7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Mitigasi Dampak Sampah Plastik
a. Pengertian Mitigasi
Mitigasi sangat umum dipakai dalam pencegahan bencana. Mitigasi
bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21
Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Pada
penelitian ini, mitigasi difokuskan pada dampak limbah plastik melalui
proses daur ulang menjadi bahan bakar alternatif.
Menurut Rochman, (2013), we believe that if countries classified
the most harmful plastics as hazardous, their environmental agencies
would have the power to restore affected habitats and prevent more
dangerous debris from accumulating. Kami percaya bahwa jika negara-
negara mengklasifikasikan plastik yang paling berbahaya, lembaga
lingkungan akan memilikikekuatan untuk mengembalikan habitatyang
terkena dampak dan mencegahpuing-puing yang lebih berbahaya dari
terakumulasi.
Sehingga dapat didefinisikan mitigasi dalam penelitian ini adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko dampak limbah plastik, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi dampak limbah plastik tersebut.
b. Daur Ulang Sampah Plastik
Energy consumption and generation, reduction of landfill
volume,and various benefits for proposing the appropriateselection by
scenario analyses for representative Vietnam’s cities. Nguyen (2013).
With a growing demand for natural resources, environmental pressures
onecosystems worldwide are increasing Phillip Nuss (2012).
8
The choice of waste management methods depends on several
factors including the waste stream, equipment capacity and
finance(Quartey, 2015). These methods are very costly, non eco-friendly
and most important of all create large amount of sludge(Saeed, 2010).
Terdapat metode yang sangat mahal, tidak ramah lingkungan dan paling
penting dari semua membuat sejumlah besar lumpur.
Plastics combust easily but incompletely. They produce copious
amounts of black smoke plus decomposition and volatilization products.
Salah satu upaya mitigasi limbah plastik adalah melalui proses daur
ulang sampah plastik. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi volume sampah, tiga (3R) prinsip yang dapat
digunakan dalam menangani masalah sampah antara lain sebagai
berikut.
1) Reduce (mengurangi), yakni upayakan meminimalisi barang atau
material yang kita pergunakan.
2) Reuse (menggunakan kembali), yakni pilihlah barang yang bisa
dipakai kembali, hindari pemakaian barang yang sekali pakai
(disposable).
3) Recycle (mendaur ulang), yaitu barang yang sudah tidak berguna lagi
bisa didaur ulang sehingga bermanfaat serta memiliki nilai tambah.
Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah
banyak industri formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang yang bermanfaat dan
memiliki nilai ekonomis. Selain itu menggunakan barang-barang
yang lebih ramah lingkungan, misalnya mengganti kantong keresek
dengan keranjang bila berbelanja, dan menghindari penggunaan
Styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa terdegradasi secara
alami (Arif Zulkifli, 2014).
Sampah plastik akan berdampak negatif terhadap lingkungan
karena tidak dapat terurai dengan cepat dan dapat menurunkan
kesuburan tanah. Menurut pendapat Rajkumar (2015) a large amount of
9
plastics that we use are becoming waste in no time. A high percentage of
the plastics being produced ends up in litter streams rather quickly and
does not serve long term needs. Most plastics used in India are in the
packaging sector. In fact, almost 52 per cent of all plastics is used in
packaging. Atau dengan terjemahan bebas Sejumlah besar plastik yang
kita gunakan menjadi limbah dalam waktu singkat. Persentase yang
tinggi dari plastik yang diproduksi berakhir di sungai secara cepat.
Sebagian besar plastik yang digunakan di India pada sektor
kemasan,bahkan hampir 52 persen dari semua plastik yang digunakan
dalam kemasan. Sampah plastik yang dibuang sembarangan juga dapat
menyumbat saluran drainase, selokan dan sungai sehingga bisa
menyebabkan banjir. Sampah plastik yang dibakar bisa mengeluarkan
zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia yaitu zat karbon
monoksida, dioksin, furan, volatil dan zat-zat berbahaya lainnya.
Pada penelitian ini, penulis membahas mengenai Recycle atau
mendaur ulang. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan
bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang
sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi bahan
baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurang polusi,
kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan
proses pembuatan barang baru.
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah
padatyang terdiri atas kegiatan pemisahan, pengumpulan, pemrosesan,
pendistribusian, dan pembuatan produk atau material bekas pakai dan
komponen utama dalam menajemen sampah modern (A.Guruh Permadi,
2011).
Sampah padat dapat didaur ulang dengan cara memisahkan,
mengumpulkan, memproses, mendistribusi dan membuatnya menjadi
barang-barang yang dapat digunakan kembali. Sampah padat juga
menjadi bahan utama dalam proses daur ulang. Sampah dapat mencemari
10
lingkungan dan membahayakan kesehatan. Sampah juga menyebabkan
timbulnya banjir.
Menurut Adekunle (2014) The majority of municipal solid wastes
consists of biodegradable organic substances, plastics, glass, metals,
textiles and rubber materials but the composition and volume of the
wastes vary from one region to the other and also from one country to
another.Mayoritas limbah padat perkotaanterdiri dari zat organik,
plastik,kaca,logam, tekstil dan bahan karet tetapi komposisi danvolume
limbah bervariasi dari satu wilayahyang lain dan juga dari satu negara ke
Negara lain.
Pendaur ulangan sampah di masyarakat dapat dilakukan dalam
beberapa cara, antara lain pendaur ulangan sampah secara manual dan
pendaur ulangan dilakukan oleh pabrik. Sampah yang didaur ulang
secara manual biasanya berasal dari benda-benda, misalnya plastik,
kertas, karton, besi, tembaga, tulang, kaca, dan lain sebagainya.
Pendaur ulangan yang dilakukan oleh pabrik juga memerlukan bahan
baku yang berasal dari plastik, kaca, besi, kertas, tembaga, tulang,
tergantung dari hasil produksi dari pabrik yang bersangkutan.Sampah
memiliki jenis yang bermacam-macam, pengolahan terhadap sampah
juga bervariasi tergantung dari jenis sampah tersebut.
Pengolahan sampah dapat dilakukan secara manual dengan diolah
langsung oleh manusia, dan juga dapat diolah oleh pabrik. Sampah yang
diolah secara manual biasanya berbentuk kreasi dan produk yang diolah
dengan ide-ide kreatif. Sampah yang diolah oleh pabrik biasanya akan
menjadi produk yang sama seperti barang yang telah di daur ulang
sebelumnya.
Menurut Nurminah. M, (2002) empat jenis limbah plastik yang
populer dan laku di pasaran yaitu Poliethylene (PE), High Density
Polyethylene (HDPE), Polipropilena (PP), dan Asoi. Di Indonesia,
plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk
semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur
11
ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun
1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk
membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di
Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk
pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat
dibandingkan bata yang umum dipakai (Abdul Syukur Alfauzi dan
Bambang Tjahjono, 2014)
Menurut Semiha (2015) Besides the use of plastic waste as
recycled material, a large amount of plastic wastes can be used in the
construction industry as well. Waste plastics are used in construction
industry as: dengan terjemahan Selain penggunaan sampah plastik
sebagai bahan daur ulang,sejumlah besar limbah plastik dapat digunakan
dalamindustri konstruksi. Limbah plastik juga yang digunakan
dalamindustri konstruksi sebagai.
1) Aggregate in lightweight concrete(Agregat dalam beton ringan)
2) Aggregate in asphalt concretes(Agregat dalam beton aspal)
3) Fiber reinforcement in concretes(penguatan serat dalam beton)
4) Synthetic aggregate or binder in concrete (by melting)(agregat sintetis
atau pengikat beton (olehpencairan)
5) Resin in polymer concretes(Resin di beton polimer )
6) Component in artificial particle boards (Komponen di papan partikel
buatan)
7) Plastic reinforcement in plasters(penguatan plastik di plester)
Pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar dari jenis plastik
Polipropilena (PP), High Density Polyethylene(HDPE), Poliethylene(PE)
dilakukan Kadir (2012) dengan pengamatan visual untuk mengetahui
jumlah bahan bakar yang dibutuhkan dan jumlah bahan bakar yang
dihasilkan dan potensi sampah plastik untuk menjadi bahan bakar cair.
Proses Recycle atau daur ulang dalam penelitian ini difokuskan pada
pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar alternatif melalui proses
pirolisis.
12
b. Manfaat Daur Ulang Sampah
Sudah pasti daur ulang sampah sangat banyak manfaatnya,
karena dengan daur ulang sampah-sampah yang ada di lingkungan dapat
diminimalisir. Sampah terdiri dari berbagai macam jenis, dan dapat
dimanfaatkan kembali sehingga sampah barang-barang yang tadinya
hanya sampah dapat berubah menjadi barang berguna. Pendaur ulangan
sampah sudah mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi di negara-
negara maju. Banyak berdiri pabrik-pabrik pendaur ulangan sampah,
mereka menjadikan sampah tersebut sebagai bahan baku atas produk
benda-benda tertentu, hal ini jelas meningkatkan nilai ekonomi dari
benda yang bersangkutan. Pengelolaan sampah yang baik memberikan
dua manfaat penting yaitu: 1) menjaga kelestarian lingkungan, dan 2)
meningkatkan ekonomi (Achmad Serudji Hadi, 2001).
Pemanfaatan sampah dapat meningkatkan nilai ekonomi atas benda
yang bersangkutan, sehingga menguntungkan masyarakat tertentu yang
mengelolanya.
13
2. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu
empowerment, yang secara harfiah berarti pemberkuasaan.
Pemberkuasaan itu sendiri dapat dipahami sebagai upaya memberikan
atau meningkatkan kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah atau
kurang beruntung (disadventaged).Pemberdayaan merupakan upaya
untuk membangun eksistensi seseorang dalam kehidupannya dengan
memberi dorongan agar memiliki kemampuan/keberdayaan (Syamsir
Salam dan Amir Fadhilah, 2008).
Pemahaman pemberdayaan ini adalah sebagai cara untuk
memberikan kekuatan kepada masyarakat yang mengalami situasi
ketidak berdayaan. Ketidak berdayaan dimaksudkan bukan hanya dari
segi ekonomi saja, tapi juga ketidak berdayaan dalam menciptakan ide-
ide kreatif, ketidak berdayaan dalam hubungan sosial, danke tidak
berdayaan dalam segi ekologi.
Berbagai pengertian mengenai pemberdayaan pada intinya
membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha
mengontrol kehidupannyasendiri dan mengusahakan untuk membentuk
masa depan sesuai keinginannya. Pemberdayaan pada hakekatnya adalah
untuk meningkatkan kemampuan menuju kemandirian, pemberdayaan
menekankan pada pentingnya masyarakat untuk mengorganisir dirinya
sendiri secara mandiri untuk meningkatkan kemampuan. Pemberdayaan
adalah upaya menyediakan sumber daya, peluang, pengetahuan, dan
keterampilan bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka
untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan untuk mengambil
bagian dan mempengaruhi kehidupan masyarakat (Isbandi Rukminto
Adi, 2013).
Menurut Muljono, (2013) At village level where this program is
implemented, the process for conducting community development has to
deal with local complexities. Dengan terjemahan di tingkat desa di mana
14
program ini diimplementasikan, proses untuk melakukan pengembangan
masyarakat harus berurusan dengan kompleksitas local. Some examples
of complexities are the following.
1) First, how that program is not dominated by a handful of people who
are local elites in the region. Pertama, bagaimana program yang tidak
didominasi oleh segelintir orang-orang yang elite lokal di wilayah
tersebut.
2) Secondly, in the wake of decentralization, local actors (such as
legislative member, religious leader, village head, program facilitator
and member of political party) have greater power to influence such
process. Kedua, setelah desentralisasi, aktor lokal (seperti anggota
legislatif, tokoh agama, kepala desa, fasilitator Program dan anggota
partai politik) memiliki kekuatan yang lebih besar untuk
mempengaruhi proses tersebut.
3) Third, there is a possibility changing behavior and attitude may lead
to social conflicts. Ketiga, ada kemungkinan mengubah perilaku dan
sikap dapat menyebabkan konflik sosial.
Masyarakat yang dimaksud disini bukan berarti tidak memiliki
potensi dan pengetahuan, namun masyarakat belum memiliki
kemampuan, pengetahuan, peluang dan keterampilan untuk mengelola
potensi yang ada. Masyrakat belum mengetahui potensi-potensi yang ada
disekitar masyrakat atau belum mengetahui potensi-potensi yang ada
pada diri masyarakat sendiri.
b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai tujuan
maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,
maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan
aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan
15
sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai
indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses (Edi
Suharto, 2005).
Menurut Arnstein dalam Prasetyanti (2014) mengemukakan
bahwa: The theory of community empowerment mainly talks about
community empowerment model that inspires the scenario development
of gender and children based solid waste management; meanwhile, the
theory of community participation mainly explains about the
participation ladder that defines categories and characteristics of
community involvement. Dengan Teoripemberdayaan masyarakat
terutama berbicara tentang komunitasModel pemberdayaan yang
menginspirasi pengembangan scenariogender dan anak-anak
berdasarkan pengelolaan sampah. Sementara itu, teori partisipasi
masyarakat terutamamenjelaskan tentang tangga partisipasi yang
mendefinisikan kategoridan karakteristik keterlibatan masyarakat.
Pandangan Arnstein digambarkan pada skema sebagai berikut.
Sumber: Arnstein Prasetyanti (2014)
Degree of citizen control
Degree of tokenism
Non-participation
8. Citizen Control
7. Delegate Power
6. Partnership
5. Placation
4. Consultation
3. Informing
2. Therapy
1. Manipulation
16
Pemberdayaan bertujuan juga untuk meningkatkan kekuasaan
orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Pemberdayaan
masyarakat disebut sebagai tujuan, yakni pemberdayaan menunjuk pada
keadaan yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri,
mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, tujuan dari pemberdayaan
masyarakat adalah untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang lemah
atau tidak beruntung. Penulis mengartikan orang-orang yang lemah dan
tidak beruntung ini bukan hanya dilihat dari perekonomiannya saja tapi
lemah dan tidak beruntung dapat dilihat dari berbagai ragam, seperti
lemah dan tidak beruntung dalam kreativitas, lemah dan tidak beruntung
dalam segi sosial, dan lemah dan tidak beruntung dalam ilmu. Dalam hal
ini masyarakat harus difasilitasi agar memiliki kekuasaan atau
mempunyai keilmuan yang bisa memberdayakan dirinya baik yang
bersifat fisik, sosial, dan ekonomi.
3. Dampak Lingkungan Pengolahan Sampah
Permasalahan lingkungan saat ini ada di berbagai tempat.
Permasalahan itu menyangkut pencemaran, baik pencemaran tanah, air,
udara dan suara. Pencemaran tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia.
Pencemaran tanah misalnya, banyaknya sampah yang tertimbun di tempat
sampah, apabila tidak ditangani dengan baik akan menurunkan tingkat
kesehatan masyarakat
Sampah berasal dari kegiatan penghasil sampah seperti pasar,
rumah tangga, perkotaan (kegiatan komersial/perdagangan), penyapuan
jalan, taman, atau tempat umum lainnya, dan kegiatan lain seperti dari
industri dengan limbah yang sejenis sampah.
17
Sumber dari sampah dimasyarakat pada umumnya, berkaitan erat
dengan penggunaan lahan dan penempatan. Beberapa sumber sampah
dapat diklasifikasikan menjadi antara lain: 1) perumahan, 2) komersil, 3)
institusi, 4) konstruksi dan pembongkaran, 5) pelayanan perkotaan, 6) unit
pengolahan, 7) industri, dan 8) pertanian (Damanhuri dan Tri Padmi,
1999).
Sampah dapat digolongkan dalam beberapa kategori,
penggolongan sampah didasarkan pada sumber sampah, sifat sampah, dan
bentuk sampah. Penggolongan jenis sampah ini akan memudahkan bagi
kita dalam proses daur ulang atau proses pemanfaatan sampah, karena dari
sinilah kita mengenali karakteristik serta kandungan yang terdapat dalam
sampah yang akan diolah atau daur ulang.
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam
menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.
Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi
pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan
transport, pengolahan dan pembuangan akhir.
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui
3 tahan kegiatan, yaitu: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan
akhir. Secara sederhana tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam
pengelolaan sampah sebagai berikut (A. Aboejoewono,1985).
Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat
asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan
berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong
sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat
pembuangan sementara. Untuk melakukan pengumpulan, umumnya
melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode
waktu tertentu. Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan
sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat
pembuangan akhir/pengolahan.
18
Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu
tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke
tempat pembuangan akhir. Pada tahap pembuangan akhir/ pengolahan,
sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun
biologis sedemikian sehingga tuntas penyelesaian seluruh proses.
Pengelolaan sampah, terutama di kawasan sekolahan, dewasa ini
dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang cukup kompleks.
Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi tinggi laju timbulan sampah
yang tinggi, kepedulian warga sekolah teruma siswa yang masih sangat
rendah serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah (final
disposal) yang selalu menimbulkan permasalahan tersendiri.
Apabila pengelolaan sampah yang tidak dilakukan secara
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan maka akan dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak-dampak tersebut adalah
sebagai berikut. (Alex S.,2013)
1) Dampak terhadap kesehatan: tempat berkembang biak
organisme yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, meracuni hewan
dan tumbuhan yang dikonsumsi oleh manusia. 2) Dampak terhadap
lingkungan: mati atau punahnya flora dan fauna serta menyebabkan
kerusakan pada unsur-unsur alam seperti terumbu karang, tanah, perairan
hingga lapisan ozon. 3) Dampak terhadap sosial ekonomi menyebabkan
bau busuk, pemandangan buruk yang sekaligus berdampak negatif pada
pariwisata secara bencana seperti banjir.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Poerwadarminta, lingkungan
berasal dari kata lingkung yaitu sekliling, sekitar. Lingkungan adalah
bulatan yang melingkungi atau melingkari, sekalian yang terlingkung di
suatu daerah sekitarnya. Menurut Ensiklopedia Umum lingkungan adalah
alam sekitar termasuk orang-orangnya dalam hidup pergaulan yang
mempengaruhi manusia sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan dan
kebudayaannya. Dalam Ensiklopedia Indonesia, lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di luar suatu organisme, meliputi. 1) lingkungan mati
19
(abiotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas benda
atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya,
gravitasi, atmosfer, dan lainnya. 2) lingkungan hidup (biotik) yaitu
lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas organisme hidup,
seperti tumbuhan, hewan dan manusia. Ensiklopedia Amerika menyatakan
bahwa lingkungan adalah faktor-faktor yang membentuk lingkungan
sekitar organisme, terutama komponen-komponen yang mempengaruhi
perilaku, reproduksi, dan kelestarian organisme.Lingkungan adalah semua
yang ada di sekitar sistim yang mempengaruhi keadaan sistim secara
langsung (Alex S.,2013).
Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan
keadaannya, yang disebut Daya Dukung Lingkungan. Pemulihan
keadaannya apabila bahan pencemar berakumulasi terus menerus dalam
suatu lingkungan, maka lingkungan tidak akan mempunyai kemampuan
alami untuk menetralisirnya sehingga mengakibatkan perubahan
kualitaslingkungan mengalami perubahan (positif atau negatif) pada suatu
periode tertentu sesuai dengan interaksi komponen lingkungan. Sehingga
ketika interaksi antar komponen lingkungan tesebut tidak seimbang lagi,
artinya telah melampaui daya dukung lingkungan maka kualitas
lingkungan akan mengalami degradasi (Yudhi Kartikawan,2010).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah,
segala sesuatu yang ada di luar suatu organisme, objek atau komponen
sisitm tertentu yang mempengaruhi organisme, objek atau komponen
sistim tersebut. Bisa berupa kondisi atau bisa juga organisme, objek atau
komponen sistim yang lain. Itulah mengapa lingkungan sangat penting
dalam membentuk karakter, lingkungan yang buruuk dapat membentuk
sesuatu menjadi buruk atau sebaliknya.
Kesadaran dan kepedulian manusia terhadap lingkungan tidak
dapat tumbuh begitu saja secara alamiah, namun harus diupayakan
pembentukannya secara terus menerus sejak usia dini, melalui kegiatan
nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menanamkan
20
kesadaran terhadap Lingkungan Hidup, langkah yang paling strategis
adalah melalui pendidikan, baik pendidikan formal atau pendidikan non-
formal.
Menyadari hal tersebut, maka sekolah sebagai wadah pendidikan
perlu sejak dini menanamkan dan mengembangkan kepedulian siswa
terhadap lingkungan hidup agar terbentuk sumber daya manusia yang
secara arif dapat memanfaatkan potensi dirinya dalam berbuat untuk
menciptakan kualitas lingkungan yang kondusif, ekologis, lestari secara
nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik,
kreatif, inovatif dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal.
Kegiatan manusia sadar lingkungan perlu ditingkatkan. Masalah
utama yang menonjol adalah hubungan antara manusia dalam mencari
kehidupan maupun dalam meneruskan keturunannya, dapat
menimbulkan masalah kelestarian sumber daya yaitu kerusakan yang
timbul akibat ulah manusia itu. Penggunaan teknologi yang kurang
terkendali justru akan lebih memperparah rusaknya lingkungan. Ruang
lingkup lingkungan sangat luas, dari langit atau udara, dari kutub utara
sampai kutub selatan, puncak gunung, kota, desa, lembah, sungai, pantai,
danau, lautan, air laut, dasar laut.
Kesadaran lingkungan menjadi makin penting dan pendidikan
kependudukan dan lingkungan bagi setiap orang nasional maupun
internasinal, justru manjadi mutlak karena manusia dan lingkungan itu
merupakan dua unsur pokok yang saling menentukan, dalam arti
manusia hidup dari lingkungan dan jika lingkungan rusak maka manusia
yang celaka.
Sebagaimana dikutip oleh Amos (2008), kesadaran lingkungan
menurut M.T. Zen adalah usaha melibatkan setiap warga negara dalam
menunbuhkan dan membina kesadaran untuk melestarikan lingkungan,
berdasarkan tata nilai, yaitu tata nilai dari pada lingkungan itu sendiri
dengan filsafat hidup secara damai dengan alam lingkungan. Asas ini
harus mulai ditumbuhkan melalui pendidikan sekolah dan luar sekolah,
21
dari kanak-kanak hingga perguruan tinggi agar lambat laun tumbuh rasa
cinta kasih kepada alam lingkungan, disertai tanggung jawab
sepenuhnya setiap manusia untuk memelihara kelestarian lingkungan.
Bentuk kepedulian lingkungan ada 3R untuk mewujudkan bentuk
kepedulian terhadap lingkungan, 3R itu adalah Reduce (kurangi), Reuse
(gunakan kembali), dan Recycle (daur ulang). Dengan meniru langkah
3R, maka yang dapat dilakukan adalah (Walgito, 2003):
1) Mengurangi (Reduce) atau reduksi sampah merupakan upaya untuk
mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan
dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber
dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola
hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan
menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/ efisien dan sedikit
sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan untuk merubah
perilaku tersebut. Dengan sebisa mungkin melakukan minimalisasi
barang atau material yang pergunakan. Semakin banyak
menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2) Memakai kembali (Reuse) berarti menggunakan kembali bahan atau
material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses
pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan
kembali botol bekas minuman untuk tempat air, mengisi kaleng susu
dengan susu refill, dan lain-lain. Bahan-bahan yang dapat digunakan
kembali meliputi kertas, cardboard, plastik, gelas, logam dan lain-
lain. Menghindari pemakaian barang-barang yang diposable (sekali
pakai buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian
barang sebelum menjadi sampah.
3) Mendaur ulang (Recycle) adalah mendaur ulang suatu bahan yang
sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui
proses pengolahan, seperti mengolah sisa kain perca menjadi
selimut, kain lap, keset kaki, dan sebagainya, atau mengolah botol/
22
plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi
ember, hanger, pot, dan sebagainya, atau mengolah kertas bekas
menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan
kualitas sedikit lebih rendah, dan lain-lain. Barang-barang yang
sudah tidak berguna lagi bisa di daur ulang. Tidak semua barang bisa
didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan
industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang
lain.
4. Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Alternatif
Menurut Valli (2012) As a brief introduction to plastics, it can be
said that plastics are synthetic organic materials produced by
polymerization. They are typically of high molecular mass, and may
contain other substances besides polymers to improve performance and/or
reduce costs. Dengan terjemahan bebas,plastik merupakan bahan sintetis
organik yang diproduksi oleh polimerisasi. Plastik biasanya memiliki
massa molekul tinggi, dan mungkinmengandung zat lain selain polimer
untukmeningkatkan kinerja dan / atau mengurangi biaya.
Neha Patni, (2013) Recycling is the best possible solution to the
environmental challenges facing the plastic industry. These are
categorized into primary, secondary, tertiary, and quaternary recycling.
Chemical recycling, that is, conversion of waste plastics into feedstock or
fuel has been recognized as an ideal approach and could significantly
reduce the net cost of disposal, dengan terjemahan sebagai berikut. Daur
ulang adalah solusi terbaik untuk lingkungantantangan yang dihadapi
industri plastik. Hal ini dikategorikanmenjadi primer, sekunder,tersier dan
kuarterner mendaur ulang. Daur ulang bahan kimia, yaitu konversi
limbahplastik menjadi bahan baku atau bahan bakar telah diakui
sebagaipendekatan yang ideal dan secara signifikan dapat mengurangi
biaya pembuangan untuk energi yang bersih.
Selanjutnya menurut Valli (2013) berpendapat bahwa Liquid fuel is
defined as plastic-derived liquid hydrocarbons at a normal temperature
23
and pressure. Bahan bakar cair didefinisikan sebagai cairan plastik yang
diturunkanhidrokarbon pada suhu dantekanan normal. Proses tersebut
meliputi.
a. Proses Cracking (Perekahan)
Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak
termasuk daur ulang tersier. Merubah sampah plastik menjadi bahan
bakar minyak dapat dilakukan dengan proses cracking (perekahan).
Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi senyawa
dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking
plastik ini dapat digunakan sebagai bahan kimia atau bahan bakar.
Ada tiga macam proses cracking yaitu hidro cracking, thermal
cracking dan catalytic cracking(Untoro, 2013).
Hidro cracking adalah proses cracking dengan mereaksikan
plastik dengan hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi
dengan pengaduk pada temperatur antara 423 – 673oK dan tekanan
hidrogen 3 – 10MPa. Dalam proses hydrocracking ini dibantu dengan
katalis. Untuk membantu pencapuran dan reaksi biasanya di gunakan
bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralindandecalin. Beberapa
katalis yang sudah di teliti antara lain alumina, amorphous silica
alumina, zeolite dan sulphate zirconia.
Thermal cracking adalah termasuk proses pyrolisis, yaitu
dengan cara memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini
biasanya di lakukan pada temperatur antara 350°C sampai 900°C. Dari
proses ini akan di hasilkan arang, minyak dari kondensasi gas seperti
parafin, isoparafin, olefin, naphthene dan aromatik, serta gas yang
memang tidak bisa terkondensasi.
Catalytic cracking, cara ini menggunakan katalis untuk
melakukan reaksi perekahan. Dengan adanya katalis, dapat
mengurangi temperatur dan waktu reaksi. Proses konversi di lakukan
dengan temperatur pyrolisis 550°C dan perbandingan katalis/sampah
24
plastik 1: 4 di hasilkan minyak dengan jumlah paling banyak (Untoro,
2013).
Berdasarkan praktek yang dilakukan oleh guru dan siswa SMK
Negeri 3 Madiun, dengan menggunakan metode hydro cracking biaya
operasional untuk tiap 1 liter BBM adalah Rp2.500-Rp3.000. Selama
ini proses penyulingan masih dalam skala kecil dan hasilnya
digunakan untuk internal sekolah, yaitu: untuk bahan bakar mobil
praktek. Peralatan yang digunakan juga sangat sederhana, yaitu
menggunakan tabung gas elpiji 3 kg dan pipa besi, biaya pembuatan
alat adalah Rp2.500.000 yang diperkirakan bisa bertahan sampai 8
tahun.
Pengolahan sampah plastik menjadi BBM alternatif juga
dilakukan oleh Arifudin warga kecamatan Lau, kabupaten Maros.
Arifudin menggunakan tabung elpiji 3 kg dan pipa besi dalam proses
pengolahannya. Produksi penyulingan limbah plastik ini masih
sedikit, masih dalam jumlah pemakaian pribadi. Untuk menghasilkan
satu liter minyak, Arifuddin menggunakan sekitar 1 kg plastik.
Pengolahan ini jauh lebih murah, bila dibandingkan dengan BBM
yang dijual Pertamina. Menurutnya, biaya seluruh produksi itu
mencapai Rp3.000/ltr.
b. Proses Pirolisis
Pirolisis atau devolatilisasi adalah proses fraksinasi material
oleh suhu. Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230 °C,
ketika komponen yang tidak stabil secara termal, dan volatile
matterspada sampah akan pecah dan menguap bersamaan dengan
komponen lainnya. Produk cair yang menguap mengandung tar dan
polyaromatic hydrocarbon. Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga
jenis, yaitu gas (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar (pyrolitic oil), dan
arang.
Parameter yang berpengaruh pada kecepatan reaksi pirolisis
mempunyai hubungan yang sangat kompleks, sehingga model
25
matematis persamaan kecepatan reaksi pirolisis yang diformulasikan
oleh setiap peneliti selalu menunjukkan rumusan empiris yang
berbeda (Aprian Ramadhan P. dan Munawar Ali, 2011). Selain itu,
plastik merupakan polimer yang berat molekulnya tidak bisa
ditentukan, ataupun dihitung. Karena itu, kecepatan reaksi
dekomposisi didasarkan pada perubahan massa atau fraksi massa per
satuan waktu.
Produk pirolisis selain dipengaruhi oleh suhu dan waktu, juga
oleh laju pemanasan. Rodiansono dkk., (dalam Aprian Ramadhan P.
dan Munawar Ali, 2011) melakukan perengkahan sampah plastik jenis
polipropilena dari kemasan air mineral dalam reaktor pirolisis terbuat
dari stainless steel,dilakukan pada temperatur 475oC dengan dialiri
gas nitrogen (100 mL/menit)
Faktor-faktor atau kondisi yang mempengaruhi proses pirolisis
adalah.
1) Waktu, berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena,
semakin lama waktu proses pirolisis berlangsung. Produk yang
dihasilkannya (residu padat, tar, dan gas) makin naik.
2) Suhu, sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai
dengan persamaan Arhenius, suhu makin tinggi nilai konstanta
dekomposisi termal makin besar akibatnya laju pirolisis bertambah
dan konversi naik.
3) Ukuran Partikel, berpengaruh terhadap hasil,semakin besar ukuran
partikel. Luas permukaan per satuan berat semakin kecil,sehingga
proses akan menjadi lambat (Aprian Ramadhan P. dan Munawar
Ali, 2011).
4) Berat Partikel, semakin banyak bahan yang
dimasukkan,menyebabkan hasil bahan bakar cair(tar) dan arang
meningkat(Aprian Ramadhan P. dan Munawar Ali, 2011).
Berdasarkan praktek yang dilakukan oleh Syamsiro bersama
timnya di Laboratoriom Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin
26
UGM, alat yang dipakai mengadopsi dari sistem yang dikembangkan
oleh Bapak Tri Handoko (SMKN 3 Kimia Madiun) dengan modifikasi
pada tabung reaktor dan tabung kondensor. Tabung reaktor yang
dipakai menggunakan material bekas tabung freon dengan ketebalan±
3 mm. Tabung kondensor nomor 1 didesain untuk menghasilkan BBM
setara solar dan tabung kondensor nomor 2 didesain untuk
menghasilkan BBM setara premium. Pemanasan menggunakan
pembakaran dari LPG atau dari biomassa (potongan kayu, sekam).
Menurut Syamsiro alat yang ideal memang mahal bisa
mencapai 100 juta rupiah. Namun untuk skala kecil dengan ukuran
30cmx20cmx40cm (PLT) sisa gas pembakaran diposes lagi dengan
inverter agar pembuangannya aman bagi manusia. Reaktor modifikasi
ini tidak lebih dari Rp2.500.000,- dengan material sisa, yang bisa
digunakan selama 5 tahun. Minyak yang dihasilkan pun juga sangat
memuaskan. Biaya produksi untuk tiap 1 liter adalah Rp3.000 –
Rp3.500.
Biaya produksi untuk pengolahan sampah plastik menjadi
BBM alternatif dengan metode hydro cracking dan pirolisis hampir
sama, karena pada prinsipnya alat yang digunakan juga sama. Proses
pirolisis merupakan pengembangan dari proses hydro cracking,
namun masih menggunakan prinsip yang sama, yaitu penyulingan.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu tentang pemanfaatan limbah sampah
plastik antara lain sebagai barikut.
1. Penelitian oleh Untoro Budi Surono pada tahun 2013 yang berjudul
Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerja mesin dari bahan bakar
campuran solar dengan minyak dari sampah plastik PVC pada mesin
diesel, menghasilkan konsumsi bahan bakar yang lebih rendah, SFC yang
27
lebih rendah dan efisiensi termal yang lebih tinggi dibanding bahan
bakar solar murni.
2. Penelitian yang dilakukan Aprian Ramadhan P. dan Munawar Ali tahun
2011 tentangPengolahan Sampah Plastik Menjadi Minyak Menggunakan
Proses Pirolisis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan reaktor
dengan diameter 20 cm dan tinggi 40 cm. Pirolisis dilangsungkan pada
temperatur 250-420°C dan waktu reaksi selama 0-60 menit. Dari semua
variabel yang dipelajari suhu memberi pengaruh yang paling nyata.
Konstanta kecepatan reaksi dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan
persamaan Arrhenious. Dengan nilai aktivasi energi 12145,4 kal./mol. Hal
itu menunjukkan reaksi kimia yang berperan. Konversi volatile matter yang
dapat dicapai 80,2%, dan itu terjadi pada waktu 60 menit dan suhu 420oC.
3. Penelitian oleh Abdul Syukur Alfauzi dan Bambang Tjahjono tahun 2014
yang berjudul Uji Experiment Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan
Bakar Alternatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah plastik jenis
PP menghasilkan minyak plastik lebih banyak yaitu, 1820ml / 2000gr
limbah plastik, jenis PET menghasilkan 1560ml / 2000 gr limbah plastik
dan jenis menghasilkan 1350 ml / 2000gr limbah plastik.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Dengan semakin meningkatnya penggunaan plastik dan barang-barang
berbahan dasar plastik semakin meningkat. Peningkatan penggunaan plastik
ini merupakan konsekuensi dari berkembangnya teknologi, industri dan juga
jumlah populasi penduduk. Di Indonesia, kebutuhan plastik terus meningkat
hingga mengalami kenaikan rata-rata 200 ton per tahun. Tahun 2011 tercatat
1,9 juta ton, di tahun 2012 naik menjadi 2,1 juta ton, selanjutnya tahun
2013 naik lagi menjadi 2,3 juta ton per tahun. Di tahun 2014 2,4 juta ton, dan
diperkirakan pada tahun 2015, meningkat menjadi 2,6 juta ton. Akibat dari
peningkatan penggunaan plastik ini adalah bertambah pula sampah plastik.
Hal tersebut perlu dicarikan solusi sehingga tidak terjadi penumpukan sampah
28
plastik. Salah satunya adalah dengan daur ulang menjadi bahan bakar
alternatif.
Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk
daur ulang tersier. Merubah sampah plastic menjadi bahan bakar minyak dapat
dilakukan dengan proses cracking (perekahan) dan pirolisis. Cracking adalah
proses memecah rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang
lebih rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini dapat digunakan sebagai
bahan kimia atau bahan bakar. Ada tiga macam proses cracking yaitu hidro
cracking, thermal crackingdan catalytic cracking. Kerangka berpikir dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
29
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Sampah Plastik:
1. Poly Ethylene (Ultra low molecular weight
polyethylene) (ULMWPE atau PE-WAX)
2. Poly Propyleneatau (C3H6)n
3. High Density Poly Ethylene(HDPE)
4. Poly Vinyl Chloride / PVC -CH2-CHCl-)n
5. Poly Styrene / Styrofoam / C6H5CH=CH2
6. Low Density Poly Ethylene / LDPE / C10H10
(Proses) Pengolahan Daur
ulang Sampah plastik:
1. Hydro
Cracking(konversi
plastik menjadi
produk yang lebih
ringan
2. Pirolisis
(dekomposisi kimia
bahan organik
melalui proses
pemanasan)
(Output) Bahan
Bakar Alternatif
1. Bensin : C5H12
2. Solar : C14H30
(Outcome)
1. Peningkatan ekonomi
masyarakat
2. Lingkungan Bersih
(Input) Sampah:
1. Pengumpulan (collecting)
2. Pengangkutan (transfer and
transport)
Mitigasi Limbah Sampah Plastik
Rekayasa Ekonomi Masyarakat
30
Dalam penelitian ini mencakup 5 Azas Pengetahuan Lingkungan
meliputi; azaz no 1. Menyatakan bahwa semua energi yang memasuki sebuah
organisme, populasi, atau ekosistem yang dianggap sebagai energi tersimpan
atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain, serta
tidak dapat hilang, dihancurkan, maupun diciptakan. Azas no 2.Menyatakan
bahwa materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya termasuk
pada sumber alam. Azas no 3. Menyatakan bahwa terdapat dua jenis sumber
alam, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaan,
dan tidak mempunyai daya rangsang penggunaan. Azas no 4. Menyatakan
bahwa keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi
produktivitasnya. Terdapat hubungan antara biomasa, aliran energi, dan
keanekaragaman dalam suatu sistem biologi. Azas 5. Menyatakan bahwa
kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepada kepentingan
relatifnya pada keadaan lingkungan.
Top Related