14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
Secara umum untuk meningkatkan mutu
pendidikan, harus membutuhkan strategi. Dalam dunia
pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or
series of activities designed to achieves particular
educational goal (David dalam Sanjaya, 2006). Ini
berarti starategi digunakan untuk memperoleh
kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Jadi dengan demikian strategi dalam dunia pendidikan
dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Akdon (2007) menjelaskan untuk mendapatkan
strategi yang tepat, lembaga pendidikan memerlukan
pengenalan dan penguasaan terhadap berbagai
informasi lingkungan strategisnya. Karena itu lembaga
pendidikan perlu melakukan analisis dengan cermat
terhadap lingkungan strategisnya. Selain itu analisis
lingkungan tersebut juga dimaksudkan untuk
memberikan informasi yang bisa dijadikan sebagai
15
dasar untuk mengambil langkah-langkah dalam jangka
panjang.
Untuk dapat mencapai suatu pembelajaran yang
efektif baik dan bermutu maka sebagai tenaga pendidik
juga memerlukan strategi pembelajaran.
1. Strategi Pembelajaran
Demikian dengan pembelajaran, pelaksanaan
proses pengajaran memerlukan strategi atau kiat
tertentu.
David dalam Sanjaya (2006) menyebutkan bahwa
dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, strategi pada dasarnya masih
bersikap konseptual tentang keputusan - keputusan
yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. Untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
Dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan
untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, metode dalam rangkaian system
pembelajaran memegang peranan yang sangat penting.
Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran
sangat tergantung pada cara guru menggunakan
metode pembelajaran hanya mungkin dapat
16
diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran.
Killen dalam Sanjaya (2006) mengatakan “No
Teaching strategy is better than others in all
circumtances, so you have to be able to use a variety of
teaching strategies, and make rational decisions about
when each of the teaching strategies is likely to most
effective”. Hal ini jelas bahwa guru harus mampu
memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan
siswa. dalam penggunaan strategi pembelajaran adalah
bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok
digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua
keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi,
khususnya teknologi informasi, sangat berpengaruh
terhadap penyusunan dan implementasi strategi
pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru
dapat menggunakan media sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media
komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan
mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga
bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik. Ini
berarti guru dapat menyusun strategi pembelajaran
dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber
belajar.
17
Dengan penjelasan diatas maka dapat dikatakan
strategi pembelajaran adalah kegiatan atau prosedur
pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa
yang berinteraksi dengan komponen-komponen
pembelajaran baik situasi dan model belajar untuk
memperoleh hasil belajar siswa dan memanfaatkan
media dan sumber belajar dalam proses belajar.
2. Faktor-faktor Dalam Proses Pembelajaran
Dalam mencapai hasil belajar siswa ditentukan oleh
proses pembelajaran. Sanjaya 2006 : 141 menjelaskan
keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya :
a. Guru
Dalam proses pembelajaran dalam kelas, guru
merupakan ujung tombak yang sangat menentukan
keberhasilan penerapan proses pembelajaran,
Karena guru merupakan orang yang berhadapan
langsung dengan siswa. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
dipandang dari sudut guru yaitu kemampuan guru,
sikap profesionalitas guru. Latar belakang
pendidikan guru dan pengalaman mengajar.
i. Kemampuan Guru
Kemampuan guru merupakan faktor
pertama yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran misalnya guru dituntut untuk
18
mampu merancang desain pembelajaran yang
tepat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai,
kemampuan memanfaatkan media dan sumber
belajar serta kemampuan menentukan evaluasi
yang tepat untuk mengukur keberhasilan proses
pembelajaran. Indriana, 2011: 47 menambahkan
tugas guru adalah sebagai desainer pembelajaran
yang mampu merancang sebuah pembelajaran
yang baik, termasuk di dalamnya merancang
media pembelajaran. Disinilah peran guru
sebagai kreator yaitu menciptakan media yang
tepat, efisien dan menyenangkan bagi siswa. Ini
berarti guru memiliki peran yang penting dalam
menciptakan kondisi belajar yang harus efektif
dan menyenangkan guna keberhasilan
pembelajaran.
ii. Sikap Profesional
Sikap professional guru berhubungan
dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan
tugas mengajarnya. Guru yang professional
selamanya akan berusaha untuk mencapai hasil
yang optimal. Ia tidak akan merasa puas dengan
hasil yang akan dicapai. Oleh karenanya ia akan
selalu belajar untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya. Misalnya dengan melacak
berbagai sumber belajar melalui kegiatan
19
membaca, mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah
seperti seminar, diskusi, simposium dan
sebagainya. Serta melacak informasi dengan
memanfaatkan hasil-hasil teknologi seperti
televisi, radio, komputer sampai kepada internet.
Pembelajaran tidak akan berhasil
diimplementasikan oleh guru yang memiliki
motivasi yang rendah.
iii. Latar belakang Pendidikan dan mengajar Guru.
Latar belakang pendidikan dan pengalaman
mengajar guru akan sangat berpengaruh
terhadap implementasi pembelajaran. Dengan
latar belakang pendidikan yang tinggi,
memungkinkan guru memiliki pandangan dan
wawasan yang luas terhadap variabel-variabel
pembelajaran seperti pemahaman tentang
berbagai model dan metode pembelajaran.
Dengan demikian guru tersebut akan mendesain
proses pembelajaran yang mendorong siswa aktif
dan kreatif dan proses pengalaman belajar-
mengajar.
Dengan demikian, tugas guru adalah sebagai
desainer pembelajaran yang mampu merancang
sebuah pembelajaran yang baik, termasuk di
dalamnya merancang media pembelajaran. Disinilah
peran guru sebagai kreator yaitu menciptakan media
yang tepat, efisien dan menyenangkan bagi siswa.
20
Ini berarti guru memiliki peran yang penting dalam
menciptakan kondisi belajar yang harus efektif dan
menyenangkan guna keberhasilan pembelajaran
b. Sarana dan Prasarana Belajar
Keberhasilan implementasi penerapan
pembelajaran juga dipengaruhi oleh ketersediaan
sarana belajar. Sarana adalah segala secara
langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran
misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran,
perlengkapan sekolah dan lain sebagainya;
sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
secara tidak langsung mendukung keberhasilan
proses pembelajaran, misalnya jalan menuju
sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain
sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana
akan membantu guru dalam proses
penyelenggaraan proses pembelajaran; dengan
demikian sarana dan prasarana merupakan
komponen penting yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Terdapat beberapa keuntungan bagi
sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan
prasarana. Pertama, kelengkapan sarana dan
prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi
guru mengajar. Ketersediaan sarana yang lengkap,
memungkinkan guru memiliki berbagai pilihan yang
dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi
mengajarnya. Kedua, kelengkapan sarana dan
21
prasrana dapat memberikan berbagai pilihan pada
siswa untuk belajar. Kelengkapan sarana dan
prasarana akan memudahkan siswa menentukan
pilihan dalam belajar. Yang termasuk ketersediaan
sarana itu meliputi ruang kelas dan setting tempat
duduk siswa, media dan sumber belajar.
i. Ruang Kelas
Kondisi ruang kelas merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan pembelajaran.
Demikian juga halnya dengan penataan kelas.
ii. Media dan Sumber Belajar
Keberhasilan pembelajaran akan sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemanfaatan
media dan sumber belajar. Woolfolk dan Nicolich
menyebutkan disamping itu buku pelajaran,
buku bacaan, dan laboratorium sekolah juga
tersedia semakin baik. Guru berperan dalam
memanfaatkan media dan sumber belajar
tersebut. Guru dapat membuat program
pembelajaran dengan memanfaatkan media dan
sumber belajar di luar sekolah. Pemanfaatan
tersebut bermaksud meningkatkan kegiatan
belajar, sehingga mutu hasil belajar semakin
meningkat.
Ada juga yang mengatakan bahwa media
pengajaran juga sangat mempengaruhi proses
pembelajaran seperti yang dikemukan oleh
22
Indriana, 2011:47 menyebutkan media berfungsi
mengarahkan siswa untuk memperoleh berbagai
pengalaman belajar. Pengalaman belajar atau
learning experience tergantung antara interaksi
siswa dan media. Media yang tepat dan sesuai
dengan tujuan belajar akan mampu
meningkatkan pengalaman belajar sehingga anak
didik bisa mempertinggi hasil belajar.
iii. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar merupakan faktor lain
yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran. Ada dua hal yang termasuk ke
dalam faktor lingkungan belajar, yaitu
lingkungan fisik dan lingkungan psikologis.
Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi
sekolah, begitupun keadaan dan jumlah guru.
Sedangkan lingkungan psikologis adalah iklim
sosial yang ada di lingkungan itu. Kemudian
juga dilihat dari aspek lingkungan ada dua
faktor yang dapat mempengaruhi faktor
pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan
faktor iklim sosial-psikologis. faktor organisasi
kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa
dalam satu kelas merupakan aspek penting yang
dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
23
Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas
memiliki kecenderungan waktu belajar yang
sempit, kelompok belajar terlalu besar sehingga
semakin banyak siswa yang enggan untuk
berpartisipasi aktif, dan kepuasan belajar setiap
siswa menurun karena akan mendapatkan
perhatian yang terbatas dari guru.
c. Siswa
Siswa juga menentukan terjadi atau tidak terjadi
pembelajaran. Sebab siswa adalah organisme yang
unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannnya. Perkembangan anak adalah
perkembangan seluruh aspek kepribadiannya,
akan tetapi tempo dan irama perkembangan
masing-masing anak pada setiap aspek tidak
selalu sama. Proses pembelajaran dapat
dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak
sama tersebut, disamping karakteristik lain yang
melekat pada diri anak. Pengaruh tersebut dilihat
dari beberapa aspek meliputi aspek latar belakang
siswa, kemampuan dasar siswa, pengetahuan dan
sikap siswa. Perbedaan-perbedaan tersebut
menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam
penempatan atau pengelompokan siswa maupun
dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya
belajar. Bagaimanapun, faktor siswa dan guru
24
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
interaksi pembelajaran.
Sanjaya, 2006 : 133 menyebutkan dalam standar
proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk
membelajarkan siswa. Artinya, sistem
pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Dengan kata lain pembelajaran ditekankan
atau berorientasi pada aktivitas siswa. Hal ini juga
diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Hal ini menunjukan
bahwa mengajar yang didesain guru harus
berorientasi pada aktifitas siswa.
Dengan demikian dikatakan bahwa, terjadinya
proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Hal inilah yang mengakibatkan proses
terjadinya belajar-mengajar.
25
3. Standar Proses Menurut Standar Nasional
Pendidikan.
Standar Proses adalah Standar Nasional Pendidikan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada
satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
Undang-undang Dasar mengatakan bahwa
pemerintah menyusun dan menyelenggarakan suatu
sistem pendidikan nasional yang dewasa ini telah
dirumuskan di dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2003. Sebagai suatu sistem tentunya diperlukan suatu
patokan atau ukuran sampai dimana sistem tersebut
berhasil atau tidak. Dengan kata lain, performance
lembaga pendidikan haruslah mempunyai indikator-
indikator keberhasilan atau kegagalan. Lahirnya PP No.
19 Tahun 2005 sebagai penjabaran dari UU No. 20
Tahun 2003 mengupayakan adanya standar nasional.
Ini merupakan kriteria minimal tentang sistem
pendidikan.
Tilaar (2006) menjelaskan standar adalah patokan.
Sewaktu-waktu tingkat pencapaian standar tersebut
perlu diketahui sampai dimana efektifitasnya, karena
merupakan salah satu item dari sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Yang dimaksud dengan standar tersebut
menurut peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
antara lain dapat dijelaskan dalam standar proses.
26
Mulyasana (2011:155) menjelaskan setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil
belajar.
Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan
dengan mengembangkan budaya membaca dan
menulis, serta dilaksanakan dengan memperhatikan
jumlah maksimal per pendidik, rasio maksimal buku
teks pelajaran setiap peserta didik dan rasio maksimal
jumlah peserta didik setiap pendidik.
Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah menggunakan
berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi
dasar yang harus dikuasai. Teknik penilaian tersebut
dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik dan
penugasan perseorangan atau kelompok.
Untuk mata pelajaran selain kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian
27
observasi secara individual sekurang-kurangnya
dilaksanakan satu kali dalam semester.
Pengawasan proses pembelajaran meliputi
pemantauan, supervise, evaluasi, pelaporan dan
pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.
Standar perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.
Penetapan standar proses pendidikan merupakan
kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk
pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan.
Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan
atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana
seharusnya proses pembelajaran berlangsung.
Pencapaian standar proses untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis
setiap komponen yang dapat membentuk dan
mempengaruhi proses pembelajaran.
4. Pendidikan Agama Kristen (PAK)
a. Pengertian Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Darmningtyas (2004) Pendidikan Agama
Kristen adalah suatu usaha pendidikan. Oleh
karena itu, ia merupakan usaha sadar,
sistematis dan berkesinambungan, apapun
28
bentuknya. Pendidikan Agama Kristen (PAK) juga
merupakan pendidikan khusus yakni dalam
dimensi religius manusia. Secara khusus
Pendidikan Agama Kristen (PAK) menunjuk
kepada persekutuan iman yang melakukan tugas
pendidikan agamawi, yakni persekutuan iman.
Homrighausen (1985) berpendapat bahwa
Pendidikan Agama Kristen (PAK) bukan saja
diberikan oleh Gereja di dalam lingkungannya
sendiri, tetapi juga diluar lingkungannya, yakni
di dalam sekolah umum dan sekolah Kristen.
Dengan pengertian di atas dapat dikatakan
Pendidikan Agama Kristen merupakan
pendidikan iman bukan saja diberikan oleh
Gereja tetapi juga diberikan untuk anak didik
agar bertumbuh dalam iman dalam konteks
hidupnya sehari-hari dengan sesama dan
lingkungan.
Nuhamara (2007) mengatakan bahwa,
dasar filosofis kehadiran pendidikan dalam
konteks sekolah mempunyai signifikansi dalam
rangka pencapaian tujuan Pendidikan Nasional.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
adalah tempat yang tepat untuk mewujudkan
tujuan Pendidikan Nasional dan juga sekaligus
tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK). Konteks
dan setting Pendidikan Agama Kristen (PAK)
29
disekolah mendapatkan peranan yang sangat
penting, karena melalui proses belajar mengajar
di sekolah peserta didik dapat menjadi pribadi
yang utuh seperti tertuang dalam tujuan
Pendidikan Nasional. Untuk tugas yang mulia ini
Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang diajarkan
disekolah harus memiliki suatu strategi yang
mantap untuk pencapaian tujuan nasional.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan dari
tugas yang mulia ini adalah melalui proses
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) di
sekolah.
b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen
(PAK)
Mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen
(PAK) berfungsi untuk hal-hal sebagai berikut :
Memperkenalkan Allah dan karya-karya-Nya
agar siswa bertumbuh iman percayanya dan
meneladani Allah dalam hidupnya, Menanamkan
pemahaman tentang Allah dan karya-Nya
kepada siswa, sehingga mampu memahami,
menghayati, dan mengamalkannya.
Adapun tujuan PAK yakni : Menghasilkan
manusia yang dapat memahami kasih Allah di
dalam Yesus Kristus, serta mengasihi Allah dan
sesama, menghasilkan manusia Indonesia yang
mampu menghayati imannya secara
30
bertanggungjawab serta berakhlak mulia dalam
masyarakat majemuk.
Hal ini menandakan bahwa pada dasarnya
fungsi Pendidikan Agama Kristen (PAK)
dimaksudkan untuk menyampaikan kabar baik
(euangelion berarti injil) yang disajikan dalam
dua aspek, yaitu aspek Allah Tritunggal dan
Karya-Nya, dan aspek Nilai-nilai kristiani. Secara
holistik, pengembangan kompetensi inti dan
kompetensi dasar PAK pada pendidikan dasar
dan menengah mengacu pada dogma tentang
Allah dan karya-Nya. Pemahaman terhadap
Allah dan karya-Nya harus tampak dalam nilai-
nilai kristiani yang dapat dilihat dalam
keseharian siswa.
c. Hakikat Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Hakikat Pendidikan Agama Kristen seperti
yang tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi
PAK di Indonesia tahun 1999 adalah: "Usaha
yang dilakukan secara terencana dan
berkelanjutan dalam rangka mengembangkan
kemampuan siswa agar dengan pertolongan Roh
Kudus dapat memahami dan menghayati kasih
Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang
dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari,
terhadap sesama dan lingkungan hidupnya".
Dengan demikian, setiap orang yang terlibat
31
dalam proses pembelajaran PAK memiliki
panggilan untuk mewujudkan tanda-tanda
Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun
sebagai bagian dari komunitas.
5. Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
(PAK)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menyatakan
mutu adalah (ukuran) baik buruk suatu benda: Taraf
atau derajat (kepandaian, kecerdasan dan sebagainya)
kualitas.
Cosby mutu adalah sesuai yang disyaratkan atau
distandarkan (conformance to requirement).
Carvin, sebagaimana dikutip oleh Nasution (2004)
adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan
tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau harapan
pelanggan pada suatu produk selalu berubah, sehingga
kualitas produk juga harus berubah dan disesuaikan.
Dengan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa mutu itu adalah suatu kondisi yang
diisyaratkan atau sesuai standar berhubungan dengan
kualitas terhadap suatu produk tertentu.
Terkait dengan pengertian mutu di atas, ketika
mutu itu diimplikasikan ke dunia pendidikan dalam hal
ini berhubungan dengan pembelajaran maka lebih
tertuju kepada sesuatu keadaan yang baik dalam
32
upaya membelajarkan siswa. Membicarakan mutu
pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana
kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini
berjalan dengan baik serta menghasilkan keluaran
yang baik pula.
Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan
baik dan hasilnya dapat diandalkan, maka perbaikan
pengajaran diarahkan pada pengelolaan proses
pembelajaran baik itu tujuan, materi pelajaran, metode
atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi. Lebih
dari itu bagaimana peran strategi pembelajaran yang
dikembangkan disekolah menghasilkan keluaran
pendidikan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Suryosubroto (2004:53) menambahkan tentang
pengelolaan proses pembelajaran dalam mengatur atau
mengelola (manajemen) proses pembelajaran sebagai
berikut.
a. Manajemen sebelum proses belajar mengajar yang
termasuk dalam kegiatan inti antara lain :
i. Mengatur pembagian tugas mengajar
ii. Menyusun jadwal pelajaran
iii. Menyusun program pembelajaran baik program
per semester maupun program tahunan
iv. Menyusun atau membuat persiapan mengajar
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
sekolah, misalnya berdasarkan Prosedur
Pengembangan Instruksional (PPS) atau
33
mungkin juga berdasar Pendekatan
Keterampilan Proses (PMR) seperti yang
dikehendaki oleh kurikulum 1984.
b. Manajemen Selama Proses Pembelajaran
Kegiatan ini akan meliputi antara lain :
i. Mengisi daftar kemajuan kelas
Daftar ini sering disebut daftar kemajuan
kelas karena menggambarkan sejauh mana
sesuatu kelas mempelajari materi pelajaran
sebagaimana yang terprogram dalam GBPP
ii. Mengelola Organisasi Kelas
Yang dimaksud dengan pengelolaan disini
ialah bagaimana guru mengatur siswa dalam
PBM agar tujuan instruksionalnya tercapai
secara efektif serta efisien. Realisasinya akan
berupa penggunaan metode atau taktik, strategi
pengajaran.
Dengan demikian akan menyangkut pula
masalah pengaturan fisik fasilitas belajar di
dalam kelas seperti tempat duduk siswa, buku-
buku pelajaran dan alat-alat belajar lainnya.
iii. Menyelenggarakan evaluasi hasil belajar
Disini juga disebutkan tugas utama guru
adalah : menyusun soal, mengawasi evaluasi,
memeriksa hasil tes, membuat dokumentasi
nilai dalam buku nilai (daftar nilai).
34
Sedangkan tugas dari pihak administrasi
adalah : Menggandakan soal dan Membuat
dokumentasi nilai dari buku nilai sekolah.
c. Manajemen sesudah selesai PBM
Beberapa kegiatan administrasi yang dikerjakan
adalah:
i. Menyusun laporan hasil pendidikan
ii. Kegiatan pencatatan yang berhubungan
dengan masalah perbaikan proses belajar
mengajar (remedial teaching)
Jadi mutu pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
itu adalah bagaimana seorang pengajar atau guru
Pendidikan Agama Kristen mengelola proses
pembelajaran sesuai dengan standar yang diisyaratkan
sehingga mampu menciptakan produk pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen yang berkualitas atau baik.
6. Strategi meningkatkan Mutu Pembelajaran
Dengan berbagai penjelasan dari strategi, faktor-
faktor dalam pembelajaran sampai dengan aspek
peningkatan mutu pembelajaran maka Mulyasana
(2011:79) menjelaskan untuk meningkatkan strategi
pembelajaran, perlu dilakukan langkah-langkah
berikut.
a. Ciptakan suasana kelas yang mendorong para
peserta didik merasa dirinya penting, berharga
memiliki bakat dan kemampuan.
35
b. Kuasai peserta didik dengan pendekatan kecintaan,
perhatian dan kasih sayang. Jangan menguasai
mereka dengan ancaman dan kekerasan.
c. Dekati peserta didik dengan teladan, Posititive
thinking dan dengan bahasa yang mudah dipahami
serta dengan cara yang mudah dipahami serta
dengan cara menciptakan iklim belajar yang
menyenangkan.
d. Selalu belajar dari kesalahan dan kegagalan dalam
proses pembelajaran, serta tidak melakukan
sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang yang telah
gagal dalam mendidik.
e. Menghargai sekecil apapun pandangan, pendapat
dan kreativitas peserta didik.
f. Guru memiliki keteladanan dan professional yang
memadai (tidak sekedar menjual jasa, ilmu dan
keterampilan semata tapi memberikan jaminan
kepercayaan).
g. Guru menciptakan iklim kelas yang terbuka,
demokratis dan manusiawi, karena pendidikan pada
hakikatnya adalah proses pemanusian manusia
secara manusiawi.
h. Guru selalu bertindak sebagai pelayan belajar yang
bertugas membantu kesulitan belajar peserta didik,
serta tidak bertindak sebagai penguasa kelas.
36
Hal diatas menunjukan bahwa ada hal-hal yang
perlu dilakukan dalam langkah peningkatan mutu
dengan mengikuti langkah-langkah di atas.
Syafaruddin dkk, 2005:152 menambahkan jadi
setiap guru sebagai manajer dalam proses pembelajaran
harus memperhatikan upaya peningkatan kualitas
belajar secara berkelanjutan. Bagaimanapun, tanpa
adanya upaya kreatif dan inovatif dari guru terhadap
pembelajaran di setiap sekolah secara terencana dan
terarah, maka tidak mungkin akan dicapai
pembelajaran yang efektif. Karena itu peningkatan
kualitas pengajaran merupakan konsekuensi yang
harus dilaksanakan di sekolah.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Terkait dengan penelitian ini, ditemukan penelitian
yang relevan sebagai berikut :
1. Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Dalam Penelitian, metode ini adalah membahas
metode yang efektif dalam meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran dengan mempelajari
pendekatan, metode, dan teknik yang diterapkan
oleh Yesus dalam mempersiapkan dan membangun
iman para pengikut-Nya sehingga mereka memiliki
kreativitas dan memenuhi tanggung jawab sebagai
manusia ciptaan-Nya. Setelah melalui kajian kritis,
37
metode perumpamaan “Kerajaan Allah” yang digali
dari Kitab Suci dapat dijadikan pilihan yang kreatif
untuk menumbuhkan keterampilan berpikir siswa.
Penggunaaan metode perumpamaan dapat
mendorong siswa berpikir dan menemukan
beberapa konsep berdasarkan pengalaman mereka
dan esensi konsep berpikir.
C. KERANGKA BERPIKIR
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses
penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika
kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus
dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita
semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan
agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang
harus dicapai akan menentukan bagaimana cara
mencapainya.
Dalam proses pembelajaran pada setiap ranah
pendidikan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam hal ini
guru, sarana pembelajaran dan siswa. Faktor-faktor
inilah yang mengakibatkan pembelajaran itu terjadi di
kelas. Demikian dengan dalam mengajar Pendidikan
Agama Kristen, pada akhirnya faktor-faktor baik guru
dan sarana pembelajaran sangat membantu peserta
38
didik memperoleh pengertian, pemahaman dan
pengetahuan religius.
Pendidikan Agama Kristen bukan saja diberikan
oleh Gereja di dalam lingkungannya sendiri, tetapi juga
di luar lingkungannya, yakni di dalam sekolah pada
umumnya. Pendidikan Agama Kristen ini mulai dari
usia dini sampai dengan usia lanjut atau dari tingkat
Pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi,
supaya mengenal ajaran-ajaran agama Kristen dan
mempraktekkan dalam keseharian hidup mereka. Hal
ini dimaksudkan agar dengan Pendidikan Agama
Kristen di Sekolah, siswa memiliki perilaku Kristen
yang benar dan menyadari diri sebagai bagian dari
tubuh Kristus. Terkait dengan itu, Jadi sudah
seharusnyalah Pendidikan Agama Kristen di dalam
lembaga persekolahan dikembangkan guna
membimbing, mendidik dan mengajar para peserta
didik.
Terkait dengan pentingnya Pendidikan Agama
Kristen bagi para siswa maka, sekolah memiliki
kepentingan guna meningkatkan mutu pembelajaran
pada setiap jenjang pendidikan agar peran, hakikat,
fungsi dan tujuan pendidikan agama Kristen dapat
tercapai bagi para siswa maupun dalam
mengembangkan potensinya di tengah keluarga dan
masyarakat.
39
Tanggung jawab sekolah dalam meningkatan mutu
pembelajaran merupakan tanggung jawab yang perlu
dianalisa sebaik-baiknya dengan menganalisa faktor-
faktor yang mempengaruhi pembelajaran baik itu guru,
sarana pembelajaran dan siswa.
Dalam hal ini disadari bahwa, yang menjadi
tanggung jawab penuh dalam peningkatan mutu
pembelajaran adalah guru. Karena guru merupakan
ujung tombak terciptanya pembelajaran dan sebagai
desainer pembelajaran. Ini bukan tugas yang mudah
dengan mempertimbangkan kualifikasi pendidikan
tertentu tetapi diharapkan bagaimana seorang guru
dapat mampu menyusun desain untuk memicu siswa
dalam keberhasilan pembelajaran dan melahirkan
keluaran pelajar yang bisa dipakai di dalam era
perkembangan dunia. Inilah yang disebut dengan
tanggung jawab guru dalam menciptakan mutu
pembelajaran.
Mutu merupakan sesuatu yang menjadi tolak ukur
baik atau tidaknya sesuatu yang akan dihasilkan.
Terkait dengan mutu pembelajaran di sekolah maka
berorientasi pada standar proses pendidikan. Dalam
penerapan peningkatan mutu pembelajaran yang harus
diperhatikan adalah penggunaan strategi pembelajaran.
Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran
adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok
digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua
40
keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-
sendiri. Guru harus mampu memilih strategi yang
cocok dengan keadaan.
Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan,
guru merupakan pemegang peran yang amat sentral.
Guru adalah jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan
peran aktif guru, kebijakan pembaharuan pendidikan
secanggih apapun tetap akan sia-sia. Sebagus apapun
dan semoderen apapun sebuah kurikulum dan
perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa
guru yang mampu menciptakan pembelajaran yang
baik dan mampu meningkatan mutu pembelajaran
dengan mengacu pada kiat-kiat strategi peningkatan
pembelajaran, maka tidak akan membuahkan hasil
yang optimal. Artinya, pendidikan yang baik dan
unggul tetap akan bergantung pada kondisi mutu guru.
Jika guru bermutu maka akan menghasilkan
pembelajaran yang bermutu.
Demikian guru PAK, mereka ini adalah orang-orang
yang merasa diri terpanggil dengan tuntunan Roh
Kudus untuk mengajar dan telah dipersiapkan Dalam
hal ini, mengajar tentang Firman Allah di dalam Yesus
Kristus dan Roh Kudus sebagai Roh Pembaru dan
Penuntun kehidupan para peserta didik.
Jadi, menjadi seorang Guru PAK itu tidak mudah
dan menuntut banyak hal, baik itu aspek afektif,
kognitif maupun juga psikomotorik. Terkait dengan hal
41
ini, maka dalam proses pengajaran dan pembelajaran
dalam pendidikan agama Kristen harus bisa dilakukan
dengan sebaik-baiknya agar terciptanya mutu
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang baik.
Dengan demikian, melalui penulisan ini diharapkan
agar dalam melangsungkan proses belajar mengajar
terkhususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen perlu diusulkan rancangan model konseptual
berupa strategi hipotetik dan desain media
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dalam
meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen.
Top Related