BAB II
LANDASAN TEORITIS
1. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan
sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan
indra penglihatan (mata). (Notoatmodjo S, 2012 : 138).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo S (2012 : 138-140) pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedartahu terhadap
objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut dalam situasi yang lain.
d. Analisa (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisisadalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, memisahkan, mengelompokan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkumatau meletakan dalam suatu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain
sintesis adalahsuatu kemampuanuntuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Roger (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek)
b. Interest (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik pada
stimulusi.
c. Evaluation (menilai), dimana seeorang mulai menimbang-nimbang
terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial (mencoba), dimana orang telah mulai mencoba berperilaku
baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap
stimulus.
e. Adoption (adaptasi), Dimana subjek sudah mulai berprilaku baru
sesuai dengan pengetahuan.
Selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak
selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau
adopsi perilaku melalui proses seperti proses di atas yaitu didasari oleh
pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh
pengetahuan kesadaran maka tidak akan bangsung lama (Notoatmodjo S,
2012 : 145).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Menurut A. Wawan dan Dewi, 2011:16-17) ada 2 faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu :
a. Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Menurut YB Mantra yang
dikutip Notoadmodjo (2003), pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan.
Pendidikan dasar dari SD sampai SMP, pendidikan
menengah yaitu SMA, sedangkan pendidikan Tinggi yaitu
Perguruan Tinggi (Nursalam, 2008).
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam
(2003), pekerjaan adalahkeburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarga.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam
(2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai
saat lahir sampai berulang tahun. Sedangkan menurut
Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja.
Menurut Potter patricia A, 2005:705 usia terbagi
menjadi dewasa awal dari umur 21-40 tahun, dewasa
menengah dari umur 41-65 tahun, sedangkan usia tua dari
umur > 65 tahun.
b. Faktor Ekternal
1) Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam
(2003), lingkungan merupakanseluruh kondisi yang ada di
sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang atau
kelompok (Wawan dan Dewi, 2011:18)
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhidari sikap dalam menerima informasi
(Wawan dan Dewi, 2011:18).
4. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo, 2003:11
ada 2 cara (Wawan dan Dewi, 2011:14-15)
a. Cara kono
1) Cara coba salah (Trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba
salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila memungkinkan
itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain
sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa
pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai
prisip orang lain yang menerima mempunyai yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya
baik berdasarakan fakta empiris maupun penalaran
sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi.
b. Cara modern
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
popular atau disebut metodelogi penelitian. Cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Francis Bacon, kemudian dikembangkan oleh
Deobold Van daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan
penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
5. Kriteria tingkat pengetahuan
Menurut Aritkunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diinterpresentasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
a. Baik : 76-100%
b. Cukup : 56-75%
c. Kurang : < 56% (Wawan dan Dewi 2011:18)
2. Perilaku Kesehatan
Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner maka perilaku
kesehatan (health behavior) adalah respons seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan,
minuman, dan pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini
pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua, yakni:
a. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Oleh
sebab itu perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior),
yang mencakup perilaku-perilaku (overt dan overt behavior) dalam
mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab atau
masalah dan penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan
perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku
promotif).
b. Perilaku orang yang sakit atau yang telah terkena masalah
kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan
masalah kesehatannya. Oleh sebab itu perilaku ini disebut perilaku
pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior).
(Notoatmodjo, Soekidjo, 2010 : 23-24)
Becker (1979) membuat kelarifikasi lain tentang perilaku kesehatan
dan membedakannya menjadi tiga, yaitu:
a. Perilaku sehat (healthy behavior)
Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan.
b. Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan atau
keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau teratasi masalah
kesehatan yang lain.
c. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai
peran (roles), yang mencakup hak-hkanya (rights), dan kewajiban
sebagai orang sakit (obligation).Menurut Becker hak dan
kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku
peran orang sakit (the sick role behavior). (Notoatmodjo, Soekidjo,
2010 : 25-26).
3. Konsep Dasar ISPA
1. Definisi
Istilah ISPA mengandung 3 unsur, yaitu infeksi, saluran
pernafasan, dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur
adalah sebagai berikut :
a. Yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak
sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ yang mulai
dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-
sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara
anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru termasuk
dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
c. Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung
sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan
proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari (DepKes. RI, 1998).
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa ISPA adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil
menyerang alat-alat tubuh yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai
dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan sampai
ke paru-paru, dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
2. Etiologi/Penyebab
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis penyakit bakteri,
virus, dan riketsia
a) Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,
Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetela, dan
Korinebakterium.
b) Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,
Adenvirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan
lain-lain (DepKes.RI, 1998 ).
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa :
a. Batuk
b. Kesulitan bernafas
c. Sakit tenggorokan
d. Pilek
e. Demam
f. Sakit kepala
(DepKes, 1993).
Tanda dan gejala ISPA menurut Widiyono, 2011:205-206
a. Tidak bisa minum
b. Kejang
c. kesadaran menurun
d. tridor
e. gizi buruk
f. demam atau dingin (khusus untuk bayi berusia <2 bulan)
g. gejala juga bisa diketahui berdasarkan klasifikasi nafas cepat bila anak
usia:
1. <2 bulan : 60 kali per menit atau lebih
2. 2 bulan sampai < 1 tahun : 50 kali per menit atau lebih
3. 1 tahun sampai 5 tahun : 40 kali per menit atau lebih
h. gejala yang lain berdasarkan klasifikasi penyakit :
1. Tanda nafas cepat bukan pneumonia
2. dengan nafas cepat saja pneumonia
3. ada tanda bahaya pneumonia berat (Widiyono, 2011: 205-206)
4. Patofisiologi
Masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh melalui sistem
pernafasan mengakibatkan terjadinya reaksi antigen dan antibody pada
salah satu tempat tertentu di saluran nafas bagian atas. Reaksi tersebut
berupa reaksi radang, sehingga banyak sekali dihasilkannya sekret, dari
reaksi radang tersebut akan merangsang interleukin 1 yang berupa
pengeluaran mediator kimia berupa prostaglandin, hal tersebut akan
menggeser sel point pada hipotalamus posterior yang mengakibatkan
tubuh menggigil dan demam. Reaksi tersebut disebut dengan comoon cold.
Respon batuk akan muncul seiring dengan terangsangnya villi-villi saluran
pernafasan akibat adanya mukus. (Khaidirmuhaj, 2008)
a. Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
Tahap prepatogenisis : penyebab ada, tetapi belum menunjukan reaksi
apa- apa.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa tubuh
menjadi lemah apabila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
c. Tahap dini penyakit : Mulai dari munculnya gejala penyakit dibagi
menjadi 4 yaitu ; dapat tumbuh sempurna, sembuh dengan atelektatis,
menjadi teronis dengan meninggal akibat pneumonia. (Vietha, 2009).
5. Klasifikasi ISPA
a. Ringan (bukan pneumonia)
Batuk tanpa pernafasan cepat/kurang dari 40 kali/menit, hidung
tersumbat/berair, tenggorokan merah, telinga berair.
b. Sedang (pneumonia)
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari
telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan
pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentis servikal).
c. Berat (pneumonia)
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di
laring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, tidak ada sianosis.
d. Sangat Berat
Batuk dengan nafas berat, cepat, stridor, dan sianosis serta tidak
minum.
(Depkes, 2002)
6. Pengobatan dan Perawatan ISPA Ringan
Pengobatan dan perawatan penderita ISPA ringan dilakukan di rumah. Jika
anak menderita ISPA ringan maka yang harus dilakukan adalah hal-hal
sebagai berikut (DepKes, 2010).
a. Demam
Bila demam dilakukan kompres.
Cara mengompres adalah sebagai berikut :
1) Ambillah secarik kain yang bersih (saputangan atau handuk kecil).
2) Basahi atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau
rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau air es,
kemudian peras.
3) Letakkan kain di atas kepada atau dahi anak tapi jangan menutupi
muka.
4) Jika kain sudah tidak dingin lagi basahi lagi dengan air, kemudian
peras lalu letakkan lagi di atas dahi anak.
5) Demikian seterusnya sampai demam berkurang.
6) Berikan obat penurun panas dari golongan parasetamol.
b. Pilek
Jika anak tersumbat hidungnya oleh sekret maka usahakanlah
membersihkan hidung yang tersumbat tersebut agar anak dapat
bernafas dengan lancar. Membersihkan sekret harus hati-hati agar
tidak melukai hidung.
1) Hal-hal lain yang perlu diperhatikan
Suruhlah anak beristirahat atau barbaring di tempat tidur.
2) Berikan cukup minum tapi jangan berikan air es atau minuman
yang mengandung es. Dapat diberikan teh manis, air buah atau
pada bayi dapat diberikan air susu ibu.
3) Berikan makanan yang cukup dan bergizi.
4) Anak jangan dibiarkan terkena hawa dingin atau hawa panas.
Pakaian yang ringan hendaknya dikenakan pada anak tersebut.
5) Hindarkanlah orang merokok dekat anak yang sakit dan hindarkan
asap dapur atau asap lainnya mengenai anak yang sakit.
6) Perhatikan apakah ada tanda-tanda ISPA sedang atau ISPA berat
yang memerlukan bantuan khusus petugas kesehatan.
7. Pencegahan ISPA
a. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
b. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
e. Pengobatan segera
4. Konsep Dasar Balita
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan balita atau bawah lima tahun adalah semua
anak termasuk bayi baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat lima
tahun (empat tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan
notasi 0-4 tahun (Maryunani, 2010:6).
Balita adalah anak yang berusia sejak baru dilahirkan sampai anak
berusia 5 tahun (Depkes, 1996).
2. Ciri-ciri balita sehat
Menurut Depkes RI 1996 ciri balita sehat adalah :
a. Tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat badan dan
tinggi badan secara teratur dan proporsional
b. Tingkat perkembangan sesuai dengan tingkat umurnya
c. Tampak aktif, gesit, dan gembira
d. Mata bersih dan bersinar
e. Nafsu makan baik
f. Bibir dan lidah tampak segar
g. Pernafasan tidak berbau
h. Kulit dan rambut tampak bersih dan kering
i. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
(Santoso dan Lies, 2004)
3. Perkembangan Anak Balita
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita.
Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.Perkembangan moral serta dasar-dasar
kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Sehingga setiap kelainan sekecil
apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik,
akanmengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari
(Soetjiningsih, 1995: 29).
4. Kesehatan Anak Balita
Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua, yaitu
dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan
kesehatan yang terdekat. Jangan sampai penyakit sudah menjadi parah,
yang bisa membahayakan jiwanya.Pertolongan pertama dengan oralit oleh
ibu dirumah pada anak yang diare, dapat menurunkan angka kematian
akibat diare.Demikian pula dengan penyakit ISPA yang sering memberi
dampak pada tumbuh kembang anak harus ditanggulangi sedini mungkin.
Balita yang sehat pada umumnya akan tumbuh dengan baik. Berbeda
dengan anak yang sering sakit, biasanya pertumbuhannya akan terganggu.
Oleh karena itu kita perlu memberikan makanan ekstra pada setiap anak
sesudah menderita sesuatu penyakit.Balita yang menderita penyakit
menahun seperti asma, sakit jantung, sakit ginjal dll, tidak hanya ter-
ganggu tumbuh kembangnya tetapi juga pendidikannya.Oleh karena itu
kita harus memberikan perhatian ekstra pada anak-anak ini (Soetjiningsih,
1995: 135).
5. Tahapan-tahapan balita
Menurut Kurniasih (2007), balita dibagi menjadi beberapa tahapan
perkembangan dan setiap perkembangan balita mempunyai beberapa
masalah yaitu :
1. Balita ( 1- 3 tahun )
Sulit makan mulai setelah balita mengenal dan mempelajari
makanan baru atau orang tua yang terburu-buru mengharapkan balita
bisa makan sesuai yang diharapkan. Adanya ganguan perhatian dari
lingkungan menjadi penyabab utama balita malas makan, pada usia
ini anak mulai menaruh minat yang besar terhadap lingkungannya,
apalagi secara fisiologis anak sudah bberjalan dan cepat
mengembangkan kemampuan motoriknya yaitu lebih menyukai jalan-
jalan diri pada disuruh berhenti dulu untuk makan. Sedangkan anak
pada usia dua tahun lebih menyukai bermain dengan balok kayunya
daripada disuruh benhenti dulu untuk makan
2. Pra sekolah (3 – 5 tahun)
Mengembangkan keterampilan sosial menjadi ciri khas pada
anak usia pra sekolah karena umumnya anak sudah masuk taman
bermain atau taman kanak-kanak. Akibat pergaulan dan ditambah
dengan lemampuan menyerap informasi yang cepat, membuat anak
mulai mengenal jajanan seperti cemilan dikantin. Akibatnya anak
akan kehilangan selera pada saat makanan utama sehingga anak
menjadi sulit makan dan pemilih, kondisi ini akan semakin
diperburuk oleh sikap orang tua yang selalu mengalah agar anak
mereka mau makan.
6. Perkembangan Balita
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar
kepribadian yang dibentuk pada masa ini.
Dalam perkembangan balita terdapat masa kritis, dimana diperlukan
rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang,
sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psiko sosial sangat
dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua.
Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai
dengan kebutuhan anak, berbagai tahap perkembangannya bahkan sejak
bayi masih dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak
mendukung akan menghambat perkembangan anak (Kurniasih, 2007).
Top Related