12
BAB II
KECERDASAN GANDA DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Strategi Pembelajaran dan Tujuannya
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas
manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab
professional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi
pengetahuan kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan
kemampuan guna mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan
kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan system lingkungan yang
membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.
Mengajar dalam pemahaman ini memerlukan suatu strategi belajar mengajar yang
sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat dalam
upaya mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif subjek didik. Untuk itu
perlu dibina dan dikembangkan kemampuan professional guru untuk mengelola
program pengajaran dengan strategi belajar yang kaya dengan variasi.1
1. Pengertian strategi belajar-mengajar.
Strategi belajar-mengajar, menurut J.R. David dalam situs Hartono
adalah strategi belajar-mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan
yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk
1 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Grasindo, Jakarta Tahun 2002
13
melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran.
Strategi dapat diartikan sebagai aplan of operation achieving something “rencana
kegiatan untuk mencapai sesuatu”. Sedangkan metode ialah a way in achieving
something “cara untuk mencapai sesuatu”. Untuk melaksanakan suatu strategi
digunakan seperangkat metode pengajaran tertentu. Dalam pengertian demikian
maka metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi belajar
mengajar. Unsur seperti sumber belajar, kemampuan guru dan siswa, media
pendidikan, materi pengajaran, organisasi adalah: waktu tersedia, kondisi kelas
dan lingkungan merupakan unsur-unsur yang mendukung.2
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak
didik ke dalam proses belajar, sehingga mereka dapat memeperoleh tujuan belajar
sesuai apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi
individu anak, karena merekalah yang belajar. Anak didik merupakan individu
yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing. Oleh karena itu,
setiap orang atau dengan kata lain guru mempunyai cara yang berbeda pula dalam
melaksanakan suatu kegiatan dalam pembelajaran. Biasanya cara tersebut telah
direncanakan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan kegiatan itu dilaksanakan. Bila
belum mencapai hasil yang optimal, mereka berusaha mencari cara lain yang
dapat mencapai tujuannya. Proses tersebut menunjukkan bahwa orang selalu
berusaha mencari cara terbaik untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Setiap
orang yang menerapkan cara tertentu dalam suatu kegiatan pembelajaran,
2 Hartono, 2008, Strategi Pembelajaran Active Learning, (http://edu-articles.com/ Situs Pendidikan Indonesia.htm)
14
menunjukkan bahwa orang tersebut telah melakukan strategi. Dan strategi tersebut
dipakai sesuai dengan kondisi waktu dan tempat saat dilaksanakannya kegiatan.3
Strategi pembelajaran adalah termasuk bagian dari active learning yang
merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar lebih aktif dengan
pemberian tugas belajar yang dilakukan dalam dalam kelompok kecil siswa.
Dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat, pengetahuan, serta ketrampilan
mereka akan membantu menjadikan belajar sebagai bagian berharga dari iklim di
kelas. Namun demikian, belajar bersama tidaklah selalu efektif. Boleh jadi
terdapat partisipasi yang tidak seimbang, komunikasi yang buruk dan
kebingungan.4
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran menggunakan beberapa sistem
pengajaran dengan menggunakan beberapa metode yang sesuai dengan langkah-
langkah strategi pembelajaran the power of two yang mendukung untuk
mendapatkan kemudahan dalam pembelajaran siswa. Yaitu dengan menggunakan
metode ceramah, diskusi, kerja kelompok, dan lain-lain. Strategi belajar kekuatan
berdua (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif adalah belajar
dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui
kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya
untuk mencapai kompentensi dasar.5
Strategi the power of two ini dirancang untuk memaksimalkan belajar
kolaboratif (bersama) dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu
3 Hamdani, 2011, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia4 Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta : Bina Aksara, 2006).5 Tarmizi Ramadhan, Strategi belajar kekuatan berdua (The power of two) dalam
pembelajaran matematika. http://tarmisi wordpress.com. Diakses jam 10.30 tgl.20 Maret 2012
15
dengan siswa yang lain. Belajar kolaboratif menjadi populer di lingkungan
pendidikan sekarang. Dengan menempatkan peserta didik dalam kelompok dan
memberinya tugas dimana mereka saling tergantung satu dengan yang lain untuk
menyelesaikan pekerjaan adalah cara yang mengagumkan dengan member
kemampuan pada keperluan siswa dalam masyarakat. Mereka condong lebik
menarik dalam belajar karena mereka melakukannya dengan teman-teman sekelas
mereka. Aktivitas belajar kolaboratif membantu mengarahkan belajar aktif.
Meskipun belajar independen dan kelas penuh instruksi juga mendorong belajar
aktif, kemampuan untuk mengajar melalui aktivitas kerja kolaboratif dalam
kelompok kecil akan memungkinkan anda untuk memproosikan belajar dengan
belajar aktif.6
2. Tujuan Strategi belajar mengajar
Strategi yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan
pembelajaran. Strategi harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif
berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikansegala
permasalahan yang dihadapinya. Dr. Sayyid Ibrahim al-Jabbar mengatakan:"
Sesungguhnya tujuan pokok pendidikan adalah haruslah dapat memberikan
rangsangan kuat untuk pengembangan kemampuan individu dalam upaya
mengatasi semua permasalahan baru yang muncul serta dapat mencari terobosan-
terobosan solusi alternatif dalam menghadapinya."
6 Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: Bina Aksara.
16
Dipilihnya beberapa metode atau strategi tertentu dalam suatu
pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi
pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks
lain, metode atau strategi dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji
dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.
Dalam hal ini, strategi bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil
pembelajaran sehingga apa yang direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan
semudah mungkin.7
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran the power of two ada beberapa
tujuan yang harus dicapai diantaranya adalah:
1. Membiasakan belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar
bersama hasilnya lebih berkesan).
2. Untuk meningkatkan belajar kolaboratif.
3. Agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait
dengan materi pokok.
4. Meminimalkan kegagalan.
5. Meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain.8
7 Tarmizi Ramadhan, 2009 . Strategi belajar kekuatan berdua (The power of two) dalam pembelajaran matematika. http://tarmisi wordpress.com. Diakses jam 10.30 tgl.20 Maret 2012
8 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik., (Jakarta: Prestasi Pustaka,2007) hal 25.
17
B. Pengertian Kecerdasan Ganda
Banyak orang yang cukup lama mempercayai bahwa bila seseorang
mampunyai IQ tinggi ia akan sukses dalam hidup. Pengukuran IQ telah menjadi
salah satu hal penting dalam menentukan kemampuan sukses seseorang. Dalam
kenyataan sekarang ini dapat dilihat bahwa orang yang ber-IQ tinggi belum tentu
sukses dan belum tentu hidup bahagia.Orang yang ber –IQ tinggi tetapi karena
kurang stabil emosinya dan mudah marah, seringkali keliru akan menentukan dan
menyelesaikan suatu permasalahan hidup karena tidak dapat berkonsentrasi.
Dalam praktek pembelajaran terjadi hal yang kurang membantu peserta
didik untuk berkembang. Seorang guru agama lebih sering mengajarkan dengan
pendekatan pribadi melalui metode ceramah, ini sering kali dirasa oleh peserta
didik membosankan. Jelas sekali bahwa pembelajaran ini sangatlah
menguntungkan bagi kecerdasan visual karena dirasa kurang efektif. Oleh karena
itu muncullah berbagaimacam teori mengenai kecerdasan ganda.
Teori kecerdasan ganda (multiple intelegences atau MI) yang ditemukan
dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi
perkembangan dan professor pendidikan dari Graduate School of
Education, Harvard University Amerika Serikat. ia mulai menulis
gagasannya tentang kecerdasan ganda dalam bukunya Frames of Mind.
Pada tahun 1983 ia mempublikasikan bukunya yang berjudul Multiple
Intelegences, setelah banyak melakukan penelitian tentang implikasi teori
kecerdasan ganda dalam dunia pendidikan. Teori ini dilengkapi lagi
dengan terbitnya buku Intelegences Reframed pada tahun 2000. selama
18
tahun 1983 sampai 2003 Gardner yang juga direktur Proyek Zero di
Harvard University, banyak menulis dan mengembangkan teori
kecerdasan ganda dan terutama aplikasinya dalam dunia pendidikan di
Amerika Serikat. Proyek Zero adalah pusat penelitian dan pendidikan yang
mengembangkan cara belajar, berpikir dan kreatif dalam mempelajari
suatu bidang bagi individu dan institusi. Teori kecerdasan ganda banyak
mendasari Proyek Zero.9
Dari teori Gardner, kacerdasan ganda merupakan kecerdasan dengan cara
mengaplikasikan dan mengembangkan cara belajar, berpikir secara kreatif dalam
mempelajari suatu bidang pengetahuan bagi individu dan instansi. Inteligensi
bukanlah tunggal, melainkan banyak. Inilah yang ditemukan Gardner dan
rekanrekannya di Harvard University.
Kecerdasan jamak (multiple intelligence) merupakan istilah dalam kajian
tentang kecerdasan yang diprakarsai oleh seorang pakar pendidikan Amerika
Serikat bernama Howard Gardner. Terdapat keragaman terjemahan tentang
multiple intelligences ini, sebagian orang menterjemahkan dengan kecerdasan
ganda, kecerdasan majemuk dan kecerdasan jamak. Dalam tulisan ini yang
dipergunakan sebagai terjemahan multiple intelligences adalah kecerdasan jamak.
Teori kecerdasan jamak bukanlah teori pertama yang menyatakan tentang
adanya kecerdasan selain kecerdasan intelektual (IQ) pada diri individu.
Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk
9 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya Di Sekolah (Yogyakarta. 2002), hlm 17
19
memecahkan persoalan dan menghasilkan produksi dalam suatu setting
yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.10
Dalam pengertian di atas sangat jelas bahwa kecerdasan bukan
kemampuan seseorang dalam menjawab tes IQ dalam kamar tertutup yang
terlepas dari lingkungannya. Kecerdasan memuat kemampuan untuk memecahan
persoalan yang nyata dalam situasi yang bermacam-macam. Tekanan pada
persoalan nyata ini sangat penting bagi Gardner karena seseorang baru benar-
benar mempunyai kecerdasan tinggi bila ia dapat menyelesaikan persoalan dalam
kehidupan nyata, bukan hanya dalam teori. Sesuai dengan firman Allah Q. S al-
Baqarah: 269
Artinya : Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam
tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia
benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan
Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah)11. (Q. S al- Baqarah: 269)
Semakin kecerdasan dapat menyelesaikan persoalan dalam hidup nyata
dan situasi yang bermacam-macam karena situasi hidup yang kompleks. Untuk
mengerti dan mengetahui dominasi dari kecerdasan seseorang perlu dilihat dan
10 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya Di Sekolah (Yogyakarta. 2002),hlm 17
11 Depag. RI, al-Quran dan terjemahnya ( Jakarta: CV Penerbit J-ART, 2005), hlm 35
20
diperhatikan bagaimana orang itu menghadapi persoalan nyata dalam hidup,
bukan hanya dengan tes di atas meja. Misalkan untuk mengerti apakah kecerdasan
dalam kaitan dengan menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain dominan
pada seseorang, akan dilihat apakah dalam hidup ia memang tes tertulis tentang
pergaulan? Untuk mengetahui kecerdasan yang berkaitan dengan matematis-logis,
harus diamati bagaimana seseorang memecahkan persoalan di masyarakat, pada
waktu memimpin rapat dan menganalisis persoalan yang nyata. Demikian
perbedaan pengukuran kecerdasan ganda dan pengukuran IQ yang biasanya
melalui tes di atas meja. Mungkin terjadi bahwa IQ seseorang tinggi tetapi ia tidak
berhasil dalam pekerjaan dengan situasi yang kompleks dan nyata. Misalnya
seseorang yang ber IQ tinggi belum tentu sukses dalam menjalin hubungan
dengan teman-teman lain atau sukses dalam bertanding olahraga atau bermain
musik. Menurut Gardner ini karena pengukuran IQ lebih ditekankan pada
kecerdasan matematis-logis dan linguistic, kurang memperhatikan kecerdasan
lain. Perbedaan antara kecerdasan lama yang diukur dengan IQ dan kecerdasan
ganda yang ditemukan Gardner terdapat pada pengertian lama, kecerdasan
seseorang dapat diukur dengan tes tertulis, IQ seseorang tetap sejak lahir dan tidak
dapat dikembangkan secara signifikan. Pengukuran IQ lebih menekankan pada
kemampuan matematis-logis dan linguistic, sedangkan menurut Gardner
kecerdasan seseorang bukan hanya dapat diukur dengan tes tertulis melainkan
lebih sesuai dengan cara bagaimana orang tersebut dapat menyelesaikan persoalan
dalam hidup nyata. Kecerdasan seseorang dapat dikembangkan melalui
pendidikan dengan macam kecerdasan yang banyak.
21
Pada penelitiannya Gardner mengumpulkan banyak sekali kemampuan
manusia yang kiranya dapat dimasukkan dalam pengertian kecerdasan. Setelah
semua kemampuan dianalisis secara teliti, akhirnya Gardner menerima tujuh
kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu kecerdasan linguistic (Linguistic
intelegence), kecerdasan matematis-logis (Logical-mathematical intelegence),
kecerdasan ruang-visual (spatial intelegence), kecerdasan kinestetik-badani
(bodily-kinesthetic intelegence), kecerdasan musical (musical intelegence),
kecerdasan interpersonal (interpersonal intelegence) dan kecerdasan intrapersonal
(intrepersonal intelegence). Pada bukunya Intelegence Reframed ia
menambahkan adanya dua kecerdasan baru yaitu, kecerdasan lingkungan
(naturalis intelegence) dan kecerdasan eksistensial (existential intelegence).
Dengan demikian saat ini terdapat sembilan macam kecerdasan manusia yang
dapat diterima. 12
Esensi teori kecerdasan jamak menurut Gardner adalah menghargai
keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah
model untuk menilai mereka dan cara yang hampir tak terbatas untuk
mengaktualisasikan diri di dunia ini. Setiap kecerdasan yang ada pada setiap
manusia bukan hanya didasarkan pada satu kecerdasan yaitu kecerdasan dalam
menjawab tes tertulis akan tetapi setiap gerak kreatifitas manusia dinamakan
kecerdasan ganda. Dan dalam pembahasan skripsi ini hanya membahas tujuh
kecerdasan yaitu :
a. Kecerdasan Linguistik
12 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya Di Sekolah (Yogyakarta. 2002),hlm 19
22
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Tanpa bahasa mustahil seseorang dapat menyampaikan
keinginannya kepada orang lain. Dalam kehidupan anak-anak, peranan bahasa
menjadi sangat vital dalam upaya mencerdaskan kehidupan anak, bahkan bahasa
dipandang sebagai aktivitas sosial sebagaimana anak-anak menggunakan
keterampilan mereka untuk membangun persahabatan, kompromi, negosiasi, dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Bahasa juga memegang peranan penting
karena selalu dihubungan dengan berbagai aspek pengembangan anak dan
pengembangan emosianal bagi yang paling pemula. Seperti yang dilakukan oleh
bayi; tersenyum, bercumbu, dan merespon orang tuanya, mengembangkan kasih
sayang dan ikatan emosional.13
Seperti yang disarankan oleh Gardner (1999) bahwa bahasa adalah contoh
awal yang istimewa dari kecerdasan manusia. Kecerdasan bahasa mencakup
kualitas proses otak kiri dan kanan baik bahasa dalam pengertian yang linier
maupun dalam pengertian holistik yang dibungkus. Kecerdasan bahasa kemudian
muncul menjadi kombinasi dari berbagai sistem yang berbeda-beda seperti
ekspresi gerak isyarat, intonasi, kemampuan kognisi untuk memberi nama dan
mengelompokkan dan uraian kalimat.14
Di samping itu, anak yang memiliki kecerdasan bahasa yang lebih dari
pada anak lainnya suka meniru bunyi-bunyi, bahasa, membaca dan menulis,
belajar dengan mendengar, membaca, menulis dan berdiskusi, mendengarkan
13 Sonawat and Gogri, Multiple Intelligences for Preschool Children (Mumbai: Multi-Tech Publishing co., 2008) hlm.20.
14 Gardner's Theory of Multiple Inteligences Had So Little Impact on Vocational Psychology? Diakses Pada 25 Januari 2010 dari http://vocationalpsychology.com/essay 10 gardner.htm.
23
secara efektif, memahami, meringkas, menginterpretasi dan menjelaskan, dan
mengingat apa yang telah dibaca, selalu berusaha untuk meningkatkan
penggunaan bahasa, menciptakan bentuk-bentuk bahasa yang baru, bekerja
dengan menulis atau menyukai komunikasi lisan Cheung (2009).15
Mereka juga suka mengajukan banyak pertanyaan, suka bicara, memiliki
banyak kosa kata, suka membaca dan menulis, memahami fungsi bahasa, dapat
berbicara tentang keterampilan bahasa. Oleh karena itu, karir yang sesuai dengan
orang yang memiliki kecerdasan verbal yang tinggi adalah penyair, wartawan
(Jurnalis), Ilmuwan, novelis, pemain komedi, pengacara, penceramah, pelatih,
guide, guru, dan lain-lain.
b. Kecerdasan Matematis-logis
Kecerdasan matematik-logis adalah kemampuan yang berkenaan dengan
rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini merujuk pada
kemampuan untuk mengekplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan
dengan memanipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara
yang terkontrol dan teratur.16 Orang yang memiliki kecerdasan logika matematika
yang tinggi memahami prinsip-prisip yang mendasari sistem kausal, cara seorang
ilmuan atau pengguna logika berbuat sesuatu, atau dapat memanipulasi bilangan,
kwantitas dan operasi, seperti cara yang dilakukan oleh ahli matematika.
15 Kwok-Cheung Cheung, Reforming Teaching and Learning Using Theory of Multiple Intelligences: The Macao Experiences (Springer Science: Business Media B.V., 2009) hlm. 10.
16 Kezar, Theory of Multiple Intelligences: Implications for Higher Education (Innovative Higher Education, Vol. 26, No. 2, Winter 2001), hal. 144.
24
Anak-anak yang memiliki kecerdasan logika matematika yang tinggi
sangat menyukai bermain dengan bilangan dan menghitung, suka untuk diatur,
sangat tepat, baik dalam problem solving, mengenal pola-pola, menyukai
permainan matematika, suka melakukan percobaan dengan cara yang logis, sangat
teratur dalam tulis tangan, mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak, suka
computer, menikmati dalam menyelesaikan teka-teki, selalu ingin mengetahui
bagaimana sesuatu itu berjalan, terarah dalam melakukan kegiatan yang
berdasarkan aturan, tertarik pada pernyataan logis, suka mengumpulkan dan
mengklasifikasi sesuatu, suka menyelesaikan berbagai persoalan yang
membutuhkan penyelesaian yang logis, merasa lebih nyaman ketika sesuatu telah
diukur, dibuat kategori, dianalisis, atau dihitung dan dijumlahkan, berpikir dengan
konsep yang jelas, abstrak, tanpa kata-kata dan tanpa gambar. Kecerdasan
matematika adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan,
mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan untuk
mengekplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan memanipulasi
objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan
teratur (Kezar, 2001). Kecerdasan matematika disebut juga kecerdasan logika dan
penalaran karena merupakan dasar dalam memecahkan masalah dengan
memahami prinsip-prisip yang mendasari sistem kausal atau dapat memanipulasi
bilangan, kuantitas dan operasi.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan logika matematika yang tinggi
sangat menyukai bermain dengan bilangan dan menghitung, suka untuk diatur,
baik dalam problem solving, mengenal pola-pola, menyukai permainan
25
matematika, suka melakukan percobaan dengan cara yang logis, sangat teratur
dalam tulis tangan, mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak, suka
komputer, suka teka-teki, selalu ingin mengetahui bagaimana sesuatu itu berjalan,
terarah dalam melakukan kegiatan yang berdasarkan aturan, tertarik pada
pernyataan logis, suka mengumpulkan dan mengklasifikasi sesuatu, suka
menyelesaikan berbagai persoalan yang membutuhkan penyelesaian yang logis,
merasa lebih nyaman ketika sesuatu telah diukur, dibuat kategori, dianalisis, atau
dihitung dan dijumlahkan, berpikir dengan konsep yang jelas, abstrak, tanpa kata-
kata dan gambar.
Penguatan dan pengembangan yang terarah terhadap kecerdasan
matematika dapat mengarahkan karir seseorang menjadi guru matematika atau
IPA yang memiliki kemampuan yang baik, ilmuan, insinyur, arsitek, programer
komputer, pekerja konstruksi, analis anggaran, akuntan, perajut, dan lain-lain.
3. Kecerdasan Visual/Spasial
Kecerdasan musik adalah kapasitas berpikir dalam musik untuk mampu
mendengarkan pola-pola dan mengenalnya serta mungkin memanifulasinya.
Orang yang mempunyai kecerdasan musik yang kuat tidak saja mengingat musik
dengan mudah, mereka tidak dapat keluar dari pemikiran musik dan selalu hadir
dimana-mana.
Kecerdasan musikal didefinisikan sebagai kemampuan menangani bentuk
musikal kemampuan ini meliputi (1) kemampuan mempersepsi bentuk musikal
seperti menangkap atau menikmati musik dan bunyi-bunyi berpola nada, (2)
26
kemampuan membedakan bentuk musikal, seperti membedakan dan membedakan
dan membandingkan ciri musikal bunyi, suara dan alat musik, (3) Kemampuan
mengubah bentuk musikal, seperti mencipta dan memversikan musik, dan (4)
kemampuan mengekspresikan bentuk musikal seperti bernyanyi, bersenandung
dan bersiul-siaul.17 Hal ini berarti, kecerdasan musikal meliputi kemampuan
mempersepsi dan memahami, mencipta dan menyanyikan bentuk-bentuk musikal.
Para ahli mengakui bahwa musik merangsang aktivitas kognitif dalam otak dan
mendorong kecerdasan.
Ada tiga kunci dalam mendefinisikan Kecerdasan Visual-Spasial yaitu (1)
mempersepsi yakni menangkap dan memahami sesuatu melalui panca indra, (2)
visual-spasial terkait dengan kemampuan mata khususnya warna dan ruang, (3)
menstransformasikan yakni mengalihbentukkan hal yang ditangkap mata ke
dalam bentuk wujud lain, misalnya melihat, mencermati, merekam,
menginterpretasikan dalam pikiran lalu menuangkan rekaman dan interpretasi
tersebut ke dalam bentuk lukisan, sketsa, kolase atau lukisan (Rettig, 2005).
Komponen inti dari Kecerdasan Visual-Spasial adalah kepekaan pada garis,
warna, bentuk, ruang, keseimbangan, bayangan harmoni, pola dan hubungan antar
unsur tersebut. Komponen lainnya adalah kemampuan membayangkan,
mempresentasikan ide secara visual dan spasial, dan mengorientasikan secara
tepat. Komponen inti dari Kecerdasan visual-spasial benar-benar bertumpu pada
ketajaman melihat dan ketelitian pengamatan.
17 Snyder, Developing Musical Intelligence: Why and How (Early Childhood Education Journal, Vol. 24, No. 3, 1997) hlm. 165—171.
27
Karir yang sesuai dengan orang yang memiliki kecerdasan visual dapat
diarahkan untuk menjadi arsitek, artis, pemahat, pemotret, perencana strategik,
tukang kebun, pengukir, dokter bedah, montir, tukang cat, tukang kayu, juru
potret, penari, atlet, dan lain-lain yang relevan.
4. Kecerdasan Bodily/Kinestetik
Kecerdasan Bodily-Kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan
seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, serta menggunakan
tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu. Kecerdasan ini
mencakup keterampilan khusus seperti, koordinasi, keseimbangan, ketangkasan,
kekuatan, fleksibelitas dan kecapatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan
untuk mengontrol gerakan-gerakan tubuh dan kemampuan untuk memanipulasi
objek.
Komponen inti dari kecerdasan kinestetik adalah kemampuan-kemampuan
fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan,
kelenturan, dan kecapatan maupun kemampuan menerima atau merangsang dan
hal yang berkaitan dengan sentuhan. Kemampuan ini juga merupakan kemampuan
motorik halus, kepekaan sentuhan, daya tahan dan refleks.18
Kemampuan dari kecerdasan kinestetik bertumpu pada kemampuan yang
tinggi untuk mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan yang tinggi untuk
menangani benda. Kecerdasan kinestetik memungkinkan manusia membangun
18 Monica W. Tracey AE Rita C. Richey, ID Model Construction and Validation: a Multiple Intelligences Case (Education Tech Research Dev, 2007) hlm: 369–390.
28
hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh, dengan demikian
memungkinkan tubuh untuk memanipulasi objek dan menciptakan gerakan.
Kecerdasan kinestetik disebut juga kecerdasan olah tubuh, merangsang
kemampuan seseorang untuk mengolah tubuh secara ahli, atau untuk
mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan. Kemampuan seperti ini
dapat diamati pada anak yang pandai berolah raga dan menari atau berdansa,
termasuk kemampuan menangani suatu benda dengan cekatan dan membuat
sesuatu.19
Kemampuan dari kecerdasan kinestetik bertumpu pada kemampuan yang
tinggi untuk mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan yang tinggi untuk
menangani benda. Kecerdasan kinestetik memungkinkan manusia membangun
hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh, dengan demikian
memungkinkan tubuh untuk memanipulasi objek dan menciptakan gerakan.
Dengan demikian, kecerdasan kinestetik disebut juga kecerdasan olah tubuh
karena dapat merangsang kemampuan seseorang untuk mengolah tubuh secara
ahli, atau untuk mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan.
Kemampuan seperti ini dapat diamati pada anak yang pandai berolah raga dan
menari atau berdansa, termasuk kemampuan menangani suatu benda dengan
cekatan dan membuat sesuatu. Dengan demikian, karir yang pantas untuk ditekuni
oleh mereka yang memiliki kecerdasan kinestetik adalah menjadi penari, atlet,
19 Monica W. Tracey AE Rita C. Richey, ID Model Construction and Validation: a Multiple Intelligences Case (Education Tech Research Dev, 2007) hlm: 421.
29
aktor, pelatih, interpreter bahasa isyarat, ahli bedah, artisan, mime, sculptor,
surgeon.
5. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan Visual-Spasial merupakan kecerdasan yang dikaitkan dengan
bakat seni, khususnya seni lukis dan seni arsitektur. Kecerdasan Visual-Spasial
atau kecerdasan gambar atau kecerdasan pandang ruang didefinisikan sebagai
kemampuan mempresepsi dunia visual-spasial secara akurat serta
menstranformasikan persepsi visual-spasial tersebut dalam berbagai bentuk.
Kemampuan berpikir Visual-Spasial merupakan kemampuan berpikir dalam
bentuk visualisasi, gambar dan bentuk tiga dimensi.
Ada tiga kunci dalam mendefinisikan Kecerdasan Visual-Spasial yaitu (1)
mempersepsi yakni menangkap dan memahami melalui sesuatu melalui panca
indra, (2) visual-Spasial sesuatu yang terkait dengan kemampuan mata khususnya
warna dan ruang, (3) menstransformasikan yakni mengalih-bentukkan hal yang
ditangkap mata kedalam bentuk wujud lain, misalnya melihat, mencermati,
merekam, menginterpretasikan dalam pikiran lalu menuangkan rekaman dan
interpretasi tersebut ke dalam bentuk lukisan, sket, kolase atau lukisan perca.20
Komponen inti dari Kecerdasan Visual-Spasial adalah kepekaan pada
garis, warna, bentuk, ruang, keseimbangan, bayangan harmoni, pola dan
hubungan antar unsur tersebut. Komponen lainnya adalah kemampuan
20 Rettig, M., Using the Multiple Intelligences to Enhance Instruction for Young Children and Young Children with Disabilities. (Early Childhood Education Journal, Vol. 32, No. 4, February 2005) hlm. 255—259.
30
membayangkan, mempresentasikan, ide secara visual dan spasial, dan
mengorientasikan secara tepat. Komponen inti dari Kecerdasan Visual-Spasial
benar-benar bertumpu pada ketajaman melihat dan ketelitian pengamatan.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan Interpersonal merupakan kecerdasan dengan indikator–
indikator yang menyenangkan bagi orang lain. Sikap-sikap yang ditunjukan oleh
anak dalam Kecerdasan Interpersonal sangat menyejukan dan penuh kedamaian.
Kecerdasan Interpersonal didefinisikan sebagai kemampuan mempersepsi dan
membedakan suasana hati, maksud, motivasi dan keinginan orang lain, serta
kemampuan memberikan respons secara tepat terhadap suasana hati, temperamen,
motivasi dan keinginan orang lain. Dengan kemampuannya anak yang cerdas
interpersonal dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, menangkap maksud
dan motivasi orang lain bertindak sesuatu, serta mampu memberikan tanggapan
yang tepat sehingga orang lain merasa nyaman.21
Komponen inti Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan mencerna
dan menanggapi dengan tepat berbagai suasana hati, maksud, motivasi, perasaan
dan keinginan orang lain. Komponen inti yang lain adalah kemampuan bekerja
sama. Sedangkan komponen lainnya adalah kepekaan dan kemampuan
menangkap perbedaan yang sangat halus terhadap maksud, motivasi, suasana hati,
perasaan dan gagasan orang lain. Mereka yang mempunyai Kecerdasan
Interpersonal sangat memperhatikan orang lain, memiliki kepekaan yang tinggi
21 Sonawat and Gogri, Multiple Intelligences for Preschool Children (Mumbai: Multi-Tech Publishing co., 2008) hlm.69
31
terhadap ekspresi wajah, suara dan gerak isyarat. Dengan kata lain, Kecerdasan
Interpersonal melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan berempati pada
orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju sesuatu tujuan
bersama, kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemampuan
berteman atau menjalin kontak.
Anak-anak yang berkembang pada Kecerdasan Interpersonal peka
terhadap kebutuhan orang lain. Apa yang dimaksud, dirasakan, direncanakan dan
diimpikan orang lain dapat ditangkap melalui pengamatannya terhadap kata-kata,
gerik-gerik, gaya bahasa, dan sikap orang lain. Mereka akan bertanya memberi
perhatian yang dibutuhkan. Kemampuan untuk dapat merasakan perasaan orang
lain, mengakibatkan anak yang berkembang dalam Kecerdasan Interpersonal
mudah mendamaikan komflik. Kepekaan ini juga menghantarkan mereka menjadi
pemimpin di antara sebayanya. Bahkan anak yang memiliki kemampuan
interpersonal yang baik dapat memahami keadaan jiwa, keinginan, dan perasaan
yang dialami orang lain ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar.22
Dengan demikian, membangun hubungan baik dengan pihak lain akan
dapat dilakukan dengan mudah sehingga mampu menciptakan suasana kehidupan
yang nyaman tanpa ada kendala yang berarti walau hidup di lingkungan yang
memiliki agama, suku, ras, dan bahasa yang berbeda.
7. Kecerdasan Intrapersonal
22 Saban A., Content Analysis of Turkish Studies about the Multiple Intelligences Theory (Kuram ve Uygulamada Eğitim Bilimleri / Educational Sciences: Teory & Practice 9 (2), Spring 2009) hlm. 859—876.
32
Kecerdasan Intrapersonal dapat didefinisikan sebagai kemampuan
memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
Komponen inti dari Kecerdasan Intrapersonal kemampuan memahami diri yang
akurat meliputi kekuatan dan keterbatasan diri, kecerdasan akan suasana hati,
maksud, motivasi, temperamen dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri,
memahami dan menghargai diri. Kemampuan menghargai diri juga berarti
mengetahui siapa dirinya, apa yang dapat dan ingin dilakukan, bagaimana reaksi
diri terhadap situasi tertentu, dan menyikapinya, serta kemampuan mengarahkan
dan mengintrospeksi diri. Kecerdasan Intrapersonal merupakan kecerdasan dunia
batin, kecerdasan yang bersumber pada pemahaman diri secara menyeluruh guna
menghadapi, merencanakan, dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi.
Individu yang cerdas dalam intrapersonal memiliki beberapa indikator
kecerdasan yaitu: (1) Secara teratur meluangkan waktu sendiri untuk bermeditasi,
merenung dan memikirkan berbagai masalah, (2) Pernah atau serng menghadiri
acara konseling atau seminar perkembangan kepribadian untuk lebih memahami
diri sendiri, (3) mampu menghadapi kemunduran, kegagalan, hambatan dengan
tabah, (4) memiliki hobi atau minat dan kesenangan yang disimpan untuk diri
sendiri (5) Memiliki tujuan-tujuan yang penting untuk hidup, yang dipikirkan
secara kontinu, (6) memiliki pandangan yang realistis mengenai kekuatan dan
kelemahan diri ysng diproleh dari umpan balik sumber-sumber lain, (7) lebih
memilih menghabiskan akhir pekan sendiri di tempat-tempat pribadi dan jauh dari
keramaian (8) menganggap dirinya orang yang berkeinginan kuat dan berpikiran
mandiri (9) memiliki buku harian untuk mengekspresikan perasaan, emosi diri
33
dan menuliskan pengalaman pribadi, (10) memiliki keinginan untuk berusaha
sendiri, berwiraswasta.23
Kecerdasan interpersonal merujuk pada pemahaman terhadap diri sendiri
dalam menentukan minat dan tujuan ketika melakukan perbuatan. Di samping
memiliki ciri positif seperti telah disebutkan di atas, anak yang memiliki
kecerdasan interpersonal yang terlalu tinggi dapat menyebabkan anak itu malu
atau minder dan cenderung menghindarkan dari pergaulan bersama orang lain.
Mereka selaras dengan perasaan batin mereka, mereka mempunyai kebijaksanaan,
intuisi dan motivasi, serta kemauan yang kuat, keyakinan dan pendapat. Mereka
dapat diajarkan melalui studi independen dan introspeksi. Sedangkan peralatan
yang biasa digunakan termasuk buku, bahan-bahan kreatif, buku harian, dan buku
privasi.
8. Kecerdasan Naturalis
Salah satu satu ciri yang ada pada anak-anak yang kuat dalam kecerdasan
naturalis adalah kesenangan mereka pada alam, binatang, misalnya akan berani
mendekati, memegang, mengelus, bahkan memiliki naluri untuk memelihara.
Kecerdasan Naturalis didefinisikan sebagai keahlian mengenali dan
menngkatagorikan spesies, baik flora maupun fauna, di lingkungan sekitar, dan
kemampuannya mengolah dan memanfaatkan alam, serta melestarikannya.
23 Sonawat and Gogri, Multiple Intelligences for Preschool Children (Mumbai: Multi-Tech Publishing co., 2008) hlm.78
34
Komponen inti kecerdasan naturalis adalah kepekaan terhadap alam (flora,
fauna, formasi awan, gunung-gunung), keahlian membedakan anggota-anggota
suatu spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara
beberapa spesies baik secara formal maupun informal. Memelihara alam dan
bahkan menjadi bagian dari alam itu sendiri seperti mengunjungi tempat-tempat
yang banyak dihuni binatang, dan mampu mengetahui hubungan antara
lingkungan dan alam merupakan suatu kecerdasan yang tinggi mengingat tidak
semua orang dapat melakukannya dengan mudah.24
Komponen kecerdasan naturalis lain adalah perhatian dan minat mendalam
terhadap alam, serta kecermatan menemukan ciri-ciri spesies dan unsur alam yang
lain. Anak-anak yang suka menyelidiki berbagai kehidupan makluk kecil, seperti
cacing, semut, dan ulat daun. Anak-anak suka mengamati gundukan tanah,
memeriksa jejak binatang, mengorek-orek tanah, mengamati hewan yang
bersembunyi, lalu menangkapnya. Anak-anak yang memiliki kecerdasan naturalis
tinggi cenderung menyukai dan terbuka, akrab dengan hewan peliharaan, dan
bahkan menghabiskan waktu mereka di dekat akuarium. Mereka mempunyai
keingintahuan yang besar tentang selak seluk hewan dan tumbuhan.
9. Kecerdasan Eksistensial atau Spiritual
Setelah Howard Gardner melahirkan teori kecerdasan jamak, banyak
penelitian dan hasil karya lain yang menfokuskan diri pada masing-masing
kecerdasan. Daniel Golemen misalnya telah menulis Emotional Intelligence
24 Bowles T., Self-rated Estimates of Multiple Intelligences Based on Approaches to Learning (Australian Journal of Educational & Developmental Psychology. Vol 8, 2008) hlm 15—26.
35
(1995) dan Sosial Intelligence (2006). Khusus untuk kecerdasan spiritual, Danah
Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya Spiritual Quentent yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Rahmani Astuti, Ahmad Najib
Burhani, Ahmad Baiquni dengan Kecerdasan Spiritual (2001). Kecerdasan
spiritual merupakan kecerdasan yang penting untuk dikaji lebih lanjut mengingat
belum ada kesepakatan untuk dimasukkannya sebagai salah satu bagian dari
kecerdasan jamak. Kecerdasan spiritual itu bersandar pada hati dan terilhami
sehingga jika seseorang memiliki kecerdasan spiritual, maka segala sesuatu yang
dilakukan akan berakhir dengan sesuatu yang menyenangkan.25 Segala sesuatu
harus selalu diolah dan diputuskan melalui pertimbangan yang dalam yang
terbentuk dengan menghadirkan pertimbangan hati nurani.
Kata spiritual memiliki akar kata spirit. Kata ini berasal dari bahasa Latin,
spiritus, yang berarti napas. Sedangkan, kata spirit diartikan sebagai energi
kehidupan, yang membuat manusia dapat hidup, bernapas dan bergerak.26
Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar fisik, termasuk pikiran,
perasaan, dan karakter.27 Kecerdasan spiritual berarti kemampuan seseorang untuk
dapat mengenal dan memahami diri sepenuhnya sebagai makhluk spiritual
maupun sebagai bagian dari alam semesta. Kecerdasan Spiritual melibatkan
seperangkat kemampuan untuk memanfaatkan sumber - sumber spiritual. Istilah
25 Zohar dan Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, versi terjemahan (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 3.
26 Mitrafm, Kecerdasan Spiritual Menentukan jati Diri, 2009, hlm. 1(http://mitrafm.com/blog/2008/12/15/kecerdasan-spiritual-menentukan-jati-diri/).
27 Ki Hajar Dewantoro, Pendidikan, Cetakan Kedua. (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa Yogyakarta, 1977), hlm. 14.
36
spiritualitas merujuk pada kemampuan seseorang untuk mencari, elemen-elemen
pengalaman, kesucian, kebermaknaan, kesadaran yang tinggi dan transendensi,
untuk menghasilkan produk yang yang bernilai. Jadi, kecerdasan spiritual adalah
suatu kecerdasan yang diarahkan untuk menyelesaikan persoalan makna, dan
nilai.28 Artinya suatu kecerdasan yang menempatkan tindakan dan kehidupan
manusia dalam konteks makna yang lebih luas yakni kemampuan untuk
mengakses suatu jalan kehidupan yang bermakna.
Kecerdasan spiritual mencakup pertama, kesadaran terhadap hakekat dan
eksistensi diri mendorong hadirnya pandangan luas terhadap dunia: Melihat diri
sendiri dan orang lain saling terkait, menyadari tanpa diajari (intuisi) bahwa
bagaimanapun kosmos ini hidup dan bersinar; memiliki sesuatu yang disebut
cahaya subjektif, memiliki pemahaman tentang tujuan hidupnya, merasakan arah
nasibnya, dan melihat berbagai kemungkinan, seperti cita-cita suci dari hal-hal
yang biasa. Kedua, toleran yang merujuk pada kesadaran terhadap eksistensi diri
akan membawa dampak yang berharga bagi munculnya keinginan untuk mengaku
keberadaan yang lain. Dengan demikian, keberterimaan terhadap keberagaman
dapat terealisi dalam kehidupan bersama. Di sinilah muncul sikap toleransi
terhadap keberadaan yang lain. Ketiga, kebenaran Kebenaran adalah persesuaian
antara pengetahuan dan objeknya. Kebenaran telah dapat memotivasi seseorang
untuk secara tekun mencari dan mengejar hal-hal yang selektif dan diminati.
Keempat, kebermaknaan yang merujuk pada sesuatu yang dapat bermakna kalau
28 Painton, Children’s Spiritual Intelligence in International Handbook of Education for Spirituality, Care and Wellbeing, International Handbooks of Religion and Education (Springer Science: Business Media, 2009) hlm.365.
37
dapat memberi nilai tambah dan memiliki gagasan-gagasan yang segar dan aneh,
rasa humor yang dewasa. Kelima, penyerahan diri sepenuhnya kepada suatu
kekuatan yang dapat mengatur seluruh alam dan isinya. Keenam, kedamaian,
suatu kondisi jiwa yang merasa tenang, nyaman, dan aman.
Penerapan kecerdasan jamak dalam setting sekolah telah banyak memberi
kontribusi positif dalam upaya mengembangkan pembelajaran yang berbasis pada
kecerdasan siswa. Namun, bukan berarti konsep kecerdasan jamak telah diterima
oleh seluruh kalangan, bahkan banyak ahli dan praktisi psikologi dan pendidikan
memberikan kritik yang terkadang membuat kita perlu berhati-hati dan mengkaji
ulang setiap kecerdasan yang telah diajukan. Beberapa kritik yang dimaksud dapat
dikemukan sebagai berikut:
1. Teori MI hanya mengklain diri sebagai teori yang lebih luas dan
menyoroti teori tentang G masih sangat spesisik. Tetapi keluasan teori
MI tidak didukung oleh riset empiris yang banyak dikembangkan
orang saat ini. 29
2. Teori multiple intelligence (MI) hanya berdampak kecil pada
vocational psychology padahal Howard Gardner sendiri seorang
psikolog dari Harvard University yang banyak menulis tentang
vocational psikology.
29 Andrew D. Carson. 2010. Why Has Gardner's Theory of Multiple Intelligences Had So Little Impact on Vocational Psychology?.hlm.1 (http://vocationalpsychology.com/essay_10_gardner.htm).
38
3. Karya Howard Garner di satu sisi sangat menakjubkan, tetapi di sisi
lain kadang-kadang mustahil dan banyak pernyataan-pernyataan yang
sifatnya provokatif (Jerome Bruner, pengarang Acts of Meaning).30
4. Masing-masing dari kedelapan Teori MI pada kentaannya merupakan
gaya kognitif dan bukan berpijak pada konstruktivisme.31
5. Teori MI yang dikemukan oleh Gardner bukan sesuatu yang baru,
melainkan sudah dikemukan oleh Aristoteles yang dikenal dengan
taksonomi Aristoteles.32
30 Jeffrey A. Schaler. Howard Gardner Under Fire, The Rebel Psychologist Faces His Critics. p.2. 2010 (http://www.opencourtbooks.com/books_n/howard_gardner.htm).
31 Lynn Gilman, 2010. The Theory of Multiple Intelligences. hlm.1, (http://www.indiana.edu/~intell/mitheory.shtml#criticism.
32 Julian Against Gardner,p.3, 2010 (http://www.literaryescorts.com/?act=non-fiction&item=556).
39
C. Kajian Kecerdasan Ganda
Kecerdasan kata Gardner, merupakan kemampuan untuk menangkap
situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang.
Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh
kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau
reputasi bergengsi. 33
Kita bisa mencontohkan apakah Einstein akan sukses seperti itu bila dia
masuk di Jurusan Biologi atau belajar main bola dan Musik. Jelas masalah fisika-
teoritis Einstein, Max Planc, Stephen Howking, Newton adalah jenius-jenius,
tetapi bab olah-raga maka Zidane, Jordane, Maradona adalah jenius-jenius
dilapangan, juga Mozart, Bach adalah jenius-jenius dimusik. Juga Thoman A.
Edison adalah jenius lain, demikian juga dengan para sutradara film, bagaimana
mereka mampu membayangkan harus disyuting bagian ini, kemudian setelah itu,
adegan ini, ini yang mesti keluar dengan pakaian jenis ini, latar suara ini, dan
bahkan dialog seperti itu, ini adalah jenius-jenius bentuk lain. Disinilah Howard
Gardner mengeluarkan teori baru dalam buku Frame of Mind, tentang Multiple
Intelligences (Kecerdasan Majemuk), dimana dia mengatakan bahwa era baru
sudah merubah dari Test IQ yang melulu hanya test tulis (dimana didominasi oleh
kemampuan Matematika dan Bahasa), menjadi Multiple Intelligences.
33 Gardner's Theory of Multiple Inteligences Had So Little Impact on Vocational Psychology? Diakses Pada 25 Januari 2010 dari http://vocationalpsychology.com/essay 10 gardner.htm.
40
Intellegence (Kecerdasan) katanya adalah kemampuan untuk memecahkan
persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam
dan dalam situasi nyata (Gardner; 1983;1993). 34
Multiple intelegencies = Kecerdasan Ganda meliputi;
1. Intelegensi Linguistik
2. Intelegensi matematis-Logis
3. Intelegensi Ruang-Spasial
4. Intelegensi Kinestetik-badani
5. Intelegensi Musik
6. Intelegensi Interpersonal
7. Intelegensi Intrapersonal
8. Intelegensi lingkungan/Naturalis (Perkembangan selanjutnya dari 7)
9. Intelegensi eksistensial (Perkembangan lebih lanjut dari 8)
Awal dalam bukunya, hanya 7 kecerdasan, tetapi dikemudian hari dan
sampai sekarang berkembang menjadi 8, 9 bahkan terakhir katanya 10
kecerdasan. Kekurangan atau problem, tapi juga mungkin kelebihan, dari teori
kecerdasan ganda adalah, kecerdasan ini bisa berkembang terus, sebab tergantung
syarat yang bisa dipenuhinya. Gardner (dalam Frame of Mind: The Theory of
multiple Intelligences; 1985) menyatakan; “kecerdasan kandidat” dalam modelnya
34 Gardner's Theory of Multiple Inteligences Had So Little Impact on Vocational Psychology? Diakses Pada 25 Januari 2010 dari http://vocationalpsychology.com/essay 10 gardner.htm.
41
“lebih menyerupai pertimbangan artistic ketimbang penaksiran ilmiah” (hal 63).
Dengan demikian, kecerdasan tambahan sebanyak apapun bisa dimasukkan
kedalam model Gardner, karena menurutnya: “Tidak ada, dan tidak akan pernah
ada, daftar kecerdasan manusia yang tidak terbantahkan dan diterima secara
universal….kita bisa lebih mendekati tujuan itu jika kita berpegang hanya pada
satu tingkat analisis (misalnya neurofisiologis)….” (hal 60). (Barbara K. Given,
“Brain-Based Teaching”, hal 75).
Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap
kecerdasan agar dapat dimasukkan dalam teorinya; Empat diantaranya adalah;
1. Setiap kecerdasan dapat dilambangkan misal matematika jelas ada lambang,
Musik ada lambing (not dll), kinestetik ada lambing atau irama gerak dst,
lambaian tangan, untuk selamat tinggal atau mau tidur dll.
2. Setiap Kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan artinya tidak seperti IQ
yang meyakini bahwa kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah ditetapkan saat
kelahiran atau tidak berubah, MI (Multiple Intelligences) percaya bahwa
kecerdasan itu muncul pada titik tertentu dimasa kanak-kanan, mempunyai
periode yang berpotensi untuk berkembang selama rentang hidup, dan
berisikan pola unik yang secara berlahan atau cepat semakin merosot seiring
dengan menuanya seseorang. Kecerdasan paling awal muncul adalah Musik
lalu Logis-Matematis.
3. Setiap Kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada
wilayah otak tertentu. Misal orang dengan kerusakan pada Lobus Frontal
pada belahan otak kiri, tidak mampu berbicara atau menulis dengan mudah,
42
namun tanpa kesulitan dapat menyanyi, melukis dan menari. Orang yang
lobus Temporalnya kanan yang rusak, mungkin mengalami kesulitan dibidang
music tetapi dengan mudah mampu bicara, membaca dan menulis. Pasien
dengan kerusakan pada Lobus oksipital belahan otak kanan mengkin
mengalami kesulitan dalam mengenali wajah, membayangkan atau mengamati
detail visual. (Thomas Amstrong, 1999, hal 8).
Kecerdasan linguistic ada pada belahan otak kiri, sementara music, spatial dan
antarpribadi cenderung di belahan otak kanan. Kinestetik-jasmani menyangkut
kortek motor, ganglia basal, dan serebellum (otak kecil). Lobus frontal
mengambil peran penting pada kecerdasan intrapribadi (intrapersonal).
4. Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya. Artinya
tidak harus matematis-logis yang penting atau Spatial atau Musik atau…atau
tergantung budaya masing-masing missal ada kemampun naik kuda, melacak
jejak dll dalam budaya tertentu itu sangat-sangat penting dst.
Inilah empat syarat yang diberikan oleh Howard Gardner, makanya
teorinya berkembang dari 7 Kecerdasan (Linguistik, Logis-Matematis, Musik,
Spatial-Visual, Kenestetik, Intrerpersonal dan intrapersonal) Menjadi 9 (tambahan
2 yaitu; Naturalis dan terbaru Eksistensialis).
Adalah menarik sebagai contoh; bagaimana anda menghafal nomor
telpon? Apakah anda mengulang-ngulang nomor tadi sebelum menelpon (ini
berarti anda menggunakan teknik Liguistik) atau anda menbayangkan pola tombol
yang harus anda tekan dalam pola peletakan tombol angka-angka (menggunakan
43
metode Spatial-Visual) atau malah anda mengingat-ingat nada khas tiap-tiap
angka (strategi Musikal).35
D. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas pengertian pendidikan Islam, perlu kiranya dijelaskan
terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan secara umum. Dalam bahasa
Indonesia, kata “pendidikan” berasal dari kata dasar ‘didik’ yang mendapat
imbuhan berupa awalan ‘pe’ dan akhiran ‘an’ Imbuhan tersebut mengandung arti
“cara”. Jadi, pendidikan berarti cara mendidik, memelihara atau melatih.36 Dalam
bahasa Arab, kata yang memiliki arti “pendidikan” adalah kata tarbiyah yang
berasal dari kata rabba. Rabba berarti mendidik, mengasuh.37
Dalam bentuk masdar kata rabba digunakan untuk pengertian “Tuhan”,
karena mengandung arti menguasai, memelihara, mengasuh dan mencipta.
Para tokoh pendidikan memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai
pendidikan. Berikut ini penulis tulis beberapa pendapat para tokoh tentang
pendidikan:
1. Menurut Longeveld, yang dimaksud pendidikan adalah pemberian
bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan.38
2. Sedangkan H.M Arifin mendefinisikan pendidikan sebagai berikut : 35 Alumni Pasca Sarjana Univ Brawijaya Malang (Human Resource Management), dan
FIP Univ Negeri Malang, PLPG “Strategi Pengajaran”, Direktur Full Day and Boarding School SMP/SMA YAPI, serta Dosen STIE-YADIKA Bangil-Pasuruan
36 WJS. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), cet. Ke-5, hlm. 250
37 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemahan / Penafsir al Qur.an, 1973), Cet. ke-1, hlm. 137
38 Sutari Imam Bernadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: PT. Andi Ofset, 1989), hlm. 25
44
Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing
dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan formal dan non
formal. Jadi dengan kata lain pendidikan pada hakikatnya adalah ikhtiar
manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah manusia supaya
berkembang pada titik maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan
yang dicita-citakan.39
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa pendidikan merupakan suatu proses
untuk mengembangkan potensi atau kemampuan dasar yang dimiliki manusia.
Dalam proses tersebut manusia membutuhkan adanya bantuan dari orang
lain untuk membimbing, mendorong dan mengarahkan agar berbagai potensi
tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan optimal sehingga
hidupnya kelak dapat meraih kesuksesan. Dengan demikian dia akan dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social
Pendidikan juga berusaha untuk mengembangkan aspek-aspek kepribadian
anak, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat ruhaniah, termasuk di
dalam aspek individualitas, sosialitas, moralitas, maupun aspek relijius. Sehingga
dengan pendidikan itu akan tercapai kehidupan yang harmonis dan seimbang
antara kebutuhan aspek material dengan kebutuhan mental spiritual serta antara
dunia dengan akhirat. Hal ini juga ditegaskan Zuhairini bahwa “Pendidikan adalah
aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan
39 H.M Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hlm. 12
45
membina potensi-potensi pribadinya, rohani (pikiran, rasa, karsa, cipta dan budi
nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan)”.40
Sementara itu Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai
berikut: “Pendidikan adalah bimbingan atau arahan secara sadar dari si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama”.41
Dari pengertian pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah usaha secara sadar berupa bimbingan atau pimpinan terhadap anak didik
dalam mengarahkan dan mengembangkan potensi yang ada padanya, yang
ditujukan untuk membentuk kepribadian yang utama. Meskipun terdapat
perbedaan diantara para tokoh dalam mendefinisikan pendidikan, namun
sebenarnya tidak ada perbedaan yang mendasar, karena pendapat-pendapat
tersebut pada dasarnya mengandung kesamaan bahwa inti dari, pendidikan adalah
suatu kegiatan atau usaha yang bersifat membimbing yang dilakukan secara sadar,
yang didalamnya ada pendidik, peserta didik, media, sarana dan tujuan.
Beralih kepada pengertian Pendidikan Agama Islam, juga terdapat
perbedaan definisi diantara para tokoh. Menurut Zakiah Daradjat:
“Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-
ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
40 Zuhairini, et. al, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. ke-2, hlm. 151
41 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al- Ma.arif,1986 ), h. 19
46
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu sebagai
suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di
dunia maupun di akhirat kelak”.42
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah bimbingan dan usaha yang diberikan kepada anak didik
dalam pertumbuhan jasmani dan rohani untuk mencapai tingkat kedewasaan
sesuai dengan ajaran agama Islam. Ajaran Islam ditanamkan kepada anak didik
untuk menjadi pandangan hidup sehingga dapat mendatangkan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
Sementara itu Zuhairini, secara lebih spesifik menyatakan bahwa :
“Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukkan
kepribadian anak sesuai dengan ajaran Islam, berfikir, memutuskan dan berbuat
berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai
Islam.43
Imam Bawani mencoba memberikan pandangan yang lebih religius
tentang pendidikan Agama Islam dengan menyatakan: “Pendidikan Islam tidak
lain adalah upaya untuk mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan yang telah
dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia. Upaya tersebut dilaksanakan
tanpa pamrih apapun, kecuali semata dalam rangka ibadah kepada-Nya”.44
42 Zakiah Darajat, et. al, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 8643 Zuhairini, et. al, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. ke-2
hlm. 15244 Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993),
Cet. .ke-1, hlm. 65.
47
Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya
antara pengertian pendidikan Agama Islam dengan pengertian pendidikan secara
umum tidak ada perbedaan yang mendasar jika ditinjau dari segi teknis dan
metodologis. Keduanya merupakan usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia dari aspek-aspek jasmaniah dan rohaniah berlangsung secara bertahap.
Dengan kata lain pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing,
mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan
kemampuan belajar, sehinga terjadilah perubahan dari kehidupan pribadinya
sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial serta dalam hubungannya
dengan alam sekitar dimana ia hidup.
E. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pancasila pertama, Ketuhanan Yang Mahaesa, menghendaki kemajuan
tidak hanya kemajuan dalam intelektual belaka, tetapi juga dalam bidang moral
spiritual yang lebih lanjut diperkuat dalam penjelasan UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) bagian a bahwa :
“Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa serta
berakhlak mulia.” Manusia yang beriman dan bertakwa adalah bagian dari
pelaksanaan amanat Pancasila sila pertama dan pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi : “Atas berkat rahmat Allah Yang Mahaesa…” serta UUD `45 dalam bab
XI Pasal 29 ayat (1) dan (2) yang berbunyi : (1) Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Mahaesa; (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
48
untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama kepercayaan
itu.
Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Mahaesa,
sebagai karsa sila pertama Pancasila, tidak dapat terwujud secara tiba-tiba.
Manusia beriman dan bertakwa terbentuk melalui proses kehidupan dan terutama
melalui proses pendidikan, khususnya kehidupan beragama dan pendidikan
agama. Proses pendidikan itu terjadi dan berlangsung seumur hidup manusia, baik
dilingkungan keluarga, sekolah dan dimasyarakat.
Bangsa Indonesia telah berketetapan bahwa melalui proses pendidikan
itulah setiap warga negara Indonesia dibina dan ditingkatkan keimanan dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Mahaesa. Dengan demikian, pendidikan
agama Islam disekolah umum merupakan media untuk proses pendidikan agama
dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, yakni manusia yang
utuh jasmani dan rohani yang sesuai dengan tujuan umum pendidikan nasional.45
Secara struktural, Pendidikan Agama Islam menuntut adanya struktur
organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan, baik pada dimensi vertikal
maupun horisontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi
bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan
dan mengkuti perkembangan zaman yang terus berkembang untuk itu diperlukan
kerjasama berbagai jalur dan jenis pendidikan luar sekolah. Fungsi Pendidikan
Agama Islam untuk sekolah atau madrasah adalah sebagai berikut:
45 Depdiknas, kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (Jakarta :Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003). Hlm. 8
49
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat
c. Penyesuaian mental, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik maupu lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum.
g. Penyaluran, yaitu menyalurkan anak-anak yang memliki bakat-bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
orang lain.46
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan fungsi Pendidikan Agama
Islam adalah:
46 Bukhari, Mochtar.1999.Posisi dan Fungsi PAI dalam kurikulum perguruan tinggi umum. Malang. IKIP Malang
50
a) Pengembangan
b) Pemahaman nilai
c) Penyesuaian mental
d) Perbaikan
e) Pencegahan
f) Pengajaran
g) Penyaluran
Oleh karena itu, bisa kita pahami bahwa pendidikan agama Islam
disamping fungsinya sebagai fungsi pendidikan, juga berfungsi sebagai fungsi
agama. Artinya, untuk mengetahui ajaran agama Islam tidak lain melalui tahapan
proses pendidikan yang pada akhirnya konsep manusia iman, takwa, dan akhlak
mulia akan tercapai.
Top Related