BAB II (KG)

61
12 BAB II KECERDASAN GANDA DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Strategi Pembelajaran dan Tujuannya Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab professional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan kemampuan guna mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan system lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal. Mengajar dalam pemahaman ini memerlukan suatu strategi belajar mengajar yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif subjek didik. Untuk itu

Transcript of BAB II (KG)

12

BAB II

KECERDASAN GANDA DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Strategi Pembelajaran dan Tujuannya

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab

professional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi

pengetahuan kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan

kemampuan guna mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan

kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu

pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan system lingkungan yang

membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.

Mengajar dalam pemahaman ini memerlukan suatu strategi belajar mengajar yang

sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat dalam

upaya mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif subjek didik. Untuk itu

perlu dibina dan dikembangkan kemampuan professional guru untuk mengelola

program pengajaran dengan strategi belajar yang kaya dengan variasi.1

1. Pengertian strategi belajar-mengajar.

Strategi belajar-mengajar, menurut J.R. David dalam situs Hartono

adalah strategi belajar-mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan

yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk

1 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Grasindo, Jakarta Tahun 2002

13

melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran.

Strategi dapat diartikan sebagai aplan of operation achieving something “rencana

kegiatan untuk mencapai sesuatu”. Sedangkan metode ialah a way in achieving

something “cara untuk mencapai sesuatu”. Untuk melaksanakan suatu strategi

digunakan seperangkat metode pengajaran tertentu. Dalam pengertian demikian

maka metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi belajar

mengajar. Unsur seperti sumber belajar, kemampuan guru dan siswa, media

pendidikan, materi pengajaran, organisasi adalah: waktu tersedia, kondisi kelas

dan lingkungan merupakan unsur-unsur yang mendukung.2

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak

didik ke dalam proses belajar, sehingga mereka dapat memeperoleh tujuan belajar

sesuai apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi

individu anak, karena merekalah yang belajar. Anak didik merupakan individu

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing. Oleh karena itu,

setiap orang atau dengan kata lain guru mempunyai cara yang berbeda pula dalam

melaksanakan suatu kegiatan dalam pembelajaran. Biasanya cara tersebut telah

direncanakan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan kegiatan itu dilaksanakan. Bila

belum mencapai hasil yang optimal, mereka berusaha mencari cara lain yang

dapat mencapai tujuannya. Proses tersebut menunjukkan bahwa orang selalu

berusaha mencari cara terbaik untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Setiap

orang yang menerapkan cara tertentu dalam suatu kegiatan pembelajaran,

2 Hartono, 2008, Strategi Pembelajaran Active Learning, (http://edu-articles.com/ Situs Pendidikan Indonesia.htm)

14

menunjukkan bahwa orang tersebut telah melakukan strategi. Dan strategi tersebut

dipakai sesuai dengan kondisi waktu dan tempat saat dilaksanakannya kegiatan.3

Strategi pembelajaran adalah termasuk bagian dari active learning yang

merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar lebih aktif dengan

pemberian tugas belajar yang dilakukan dalam dalam kelompok kecil siswa.

Dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat, pengetahuan, serta ketrampilan

mereka akan membantu menjadikan belajar sebagai bagian berharga dari iklim di

kelas. Namun demikian, belajar bersama tidaklah selalu efektif. Boleh jadi

terdapat partisipasi yang tidak seimbang, komunikasi yang buruk dan

kebingungan.4

Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran menggunakan beberapa sistem

pengajaran dengan menggunakan beberapa metode yang sesuai dengan langkah-

langkah strategi pembelajaran the power of two yang mendukung untuk

mendapatkan kemudahan dalam pembelajaran siswa. Yaitu dengan menggunakan

metode ceramah, diskusi, kerja kelompok, dan lain-lain. Strategi belajar kekuatan

berdua (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif adalah belajar

dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui

kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya

untuk mencapai kompentensi dasar.5

Strategi the power of two ini dirancang untuk memaksimalkan belajar

kolaboratif (bersama) dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu

3 Hamdani, 2011, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia4 Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru,

(Jakarta : Bina Aksara, 2006).5 Tarmizi Ramadhan, Strategi belajar kekuatan berdua (The power of two) dalam

pembelajaran matematika. http://tarmisi wordpress.com. Diakses jam 10.30 tgl.20 Maret 2012

15

dengan siswa yang lain. Belajar kolaboratif menjadi populer di lingkungan

pendidikan sekarang. Dengan menempatkan peserta didik dalam kelompok dan

memberinya tugas dimana mereka saling tergantung satu dengan yang lain untuk

menyelesaikan pekerjaan adalah cara yang mengagumkan dengan member

kemampuan pada keperluan siswa dalam masyarakat. Mereka condong lebik

menarik dalam belajar karena mereka melakukannya dengan teman-teman sekelas

mereka. Aktivitas belajar kolaboratif membantu mengarahkan belajar aktif.

Meskipun belajar independen dan kelas penuh instruksi juga mendorong belajar

aktif, kemampuan untuk mengajar melalui aktivitas kerja kolaboratif dalam

kelompok kecil akan memungkinkan anda untuk memproosikan belajar dengan

belajar aktif.6

2. Tujuan Strategi belajar mengajar

Strategi yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan

pembelajaran. Strategi harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif

berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah

mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikansegala

permasalahan yang dihadapinya. Dr. Sayyid Ibrahim al-Jabbar mengatakan:"

Sesungguhnya tujuan pokok pendidikan adalah haruslah dapat memberikan

rangsangan kuat untuk pengembangan kemampuan individu dalam upaya

mengatasi semua permasalahan baru yang muncul serta dapat mencari terobosan-

terobosan solusi alternatif dalam menghadapinya."

6 Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: Bina Aksara.

16

Dipilihnya beberapa metode atau strategi tertentu dalam suatu

pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi

pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks

lain, metode atau strategi dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji

dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.

Dalam hal ini, strategi bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil

pembelajaran sehingga apa yang direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan

semudah mungkin.7

Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran the power of two ada beberapa

tujuan yang harus dicapai diantaranya adalah:

1. Membiasakan belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar

bersama hasilnya lebih berkesan).

2. Untuk meningkatkan belajar kolaboratif.

3. Agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait

dengan materi pokok.

4. Meminimalkan kegagalan.

5. Meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang

lain.8

7 Tarmizi Ramadhan, 2009 . Strategi belajar kekuatan berdua (The power of two) dalam pembelajaran matematika. http://tarmisi wordpress.com. Diakses jam 10.30 tgl.20 Maret 2012

8 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik., (Jakarta: Prestasi Pustaka,2007) hal 25.

17

B. Pengertian Kecerdasan Ganda

Banyak orang yang cukup lama mempercayai bahwa bila seseorang

mampunyai IQ tinggi ia akan sukses dalam hidup. Pengukuran IQ telah menjadi

salah satu hal penting dalam menentukan kemampuan sukses seseorang. Dalam

kenyataan sekarang ini dapat dilihat bahwa orang yang ber-IQ tinggi belum tentu

sukses dan belum tentu hidup bahagia.Orang yang ber –IQ tinggi tetapi karena

kurang stabil emosinya dan mudah marah, seringkali keliru akan menentukan dan

menyelesaikan suatu permasalahan hidup karena tidak dapat berkonsentrasi.

Dalam praktek pembelajaran terjadi hal yang kurang membantu peserta

didik untuk berkembang. Seorang guru agama lebih sering mengajarkan dengan

pendekatan pribadi melalui metode ceramah, ini sering kali dirasa oleh peserta

didik membosankan. Jelas sekali bahwa pembelajaran ini sangatlah

menguntungkan bagi kecerdasan visual karena dirasa kurang efektif. Oleh karena

itu muncullah berbagaimacam teori mengenai kecerdasan ganda.

Teori kecerdasan ganda (multiple intelegences atau MI) yang ditemukan

dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi

perkembangan dan professor pendidikan dari Graduate School of

Education, Harvard University Amerika Serikat. ia mulai menulis

gagasannya tentang kecerdasan ganda dalam bukunya Frames of Mind.

Pada tahun 1983 ia mempublikasikan bukunya yang berjudul Multiple

Intelegences, setelah banyak melakukan penelitian tentang implikasi teori

kecerdasan ganda dalam dunia pendidikan. Teori ini dilengkapi lagi

dengan terbitnya buku Intelegences Reframed pada tahun 2000. selama

18

tahun 1983 sampai 2003 Gardner yang juga direktur Proyek Zero di

Harvard University, banyak menulis dan mengembangkan teori

kecerdasan ganda dan terutama aplikasinya dalam dunia pendidikan di

Amerika Serikat. Proyek Zero adalah pusat penelitian dan pendidikan yang

mengembangkan cara belajar, berpikir dan kreatif dalam mempelajari

suatu bidang bagi individu dan institusi. Teori kecerdasan ganda banyak

mendasari Proyek Zero.9

Dari teori Gardner, kacerdasan ganda merupakan kecerdasan dengan cara

mengaplikasikan dan mengembangkan cara belajar, berpikir secara kreatif dalam

mempelajari suatu bidang pengetahuan bagi individu dan instansi. Inteligensi

bukanlah tunggal, melainkan banyak. Inilah yang ditemukan Gardner dan

rekanrekannya di Harvard University.

Kecerdasan jamak (multiple intelligence) merupakan istilah dalam kajian

tentang kecerdasan yang diprakarsai oleh seorang pakar pendidikan Amerika

Serikat bernama Howard Gardner. Terdapat keragaman terjemahan tentang

multiple intelligences ini, sebagian orang menterjemahkan dengan kecerdasan

ganda, kecerdasan majemuk dan kecerdasan jamak. Dalam tulisan ini yang

dipergunakan sebagai terjemahan multiple intelligences adalah kecerdasan jamak.

Teori kecerdasan jamak bukanlah teori pertama yang menyatakan tentang

adanya kecerdasan selain kecerdasan intelektual (IQ) pada diri individu.

Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk

9 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya Di Sekolah (Yogyakarta. 2002), hlm 17

19

memecahkan persoalan dan menghasilkan produksi dalam suatu setting

yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.10

Dalam pengertian di atas sangat jelas bahwa kecerdasan bukan

kemampuan seseorang dalam menjawab tes IQ dalam kamar tertutup yang

terlepas dari lingkungannya. Kecerdasan memuat kemampuan untuk memecahan

persoalan yang nyata dalam situasi yang bermacam-macam. Tekanan pada

persoalan nyata ini sangat penting bagi Gardner karena seseorang baru benar-

benar mempunyai kecerdasan tinggi bila ia dapat menyelesaikan persoalan dalam

kehidupan nyata, bukan hanya dalam teori. Sesuai dengan firman Allah Q. S al-

Baqarah: 269

Artinya : Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam

tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang

dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia

benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan

Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil

pelajaran (dari firman Allah)11. (Q. S al- Baqarah: 269)

Semakin kecerdasan dapat menyelesaikan persoalan dalam hidup nyata

dan situasi yang bermacam-macam karena situasi hidup yang kompleks. Untuk

mengerti dan mengetahui dominasi dari kecerdasan seseorang perlu dilihat dan

10 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya Di Sekolah (Yogyakarta. 2002),hlm 17

11 Depag. RI, al-Quran dan terjemahnya ( Jakarta: CV Penerbit J-ART, 2005), hlm 35

20

diperhatikan bagaimana orang itu menghadapi persoalan nyata dalam hidup,

bukan hanya dengan tes di atas meja. Misalkan untuk mengerti apakah kecerdasan

dalam kaitan dengan menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain dominan

pada seseorang, akan dilihat apakah dalam hidup ia memang tes tertulis tentang

pergaulan? Untuk mengetahui kecerdasan yang berkaitan dengan matematis-logis,

harus diamati bagaimana seseorang memecahkan persoalan di masyarakat, pada

waktu memimpin rapat dan menganalisis persoalan yang nyata. Demikian

perbedaan pengukuran kecerdasan ganda dan pengukuran IQ yang biasanya

melalui tes di atas meja. Mungkin terjadi bahwa IQ seseorang tinggi tetapi ia tidak

berhasil dalam pekerjaan dengan situasi yang kompleks dan nyata. Misalnya

seseorang yang ber IQ tinggi belum tentu sukses dalam menjalin hubungan

dengan teman-teman lain atau sukses dalam bertanding olahraga atau bermain

musik. Menurut Gardner ini karena pengukuran IQ lebih ditekankan pada

kecerdasan matematis-logis dan linguistic, kurang memperhatikan kecerdasan

lain. Perbedaan antara kecerdasan lama yang diukur dengan IQ dan kecerdasan

ganda yang ditemukan Gardner terdapat pada pengertian lama, kecerdasan

seseorang dapat diukur dengan tes tertulis, IQ seseorang tetap sejak lahir dan tidak

dapat dikembangkan secara signifikan. Pengukuran IQ lebih menekankan pada

kemampuan matematis-logis dan linguistic, sedangkan menurut Gardner

kecerdasan seseorang bukan hanya dapat diukur dengan tes tertulis melainkan

lebih sesuai dengan cara bagaimana orang tersebut dapat menyelesaikan persoalan

dalam hidup nyata. Kecerdasan seseorang dapat dikembangkan melalui

pendidikan dengan macam kecerdasan yang banyak.

21

Pada penelitiannya Gardner mengumpulkan banyak sekali kemampuan

manusia yang kiranya dapat dimasukkan dalam pengertian kecerdasan. Setelah

semua kemampuan dianalisis secara teliti, akhirnya Gardner menerima tujuh

kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu kecerdasan linguistic (Linguistic

intelegence), kecerdasan matematis-logis (Logical-mathematical intelegence),

kecerdasan ruang-visual (spatial intelegence), kecerdasan kinestetik-badani

(bodily-kinesthetic intelegence), kecerdasan musical (musical intelegence),

kecerdasan interpersonal (interpersonal intelegence) dan kecerdasan intrapersonal

(intrepersonal intelegence). Pada bukunya Intelegence Reframed ia

menambahkan adanya dua kecerdasan baru yaitu, kecerdasan lingkungan

(naturalis intelegence) dan kecerdasan eksistensial (existential intelegence).

Dengan demikian saat ini terdapat sembilan macam kecerdasan manusia yang

dapat diterima. 12

Esensi teori kecerdasan jamak menurut Gardner adalah menghargai

keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah

model untuk menilai mereka dan cara yang hampir tak terbatas untuk

mengaktualisasikan diri di dunia ini. Setiap kecerdasan yang ada pada setiap

manusia bukan hanya didasarkan pada satu kecerdasan yaitu kecerdasan dalam

menjawab tes tertulis akan tetapi setiap gerak kreatifitas manusia dinamakan

kecerdasan ganda. Dan dalam pembahasan skripsi ini hanya membahas tujuh

kecerdasan yaitu :

a. Kecerdasan Linguistik

12 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya Di Sekolah (Yogyakarta. 2002),hlm 19

22

Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Tanpa bahasa mustahil seseorang dapat menyampaikan

keinginannya kepada orang lain. Dalam kehidupan anak-anak, peranan bahasa

menjadi sangat vital dalam upaya mencerdaskan kehidupan anak, bahkan bahasa

dipandang sebagai aktivitas sosial sebagaimana anak-anak menggunakan

keterampilan mereka untuk membangun persahabatan, kompromi, negosiasi, dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Bahasa juga memegang peranan penting

karena selalu dihubungan dengan berbagai aspek pengembangan anak dan

pengembangan emosianal bagi yang paling pemula. Seperti yang dilakukan oleh

bayi; tersenyum, bercumbu, dan merespon orang tuanya, mengembangkan kasih

sayang dan ikatan emosional.13

Seperti yang disarankan oleh Gardner (1999) bahwa bahasa adalah contoh

awal yang istimewa dari kecerdasan manusia. Kecerdasan bahasa mencakup

kualitas proses otak kiri dan kanan baik bahasa dalam pengertian yang linier

maupun dalam pengertian holistik yang dibungkus. Kecerdasan bahasa kemudian

muncul menjadi kombinasi dari berbagai sistem yang berbeda-beda seperti

ekspresi gerak isyarat, intonasi, kemampuan kognisi untuk memberi nama dan

mengelompokkan dan uraian kalimat.14

Di samping itu, anak yang memiliki kecerdasan bahasa yang lebih dari

pada anak lainnya suka meniru bunyi-bunyi, bahasa, membaca dan menulis,

belajar dengan mendengar, membaca, menulis dan berdiskusi, mendengarkan

13 Sonawat and Gogri, Multiple Intelligences for Preschool Children (Mumbai: Multi-Tech Publishing co., 2008) hlm.20.

14 Gardner's Theory of Multiple Inteligences Had So Little Impact on Vocational Psychology? Diakses Pada 25 Januari 2010 dari http://vocationalpsychology.com/essay 10 gardner.htm.

23

secara efektif, memahami, meringkas, menginterpretasi dan menjelaskan, dan

mengingat apa yang telah dibaca, selalu berusaha untuk meningkatkan

penggunaan bahasa, menciptakan bentuk-bentuk bahasa yang baru, bekerja

dengan menulis atau menyukai komunikasi lisan Cheung (2009).15

Mereka juga suka mengajukan banyak pertanyaan, suka bicara, memiliki

banyak kosa kata, suka membaca dan menulis, memahami fungsi bahasa, dapat

berbicara tentang keterampilan bahasa. Oleh karena itu, karir yang sesuai dengan

orang yang memiliki kecerdasan verbal yang tinggi adalah penyair, wartawan

(Jurnalis), Ilmuwan, novelis, pemain komedi, pengacara, penceramah, pelatih,

guide, guru, dan lain-lain.

b. Kecerdasan Matematis-logis

Kecerdasan matematik-logis adalah kemampuan yang berkenaan dengan

rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini merujuk pada

kemampuan untuk mengekplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan

dengan memanipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara

yang terkontrol dan teratur.16 Orang yang memiliki kecerdasan logika matematika

yang tinggi memahami prinsip-prisip yang mendasari sistem kausal, cara seorang

ilmuan atau pengguna logika berbuat sesuatu, atau dapat memanipulasi bilangan,

kwantitas dan operasi, seperti cara yang dilakukan oleh ahli matematika.

15 Kwok-Cheung Cheung, Reforming Teaching and Learning Using Theory of Multiple Intelligences: The Macao Experiences (Springer Science: Business Media B.V., 2009) hlm. 10.

16 Kezar, Theory of Multiple Intelligences: Implications for Higher Education (Innovative Higher Education, Vol. 26, No. 2, Winter 2001), hal. 144.

24

Anak-anak yang memiliki kecerdasan logika matematika yang tinggi

sangat menyukai bermain dengan bilangan dan menghitung, suka untuk diatur,

sangat tepat, baik dalam problem solving, mengenal pola-pola, menyukai

permainan matematika, suka melakukan percobaan dengan cara yang logis, sangat

teratur dalam tulis tangan, mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak, suka

computer, menikmati dalam menyelesaikan teka-teki, selalu ingin mengetahui

bagaimana sesuatu itu berjalan, terarah dalam melakukan kegiatan yang

berdasarkan aturan, tertarik pada pernyataan logis, suka mengumpulkan dan

mengklasifikasi sesuatu, suka menyelesaikan berbagai persoalan yang

membutuhkan penyelesaian yang logis, merasa lebih nyaman ketika sesuatu telah

diukur, dibuat kategori, dianalisis, atau dihitung dan dijumlahkan, berpikir dengan

konsep yang jelas, abstrak, tanpa kata-kata dan tanpa gambar. Kecerdasan

matematika adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan,

mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan untuk

mengekplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan memanipulasi

objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan

teratur (Kezar, 2001). Kecerdasan matematika disebut juga kecerdasan logika dan

penalaran karena merupakan dasar dalam memecahkan masalah dengan

memahami prinsip-prisip yang mendasari sistem kausal atau dapat memanipulasi

bilangan, kuantitas dan operasi.

Anak-anak yang memiliki kecerdasan logika matematika yang tinggi

sangat menyukai bermain dengan bilangan dan menghitung, suka untuk diatur,

baik dalam problem solving, mengenal pola-pola, menyukai permainan

25

matematika, suka melakukan percobaan dengan cara yang logis, sangat teratur

dalam tulis tangan, mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak, suka

komputer, suka teka-teki, selalu ingin mengetahui bagaimana sesuatu itu berjalan,

terarah dalam melakukan kegiatan yang berdasarkan aturan, tertarik pada

pernyataan logis, suka mengumpulkan dan mengklasifikasi sesuatu, suka

menyelesaikan berbagai persoalan yang membutuhkan penyelesaian yang logis,

merasa lebih nyaman ketika sesuatu telah diukur, dibuat kategori, dianalisis, atau

dihitung dan dijumlahkan, berpikir dengan konsep yang jelas, abstrak, tanpa kata-

kata dan gambar.

Penguatan dan pengembangan yang terarah terhadap kecerdasan

matematika dapat mengarahkan karir seseorang menjadi guru matematika atau

IPA yang memiliki kemampuan yang baik, ilmuan, insinyur, arsitek, programer

komputer, pekerja konstruksi, analis anggaran, akuntan, perajut, dan lain-lain.

3. Kecerdasan Visual/Spasial

Kecerdasan musik adalah kapasitas berpikir dalam musik untuk mampu

mendengarkan pola-pola dan mengenalnya serta mungkin memanifulasinya.

Orang yang mempunyai kecerdasan musik yang kuat tidak saja mengingat musik

dengan mudah, mereka tidak dapat keluar dari pemikiran musik dan selalu hadir

dimana-mana.

Kecerdasan musikal didefinisikan sebagai kemampuan menangani bentuk

musikal kemampuan ini meliputi (1) kemampuan mempersepsi bentuk musikal

seperti menangkap atau menikmati musik dan bunyi-bunyi berpola nada, (2)

26

kemampuan membedakan bentuk musikal, seperti membedakan dan membedakan

dan membandingkan ciri musikal bunyi, suara dan alat musik, (3) Kemampuan

mengubah bentuk musikal, seperti mencipta dan memversikan musik, dan (4)

kemampuan mengekspresikan bentuk musikal seperti bernyanyi, bersenandung

dan bersiul-siaul.17 Hal ini berarti, kecerdasan musikal meliputi kemampuan

mempersepsi dan memahami, mencipta dan menyanyikan bentuk-bentuk musikal.

Para ahli mengakui bahwa musik merangsang aktivitas kognitif dalam otak dan

mendorong kecerdasan.

Ada tiga kunci dalam mendefinisikan Kecerdasan Visual-Spasial yaitu (1)

mempersepsi yakni menangkap dan memahami sesuatu melalui panca indra, (2)

visual-spasial terkait dengan kemampuan mata khususnya warna dan ruang, (3)

menstransformasikan yakni mengalihbentukkan hal yang ditangkap mata ke

dalam bentuk wujud lain, misalnya melihat, mencermati, merekam,

menginterpretasikan dalam pikiran lalu menuangkan rekaman dan interpretasi

tersebut ke dalam bentuk lukisan, sketsa, kolase atau lukisan (Rettig, 2005).

Komponen inti dari Kecerdasan Visual-Spasial adalah kepekaan pada garis,

warna, bentuk, ruang, keseimbangan, bayangan harmoni, pola dan hubungan antar

unsur tersebut. Komponen lainnya adalah kemampuan membayangkan,

mempresentasikan ide secara visual dan spasial, dan mengorientasikan secara

tepat. Komponen inti dari Kecerdasan visual-spasial benar-benar bertumpu pada

ketajaman melihat dan ketelitian pengamatan.

17 Snyder, Developing Musical Intelligence: Why and How (Early Childhood Education Journal, Vol. 24, No. 3, 1997) hlm. 165—171.

27

Karir yang sesuai dengan orang yang memiliki kecerdasan visual dapat

diarahkan untuk menjadi arsitek, artis, pemahat, pemotret, perencana strategik,

tukang kebun, pengukir, dokter bedah, montir, tukang cat, tukang kayu, juru

potret, penari, atlet, dan lain-lain yang relevan.

4. Kecerdasan Bodily/Kinestetik

Kecerdasan Bodily-Kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan

seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, serta menggunakan

tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu. Kecerdasan ini

mencakup keterampilan khusus seperti, koordinasi, keseimbangan, ketangkasan,

kekuatan, fleksibelitas dan kecapatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan

untuk mengontrol gerakan-gerakan tubuh dan kemampuan untuk memanipulasi

objek.

Komponen inti dari kecerdasan kinestetik adalah kemampuan-kemampuan

fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan,

kelenturan, dan kecapatan maupun kemampuan menerima atau merangsang dan

hal yang berkaitan dengan sentuhan. Kemampuan ini juga merupakan kemampuan

motorik halus, kepekaan sentuhan, daya tahan dan refleks.18

Kemampuan dari kecerdasan kinestetik bertumpu pada kemampuan yang

tinggi untuk mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan yang tinggi untuk

menangani benda. Kecerdasan kinestetik memungkinkan manusia membangun

18 Monica W. Tracey AE Rita C. Richey, ID Model Construction and Validation: a Multiple Intelligences Case (Education Tech Research Dev, 2007) hlm: 369–390.

28

hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh, dengan demikian

memungkinkan tubuh untuk memanipulasi objek dan menciptakan gerakan.

Kecerdasan kinestetik disebut juga kecerdasan olah tubuh, merangsang

kemampuan seseorang untuk mengolah tubuh secara ahli, atau untuk

mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan. Kemampuan seperti ini

dapat diamati pada anak yang pandai berolah raga dan menari atau berdansa,

termasuk kemampuan menangani suatu benda dengan cekatan dan membuat

sesuatu.19

Kemampuan dari kecerdasan kinestetik bertumpu pada kemampuan yang

tinggi untuk mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan yang tinggi untuk

menangani benda. Kecerdasan kinestetik memungkinkan manusia membangun

hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh, dengan demikian

memungkinkan tubuh untuk memanipulasi objek dan menciptakan gerakan.

Dengan demikian, kecerdasan kinestetik disebut juga kecerdasan olah tubuh

karena dapat merangsang kemampuan seseorang untuk mengolah tubuh secara

ahli, atau untuk mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan.

Kemampuan seperti ini dapat diamati pada anak yang pandai berolah raga dan

menari atau berdansa, termasuk kemampuan menangani suatu benda dengan

cekatan dan membuat sesuatu. Dengan demikian, karir yang pantas untuk ditekuni

oleh mereka yang memiliki kecerdasan kinestetik adalah menjadi penari, atlet,

19 Monica W. Tracey AE Rita C. Richey, ID Model Construction and Validation: a Multiple Intelligences Case (Education Tech Research Dev, 2007) hlm: 421.

29

aktor, pelatih, interpreter bahasa isyarat, ahli bedah, artisan, mime, sculptor,

surgeon.

5. Kecerdasan Visual-Spasial

Kecerdasan Visual-Spasial merupakan kecerdasan yang dikaitkan dengan

bakat seni, khususnya seni lukis dan seni arsitektur. Kecerdasan Visual-Spasial

atau kecerdasan gambar atau kecerdasan pandang ruang didefinisikan sebagai

kemampuan mempresepsi dunia visual-spasial secara akurat serta

menstranformasikan persepsi visual-spasial tersebut dalam berbagai bentuk.

Kemampuan berpikir Visual-Spasial merupakan kemampuan berpikir dalam

bentuk visualisasi, gambar dan bentuk tiga dimensi.

Ada tiga kunci dalam mendefinisikan Kecerdasan Visual-Spasial yaitu (1)

mempersepsi yakni menangkap dan memahami melalui sesuatu melalui panca

indra, (2) visual-Spasial sesuatu yang terkait dengan kemampuan mata khususnya

warna dan ruang, (3) menstransformasikan yakni mengalih-bentukkan hal yang

ditangkap mata kedalam bentuk wujud lain, misalnya melihat, mencermati,

merekam, menginterpretasikan dalam pikiran lalu menuangkan rekaman dan

interpretasi tersebut ke dalam bentuk lukisan, sket, kolase atau lukisan perca.20

Komponen inti dari Kecerdasan Visual-Spasial adalah kepekaan pada

garis, warna, bentuk, ruang, keseimbangan, bayangan harmoni, pola dan

hubungan antar unsur tersebut. Komponen lainnya adalah kemampuan

20 Rettig, M., Using the Multiple Intelligences to Enhance Instruction for Young Children and Young Children with Disabilities. (Early Childhood Education Journal, Vol. 32, No. 4, February 2005) hlm. 255—259.

30

membayangkan, mempresentasikan, ide secara visual dan spasial, dan

mengorientasikan secara tepat. Komponen inti dari Kecerdasan Visual-Spasial

benar-benar bertumpu pada ketajaman melihat dan ketelitian pengamatan.

6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan Interpersonal merupakan kecerdasan dengan indikator–

indikator yang menyenangkan bagi orang lain. Sikap-sikap yang ditunjukan oleh

anak dalam Kecerdasan Interpersonal sangat menyejukan dan penuh kedamaian.

Kecerdasan Interpersonal didefinisikan sebagai kemampuan mempersepsi dan

membedakan suasana hati, maksud, motivasi dan keinginan orang lain, serta

kemampuan memberikan respons secara tepat terhadap suasana hati, temperamen,

motivasi dan keinginan orang lain. Dengan kemampuannya anak yang cerdas

interpersonal dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, menangkap maksud

dan motivasi orang lain bertindak sesuatu, serta mampu memberikan tanggapan

yang tepat sehingga orang lain merasa nyaman.21

Komponen inti Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan mencerna

dan menanggapi dengan tepat berbagai suasana hati, maksud, motivasi, perasaan

dan keinginan orang lain. Komponen inti yang lain adalah kemampuan bekerja

sama. Sedangkan komponen lainnya adalah kepekaan dan kemampuan

menangkap perbedaan yang sangat halus terhadap maksud, motivasi, suasana hati,

perasaan dan gagasan orang lain. Mereka yang mempunyai Kecerdasan

Interpersonal sangat memperhatikan orang lain, memiliki kepekaan yang tinggi

21 Sonawat and Gogri, Multiple Intelligences for Preschool Children (Mumbai: Multi-Tech Publishing co., 2008) hlm.69

31

terhadap ekspresi wajah, suara dan gerak isyarat. Dengan kata lain, Kecerdasan

Interpersonal melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan berempati pada

orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju sesuatu tujuan

bersama, kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemampuan

berteman atau menjalin kontak.

Anak-anak yang berkembang pada Kecerdasan Interpersonal peka

terhadap kebutuhan orang lain. Apa yang dimaksud, dirasakan, direncanakan dan

diimpikan orang lain dapat ditangkap melalui pengamatannya terhadap kata-kata,

gerik-gerik, gaya bahasa, dan sikap orang lain. Mereka akan bertanya memberi

perhatian yang dibutuhkan. Kemampuan untuk dapat merasakan perasaan orang

lain, mengakibatkan anak yang berkembang dalam Kecerdasan Interpersonal

mudah mendamaikan komflik. Kepekaan ini juga menghantarkan mereka menjadi

pemimpin di antara sebayanya. Bahkan anak yang memiliki kemampuan

interpersonal yang baik dapat memahami keadaan jiwa, keinginan, dan perasaan

yang dialami orang lain ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar.22

Dengan demikian, membangun hubungan baik dengan pihak lain akan

dapat dilakukan dengan mudah sehingga mampu menciptakan suasana kehidupan

yang nyaman tanpa ada kendala yang berarti walau hidup di lingkungan yang

memiliki agama, suku, ras, dan bahasa yang berbeda.

7. Kecerdasan Intrapersonal

22 Saban A., Content Analysis of Turkish Studies about the Multiple Intelligences Theory (Kuram ve Uygulamada Eğitim Bilimleri / Educational Sciences: Teory & Practice 9 (2), Spring 2009) hlm. 859—876.

32

Kecerdasan Intrapersonal dapat didefinisikan sebagai kemampuan

memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.

Komponen inti dari Kecerdasan Intrapersonal kemampuan memahami diri yang

akurat meliputi kekuatan dan keterbatasan diri, kecerdasan akan suasana hati,

maksud, motivasi, temperamen dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri,

memahami dan menghargai diri. Kemampuan menghargai diri juga berarti

mengetahui siapa dirinya, apa yang dapat dan ingin dilakukan, bagaimana reaksi

diri terhadap situasi tertentu, dan menyikapinya, serta kemampuan mengarahkan

dan mengintrospeksi diri. Kecerdasan Intrapersonal merupakan kecerdasan dunia

batin, kecerdasan yang bersumber pada pemahaman diri secara menyeluruh guna

menghadapi, merencanakan, dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi.

Individu yang cerdas dalam intrapersonal memiliki beberapa indikator

kecerdasan yaitu: (1) Secara teratur meluangkan waktu sendiri untuk bermeditasi,

merenung dan memikirkan berbagai masalah, (2) Pernah atau serng menghadiri

acara konseling atau seminar perkembangan kepribadian untuk lebih memahami

diri sendiri, (3) mampu menghadapi kemunduran, kegagalan, hambatan dengan

tabah, (4) memiliki hobi atau minat dan kesenangan yang disimpan untuk diri

sendiri (5) Memiliki tujuan-tujuan yang penting untuk hidup, yang dipikirkan

secara kontinu, (6) memiliki pandangan yang realistis mengenai kekuatan dan

kelemahan diri ysng diproleh dari umpan balik sumber-sumber lain, (7) lebih

memilih menghabiskan akhir pekan sendiri di tempat-tempat pribadi dan jauh dari

keramaian (8) menganggap dirinya orang yang berkeinginan kuat dan berpikiran

mandiri (9) memiliki buku harian untuk mengekspresikan perasaan, emosi diri

33

dan menuliskan pengalaman pribadi, (10) memiliki keinginan untuk berusaha

sendiri, berwiraswasta.23

Kecerdasan interpersonal merujuk pada pemahaman terhadap diri sendiri

dalam menentukan minat dan tujuan ketika melakukan perbuatan. Di samping

memiliki ciri positif seperti telah disebutkan di atas, anak yang memiliki

kecerdasan interpersonal yang terlalu tinggi dapat menyebabkan anak itu malu

atau minder dan cenderung menghindarkan dari pergaulan bersama orang lain.

Mereka selaras dengan perasaan batin mereka, mereka mempunyai kebijaksanaan,

intuisi dan motivasi, serta kemauan yang kuat, keyakinan dan pendapat. Mereka

dapat diajarkan melalui studi independen dan introspeksi. Sedangkan peralatan

yang biasa digunakan termasuk buku, bahan-bahan kreatif, buku harian, dan buku

privasi.

8. Kecerdasan Naturalis

Salah satu satu ciri yang ada pada anak-anak yang kuat dalam kecerdasan

naturalis adalah kesenangan mereka pada alam, binatang, misalnya akan berani

mendekati, memegang, mengelus, bahkan memiliki naluri untuk memelihara.

Kecerdasan Naturalis didefinisikan sebagai keahlian mengenali dan

menngkatagorikan spesies, baik flora maupun fauna, di lingkungan sekitar, dan

kemampuannya mengolah dan memanfaatkan alam, serta melestarikannya.

23 Sonawat and Gogri, Multiple Intelligences for Preschool Children (Mumbai: Multi-Tech Publishing co., 2008) hlm.78

34

Komponen inti kecerdasan naturalis adalah kepekaan terhadap alam (flora,

fauna, formasi awan, gunung-gunung), keahlian membedakan anggota-anggota

suatu spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara

beberapa spesies baik secara formal maupun informal. Memelihara alam dan

bahkan menjadi bagian dari alam itu sendiri seperti mengunjungi tempat-tempat

yang banyak dihuni binatang, dan mampu mengetahui hubungan antara

lingkungan dan alam merupakan suatu kecerdasan yang tinggi mengingat tidak

semua orang dapat melakukannya dengan mudah.24

Komponen kecerdasan naturalis lain adalah perhatian dan minat mendalam

terhadap alam, serta kecermatan menemukan ciri-ciri spesies dan unsur alam yang

lain. Anak-anak yang suka menyelidiki berbagai kehidupan makluk kecil, seperti

cacing, semut, dan ulat daun. Anak-anak suka mengamati gundukan tanah,

memeriksa jejak binatang, mengorek-orek tanah, mengamati hewan yang

bersembunyi, lalu menangkapnya. Anak-anak yang memiliki kecerdasan naturalis

tinggi cenderung menyukai dan terbuka, akrab dengan hewan peliharaan, dan

bahkan menghabiskan waktu mereka di dekat akuarium. Mereka mempunyai

keingintahuan yang besar tentang selak seluk hewan dan tumbuhan.

9. Kecerdasan Eksistensial atau Spiritual

Setelah Howard Gardner melahirkan teori kecerdasan jamak, banyak

penelitian dan hasil karya lain yang menfokuskan diri pada masing-masing

kecerdasan. Daniel Golemen misalnya telah menulis Emotional Intelligence

24 Bowles T., Self-rated Estimates of Multiple Intelligences Based on Approaches to Learning (Australian Journal of Educational & Developmental Psychology. Vol 8, 2008) hlm 15—26.

35

(1995) dan Sosial Intelligence (2006). Khusus untuk kecerdasan spiritual, Danah

Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya Spiritual Quentent yang kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Rahmani Astuti, Ahmad Najib

Burhani, Ahmad Baiquni dengan Kecerdasan Spiritual (2001). Kecerdasan

spiritual merupakan kecerdasan yang penting untuk dikaji lebih lanjut mengingat

belum ada kesepakatan untuk dimasukkannya sebagai salah satu bagian dari

kecerdasan jamak. Kecerdasan spiritual itu bersandar pada hati dan terilhami

sehingga jika seseorang memiliki kecerdasan spiritual, maka segala sesuatu yang

dilakukan akan berakhir dengan sesuatu yang menyenangkan.25 Segala sesuatu

harus selalu diolah dan diputuskan melalui pertimbangan yang dalam yang

terbentuk dengan menghadirkan pertimbangan hati nurani.

Kata spiritual memiliki akar kata spirit. Kata ini berasal dari bahasa Latin,

spiritus, yang berarti napas. Sedangkan, kata spirit diartikan sebagai energi

kehidupan, yang membuat manusia dapat hidup, bernapas dan bergerak.26

Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar fisik, termasuk pikiran,

perasaan, dan karakter.27 Kecerdasan spiritual berarti kemampuan seseorang untuk

dapat mengenal dan memahami diri sepenuhnya sebagai makhluk spiritual

maupun sebagai bagian dari alam semesta. Kecerdasan Spiritual melibatkan

seperangkat kemampuan untuk memanfaatkan sumber - sumber spiritual. Istilah

25 Zohar dan Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, versi terjemahan (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 3.

26 Mitrafm, Kecerdasan Spiritual Menentukan jati Diri, 2009, hlm. 1(http://mitrafm.com/blog/2008/12/15/kecerdasan-spiritual-menentukan-jati-diri/).

27 Ki Hajar Dewantoro, Pendidikan, Cetakan Kedua. (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa Yogyakarta, 1977), hlm. 14.

36

spiritualitas merujuk pada kemampuan seseorang untuk mencari, elemen-elemen

pengalaman, kesucian, kebermaknaan, kesadaran yang tinggi dan transendensi,

untuk menghasilkan produk yang yang bernilai. Jadi, kecerdasan spiritual adalah

suatu kecerdasan yang diarahkan untuk menyelesaikan persoalan makna, dan

nilai.28 Artinya suatu kecerdasan yang menempatkan tindakan dan kehidupan

manusia dalam konteks makna yang lebih luas yakni kemampuan untuk

mengakses suatu jalan kehidupan yang bermakna.

Kecerdasan spiritual mencakup pertama, kesadaran terhadap hakekat dan

eksistensi diri mendorong hadirnya pandangan luas terhadap dunia: Melihat diri

sendiri dan orang lain saling terkait, menyadari tanpa diajari (intuisi) bahwa

bagaimanapun kosmos ini hidup dan bersinar; memiliki sesuatu yang disebut

cahaya subjektif, memiliki pemahaman tentang tujuan hidupnya, merasakan arah

nasibnya, dan melihat berbagai kemungkinan, seperti cita-cita suci dari hal-hal

yang biasa. Kedua, toleran yang merujuk pada kesadaran terhadap eksistensi diri

akan membawa dampak yang berharga bagi munculnya keinginan untuk mengaku

keberadaan yang lain. Dengan demikian, keberterimaan terhadap keberagaman

dapat terealisi dalam kehidupan bersama. Di sinilah muncul sikap toleransi

terhadap keberadaan yang lain. Ketiga, kebenaran Kebenaran adalah persesuaian

antara pengetahuan dan objeknya. Kebenaran telah dapat memotivasi seseorang

untuk secara tekun mencari dan mengejar hal-hal yang selektif dan diminati.

Keempat, kebermaknaan yang merujuk pada sesuatu yang dapat bermakna kalau

28 Painton, Children’s Spiritual Intelligence in International Handbook of Education for Spirituality, Care and Wellbeing, International Handbooks of Religion and Education (Springer Science: Business Media, 2009) hlm.365.

37

dapat memberi nilai tambah dan memiliki gagasan-gagasan yang segar dan aneh,

rasa humor yang dewasa. Kelima, penyerahan diri sepenuhnya kepada suatu

kekuatan yang dapat mengatur seluruh alam dan isinya. Keenam, kedamaian,

suatu kondisi jiwa yang merasa tenang, nyaman, dan aman.

Penerapan kecerdasan jamak dalam setting sekolah telah banyak memberi

kontribusi positif dalam upaya mengembangkan pembelajaran yang berbasis pada

kecerdasan siswa. Namun, bukan berarti konsep kecerdasan jamak telah diterima

oleh seluruh kalangan, bahkan banyak ahli dan praktisi psikologi dan pendidikan

memberikan kritik yang terkadang membuat kita perlu berhati-hati dan mengkaji

ulang setiap kecerdasan yang telah diajukan. Beberapa kritik yang dimaksud dapat

dikemukan sebagai berikut:

1. Teori MI hanya mengklain diri sebagai teori yang lebih luas dan

menyoroti teori tentang G masih sangat spesisik. Tetapi keluasan teori

MI tidak didukung oleh riset empiris yang banyak dikembangkan

orang saat ini. 29

2. Teori multiple intelligence (MI) hanya berdampak kecil pada

vocational psychology padahal Howard Gardner sendiri seorang

psikolog dari Harvard University yang banyak menulis tentang

vocational psikology.

29 Andrew D. Carson. 2010. Why Has Gardner's Theory of Multiple Intelligences Had So Little Impact on Vocational Psychology?.hlm.1 (http://vocationalpsychology.com/essay_10_gardner.htm).

38

3. Karya Howard Garner di satu sisi sangat menakjubkan, tetapi di sisi

lain kadang-kadang mustahil dan banyak pernyataan-pernyataan yang

sifatnya provokatif (Jerome Bruner, pengarang Acts of Meaning).30

4. Masing-masing dari kedelapan Teori MI pada kentaannya merupakan

gaya kognitif dan bukan berpijak pada konstruktivisme.31

5. Teori MI yang dikemukan oleh Gardner bukan sesuatu yang baru,

melainkan sudah dikemukan oleh Aristoteles yang dikenal dengan

taksonomi Aristoteles.32

30 Jeffrey A. Schaler. Howard Gardner Under Fire, The Rebel Psychologist Faces His Critics. p.2. 2010 (http://www.opencourtbooks.com/books_n/howard_gardner.htm).

31 Lynn Gilman, 2010. The Theory of Multiple Intelligences. hlm.1, (http://www.indiana.edu/~intell/mitheory.shtml#criticism.

32 Julian Against Gardner,p.3, 2010 (http://www.literaryescorts.com/?act=non-fiction&item=556).

39

C. Kajian Kecerdasan Ganda

Kecerdasan kata Gardner, merupakan kemampuan untuk menangkap

situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang.

Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh

kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau

reputasi bergengsi. 33

Kita bisa mencontohkan apakah Einstein akan sukses seperti itu bila dia

masuk di Jurusan Biologi atau belajar main bola dan Musik. Jelas masalah fisika-

teoritis Einstein, Max Planc, Stephen Howking, Newton adalah jenius-jenius,

tetapi bab olah-raga maka Zidane, Jordane, Maradona adalah jenius-jenius

dilapangan, juga Mozart, Bach adalah jenius-jenius dimusik. Juga Thoman A.

Edison adalah jenius lain, demikian juga dengan para sutradara film, bagaimana

mereka mampu membayangkan harus disyuting bagian ini, kemudian setelah itu,

adegan ini, ini yang mesti keluar dengan pakaian jenis ini, latar suara ini, dan

bahkan dialog seperti itu, ini adalah jenius-jenius bentuk lain. Disinilah Howard

Gardner mengeluarkan teori baru dalam buku Frame of Mind, tentang Multiple

Intelligences (Kecerdasan Majemuk), dimana dia mengatakan bahwa era baru

sudah merubah dari Test IQ yang melulu hanya test tulis (dimana didominasi oleh

kemampuan Matematika dan Bahasa), menjadi Multiple Intelligences.

33 Gardner's Theory of Multiple Inteligences Had So Little Impact on Vocational Psychology? Diakses Pada 25 Januari 2010 dari http://vocationalpsychology.com/essay 10 gardner.htm.

40

Intellegence (Kecerdasan) katanya adalah kemampuan untuk memecahkan

persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam

dan dalam situasi nyata (Gardner; 1983;1993). 34

Multiple intelegencies = Kecerdasan Ganda meliputi;

1. Intelegensi Linguistik

2. Intelegensi matematis-Logis

3. Intelegensi Ruang-Spasial

4. Intelegensi Kinestetik-badani

5. Intelegensi Musik

6. Intelegensi Interpersonal

7. Intelegensi Intrapersonal

8. Intelegensi lingkungan/Naturalis (Perkembangan selanjutnya dari 7)

9. Intelegensi eksistensial (Perkembangan lebih lanjut dari 8)

Awal dalam bukunya, hanya 7 kecerdasan, tetapi dikemudian hari dan

sampai sekarang berkembang menjadi 8, 9 bahkan terakhir katanya 10

kecerdasan. Kekurangan atau problem, tapi juga mungkin kelebihan, dari teori

kecerdasan ganda adalah, kecerdasan ini bisa berkembang terus, sebab tergantung

syarat yang bisa dipenuhinya. Gardner (dalam Frame of Mind: The Theory of

multiple Intelligences; 1985) menyatakan; “kecerdasan kandidat” dalam modelnya

34 Gardner's Theory of Multiple Inteligences Had So Little Impact on Vocational Psychology? Diakses Pada 25 Januari 2010 dari http://vocationalpsychology.com/essay 10 gardner.htm.

41

“lebih menyerupai pertimbangan artistic ketimbang penaksiran ilmiah” (hal 63).

Dengan demikian, kecerdasan tambahan sebanyak apapun bisa dimasukkan

kedalam model Gardner, karena menurutnya: “Tidak ada, dan tidak akan pernah

ada, daftar kecerdasan manusia yang tidak terbantahkan dan diterima secara

universal….kita bisa lebih mendekati tujuan itu jika kita berpegang hanya pada

satu tingkat analisis (misalnya neurofisiologis)….” (hal 60). (Barbara K. Given,

“Brain-Based Teaching”, hal 75).

Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap

kecerdasan agar dapat dimasukkan dalam teorinya; Empat diantaranya adalah;

1. Setiap kecerdasan dapat dilambangkan misal matematika jelas ada lambang,

Musik ada lambing (not dll), kinestetik ada lambing atau irama gerak dst,

lambaian tangan, untuk selamat tinggal atau mau tidur dll.

2. Setiap Kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan artinya tidak seperti IQ

yang meyakini bahwa kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah ditetapkan saat

kelahiran atau tidak berubah, MI (Multiple Intelligences) percaya bahwa

kecerdasan itu muncul pada titik tertentu dimasa kanak-kanan, mempunyai

periode yang berpotensi untuk berkembang selama rentang hidup, dan

berisikan pola unik yang secara berlahan atau cepat semakin merosot seiring

dengan menuanya seseorang. Kecerdasan paling awal muncul adalah Musik

lalu Logis-Matematis.

3. Setiap Kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada

wilayah otak tertentu. Misal orang dengan kerusakan pada Lobus Frontal

pada belahan otak kiri, tidak mampu berbicara atau menulis dengan mudah,

42

namun tanpa kesulitan dapat menyanyi, melukis dan menari. Orang yang

lobus Temporalnya kanan yang rusak, mungkin mengalami kesulitan dibidang

music tetapi dengan mudah mampu bicara, membaca dan menulis. Pasien

dengan kerusakan pada Lobus oksipital belahan otak kanan mengkin

mengalami kesulitan dalam mengenali wajah, membayangkan atau mengamati

detail visual. (Thomas Amstrong, 1999, hal 8).

Kecerdasan linguistic ada pada belahan otak kiri, sementara music, spatial dan

antarpribadi cenderung di belahan otak kanan. Kinestetik-jasmani menyangkut

kortek motor, ganglia basal, dan serebellum (otak kecil). Lobus frontal

mengambil peran penting pada kecerdasan intrapribadi (intrapersonal).

4. Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya. Artinya

tidak harus matematis-logis yang penting atau Spatial atau Musik atau…atau

tergantung budaya masing-masing missal ada kemampun naik kuda, melacak

jejak dll dalam budaya tertentu itu sangat-sangat penting dst.

Inilah empat syarat yang diberikan oleh Howard Gardner, makanya

teorinya berkembang dari 7 Kecerdasan (Linguistik, Logis-Matematis, Musik,

Spatial-Visual, Kenestetik, Intrerpersonal dan intrapersonal) Menjadi 9 (tambahan

2 yaitu; Naturalis dan terbaru Eksistensialis).

Adalah menarik sebagai contoh; bagaimana anda menghafal nomor

telpon? Apakah anda mengulang-ngulang nomor tadi sebelum menelpon (ini

berarti anda menggunakan teknik Liguistik) atau anda menbayangkan pola tombol

yang harus anda tekan dalam pola peletakan tombol angka-angka (menggunakan

43

metode Spatial-Visual) atau malah anda mengingat-ingat nada khas tiap-tiap

angka (strategi Musikal).35

D. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan Islam, perlu kiranya dijelaskan

terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan secara umum. Dalam bahasa

Indonesia, kata “pendidikan” berasal dari kata dasar ‘didik’ yang mendapat

imbuhan berupa awalan ‘pe’ dan akhiran ‘an’ Imbuhan tersebut mengandung arti

“cara”. Jadi, pendidikan berarti cara mendidik, memelihara atau melatih.36 Dalam

bahasa Arab, kata yang memiliki arti “pendidikan” adalah kata tarbiyah yang

berasal dari kata rabba. Rabba berarti mendidik, mengasuh.37

Dalam bentuk masdar kata rabba digunakan untuk pengertian “Tuhan”,

karena mengandung arti menguasai, memelihara, mengasuh dan mencipta.

Para tokoh pendidikan memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai

pendidikan. Berikut ini penulis tulis beberapa pendapat para tokoh tentang

pendidikan:

1. Menurut Longeveld, yang dimaksud pendidikan adalah pemberian

bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan.38

2. Sedangkan H.M Arifin mendefinisikan pendidikan sebagai berikut : 35 Alumni Pasca Sarjana Univ Brawijaya Malang (Human Resource Management), dan

FIP Univ Negeri Malang, PLPG “Strategi Pengajaran”, Direktur Full Day and Boarding School SMP/SMA YAPI, serta Dosen STIE-YADIKA Bangil-Pasuruan

36 WJS. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), cet. Ke-5, hlm. 250

37 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemahan / Penafsir al Qur.an, 1973), Cet. ke-1, hlm. 137

38 Sutari Imam Bernadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: PT. Andi Ofset, 1989), hlm. 25

44

Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing

dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan formal dan non

formal. Jadi dengan kata lain pendidikan pada hakikatnya adalah ikhtiar

manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah manusia supaya

berkembang pada titik maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan

yang dicita-citakan.39

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa pendidikan merupakan suatu proses

untuk mengembangkan potensi atau kemampuan dasar yang dimiliki manusia.

Dalam proses tersebut manusia membutuhkan adanya bantuan dari orang

lain untuk membimbing, mendorong dan mengarahkan agar berbagai potensi

tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan optimal sehingga

hidupnya kelak dapat meraih kesuksesan. Dengan demikian dia akan dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social

Pendidikan juga berusaha untuk mengembangkan aspek-aspek kepribadian

anak, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat ruhaniah, termasuk di

dalam aspek individualitas, sosialitas, moralitas, maupun aspek relijius. Sehingga

dengan pendidikan itu akan tercapai kehidupan yang harmonis dan seimbang

antara kebutuhan aspek material dengan kebutuhan mental spiritual serta antara

dunia dengan akhirat. Hal ini juga ditegaskan Zuhairini bahwa “Pendidikan adalah

aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan

39 H.M Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hlm. 12

45

membina potensi-potensi pribadinya, rohani (pikiran, rasa, karsa, cipta dan budi

nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan)”.40

Sementara itu Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai

berikut: “Pendidikan adalah bimbingan atau arahan secara sadar dari si pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama”.41

Dari pengertian pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah usaha secara sadar berupa bimbingan atau pimpinan terhadap anak didik

dalam mengarahkan dan mengembangkan potensi yang ada padanya, yang

ditujukan untuk membentuk kepribadian yang utama. Meskipun terdapat

perbedaan diantara para tokoh dalam mendefinisikan pendidikan, namun

sebenarnya tidak ada perbedaan yang mendasar, karena pendapat-pendapat

tersebut pada dasarnya mengandung kesamaan bahwa inti dari, pendidikan adalah

suatu kegiatan atau usaha yang bersifat membimbing yang dilakukan secara sadar,

yang didalamnya ada pendidik, peserta didik, media, sarana dan tujuan.

Beralih kepada pengertian Pendidikan Agama Islam, juga terdapat

perbedaan definisi diantara para tokoh. Menurut Zakiah Daradjat:

“Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-

ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak

didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah

40 Zuhairini, et. al, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. ke-2, hlm. 151

41 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al- Ma.arif,1986 ), h. 19

46

diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu sebagai

suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di

dunia maupun di akhirat kelak”.42

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan

Agama Islam adalah bimbingan dan usaha yang diberikan kepada anak didik

dalam pertumbuhan jasmani dan rohani untuk mencapai tingkat kedewasaan

sesuai dengan ajaran agama Islam. Ajaran Islam ditanamkan kepada anak didik

untuk menjadi pandangan hidup sehingga dapat mendatangkan kebahagiaan di

dunia dan di akhirat.

Sementara itu Zuhairini, secara lebih spesifik menyatakan bahwa :

“Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukkan

kepribadian anak sesuai dengan ajaran Islam, berfikir, memutuskan dan berbuat

berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai

Islam.43

Imam Bawani mencoba memberikan pandangan yang lebih religius

tentang pendidikan Agama Islam dengan menyatakan: “Pendidikan Islam tidak

lain adalah upaya untuk mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan yang telah

dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia. Upaya tersebut dilaksanakan

tanpa pamrih apapun, kecuali semata dalam rangka ibadah kepada-Nya”.44

42 Zakiah Darajat, et. al, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 8643 Zuhairini, et. al, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. ke-2

hlm. 15244 Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993),

Cet. .ke-1, hlm. 65.

47

Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya

antara pengertian pendidikan Agama Islam dengan pengertian pendidikan secara

umum tidak ada perbedaan yang mendasar jika ditinjau dari segi teknis dan

metodologis. Keduanya merupakan usaha membina dan mengembangkan pribadi

manusia dari aspek-aspek jasmaniah dan rohaniah berlangsung secara bertahap.

Dengan kata lain pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing,

mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan

kemampuan belajar, sehinga terjadilah perubahan dari kehidupan pribadinya

sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial serta dalam hubungannya

dengan alam sekitar dimana ia hidup.

E. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pancasila pertama, Ketuhanan Yang Mahaesa, menghendaki kemajuan

tidak hanya kemajuan dalam intelektual belaka, tetapi juga dalam bidang moral

spiritual yang lebih lanjut diperkuat dalam penjelasan UU Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) bagian a bahwa :

“Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa serta

berakhlak mulia.” Manusia yang beriman dan bertakwa adalah bagian dari

pelaksanaan amanat Pancasila sila pertama dan pembukaan UUD 1945 yang

berbunyi : “Atas berkat rahmat Allah Yang Mahaesa…” serta UUD `45 dalam bab

XI Pasal 29 ayat (1) dan (2) yang berbunyi : (1) Negara berdasarkan atas

Ketuhanan Yang Mahaesa; (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

48

untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama kepercayaan

itu.

Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Mahaesa,

sebagai karsa sila pertama Pancasila, tidak dapat terwujud secara tiba-tiba.

Manusia beriman dan bertakwa terbentuk melalui proses kehidupan dan terutama

melalui proses pendidikan, khususnya kehidupan beragama dan pendidikan

agama. Proses pendidikan itu terjadi dan berlangsung seumur hidup manusia, baik

dilingkungan keluarga, sekolah dan dimasyarakat.

Bangsa Indonesia telah berketetapan bahwa melalui proses pendidikan

itulah setiap warga negara Indonesia dibina dan ditingkatkan keimanan dan

ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Mahaesa. Dengan demikian, pendidikan

agama Islam disekolah umum merupakan media untuk proses pendidikan agama

dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, yakni manusia yang

utuh jasmani dan rohani yang sesuai dengan tujuan umum pendidikan nasional.45

Secara struktural, Pendidikan Agama Islam menuntut adanya struktur

organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan, baik pada dimensi vertikal

maupun horisontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi

bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan

dan mengkuti perkembangan zaman yang terus berkembang untuk itu diperlukan

kerjasama berbagai jalur dan jenis pendidikan luar sekolah. Fungsi Pendidikan

Agama Islam untuk sekolah atau madrasah adalah sebagai berikut:

45 Depdiknas, kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (Jakarta :Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003). Hlm. 8

49

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta

didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat

c. Penyesuaian mental, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik

lingkungan fisik maupu lingkungan sosial dan dapat mengubah

lingkungannya sesuai dengan ajaran islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-

kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,

pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya

atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum.

g. Penyaluran, yaitu menyalurkan anak-anak yang memliki bakat-bakat

khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang

secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan

orang lain.46

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan fungsi Pendidikan Agama

Islam adalah:

46 Bukhari, Mochtar.1999.Posisi dan Fungsi PAI dalam kurikulum perguruan tinggi umum. Malang. IKIP Malang

50

a) Pengembangan

b) Pemahaman nilai

c) Penyesuaian mental

d) Perbaikan

e) Pencegahan

f) Pengajaran

g) Penyaluran

Oleh karena itu, bisa kita pahami bahwa pendidikan agama Islam

disamping fungsinya sebagai fungsi pendidikan, juga berfungsi sebagai fungsi

agama. Artinya, untuk mengetahui ajaran agama Islam tidak lain melalui tahapan

proses pendidikan yang pada akhirnya konsep manusia iman, takwa, dan akhlak

mulia akan tercapai.