11
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Rencana Pembelajaran Menulis
Rencana pembelajaran menulis ada sepuluh pembahasan. Pertama,
mengenai konsep dan landasan hukum rencana pembelajaran menulis. Kedua,
penjabaran KD ke indikator pembelajaran menulis. Ketiga, tujuan pembelajaran
menulis. Keempat, penentuan materi pembelajaran menulis. Kelima, penentuan
metode pembelajaran menulis. Keenam, pengembangan langkah pembelajaran
menulis. Ketujuh, penentuan sumber dan media pembelajaran menulis.
Kedelapan, penilaian pembeljaran menulis. Kesembilan, rancangan tindak lanjut.
Terakhir, menyusun RPP pembelajaran menulis.
2.1.1 Konsep dan Landasan Hukum
Konsep dan landasan hukum dalam rencana pembelajaran menulis menurut
Syarif (2009: 23) setiap kegiatan haruslah ada perencanaan. Perencanaan tersebut
diaplikasikan pada perangkat-perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran
tersebut merupakan alat atau isntrumen dari perencanaan yang disebut juga
sebagai bagian perncanaan.
Perencanaan pembelajaran haruslah dibuat dan disusun oleh guru (pendidik)
karena guru merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran.
Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan
pembelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2016
tentang Standar Proses menegaskan prinsip-prinsip penyusunan RPP seperti
berikut:
12
1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreatif, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.
3) Berpusat pada peserta didik
Mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
inovasi, dan kemandirian
4) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remidi.
6) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK,
KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengamalan
belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
13
7) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi.
2.1.2 Penjabaran KD ke Indikator Pembelajaran Menulis
Menurut Syarif (2009: 24) penjabaran KD ke Indikator pembelajaran
menulis meliputi kompetensi dasar. Kompetensi dasar menulis adalah peserta
didik harus mampu menguasai beberapa pengetahuan menulis dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Penyusunan indikator pencapaian kompetensi
merupakan rujukan untuk kompetensi dasar.
Suatu karakter peserta didik diukur melalui observasi untuk menunjukkan
hasil tercapainya pada kompetensi dasar yang akan dijadikan sebuah acuan
penilaian dalam mata pelajaran merupakan indikator kompetensi. Rumus untuk
menentukan IPK yang memakai kata kerja operasional melalui observasi dan
dapat diukur dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Menurut Syarif (2009: 24) penjabaran kompetensi dasar ke indikator
memiliki beberapa tahapan. Tahap pertama, substansi kompetensi dasar dibaca
dan dipahami. Tahap kedua, kompetensi dasar dianalisis akan menemukan
kompetensi yang ditandai dengan penggunaan kata kerja dan bahan ajar ditandai
dengan penggunaan kata benda. Kompetensi (kata kerja) menjadi kata kerja
operasional (KKO) merumpakan tahap ketiga dalam merumuskan indikator
selanjutnya bahan ajar dijabarkan lebih rinci.
14
Perhatikan contoh berikut!
Sekolah Menengah Atas
Kompetensi dasar menulis, 4.2 (Sekolah Menengah Atas, kelas XI semester 2)
“Memproduksi teks eksplanasi yang koheren sesuai dengan karakterikstik yang
akan dibuat baik secara liasn maupun tulisan”
Kompetensi (kata kerja): Memproduksi
Bahan ajar (kata benda): teks eksplanasi yang koheren sesuai dengan karakteristik
yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan.
Kata “memproduksi”, diubah ke bentuk kata kerja operasional menjadi:
1) Menyusun
2) Mengembangkan
Kata “teks eksplanasi” jika dianalisis menjadi:
1) Topik eksplanasi
2) Isi eksplanasi
3) Eksplanasi tentang …
4) Judul eksplanasi
5) Eksplanasi
Memasangkan antara kata kerja operasional dengan kata benda, maka indikator
menjadi:
1) Membuat catatan berupa tiga topik eksplanasi untuk dijadikan bahan menulis
eksplanasi
2) Menulis teks eksplanasi dengan memilih salah satu topik yang telah
ditentukan dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan struktur dan ciri
kebahasaan.
15
2.1.3 Tujuan Pembelajaran Menulis
Menurut Syarif (2009: 25) tujuan pembelajaran merupakan gambaran proses
pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan serta tercapai
(pengetahuan, keterampilan, sikap) bagi peserta didik seperti KD. Ketika guru
merumuskan tujuan pembelajaran, maka pelaksanaan dan hasil belajar akan
nampak dalam rumusan. Selain itu, tujuan pembelajaran akan terpaku sesuai
indikator pencapaian kompetensi yang sudah ditentukan. Perhatikan contoh
berikut!
Sekolah Menengah Atas
Indikator : Memproduksi teks eksplanasi yang koheren sesuai dengan
: karakterikstik yang akan dibuat baik secara liasn maupun tulisan
Tujuan : Peserta didik mampu memproduksi teks eksplanasi gerhana
: matahari atau gerhana bulan
Hasil belajar : Mampu memproduksi teks eksplanasi
Proses belajar : Mengamati contoh media model gerhana matahari atau
: gerhana bulan yang diberikan oleh guru
2.1.4 Penentuan Materi Pembelajaran Menulis
Materi pembelajaran merupakan materi berupa pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang wajib diajarkan serta dipahami oleh peserta didik sebagai
penunjang untuk mencapai SK dan KD (Depdiknas, 2003 dalam Syarif, 2009).
Potensi yang dimiliki peserta didik; kesesuaian dengan karakteristik daerah
masing-masing; tingkat perkembangan secara intelek, emosi, sosial, agama;
manfaat untuk peserta didik, struktur keilmuan, kesesuaian dengan kebutuhan dan
16
tuntutan lingkungan, mengikuti perkembangan, dan alokasi waktu merupakan hal-
hal yang perlu dipertimbangkan dalam mementukan materi pembelaran.
Materi pembelajaran didalamnya terdapat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang sesuai, serta ditulis secara rinci yang sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi yang sudah ditentukan. Kompetensi dasar adalah
hasil dari penurunan indikator pencapaian kompetensi yang didalamnya terdapat
materi pokok. Maka dari itu, dalam menyiapkan materi pembelajaran terdapat dua
kategori materi yaitu materi pokok berasal dari KD dan materi ajar berasal dari
indikator.
2.1.5 Penentuan Metode Pembelajaran Menulis
Metode pembelajaran digunakan oleh guru menurut Syarif (2009: 27)
adalah untuk menciptakan lingkungan belajar dan pelaksanaan pembelajaran
supaya tercapainya KD dan IPK yang sudah ditentukan. Memilih metode
pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi, serta karakteristik peserta didik
dari setiap IPK dan KD yang harus dicapai pada mata pelajaran menulis. Terdapat
berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis yaitu
metode langsung, integratif, tematik, konstruktivistik, dan kontekstual. Menurut
Syarif (2009: 15) ada beberapa metode dalam pembelajaran menulis meliputi:
2.1.5.1 Metode Langsung
Pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif belajar peserta didik
dikembangkan melalui metode pengajaran langsung dirancang secara khusus dan
terstruktur dengan baik serta dapat dipelajari secara bertahap. Terdapat lima fase
dalam metode langsung. Fase pertama disebut fase persiapan yaitu guru
mengawali dengan memberikan penjelasan mengenai tujuan dan latar belakang
17
pembelajaran dilanjutkan dengan mempersiapkan peserta didik supaya siap untuk
menerima penjelasan guru. Fase kedua adalah fase demonstrasi dengan
memberikan materi pembelajaran untuk dipahami peserta didik supaya
tercapainya kompetensi. Fase ketiga yaitu fase pembimbingan untuk membimbing
peserta didik. fase keempat yaitu fase pengecekan dimana guru mengecek ulang
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Tahap terakhir
yaitu pelatihan lanjutan.
Penggunaan metode langsung dapat dikembangkan melalui teknik
pembelajaran menulis. Misalnya melalui sebuah gambar atau menulis suatu objek
secara langsung. Teknik tersebut bertujuan supaya peserta didik dapat menulis
secara cepat, runtut dan logis sesuai dengan gambar atau objek yang dilihat serta.
2.1.5.2 Metode Komunikatif
Metode komunikatif merupakan metode yang mencakup semua
keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis).
Teknik menulis dialog dapat dijadikan dalam metode komunikatif. Menulis dialog
yang dilakukan oleh peserta didik dapat berupa kegiatan sederhana atau aktivitas
yang sering dilakukan. Teknik menulis dialog dalam metode komunikatif dapat
dilakukan oleh peserta didik secara individu maupun berkelompok.
2.1.5.3 Metode Integratif
Menggabungkan beberapa aspek ke dalam satu proses merupakan integratif.
Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Membaca
diintegrasikan dengan menulis atau menyimak diintegrasikan dengan berbicara
merupakan integratif antarbidang. Sedangkan bahasa Indonesia dengan bahasa
Inggris merupakan integratif antarbidang.
18
Metode integratif dapat dilaksanakan dalam pembelajaran menulis dengan
memberi gambaran suatu peristiwa. Peserta didik dapat menulis yang dianggap
sesuai dengan peristiwa tersebut dan dijelaskan secara runtut. Dalam melakukan
kegiatan menulis sekaligus peserta didik membaca.
2.1.5.4 Metode Tematik
Segala bagian materi pembelajaran digabungkan pada tema atau alat yang
sama dan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam satu pertemuan
merupakan metode tematik. Tema yang sudah ditentukan haruslah dikelola sesuai
dengan perkembangan, lingkungan, sosial, budaya, dan religuitas peserta didik
menjadi perhatian.
Isi tema haruslah disajikan secara modern sehingga peserta didik merasa
senang. Lingkungan disekitar peserta didik juga harus menjadi perhatian dan
seharusnya dibahas serta didiskusikan di dalam kelas. Proses pembelajaran di
dalam kelas sebaiknya dapat diikuti oleh peserta didik dengan pemikiran yang
dimilikinya.
2.1.5.5 Metode Konstruktivistik
Metode konstruktivistik diartikan sebagai belajar itu menemukan. Artinya,
penyampaian materi tetap disampaikan guru kepada peserta didik, informasi
tersebut dapat diserap melalui proses mental atau kerja otak mereka supaya
informasi dapat dipahami. Konstruktivistik diawali dari masalah yang sering
muncul dari peserta didik dan membantu untuk diselesaikan serta ditemukan
langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.
19
2.1.5.6 Metode Kontekstual
Menurut Ardina (2001), proses belajar yang menolong pendidik dalam
manyambungkan mata pelajaran dengan keadaan alam kehidupan dan
memberikan motivasi kepada peserta didik supaya menyambungkan
pengetahuannya dengan kehidupan nyata merupakan pembelajaran kontekstual
(dalam Syarif, 2009: 17). Penggunaan metode ini akan mempermudah dalam
pembelajaran menulis supaya peserta didik termotivasi untuk mampu menulis.
Pembelajaran menulis deskripsi dapat menerapkan metode kontekstual, peserta
didik akan belajar dalam situasi dunia nyata dan tidak dalam dunia khayalan.
2.1.6 Pengembangan Langkah Pembelajaran
Pengembangan langkah pembelajaran menulis menurut Syarif (2009: 27)
meliputi kegiatan merancang pembelajaran yang dilakukan antar peserta didik,
guru dengan peserta didik, peserta didik dengan lingkungan sekitar untuk
tercapainya kompetensi dasar. Merancang kegiatan pembelajaran perlu
mencermati hal penting. Hal penting tersebut adalah setiap akan merancang
langkah pembelajaran haruslah bukan guru yang mengawali tetapi haruslah
peserta didik yang lebih aktif dalam pembelajaran. Ada tiga kegiatan yang
dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran meliputi:
1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan adalah kegiatan diawal pembelajaran untuk
dibangkitkan motivasinya, merangsang pengetahuan awal peserta didik dalam
proses pelaksanaan pembelajaran.
20
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti adalah pelaksanaan pembelajaran untuk tercapaianya indikator
pencapaian kompetensi dilakukan secara sistematis melalui proses saintifik
sesuai dengan kurikulum.
3) Penutup
Penutup adalah kegiatan pembelajaran untuk mengakhiri aktivitas-aktivitas
selama pembelajaran dalam bentuk refleksi, umpan balik, atau kegiatan tindak
lanjut.
2.1.7 Penentuan Sumber dan Media Pembelajaran Menulis
Menurut Syarif (2009: 29) bahwa SK dan KD, materi pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan IPK merupakan penentu sumber belajar. Media
cetak, media elektronik, dan sumber lain yang relevan merupakan beberapa
sumber belajar. Jika sumber belajar berupa buku, buku tersebut dianjurkan dan
harus diyakini tingkat keabsahan dari bidang keilmuan. Apabila buku tersebut
belum diyakini tingkat keabsahannya maka tidak dianjurkan untuk menggunakan
buku tersebut sebagai sumber belajar bagi peserta didik begitu juga sumber belajar
yang lain.
Semua hal yang bisa dipakai sebagai alat untuk menyampaikan pesan dan
dapat membangkitkan perasaan, akal, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
menunjang pelaksanaan pembelajaran merupakan media pembelajaran. VCD,
surat, teks, bagan, gambar, karya sastra, audio visual, dan lingkungan merupakan
beberapa macam media pembelajaran yang biasanya dipakai untuk pembelajaran
menulis.
21
2.1.8 Penilaian Pembelajaran Menulis
Penilaian merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk mengumpulkan dan
mengolah informasi untuk menilai hasil pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
didik (Syarif, 2009: 30). Mengumpulkan dan mengolah informasi hasil
pembelajaran yang dilakukan peserta didik ditentukan oleh indikator yang
menjadi acuan untuk menentukan teknik penilaian.
Teknik penilaian yaitu langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian.
Teknik penilaian meliputi teknik tes berupa uraian dan pilihan ganda serta non-tes
berupa observasi menggunakan pedoman observasi sebagai bentuk penilaian.
Teknik tersebut dapat digunakan dalam penilaian pembelajaran menulis.
Perharikan contoh berikut!
Indikator : Menulis eksplanasi
Teknik Penilaian : Tes tertulis
Bentuk Instrumen : Buatlah teks eksplanasi berdasarkan media pembelajaran
: berupa gerhana matahari dan gerhana bulan berikut!
: (tes bentuk uraian)
2.1.9 Rancangan Tindak Lanjut
Menurut Syarif (2009: 30) bahwa tindak lanjut adalah bagian aktivitas
penutup yang dilaksakan sesudah pelaksanaan pembelajaran selesai dilakukan.
Ada tiga kegiatan dalam tindak lanjut. Kegiatan pertama adalah melakukan
analisis tingkat ketuntasan belajar dengan mengarah pada kriteria ketuntatasan
minimal (KKM) yang sudah ditentukan, dengan ditentukannya KKM maka akan
diperoleh informasi tentang ketuntasan nilai peserta didik. Kegiatan kedua adalah
22
membuat program remidial bagi peserta didik yang belum tuntas dalam
pembelajaran. Program remidial tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik maupun guru. Kegiatan ketiga adalah membuat rancangan program
pengayaan untuk peserta didik yang belum tuntas diprogram remidial dan
disesuaikan seperti program remidial. Program perbaikan disusun berdasarkan
indikator yang belum terpenuhi oleh peserta didik. Program pengayaan disusun
berdasarkan indikator yang telah dicapai oleh peserta didik. Berikut cara yang
digunakan untuk menyusun program remidial dan program pengayaan.
Tabel 2.1 Rancangan Program Perbaikan dan Pengayaan
No. KD dan
Indikator
Ketuntasan Program Ket
TT Tak TT Pengayaan Perbaikan
1 2 3 4 5 6 7 Keterangan:
Kolom pertama diisi nomor urut. Kolom kedua diisi KD dan indikator sesuai
silabus. Kolom ketika diberi tanda centang jika tuntas. Kolom keempat diberi
tanda centang jika tidak tuntas. Kolom kelima dan keenam diisi program
pengayaan dan perbaikan sesuai dengan bentuk yang sudah ditentukan. Bentuk
program pengayaan dan perbaikan dapat bervariasi sesuai keinginan guru yang
melihat beberapa faktor peserta didik.
2.1.10 Menyusun RPP Pembelajaran Menulis
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan kegiatan yang
dirancang guru mata pelajaran untuk menjadi panduan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran (Abo, 2016: 161). RPP layaknya disusun pada setiap awal triwulan
atau semester melalui kehiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang diselenggarakan masing-masing satuan
23
pendidikan atau kelompok kerja sekolah. Banyak hal sebagai dasar pertimbangan
untuk menyusun RPP diawal triwulan atau semester. Diantaranya agar guru saat
melakukan proses tidak lagi disibukkan dengan kegiatan penyusunan RPP, tetapi
sudah harus berfokus menyiapkan bahan, media, dan kebutuhan lain untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
RPP disusun setelah silabus setiap mata pelajaran tuntas disusun dan
dibahas ditingkat daerah kemudian diseminarkan dengan melibatkan berbagai
unsur yang terkait seperti dewan pendidikan, komite sekolah, pengembang
kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota, bidang yang menangani
pendidikan pada Kementrian Agama Kabupaten dan Kota, ahli kurikulum, dan
para pemerhati pendidikan lainnya. Langkah tersebut dilakukan agar silabus yang
dibuat teruji kebenarannya untuk digunakan sebagai pediman dalam penyusunan
RPP.
RPP memuat langkah-langkah teknis pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Isinya memuat identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, semester/caturwulan,
jumlah jam, dan standar nilai yang akan dicapai pada setiap pertemuan; tujuan
sekolah/standar kompetensi/kompetensi inti; tujuan pembelajaran
umum/kompetensi dasar, tujuan pembelajaran khusus/indikator; materi/bahan
pelajaran, kegiatan pembelajaran (langkah-langkah pembelajaran, metode dan
pendekatan, media, alokasi waktu, dan sumber bahan pembelajaran), serta
penilaian. Susunannya dirancang secara sistematis pada setiap pertemuan
sehingga rencana itu terurau secara berurutan. Dengan susunan sistematis seperti
itu, guru menjadi tertib dalam melaksanakan proses dan penilaian pembelajaran.
RPP, proses, dan penilaian menjadi satu kesatuan yang utuh (sistem) dalam
24
perencanaan pembelajaran. Satu bagian yang kurang sesuai akan mempengaruhi
bagian lainnya.
Format RPP yang akan disusun guru seperti pada contoh berikut:
Contoh Format RPP (Kurikulum 2013)
Satuan Pendidikan : Sekolah/Madrasah ……………………………...…………
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : ……………………………………………………………..
Materi Pokok : ……………………………………………………………..
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (2 Jam Pelajaran = 90 menit)
Nilai Stadar : 75
A. Kompetensi Inti (KI)
KI – 1 : ………………………………………………………………………...
KI – 2 : ………………………………………………………………………...
KI – 3 : ………………………………………………………………………...
KI – 4 : ………………………………………………………………………...
B. Kompetensi Dasar (KD)
1. ………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………
C. Indikator
1. ………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………………
4. …………………………………………………………………………...dst
D. Materi/Bahan Pembelajaran
25
3 Deskripsi Umum
……………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………
4 Contoh-contoh
……………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………
E. Kegiatan Pembelajaran
Tabel 2.2 Contoh Format Kegiatan Pembelajaran dalam RPP
Kegiatan Langkah-langkah Metode Media Waktu
(menit)
Sumber
Bahan
Pendahuluan 1. Mengecek keharidan peserta didik
2. Memotivasi peserta didik untuk belajar
3. …………………... 4. …………………...
5
Penyajian materi/bahan
1. Deskripsi umum materi disertai contoh-contoh
2. Pembagian kelompok kerja/diskusi
3. …………………... 4. …………..………. 5. …………………...
65
Penutup 1. Pembulatan materi 2. Umpan balik 3. Pemberian tugas
20
F. Perangkat Penilaian
Perangkat penilaian mencakup perangkat penilaian sikap dan keterampilan.
Perangkat penilaian sikap menggunakan lembar observasi dan perangkat
penilaian keterampilan menulis (karya tulis) menggunakan perangkat
26
penilaian yang disusun pada setiap kategori. Perangkat penilaian setiap
kategori menggunakan format perangkat penilaian seperti yang tercantum
pada bab perangkat evaluasi. Demikian pula perhitungan skor nilai hasil yang
akhir yang diperoleh, berpedoman pada apa yang tertulis pada bab
selanjutnya.
Kategori yang dinilai pada karya tulis peserta didik:
Tabel 2.3 Contoh Format Kategori Penilaian dalam RPP
No. Kategori yang Dinilai Nilai
1. Kemampuan melahirkan ide 2. Kemampuan menyusun kerangka tulisan 3. Kemampuan mengorganisasi tulisan 4. Kelancaran menyusun kalimat 5. Ketepatan memilih kata 6. Kemampuan menggunakan kaidah standar Catatan:
1. Setiap kategori dinilai secara kualitatif (huruf) kemudian dikuantitatifkan
(angka)
2. Nilai A = 90 – 100 (sangat baik)
3. Nilai B = 75 – 89 (baik)
4. Nilai C = 65 – 74 (cukup)
5. Nilai D < 65 (kurang)
6. Nilai diberi pada setiap kategori
7. Penilaian keterampilan dievaluasi berdasarkan nilai yang dicapai pada
setiap kategori
8. Nilai akhir adalah jumlah nilai semua kategori dibagi dengan jumlah
kategori yang dinilai
G. Penilaian
1. Prosedur Penilaian
27
a. Penilaian pengetahuan : ……………………………………..
b. Penilaian sikap : ……………………………………..
c. Penilaian keterampilan menulis : ……………………………………..
2. Substansi yang dinilai
a. Sikap : ……………………………………………..
b. Keterampilan menulis : ……………………………………………..
H. Remidial
………………………………………………………………………………….
..........……...…….., ….. 20…
Mengetahui
Kepala Sekolah/Madrasah Guru Mata Pelajaran
…………………………. ……………………..
2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis
Kegiatan pembelajaran menurut Abo (2009: 166) adalah aktivitas dalam
mempelajari sesuaitu dengan bantuan guru. Pada kegiatan pembelajaran ini guru
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, pendidik, pelatih, pembimbing, pemberi
arah, dan penilai. Peserta didik sebagai orang yang belajar dapat menempatkan
dirinya pada dua kategori. Pertama, sebagai subjek, yaitu sebagai pelaku dalam
belajar dan kedua, sebagai objek, yaitu sebagai orang yang belajar. Sebagai orang
yang belajar, hasilnya dapat diukur berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, yaitu
dari tidak tahu menjadi tahu. Terjadinya perubahan karakter dari berkarakter
28
kurang baik menjadi baik dan perubahan kemampuan melakukan sesuatu dari
kurang terampil menjadi terampil.
Upaya yang digunakan menghasilkan perubahan pada tiga domain
dimaksud adalah melaksanakan kegiatan pembelajran dengan metode, pendekatan
dan teknik yang tepat. Apalagi aspek belajar menulis ini paling rumat dipelajari
peserta didik. Jika dikembangkan dengan metode yang kurang tepat akan menjadi
masalah bagi peserta didik yang belajar. Masalahnya, yaitu peserta didik menjadi
kurang bergairah dalam belajar menulis.
2.2.1 Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran Menulis
Metode pelaksanaan pembelajaran yang efektif digunakan pada
pembelajaran keterampilan menulis adalah metode latihan dan praktik serta
pemberian tugas (Abo, 2016: 166). Cara latihannya secara bertahap, mulai dari
tahap temukan ide, merumuskan topik, menyusun kerangka topik, sampai pada
pengembangan isi menjadi karya tulis. Kelemahan yang dilakukan guru dalam
pembelajaran menulis di sekolah, pada umumnya lebih domain menyajikan teori-
teori kebahasaan disbanding dengan berlatih menulis secara langsung. Akibatnya
peserta didik tidak terbiasa menulis sehingga saat diberikan tugas menulis,
merasakannya sebagai pekerjaan yang berat.
Model pembelajaran menulis karya tulis pada jenjang Sekolah Menengah
Atas yang efektif adalah melakukannya dengan menggunakan metode latihan
dengan teknik pemberian tugas menulis sebagai karya semester. Langkah-langkah
pelaksanaannya sebagai berikut:
29
Tabel 2.4 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Kegiatan Pembelajaran
Pertama Menyampaikan kontrak belajar menulis dalam satu semester Kedua a. Setiap peserta didik menggali ide dari pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki b. Merumuskan ide yang ditentukan ke dalam beberapa topik c. Memilih salah satu topik yang mudah diperoleh
referensinya Ketiga Menyusun kerangka topik (draft tulisan) dengan bimbingan
guru Keempat Mengembangkan kerangka topik (sudah dalam bentuk tugas
selama satu semester Kelima Bimbingan secara klasikal
Uraian pada kolom di atas menunjukkan bahwa alokasi waktu yang
disediakan untuk membelajarkan aspek keterampilan menulis pada jenjang
pendidikan SMA adalah lima kali pertemuan dalam satu semester. Waktu itu
sangat terbetas dan tidak cukup untuk menjadikan peserta didik terampil menulis.
Dengan cara memberikan tugas selama satu semester, guru memiliki waktu yang
lama untuk membimbing peserta didik supaya mampu membuat karya tulis
sederhana sebagai karya semester.
Latihan dan praktik menulis harus dilakukan secara terus-menerus setiap
hari. Latihannya dengan memberikan tugas menulis karya tulis dalam waktu satu
semester. Karya tulis itu diberi dengan nama karya semester. Jadi, peserta didik
pada setiap semester wajib membuat karya tulis sederhana untuk mendapatkan
nilai keterampilan menulis. Prosesnya dilakukan secara terbimbing dalam kelas
dan dapat dilakuan di luar kelas sesuai dengan kesepatan antara guru dan peserta
didik. Hal itu dapat terwujud apabila model dimaksud diakomodir sebagai
kebijakan sekolah. Model desainnya sebagai berikut:
30
Bagan 2.1 Model Desain Pelaksanaan Pembelajaran Menulis
Lingkup Satu Semester
Bagan tersebut memaparkan program pembelajaran keterampilan menulis
selama satu semester yng dikembankan melalui penugasan. Pada tatap muka
pertama, guru menjelaskan model tugas yang dibuat peserta didik selama satu
semester. Pada tatap muka kedua, guru menuntun dan membimbing peserta didik
untuk menemukan ide yang akan ditulis. Dari ide itu kemudian dirumuskan
menjadi beberapa topik. Peserta didik dapat memilih salah satu diantaranya yang
digemari. Pertemuan ketiga, guru menuntun peserta didik untuk merumuskan
kerangka topik sampai final. Akhir pertemuan, guru menugaskan peserta didik
untuk mengembangkan kerangka topik menjadi karya tulis sederhana untuk
dijadikan sebagai bahan penilaian semester. Tugas itu dikumpulkan satu minggu
sebelum pelaksanaan ujian semester. Cara ini dilakukan setiap semester sampai
peserta didik tamat pada jenjang pendidikan menengah atas, diharapkan setelah
peserta didik itu tamat dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, sudah
mampu membuat karya tulis dalam bentuk makalah.
Tatap Muka 1: Menjelaskan tugas menulis karya semester
Bimbingan menemukan ide, merumuskan topik, dan menyusun kerangka topik
Menulis secara mandiri
Dikumpulkan pada akhir semester
31
2.2.2 Model Pelaksanaan Pembelajaran Menulis yang Efektif
Menurut Abo (2016: 65) model pelaksanaan pembelajaran menulis adalah
model rancangan kegiatan belajar menulis yang diproduksi untuk pedoman guru
dalam melaksanakan tugas profesinya. Model pelaksanaan pembelajaran menulis
dirancang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik pada mata pelajaran
bahasa Indonesia aspek keterampilan menulis. Bentuk dan langkah-langkah
pengembangannya disusun sesuai dengan karakteristik keterampilan menulis.
Model pelaksanaan sangat penting dalam pembelajaran karena dapat membantu
guru menjawab permasalahan kesulitan peserta didik dalam belajar apalagi belajar
menulis yang kondisinya cukup diwarnai dengan kesulitan. Dengan model
pelaksanaan yang diproduk, dirapkan guru dapat melaksanakan pembelajaran
keteramilan menulis dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Model pembelajaran keterampilan menulis yang efektif adalah model yang
diproduk dengan pelaksaan yang orientasi pada karya, dikembangkan sesuai
karakterisrik belajar menulis dengan langkah-langkah yang disusun secara
terstuktur dan sistematid dalam satu sistem. Model pembelajaran menulis yang
efektif ini dikembangkan dengan cara latihan secara terbimbing. Kemudian
diperkuat dengan sistem penugasan sebagai strategi untuk menumbuhkan gairah
dan kegemaran peserta didik dalam berlatih menulis secara terus-menerus setiap
hari. Tugas didesain dalam bentuk tugas semester yang prosesnya dilakukan pada
setiap awal semester dan dikumpulkan pada akhir semester. Tugas itu kemudian
dinilai menggunakan perangkat penilaian menulis dan hasilnya menjadi mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia aspek keterampilan menulis. Tugas karya
32
semester ini dilakukan secara terus-menerus setiap semester sampai peserta didik
itu tamat pendidikan jenjang sekolah menengah atas.
Model pembelajaran keterampilan menulis yang efektif disebut model La
Abo (Abo, 2016) seperti berikut:
Bagan 2.2 Model Desain Pembelajaran Menulis La Abo
Bagan tersebut menunjukkan, model pembelajaran menulis yang dikembangkan
La Abo diterapkan dengan tujuh langkah, yaitu:
1) Menganalisis kebutuhan peserta didik
2) Merumuskan tujuan pembelajaran
3) Merumuskan ide menjadi topik tulisan
4) Menyusun perangkat evaluasi
5) Mengembangkan strategi pembelajaran
6) Melakukan evaluasi
7) Memandu proses pengeditan
Menganalisis kebutuhan peserta didik
Merumuskan tujuan pembelajaran
Merumuskan ide menja-di topik tulisan
Menyusun perangkat evalua-si
Mengembangkan strate-gi pembelajaran
Mela-kukan evaluasi
Me-mandu proses pengeditan
Panduan pembelajaran menu-lis karya tulis
33
Ketujuh langkah tersebut berada dalam satu sistem yang masing-masing
memiliki fungsi dan secara bersama-sama memiliki satu tujuan, yaitu untuk
menciptakan peserta didik yang berani memulai dan gemar berlatih menulis.
Orang yang mahir menulis tidak serta-merta langsung menajadi mahir menulis
begitu saja, tetapi melakui proses yang lama, yaitu berawal dari keberanian
memulai, kemudian melakukannya secara terus-menerus sampai menjadi suatu
kebiasaan. Orang yang terbiasa menulis, menilai menulis itu sebagai seni (art).
Orang yang mengerjakan sesuatu itu sebagai seni baginya, maka ia merasa senang
dengan pekerjaan itu.
Orang yang merasa sulit menulis karena belum terbiasa menulis. Apalagi
saat memulai belajar menulis sudah diperketat dengan penilaian kaidah. Peserta
didik yang keliru menulis diberi tanggapan secara kurang mendidik. Cara seperti
itu membuat peserta didik yang baru belajar menulis karya tulis menjadi cemas
dan dihantui rasa ragu. Apa yang akan ditulis terlintas dalam pikiran akan dinilai
salah oleh guru sehingga peserta didik itu menjadi takut menulis. Model yang
dikembangkan ini mengubah cara seperti itu menjadi menyenangkan bagi peserta
didik.
Menulis para prinsipnya mengekspresikan ide dan perasaan dalam bentuk
tulisan. Sama dengan seorang penyanyi ketika merasakan sesuatu daoat
melukiskannya dalam bentuk lagu. Demikian pula sastrawan melihat sesuatu yang
menyenangkan dan menyedikan menulisnya dalam bentuk puisi. Penulis juga
demikian adanya, dapat mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya secara tertulis. Hasil penelitian Pennebaker menemukan bahwa fungsi
menulis selain memberi informasi baru, membantu memecahkan masalah,
34
membantu untuk terpaksa harus menulis juga dapat menjernihkan pikiran dan
mengatasi trauma (Hernowo, 2004 dalam Abo, 2016: 68). Hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai acuan guru untuk merekayasa kondisi dan suasana belajar
dengan mengubah tradisi pembelajaran menulis dari kurang menyenangkan
menjadi menyenangkan, dari rasa takut menjadi berani, dari rasa sulit menjadi
mudah, dari rasa berat menajdi bias, dari tradisional menjadi inovatif, dan dari
pasif menjadi aktif serta kreatif.
Model pelaksanaan pembelajaan keterampilan menulis yang efektif dengan
model pelaksanaan pada bagan, membantu peserta didik untuk tidak merasa sulit
dalam belajar menulis. Peserta didik tidak harus cemas dengan kesalahan yang
dilakukan, karena kesalahan itu merupakan jalan untuk menuju kebenaran. Guru
tidak boleh marah menilai peserta didik yang salah dalam berlatih. Justru
memacunya dengan rasa gembira agar berani berlatih. Cara ini harus dicamkan
oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, agar peserta didik tertarik untuk
belajar.
2.3 Penilaian Pembelajaran Menulis
Penilaian pendidikan adalah rangkaian kegiatan untuk menyatukan dan
mengerjakan informasi untuk memutuskan proses hasil belajar peserta didik
dinilai berdasarkan rangkaian kegiatan dan hasil belajar peserta didik. Rendahnya
kadar objektivitas merupakan kelemahan dari penilaian pembelajaran menulis.
Memperoleh atau menentukan model teknik penilaian untuk menjadikan lebih
kecil tingkat objektivitas merupakan suatu masalah yang perlu dipikirkan.
35
Menurut Syarif (2009: 20) bahwa ada tiga model penilaian menulis yang bisa
digunakan sebagai berikut:
a) Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala 1-10
Tabel 2.5 Model Penilaian Tugas Menulis Skala 1-10
No. Aspek yang dinilai Tingkatan skala
1. 2. 3. 4. 5.
Kualitas dan ruang lingkup isi Organisasi dan penyajian isi Gaya dan bentuk bahasa Mekanik tata bahasa, ejaan, kerapian tulisn Respon efektif guru terhadap ejaan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah skor ……………………..
b) Model Penilaian Tugas Menulis dengan Pembobotan Masing-masing Unsur
Tabel 2.6 Model Penilaian Tugas Menulis
Pembobotan Masing-masing Unsur
No. Unsur yang dinilai Skor Maksimal Skor Siswa
1. 2. 3. 4. 5.
Isi gagasan yang dikemukakan Organisasi isi Tata bahasa Gaya pilihan struktur dan kosa kata Ejaan
35 25 20 15 5
…………... …………... …………... …………... …………...
Jumlah 100
c) Model English as a Second Language (ESL)
Tabel 2.7 Model English as a Second Language (ESL)
PROFIL PENILAIAN KARANGAN
Nama peserta didik :
Judul :
Skor Kriteria
I
S
I
27 – 30 : SANGAT BAIK – SEMPURNA : padat informasi, subtantif, pengembangan tesis tuntas, : relevan permasalahan dan tuntas 22 – 26 : CUKUP – BAIK : informasi cukup, subtansi cukup, pengembangan tesis
36
: terbatas relevan dengan masalah tetapi tidak lengkap 17 – 21 : SEDANG – CUKUP : informasi terbatas, subtansi kurang, pengembangan tesis : tidak cukup, relevan permasalahan tidak cukup 13 – 16 : SANGAT – KURANG : tidak berisi, tidak ada subtansi, tidak ada pengembangan tesis : tidak ada permasalahan
O
R
G
A
N
I
S
A
S
I
18 – 20 : SANGAT BAIK – SEMPURNA : ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, : tertata dengan baik, urutan logis, kohesif 14 – 17 : CUKUP – BAIK : ekspresi kurang lancar, gagasan kurang terorganisasi tetapi : ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, tertata dengan : baik, urutan logis tetapi tidak lengkap, cukup kohesif 10 – 13 : SEDANG – CUKUP : tidak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan : pengembangan tidak logis 7 – 9 : SANGAT – KURANG : tidak komunikatif, tidak terorganisasi, tidak layak nilai
K
O
S
A
K
A
T
A
18 – 20 : SANGAT BAIK – SEMPURNA : pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan : tepat, menguasai pembentukan kata 14 – 17 : CUKUP – BAIK : pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan : ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak : mengganggu 10 – 13 : SEDANG – CUKUP : pemanfaatan potensi kata terbatas sering terjadi kesalahan : penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna 7 – 9 : SANGAT – KURANG : pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang : kosa kata rendah, tidak layak nilai
P
E
N
G
G
U
N
A
A
N
B
A
H
A
S
22 – 25 : SANGAT BAIK – SEMPURNA : Konstruksi komplek tetapi efektif, hanya terjadi sedikit : kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan 18 – 21 : CUKUP – BAIK : konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada : konstruksi komplek, terjadi banyak kesalahan tetapi makna : tidak kabur 11 – 17 : SEDANG – CUKUP : terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, : makna membingungkan atau kabur 7 – 9 : SANGAT – KURANG : tidak menguasai aturan siktaksis, terdapat banyak kesalahan : tidak komunikatif, tidak layak nilai
37
A
M
E
K
A
N
I
K
5 : SANGAT BAIK – SEMPURNA : menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan
4 : CUKUP – BAIK : kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan : makna
3 : SEDANG – CUKUP : sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingkan atau kabur
5 : SANGAT – KURANG : tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan : ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai
Jumlah : …… Penilai : ……. Komentar : …….
2.4.1 Penilaian Formatif
Penilaian formatif adalah betuk penilaian yang dilakukan untuk memulai
keberhasilan proses belajar pada setiap pertemuan (Abo, 2016: 173). Secara
terminologi, penilaian formatif sangat popular dilakukan dalam pendidikan. Cara
menerapkan penilaian ini dilakukan dalam kelas dan dapat pula dilakukan di luar
kelas pada setiap pertemuan sesuai kehendak guru. menurut MC Milan (2017)
kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran menjadikan sebagai
bahan informasi menggunakan hasil penilaian (dalam Abo, 2016: 174). Hasil
penilaian formatif merekomendasikan kegiatan pembelajaran dilanjutkan atau
masih harus direvisi untuk kemudian ditindak lanjuti dengan kegiatan remidial.
Smith dan Ragan (2005) menetapkan penilaian formatif sebagai langkah akhir
dari kegiatan proses, kemudian melakukan revisi (dalam Abo, 2016: 174). Revisi
ini dilakukan sampai bahan itu tuntas diketahui dan dipahami serta mampu
dipraktikan peserta didik. Ada perubahan sikap dan perilaku, pengathuan, dan
keterampilan pada peserta didik setelah belajar. Model pembelajaran seperti ini
yang disebut dengan model pembelajaran tuntas. Berdasarkan hal itu, maka
38
penilaian formatif menjadi suatu keharusan untuk dilakukan pada setiap akhir
proses belajar.
Dick dan Carey menjelaskan penilaian formatif sebagai “procrsess designers
use to obtain data that can be use to rvisi their instruction to make it more
efficient and effective” (dalam Abo, 2016: 174). Penilaian formatif sebagai proses
yang dilakukan perancang pembelajaran dengan menajdikan data hasil belajar
untuk digunakan sebagai bahan informasi dalam merevisi pembelajaran secara
efektif dan efisien. Pengertian itu memperkuat posisi penilaian formatif dalam
proses pembelajaran sebagau satu bagian dari proses, yang pelaksanaannya tidak
bisa diabaikan oleh guru, tetapi harus direncanakannya dan dilakukan secara
efektif karena dapat memberi nilai terhadap hasil proses yang dikembangkan.
Penilaian formatif sebagai proses menyedikan dan menggunakan informasi
untuk dijadikan dasar pengambilan keputuasn dalam rangka meningkatkan
kualitas produk atau program pembelajaran (Suparman, 2012 dalam Abo, 2016:
175). Penilaian formatif pada kategori itu memberi kejelasan pada pembelajaran
yang dilaksanakan apakah berhasil atau gagal. Jika hasil yang dicapai sesuai
standar yang ditetapkan, maka kegiatan pembelajaran dinyatajan berhasil dan
tindakan yang diambil adalah melanjutkan proses dengan bahan baru dan
melanjutkan pengayaan. Jika hasil penilaian formatif belum mencapai standar
yang ditentukan, maka kegiatan pembelajaran dinyatakan gagal dan tindakan yang
diambil adalah melakukan pembelajaran remidial.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirumuskan bahwa pada prinsipnya
penilaian formatif menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran yang wajib
dilakukan oleh setiap guru pada akhir proses setiap pertemuan. Proses penilaian
39
itu dilakukan secara sistemastis dalam arti terprogram dan terarah sesuai rencana
yang ditetapkan. Perangkat yang dijadikan sebagai alat untuk menilai keberhasilan
peserta didik harus terukur dan sesuai dengan substansi materi atau bahan yang
dipelajari.
Penilaian formatif dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data
kemampuan guru dalam mengembangkan tugas profesinya dan kemampuan
peserta didik dalam belajar. Selain memiliki tujuan seperti yang dimaksud,
penilaian formatif juga memiliki fungsi dalam pembelajaran, yaitu hasilnya
sebagai bahan untuk merevisi kegiatan pembelajaran. Untuk dapat menilai tuntas
atau tidaknya bahan yang dipelajari peserta didik, diperlukan nilai standar
ketuntasan belajar yang ditetapkan pada setiap pertemuan. Hal itu menjadi satu
temuan baru dalam penelitian ini. Nilai Standar Ketuntasan Belajar (SKBM) tidak
hanya ditetapkan sebagai standar untuk menilai keberhasilan program dalam satu
semester tetapi juga perlu ada nilai standar yang ditetapkan pada setiap
pertemuan. Nilai stantar yang selanjutnya menjadi dasar untuk menilai tuntas atau
tidaknya proses belajar yang dikembangan setiap guru pada pertemuan.
Penilaian formatif pada pembelajaran menulis, terkadang diabaikan atau tidak
dilakukan pada akhir proses. Sesuai fakta, banyak guru yang tidak melakukannya
pada setiap pertemuan. Guru merasa kesulitan apalagi waktu disediakan sesuai
kurikulum terbatas sehingga selalu menggantinya dengan penugasan. Tugas itu
dikerjakan di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya untuk dinilai
oleh guru. Pertanyaan kemudian apakah nilai itu nilai tugas atau nilai formatif.
Tentu ditinjau dari pelaksanaannya dikategorikan sebagai nilai tugas. Hal itu
menunjukkan bahawa penilaian formatif tidak dilakukan. Dampak dari situasi itu
40
membuat peserta didik menjadi kurnag termotivasi dan bergairah dalam belajar
menulis.
Cara yang efektif untuk melakukan penilaian formatif pada pembelajaran
menulis adalah mengintegrasikannya dalam proses, yaitu menjadi hasil latihan
sebagai bahan penilaian. Langkah-langkah penerapannya menurut Abo (2016:
176) adalah (1) guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai,
(2) mendeskripsikan secara umum bahan yang akan dipelajari, (3) memberi
petunjuk tentang cara menulis, dan (4) mengarahkan peserta didik untuk latihan
menulis. Tulisan yang dihasilkan dari latihan itu diepriksa dan hasilnya dijadikan
sebagai bahan penilaian formatif. Cara ini tidak hanya sekedar untuk memenuhi
kewajiban melakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, tetapi menjadi
motivasi bagi peserta didik untuk melakukan latihan menulis secara terus-
menerus. Makin sering berlatih menulis dan tekun membaca buku, makin
meningkat keterampilan menulis yang dimiliki peserta didik.
2.4.2 Penilaian Sumatif
Suatu penilaian yang ditetapkan oleh kurikulum untuk mengukur
keberhasilan dan kualotas program pembelajaran dalam jangka waktu tertentu
merupakan penilain sumatif (Abo, 2016: 176). Ada kurikulum yang
mengggunakan sistem caturwulan berarti setiap akhir caturwulan, sekolah
melaksanakan penilaian sumatif. Bagi kurikulum yang menggunakan sistem
semester, sekolah melaksanakan penilaian sumatif pada setiap akhir semester.
Disck dan Carey menjelaskan penilaian sumatif sebagai “studies and the
collection of fdata to verity the effectiveness of instrukction materials with target
leaners” (dalam Abo, 2016: 177). Penilaian sumatif sebagai suatu cara untuk
41
menlai hasil belajar dalam satu program dan nilainnya menjadi data yang akan
dilalprkan kepada orangtua peserta didik.
Penilaian sumatif dilaksanakan dengan maksud untuk menetukan hasil dari
objek yang telah dikembangkan. Hasil penilaian sumatif ini menjadi bahasn untuk
menentukan keputusan apakah sesuatu yang dinilai itu perlu dilanjutkan karena
dinilai efektif atau dihentikan karena dinilai tidak efektif (Suparman dalam Abo,
2016: 177). Pengertian ini bersifat umum dan jika diterjemahkan dalam
pembelajaran akan mengalami bergeseran makna, yaitu terkait dengan efektif dan
tidaknya pembelajaran yang dikembangkan. Jika hasil sumatif menunjukkan
tercapai sesuai tujuan, maka program pembelaaran yang dikembangkan
dinyatakan berhasil dan dapat ditingkatkan lebih baik lagi. Akan tetapi, jika nilai
yang dicapai kurang atau tidak mencapai standar yang ditetapkan, maka program
pembelajaran direvisi sesuai kebutuhan.
Mc Millan menjelaskan penilaian sumatif, yaitu “conducted mainly to
monitor and record student achievement, and is used for school accountability”
(dalam Abo, 2016: 177). Penilaian sumatif adalah cara untuk memonitor
penampilan terutama menilai atau menguji kegiatan belajar peserta didik, apakah
peseera didik mempelajari ulang bahan pelajaran yang dipelajari sebelumnya atau
tidak sebagai bahan pertanggungawaban sekolah. Penilaian sumatif berfungsi
sebagai satu cara untuk menguji kemampuan belajar peserta didik pada skala lebih
besar dan menjadi motivasi ekstriksik bagi peseta didik untuk lebih meningkat
lagi. Dengan penilaian sumatif, guru dapat menilai peserta didiknya apakah sering
mempelajari kembali bahan atau materu yang dipelajari sebelumnta atau tidak
mengulangi sehingga lupa. Akibat pentingnya penilaian sumatif ini, maka Dick
42
dan Carey membuat model desain pembelajaran yang dikembangkannya sampai
pada tahap penilaian sumatif.
Menurut Abo (2016: 178) penilaian sumatif memiliki karakteristik yang
berbeda dengan evaluasi formatif. Perbedaannya dapat dicermati pada tabel
berikut:
Tabel 2.8 Karakteristik Penilaian Formatif dan Sumatif
Karakteristik Formatif Sumatif
Maksud dan tujuan Menjadi umpan balik untuk memperbaiki pembelajaran
Menjadi dokumen hasil belajar peserta didik pada aspek pembelajaran
Tingkah laku Dapat diamati selama pembelajaran
Dapat dilihat setelah pembelajarana
Keterlibatan peserta didik Lebih banyak memiliki kepercayaaan dan harapan mengenai sesuatu
Tidak memiliki semangat
Motivasi peserta didik Instrinsik, terjadi secara langsung
Ekstrinsik, berorientasi perlakuan
Peran guru Hasil koreksi pembelajaran menajdi umpan balik
Mengukur hasil belajar peserta didik pada setiap tingkat
Penekanan pada level pengetahuan
Pengertian yang dalam, aplikasi, mengambil keputusan melalui pemikiran yang logis
Pengetahuan yang komprehensif
Level formal Secara khusus sangat menghargai individu
Secara umum berorientasi group
Struktur Fleksibel dan adaptable Tidak dapat distruktur secara khusus
Teknik penilaian Informal Formal Efek belajar Kuat, positif, dan jangka
waktunya lama Lemah dan cepat
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, maka sesuai fakta, evaluasi
sumatif pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang di dalamnya termasuk aspek
keterampilan menulis adalah berbentuk tes pilihan ganda. Cara seperti ini kurang
tepat untuk menilai kemampuan menulis peserta didik dalam menulis.
43
Cara efektif untuk menilai kemampuan menulis peserta didik adalah dengan
menilai karya semester yang ditugaskan. Cara ini dinilai efektif karena memiliki
dua keunggulan, yaitu (1) memacu peserta didik untuk melatih kemampuannya
membuat karya tulis dan (2) mendorong perserta didik untuk tekun berlatih
menulis secara terus-menerus (Abo, 2016: 179). Karya tulis yang dibuat dalam
waktu satu semester menjadi sarana latihan peserta didik dalam menulis karya
tulis. Hasil karya tulis ini menjadi bukti autentik untuk menilai kemampuan
peserta didik dalam menulis. Sangat keliru kalau ada guru yang menilai karena
menulis sebagai keterampilan berpikir yang dinilai melalui karya yang dibuatnya.
Top Related