9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Olahraga
a. Aktivitas Olahraga
Olahraga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia, yang tercermin melalui sebuah aktivitas gerak manusia yang lahir secara
hakiki. Partisipasi kegiatan olahraga muncul dari beberapa kalangan yang datang
dari semua lapisan masyarakat. Mulai dari yang tua hingga yang anak-anak, dari
golongan orang yang mapan maupun yang tidak mapan, dan tidak membatasi dari
jenis kelamin laki-laki maupun perempuan dalam beraktivitas. Aktivitas olahraga
yang digandrungi juga beragam diantaranya untuk alasan kesehatan, kebugaran,
maupun dengan alasan lain seperti membentuk karakter positif dan proses
bersosialisasi diri di lingkungan masyarakat. Khusus di perkotaan sendiri kegiatan
berolahraga menjadi sangat urgen dengan melihat kenyataan bahwa tingkat
kesibukan dan aktifitas masyarakat yang sangat padat oleh karena beban kerja
yang sangat tinggi serta berbagai tuntutan dunia pekerjaan yang terus mengalami
perkembangan, sehingga dirasa perlu untuk menyegarkan pikiran, berekreasi dan
bermain melalui aktivitas olahraga tersebut.
Sejatinya bahwa aktivitas olahraga merupakan ekspresi jiwa manusia yang timbul
dari dalam diri tanpa ada paksaan dari orang lain sebagai ungkapan untuk
mengaktualisasikan dirinya dalam tatanan hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Pada hakekatnya aktivitas olahraga merupakan menu yang menghadirkan
kegairahan tersendiri bagi para penikmatnya. Olahraga belakangan telah berubah
menjadi sebuah life style yang kian merasuk dan menjadi kebutuhan utama bagi
para penggilanya. Sebagaimana sesuai dengan semboyan Yunani Kuno yang
berbunyi: Orandum est ut sit, men sana in corpore sano yang dapat diartikan
9
10
“semoga hendaknya di dalam badan/tubuh/raga yang kuat bersemayam jiwa yang
sehat”. Sehingga aktivitas olahraga di pandang penting dan berguna bagi
kesehatan setiap manusia yang sering melakukan kegiatan olahraga serta
memiliki kesehatan rohani dan jasmani yang lebih baik, jika dibanding dengan
manusia yang jarang atau tidak pernah melakukan kegiatan olahraga. Hal ini
senada pula yang diungkapkan oleh Lutan (2013) bahwa “Olahraga adalah proses
sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong,
membangkitkan, mengembangkan dan membina potensi-potensi jasmani dan
rohani seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk
permainan, perlombaan, pertandingan dan kegiatan jasmani yang intensif untuk
memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi puncak dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan
Pancasila, yang di dalamnya mengandung aspek-aspek yang berkaitan dengan
tujuan, perjuangan, kerjasama, persaingan, komunikasi dan integrasi, kekuatan
fisik dan daya tahan mental, kebersamaan, sikap responsif, pengambilan
keputusan, ekspresi diri, nilai kejujuran dan sportifitas”.
Nilai akan begitu pentingnya sebuah aktivitas olahraga perlu dijadikan
sebuah skala prioritas bagi ukuran pembangunan bangsa ini. Kegiatan olahraga
sesungguhnya tidak cukup hanya diidentifikasi ukuran prestasi serta diidentikkan
dengan perolehan medali khususnya emas atau peringkat yang dicapai dalam
event olahraga seperti pekan olahraga nasional (PON) atau pekan-pekan olahraga
yang diselenggarakan secara internasional seperti SEA Games, Asian Games,
akan tetapi arah budaya beraktivitas olahraga lebih dimaknai secara luas yaitu
terkait tingkat kesegaran jasmani manusia suatu bangsa maupun daerah yang
memiliki peran sangat strategis dalam upaya pembentukan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia untuk pembangunan suatu bangsa.
Hal ini seperti tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor
3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional Bab I pasal I ayat 4
11
menyebutkan “olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong,
membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”. Ini berarti
bahwa kegiatan olahraga dilakukan seorang individu untuk membina kesegaran
jasmaninya serta upaya bersosialisasi dengan lingkungannya mengembangkan
segala yang dimiliki melalui aktivitas berolahraga tentunya. Hal ini tentunya
menjadi daya pikat tersendiri bagi para pelaku kegiatan tersebut. Menurut
Hadisasmita dan Syarifuddin (1996:4) substansi olahraga mencangkup beberapa
hal yakni :
a) adanya kegiatan jasmani (fisik),
b) adanya kegiatan berupa permainan,
c) dilakukan dalam bentuk pertandingan atau perlombaan,
d) sasaran belajar olahraga diartikan pada peningkatan prestasi yang
setinggi-tingginya dalam upaya memenangkan suatu pertandingan atau
perlombaan”.
Dari gambaran di atas jelas memberikan pemahaman bahwa kegiatan
berolahraga selain membina potensi fisik seseorang, dapat pula mendorong
seseorang berpotensi untuk berprestasi dalam suatu nomor olahraga. Dengan
demikian kegiatan/aktifitas olahraga yang dilakukan teratur dan terus menerus
akan dapat membantu meningkatkan kemampuan jasmani dan rohani sekarang
maupun di masa yang akan datang. Untuk itu perlu penanganan melalui sebuah
induk organisasi amatir maupun profesional yang mampu mewadahi sehingga
tujuan berprestasi dapat direncanakan dan dibina sebaik mungkin.
b. Ruang Lingkup Olahraga
Olahraga merupakan cerminan perilaku gerak yang berlangsung pada
manusia. Perilaku gerak yang dilakukan memerlukan hubungan koordinasi yang
amat kompleks, cepat dan halus dari fungsi neurofisiologis-anatomis yang
menyatu dengan fungsi psikologis dalam hubungan fungsional yang amat teratur,
sesuai dengan ciri-ciri biologis pada manusia. Tanpa disadari aktivitas gerak yang
12
dilakukan manusia sehari-hari merupakan bagian dari olahraga, yang merupakan
hasil kerja dari seluruh sistem yang sesuai dan menyatu antara jiwa dan raga,
body and mind, yang tertuang lewat aktivitas fisik. Manusia bergerak (man in
motion) bukan pula hanya disebabkan oleh adanya dorongan secara biologis,
melainkan juga oleh faktor kejiwaan. Hal itu berarti ketika seseorang melakukan
aktivitas gerak dalam berolahraga, ia mengalami peristiwa fisik dan psikis yang
saling berkaitan sehingga dapat disimpulkan pengaruh olahraga sangatlah besar
terhadap perkembangan psikis yang saling berkaitan erat.
Olahraga sendiri pada dasarnya bersifat netral, namun manusia yang
kemudian mengelola kegiatan serta memberi arti bagi kegiatan tersebut. Karena
itu di Indonesia sesuai dengan fungsi dan tujuannya kita mengenal beberapa
bentuk kegiatan olahraga, seperti olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, olahraga
kesehatan dan juga olahraga prestasi. Hal ini yang menjadikan olahraga
merupakan salah satu tujuan dan aset dari pembangunan manusia keolahragaan.
Senada dengan hal tersebut di atas, menurut Undang-Undang Sistem
Keolahragaan Nasional (UUSKN), Nomor 3 Tahun 2005 Bab VI pasal 17 yang
menyebutkan “ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan : a) olahraga pendidikan,
b) olahraga rekreasi, dan c) olahraga prestasi”.
a) Olahraga pendidikan
Olahraga pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mendidik. Dalam
konteks olahraga pendidikan ini merupakan dasar bagi pembangunan olahraga
suatu bangsa. Basis pembinaanya dimulai dan berakar pada lingkungan
keluarga, pendidikan formal, di lingkungan persekolahan, yang berlangsung
di masyarakat secara luas. Hal yang mendasar ini setidaknya dapat mampu
menciptakan iklim kecintaan akan kegiatan olahraga sejak awal lewat
pengenalan-pengenalan cabang-cabang olahraga kepada anak didik.
Olahraga pendidikan sering juga disebut pendidikan jasmani dan olahraga
yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan
13
berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan,
kesehatan, dan kebugaran jasmani yang dijumpai pada sekolah-sekolah.
Dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional, Nomor 3 Tahun 2005
Bab VI pasal 18 ayat 3 berbunyi “olahraga pendidikan dimulai pada usia
dini”. Olahraga pada anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik
secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya Hal tersebut di atas jelas
menggambarkan bahwa pondasi terciptanya atlet yang akan berprestasi
terletak pada pembinaan atlet usia dini yang berada pada lingkungan keluarga,
sekolah (formal dan non formal), maupun pada klub-klub di lingkungan
masyarakat. Pemerintah Indonesia sendiri telah mengeluarkan kebijakan
untuk meningkatkan kegiatan olahraga serta meningkatkan prestasi olahraga
harus dimulai dari sekolah dasar (SD). Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh KeRihi (1998:26) yakni : “Pelajar merupakan gudang bibit
keolahragaan Nasional yang tidak akan habis-habisnya apabila program
olahraga di sekolah secara keseluruhan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya”.
Oleh karena itu, melalui kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga sekolah
yang baik dan bermutu, akan diperoleh hasil pembangunan generasi muda
mendatang yang diharapkan selain cerdas dan terampil adalah juga unggul
dalam prestasi, kompetitif, sehat dan bugar serta bermartabat dengan
mengoptimalkan pembinaan olahraga di sekolah melalui kegiatan
ektrakurikuler tentunya.
b) Olahraga rekreasi
Olahraga rekreasi berkaitan dengan aktivitas waktu luang yang terbebas
dari aktivitas rutin yang bertujuan rekreatif. Olahraga rekreasi sendiri
merupakan kegiatan masyarakat pada umumnya dalam rangka mengisi waktu
senggang yang leluasa dimanfaatkan tanpa paksaan dari luar untuk
beraktifitas untuk memperoleh manfaat seperti peningkatan kebugaran
jasmani, pemeliharaan kesehatan, dan keuntungan lainnya yang bersifat
14
sosial-psikologis yang dibangkitkan oleh partisipasi aktif seseorang secara
teratur dalam suasana kebersamaan dengan orang lain. Esensi dasar dari
waktu luang adalah tempo, kemauan sendiri, fokus pada pemenuhan diri, dan
mencari kepuasaan diri.
Menurut pandangan Miller dan Robinson dalam Kristiyanto (2012:6)
mengungkapkan waktu luang dapat menjadi sebuah tantangan, namun bisa
juga membahayakan. Sebagai tantangan apabila waktunya digunakan untuk
berkarya atau mencari solusi dari persoalan hidup yang dihadapainya. Tetapi
menjadi sangat membahayakan, manakala manusia berinovasi untuk
melakukan sesuatu yang bersifat destruktif. Pandangan di atas tentunya
beralasan dengan melihat keadaan bangsa kita yang cendrung menghabiskan
waktu luang untuk hal-hal yang terkesan negative. Rekreasi seharusnya
dimaknai dengan kegiatan positif yang dilakukan untuk mencapai kepuasan
tersendiri bagi pelakunya termasuk di dalamnya kegiatan berolahraga.
Amanat UU Nomor 3 Tahun 2005 Bab VI pasal 19 ayat 2 menyatakan
bahwa “olahraga rekreasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan
pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga”, dan pada Bab
VII pasal 26 ayat 1 yang berbunyi “pembinaan dan pengembangan olahraga
rekreasi dilaksanakan dan diarahkan untuk memassalkan olahraga sebagai
upaya pengembangan kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan,
kebugaran, kegembiraan, dan hubungan sosial. Benang merah yang dapat kita
ambil dari beberapa penjelasan-penjelasan di atas bahwa olahraga rekreasi
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kepuasan emosional
(kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan) serta untuk memperoleh kepuasan
secara fisik-fisiologis seperti terpeliharanya kesehatan dan kebugaran tubuh,
sehingga tercapainya kesehatan secara menyeluruh serta dapat menggali
potensi untuk berprestasi pada cabang olahraga. Berbagai contoh aktivitas
rekreasi yang bisa dinikmati adalah senam aerobic, jalan sehat, outbond di
15
daerah pegunungan, yang sekiranya dapat bermanfaat bagi kesehatan yang
juga ajang bersosialisasi diri kita dengan lingkungan.
c) Olahraga prestasi
Berbeda dengan olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi, olahraga
prestasi tentunya sesuai dengan tujuannya adalah olahraga yang
mengedepankan penguasaan keterampilan yang tinggi dalam suatu cabang
olahraga yang terukur dalam suatu kompetisi berupa gelar juara, rangking
atau bahkan rekor. Artinya untuk mencapai suatu prestasi yang maksimal,
maka diperlukan upaya dari berbagai pihak yang berupaya untuk
mensinergiskan hal-hal yang dapat membawa pengaruh positif untuk
tercapainya proses dimaksud, seperti dukungan organisasi olahraga yang
sehat, manajemen yang baik serta pembinaan yang berjenjang.
Olahraga prestasi yang diharapkan tentunya harus dilakukan dan dikelola
secara profesional untuk sebuah hasil yang baik. Para olahragawan/atlet yang
mempunyai sasaran untuk mencapai tujuan prestasi itu sendiri, harus memiliki
kebugaran serta keterampilan pada cabang olahraga yang lebih baik
dibandingkan dengan rata-rata non atlet atau mereka yang hanya ingin
mengisi waktu luang saja. Hal ini menjadi suatu alasan yang mutlak melihat
dari perkembangan olahraga prestasi yang belakangan ini tingkat persaingan
sangat begitu kompetitif. Hanya orang yang memiliki keterampilan yang
mumpuni dan ditunjang dengan proses latihan yang lama, maka sebuah
prestasi akan tercapai. Sistem pembinaan olahraga yang baik bukan sistem
pengolahan prestasi yang dipaksakan dalam bentuk instan, yakni sekedar
ingin “merubah bahan baku bagus menjadi barang jadi bagus dalam waktu
sesingkat-singkatnya dengan cara semudah-mudahnya, dan dengan cara
semurah-murahnya” (Kristyanto 2012). Penanganan serius melalui Program
Indonesia Emas (PRIMA) pratama, sentra PPLP, PPLM dan PPLD yang
digalakkan pemerintah saat ini tidak lain bermaksud untuk memaksimalkan
16
program pencapaian prestasi atlet melalui proses pemusatan latihan dan
pembinaan pada salah satu cabang olahraga baik di tingkat nasional maupun
pada tingkat daerah, agar lebih terarah dan teprogram baik.
Cabang olahraga unggulan yang merupakan klasifikasi dari olahraga
prestasi serta menjadi andalan suatu daerah dalam pergelaran event-event
olahraga dalam pengembangannya hendaknya harus memperhatikan berbagai
proses mulai dari pembibitan, pembinaan berjenjang dan bermuara pada suatu
latihan yang terprogram dengan baik, sehingga menjadi pondasi yang kuat
dalam mencapai sebuah hasil yang maksimal. Hasil evaluasi dan analisis
mengenai perkembangan olahraga di berbagai negara menyebutkan bahwa
sejumlah negara yang berprestasi pada cabang olahraga sudah mampu dalam
mengelola para atletnya dengan baik dan proses pembinaan tersebut dilakukan
tidak dalam kurun waktu yang cepat tetapi dengan waktu yang relative lama
dengan intensitas latihan yang sudah terprogram dan dikelola secara baik.
2. Olahraga Atletik
a. Dasar Olahraga Atletik
Olahraga atletik merupakan olahraga yang mendasari dari semua cabang
olahraga yang lain. Atletik mempunyai karakteristik gerakan alami yang paling
mendasar melalui kebiasaan kita sehari-hari seperti: berjalan, berlari, melompat
dan melempar. Secara artimologi kata Atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu
“athlon” atau “athlum” yang mangandung makna pertandingan, perlombaan,
pergulatan atau perjuangan (Purnomo,2007). Di Amerika serta sebagian Eropa
dan Asia sering memakai istilah/kata atletik dengan istilah Track and Field,
negara Jerman memakai kata Leicht Athletik, dan di Belanda memakai kata/istilah
Athletie, sehingga atletik dapat dikembangkan menjadi kegiatan olahraga yang
dapat di perlombakan dalam bentuk jalan, lari, lompat dan lempar dan merupakan
sarana untuk pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan kemampuan
17
biomotor diantaranya kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelenturan, koordinasi,
dan sebagainya (Purnomo 2007:3).
Melihat dari gambaran tersebut di atas sudah sewajarnya apabila atletik
menjadi induk atau mother of sport dari semua cabang olahraga dimana gerakan-
gerakan yang ada dalam atletik, dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga
(Husdarta dan Syarifuddin :1996). Gerak-gerak fundamental yang terkandung
dalam atletik pada hakekatnya sudah dilakukan sejak adanya peradaban manusia
di muka bumi ini. Bahkan gerak tersebut sudah dilakukan sejak manusia
dilahirkan yang secara bertahap berkembang sejalan dengan tingkat
perkembangan, pertumbuhan dan kematangan biologisnya, mulai dari gerak yang
sangat sederhana sampai pada gerakan yang sangat kompleks.
Pada jaman purba, ketika peradaban manusia masih sangat primitif, hukum
rimba masih berlaku dimana yang kuat memakan yang lemah. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya manusia saat itu harus bertahan dari gangguan binatang buas
atau harus berburu binatang untuk dijadikan santapan hidupnya atau mencari
makanan berupa umbi-umbian atau buah-buahan. Dalam upaya tersebut mereka
melakukan berbagai ketangkasan seperti: memanjat pohon, melempar, melompat
dan berlari. Mereka harus berjalan bermil-mil jauhnya, kadangkala harus berlari
secepat-cepatnya serta terampil dalam melempar atau melompat untuk
mendapatkan buruannya atau menghindar dari sergapan binatang buas. Gerakan
tersebut merupakan cikal bakal gerakan atletik yang ada sekarang ini. Dan
olahraga atletik yang kita kenal saat ini tergolong sebagai cabang olahraga yang
paling tua di dunia.
Dilihat dari taksonomi gerak umum, atletik secara lengkap diwakili oleh
gerak-gerak dasar yang membangun pola gerak yang lengkap, dari mulai gerak
lokomotor, nonlokomotor sekaligus gerak manipulative (Bahagia, 1996:19). Dari
struktur pola gerak lokomotor, atletik dapat meningkatkan aspek kekuatan,
kecepatan, daya tahan, daya ledak, fleksibilitas dan aspek lainnya. Dihubungkan
18
dengan pola gerak nonlokomotor, atletik mampu mengembangkan aspek
kelentukan serta keseimbangan. Dari pola gerak manipulatif, anak-anak atau pun
para atlet bisa diajarkan kegiatan-kegiatan seperti: melempar, melompat,
melewati rintangan, memanjat dan aspek koordinasi gerak, termasuk rasa kinetik.
Jika dirinci lebih jauh, maka karakteristik gerak dan struktur gerak atletik dapat
diuraikan dalam buku Pedoman Lomba Atletik PB PASI dalam (Zidik,2010)
sebagai berikut:
1. Gerak dasar jalan dapat dilakukan dengan:
a) Jalan cepat ke depan satu garis atau jalan di sebelah dalam garis
menyilang
b) Jalan cepat di atas garis dalam bentuk lurus, berkelok-kelok,
melingkar, persegi
c) Jalan cepat sendiri, berpasangan atau berkelompok
d) Jalan cepat secara berkompetisi atau bermain kejar-kejaran
2. Gerak dasar lari dapat dilakukan dengan :
a) Lari ke depan, ke belakang, ke samping
b) Lari di lintasan lurus dan atau di jalur lintasan tikung
c) Melakukan gerak lari dengan gerakan cepat dan atau lambat
d) Lari yang disertai/sambil bercakap (running conversation pace) dan
atau tanpa suara (silent run)
e) Lari mendaki/naik dan atau menurun
f) Lari berirama (tempo) atau tidak berirama
g) Lari dengan memanfaatkan koordinasi gerak tungkai dan lengan
h) Lari langkah pendek dan terus menerus
i) Lari dilakukan sendiri, berpasangan atau dalam kelompok/grup
j) Lari dengan menggunakan peralatan, melewati rintangan dan atau
melewati gawang
19
k) Lari di lapangan rumput atau pada lintasan lari sintetis, di hutan (cross
country) atau jalan
l) Melakukan gerakan dalam bentuk lari sambung/estafet
3. Gerak dasar lempar dapat dilakukan dengan :
a) Lempar dengan tangan kiri atau tangan kanan atau bahkan oleh
keduanya
b) Lempar ke depan atau ke belakang lewat atas kepala
c) Lemparan dari arah samping kanan atau kiri
d) Lempar dengan gerakan seperti tolak peluru
e) Lempar dari posisi berlutut
f) Lempar arah jauh dan tinggi
g) Lempar melewati, menembus atau masuk ke dalam suatu benda sebagai
sasaran
h) Lempar dengan bola ringan tanpa ekor atau dengan sebuah bola
berekor
i) Lempar dengan simpai atau dengan simpai berekor
j) Lempar dengan ban sepeda bekas, dengan sebuah tongkat/bilah, bola
bandil, peluru, lembing, cakram atau martil
4. Dasar Gerak Lompat dapat dilakukan dengan :
a) Lompat dengan kaki kanan, kiri atau kedua kaki
b) Lompat dari posisi berdiri atau dengan awalan/ancang-ancang
c) Lompat turun dari rintangan, melewati rintangan, masuk ke dalam
rintangan (lingkaran rintangan)
d) Lompat dengan arah jauh, tinggi atau jauh dan tinggi
e) Lompat dengan menggunakan tali atau tongkat
f) Melakukan sekali lompat atau beberapa kali lompat
g) Melakukan lompat dengan tidak berirama atau berirama
h) Lompatan yang dilakukan dengan lurus atau dengan putaran
20
i) Lompatan dari depan, dari samping atau dari ancang-ancang
melengkung/menikung
j) Gerakan dalam bentuk lompat jongkok, gaya gunting, gaya guling atau
gaya flop
k) Geraan lompatan dengan cara sendiri atau berpasangan atau dalam
kelompok/grup
l) Gerakan lompat secara berkompetisi.
Gerakan dasar di atas merupakan bagian terpenting dalam meletakkan
kemampuan gerak atletik agar menjadi terampil, sehingga dapat
mengimplementasikan gerakan pada cabang olahraga dan nomor-nomor atletik
lainnya.
Berbagai gerak dasar tersebut diatas seperti lari, lompat dan lempar dapat
dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang sederhana dan dapat dilakukan
dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Semakin sering dan semakin banyak
melakukan, maka akan semakin banyak peluang bagi seseorang untuk menguasai
gerakan dalam nomor olahraga atletik ini, untuk lebih cepat meningkatkan
kesegaran jasmani, kemampuan fisik, pengalaman gerak, pengayaan gerak,
efisiensi dan efektivitas geraknya serta otomatisasi gerakan seseorang yang ingin
menekuni olahraga atletik. Artinya dengan melihat potensi tersebut, maka
olahraga atletik memiliki peluang untuk dikembangkan melalui pembinaan yang
tersusun melalui sebuah program yang teratur dengan sasaran meraih prestasi
tentunya. Gerakan-gerakan dasar yang secara detail telah di uraikan di atas
hendaknya sedapat mungkin untuk mulai dibelajarkan bagi para atlet sejak usia
dini dalam sasarannya menuju prestasi.
Oleh karenanya, kesempatan sebanyak mungkin untuk membelajarkan dan
mengenalkan olahraga atletik ini sejak usia dini dapat membantu mengarahkan ke
berbagai macam olahraga atletik lainnya, baik nomor jalan, lari maupun nomor
lempar. Hal itu tentu dapat diraih dengan mengoptimalkan model dan
21
perencanaan program pamanduan bakat dan pembibitan yang lebih sistematis dan
terpadu, guna mendukung pembinaan yang berjenjang dan berkesinambungan,
melalui penerapan metode yang tepat dengan memanfaatkan iptek olahraga.
b. Karakteristik Lari Jarak Jauh 10.000 Meter
Lari jarak jauh adalah merupakan lari dengan jarak 3000 m, 5000 m dan
10.000 meter. Untuk jarak antara 3.000 sampai 10.000 meter, dapat dilakukan di
dalam lintasan stadion. Sedangkan cross country dan marathon, lebih cocok
apabila dilakukan di luar ruangan. Gerakan lari jarak jauh pada nomor 10.000
meter ini harus dilakukan dengan gerakan yang sehemat mungkin. Lari dengan
rileks baik secara fisik maupun mental merupakan keharusan bagi pelari jarak
jauh. Ayunan lengan dan gerakan kaki juga dilakukan dengan seringan-ringannya.
Makin jauh jarak lari yang ditempuh makin rendah lutut diangkat, dan langkah
juga makin kecil. Jenis lari jarak jauh adalah menggabungkan kekuatan fisik dan
mental, karena sangat jelas jarak yang ditempuh begitu panjang. Sehingga,
dengan kekuatan mental, maka fokus sang pelari akan tetap terjaga selama
pertandingan. Oleh karenanya diperlukan beberapa teknik dasar yang tentunya
berbeda dengan lari jarak pendek maupun lari jarak menengah yang akan
membantu kesempurnaan dalam berlari. Untuk teknik dasar lari jarak jauh,
gerakan lari dilakukan tidak secara maksimal, kecondongan badan membentuk
sudut ±10°. Ayunkan kedua lengan secara santai beberapa sentimeter di atas
pinggang dan pendaratan telapak kaki menggunakan sisi luar kaki bagian tengah.
Menurut Carr Gerry (1997) mengemukakan bahwa teknik berlari untuk
seluruh nomor lari jarak jauh harus di upayakan suatu teknik rasional dengan
gerak yang menghematkan tenaga. Lari dilakukan dengan badan lebih tegak
daripada sewaktu sprint. Badan hanya sedikit condong kedepan dan kepala seperti
biasa, lurus pada beban. Seperti pada sprint, bahu harus di jaga tetap diam dan
harus menggerakan lengan dalam arah larinya. Jika bahu ikut sedikit bergerak
kian-kemari dengan lengan agak terayun sampai di depan dada, hal itu tidak
22
mengapa. Sebab hal demikian terdapat lebih banyak waktu bagi kerja sama
antara lengan dan kaki. Akan tetapi putaran bahu yang terlalu kuat atau terlalu
aktif, benar-benar harus dicegah, sementara siku tidak boleh di angkat dan harus
di jaga selalu dekat badan.
Lebih lanjut menurut Hans Peter (2009:78-93) faktor-faktor yang
membatasi prestasi pada lari jarak jauh ialah proses pertukaran zat, daya prestasi
peredaran darah, dan jantung. Ketika berlari maka secara alami seorang akan
kehabisan nafas, karena otot-otot membutuhkan oksigen lebih banyak saat
melakukan aktivitas fisik. Selain itu paru-paru juga bekerja lebih keras untuk
menyerap oksigen dari udara. Memiliki pola pernapasan yang efisien saat berlari
akan membuat seorang lebih efisien dalam mendapatkan oksigen ke otot,
sehingga meningkatkan daya tahan dan bisa berlari lebih jauh dan lebih nyaman.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, Zidik (2010:18) juga menjelaskan bahwa
setiap pelari jarak jauh juga harus mengembangkan daya tahan umum, juga daya
tahan khusus atas tuntutan energi dari nomor masing-masing. Daya tahan umum
adalah daya tahan aerobic, yang berarti sistem jantung pernapasan (cardio-
repirasi) dapat memenuhi semua kebutuhan oksigen untuk keperluan latihan.
Daya tahan khusus nomor (event specific endurance) adalah kombinasi dari daya
tahan aerobic dan daya tahan anaerobic, dimana sistem jantung pernapasan tidak
mampu memenuhi kebutuhan oksigen latihan. Semakin jauh jarak lomba, seperti
jarak lari 10.000 meter semakin penting daya tahan aerobic bagi daya tahan
khusus nomor ini, dan semakin pendek jarak lomba semakin penting daya tahan
anaerobiknya.
23
Gambar 2.1 : Bentuk Gerakan pelari jarak jauh 10.000 meter
Sumber:http://gambar pelari.com.id
Beberapa hal penting untuk pelari jarak jauh adalah dengan melakukan
latihan secara terus-menerus dengan berlari relatif jarak diperjauh dengan
kecepatan yang hampir konstan tanpa istirahat. Latihan terus menerus digunakan
untuk mengembangkan daya tahan umum dan juga untuk pemulihan, selain itu
melakukan latihan interval dengan himpunan latihan lari (sets of run) atau usaha
untuk kecepatan tempuh, jarak dan interval istirahat ditegaskan. Bila latihan
menekankan pada daya tahan umum, maka yang digunakan adalah latihan
interval ekstensif dan bila penekanan latihan pada daya tahan khusus nomor,
maka latihan interval intensif yang digunakan. Menurut Zidik (2010:21) bahwa
beban latihan biasanya ditentukan oleh parameter-parameter berikut yakni
kecepatan lari atau pace (meter/detik, menit/km, dan lain-lain), volume yang
dapat dijelaskan dengan jarak lari (m, km, mil,) atau waktu detik (detik, menit,
jam) atau jumlah usaha atau jumlah set usaha latihan dan interval antara usaha
yang berbeda-beda atau antara set-set usaha (detik, menit).
Berikut langkah-langkah untuk membantu mengembangkan pola pernapasan
ketika berlari jarak jauh 10.000 meter yakni:
24
1) Bernapas dari mulut
Menggunakan mulut untuk bernapas memungkinkan lebih banyak oksigen
yang masuk dan karbondioksida yang keluar dibandingkan dari hidung. Jika
bernapas menggunakan hidung, otot wajah akan terlihat mengencang dan tegang.
Sedangkan napas melalui mulut ketika berlari akan mendorong otot-otot wajah
untuk rileks, sehingga menciptakan ketenangan dan lebih santai. Jika sudah
merasakan kehabisan napas maka aktivitas berlarinya akan diperlambat.
2) Sering gunakan pernapasan perut
Bernapaslah dari perut atau diafragma dan jangan bernapas dengan dada. Cara
melatihnya dengan berbaring terlentang dan melihat gerakan perut saat bernapas.
Jika seorang bernapas dengan benar, maka perut naik dan dada turun setiap napas,
sementara dada kurang bergerak. Lakukan teknik ini saat berlari.
3) Mengambil napas pendek dan dangkal
Menarik napas terlalu panjang dan dalam bisa membuat seseorang tidak
mampu berlari jauh atau lama, untuk itu bernapaslah pendek secara dangkal
sehingga lebih mudah mengatur napas.
4) Lakukan napas dengan berirama
Hal utama yang perlu diingat adalah sebaiknya menarik dan mengeluarkan
napas secara konsisten atau berirama, terlepas dari seberapa cepat seseorang
berlari.
5) Dengarkan napas
Gunakan telinga untuk mengontrol pernapasan. Jika mendengar napas mulai
terengah-engah maka kurangi kecepatan berlari, jika sudah mulai stabil bisa
secara perlahan ditingkatkan kecepatannya. Bernapas sangat penting untuk sang
pelari jarak jauh, yang dibutuhkan adalah bertahan tetap berlari dan kecepatan
bukan hal yang utama.
Dengan melihat perbedaan kebutuhan sistim energy yang sangat
dibutuhkan bagi seorang pelari jarak jauh 10.000 meter diatas, maka diperlukan
25
penanganan serta proses me-manage yang serius yang dimulai dari proses
perencanaan penyusunan model latihan yang lebih baik lagi, sehingga dapat
membawa ekspetasi lebih bagi kemajuan prestasi atlet lari jarak jauh 10.000
meter sebagai sebuah nomor harapan bagi masyarakat di provinsi Nusa Tenggara
Timur dalam mendulang keberhasilan kelak nantinya. Dari segi topografi keadaan
permukaan tanah di sebagian pulau di NTT sebagian besar merupakan daerah
bergunung dan berbukit dengan kemiringan rata-rata di atas 50 %. Adaptasi gerak
berjalan dan berlari yang dilakukan di daerah bergunung dan berbukit berdampak
pula pada perubahan fungsi organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas gerak.
Jarak tempuh rumah dengan sekolah, rumah dengan tempat ibadah, rumah dengan
kebun, rumah dan mata air dan antar-kampung, mengakibatkan seluruh aktivitas
gerak harus di tempuh dengan berjalan atau berlari. Hal ini tentunya menjadi
sebuah faktor pendukung bagi para atlet lari jarak jauh 10.000 meter untuk
berprestasi maksimal dengan melihat aktifitas gerak serta topografi wilayah yang
mampu membentuk para atlet secara alamiah.
c. Pembinaan Nomor Lari Jarak Jauh 10.000 Meter
1) Pola Pembinaan Olahraga
Peran ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi dalam bidang
olahraga telah terbukti memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
kemajuan serta perkembangan suatu nomor olahraga maupun cabang olahraga
itu sendiri. Oleh karena itu sistem pembinaan olahraga di Indonesia harus
dilakukan melalui pendekatan ilmiah, disesuaikan dengan kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejatinya bahwa dalam
pelaksanaan pembinaan olahraga untuk mencapai prestasi yang optimal dan
maksimal, perlu ditangani secara komprehensif dan terpadu. Aspek-aspek
yang terkait dalam pembinaan olahraga menurut Soeharsono dalam Yusuf
Hadisasmita dan Syarifudin (1991:87) di antaranya adalah:
1. Aspek Olahraga, meliputi pembinaan fisik, pembinaan teknik,
26
pembinaan taktik, kematangan bertanding, pelatih dan program latihan
serta evaluasi.
2. Aspek Medis, meliputi fungsi organ tubuh (jantung, paru-paru, syaraf,
otot dan indera lainnya), gizi, cidera, dan pemeriksaan medis.
3. Aspek Psikologi, meliputi ketahanan mental, kepercayaan diri,
penguasaan diri, disiplin dan semangat juang, ketenangan, ketekunan,
kecermatan serta motivasi.
Sangat kompleksnya permasalahan pembinaan olahraga prestasi dewasa
ini, maka strategi pembinaan olahraga ini perlu ditangani secara professional,
baik dalam manajemen maupun tenaga-tenaga keolahragaannya. Karakteristik
utama dari pembinaan olahraga prestasi selalu berorientasi jauh ke depan
untuk mencapai prestasi tinggi ke taraf Internasional. Perencanaan tersebut
dapat dikembangkan dengan baik, apabila ditunjang dan ditumbuh
kembangkan dalam satu sistem pembinaan yang mantap, yang terorganisir
untuk penyelenggaraan pembinaan olahraga secara terpadu dan
berkesinambungan. Sistem itu sendiri mencerminkan sebuah model atau
replikasi dari keterkaitan beberapa unsur yang komplek secara sederhana.
Sistem pembinaan olahraga yang sudah dikenal adalah sistem yang lazim
disebut dengan sistem piramida. Sistem pembinaan berdasarkan piramida
adalah suatu pembinaan olahraga yang berjenjang dari lapisan bawah yaitu
pemassalan, kemudian dilanjutkan secara berkesinambungan ke lapisan
tengah, pembibitan, terus berjenjang ke atas ke puncak piramida, pembinaan
prestasi. Sistem ini menekankan partisipasi yang meluas atau massal dari
kalangan warga usia muda, serta partisipasi massal ini merupakan dasar atau
fondasi dari sistem pembinaan. Jenjang pembinaan olahraga prestasi dari
sistem piramida tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
27
Gambar 2.2 Piramida Pembinaan Olahraga
(Sumber: Kebijaksanaan Depdikbud Olahraga di Kalangan Pelajar Jakarta, 1996)
Bertitik tolak dari sistem pembinaan olahraga tersebut di atas, maka sejak
awal sampai di capainya prestasi puncak diperlukan waktu lebih kurang 10
tahun. Oleh Karena itu, pembinaan atlet harus dimulai pada usia muda, agar
puncak prestasi dapat dicapai pada usia sekitar 20 tahunan (Soeharsono,
1991:2). Proses pembinaan atlet atletik selanjutnya menurut Soeharsono
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2: Klasifikasi Atlet Berdasarkan Umur Pada Pembinaan Jangka 10
Tahun
N
No Katagori Umur
1
1 PEMULA Sampai 14 tahun
2
2. JUNIOR 14-17 tahun
PRESTASI PRESTASI
TAHAP LATIHAN
PEBINAAN
TAHAP PEMBIBITAN
TAHAP PEMASSALAN
SPESIFIKASI
MULTILATERAL
28
3
3. DEWASA 17-20 tahun
4
4 SENIOR 20 tahun-ke atas
Sumber: (Soeharsono dalam Hadisasmita dan Syarifudin,1996).
Selanjutnya khusus untuk cabang olahraga atletik Fallak dalam
Hadisasimita (1996:59) mengklasifikasikan usia pencapaian prestasi atletik
antara lain :
Tabel 2.3 : Usia Pencapaian Prestasi Nomor Atletik
N
No Nomor Atletik
Umur (Tahun) Stabilisasi
Prestasi
Puncak Sukses
pertama
Prestasi
Optimum
1. Lari
100 m 19 – 12 22 – 24 25-26
200 m 19 – 21 22 – 24 25-26
400 m 22 – 21 24 – 26 27-28
800 m 23 – 24 25 – 26 27-28
1500 m 23 – 24 25 – 27 28-29
5000 m 24 – 25 26 - 28 29-30
10.000 m 24 – 25 26 – 28 29-30
Marathon 25 – 26 27 - 30 31-35
Gawang 22 – 23 24 – 26 27-28
2. Jalan Cepat
20 km 25-26 27-29 30-32
50 km 26-27 28-30 31-35
3. Lompat
Tinggi 20-21 22-24 25-26
Galah 23-24 25 -28 29-39
Jauh 21-22 23-25 26-27
Jangkit 22-23 24-27 28-29
4. Lempar /Tolak
Peluru 22-23 24-25 26-27
Cakram 23-24 25-26 27-28
Lembing 24-25 26-27 28-29
Martil 24-25 26-30 31-32
Sumber: (Fallack dalam Hadisasmita dan Syarifudin,1996)
29
Melihat perincian umur untuk memulai latihan serta tingkat pembinaan
yang diungkapkan oleh Heinz Fallak di atas, maka sangat memungkinkan
bahwa beberapa cabang olahrga dan nomor-nomor dalam atletik khususnya
pada nomor lari 10.000 meter akan mampu mencapai golden age pada umur
20 tahun, bahkan dapat lebih cepat dicapai sebelumnya termasuk lari jarak
jauh.
Pembinaan jangka waktu sepuluh tahun tersebut, hendaknya dilakukan
dengan sistem bertahap maju berkesinambungan sehingga dapat
menampikkan hasil dari sebuah prestasi yang maksimal.
2) Seleksi
Seyogianya atlet akan mampu mencapai puncak prestasi sekitar umur 20
tahun. Usia untuk mencapai prestasi puncak ini disebut Golden Age (Usia
Emas). Oleh karena itu golden age hendaknya dipakai sebagai target
pembinaan jangka waktu 10 tahunan (Soeharsono dalam Hadisasmita
1991:91). Tanpa adanya target, sulit untuk mengukur dan mengevaluasi
keberhasilan pembinaan. Dengan target usia emas umur 20 tahun dan lamanya
pembinaan selama 10 tahun, maka secara teoritis atlet sudah mulai dilatih
sejak umur 10 tahun atau dalam usia muda. Hal ini menandakan bahwa
penyeleksian untuk pembibitan atlet harus sudah dimulai sejak usia muda,
usia dimana berada pada bangku SD dan SLTP. Ini merupakan indikasi bahwa
pada usia muda si anak mempunyai kadar fleksibilitas yang tinggi, kondisi
fisik dan mentalnya sedang berada dalam keadaan stabil dan motivasinya
untuk berolahraga tinggi, sehingga memungkinkan untuk dapat meningkatkan
kemampuannya ke arah yang lebih tinggi, serta di dalam mengambil
keputusannya dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Hal ini senada yang
diungkapkan oleh Tangkudung (2012 :34) bahwa seleksi dan pembibitan yang
dimulai pada usia muda lebih menguntungkan karena beberapa faktor, antara
lain:
30
1. Kemampuan/bakat yang terseleksi akan berkembang lebih subur
2. Organ tubuh, seperti: jantung dan paru-paru, kemampuan aerobic dan
anaerobiknya telah dikembangkan sejak dini.
3. Otot, fleksibilitas dan kekuatan otot lebih mudah dikembangkan
sehingga kemampuan otot akan menjadi lebih baik.
4. Indera dan syaraf, mulai dilatih dan dipacu sejak dini sehingga aksi
reaksi akan terbina.
5. Pertumbuhan tubuh akan selaras
Oleh karena itu, kemampuan para pengurus organisasi dan manajemen
induk cabang olahraga sangat dibutuhkan terkait dalam membuat serta
melaksanakan seleksi dengan instrumen yang valid jika menginginkan atau
mendapatkan atlet yang tangguh. Dalam tahapan seleksi di samping
menggunakan tes, obyektif, juga tes subyektif (berdasarkan penilaian pelatih
yang ahli), dapat pula melalui pengamatan pada perlombaan serta kejuaraan-
kejuaraan, yang sekiranya dapat dibina guna melahirkan atlet-atlet tangguh di
daerah.
3. Organisasi Olahraga
a. Dasar Organisasi
Pada hakikatnya bahwa organisasi merupakan upaya mempersatukan
sumber-sumber daya pokok dengan cara yang teratur dan mengatur orang-orang
dalam pola yang sedemikian rupa, hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-
aktivitas guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Secara etimologis kata organisasi berasal dari bahasa Yunani. Yang berati
organon atau alat yang bermakna suatu kelompok orang dalam suatu wadah
untuk tujuan bersama (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke 2). Menurut
Martoyo (1988) Organisasi adalah suatu bentuk persekutuan antara dua orang
atau lebih yang bekerja sama secara formal dalam suatu ikatan, di mana selalu
terdapat hubungan seseorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
31
Selanjutnya diperkuat oleh Hasibuan (2001:126) yang mendefinisikan sebagai
berikut organisasi adalah suatu sistem perserikatan berstruktur dan terkoordinasi
dari sekelompok orang yang bekerja sama secara terorganisasi dan terbentuk
struktur kepemimpinan dengan suatu program tersebut melalui manajemen yang
bagus. Senada dengan pengertian para ahli di atas, Siagian (1996)
mengungkapkan bahwa organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua
orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka
pencapaian sesuatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana
terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau
sekelompok orang yang disebut bawahan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat ditarik benang merahnya
bahwa organisasi merupakan suatu bentuk persekutuan yang terbentuk dalam
struktur kepemimpinan dimana ada beberapa orang yang di sebut pimpinan dan
beberapa orang disebut bawahan yang bekerja sama dalam suatu sistem untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan itulah yang disebut dengan organisasi.
Demikian juga yang terdapat dalam organisasi olahraga atletik (PASI) di mana
memiliki konsep yang sama dengan organisasi yang lain, sehingga dalam
perkembangan atletik pada PASI NTT keberadaan organisasi sangatlah penting
sebagai dasar dari tujuan di bentuknya organisasi yang memiliki sasaran yang
tepat guna, menunjang proses perkembangan serta kemajuan olahraga atletik
khususnya pada nomor lari jarak jauh di PASI NTT secara baik dan berstuktur.
Dasar dari sebuah organisasi di bentuk adalah berkaitan dengan tujuan dan
harapan yang ingin dicapai. Organisasi PASI keberadaannya sangat jelas
diperlukan dalam mewadahi langsung pembinaan nomor olahraga andalan bagi
kemajuan pembangunan olahraga prestasi di Nusa Tenggara Timur malalui proses
pengelolaan semua unsur di dalamnya secara profesional. Organisasi dalam
olahraga memiliki peran strategis terutama untuk memudahkan pelaksanaan
berbagai aktifitas olahraga dalam mencapai suatu tujuan. Terbatasnya
32
kemampuan manusia dalam melakukan pekerjaan mengharuskan manusia untuk
membagi pekerjaan, tugas, dan tanggungjawab. Dengan adanya pembagian kerja,
tugas, dan tanggungjawab, maka terbentuklah suatu kerjasama dan keterikatan
formil dalam suatu organisasi. Sejalan dengan itu, maka menurut Razali (2003:3)
mengatakan bahwa organisasi olahraga memiliki tiga aspek fundamen yang dapat
terlihat dari fungsinya yakni:
a. Organisasi olahraga sebagai wadah yaitu tempat kegiatan organisasi klub
olahraga tersebut untuk melakukan berbagai macam kegiatan-kegiatan
admnistrasi dan manajemen untuk tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
(pembinaan serta peningkatan prestasi atlet dari tiap kecabangan atau nomor
olahraga), sehingga bersifat relatif statis. Setiap organisasi perlu memiliki
suatu pola dasar struktur organisasi yang relatif permanen. Dengan semakin
kompleksnya tugas-tugas yang harus dilaksanakan seperti berubahnya
tujuan, pergantian pimpinan, beralihnya kegiatan semuanya merupakan
faktor yang menuntut adanya perubahan dalam struktur suatu organisasi.
b. Organisasi sebagai jalinan hubungan kerja, artinya melalui organisasi akan
terlihat garis hubungan kerja antara satu bagian dengan bagian lainnya yang
tergambar dalam bagan organisasi. Dengan memiliki empat buah komponen
dasar, yakni: pekerjaan yang dibagi-bagi; orang-orang yang ditugaskan
untuk melaksanakan pekerjaan yang dibagi tersebut; lingkungan dimana
pekerjaan dilaksanakan; hubungan antara kelompok kerja satu dengan
kelompok kerja yang lain (Terry dalam Harzuki,2012).
c. Organisasi olahraga sebagai suatu proses artinya bagaimana suatu
rancangan kerja organisasi tersebut dapat dilaksanakan sebagai proses
interaksi antara orang-orang di dalam organisasi tersebut. Oleh karenanya
organisasi sebagai proses jauh lebih dinamis sifatnya dibandingkan dengan
organisasi sebagai wadah. Dalam konteks organisasi sebagai proses ini
mengacu pada hubungan formal maupun informal. Hubungan formal dalam
33
organisasi pada umumnya telah diatur dalam dasar hukum pendirian
organisasi dan pada struktur organisasi serta hierarki yang terdapat dalam
organisasi. Hubungan formal itu biasanya tergambar dalam bagan orgaisasi
sesuai dengan dasar hukum yang ditentukan. Hubungan informal sendiri
mencakup hubungan yang tidak diatur di dalam dasar hukum pendirian
organisasi, tidak juga terlihat dalam strutur organisasi maupun dalam bagan
organisasi.
Sejalan dengan itu Slack Trevor (1997) mengungkapkan bahwa tolak ukur
sebagai pilar utama keberhasilan pembinaan olahraga prestasi suatu
cabang/nomor olahraga lainnya adalah berkaitan dengan seberapa sehat organisasi
olahraga yang bersangkutan dengan beberapa indikator yaitu (a) tingkat kepuasan
anggota terhadap layanan organisasi (b) stuktur formal minimal organisasi
terbangun sesuai AD/ART dan terlaksana fungsi manajemen sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi (c) jumlah curahan waktu pengurus serta kompetensi, komitmen
dan kepedulian dan (d) faktor kepemimpinan sesuai dengan pola komunikasi dan
budaya daerah.
Sejatinya bahwa secara keseluruhan bahwa organisasi dari sebuah induk
kecabangan olahraga baru akan memberikan makna apabila didalamnya terjadi
dan berlangsung kegiatan kerja. Nilai suatu organisasi tergantung pelaku
organisasi itu sendiri dalam memainkan perannya menjalankan setiap program
untuk sebuah tujuan. Dalam upaya meningkatkan prestasi atlet melaui nomor
olahraga unggulan, maka kinerja organisasi keolahragaan harus ditingkatkan
kualitasnya baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pengembangan olahraga
prestasi memerlukan keterlibatan semua elemen terkait, mulai dari atlet, pelatih,
organisasi olahraga, manajemen, keterlibatan pemerintah daerah serta unsur-unsur
lainnya yang saling bersinergi satu dengan yang lainnya dalam merumuskan hal-
hal tersebut di atas dengan mengedepankan prinsip-prisip dasar organisasi sebagai
dasar pijakan bagi PASI dalam menjalankan roda organisasi olahraga ini secara
34
sehat dan dapat dipertanggung jawabkan dalam rencana serta pelaksanaan
kegiatannya.
Mulyono (2008:135) mengungkapkan prinsip dasar pelaksanaan sebuah
organisasi adalah dengan memperhatikan beberapa makna substansial antara lain
a. Prinsip perumusan tujuan
Sebelum suatu organisasi/badan/lembaga, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah membuat tujuan dibentuknya
organisasi/badan/lembaga tersebut. Tujuan yang dibuat haruslah sangat
jelas karena tujuan tersebut yang akan menentukan hal-hal yang harus
diperbuat atau dilakukan oleh organisasi yang telah terbentuk tersebut.
b. Prinsip pembagian kerja
Dalam pelaksanaan kegiatan organisasi harus dilakukan pembagian
tugas/kerja/unit untuk menghindari kemungkinan adanya pekerjaan
yang tertumpuk dan terjadinya kelalaian dalam pekerjaan pada sebuah
unit kerja organisasi
c. Prinsip pendelegasian kekuasaan/wewenang
Dalam menjalankan kegiatan,suatu unit diberi kekuasaan untuk
melaksanakan tugas-tugasnya agar dapat dimintai pertanggung
jawaban.
d. Prinsip tingkat pengawasan
Berjalannya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan, harus dipastikan untuk selalu menjalankan dan
melaksanakan sistem pengawasan, karena jika sistem pengawasan
tidak ada maka tidak mungkin sebuah organisasi dapat mencapai
tujuannya dengan maksimal. Oleh karenanya, pembuatan organisasi
harus memperhatikan aspek dari kemudahan sistem pengawasan.
e. Prinsip rentang manajemen
35
Dalam suatu organisasi perlu diperhatikan efektivitas dan efisiensi dari
seorang pemimpin yang dapat membawahi beberapa orang yang
dibawahinya sehingga seorang pemimpin dapat melakukan tugas
kepemimpinannya secara efektif, efisien dan maksimal serta dapat
melakukan tugas pengawasan secara optimal.
f. Prinsip kesatuan perintah
Dalam menjalankan sebuah organisasi, seorang bawahan biasanya
mempunyai seorang bos atau atasan. Dari bos tersebutlah kita
menerima perintah dan kepada bos tersebutlah kita memberikan
laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan pekerjaan kita.
g. Prinsip kordinasi
Prinsip kordinasi adalah usaha untuk mengarahkan seluruh kegiatan
unit-unit organisasi agar tertuju pada pencapaian tujuan organisasi
secara keseluruhan. Adanya pembagian tugas kepada unit-unit kerja
tersebut terkadang tanpa disadari menimbulkan kecenderungan untuk
memisahkan diri dari tujuan organisasi secara keseluruhan. Untuk itu,
koordinasi diperlukan agar terhindar dari sebuah konflik dengan
mengurangi duplikasi tugas, mengurangi pengangguran, dan
memperkuat kerjasama.
Lebih lanjut menurut menurut Harsuki (2012:117) yang dimaksud dengan
organisasi yang baik adalah suatu organisasi yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a) Terdapat tujuan yang jelas
b) Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang di dalam
organisasi.
c) Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang dalam
organisasi.
d) Adanya kesatuan arah.
36
e) Adanya kesatuan perintah.
f) Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
seseorang.
g) Adanya pemberian tugas.
h) Struktur organisasi harus disusun sesederhana mungkin.
i) Pola dasar organisasi harus relatif permanen.
j) Adanya jaminan jabatan (security of tenure).
k) Balas jasa yang diberikan kepada setiap orang harus setimpal
dengan jasa yang diberikan.
l) Penempatan orang harus sesuai dengan keahliannya.
Selain itu, menurut Jerome Quartyerman dalam Harsuki (2012:119)
mengungkapkan ciri-ciri organisasi yang baik adalah:
a) Suatu koleksi dari individu maupun kelompok
b) Berorientasi pada tujuan
c) Struktur yang tepat
d) Koordinasi yang tepat
e) Batas-batas yang teridentifikasi
Sebuah makna besar dari dasar berorganisasi yang secara gamblang telah
diuraikan di atas sejatinya merupakan ramuan serta dasar pijakan bagi
penyelenggaraan kegiatan sebuah organisasi di dalam memainkan perannya
sebagai sebuah wadah dimana berlangsungnya seluruh proses kegiatan-kegiatan
kerja yang menjadi misi dari organisasi tersebut dibentuk serta menjadi jalinan
kerja antara masing-masing personal di dalam sebuah sistem. Sejalan dengan hal
itu maka hadirnya PASI sebagai salah satu institusi olahraga juga dituntut untuk
memainkan perannya dalam upaya menata sebuah nomor olahraga menjadi lebih
baik tidak hanya pada persoalan prestasi namun pula dari sisi administrasi
tentunya.
b. Bentuk-Bentuk Organisasi
37
Karena organisasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, yang
menyesuaikan dengan kedinamisan masyarakat, maka dewasa ini dikenal empat
macam bentuk organisasi. Menurut (Harzuki 2012) masing-masing bentuk
organisasi mempunyai kekuatan atau kebaikan dan kelemahan masing-masing.
Keempat bentuk organisasi tersebut ialah :
a) Organisasi Lini (line organization)
Organisasi lini memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut :
organisasinya sederhana (kecil), jumlah karyawannya masih sedikit,
pemilik umumnya menjadi pimpinan tertinggi dari organisasi, hubungan
kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat langsung, tingkat spesialisasi
yang dibutuhkan masih sangat rendah, semua anggota organisasi masih
kenal satu sama lain, tujuan yang hendak dicapai masih sederhana, alat-
alat yang digunakan masih sederhana, struktur organisasi masih sederhana
dan produksi yang dihasilkan belum beraneka ragam.
b) Organisasi Lini dan Staf (Line and Staff Organization)
Organisasi lini dan staf mempunyai ciri-ciri sebagai berikut bahwa
organisasinya besar dan kompleks, jumlah karyawannya banyak,
hubungan kerja yang bersifat langsung dan terdapat dua kelompok besar
di dalam organisasi, yakni sekelompok orang yang melaksanakan tugas-
tugas pokok organisasi dalam rangka pencapaian tujuan, orang-orang yang
sifat tugasnya menunjang tugas-tugas pokok baik karena keahliannya dan
bersifat menasehati maupun yang memberikan jasa-jasa kepada unit-unit
operasional dan spesialisasi yang beraneka ragam diperlukan dan
dipergunakan secara maksimal.
c) Organisasi Fungsional (Fungctional Organization)
Organisasi fungsional adalah organisasi yang di dalamnya tidak terlalu
menekankan pada hierarki structural, akan tetapi lebih banyak didasarkan
pada sifat dan macam fungsi yang dijalankan. Bentuk oraganisasi ini tidak
38
pernah mencapai tingkat popularitas yang tinggi, meskipun lazim
digunakan oleh organisasi-organisasi tertentu seperti seperti toko serba
ada, department store,dll.
d) Organisasi Tipe Kepanitiaan (Committee Type of Organization)
Bentuk organisasi ini adalah bentuk dimana pimpinan dan para
pelaksana dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat panitia.
Artinya pada tingkat pimpinan, keseluruhan unsure pimpinan menjadi
panitia dan para pelaksana dibagi-bagi dalam kelompok-kelompok yang
bersifat kelompok kerja (task force). Bentuk ini tidak populer, karena
memiliki ciri-ciri sebagai berikut yakni tugas kepemimpinan dilaksanakan
secara kolektif oleh sekelompok orang, semua anggota pimpinan
mempunyai hak, wewenang dan tanggung jawab yang sama, para
pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas yang harus dilakukan
dalam bentuk kelompok kerja.
Organisasi PASI sendiri merupakan bentuk organisasi nirlaba (Nonprofit
Organization) sama halnya dengan induk-induk organisasi olahraga lainnya yang
dalam kepengurusannya para anggota eksekutif yang sukarelawan sering kali
diberi tugas sebagai anggota badan direktur atau komite eksekutif (Executive
Commite), dalam membuat keputusan kebijakan tentang pengarahan pada
kegiatan olahraga dan mempercayakan pada staf yang digaji guna melaksanakan
dan memberi evaluasi pada kebijakan tersebut. Oleh karenanya organisasi
nonprofit ini dituntut utuk lebih mengedepankan loyalitas serta dedikasi yang
tanpa pamrih dari para pengurus untuk senantiasa bahu membahu dalam
mengoperasikan roda organisasi olahraga ini sejajar dan maju dengan bentuk
organisasi-organisasi lainnya.
c. Pengelolaan organisasi PASI
Pentingnya pengelolaan organisasi olahraga akan menjadi penentu dalam
menunjang potensi dan prestasi atlet di daerah. Keberhasilan prestasi olahraga
39
tidak hanya ditentukan oleh atlet dan pelatih saja akan tetapi juga faktor non
teknis yaitu tata kelola organisasi olahraga yang sehat dengan program kerja yang
jelas dan transparan. Manfaat dan pentingnya pengelolaan yang baik merupakan
pondasi bagi pengembangan setiap organisasi, baik organisasi pemerintah,
perusahaan, serikat pekerja dan organisasi pengusaha.
Dengan pengelolaan yang baik, mengindikasikan bahwa organisasi telah
memenuhi persyaratan dan memiliki perangkat minimal untuk memastikan
kredibilitas, integritas dan otoritas sebuah institusi dalam membangun aturan,
membuat keputusan serta mengembangkan program dan kebijakan yang
merefleksikan pandangan dan kebutuhan anggota.
Pengelolaan sebuah organisasi bukan hanya pemimpin yang menjalankan,
tetapi juga para anggota dan pihak-pihak yang bersangkutan dengan organisasi
tersebut. Dalam pengelolaannya terdapat dua hal yang harus diperhatikan
Pertama, prinsip pengelolaan (prinsip manajemen) yaitu bagaimana memimpin
orang-orang. Kedua, prinsip mengorganisasi kegiatan yang menyangkut orang-
orang yang dipimpin tersebut (prinsip organisasi). Kedua prinsip tersebut saling
memperkuat dan mempunyai dasar yang sama dalam pengelolaan kerja kelompok
individu yang terlibat dalam suatu organisasi. Dalam menjalankan organisasi juga
harus memperhatikan kelemahan dan kelebihan yang terdapat dalam organisasi
tersebut yang mungkin dapat menghambat kinerja organisasi, maka diperlukan
analisis yang tepat agar kinerja yang dilakukan pun dapat berjalan lancar. Teknik
pengorganisasian adalah usaha sadar yang dilakukan organisasi, dengan
menggunakan daya analisis untuk menelaah kelemahan-kelemahan dalam
keefektifan dan koordinasi organisasi dalam mencapai tujuan, dan mencari
strategi dan serangkaian kegiatan untuk mengatasinya (James E. 1990).
Sejalan dengan hal tersebut di atas maka pengelolaan organisasi
keolahragaan yang bermuara pada pencapaian prestasi, secara tegas telah tertuang
pula pada PP No.16 Tahun 2007 pasal 90 tentang Standar Pengelolaan Organisasi
40
Keolahragaan, yang mana wajib memiliki persyaratan: (a) akta pendirian yang
bersifat autentik atau yang dilegalisasi; (b). Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga; (c). Nomor Pokok Wajib Pajak; (d). struktur dan personalia yang
kompeten; (e). rencana dan program kerja; (f). sistem administrasi dan
manajemen organisasi keolahragaan; (g). pelatihan dan pembinaan berjenjang dan
berkelanjutan; (h). kompetisi atau kejuaraan yang diselenggarakan atau diikuti;
(i). sistem kesejahteraan pelaku olahraga; dan (j). kode etik organisasi.
Senada dengan itu, James (1990) mengungkapkan dalam mengelola sebuah
organisasi olahraga, maka output yang dihasilkan haruslah baik, sebagaimana
lazimnya sebuah organisasi yang menginginkan yang terbaik untuk sebuah
proses yang sudah dilaksanakan semaksimal mungkin. Untuk memulai sebuah
hasil yang maksimal dibutuhkan input yang baik untuk pengembangan organisasi.
Input yang baik seperti masukan, kritik dan saran, hasil penelitian, hasil seminar,
dengan modal input inilah seorang pemimpin dapat menentukan visi dan misi
organisasi secara maksimal. Setelah input sudah terpenuhi langkah yang harus
dilakukan yaitu,
a) Proses awal
proses menyamakan pengetahuan dari seluruh pengurus organisasi
tentang pemahaman keorganisasian, yang selanjutnya akan membahas
mengenai visi dan misi organisasi, program kerja, serta peraturan
dalam organisasi.
b) Proses pengelolaan organisasi,
proses operasional organisasi yang telah disepakati seluruh pengurus
organisasi.
Melihat dengan penjelasan tersebut di atas dapat ditarik benang merah
bahwa pentingnya pengelolaan organisasi akan menciptakan sebuah struktur
organisasi yang dapat dianggap sebagai sebuah kerangka yang merupakan titik
pusat, sehingga manusia dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.
41
Dengan kata lain salah satu bagian penting tugas pengelolaan organisasi adalah
mengharmoniskan suatu kelompok orang-orang yang berbeda, mempertemukan
berbagai macam kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang
kesemuanya itu menuju ke suatu arah tertentu. Harapannya adalah dapat
dicapainya sinergi, yang berarti tindakan-tindakan simultan unit individual yang
bersama-sama menghasilkan suatu efek total akan sebuah rancangan maupun
perencanaan.
Pengelolaan organisasi PASI di tingkat pusat sendiri sebagaimana yang
telah di atur dalam AD/ART PASI dalam Kongres Luar Biasa PASI tahun 2007
dengan nomor 03/KLB PASI/IX/2007, dalam implementasinya mengacu kepada
beberapa bagian penting yakni 1) pengelolaan kesekretariatan yang meliputi
rangkaian penataan terhadap pekerjaan perkantoran, surat menyurat dan
dokumen-dokumen dalam rangka menunjang kelancaran pencapaian tujuan
organisasi. 2) Pengelolaan SDM organisasi yang terdiri atas pengurus, pelatih,
atlit serta tenaga medis. Pada tingkat pusat struktur kepegurusan sekurang-
kurangnya terdiri atas (ketua kehormatan, ketua umum, ketua bidang organisasi,
pembinaan, usaha dana, penelitian dan pengembangan, bidang hubungan luar
negeri, sekretaris umum, wakil sekretaris, bendahara, serta 11 komisi yang
terjabar dengan tugas dan fungsi pokoknya.3)pengelolaan dana yang merupakan
upaya untuk mengkoordinasikan serta mengarahkan pengumpulan dana untuk
menunjang pembinaan dan pengembangan kegiatan olahraga atletik Indonesia. 4)
pengelolaan sarana dan prasarana yang bertujuan untuk menunjang kegiatan
pembinaan dan perlombaan dalam rangka upaya meningkatkan prestasi atletik
nasional. Adapun struktur pengolahan organisasi yang tertuang melalui bagan
yang dimiliki oleh PB PASI yakni :
Tabel 2.4. : Struktur Organisasi PB PASI
Ketua Kehormatan
42
(Sumber: AD/ART PB.PASI 2007)
Dalam proses perkembangan olahraga atletik pada PASI NTT harus
sudah membentuk, mengatur anggota-anggota tersebut agar dapat berjalan dengan
baik dan berstruktur. Hal ini seperti yang tertuang melalui tugas pokok serta
fungsi dari masing-masing bidang dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.5. : Tugas Dan Fungsi Kepengurusan PB PASI
N
No Nama Bidang Tugas Dan Fungsinya
1
1.
Ketua Umum Merupakan pemegang amanat Kongres tertinggi dalam
Pengirus Besar PASI .
Merumuskan kebijaksanaan di bidang pembinaan dan
pengembangan olahraga atletik di Indonesia.
2
2.
Sekteraris
Umum
Mengkoordinasikan, mengarahkan dan mempertanggung
jawabkan kegiatan kesekretariatan Pengurus Beasar PASI
Melaksanakan tugas-tugas harian ketua umum pengurus
Ketua Umum
Bendahara Sekretaris Umum
Ketua Bidang
Organisasi &
Provinsi
Ketua Bidang
Pembinaan
Ketua Bidang
Usaha Dana
Ketua Bidang
Penelitian &
Pengembangann
Ketua Bidang
Hubungan Luar
Negeri
Wakil Sekretaris
Umum
Komisi Humas
Komisi
Pembinaan
Komisi
SarPras
Komisi Pelatih
Komisi
Hukum
Komisi
Perlombaan &
Perwasitan
Komisi
Atlet
Komisi Data
Statistik
Komisi
Wanita
Komisi
Medis
Komisi
Pembibitan&
Pemassalan
43
besar PASI.
3
Bendahara Menyusun rencana anggaran PB PASI bekerja sama
dengan semua bidang dana komisi Pengurus Besar PASI.
Mengkoordinasikan pengeluaran sesuai degan rencana
kerja dan anggaran PB PASI yang telah disetujui.
5
4
Komisi
Pembinaan
Menyusun rencana kerja dan program kegiatan dalam
rangka pemasyarakatan.
Menyususn program-program pembinaan sebagai acuan
bagi pelaksanaan pembinaan di provinsi-provinsi.
6
5.
Bidang
Organisasi dan
Provinsi
Menyusun rencana dan program kerja PB PASI mengenai
bidang organisasi dan provinsi.
Menyusun laporan bidang penelitian dan pengembangan
secara periodik.
7
6.
Bidang Usaha
Dana Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan secara berkala.
Menyususn rencana dan program kerja mengenai bidang
usaha dana
8
7.
Komisi
Pembibitan dan
Pemassalan
Memelihara dan meningkatkan program kerjasama
dengan DISPORA serta instansi lain yang bergerak di
bidang pembinaan.
9
8.
Komisi
Pembinaan Menyusun rencana strategis pembinaan prestasi untuk
menghadapi perlombaan atletik dalam rangka kejuaraan
internasional (SEA Games,ASIAN Games, dll)
Mengadakan pemantauan serta evaluasi pembinaan
latihan pada pemusatan latihan di dalam maupun di luar
negeri.
1
9.
Komisi Komisi
Data Statistik
Menyusun rencana kerja dengan mengupayakan adanya
Bank data atletik secara lengkap untuk menunjang
kegiatan pembinaan
Mengumpulkan data-data prestasi baik atlet dalam negeri
maupun manca negara guna membantu bidang lain dalam
menyusun strategi pembinaan.
1
10
Komisi
Perlombaan &
Perwasitan
Menyusun rencana kerja dan program kegiatan dalam
rangka pemasyarakatan olahraga atletik khususnya
mengenai ketentuan dan peraturan perlombaan yang
berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya merupakan satu kelompok
(tim) serta bertanggung jawab kepada ketua bidan di
atasnya.
Sumber : AD/ART PB.PASI
44
Oleh karenanya, eksistensi PASI di propinsi Nusa Tenggara Timur,
sebagai induk organisasi cabang olahraga atletik diharapkan mampu mengelola
organisasi tersebut dengan berpedoman pada AD/ART PB PASI terkait standar
wajib yang telah diuraikan di atas. Lebih dari itu harus disadari pula oleh semua
pihak bahwa organisasi olahraga itu sebagai struktur dan proses yang tidak
mungkin lagi ditangani secara amatiran, namun harus dikelola oleh orang-orang
yang profesional di bidang olahraga dan yang mengetahui akan perkembangan
olahraga atau cabang olahraga yang akan di binanya. PASI NTT sendiri
merupakan salah satu induk organisasi olahraga yang bernanung di bawah KONI
Nusa Tenggara Timur, yang dibentuk untuk tujuan melakukan pembinaan
olahraga prestasi di daerah. Perkembangan nomor olahraga atletik lari jarak jauh
10.000 meter sebagai nomor olahraga andalan, hendaknya perlu ditindak lanjuti
dalam setiap progam yang memiliki visi serta platform yang jelas dan terkawal
melalui sebuah roda organisasi yang jelas dalam tupoksi (tugas pokok dan
fungsinya) melalui sistem kerjanya. Sinergitas dari seluruh komponen yang ada
dalam sebuah struktur bangunan organisasi mulai dari atlet, pelatih, hingga
pengurus organisasi diharapkan dapat membawa dampak positif bagi
perkembangan olahraga atletik khususnya kemajuan pada nomor lari jarak jauh
yang menjadi nomor olahraga andalan di propinsi NTT.
4. Manajemen
a. Hakikat Manajemen
Pada hakikatnya manajemen olahraga telah ada kira-kira sejak zaman
Yunani Kuno, yaitu kurang lebih pada dua belas abad sebelum masehi, dengan
diadakannya berbagai macam pesta olahraga yang dikemas untuk ditonton oleh
rakyat. Manajemen olahraga pada zaman modern perkembangannya tidak secepat
perkembangan manajemen di bidang industri atau ekonomi. Seiring dengan
berkembangnya olahraga menjadi disiplin ilmu tersendiri, sebagaimana
manajemen juga telah menjadi disiplin ilmu yang juga dipelajari di perguruan
45
tinggi, maka manajemen olahraga merupakan bidang ilmu tersendiri dan menjadi
cabang ilmu yang banyak ditekuni oleh para pakar ataupun praktisi olahraga yang
besar manfaatnya bagi penataan sebuah induk organisasi olahraga.
Harsuki (2003 :117) menyebutkan bahwa “Manajemen olahraga adalah
perpaduan antara ilmu manajemen dan ilmu olahraga”. Istilah manajemen lebih
lanjut menurut Harzuki diartikan sebagai “suatu kemampuan untuk memperoleh
suatu hasil, dalam rangka pencapaian tujuan dengan melalui kegiatan orang lain”.
Hakekatnya bahwa manajemen merupakan sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan. Hal ini
senada dengan yang diungkapkan oleh Mulyono (2008:35) bahwa Manajemen
adalah sebuah proses yang khas terdiri dari perencanaan, penggerakan dan
pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan
memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Pemberdayaan
sumber daya manusia terlihat dalam tugas,fungsi pokok seluruh elemen yang
terdapat pada sebuah perangkat kerja. Upaya meningkatkan sebuah hasil
merupakan tujuan akhir dari sebuah organisasi, sehingga untuk mencapai hal
tersebut proses mengatur (me-manage) semua komponen tersebut sangatlah
diperlukan dalam hal pendayagunaan dari fungsi-fungsi manajemen yang ada,
untuk menyediakan aktivitas, produk dan layanan olahraga atau kebugaran
jasmani. Segala fungsi serta tugas akan terlihat pencapaian hasilnya apabila setiap
personal atau individu mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen tersebut
dengan baik.
Menurut Sukintaka (2000:2) menjelaskan bahwa dalam sebuah
manajemen yang ideal terdapat enam fungsi manajemen yaitu meliputi:
1) Pengorganisasian (Organizing) 2) Perencanaan (Planning) 3) Penentuan
Keputusan (Discussing Making) 4) Pembimbingan atau Kepemimpinan
(Directing) 5) Pengendalian (Contolling) 6) Penyempurnaan (Improvement). Hal
46
senada juga diungkapkan Alex Gunur (1979: 11-12) bahwa dalam sebuah proses
manajemen dapat berjalan dengan baik, maka ada beberapa sarana atau alat yang
harus ada dan dipenuhi oleh seseorang atau organisasi. Saran atau alat tersebut
dikenal dengan istilah “Tool of Manajement atau “6M” yaitu meliputi: manusia
(man), uang (money), bahan (material), metode (methods), alat (mechins), dan
pasar (market). Lebih lanjut Guntur (2009) memaparkan fungsi-fungsi
manajemen di atas sebagai berikut :
a) Perencanaan
Merupakan tindakan teratur dengan didasari pemikiran yang cermat
sebelum melakukan usaha pencapaian tujuan yang telah di tentukan.
Perencanaan ini terdiri dari penerapan prinsip yang lazim digunakan yaitu
5 W + 1 H :
What ( Apa yang akan dikerjakan / materi apa yang dibuat)
Where ( Dimana akan dikerjakan )
When (Kapan waktu pelaksanaan kegiatan tersebut)
Who (Siapa yang akan melakukannya )
Why (Mengapa itu dilaksanakan / dasar pertimbangannya)
How (Bagaimana mengerjakannya / tata kerjanya )
Fungsi perencanaan pula mengacu kepada keseriusan dan
mengutamakan keberlangsungan program sebagai lanjutan bagi
terciptanya stabilitas kegiatan pembinaan olahraga lari jarak jauh di tubuh
PASI NTT itu sendiri. PASI hendaknya mampu serta harus membuat dan
merancang program jangka pendek yang ingin dicapai pada setiap bulan
maupun tahunan berdasarkan tujuan dan sasaran yan ingin dicapai oleh
para atlit tersebut. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang
ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama waktu yang untuk
mencapai, berapa orang personel yang dibutuhkan dan berapa banyak
47
biayanya, sehingga perencanaan ini sangat penting untuk dibuat sebelum
suatu tindakan dilaksanakan.
Berbagai proses merancang suatu perencanaan menurut Sagala (2013)
adalah harus memberikan kesempatan yang cukup untuk berdiskusi
“brainstorming”, mengutarakan perasaan dan sikap, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan, menyiapkan informasi dan memecahkan selisih
pendapat.
Berdasarkan uraian tergambar bahwa perencanaan PASI merupakan
proses yang menentukan sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran,
pedoman dan kesepakatan yang menghasilkan program-program PASI
yang terus berkembang. Perencanaan yang dilakukan oleh PASI NTT
selaku organisasi yang mewadahi langsung kegiatan pembinaan tersebut
tentunya harus sedapat mungkin menyesuaikan terhadap kebutuhan dan
dapat dipertanggungjawabkan sebab muara dari perencanaan tersebut
berkaitan dengan pembinaan manusia itu sendiri dengan melibatkan
personel dalam kepengurusan yang mempunyai pengalaman dan dedikasi
dalam upaya yang diharapakan tersebut di atas.
b) Pengorganisasian
Merupakan proses aktivitas kerja sama antar fungsi dalam manajemen
untuk mencapai tujuan. Aktivitas ini berusaha menghubungkan orang-
orang kedalam job deskripsinya agar tidak ada ketimpangan tindakan
maupun kesalahan.
Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh
satu orang saja, tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-
masing seksi-seksi dalam organisasi tersebut. Kegiatan pengorganisasian
menentukan siapa yang akan melaksankan tugas sesuai prinsip
pengorganisasian tersebut. Karena pengorganisasian merupakan
keseluruhan proses memilih orang-orang serta mengalokasikan sarana dan
48
prasarana untuk menunjang tugas orang-orang tersebut dalam organisasi
serta mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian
tujuan.
Menurut Sagala (2013:60) pertimbangan legitimasi dalam
pengorganisasian sebuah organisasi olahraga memberikan respon dan
tuntutan eksternal, yaitu organisasi olahraga dalam hal ini PASI itu sendiri
mampu menampilkan perfomansi organisasi yang dapat meyakinkan
pihak-pihak terkait akan kemampuan organisasi ini mencapai tujuan dan
keabsahan melakukan tindakan pencapaian sasaran. Efisiensi dalam
pengorganisasian adalah pengakuan terhadap PASI pada penggunaan
waktu, uang dan sumber daya yang terbatas dalam mencapai tujuannya
yaitu menentukan alat yang diperlukan, pengalokasian waktu dan dana
PASI. Keefektian akan beberapa hal di atas menggambarkan ketepatan
pembagian tugas, kewenangan, tanggung jawab, hubungan kerja bagian-
bagian organisasi dan menentukan personal para pengurus dalam
melaksanakan tugasnya. Hal ini sejatinya merupakan gambaran
kemampuan organisasi dan ketua PASI melaksanakan fungsi dan tugasnya
sehingga dapat meningkatkan kualitas dari organisasi yang diampunya.
Oleh karenannya pengorganisasian dalam PASI adalah tingkat
seberapa jauh ketua PASI selaku pemimpin bersama para pengurus
lainnya melakukan semua kegiatan manajerial untuk mewujudkan hasil
yang direncanakan dengan menentukan sasaran, menentukan struktur
tugas, wewenang dan tanggung jawab dan menentukan fungsi-fungsi
setiap personal secara proporsional sesuai tugas pokok dan fungsinya,
sehingga kesemua program tersebut dapat berjalan sesuai dengan tugas
masing-masing dari tiap seksi organisasi tersebut.
c) Penggerakan/actuating
49
Penggerakan berarti merangsang kelompok melaksanakan tugas-tugas
dengan antusias dan kemauan yang baik, tugas menggerakan dilakukan
oleh pemimpin. Oleh karenanya kepemimpinan ketua umum yang
berperan penting dalam menggerakkan para pengurusnya melaksanakan
semua program kerjanya. Pemimpin yang efektif menurut Holy dan
Miskel dalam Syaiful Sagala adalah cendrung mempunyai hubungan
dengan bawahan yang sifatnya mendukung (sportif) dan meningkatkan
rasa percaya diri menggunakan kelompok membuat keputusan.
Keefektifan kepemimpinan akan menunjukan sebuah pencapain hasil yang
baik tentunya.
d) Pembimbingan / directing
Merupakan aktivitas yang memberikan petunjuk atau perintah untuk
mempengaruhi dan mengarahkan anggota dalam sebuah kerja sama.
Pengarahan ini pula dapat dilakukan agar kegiatan yang dilakukan
bersama tetap melalui jalur yang ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan
yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan. Secara operasional
pengarahan dapat dipahami sebagai pemberian petunjuk bagaimana tugas-
tugas harus dilaksanakan, memberi bimbingan dalam rangka perbaikan
cara-cara bekerja, mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan
instruksi-instruksi yang diberikan agar tidak menyimpang dari arah yang
ditetapkan, serta menghindarkan kesalahan-kesalahan yang diperkirakan
dapat timbul dalam pekerjaan dan sebagainya.
e) Pengawasan
Pengawasan merupakan upaya pengendalian yang dilakukan untuk
memastikan bahwa akifitas yang aktual sesuai dengan yang direncanakan.
Secara umum pengawasan erat kaitannya dengan upaya membina dan
penelusuran sebagai upaya dari pengendalian mutu dari sebuah organisasi
olahraga. Melalui pengawasan yang efektif roda organisasi, implementasi
50
rencana, kebijakan dan pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan
lebih baik. Pengawasan merupakan bagian menjalankan fungsi
administrasi yang setiap pengurusnya dapat memastikan bahwa apa yang
dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki atau yang telah direncanakan
sebelumnya.
Prinsip-prinsip pengawasan yang perlu diperhatikan menurut Massie
dalam Sagala terdiri dari tujuh bagian penting (1) tertuju kepada strategis
sebagai kunci sasaran yang menentukan keberhasilan; (2) pengawasan
harus menjadi umpan balik sebagi bahan revisi dalam mencapai tujuan;
(3) harus fleksibel dan responsive terhadap perubahan-perubahan kondisi
dan lingkungan; (4) cocok dengan organisasi olahraga yang bersistem
terbuka; (5) merupakan control dari diri sendiri; (6) bersifat langsung
yaitu pelaksanaan kontrol di tempat kerja; (7) memperhatikan hakikat
manusia dalam mengontrol para personel. Selain itu proses pengawasan
ini pula dapat berbentuk evaluasi dimana proses tersebut merupakan
aktivitas yang berusaha memperbaiki dan menyempurnakan segala segi
dalam usaha kerja sama yang ditekankan kepada stuktur organisasi dan
metode kerja sama para pengurusnya. Sehingga kegiatan monitoring dan
pengawasan adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang
penyelenggaraan suatu kerja sama antara ketua dan para pengurusnya dan
komponen lain dalam sebuah induk organisasi PASI tentunya.
Sejalan dengan itu fungsi-fungsi lain dari manajemen juga digambarkan
oleh G.R Terry dalam Harsuki (2003) yang menyebutkan beberapa fungsi organik
manajemen menjadi Planning, Organizing, Actuating, Controlling yang
merupakan unsur-unsur mutlak yang harus dan dijalankan, apabila tidak maka
akan menyebabkan matinya organisasi cepat ataupun lambat. Jadi dari pendapat
di atas dapat disimpulkan fungsi-fungsi dari manajemen memberikan kemampuan
atau keterampilan bagi para pengelola maupun pengurus organisasi sebuah induk
51
cabang olahraga untuk dapat merencanakan, menjalankan, mengawasi serta
mengevaluasi suatu tujuan melalui kegiatan-kegiatan berdasarkan fungsi dan
perannya masing-masing.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut di atas menunjukkan hakikat
dasar manajemen yakni adanya kesamaan aspek atau komponen diantaranya
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang kesemuanya
dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara
umum manajemen merupakan rangkaian kegiatan untuk mengarahkan seluruh
potensi yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya, untuk
memperoleh suatu dukungan dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan
secara efektif dan efisien.
b. Tujuan dan Fungsi Manajemen
Manajemen sebenarnya adalah alat suatu organisasi yang digunakan untuk
mencapai tujuan. Menurut Martoyo (1988) adanya organisasi dapat digerakkan
sedemikian rupa sehingga menghindari sampai tingkat seminimal mungkin
pemborosan waktu, tenaga, materil dan uang guna mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dengan kata lain, organisasi digerakkan
agar segala sesuatu dapat berjalan secara efektif (tepat guna) dan efisien (tepat
waktu, tenaga, dan biaya).
Menurut Siswanto (2005: 27) manajemen bertujuan untuk mencapai
sesuatu yang ingin direalisasikan, yang menggambarkan cakupan tertentu, dan
menyarankan pengarahan kepada usaha seorang manajer. Pendapat lain
dikemukakan oleh Hasibuan (1996: 34) yang memberi pengertian manajemen
sebagai seni dan ilmu untuk mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu. Tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin direalisasikan, yang
menggambarkan cakupan tertentu dan menyarankan pengarahan kepada usaha
seorang manajer, ada empat elemen pokok dari tujuan (Goal) sesuatu yang ingin
52
direalisasikan, (Scope) cakupan, (Definitness) ketepatan, (Direction) pengarahan
(Siswanto, 2005:29). Adanya organisasi tersebut dapat digerakkan sedemikian
rupa sehingga dapat menghindari sampai tingkat seminimal mungkin pemborosan
waktu, tenaga, materil dan uang guna mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan terlebih dahulu (Martoyo, 1988: 35).
Sesuatu dikenai tindakan manajemen tentu memiliki tujuan dan fungsi.
Fungsi manajemen adalah mencapai tujuan dengan cara-cara yang terbaik, yaitu
dengan pengeluaran waktu dan uang yang paling sedikit, biasanya dengan
penggunaan fasilitas yang ada dengan sebaik-baiknya. Berbagai fungsi
manajemen dikemukakan para ahli dengan persamaan dan perbedaan (Amin
Widjaya,1993:37). Fungsi manajemen pada hakikatnya merupakan tugas pokok
yang harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun macamnya. Meskipun
para ahli berbeda pendapat tentang fungsi manajemen, namun sebenarnya
pendapat-pendapat tersebut jika dipadukan akan saling melengkapi. Berdasarkan
pendapat ahli tentang manajemen tersebut, maka dalam penelitian ini menetapkan
lima aspek atau komponen pokok yang terdapat sebagai fungsi manajemen
dengan dasar pertimbangan memperhatikan aspek yang paling banyak
dikemukakan dan mengingat ketepatan manajemen tersebut dihubungkan dengan
manajemen pengelolaan organisasi olahraga.
c. Pelaksanaan Manajemen
Pelaksanaan manajemen organisasi olahraga tentunya diperlukan tingkat
sumber daya manusia yang baik, karena organisasi olahraga merupakan
organisasi semi formal yang tetap mendapatkan support dari pemerintah,
sehingga organisasi membutuhkan manajemen yang efektif untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien, dengan sasaran mencapai prestasi yang di ukur
melalui kriteria yang relevan, melalui kinerja yang handal dari para pengurus
organisasinya. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan.
Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan setiap pengurus organisasi wajib
53
memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu untuk mewujudkan
dan melaksanakan setiap program dan rencana kerja dari organisasi tersebut.
Sejalan dengan maksud di atas, maka G.R Terry (2009) mengemukakan
prinsip-prinsip dasar manajemen yang meski dilaksanakan oleh setiap pengurus
dalam melaksanakan tugas pokoknya yaitu :
a) Pembagian kerja (Division of Labour)
Pembagian kerja dalam suatu badan sangat diperlukan untuk
membedakan seseorang dalam suatu organisasi, apakah ia pemimpin,
pelaksana, staf dan lain sebagainya. Baik buruknya pembagian kerja
banyak menentukan berhasil guna dan berdaya guna.
b) Kekuasaan (wewenang) dan tanggung jawab (Authority and
Responsibility)
Setiap pejabat/pimpinan dalam suatu organisasi tertentu harus
mempunyai kekuasaan dan tanggung jawab. Kekuasaan,
wewenang (authority) adalah hak untuk mengambil keputusan
sehubungan tugas dan tanggung jawab atas pekerjaan yang dikerjakannya.
c) Disiplin (Discipline)
Disiplin merupakan sesuatu yang menjadi dasar bagi kekuatan suatu
badan atau perusahaan. Setiap pengurus yang terlibat dalam suatu
organisasi harus memiliki kedisiplinan untuk melakukan suatu pekerjaan,
menaati peraturan yang dibuat oleh organisasi tersebut. Pimpinan harus
dapat memberi teladan kepada bawahan dengan jalan memenuhi peraturan
dan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
d) Kesatuan perintah (Unity of Command)
Untuk memperlancar pencapaian tujuan, perlu adanya kesatuan
perintah dari atasan kepada bawahan atau seorang pengurus menerima
perintah dari ketuanya.
e) Kesatuan arah (Unity of Direction)
54
Dengan prinsip kesatuan arah dimaksudkan seorang ketua dan
pegawainya tidak boleh bertentangan antara satu sama dengan yang lain
dalam mencapai suatu tujuan secara keseluruhan.
f) Kepentingan individu harus berada di bawah kepentingan umum
(Subordinate of Individual Interest to General Interest).
Prinsip ini dimaksudkan bahwa kepentingan umum atau perusahaan
secara keseluruhan harus berada di atas kepentingan pribadi.
g) Rantai skalar atau scalar chain (Line of Authority)
Dengan prinsip ini dimaksudkan bahwa garis wewenang dalam suatu
organisasi haruslah jelas.
h) Tata Tertib (Order)
Dalam melakukan suatu usaha harus ada ketertiban baik secara
material maupun orang-orang, sehingga ada aturan yang harus dijalankan.
i) Inisiatif (Initiative)
Setiap dalam kepengurusannya diberi kesempatan untuk
mengungkapkan atau menjalankan inisiatif, baik mengenai cara kerja,
prosedur kerja atau menjalankan rencana baru dalam pekerjaannya.
Nilai dan makna dari sebuah kegiatan pembinaan olahraga yang
berlangsung di dalam tubuh PASI selaku induk organisasi olahraga di provinsi
NTT, akan berjalan dengan baik apabila ditunjang dengan proses tata kelola serta
bagian dari pelaksanaan manajemen yang baik dan handal. Manajemen dalam
organisasi olahraga swasta, akan nampak berjalan apabila di dalam proses
pembinaanya berlangsung aktivitas manajemen yang baik dan terarah mulai dari
proses perencanaan latihan hingga kepada proses evaluasi kegiatan pembinaan
atau latihan itu sendiri. Pelaksanaan manajemen sudah tentu berkaitan erat dengan
menganalisa, menetapkan tujuan/sasaran serta mendeterminasi tugas-tugas dan
kewajiban-kewajiban secara baik, efektif dan efisien. Hal ini tentunya sudah harus
dilakukan sedini mungkin sebagai upaya mendorong kemajuan dan
55
perkembangan olahraga atletik khususnya nomor lari jarak jauh 10.000 meter di
Provinsi NTT ke arah yang lebih baik lagi.
B. Penelitian Relevan
Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Zikrur Rahmat, 2014. Judul Penelitian: Analisis Manajemen Pembinaan Atlet
Atletik PPLP Di Propinsi Aceh. Journal Volume I Nomor 1. Januari-Juni. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa : Temuan dan analisa data penelitian yang
berkaitan dengan analisis manajemen pembinaan atlet Atletik PPLP Aceh,
berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian proses manajemen yaitu
bidang Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan Pengawasan. Secara
umum dapat diberikan kesimpulan bahwa penerapan manajemen telah terlaksana
dengan baik, walaupun dalam beberapa masalah masih terdapat kekurangan dan
memerlukan penyempurnaan. Berdasarkan kesimpulan tersebut pembenahan
secara manajemen penting untuk dilaksanakan. Pengorganisasian dalam
membentuk suatu badan perlu di tata dan disusun sebaik mungkin serta perlu
dikonfirmasi keseluruh anggota yang ada PPLP Aceh. Pembinaan atlet Atletik
PPLP Aceh melaksanakan proses pengawasan haruslah terjawab melalui
pelaksanaan penyusunan program kerja khususnya dalam program latihan, agar
dapat ditempuh langkah-langkah yang tepat dan efesiensi waktu sehingga
pencapaian tujuan dalam peningkatan prestasi olahraga hingga tingkat nasional
dan internasional dapat terwujud dengan sempurna
2. Subarkah, 2004. Judul Penelitian: Manajemen Klub Sepakbola Perkumpulan
Sepakbola Argomulyo Dan Persatuan Sepakbola Kalasan Kabupaten Sleman
Yogyakarta. Tesis. Semarang. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa manajemen
atlet, manajemen pengurus, manajemen pelatih, manajemen program latihan,
manajemen sarana, manajemen keuangan berpengaruh tehadap prestasi klub.
56
Berdasarkan dua hasil temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
sebuah perkumpulan sepakbola sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan yang
diharapkan oleh suatu organisasi olahraga atau klub. PPLP sepakbola sebagai
penyelenggara pendidikan dan kepelatihan khusus untuk sepakbola memiliki
keterkaitan dengan berbagai instansi atau pihak yang lain, sehingga semua potensi
yang ada dalam masyarakat perlu dikembangkan untuk meningkatkan prestasi
atlet. Dengan berbagai macam penelitian tentang pembinaan sepakbola yang
dilakukan semoga dapat dijadikan referensi tentang pembinaan sepakbola di
Indonesia.
3. Agustinus J. Nafie, 2015. Judul Penelitian : Pengelolaan Olahraga Pencak Silat
Sebagai Olahraga Unggulan di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis. Surakarta.
Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa: pengelolaan sumber daya manusia yang
merupakan satu kesatuan dalam proses pembinaan telah dilakukan dengan baik
oleh IPSI Nusa Tenggara Timur, yang secara fungsinya sebagai organisasi
olahraga yang bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan prestasi olahraga
pencak silat. Potensi atlet binaan IPSI NTT telah menorehkan prestasi-prestasi
nasional yang membanggakan. Pengelolaan sumber daya wasit dan juri serta
pelatih pun terus dibina melalui diklat-diklat dalam berbagai pelatihan dalam
peningkatan sumber daya manusianya.
C. Kerangka Berfikir
1. Olahraga atletik merupakan cabang dari nomor-nomor olahraga termasuk di
dalamnya adalah nomor lari jarak jauh 10.000 meter yang apabila dikemas
melalui pengelolaan yang baik induk organisasi (PASI) serta melalui proses me-
manage pembinaanya secara baik akan mampu membawa dampak terhadap mutu
serta kualitas nomor olahraga ini sebagai nomor andalan.
Sebuah sistem pengolahan organisasi yang baik apabila dikelola melalui sebuah
program-program yang bersentuhan langsung dengan tujuan pembinaan atlet
57
nomor lari jarak jauh 10.000 meter tersebut. Sebagaimana yang telah tertuang
melalui AD/ART kepengurusan PB PASI pusat nomor 03/KLB PASI/IX/2007
dalam implementasinya mengacu kepada beberapa bagian penting yakni 1)
pengelolaan kesekretariatan yang meliputi rangkaian penataan terhadap
pekerjaan perkantoran, surat menyurat dan dokumen-dokumen dalam rangka
menunjang kelancaran pencapaian tujuan organisasi. 2) Pengelolaan SDM
organisasi yang terdiri atas pengurus, pelatih, atlet serta tenaga medis. Pada
tingkat pusat struktur kepegurusan sekurang-kurangnya terdiri atas (ketua
kehormatan, ketua umum, ketua bidang organisasi, pembinaan, usaha dana,
penelitian dan pengembangan, bidang hubungan luar negeri, sekretaris umum,
wakil sekretaris, bendahara, serta 11 komisi yang terjabar dengan tugas dan
fungsi pokoknya. 3) pengelolaan dana yang merupakan upaya untuk
mengkoordinasikan serta mengarahkan pengumpulan dana untuk menunjang
pembinaan dan pengembangan kegiatan olahraga atletik Indonesia. 4)
pengelolaan sarana dan prasarana yang bertujuan untuk menunjang kegiatan
pembinaan dan perlombaan dalam rangka upaya meningkatkan prestasi atletik
nasional
2. Pelaksanaan manajemen pembinaan pada prinsipnya dimulai dari proses
Perencanaan (planning), Organisasi (organizing), Penggerakan (actuating),
Kontrol (controling) dan Evaluasi (evaluating) terhadap semua program kerja
PASI. Fungsi perencanaan merupakan tindakan teratur dengan didasari pemikiran
yang cermat sebelum melakukan usaha pencapaian tujuan yang telah di tentukan,
fungsi pengorganisaan merupakan proses aktivitas kerja sama antar fungsi dalam
manajemen untuk mencapai tujuan, fungsi penggerakan berarti merangsang
kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik,
tugas menggerakan dilakukan oleh pemimpin, fungsi kontrol merupakan aktivitas
yang memberikan petunjuk atau perintah untuk mempengaruhi dan mengarahkan
anggota dalam sebuah kerja sama, fungsi pengawasan merupakan upaya
58
pengendalian yang dilakukan untuk memastikan bahwa akifitas yang aktual
sesuai dengan yang direncanakan. Proses pelaksanaan fungsi-fungsi ini mutlak
untuk di jalakan serta akan terkawal maksimal apabila para pengurusnya pro aktif
dalam menyediakan segala keperluan-keperluan teknis dalam proses latihan..
Dari berbagai faktor yang dikemukakan di atas, maka dapatlah ditelusuri secara
kronologis bahwa aspek-aspek yang berpengaruh di dalam kegiatan pembinaan
olahraga atletik yang secara langsung berdampak positif terhadap olahraga atletik
nomor lari jarak jauh 10.000 meter sebagai nomor andalan di provinsi NTT.
Dukungan berbagai macam aspek akan menunjang keberhasilan atlet atletik
walaupun disatu sisi tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh dan kendala-kendala
yang ditemukan di lapangan dan menjadi kelemahan dan kekurangan masih
sangat perlu dipertimbangkan untuk tujuan mulia dalam olahraga. Jikalaupun
semua perpaduan aspek-aspek yang merupakan inti dari kemajuan olahraga
atletik nomor lari jarak jauh 10.000 meter dapat ditingkatkan secara signifikan
dengan meminimalisir kekurangan ataupun kelemahan bukan tidak mungkin
peningkatan prestasi atlet lari NTT akan menambah daftar sumbangan atlet
berprestasi secara nasional maupun internasional. Adapun alur kerangka
pemikiran dalam penelitian ini yakni :
Gambar 2.3 : Alur Kerangka Berfikir
Olahraga
Atletik
Sistim Pengelolaan
Organisasi PASI
Pelaksanaan
Manajemen
Pembinaan PASI
Lari Jarak
10.000 meter
Nomor Andalan
Provinsi NTT
59
Top Related