forum Lingkar Pena, berwujud pelatihan menulis.
c) Institut Ibu Profesional, berwujud pelatihan bahasa inggris.
8) Kunjungan Anak Berkelompok
Sejak dibukanya layanan perpustakaan di gedung baru, tercatat
28 kali kunjungan anak secara berkelompok ke perpustakaan dan
menggunakan fasilitas perpustakaan. Lembaga/organisasi/komunitas
yang berkunjung ke perpustakaan tersebut antara lain : Pos PAUD
Anggrek 08 Sinoman Salatiga, SDN Ledok 07 Salatiga, SDN Salatiga
03 Salatiga, SDN Ledok 01 Salatiga, TK Aisyiyah Pembian
kecamatan Sidomukti Salatiga, SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga, TK
Islam Taruna Tama Kalioso Salatiga, SLB Bina Putra Banjaran
Salatiga, SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga, MI Ma’arif
Mangunsari Salatiga, SMP Islam Sultan Fattah Salatiga, TK-KB-TPA
Ibnu Abbas Sidorejo Lor Salatiga, SMPN 8 Salatiga, PAUD Hasanah
Umat Ledok Salatiga, School of Life Lebah Putih Ngawen Salatiga,
���
�
Little Star Kids Activity Centre Soka Salatiga, SDI Al-Azhar 22
Salatiga, PAUD Purbaya Dukuh Salatiga, SD Islam Kurma Salatiga,
Apple Kids Salatiga, Realfunrainbow Preschool Salatiga, SDIT
Nidaul Hikmah Sidorejo Kidul Salatiga, PAUD Islam Terpadu Nidaul
Hikmah Sidorejo Kidul Salatiga, KB Al-Lubawi Kutowinangun
Salatiga, SD Kristen 04 Eben Haezer Salatiga, dan Pusat
Pengembangan Anak “ Eben Haezer” Salatiga.
9) Kerjasama dengan Lembaga/Organisasi/Komunitas
Perpustakaan Daerah Bekerjasama dengan Komunitas Tanpa
Batas dalam kegiatan Pentas Musik “Komunitas Tanpa Batas”,
bekerjasama dengan Forum Lingkar Pena dalam Kegiatan Bedah
Novel “Negeri Seribu Cinta” dan Pelatihan Menulis, bekerjasama
dengan Institut Ibu Profesional dalam Kegiatan English Day Fun,
bekerjasama dengan Akademi berbagi Salatiga dalam kegiatan
Sarasehan “Meningkatkan Minat Baca Sejak Dini”, bekerjasama
dengan Language Training Centre UKSW dalam pemberian fasilitas
keanggotaan perpustakaan secara terbatas bagi mahasiwa asing yang
sedang belajar di Salatiga.
10) Pembinaan Perpustakaan
Saat ini Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah membina
sebanyak 243 institusi perpustakaan yang terdiri dari :
a) Perpustakaan SD/MI : 109 Perpustakaan
b) Perpustakaan SMP/MTs : 28 Perpustakaan
c) Perpustakaan SMA/SMK/MA : 30 Perpustakaan
���
�
d) Perpustakaan Perguruan Tinggi : 11 Perpustakaan
e) Perpustakaan Khusus/TBM : 27 Perpustakaan
f) Perpustakaan Kelurahan/Kecamatan : 22 Perpustakaan
g) Perpustakaan Rumah Ibadah : 15 Perpustakaan
Pembinaan perpustakaan dilakukan dengan bekerjasama
berbagai organisasi termasuk dengan IPI, PKK, dan BKD, Kota
Salatiga. Pembinaan dilakukan dengan dalam bentuk bintek/diklat dan
lomba petugas perpustakaan dan lomba perpustakaan.
d. Data dan Statistik Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Salatiga
1) Statistik Pengunjung
Dapat diakatakan bahwa tingkat kunjungan pada triwulan awal
pelayanan perpustakaan setelah menempati gedung baru relative
tinggi, yaitu rata-rata lebih dari 1.000 orang perhari. Jumlah
pengunjung rata-rata perhari yang terendah terjadi pada bulan Juni
yaitu 816 Orang/Hari. Sedangkan jumlah rata-rata perhari yang
tertinggi jumlah pengunjung terjadi pada bulan Mei, dimana ada 1.
185 Orang Pengunjung/Hari. Kunjungan tertinggi dalam satu bulan
tercatat dalam bulan Mei yaitu sebanyak 35.574 orang. Untuk lebih
jelasnya penulis membuat Grafik Pengunjung seperti berikut :
���
�
Grafik I. Pengujung Perpustakaan.
2) Statistik Peminjam
Setelah menempati gedung baru peminjam koleksi yang paling
banyak tercatat pada bulan April yaitu sebanyak 9. 145 orang, atau
rata-rata 304 orang peminjam/hari. Sedangkan peminjam koleksi
paling sedikit tercatat pada bukan Juli yaitu sebanyak 4.977 orang,
atau rata-rata 165 peminjam/hari. Statistik peminjam dapat dilihat
pada Grafik Jumlah Peminjam Bahan Pustaka berikut:
Grafik II. Peminjam Bahan Pustaka.
���
�
3) Statistik Koleksi yang dipinjam
Setelah menempati gedung baru, tercatat jumlah tertinggi bahan
pustaka yang dipinjam sebanyak 16.241 eksemplar pada bulan April.
Dan jumlah terendah bahan pustaka yang dipinjam tercatat sebanyak
9.053 eksemplar pada bulan Juli. Statistik jumlah bahan pustaka yang
dipinjam dapat dilihat dalam grafik berikut :
Grafik III. Peminjam Koleksi Bahan Pustaka.
4) Statistik Penambahan Jumlah Anggota
���
�
Penambahan jumlah anggota tertinggi tercatat pada bulan Maret,
tepat bersamaan dengan dibukanya layanan perpustakaan.
Penambahan pada bulan tersebut sebanyak 1.959 orang tercatat
sebagai anggota baru. Statistik penambahan anggota dapat dilihat
dalam grafik sebagai berikut :
Grafik IV. Penambahan Anggota Perpustakaan.
2. Data Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis dapatkan dari Pengurus
Perpustakaan Sekolah-Sekolah di Kota Salatiga dan Pengurus/Staf Kantor
Perpustakaan Daerah Kota Salatiga yang akan penulis jabarkan dalam tabel
hasil wawancara di bawah ini :
Tabel I.
Tabel I. Tanggapan Berbagai SMU Tentang Gerakan Nasional Gemar Membaca
���
�
DAFTAR PERTANYAAN
SMUN 1 SALATIGA
SMUN 2 SALATIGA
SMUN 3 SALATIGA
Apa Bapak/Ibu tahu bahwa ada gerakan nasional dari pemerintah tentang Gerakan nasional Gemar membaca ? kalo iya, apakah sudah ada tindakan aktif dari pihak sekolah ?
Iya tahu, sudah ada tindakan aktif berupa lomba-lomba membuat artikel
Tahu kalau ada Gerakan Nasional Gemar Membaca. Yah sudah ada tapi masih belum terlaksana dengan baik
Tahu bahwa adanya Gerakan Nasional Gemar Membaca, sudah ada tindakan aktif dengan adanya pengadaan buku-buku.
Apakah buku-buku di perpustakaan sekolah Bapak/Ibu sudah lengkap ? kalo tidak lengkap mengapa ?
Belum terlalu lengkap, karena tidak semua buku itu diperlukan. Kita mencari buku yang sesuai dengan standarnya sekolah
Sudah lumayan lengkap tapi masih ingin menambahkan
Masih sebagian saja dan belum lengkap. Karena masih fokus menunjang pelajaran
Apakah siswa-siswa sering mengunjungi perpustakaan ?
Sering sekali mengunjungi kalo ada tugas dari guru atau dari kesadaran siswanya sendiri
Siswa sering sekali mengunjungi tapi itu apabila ada tugas dari guru
Sering mengunjungi, kalau ada tugas yang disuruh oleh guru
Apakah ada program-program dari sekolah sendiri untuk mengajak siswa ke perpustakaan ? kalo tidak mengapa ?
Mencari tugas dari buku,membuat kliping yang di beri tugas oleh guru
Dengan adanya tugas dari guru-guru ke siswa, dan apa bila ada siswa yang terlambat tidak di hukum melainkan di suruh membaca di perpustakaan
Ada program-program dari sekolah seperti :
• Tugas-tugas dari guru agar siswa meminjam buku di perpustakaan.
• Membuat kliping
���
�
Apa selama ini ada kendala-kendala yang di hadapi dalam pengadaan buku-buku ?
Dulu ada, tapi sekarang sudah bisa di atasi karena adanya bantuan dari pemerintah
Kendalanya masih ada di
Kendalanya ada karena masih manual dalam hal pencarian judul buku atau pengarang.
Bagaimana perpustakaan di sekolah ini menambah koleksi buku, majalah, CD room dan sebagainya ?
Dengan mengajukan proposal bantuan ke pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan, atau dengan denda yang terlambat mengembalikan buku, dari orang tua siswa
Apabila denda-denda terkumpul nantinya tiap tahun baru menambah koleksi
Sumbangan dari siswa, guru dan dari uang denda karena keterlambatan pengembalian buku
Bagaimana dengan dukungan dari pemerintah pusat, provinsi dan kota ?
dukungannya ada dari pemerintah daerah
Sangat mendukung, dengan adanya bantuan setiap tahun
Dari sekolah sendiri mendukung dan bantuan juga yang di dapat dari Dinas Pendidikan
Apakah ada kerjasama antar perpustakaan dari sekolah-sekolah yang ada ?
Belum ada kerjasama antar sekolah-sekolah, dan ingin mengarah kesana
Belum menjalin kerjasama, apabila buku di sekolah tidak ada maka di minta mencari ke sekolah lain
Belum ada kerjasama dan masih sendiri-sendiri dan tujuannya mau mengarah ke kerjasama antar sekolah
Bagaimana management perpustaakan dalam hal ini :
• Rencana pengembangan ?
• Operasionalisasi mengenai sistem pengawasan dan pertanggun
• Sekolah kami sedang melakukan dengan cara menambah buku-buku tidak hanya buku pelajaran pada umumnya tapi juga buku lainya
• Apabila nanti kekurangan buku rencananya akan bertahap untuk pengadaan
• Mengenai pegawasan mengembalikan
• Menambah koleksi buku-buku, majalah, petugasnya yang betul-betul tahu mengenai perpusta
��
�
g jawaban ? • Organisasi/s
ruktur pengelola perpustakaan dan sistem evaluasinya
• Apabila terlambat mengembalikan buku harus di denda
• Kami masih merupakan guru staf yang mengurus perpustakaan
bukunya harus tepat, dan apabila sudah terlambat di minta untuk mengembalikan atau memperpanjang
• Sistemnya kami ini bukan koordinator tapi hanya staf tang bertugas mengelolah perpustakaan
kaan • Setiap
tahun ada pengadaan membuat buku untuk akreditasi
• Masih staf yang mengelola perpustakaan dan di tugaskan oleh Bagian Tata Usaha sekolah dan lingkupnya kecil
Bagaiman promosi perpustakaan itu sendiri ?
Dengan menempelkan berita di mading sekolah
Kalau ada buku baru biasanya beritanya di tempelkan di papan informasi sekolah
Promosinya masih dari mulut ke mulut atau dari siswa ke teman-teman siswa kalau disekolah ini ada buku yang baru
Sumber : Hasil Penelitian di Sekolah-sekolah Kota Salatiga.
Tabel. II
Tabel II : Pelaksanaan Tugas Pembantuan Perpustakaan Daerah
No Informan Hasil Wawancara Subtansi Tema Tema
���
�
1 Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan Daerah
Pada tahun 2009 sejak terjadi perubahan nomenklatur Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga nomor 2 tahun 2010.
Otonomi Daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri�
Pelaksanaan dalam Pemerintahan daerah
2 Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan Daerah
Berdasarkan peraturan Daerah Kota Salatiga nomor 2 Tahun 2010. Seperti halnya tugas dan fungsi perpustakaan pada umumnya meliputi : a. fungsi pendidikan b. fungsi penelitian c. fungsi pelestarian bahan pustaka d. fungsi memelihara bahan pustaka
Fungsi Perpustakaan Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010
Pelaksanaan dalam Pemerintahan Daerah
3 Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan Daerah
Informasi yang masyarakat butuhkan diperoleh harus melalui kegiatan membaca ataupun melalui media membaca. Maka itu kami melakukan dengan program perpustakaan keliling dan untuk tahun 2013 ada 45 titik di kota salatiga di luar pelayanan di perpustakaan sekolah terlebih anak usia sekolah, sekitar ada 12 SD di salatiga, SMP dan masyarakat dan itu rutin setiap hari
Perpustakaan sebagai pusat informasi
Pelaksanaan dalam Pemerintahan Daerah
4 Kasi Bina
• Rencana pengembangan : kami berangkat dari staf
Rencana pengembangan,
Pelaksanaan dalam
��
�
Perpustakaan dan Kearsipan Daerah
metting dengan mengumpulkan informasi dari staf untuk mencari tahu sudah efektif apa tidak efektif pelaksanaan yang kami lakukan baru akan ke rencana anggaran.
• Pengawasan : kami melakukan rapat koordinasi staf tentang pencapaian kinerja dan juga ada pengawasab dari inspektorat yang mengawasi di tingkat daerah yang bertanggung jawab kepada Walikota dan Sekretaris Daerah.
• Bentuk Koordinasi : kami melakukan koordinasi dinas pendidikan mengenai Taman Baca Masyarakat dengan adanya Taman Baca Masyarakat kami berharap bisa menggalakan gemar membaca.
Pengawasan, dan Bentuk Koordinasi Perpustakaan
Pemerintahan Daerah
Sumber : Hasil Wawancara dengan Kasi Bina Perpustakaan.
Tabel. III
Tabel III : Peran Perpustakaan dalam menerapkan Program Gerakan Nasional
Gemar Membaca
No Informan Hasil Wawancara Subtansi
Tema
Tema
1 Kasi Bina Perpustakaan
Kami melakukan promosi dengan mencoba melalui
Promosi Gemar
Peran
���
�
dan Kearsipan Daerah
website, facebook, spanduk serta bekerjasama dengan bagian humas untuk mensosialisasikan kepada masyarakat dan mengenai sosialisasi ke panti asuhan belum pernah dan akan ke lembaga-lembaga seperti itu karena kami masih melihat tingkat kebutuhan seperti apa.
Membaca Perpustakaan
2 Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan Daerah
Kami melakukan dengan pelayanan perpus keliling dan sudah dituangkan dalam nota kerjasama dengan sekolah.
Bentuk kerjasama dengan sekolah
Peran
Perpustakaan
3 Kasi Bina Perpustakaan dan Kearsipan Daerah
Kami tidak bisa bergerak sendri walaupun merupakan fungsi yang diemban dan kami membutuhkan kerjasama dari masyarakat untuk melaksanaka
Top Related