9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Pencemaran
2.1.1.1 Pencemaran Logam Berat
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk
asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal
pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-
bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai
sifat toksik (racun) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya
racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran
(Palar, 2008: 10).
Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses
yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Pada
awal digunakan logam sebagai alat, belum diketahui pengaruh pencemaran pada
lingkungan. Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang
bermacam-macam, hal ini dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu udara, tanah dan
air (Iyabu, 2008: 89).
Inswiasri, 2008 (dalam Petasule 2012: 8) menyatakan bahwa Merkuri atau
air raksa (Hg) muncul di lingkungan secara alamiah dan berada dalam beberapa
bentuk yang pada prinsipnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk utama yaitu:
1. Merkuri metal (Hg) merupakan logam berwama putih, berkilau dan pada
suhu kamar berada dalam bentuk cairan. Pada suhu kamar akan menguap
10
dan membentuk uap Merkuri yang tidak berwarna dan tidak berbau. Makin
tinggi suhu, makin banyak yang menguap. Banyak orang yang telah
menghirup Merkuri mengatakan bahwa terasa logam dimulutnya.
2. Senyawa Merkuri anorganik terjadi ketika Merkuri dikombinasikan dengan
elemen lain seperti klorin (Cl ), sulfur atau oksigen. Senyawa-senyawa ini
biasa disebut garam-garam Merkuri. Senyawa Merkuri anorganik berbentuk
bubuk putih atau kristal, kecuali Merkuri sulfida (HgS) yang biasa disebut
Chinabar adalah berwarna merah dan akan menjadi hitam setelah terkena
sinar matahari.
3. Senyawa Merkuri organik terjadi ketika Merkuri bertemu dengan karbon
atau organomerkuri. Banyak jenis organomerkuri, tetapi yang paling
popular adalah metilMerkuri (dikenal dengan monometilmercuri) CH3-Hg-
COOH. Pada waktu yang lampau, senyawa organoMerkuri yang dikenal
adalah fenilmerkuri yang digunakan dalam beberapa produk komersial.
Organomerkuri lainnya adalah dimetilMerkuri (CH3-Hg-CH3) yang juga
digunakan sebagai standar referensi tes kimia.
2.1.1.2 Pencemaran Logam Berat terhadap Perairan
Pencemaran air merupakan bagian dari pencemaran lingkungan. Dalam
undang-undang tahun 1997 telah ditetapkan bahwa pencemaran lingkungan
adalah masuknya/dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain
oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak berfungsi lagi dengan peruntukannya (Iyabu, 2008: 89).
11
Keberadaan logam-logam dalam badan perairan dapat berasal dari sumber-
sumber alamiah dan dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Sumber-sumber
logam alamiah yang masuk ke dalam badan perairan bisa berupa pengikisan dari
batu mineral yang banyak di sekitar perairan. Disamping itu, partikel-partikel
logam yang ada di udara, dikeluarkan oleh hujan, juga dapat menjadi sumber
logam di badan perairan. Adapun logam yang berasal dari aktivitas manusia dapat
berupa buangan sisa dari industri ataupun buangan rumah tangga (Palar, 2008:36).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi daya racun dari logam-logam berat
yang terlarut dalam badan perairan. Dari sekian banyak faktor yang menjadi
penentu dari daya racun yang ditimbulkan oleh logam-logam terlarut, ada 4 faktor
yang sangat penting. Faktor-faktor tersebuat menurut Palar, 2008: 37-38 adalah
sebagai berikut :
1. Bentuk logam dalam air
Apakah logam-logam tersebut berada dalam bentuk senyawa organik dan
senyawa anorganik. Selanjutnya bentuk persenyawaan ini dibagi lagi,
apakah berupa senyawa-senyawa anorganik yang dapat larut. Selanjutnya,
senyawa-senyawa organik yang dapat larut dalam badan perairan akan dapat
diserap dengan mudah oleh biota perairan.
2. Keberadaan logam-logam lain
Adapun logam-logam lain dalam badan perairan dapat menyebabkan logam-
logam tertentu menjadi sinergenetis ataukah sebaliknya, menjadi antagonis
bila telah membentuk suatu ikatan. Di samping itu, interaksi antara logam -
logam tersebut bisa juga gagal atau tidak terjadi sama sekali. Tetapi untuk
12
logam-logam berat yang bersifat sinergenetis, apabila bertemu dengan
pasangannya dan membentuk suatu senyawaan dapat berubah fungsi
menjadi racun yang sangat berbahaya dan atau mempunyai daya racun yang
berlipat ganda. Sebaliknya, untuk logam-logam berat yang bersifat
antagonis, apabila terjadi persenyawaan dengan pasangannya maka daya
racun yang ada pada logam-logam berat tersebut akan berkurang.
3. Fisiologis dari biota (organisme)nya
Proses fisiologi yang terjadi pada setiap biota turut mempengaruhi tingkat
logam berat yang menumpuk (akumulasi) dalam tubuh dari biota perairan.
Besar kecilnya logam berat yang terkandung dalam tubuh akan daya racun
yang ditimbulkan oleh logam berat. Di samping itu proses fisiologi ini turut
mempengaruhi peningkatan kandungan logam berat dalam badan perairan.
Ada biota-biota tertentu yang mempunyai kemampuan untuk menetralisasi
(mentoleransi) logam-logam berat tertentu sampai pada konsentrasi tertentu
pula (mempunyai toleransi tinggi). Sementara itu, biota-biota lainnya tidak
memiliki kemampuan untuk menetralisasi daya racun dari logam-logam
berat yang masuk (toleransi rendah).
4. Kondisi biota
Kondisi dari biota-biota berkaitan dengan fase-fase kehidupan yang di lalui
oleh biota dalam hidupnya.
Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi
tertentu dan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan.
Meskipun daya racun yang di timbulkan oleh satu jenis logam berat terhadap
13
semua biota perairan tidak sama, namun kehancuharan dari satu kelompok dapat
menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat lanjutannya,
keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan satu tekanan ekosistem perairan
(Palar, 2008: 37).
Menurut Hakim, 2003: 63, Awalnya bentuk pencemar merkuri di
lingkungan adalah dalam bentuk ion merkuri anorganik (Hg2+), dimana ia belum
menunjukkan tingkat toksisitas yang tinggi karena hanya mikroorganisme saja
yang mampu memanfaatkan dan dipergunakan sebagai penyusun tubuhnya.
Didalam tanah yang lembab atau dalam tanah endapan, ion merkuri anorganik
akan diubah menjadi merkuri organik oleh bakteri, yaitu dalam bentuk metal
merkuri dan etil merkuri yang terlarut. Oleh bakteri yang aerob, ion merkuri akan
diendapkan dalam bentuk metal merkuri dan kemudian diuraikan menjadi ion
metal merkuri dan uap merkuri. Sementara itu ion metal merkuri yang terdapat
didalam air akan mudah diambil oleh plankton dan didalam tubuh plankton,
konsentrasinya akan menjadi berlipat ganda. Oleh bakteri yang aerob, ion merkuri
lansung ditransfer menjadi metal atau etil merkuri dan menjadi bagian dari tubuh
bakteri. Sudah barang tentu bakteri akan dimangsa oleh mikroorganisme lain yang
ada di air seperti plankton, dan plankton akan dimangsa oleh ikan-ikan kecil.
Menurut Hadiharjon, 1995 (dalam Hakim, 2003: 63), dikawasan yang tercemar
merkuri terdapat komponen merkuri toksik yang lengkap, antara lain dalam
bentuk gas merkuri, metal merkuri atau etil merkuri baik yang terakumulasi dalam
tubuh hewan maupun yang berada dalam keadaan bebas di udara, air dan tanah.
Merkuri akan masuk ke rantai makanan dan dimulai dengan akumulasi merkuri
14
dalam tubuh bakteri, plankton dan hewan air lainnya. Begitu seterusnya, sehingga
sampai ketubuh manusia dan menimbulkan keracunan.
Kadar merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh limbah
industri (industrial wastes) dan akibat sampingan dari penggunaan senyawa-
senyawa merkuri pada bidang pertanian. Merkuri dapat berada dalam bentuk
metil, senyawa-senyawa anorganik dan senyawa organik. Keberadaan merkuri di
perairan dapat disebabkan karena kegiatan industri misalnya pabrik cat, kertas,
peralatan listrik dan oleh faktor alam itu sendiri melalui proses pelapukan batuan
dan peletusan gunung berapi. Namun pencemaran merkuri disebabkan oleh
kegiatan alamiah pengaruhnya terhadap biologi maupun ekologi tidak terlalu
berarti (Suyono, 2011: 17).
2.1.2 Merkuri (Hydragyrum)
Logam merkuri dilambangkan dengan Hg, pada tabel periodik unsur kimia
menempati posisi golongan II B periode 6 dengan nomor atom 80 dan mempunyai
bobot atom 200,29 serta mempunyai masa jenis sekitar 13,6 gr/cm3 (Iyabu, 2008:
89). Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydragyrum yang
berarti perak cair. Merkuri telah dikenal manusia sejak manusia mengenal
peradaban. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar, HgS, yang mengandung unsur
merkuri antara 0,1%4% (Palar, 2008).
Wardoyo, 1981 (dalam Suyono, 2011: 12) Air Raksa/merkuri sangat
beracun, karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S. Food and
Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB)
kadar merkuri yang ada dalam jaringan tubuh badan air, yaitu sebesar 0,005 ppm.
15
Nilai Ambang Batas yaitu suatu keadaan dimana suatu larutan kimia, dalam hal
ini Air raksa/merkuri dianggap belum membahayakan bagi kesehatan manusia.
Bila dalam air, kadar merkuri sudah melampaui Nilai Ambang Batas, maka air
yang diperoleh dari tempat tertentu dinyatakan berbahaya.
Secara umum merkuri memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Palar, 2008):
1. Berwujud cair pada suhu kamar (25C) dengan titik beku paling rendah
sekitar -39C.
2. Masih berwujud cair pada suhu 396C. Pada temperatur 396C ini telah
terjadi pemuaian secara menyeluruh.
3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan
logam-logam yang lain.
4. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan
merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.
5. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang
disebut dengan amalgam.
6. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik
dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan.
Untuk dapat masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan, merkuri (Hg) dapat
masuk dari bermacam jalur dan bermacam-macam sumber, secara global sumber
masuknya unsur logam Hg dalam tatanan lingkungan adalah secara alamiah dan
non alamiah. Secara alamiah, Hg dapat masuk kedalam suatu tatanan lingkungan
sebagai akibat dari berbagai peristiwa lingkungan. Unsur ini dapat bersumber dari
kegiatan-kegiatan gunung api rembesan air tanah yang melewati daerah deposit
16
mekuri. Sumber lain adalah debu-debu dan atau partikel-partikel Hg yang ada
dalam lapisan udara yang di bawah turun oleh air hujan. Melalui jalur non alamiah
Hg masuk kedalam tatanan lingkungan sebagai akibat dari kegiatan manusia. Jalur
dari kativitas manusia ini untuk memasukkan Hg kedalam tatanan lingkungan ada
bermacam-macam pula. Sebagai contoh adalah buangan sisa industri yang
memakai Hg dalam proses produksinya, industri pulp (bubur kayu) dan kertas
merupakan sumber terbesar pencemaran merkuri, dari industri pertanian yang
menggunakan senyawa merkuri sebagai anti jamur dimana dari areal pertanian ini
sebagian merkuri akan terlarut dan sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah
(Suyono, 2011: 12-13).
Palar 1994 (dalam Suyono, 2011: 13) Pada umumnya, merkuri (Hg)
diperoleh dari hasil penambangan. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan
bahwa setiap Batu bara rata-rata mengandung 1 ppm merkuri jumlah ini kelihatan
sangat kecil sekali, tetapi penambangan dan pemakaian batubara di dunia sangat
besar. Sampai tahun 1970 diperkirakan penggunaan batubara telah mencapai 5 x
109 ton. Keadaan ini menunjukan bahwa minimal 5000 ton merkuri telah dilepas
kedalam lingkungan. Selanjutnya air buangan dari suatu laboraturium disinyalir
ternyata juga mengandung merkuri. Keadaan ini memungkinkan karena
terdapatnya senyawa merkuri dalam regen yang banyak dipakai dilaboraturium-
laboraturium.
Kriteria World Health Organization Inswiasri, 2008 (dalam Petasule, 2012:
21) menyatakan bahwa kadar normal Hg dalam darah berkisar antara 5 μg/l – 10
μg/l, dalam rambut berkisar antara 1 mg/kg – 2 mg/kg, sedangkan dalam urine
17
rata-rata 4 μg/l. Menurut Swedish Export Group kadar normal Merkuri dalam
darah adalah 200 μg/l dan kadar normal Merkuri dalam rambut adalah sepermpat
dari kadar dalam darah yaitu 50 μg/g. Dalam International Committee of
Occupatinal Medicine, kadar batas normal Merkuri dalam darah untuk seseorang
yang tidak mengkonsumsi ikan adalah 2 ppb, sedangkan untuk pengkonsumsi
ikan antara 2-20 ppb. Konsentrasi aman Merkuri dalam darah adalah 0.000005
mg/g, sedangkan di rambut konsentrasi normal aman adalah 0.01 mg/g, dengan
maksimal konsentrasi adalah 0.0001 mg/g. Karena sifatnya yang sangat beracun,
maka U.S.Food and Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai
Ambang Batas (NAB) kadar Merkuri yang ada dalam air sungai, yaitu sebesar
0,005 ppm. Food and Drug Administration (FDA) mengestimasi pajanan Merkuri
dari ikan rata-rata 50 ng/kg/hari atau kira-kira 3,5 Ig/hari untuk orang dewasa
dengan berat badan rata-rata (70 kg). Secara alamiah kandungan Merkuri di
lingkungan adalah sebagai berikut: Kadar total Hg udara = 10 – 20 ng/m3 untuk
udara 22 outdoor di kota. Kadar total Merkuri air permukaan = 5 ppt = 5 ng/l dan
kadar total Hg dalam tanah 20-625 ppb.
2.1.3 Toksisitas Merkuri terhadap Manusia dan Hewan Air
2.1.3.1 Toksisitas Merkuri terhadap Manusia
Keracunan yang disebabkan oleh merkuri ini, umumnya berawal dari
kebiasaan memakan makanan dari laut, terutama sekali ikan, udang dan tiram
yang telah terkontaminasi oleh merkuri. Awalnya peristiwa kontaminasi terhadap
biota laut adalah masuknya buangan industri yang mengandung merkuri ke dalam
badan perairan teluk (lautan). Selanjutnya dengan adanya proses biomagnifikasi
18
yang bekerja dilautan, konsentrasi merkuri yang masuk terus akan ditingkatkan
disamping penambahan yang terus menerus dari buangan pabrik. Merkuri yang
masuk tersebut kemudian berasosiasi dengan sistem rantai makanan, sehingga
masuk kedalam tubuh biota perairan oleh manusia bersama makanan yang diambil
dari perairan yang tercemar oleh merkuri (Palar, 2008: 104).
Efek yang ditimbulkan oleh merkuri terhadap tubuh adalah sebagai berikut
(Palar, 2008: 104) :
1. Semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh, apabila berada dalam
jumlah yang cukup.
2. Senyawa-senyawa merkuri yang berbeda, menunjukkan karakteristik yang
berbeda pula dalam daya racun yang dimilikinya, penyebaran, akumulasi
dan waktu retensinya didalam tubuh.
3. Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata lingkungan dan atau
dalam tubuh organisme hidup yang telah kemasukan merkuri , yang
dibabkan oleh perubahan bentuk senyawa merkuri itu, dari satu tipe ke tipe
lainnya.
4. Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri di dalam tubuh adalah
menghalangi kerja enzim dan merusak selaput kerja dinding membrane sel.
5. Kerusakan yang diakibatkan oleh merkuri dalam tubuh umumnya bersifat
permanen. Sampai sekarang belum diketahui cara efektif untuk
memperbaiki kerusakan fungsi-fungsi itu.
19
Tabel 2.1 Peristiwa Keracunan Merkuri di Seluruh Dunia (1960-an)
Lokasi Tahun Akibat
Minamata-Jepang Irak Pakistan Barat Guatemala Nigata-Jepang
1953-60 1961 1963 1966 1968
111 orang meninggal cidera 35 orang meninggal 321 orang cidera 4 orang meninggal 34 orang cidera 20 orang meninggal 45 orang cidera 5 orang meninggal 25 orang cidera
(Sumber : Palar , 2008: 105)
Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses
presipitasi protein, menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan
korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidaril, fosforil, karboksil, amida dan
amina, dimana gugus tersebut merkuri menghambat reaksi fungsi enzim.
Pengaruh Toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi
merkuri, rute masuknya ke dalam tubuh dan lamanya ekspose (Darmono, 2010:
149).
Merkuri memiliki afinitas yang tinggi terhadap fosfat, sistin, dan histidil
rantai samping dari protein, purin, pteridin dan porfirin, sehingga Hg bisa terlibat
dalam proses seluler. Toksisitas Hg pada umumnya terjadi karena interaksi Hg
dengan kelompok thiol dari protein. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa
konsentrasi rendah ion Hg+ mampu menghambat kerja 50 jenis enzim sehingga
metabolisme tubuh bisa diganggu dengan dosis rendah Hg. Garam Merkuri
Anorganik bisa mengakibatkan presipilasi protein, merusak mukosa alat
pencermaran , termasuk mukosa usus besar, dan merusak membran ginjal atau
membran filter glomelurus, menjadi lebih permeabel terhadap protein plasma
yang sebagian besar akan masuk ke dalam urine. Toksisitas kronis dari merkuri
20
anorganik meliputi gejala gangguan sistem syaraf, antara lain berupa tremor,
terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminuria, dan gejala
lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus (Widowati, Sastiano,
Jusuf, 2008: 143).
2.1.3.2 Toksisitas Merkuri terhadap Hewan Air
Semua spesies kehidupan dalam air sangat terpengaruh oleh hadirnya logam
yang terlarut dalam air, terutama pada konsentrasi yang melebihi normal. Ikan
merupakan jenis organisme air yang bergerak dengan cepat di dalam air. Ada jenis
ikan yang baisanya hidup di perairan yang dangkal dan berenang di dasar air, dan
ada juga yang hidup diperairan yang dalam dan berenang dekat permukaan air.
Pengaruh polusi logam yang dapat menyebabkan kematian ikan dapat
menyebabkan punahnya suatu spesies ikan. Hal tersebut banyak terjadi pada ikan
yang hidup di perairan air dangkal (Darmono, 2010: 87).
Insang sebagai alat pernapasan ikan, juga digunakan sebagai alat pengatur
tekanan antara air dan dalam tubuh ikan (Osmerugulasi). Oleh sebab itu, insang
merupakan organ yang paling penting terhadap ikan. Disamping itu insang sangat
peka terhadap pengaruh toksisitas logam. Alat pencernaan seperti usus sebagai
saluran pencernaan dan hati sebagai produksi enzim pencernaan selalu mengalami
gangguan oleh pengaruh logam toksik. Toksisitas logam dalam saluran
pencernaan terjadi melalui pakan yang terkontaminasi oleh logam. Seperti halnya
makhluk tingkat tinggi lainnya ikan mempunyai organ ekskresi yaitu ginjal.
Ginjal berfungsi untuk filtrasi dalam mengekskresikan bahan yang biasanya tidak
21
dibutuhkan oleh tubuh, termasuk bahan racun seperti logam berat yang toksik
(Darmono, 2010: 87).
Sinusi 1980 (dalam Suyono, 2011: 18), mengemukakan bahwa terjadinya
proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, karena kecepatan
pengambilan merkuri oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses
ekresi. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh
terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam
sedimen. Fluktuasi merkuri di lingkungan laut, terutama di daerah estuari dan
daerah pantai ditentukan oleh proses precification, sedimentation, floculation dan
reaksi adsorpsi.
2.1.4 Beberapa Jenis Ikan Laut
2.1.4.1 Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Cakalang (Katsuwonus pelamis) menurut Fausan 2011 adalah ikan
berukuran sedang dari family Scombridae. Tubuh Ikan cakalang berbentuk
memanjang dan agak bulat, dengan dua sirip punggung yang terpisah. Bagian
punggung berwarna biru keungu-unguan hingga gelap. Bagian perut dan bagian
bawah berwarna keperakan, dengan 4 hingga 6 garis-garis berwarna hitam yang
memanjang di samping badan. Tubuh tanpa sisik kecuali pada bagian barut badan
dan gurat sisi. Pada kedua sisi batang ekor terdapat sebuah lunas samping yang
kuat, masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil. Adapun klasifikasi
ikan cakalang adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
22
Sub phylum : Vertebrata
Classis : Teleostei
Sub Classis : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Familia : Scombridae
Genus : Katsuwonus
Spesies : Katsuwonus pelamis
(Sumber : Fausan, 2011)
Gambar 2.1 Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
2.1.4.2 Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Djuhanda, 1981 (dalam Sari, 2006: 4) Ikan tongkol mempunyai bentuk
tubuh seperti cerutu dengan kulit licin dan tergolong tuna kecil. Sirip dada
melengkung dan sirip dubur terdapat sirip tambahan kecil-kecil. Sirip punggung
pertama berjari-jari keras 15, yang kedua berjari-jari lemah 13, diikuti 8-10 jari-
jari tambahan atau finlet. Sirip dubur berjari-jari lemah 14 diikuti 6-8 jari-jari
tambahan. Tongkol termasuk ikan buas, predator dan karnivor. Pada umumnya
mempunyai panjang 50 - 60 cm dan hidup bergerombol. Warna tubuh bagian atas
biru kehitaman dan bagian bawah putih keperakan.
23
Klasifikasi ikan tongkol menurut Saanin 1984 (dalam Sari, 2006: 4) adalah
sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Teleostei
Sub kelas : Actinopterygi
Ordo : Perciformes
Sub ordo : Scombridei
Famili : Scombridae
Genus : Euthynnus
Spesies : Euthynnus sp.
(Sumber : Sari, 2006)
Gambar 2.2 Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Nontji, 1993 (dalam Sari, 2006: 4) Ikan tongkol hidup di Samudra Hindia
dan Samudra Pasifik bagian barat. Panjang maksimumnya 1 meter. Tongkol
dewasa juga memijah di perairan dekat pantai. Di Indonesia ikan ini merupakan
ikan niaga bagi penduduk setempat. Beberapa propinsi menjadi tempat pendaratan
24
yang penting hasil tangkapan tongkol misalnya Sulawesi Utara, Bali, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan dan DKI Jakarta.
2.1.4.3 Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares)
Bonnaterre, 1788 (dalam Miazwir, 2012: 20) Ikan tuna sirip kuning
Thunnus albacores memiliki panjang tertinggi yang tercatat sekitar 210 cm
dengan berat sekitar 176,4 kg. Tubuh lonjong memanjang, mempunyai warna biru
tua metalik pada bagian belakang dan berubah menjadi kuning dan keparak-
perakan pada perut. Balutan kuning bergulir pada bagian sisinya dan perutnya
mempunyai sekitar 20 garis-garis putus vertikal sebagai karakteristik yang tidak
ditemukan pada jenis tuna lainnya, meskipun tidak selalu ada. Pada ikan tuna sirip
kuning yang besar mudah untuk dikenal, yaitu dengan bentuk bulan sabit dari
sirip dubur dan sirip punggung kedua yang memanjang kebelakang.
Ikan Tuna Sirip Kuning memiliki beberapa istilah, yaitu tuna sirip kuning,
ikan tuna sirip kuning atau Thunnus albacares. Berdasarkancollatte & Nauen
1983 (dalam Miazwir, 2012: 19). Klasifikasi ikan tuna sirip kuning adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo : Perciformes
Sub Ordo : Scombroidaei
25
Family : Scombridae
Genus : Thunnus
Species : Thunnus albacores
(Sumber : Miazwir, 2006)
Gambar 2.3 Ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacores)
Samadhiharga, 2009 (dalam Miazwir, 2012 :21) Ikan tuna sirip kuning
merupakan ikan epipelagis yang menghuni lapisan atas perairan samudra,
menyebar kedalam kolam air sampai kebagian atas termoklin. Ikan tuna sirip
kuning kebanyakan mengarungi lapisan kolam air 100 meter teratas, dan relatif
jarang menembus lapisan termoklin, namun ikan ini mampu menyelam jauh ke
kedalaman laut. Rata-rata umur ikan adalah 8 tahun. Ikan tuna sirip kuning
memakan berbagai jenis ikan kecil, cumi-cumi, udang dan kepiting. Ikan tuna
sirip kuning adalah ikan pemburu yang handal.
26
2.1.5 Tempat Pelelangan Ikan
Tabel 2.2 Jumlah Produksi Ikan yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Kota Gorontalo tahun 2007-2012
NO
JENIS IKAN
T A H U N (KG)
2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Cakalang
(Katsuwonus pelamis)
106,040 206,570 266,280 144,470 152,797 405,969
2 Layang (Decapterus sp)
148,380 156,260 98,330 110,230 166,273 420,531
3 Tongkol (Euthynnus affinis)
154,100 109,100 87,550 58,060 69,012 162,941
4 Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacores)
- 25,120 121,130 61,260 82,621 93,515
5 Malalugis (Decapterus Macarellus)
88,010 72,670 89,690 49,480 25,734 57,532
6 Madidihang (Yellowfin tuna)
14,100 120,720 45,010 31,140 52,931 87,321
7 Selar (Caranx leptolepis) 44,780 35,440 50,510 36,830 54,897 78,115
8 Tuna (Thunnus Sp)
127,420 - 11,770 10,390 19,816 7,763
9 Nike (Awaous melanocephalus)
10,260 19,360 25,030 21,780 23,863 34,025
10 Marlin ((Istiophorus sp)
11,730 19,020 12,080 6,950 27,622 22,985
(Sumber : PPI kota Gorontalo, 2012)
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam
kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan dan
meningkatkan usaha dan kesejahteraan. Menurut sejarahnya Pelelangan Ikan telah
27
dikenal sejak tahun 1922, didirikan dan diselenggarakan oleh Koperasi Perikanan
terutama di Pulau Jawa, dengan tujuan untuk melindungi nelayan dari permainan
harga yang dilakukan oleh tengkulak/pengijon, membantu nelayan mendapatkan
harga yang layak dan juga membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya.
Pada dasarnya sistem dari Pelelangan Ikan adalah suatu pasar dengan sistem
perantara (dalam hal ini adalah tukang tawar) melewati penawaran umum dan
yang berhak mendapatkan ikan yang dilelang adalah penawar tertinggi
(Pramitasari, Anggoro, Susilowati, 2005: 13)
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan tempat pertama dilakukan proses
transaksi ikan. TPI ini merupakan salah satu sarana yang di sediakan di pelabuhan
atau pendaratan ikan. Setelah selesai beroperasi, kapal-kapal penangkap ikan
langsung membawa hasil tanggkapannya menuju pelabuhan atau tempat
pendaratan terdekat. Setelah sampai di TPI, ikan-ikan hasil tangkapan tersebut di
tumpahkan langsung ke lantai los pelelangan. Proses pelelangan ini berlangsung
pagi dan sore hari untuk menghindari suhu lingkungan yang terlalu tinggi
(Junianto, 2003:79)
Definisi Pelabuhan Perikanan menurut Wiryawan, Andarmawan: 8, yaitu
sebagai berikut :
1. Menurut Direktorat Jendral Perikanan Departemen Partanian RI (1981)
Pelabuhan Perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung
kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan
maupun aspek pemasarannya.
2. Menurut Departemen Pertanian dan Departemen Perhubungan (1996)
28
Pelabuhan Perikanan adalah sebagai tempat pelayanan umum bagi
masyarakat nelayan dan uasaha perikanan, sebagai pusat pembinaan dan
peningkatan kegiatan ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas
didarat dan diperairan sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan
operasional tempat berlabuh, bertambat, mendaratkan hasil, penanganan,
pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pelabuhan
perikanan yaitu:
1. Tempat tinggal (perkampungan) nelayan yang umumnya berdekatan dengan
lokasi pelabuhan
2. Tempat peleleangan ikan dan fasilitasnya
3. Tempat persediaan air bersih dan suplai bahan bakar untuk kapal motor
bangunan fasilitas umum yang berhubungan dengan kepentingan nelayan
(Wiryawan, Andarmawan: 9).
29
2.2 Kerangka Berfikir
2.2.1. Kerangka Teori
Gambar 2.4 Kerangka Teori
Tongkol Tuna Sirip Kuning
Cakalang
Industri Pertambangan Emas
Limbah Logam Berat
Pencemaran Lingkungan
Udara Tanah Air
Sungai
Laut
Rantai Makanan
Difusi Insang
Biota Laut
Top Related