7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Penelitian Terdahulu
Berdasarkan Penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Setiawan, D. (2016) dengan judul “Pengaruh Beban Kerja Dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Macanan Jaya Cemerlang
Klaten – Jawa Tengah”. Penelitian ini menggunakan variabel bebas beban
kerja (X1) dan lingkungan kerja (X2) dengan kinerja (Y) sebagai variabel
terikat. Dari analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa kinerja
dapat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel bebas yaitu beban kerja dan
lingkungan kerja kerja secara simultan. Dari hasil analisis ujt parsial diperoleh
bahwa beban kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan, sedangkan
lingkungan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja serta merupakan
variabel dengan pengaruh paling besar terhadap kinerja karyawan.
Sutoyo (2016) dengan judul “Pengaruh Beban Kerja, Lingkungan
Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Bina Marga
Propinsi Sulawesi Tengah”. Penelitian ini menggunakan variabel bebas beban
kerja (X1), lingkungan kerja (X2) dan motivasi (X3) dengan kinerja (Y)
sebagai variabel terikat. Dari analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan
bahwa kinerja dapat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel bebas yaitu
beban kerja, lingkungan kerja dan motivasi baik secara parsial maupun
simultan. Secara parsial beban kerja berpengaruh negatif sedangkan motivasi
8
dan lingkungan kerja berpengaruh positif. Variabel yang memiliki pengaruh
paling besar terhadap kinerja yaitu lingkungan kerja.
Cholidah (2014) melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh
Beban Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Frontliner Bri Syariah
Cabang Bandung". Penelitian ini menggunakan variabel bebas beban kerja
(X1) dan lingkungan kerja (X2) dengan kinerja (Y) sebagai variabel terikat.
Secara simultan variabel beban kerja dan variabel lingkungan kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja bagian frontliner di BRI
Syariah cabang Bandung.
Norianggono, Hamid, Ruhana "Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik
Dan Non Fisik Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan PT.
Telkomsel Area III Jawa-Bali Nusra di Surabaya) Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB)| Vol. 8 No. 2 Maret 2014|)". Dengan variabel (X1) Lingkungan Kerja
Fisik (X2) Lingkungan Kerja Non Fisik dan (Y) Kinerja Karyawan
menyatakan Lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik secara
simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan yang
berarti bahwa jika lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik
berjalan dengan baik secara bersama-sama, maka akan meningkatkan kinerja
karyawan PT. Telkomsel Area III Jawa-Bali Nusra kota Surabaya.
Berikut tabel penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel
beban kerja, lingkungan kerja fisik dan kinerja.
9
Tabel 1.
Hasil Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Variabel Judul Penelitian Hasil Penelitian
Setiawan, D.
(2016)
Beban
Kerja (X1),
Lingkungan
Kerja (X2),
Kinerja (Y)
Pengaruh Beban
Kerja Dan
Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja
Karyawan PT.
Macanan Jaya
Cemerlang Klaten
– Jawa Tengah
Dari hasil analisis uji t
parsial diperoleh bahwa
beban kerja berpengaruh
negatif terhadap kinerja
karyawan, sedangkan
lingkungan kerja
memiliki pengaruh
positif terhadap kinerja
serta merupakan variabel
dengan pengaruh paling
besar terhadap kinerja
karyawan
Sutoyo (2016)
Beban
Kerja (X1),
Lingkungan
Kerja (X2),
Motivasi
(X3),
Kinerja (Y)
Pengaruh Beban
Kerja,
Lingkungan Kerja
Dan Motivasi
Terhadap Kinerja
Pegawai Pada
Dinas Bina Marga
Propinsi Sulawesi
Tengah
Dari analisis regresi
linier berganda dapat
disimpulkan bahwa
kinerja dapat
dipengaruhi secara
signifikan oleh variabel
bebas yaitu beban kerja,
lingkungan kerja dan
motivasi baik secara
parsial maupun simultan.
Secara parsial beban
kerja berpengaruh
negatif sedangkan
motivasi dan lingkungan
kerja berpengaruh
positif. Variabel yang
memiliki pengaruh
paling besar terhadap
kinerja yaitu lingkungan
kerja.
10
Tabel 2.
Lanjutan Hasil Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Variabel Judul Penelitian Hasil Penelitian
Hafni
Cholidah
(2014)
Beban
Kerja (X1),
Lingkungan
Kerja (X2),
Kinerja (Y)
"Pengaruh Beban
Kerja Dan
Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja
Frontliner Bri
Syariah Cabang
Bandung".
Secara simultan variabel
beban kerja dan variabel
lingkungan kerja
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kinerja bagian frontliner
di BRI Syariah cabang
Bandung.
Yacinda
Chresstela
Prasidya
Norianggono
,Djamhur
Hamid,Ika
Ruhana
(2014)
Lingkungan
Kerja Fisik
(X1)
Lingkungan
Kerja Non
Fisik (X2)
Kinerja
Karyawan
(Y)
Pengaruh
Lingkungan Kerja
Fisik Dan Non
Fisik Terhadap
Kinerja Karyawan
(Studi Pada
Karyawan PT.
Telkomsel Area
III Jawa-Bali
Nusra di
Surabaya) Jurnal
Administrasi
Bisnis (JAB)|
Vol. 8 No. 2
Maret 2014|)
Lingkungan kerja fisik
dan lingkungan kerja
non fisik secara simultan
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
kinerja karyawan yang
berarti bahwa jika
lingkungan kerja fisik
dan lingkungan kerja
non fisik berjalan dengan
baik secara bersama-
sama, maka akan
meningkatkan kinerja
karyawan PT. Telkomsel
Area III Jawa-Bali Nusra
kota Surabaya
Persamaan pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah
variabel yang diteliti yaitu variabel bebas beban kerja dan lingkungan kerja
fisik, variabel terikatnya adalah kinerja karyawan, kemudian penelitian ini juga
menggunakan alat analisis regresi linier berganda, persamaan lainnya, metode
yang digunakan yaitu metode kuisioner observasi sama seperti metode yang
11
dilakukan penelitian sekarang. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian sekarang adalah terletak pada obyek yang diteliti.
B. Landasan Teori
1. Kinerja Karyawan
Marwansyah (2010: 228) Kinerja adalah pencapaian/ prestasi
seseorang berkenaan dengan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja
dapat pula dipandang sebagai perpaduan dari hasil kerja (apa yang harus
dicapai oleh seseorang) dan kompeten (bagaimana seseorang mencapainya).
Mangkunegara (2006: 9) menyatakan kinerja karyawan adalah perbandingan
hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu.
Definisi kinerja karyawan sebagai ungkapan seperti output,
efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas. Kinerja
karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2006: 9).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Armstrong dan Baron dalam Wibowo (2011: 100) faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja, antara lain sebagai berikut:
a. Faktor personal, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang
dimiliki, motivasi, dan komitmen individu.
b. Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan
dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.
12
c. Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh
rekan sekerja
d. System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang
diberikan organisasi.
e. Contextual/situational factors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan
dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.
3. Indikator Kinerja
Mathis dan Jackson (2002) berpendapat bahwa, kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja
karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada
organisasi meliputi: 1) kuantitas output, 2) kualitas output, (3) jangka waktu
output, (4) kehadiran di tempat kerja, dan (5) sikap kooperatif.
a. Kuantitas Output
Kuantitas output menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu
atau kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan.
b. Kualitas Output
Kualitas output dalam arti setiap karyawan perusahaan harus memenuhi
persyaratan tertentu dan menunjukkan hasil yang diperoleh sesuai dengan
tujuan atau kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan.
c. Ketepatan Waktu
Adalah setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda, untuk jenis
pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat waktu, karena memiliki
ketergantungan atas pekerjaan lainnya.
13
d. Kehadiran (kehadiran di tempat kerja)
Adalah suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam
mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan.
e. Kemampuan Kerja Sama (sikap kooperatif)
Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu orang karyawan saja,
untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang
karyawan atau lebih, sehingga membutuhkan kerjasama antar karyawan
sangat dibutuhkan.
4. Beban Kerja
Moekijat (2004) beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau
catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang
dihasilkan oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. Jumlah
pekerjaan yang harus diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam
waktu tertentu atau beban kerja dapat dilihat pada sudut pandang obyektif dan
subyektif.
Meshkati (2011) beban kerja didefinisikan sebagai suatu perbedaan
antara kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.
Mengingat kerja manusia yang bersifat mental dan fisik, maka masing-masing
mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat pembebanan
yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan dan
terjadi overstress, sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah
memungkinkan rasa bosan dan kejenuhan atau understress.
14
Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing
pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Irwandy, 2007). Beban kerja
merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan bagi seorang tenaga kerja
untuk mendapatkan keserasian dan produktivitas kerja yang tinggi selain unsur
beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja.Menurut
Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus
dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara
volume kerja dan norma waktu (Utomo, 2008).
5. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Dalam hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja menurut
Tarwaka dalam Hariyati (2011) dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal:
a. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap beban kerja adalah beban yang
berasal dari luar tubuh karyawan. Termasuk beban kerja eksternal adalah:
1) Tugas (task) yang dilakukan bersifat fisik seperti beban kerja, stasiun
kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, alat bantu kerja,
dan lain-lain.
2) Organisasi yang terdiri dari lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja
bergilir, dan lain-lain.
3) Lingkungan kerja yang meliputi suhu, intensitas penerangan, debu,
hubungan karyawan dengan karyawan, dan sebagainya.
b. Faktor internal yang berpengaruh terhadap beban kerja adalah faktor
yang berasal dari dalam tubuh sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari
15
beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain. Berat
ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif.
Penilaian secara objektif melalui perubahan reaksi fisiologis, sedangkan
penilaian subjektif dapat dilakukan melalui perubahan reaksi psikologis dan
perubahan perilaku. Karena itu strain secara subjektif berkaitan erat dengan
harapan, keinginan, kepuasan dan penilaian subjektif lainnya. Secara lebih
ringkas faktor internal meliputi:
1) Faktor somatic meliputi jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi
kesehatan, status gizi.
2) Faktor psikis terdiri dari motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan,
dan kepuasan
6. Klasifikasi Beban Kerja
Menurut Munandar dalam Tambunan (2013), mengklasifikasikan
beban kerja sebagai berikut:
a. Beban Berlebih Kuantitatif. Beban berlebih secara fisik ataupun mental
akibat terlalu banyak melakukan kegiatan merupakan kemungkinan
sumber stres pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih
kuantitatif ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat
diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat.
a. Beban Terlalu Sedikit Kuantitatif. Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif
juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Pada
pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan gerak akan
timbul rasa bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari,
16
sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat
menghasilkan berkurangnya perhatian.Hal ini, secara potensial
membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam
keadaan darurat.
b. Beban Berlebih Kualitatif. Kemajuan teknologi mengakibatkan sebagian
besar pekerjaan yang selama ini dikerjakan secara manual oleh
manusia/tenaga kerja diambil alih oleh mesin-mesin atau robot, sehingga
pekerjaan manusia beralih titik beratnya pada pekerjaan otak.Pekerjaan
makin menjadi majemuk sehingga mengakibatkan adanya beban berlebih
kualitatif.Kemajemukan pekerjaan yang harus dilakukan seorang tenaga
kerja dapat dengan mudah berkembang menjadi beban berlebih kualitatif
jika kemajemukannya memerlukan kemampuan teknikal dan intelektual
yang lebih tinggi daripada yang dimiliki.
c. Beban Terlalu Sedikit Kualitatif. Beban terlalu sedikit kualitatif
merupakan keadaan di mana tenaga kerja tidak diberi peluang untuk
menggunakan ketrampilan yang diperolehnya, atau untuk mengembangkan
kecakapan potensialnya secara penuh. Beban terlalu sedikit disebabkan
kurang adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi yang
rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa ia “tidak maju-
maju”, dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan
ketrampilannya.
17
Berdasarkan klasifikasi beban kerja maka dapat dikatakan bahwa beban
kerja terbagi menjadi beberapa kriteria yang menunjukkan tingkat atau
proporsi pekerjaan yang harus diselesaikan oleh karyawan, dengan
ketentuan yang berlaku atau ditetapkan perusahaan.
7. Indikator Beban Kerja
Indikator beban kerja yang dikemukakan oleh Putra (2012:22), yang
meliputi antara lain:
a. Target yang harus dicapai
Pandangan individu mengenai besarnya target kerja yang diberikan untuk
menyelesaikan pekerjaannya, misalnya untuk mendesain, mencetak, dan
finishing. Pandangan mengenai hasil kerja yang harus diselesaikan dalam
jangka waktu tertentu
b. Kondisi pekerjaan
Mencakup tentang bagaimana pandangan yang dimiliki oleh individu
mengenai kondisi pekerjaannya, misalnya mengambil keputusan dengan
cepat pada saat pengerjaan barang dan kerusakaan pada mesin produksi,
serta mengatasi kejadian yang tak terduga seperti melakukan pekerjaan
ekstra diluar waktu yang telah ditentukan.
c. Standar pekerjaan
Kesan yang dimiliki oleh individu mengenai pekerjaannya, misalnya
perasaan yang timbul mengenai beban kerja yang harus diselesaikan dalam
jangka waktu tertentu.
18
8. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja banyak didefinisikan oleh para ahli, menurut Nitisemito
(2002: 11), lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja
dan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan. Pendapat lain dikemukakan oleh Sedarmayati (2001: 21),
menyatakan lingkungan kerja sebagai keseluruhan alat perkakas dan bahan
yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode
kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai
kelompok.
Lingkungan kerja, menurut Dharmawan (2011:41) dibedakan menjadi dua
macam, yaitu kondisi lingkungan kerja yang menyangkut segi fisik dan kondisi
lingkungan kerja yang menyangkut segi psikis. Kondisi lingkungan kerja yang
menyangkut segi fisik adalah segala sesuatu yang menyangkut segi fisik dari
lingkungan kerja. Sedangkan lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan
kerja yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, seperti warna, bau,
suara, dan rasa.
Berdasarkan pernyataan dari para ahli diatas. Dalam penelitian ini yang
dimaksud dengan lingkungan kerja dalam penelitian ini menggunakan
pendapat yang dikemukakan oleh Nitisemito (2002;11), lingkungan kerja
adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang mempengaruhi dirinya
dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
19
9. Jenis-Jenis Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dibedakan menjadi beberapa bagian, menurut
Sedarmayanti (2001:21), ada 2 jenis lingkungan kerja yaitu:
a. Lingkungan kerja fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik
secara langsung maupun secara tidak langsung.
b. Lingkungan kerja non-fisik
Lingkungan kerja non-fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang
berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun
hubungan dengan bawahan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan
bawahan.
10. Lingkungan Kerja Fisik
Indikator-indikator lingkungan kerja fisik menurut Nitisemito (2002)
terdiri dari:
a. Pewarnaan
Masalah warna dapat berpengaruh terhadap karyawan didalam
melaksanakan pekerjaan, akan tetapi banyak perusahaan yang kurang
memperhatikan masalah warna. Dengan demikian pengaturan hendaknya
memberi manfaat, sehingga dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.
Pewarnaan pada dinding ruang kerja hendaknya mempergunakan warna
yang lembut.
20
b. Penerangan
Penerangan dalam ruang kerja karyawan memegang peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan semangat karyawan sehingga mereka akan
dapat menunjukkan hasil kerja yang baik, yang berarti bahwa penerangan
tempat kerja yang cukup sangat membantu berhasilnya kegiatan-kegiatan
operasional organisasi.
c. Udara
Di dalam ruangan kerja karyawan dibutuhkan udara yang cukup, dimana
dengan adanya pertukaran udara yang cukup, akan menyebabkan
kesegaran fisik dari karyawan tersebut. Suhu udara yang terlalu panas akan
menurunkan semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerjaan.
d. Suara Bising
Suara yang bunyi bisa sangat menganggu para karyawan dalam bekerja.
Suara bising tersebut dapat merusak konsentrasi kerja karyawan sehingga
kinerja karyawan bisa menjadi tidak optimal. Oleh karena itu setiap
organisasi harus selalu berusaha untuk menghilangkan suara bising
tersebut atau paling tidak menekannya untuk memperkecil suara bising
tersebut.
e. Ruang Gerak
Pada suatu organisasi sebaiknya karyawan yang bekerja mendapat tempat
yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas. Karyawan tidak
mungkin dapat bekerja dengan tenang dan maksimal jika tempat yang
tersedia tidak dapat memberikan kenyamanan. Dengan demikian ruang
21
gerak untuk tempat karyawan bekerja seharusnya direncanakan terlebih
dahulu agar para karyawan tidak terganggu di dalam melaksanakan
pekerjaan.
f. Keamanan
Rasa aman bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap semangat kerja
dan kinerja karyawan. Di sini yang dimaksud dengan keamanan yaitu
keamanan yang dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kerja fisik. Jika di
tempat kerja tidak aman karyawan tersebut akan menjadi gelisah, tidak
bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya serta semangat kerja karyawan
tersebut akan mengalami penurunan.
g. Kebersihan
Lingkungan kerja yang bersih akan menciptakan keadaan disekitarnya
menjadi sehat. Oleh karena itu setiap organisasi hendaknya selalu menjaga
kebersihan lingkungan kerja. Dengan adanya lingkungan yang bersih
karyawan akan merasa senang sehingga kinerja karyawan akan meningkat.
11. Lingkungan Kerja Non Fisik
Indikator Lingkungan Kerja menurut Nitisemito (2002) terdiri dari:
a. Suasana Kerja
Suasana kerja adalah kondisi yang ada disekitar karyawan yang sedang
melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu
sendiri.
22
b. Hubungan Rekan Kerja
Hubungan dengan rekan kerja yaitu hubungan dengan rekan kerja
harmonis dan tanpa ada saling intrik diantara sesama rekan kerja.
Hubungan yang harmonis dan kekeluargaan merupakan salah satu faktor
yang dapat memengaruhi kinerja seseorang.
c. Tersedianya Fasilitas Karyawan
Hal ini dimaksudkan bahwa peralatan yang digunakan untuk mendukung
kelancaran kerja lengkap / mutakhir. Tersedianya fasilitas kerja yang
lengkap, walaupun tidak baru merupakan salah satu penunjang proses
dalam bekerja.
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Beban Kerja Terhadap Kinerja
Beban kerja yang dihadapi terlalu tinggi akan menjadi salah satu
sumber munculnya permasalahan dalam kinerja,. Kondisi ini menuntut
karyawan untuk memberikan energi yang lebih besar daripada biasanya
dalam menyelesikan pekerjannya, namun tidak semua karyawan mampu
dalam tekanan dari beban kerja yang sama, semua ini tergantung pada
masing-masing individualnya.
Setyawan dan Kuswati (2006;109), apabila beban kerja terus
menerus bertambah tanpa adanya pembagian beban kerja yang sesuai maka
kinerja karyawan akan menurun. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian
Sutoyo (2016) yang menyatakan bahwa secara parsial beban kerja
berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan.
23
2. Hubungan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja
Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan
aktivitasnya. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi
kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara ditempat
kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor-
faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia. Peningkatan suhu
udara dapat menghasilkan kenaikan kinerja tetapi dapat pula
malah menurunkan kinerja. Kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan
semangat yang merangsang peningkatan kinerja tetapi setelah melewati
ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh
yang mengakibatkan terganggunya pula suatu kinerja (Sarwono,2005).
Menurut Susilaningsih (2013;3) kondisi lingkungan kerja juga
memiliki pengaruh yang besar atas kinerja karyawan yaitu kondisi
lingkungan kerja yang baik akan membuat karyawan merasa nyaman dalam
bekerja. Kenyamanan tersebut tentunya akan berdampak pada peningkatan
kinerja Dari pendapat para ahli maka lingkungan kerja fisik memiliki
pengaruh terhadap kinerja karyawan. Hal tersebut sejalan dengan hasil
penelitian dalam Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 2 Maret 2014
peneliti Yacinda Chresstela Prasidya Norianggono, Djamhur Hamid, Ika
Ruhana menyimpulkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kerja
fisik dan lingkungan kerja non fisik secara simultan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja karyawan.
24
3. Hubungan Beban Kerja dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja
Beban kerja dan lingkungan kerja fisik menghasilkan pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Beban kerja yang sesuai dengan
kemampuan pekerjanya akan membuat karyawan berkerja secara maksimal
namun kinerja yang maksimal juga harus didukung dengan suasana
lingkungan kerja fisik yang baik.
Menurut Haryono (2004;75), beban kerja yang seimbang akan
membuat karyawan tidak terbebani dalam melakukan pekerjaannya dan jika
beban kerja terus menerus bertambah maka kinerja karyawan akan menurun.
Lingkungan kerja fisik juga memiliki pengaruh yang besar atas kinerja
karyawan. Hal ini diungkapkan oleh (Sarwono,2005) yaitu peningkatan suhu
udara dapat menghasilkan kenaikan kinerja tetapi dapat pula
malah menurunkan kinerja. Kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan
semangat yang merangsang peningkatan kinerja tetapi setelah melewati
ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh
yang mengakibatkan terganggunya pula suatu kinerja. Hal tersebut sejalan
dengan hasil penelitian Cholidah (2014) yang menunjukkan beban kerja dan
lingkungan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.
D. Kerangka Pemikiran
Setyawan dan Kuswati (2006;109), apabila beban kerja terus menerus
bertambah tanpa adanya pembagian beban kerja yang sesuai maka kinerja
karyawan akan menurun. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Sutoyo
25
(2016) yang menyatakan bahwa secara parsial beban kerja memiliki pengaruh
yang negatif terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada karyawan PR. Gagak Hitam
disimpulkan adanya beban kerja, hal ini ditunjukkan dengan ketidakmampuan
karyawan dalam menyelesaikan target yang sudah ditetapkan dalam satu hari
sehingga karyawan perlu melakukan kerja lembur.
Lingkungan kerja fisik menurut Nitisemito (2002) memiliki 7 indikator
yaitu pewarnaan , penerangan, udara, suara bising, ruang gerak, keamanan dan
kebersihan untuk karyawan. Berdasarkan pengamatan pada bagian produksi PR.
Gagak Hitam dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja fisik mengalami
beberapa masalah. Hal ini dapat dilihat dari area kerja yang tidak sehat, seperti
kebersihan gudang yang tidak terjaga atau kotor dan berdebu, kurangnya saluran
udara (ventilasi) sehingga gudang tempat karyawan bekerja terasa panas dan
sesak, cahaya gudang yang kurang terang membuat karyawan tidak dapat fokus
dalam melakukan pekerjaan. Selain itu, kondisi meja dan kursi ada beberapa
yang terlihat tidak layak sehingga mengganggu saat mereka bekerja. Bahkan
karena ketidaknyamanan yang dirasakan saat di ruang produksi tersebut dapat
dilihat karyawan sering mengobrol dengan rekan kerjanya untuk menghilangkan
kejenuhan saat berada diarea kerja.
Variabel terikat yang digunakan yaitu kinerja karyawan, dimana kinerja
karyawan menurut Mathis dan Jackson (2002) terdapat 5 indikator yaitu
kuantitas output, kualitas output, ketepatan waktu, kehadiran di tempat kerja,
26
dan sikap kooperatif, tetapi dalam penelitian ini hanya menggunakan 3 indikator
yang sesuai dengan objek atau kondisi lapangan yang akan diteliti.
Berdasarkan penjelasan dari teori-teori yang dikemukakan diatas, maka
dapat disusun sebuah kerangka pikir yang menggambarkan pengaruh antara
beban kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, dimana masing-
masing variabel memiliki indikator yang berbeda dapat dirumuskan model
kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Penelitian
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2012). Hipotesis masih akan diuji
Beban kerja (X1):
1. Target yang harus
dicapai
2. kondisi pekerjaan,
3. standar pekerjaan
Lingkungan Kerja Fisik (X2):
1. Pewarnaan
2. Penerangan
3. Udara
4. Suara
5. Ruang gerak
6. Keamanan
7. Kebersihan
Kinerja Karyawan (Y):
1. Kuantitas output,
2. Kualitas output
3. Ketepatan waktu
27
kebenarannya dengan menggunakan data-data yang paling berguna untuk
membuktikan kebenaran daripada hipotesis itu sendiri.
Menurut Setyawan dan Kuswati (2006;109), apabila beban kerja terus
menerus bertambah tanpa adanya pembagian beban kerja yang sesuai maka
kinerja karyawan akan menurun. Menurut Sarwono (2005), lingkungan kerja fisik
adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya. Lingkungan kerja fisik
mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini
mencakup suhu udara ditempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan
kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia.
Peningkatan suhu udara dapat menghasilkan kenaikan kinerja tetapi dapat pula
malah menurunkan kinerja. Kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan
semangat yang merangsang peningkatan kinerja tetapi setelah melewati ambang
batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang
mengakibatkan terganggunya pula suatu kinerja.
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan
penelitian maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : Beban kerja dan lingkungan kerja fisik berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan PR. Gagak Hitam Bondowoso.
H2 : Variabel yang dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan PR. Gagak
Hitam Bondowoso adalah lingkungan kerja fisik.
Top Related