5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Sari (2017) tentang Pengaruh Tax Amnesty, Pengetahuan
Perpajakan, dan Pelayanan Fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak. Menyatakan
bahwa Tax Amnesty dan Pengetahuan Perpajakan berpengaruh Positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Sedangkan Pelayanan Fiskus berpengaruh negatif
terhadap kepatuhan wajib pajak. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuisioner dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda menggunakan
program SPSS for windows.
Hasil penelitian Pramushinta & Siregar (2011) tentang Pengaruh Layanan
Fiskus dan Pelaksanaan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Upaya Peningkatan Pajak. Menyataan bahwa Pelayanan Fiskus berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak sedangkan sunset policy tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuisioner.Data dari kuisioner dianalisis menggunakan Structural Equiating
Model(SEM).
Hasil penelitian Winerungan (2013) tentang Sosialisasi Perpajakan,
Pelayanan Fiskus dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Menyakatakan bahwa Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi
Perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Data yang
6
digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer dan Data Skunder. Teknik
analisis yang digunakan oleh penelitian ini adalah menggunakan regresi berganda
dengan bantuan software SPSS.
Hasil penelitian Basit (2014) tentang Pengaruh Persepsi Kontrol Perilaku,
Pengetahuan Pajak, Persepsi Keadilan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Menyatakan bahwa Persepsi Kontrol Perilaku tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Sedangkan Pengetahuan Pajak dan Persepsi Keadilan
Pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Data yang
digunakan oleh penelitian ini adalah data primer berupa kuisioner. Teknik analisis
data yang digunakan adalah Structural Equiating Model(SEM).
Hasil penelitian Hardiningsih (2011) tentang Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak. Menyatakan bahwa Kesadaran
Membayar Pajak dan Kualitas Layanan berpengaruh positif terhadap kemauan
membayar pajak. Sedangkan Pengetahuan Pajak, Pemahaman Pajak, Persepsi
Efektifitas berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak. Data yang
digunakan untuk penelitian ini adalah data primer berupa kuisioner. Teknik
analisis data yang digunakan adalah
B. Tinjauan Pustaka
1. Teori Atribusi
Robbins & Judge (2008) Menyatakan bahwa Teori Hubungan (Atribution
theory) telah dikemukakan untuk mengembangkan penjelasan tentang cara-cara
kita menilai individu secara berbeda, bergantung pada arti yang kita hubungkan
dengan perilaku tertentu. Pada dasarnya, teori ini mengemukakan bahwa ketika
7
mengobservasi perilaku seorang individu, kita berupaya untuk menentukan
apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal. Perilaku yang
disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini dipengaruhi oleh kendali
pribadi seorang individu. Perilaku yang disebabkan secara eksternal dianggap
sebagai akibat dari sebab-sebab luar yaitu, individu tersebut dianggap telah
dipaksa berperilaku demikian oleh situasi.
Teori atribusi relevan menjelaskan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yang digunakan dalam model penelitian ini.
Kepatuhan wajib pajak dapat dikaitkan dengan sikap wajib pajak dalam membuat
penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seorang untuk membuat penilaian
mengenai orang lain sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal
orang lain tersebut. (Jatmiko, 2006)
2. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), berarti tunduk
dan patuh pada aturan. Menurut Keputusan Menteri No.544/KMK.04/2000, wajib
pajak patuh adalah sebagai berikut :
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam
dua tahun terakhir.
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
8
d. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal
terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada
pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling
banyak lima persen.
e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit
oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau
pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi
fiskal.
3. Sanksi Pajak
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada
orang yang melanggar peraturan. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa ada dua
macam sanksi, yaitu :
a. Sanksi administrasi, sanksi ini berupa sanksi administrasi denda, sanksi
administrasi bunga dan sanksi administrasi kenaikan.
b. Sanksi pidana, sanksi ini berupa sanksi pidana kurungan dan sanksi
pidana penjara.
Mardiasmo (2006) menyatakan bahwa Sanksi perpajakan merupakan
jaminan bahwa ketentuan perundang undangan perpajakan (norma perpajakan)
akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan
9
merupakan alat pencegahan (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma
perpajakan.
4. Pelayanan Fiskus
Kualitas layanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan
tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggung
jawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus. Pelayanan perpajakan
dibentuk oleh dimensi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Ketentuan
Perpajakan, dan sistem informasi perpajakan. Standar kualitas pelayanan prima
kepada wajib pajak akan terpenuhi bilamana SDM melakukan tugasnya secara
professional, disiplin, dan transparan. Pelayanan berkualitas yang diberikan
kepada wajib pajak antara lain:
Pertama, prosedur administrasi pajak dibuat sederhana agar mudah
dipahami oleh semua wajib pajak, pendaftaran NPWP, adanya sistem informasim
perpajakan dan sistem administrasi perpajakan, sehingga sistem ini pelayanan
prima kepada wajib pajak menjadi semakin nyata.
Kedua, petugas pajak atau Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam
skill, knowledge, dan experience dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi
pajak dan perundang-undangan perpajakan, pelayanan petugas bank tempat
pembayaran wajib melayani dan memberikan penjelasan terhadap wajib pajak
dengan ramah agar wajib pajak benar-benar paham sesuai yang diharapkan atau
diinginkan.
Ketiga, KPP memberikan kemudahan dalam pembayaran yang dilakukan
melalui e-Banking yang bisa dilakukan dimana saja, Penyampaian SPT melalui
10
drop box yang dapat dilakukan dimana saja, tidak harus di KPP tempat wajib
pajak terdaftar, disediakan sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-Filling. NPWP
yang dapat dilakukan secara online melalui e-Register dari website pajak.
Keempat, KPP memberikan perluasan tempat pelayanan terpadu (TPT),
dengan perluasan ini dapat meningkatkan pelayanan wajib pajak dengan
menetapkan suatu pelayanan yang terpadu untuk setiap KPP, sehingga dapat
memberikan pelayanan kepada wajib pajak tanpa harus mendatangi masing-
masing seksi (Hardiningsih, 2011)
5. Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang
wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pengetahuan akan peraturan perpajakan
masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal akan berdampak
positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Pengetahuan
peraturan perpajakan dalam sistem perpajakan yang baru, wajib pajak diberikan
kepercayaan untuk melaksanakan kegotong royongan nasional melalui sistem
menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan sendiri pajak yang
terutang.
Dengan adanya sistem ini diharapkan para wajib pajak tau akan fungsi
pembayaran pajak. Dan diharapkan sistem ini dapat terwujud keadilan. Yang
dimaksud adil disini wajib pajak menghitung dengan sesuai ketentuan perpajakan
dan pemerintah tau menggunakan semua ini sesuai kebutuhan guna untuk
membangun Negara (Hardiningsih, 2011)
11
C. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
a. Kesadaran Membayar Pajak
Kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban pajak akan meningkat
bilamana dalam masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak.
Meningkatnya pengetahuan perpajakan masyarakat melalui pendidikan
perpajakan baik formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap
kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Karakteristik wajib pajak yang
dicerminkan oleh kondisi budaya, sosial, dan ekonomi akan dominan membentuk
perilaku wajib pajak yang tergambar dalam tingkat kesadaran mereka dalam
membayar pajak (Hardiningsih, 2011)
b. Program Tax Amnesty
Tax Amnesty adalah suatu kesempatan waktu yang terbatas pada
kelompok pembayar pajak tertentu untuk membayar sejumlah tertentu dan dalam
waktu tertentu berupa pengampunan kewajiban pajak (termasuk bunga dan denda)
yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut
hukuman pidana (Ngadiman & Huslin, 2015).
c. Sosialisasi Perpajakan
Bentuk sosialisasi perpajakan bisa dilakukan dengan penyuluhan. Kegiatan
penyuluhan dan pelayanan pajak memegang peranan penting dalam upaya
memasyarakatkan pajak sebagai bagian dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kegiatan penyuluhan pajak memiliki andil besar dalam mensukseskan
sosialisasi pajak keseluruh wajib pajak. Berbagai media diharapkan mampu
12
menggugah kesadaran masyarakat untuk patuh terhadap pajak dan membawa
pesan moral terhadap pentingnya pajak bagi Negara (Winerungan, 2013).
d. Sunset Policy
Sunset Policy sebenarnya merupakan tax amnesty dengan tingkat yang
paling rendah. Tax amnesty adalah peluang dalam periode tertentu bagi wajib
pajak untuk membetulkan laporan pajaknya dan membayar jumlah tertentu demi
mendapatkan pengampunan berkaitan dengan kewajiban pajaknya (termasuk
bunga dan sanksi administrasi) di masa lalu atau masa tersebut dengan jaminan
bebas dari tuntutan pidana. Sunset policy hanya memberikan penghapusan atau
pengurangan sanksi administrasi. Sedangkan pokok utang pajaknya tetap harus
dilunasi. Pidana fiskal juga otomatis gugur jika wajib pajak melunasi pokok utang
pajak yang belum dilaporkan atau belum dibayarkan untuk tahun-tahun pajak
yang mendapat fasilitas Sunset Policy. Pemberian fasilitas ini juga dibatasi selama
satu tahun sejak undang-undang ini diberlakukan. (Suryarini & Anwar, 2010)
e. Persepsi Keadilan Sistem Pajak
Persepsi Keadilan Sistem Pajak adalah hasil kompromi yang disepakati
mengenai pajak masing-masing wajib pajak berdasarkan prinsip dasar perpajakan,
kekuatannya wajib wajib pajak prinsip, hukum perpajakan, juga kepercayaan
antara otoritas pajak dan wajib pajak. Oleh karena itu, sistem pajak yang adil
adalah sistem perpajakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan pembayar pajak
dan dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara sebagai dana
pembangunan. Ini juga didukung oleh beberapa penelitian yang menunjukkan
13
bukti empiris tentang pengaruh persepsi kewajaran sistem perpajakan terhadap
kepatuhan pajak pembayar pajak (Puspita, Subroto, & Baridwan, 2016).
f. Sanksi Pajak
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada
orang yang melanggar peraturan. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa ada dua
macam sanksi, yaitu :
1. Sanksi administrasi, sanksi ini berupa sanksi administrasi denda, sanksi
administrasi bunga dan sanksi administrasi kenaikan.
2. Sanksi pidana, sanksi ini berupa sanksi pidana kurungan dan sanksi pidana
penjara.
Dengan adanya sanksi perpajakan yang telah ditetapkan, akan
mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak agar lebih patuh melaksanakan
kewajiban perpajakannya.
g. Pelayanan Fiskus
Kualitas layanan adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat
dipertanggung jawabkan serta harus dilakukan secara terus menerus.
(Hardiningsih, 2011)
14
Pelayanan perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber daya
manusia (SDM), ketentuan perpajakan dan sistem informasi perpajakan. Dalam
kondisi wajib pajak merasa puas atas pelayanan yang diberikan kepadanya, maka
mereka akan cenderung melaksanakan kewajiban membayar pajak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. (Hardiningsih, 2011)
h. Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang
wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pengetahuan akan peraturan perpajakan
masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal akan berdampak
positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Pengetahuan
peraturan perpajakan dalam sistem perpajakan yang baru, wajib pajak diberikan
kepercayaan untuk melaksanakan kegotong royongan nasional melalui sistem
menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan sendiri pajak yang
terutang. (Hardiningsih, 2011)
D. Hubungan Sanksi Pajak, Pelayanan Fiskus, Pengetahuan Perpajakan
a. Hubungan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
Mardiasmo (2006) menyatakan sanksi perpajakan merupakan jaminan
bahwa ketentuan perundang undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan
alat pencegahan (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah
Indonesia memilih menerapkan self assesstment system dalam rangka pelaksanaan
15
pemungutan pajak. Jika sanksi pajak dipahami oleh wajib pajak tentang segala
konsekuensi pelanggaran perpajakannya, maka akan mempengaruhi kesadaran
wajib pajak untuk mentaati segala norma perpajakan yang berlaku. Hal tersebut
diharapkan membuat wajib sadar akan sanksi pajak yang telah ditetapkan dan
akan melaksanakan hak dan kewajiban sebagai wajib pajak. Dengan demikian,
sanksi pajak yang telah ditetapkan akan mempengaruhi wajib pajak untuk
mematuhi segala kewajiban perpajakannya.
b. Hubungan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak
Menurut Hardiningsih (2011) secara sederhana definisi kualitas adalah
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses,
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang
menginginkannya. Standar kualitas pelayanan prima kepada wajib pajak akan
terpenuhi bilamana SDM melakukan tugasnya secara professional, disiplin, dan
transparan. Pelayanan fiskus berperan penting dalam peningkatkan kepatuhan
wajib pajak. Jika pelayanan fiskus baik, maka akan mempermudah wajib pajak
untuk mendapatkan informasi tentang kewajiban perpajakannya. Dengan
pelayanan fiskus yang baik pula akan memberikan persepsi positif tentang
pelayanan yang diterima. Dalam kondisi wajib pajak merasa puas atas pelayanan
yang diberikan kepadanya, maka mereka akan cenderung akan melaksanakan
kewajiban pajak sesuai ketentuan yang berlaku. Hal tersebut didukung oleh
penelitian Hardiningsih (2011) yang menyatakan kesadaran wajib pajak dalam
membayar pajak akan meningkat bilamana dalam masyarakat muncul persepsi
positif terhadap pajak.
16
c. Hubungan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
Menurut Hardiningsih (2011) Pengetahuan pajak adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pengetahuan akan peraturan perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal
maupun non formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk
membayar pajak. Apabila wajib pajak memiliki pengetahuan perpajakan yang
cukup maka melaksanakan kewajiban perpajakan akan lebih mudah. Semakin
tinggi tingkat pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan akan
meningkatkan tingkat kesadaran dan akan melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Dengan pengetahuan perpajakan yang baik pula akan memiliki
persepsi yang baik terhadap sistem perpajakan dan peningkatan informasi tentang
hukum pajak dan peraturan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
E. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
a. Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan teori atribusi sanksi pajak merupakan penyebab eksternal
yang mempengaruhi persepsi wajib pajak dalam penilaian mengenai perilaku
kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakan. Menurut
Mardiasmo (2006) menyatakan sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa
ketentuan perundang undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan
alat pencegahan (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Hasil penelitian Ngadiman & Huslin (2015) menyatakan bahwa sanksi pajak
17
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, hal tersebut didukung oleh
penelitian Husnurrosyidah & Nuraini (2016) yang menyatakan bahwa sanksi
pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian
peneliti mengambil kesimpulan, jika wajib pajak memahami setiap konsekuensi
terhadap sanksi pajak yang telah ditetapkan maka akan mempengaruhi wajib
pajak untuk melaksanakan setiap kewajiban perpajakannya.
H1 : Sanksi Pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
b. Pengaruh Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan teori atribusi pelayanan fiskus merupakan penyebab eksternal
yang mempengaruhi persepsi wajib pajak dalam penilaian mengenai perilaku
kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakan. Menurut
Hardiningsih (2011) Pelayanan perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber
daya manusia (SDM), ketentuan perpajakan dan sistem informasi perpajakan.
Standar kualitas pelayanan prima kepada wajib pajak akan terpenuhi bilamana
SDM melakukan tugasnya secara professional, disiplin dan transparan. Hasil
penelitian Pramushinta & Siregar (2011) menyatakan bahwa pelayanan fiskus
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, hal tersebut didukung oleh
penelitian Cahyaputra & Toly (2013) yang menyatakan bahwa pelayanan fiskus
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian peneliti
mengambil kesimpulan dalam kondisi wajib pajak merasa puas atas pelayanan
yang diberikan kepadanya, maka mereka cenderung akan melaksanakan
kewajiban membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
18
H2 : Pelayanan Fiskus berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak.
c. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan tehadap Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan teori atribusi pengetahuan perpajakan merupakan penyebab
internal yang mempengaruhi persepsi wajib pajak dalam penilaian mengenai
perilaku kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Menurut Hardiningsih (2011) Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pengetahuan
akan peraturan perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non
formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar
pajak. Hasil penelitian Sari (2017) menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, hal tersebut didukung oleh
penelitian Basit (2014) yang menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian peneliti
mengambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan perpajakan
maka akan meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
H3 : Pengetahuan Perpajakan Berpengaruh Signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak
19
F. Kerangka Pemikiran Teoritis (Dalam Bentuk Bagan alur)
Gambar 2.1
Kepatuhan
Wajib Pajak (Y)
Sanksi Pajak
(X1)
Pelayanan
Fiskus (X2)
Pengetahuan
Perpajakan (X3)
Top Related