BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persyaratan Lokasi Puskesmas
1. Geografis
Definisi :
Informasi mengenai kondisi geografis wilayah kerja puskesmas yang
bersangkutan.
A. Bangunan
Puskesmas tingkat kelurahan sekurangnya memiliki luas 500 m2
Puskesmas kecamatan/balai pengobatan dengan luas lahan
sekurang-kurangnya 2.400 m2.
B. Lingkungan bangunan mempunyai batas yang jelas dilengkapi dengan
pagar
C. Lingkungan puskesmas merupakan kawasan bebas asap rokok
D. Lokasi Puskesmas memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Puskesmas tidak didirikan di lokasi berbahaya, seperti:
1. tidak di tepi lereng;
2. tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor;
3. tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat
mengikis pondasi;
4. tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif;
5. tidak di daerah rawan tsunami;
6. tidak di daerah rawan banjir;
7. tidak dalam zona topan;
8. tidak di daerah rawan badai, dan lain-lain.
E. Bebas dari pencemaran, banjir dan tidak berdekatan dengan rel kereta
api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak dan limbah
pabrik.
F. Lahan
3
4
Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas
bangunan. Luas lahan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas
bangunan lantai dasar
2. Akses jalur transportasi
Informasi mengenai kemudahan jangkauan puskesmas bagi
masyarakat baik dengan transportasi umum (maksimal 30 menit), memiliki
jalur untuk pejalan kaki dan jalur- jalur untuk penyandang disabilitas.
3. Kontur tanah
Informasi mengenai keadaan struktur tanah baik kondisi jalan
terhadap tapak bangunan dan lain-lain. Kontur lahan dalam kondisi datar.
4. Fasilitas parkir
Informasi mengenai lahan kosong yang disediakan, terletak di dalam
lingkungan dan dibatasi oleh pagar puskesmas. Rasio perbandingan luas
lahan yang dibutuhkan sesuai dengan standar nasional untuk gedung tidak
bertingkat 1,5 kali luas bangunan, sedangkan untuk gedung bertingkat 2 kali
luas bangunan lantai dasar.
5. Fasilitas Keamanan
Informasi mengenai sistem keamanan yang dirancang guna untuk
mendukung pencegahan dan penanggulangan keamanan minimal
menggunakan pagar.
Seluruh bangunan harus memenuhi aspek keamanan pasien dan orang
yang berada di Puskesmas, dimana;
- Minimum tersedia dua buah pintu keluar
- Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat terbuka di luar
bangunan
- Puskesmas mempunyai pemadam kebakaran, seperti pemadam api atau
selang yang mudah dilihat dan mudah dicapai pada lokasi strategis
- Aspek keamanan pasien, antara lain :
a) Pegangan sepanjang tangga
5
b) Toilet dilengkapi dengan pegangan
c) Pintu dapat dibuka dari luar
6. Ketersediaan utilitas publik
Informasi mengenai ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan seperti :
a. Tersedia air bersih
Untuk kebutuhan karyawan dan pengunjung Puskesmas sebanyak
15-20 liter/orang/hari
Memenuhi syarat kualitas fisik, kimia, bakteriologis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
b. Wastafel dengan air mengalir
Harus tersedia pada setiap ruangan periksa, ruang UGD, poli gigi,
ruang KIA, ruang pengobatan, ruang suntik, ruang laboratorium dan
ruang lainnya yang memerlukan air
Dilengkapi dengan dispenser sabun cair atau zat anti septik, khusus
untuk ruang tindakan dianjurkan dalam dispenser dengan pompa siku
Terpelihara dan selalu bersih
Tersedia lap pengering tangan atau alat pengering tangan
c. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi dan WC harus terpisah antara laki-laki, wanita,
karyawan dan pengunjung
Tersedia cukup air bersih dan sabun
Selalu terpelihara dalam keadaan bersih dan tidak bau
Lubang penghawaan ventilasi harus berhubungan langsung dengan
udara luar
Ada himbauan, slogan dan peringatan untuk rnemelihara kebersihan
6
7. Pengelolaan kesehatan lingkungan
Informasi mengenai fasilitas khusus untuk pengelolaan kesehatan
lingkungan antara lain air bersih, pengelolaan limbah B3 seperti limbah
padat dan cair yang bersifat infeksius dan non infeksius serta pemantauan
limbah gas/udara dari emisi incinerator dan genset.
1. Penanganan Sampah
Sampah infeksius harus dipisahkan dengan sampah non infeksius
Setiap ruangan harus disediakan tempat sampah terbuat dari bahan
yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mudah
dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong plastik dengan warna
dan lambang sebagai berikut :
a. Sampah infeksius menggunakan kantong plastik berwarna kuning.
Benda tajam dan jarum ditampung pada wadah khusus
seperti botol kaca. Sampah dimusnahkan didalam insinerator
atau dibawa ke Puskesmas terdekat yang memiliki insinerator
b. Sampah domestik/umurn menggunakan kantong plastik berwarna
hitam.Terpisah antara sampah basah dan kering, dapat diolah
sendiri, dikubur, dibakar atau diangkut/dibuang ke Tempat
Pembuangan sampah Akhir ( TPA)
Jumlah tempat sampah minimum 1 (satu) buah tiap kamar atau setiap
radius 10 meter dan radius 20 meter untuk ruang tunggu.Wadah
sampah tertutup dengan kantong plastik
Tempat pengumpulan dan penampungan sampah sementara segera
didesinfeksi setelah dikosongkan
2. Limbah
1) Jenis dan definisi limbah Puskesmas
a. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah container bertekanan dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi
7
b. Limbah non medis padat adalah limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,
taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila
ada teknologinya.
c. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan Puskesmas yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
d. Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas yang berasal
dari kegiatan pembakaran di puskesmas seperti insinerator,
dafur, perlengkapan generator, anestesi dan pembuatan obat
sitotoksik.
2) Penanganan Limbah
a. Limbah medis padat
Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu
wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya.
Wadah harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk
dibuka
Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali. Untuk benda-benda tajam hendaknya
ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau
karton yang aman
Tempat perwadahan limbah medis padat infeksius dan
sitotoksik yang tidak langsung kontak dengan limbah harus
segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan
digunakan kembali sedangkan untuk kantong plastik yang
telah dipakai dankontak langsung dengan limbah tersebut
tidak boleh digunakan lagi
Limbah medis sangat infeksius, infeksius dan patologi
anatomi dapat dimasukkan dalam kantong plastik yang kuat
dan anti bocor atau kontainer warna kuning
8
Penanganan limbah infeksius yang berasal dari poli dan
ruang bersalin hams direndam dalam larutan kaporit 3%
selama satu malam, direbus mendidih selama 1 jam atau
dipanaskan dalam autoclave selama 15 menit dan kemudian
dibakar atau ditanam dalam tanah
Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan
limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan
Puskesmas. Bagi Puskesmas yang tidak mempunyai
incinerator, maka limbah medis padatnya hams dimusnahkan
melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain
yang mempunyai incinerator selambat-lambatnya dalam 24
jam apabila disirnpan pada suhu ruang
b. Limbah non medis padat
Dilakukan pemilahan limbah non medis padat antara limbah
basah dan limbah kering
Terdapat minimal 1 (satu) buah wadah yang terbuat
dari bahan yang kuat,cukup ringan,tahan karat, kedap air
dan mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan
misalnya fiberglass untuk setiap kamar
Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 X
24 jam supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit
Limbah ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
c. Limbah cair
Puskesmas harus memiliki Instalasi Pengolahan Limbah cair
sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan
di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis.
Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan
saluran air limbah harus dilengkapi/ditutup dengan grill.
9
Saluran pembuangan air limbah di Puskesmas dibuang ke
septic tank yang dilengkapi dengan sumur peresapan .Limbah
cair medis bekas cucian pasien harus dialirkan ke septic tank,
sebelum dibuang ke saluran umum. Tersedia septic tank yang
memenuhi syarat kesehatan.
Saluran limbah harus tertutup, kedap air, limbah harus
mengalir dengan lancer, terpisah dengan saluran air
hujan,bersih dari sampah dan dilengkapi penutup dengan bak
control setiap 5 meter.
Pembuatan saluran air limbah setelah SPAL dengan cara
diresapkan kedalam tanah.
Kualitas effluent yang layak dibuang kedalam lingkungan
harus memenuhi persyaratan baku mutu. Semua limbah cair
buangan Puskesmas harus masuk kedalam bak penampungan
pengelolaan limbah
d. Limbah gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pernusnah limbah
medis padat mengacu dengan insinerator pada Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13.H/3/1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
10
2.2. Persyaratan Bangunan Puskesmas
1. Arsitektur Bangunan
A. Tata ruang bangunan
Definisi:
Tata ruang bangunan adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan
ruang bangunan, baik direncanakan maupun tidak, yang memiliki fungsi
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan.
Standar Ukuran:
Bangunan harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang
diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota
dan/Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang bersangkutan.
Tata ruang Puskesmas mengikuti Peraturan Tata Ruang Daerah yaitu:
a. Ditetapkan nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal untuk
Puskesmas adalah 60%.
b. Ditetapkan nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal untuk
Puskesmas adalah 1,8.
c. Ditetapkan nilai Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimal untuk
Puskesmas adalah 15%.
d. Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sempadan Pagar (GSP).
B. Desain
Definisi:
Desain adalah proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu
sebelum bertindak atau merancang. Pada dasarnya desain merupakan pola
rancangan yang menjadi dasar pembuatan suatu benda. Desain merupakan
langkah awal sebelum memulai membuat suatu benda, seperti baju,
furniture, dan bangunan. Pada saat pembuatan desain biasanya mulai
memasukkan unsur berbagai pertimbangan, perhitungan, cita rasa, dan
lain-lain.
Standar Ukuran:
a. Tata letak ruang pelayanan pada bangunan Puskesmas harus diatur
11
dengan memperhatikan zona Puskesmas sebagai bangunan fasilitas
pelayanan kesehatan.
b. Tata letak ruangan diatur dan dikelompokkan dengan memperhatikan
zona infeksius dan non infeksius.
c. Zona berdasarkan privasi kegiatan:
1) area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan
lingkungan luar Puskesmas, misalnya ruang pendaftaran.
2) area semi publik, yaitu area yang tidak berhubungan langsung
dengan lingkungan luar Puskesmas, umumnya merupakan area
yang menerima beban kerja dari area publik, misalnya
laboratorium, ruang rapat/diskusi.
3) area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung Puskesmas,
misalnya ruang sterilisasi, ruang rawat.
d. Zona berdasarkan pelayanan:
Tata letak ruang diatur dengan memperhatikan kemudahan pencapaian
antar ruang yang saling memiliki hubungan fungsi, misalnya:
1) Ruang rawat inap pasien letaknya mudah terjangkau dari ruang jaga
petugas.
2) Perawatan pasca persalinan antara ibu dengan bayi dilakukan
dengan sistem rawat gabung.
e. Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman dan aman untuk semua
bagian bangunan.
f. Harus disediakan fasilitas pendingin untuk penyimpanan obat-obatan
khusus dan vaksin dengan suplai listrik yang tidak boleh terputus.
g. Lebar koridor disarankan 2,40 m dengan tinggi langit-langit minimal
2,80 m. Koridor sebaiknya lurus. Apabila terdapat perbedaan
ketinggian permukaan pijakan, maka dapat menggunakan ram dengan
kemiringannya tidak melebihi 7°.
12
Gambar 1. Puskesmas Non Rawat Inap
Gambar 2. Puskesmas Rawat Inap
13
C. Lambang
Definisi:
Lambang adalah sesuatu seperti tanda (lukisan, lencana) yang menyatakan
suatu hal atau mengandung maksud tertentu.
Standar Ukuran:
Lambang Puskesmas harus diletakkan di depan bangunan yang mudah
terlihat dari jarak jauh oleh masyarakat. Arti dari lambang Puskesmas
tersebut yaitu:
a. Bentuk segi enam (hexagonal), melambangkan:
1) keterpaduan dan kesinambungan yang terintegrasi dari 6 prinsip yang
melandasi penyelenggaraan Puskesmas.
2) makna pemerataan pelayanan kesehatan yang mudah di akses
masyarakat.
3) pergerakan dan pertanggung jawaban Puskesmas di wilayah kerjanya.
b. Irisan dua buah bentuk lingkaran melambangkan dua unsur upaya
kesehatan, yaitu:
1) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan masyarakat.
2) Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan perorangan.
c. Stilasi bentuk sebuah bangunan, melambangkan Puskesmas sebagai
tempat/wadah diberlakukannya semua prinsip dan upaya dalam proses
penyelenggaraan kesehatan.
d. Bidang segitiga mewakili tiga faktor yang mempengaruhi status derajat
kesehatan masyarakat yaitu genetik, lingkungan, dan perilaku.
e.Bentuk palang hijau didalam bentuk segi enam melambangkan
pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif preventif.
f. Warna hijau melambangkan tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan Puskesmas, dalam rangka mencapai derajat kesehatan
14
masyarakat yang setinggi-tingginya.
g. Warna putih melambangkan pengabdian luhur Puskesmas.
Gambar 3. Lambang puskesmas
D. Ruang
Definisi:
Ruang adalah daerah 3 dimensi dimana obyek dan peristiwa berada. Ruang
memiliki posisi serta arah yang relatif, terutama bila suatu bagian dari
daerah tersebut dirancang sedemikian rupa untuk tujuan tertentu.
Puskesmas Non Rawat Inap
15
16
E. Persyaratan Komponen Bangunan dan Material
Definisi:
Komponen bangunan dan material adalah bagian-bagian atau unsur yang
diperlukan dalam membangun sebuah puskesmas.
Standar ukuran:
a. Atap
1) Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angin puting beliung,
gempa, dan lain-lain), tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat
perindukan vektor.
2) Material atap tidak korosif, tidak mudah terbakar.
b. Langit-langit
1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan,
tanpa profil dan terlihat tanpa sambungan (seamless).
2) Ketinggian langit-langit dari lantai minimal 2,8 m.
c. Dinding
17
1) Material dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan
silau, kedap air, mudah dibersihkan, dan tidak ada sambungan agar
mudah dibersihkan. Material dapat disesuaikan dengan kondisi di
daerah setempat.
2) Dinding KM/WC harus kedap air, dilapisi keramik setinggi 150 cm.
3) Dinding laboratorium harus tahan bahan kimia, mudah dibersihkan,
tidak berpori.
d. Lantai
Material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna
terang, mudah dibersihkan, dan dengan sambungan seminimal
mungkin.
e. Pintu dan Jendela
1) Lebar bukaan pintu utama dan ruang gawat darurat minimal 120 cm
atau dapat dilalui brankar dan pintu-pintu yang bukan akses brankar
memiliki lebar bukaan minimal 90 cm. Pintu harus terbuka ke luar.
2) Pintu khusus untuk KM/WC di ruang perawatan dan pintu KM/WC
penyandang disabilitas, harus terbuka ke luar dan lebar daun pintu
minimal 90 cm.
3) Material pintu untuk KM/WC harus kedap air.
f. Kamar Mandi (KM)/WC
1) Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh
pengguna.
2) Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin dan air buangan tidak boleh
tergenang.
3) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
4) Kunci-kunci dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika
terjadi kondisi darurat.
5) Pemilihan tipe kloset disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan
pengguna pada daerah setempat.
6) Sebaiknya disediakan minimal 1 KM/WC umum untuk penyandang
disabilitas, dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol penyandang
18
disabilitas pada bagian luarnya dan dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan penyandang disabilitas lainnya. Pegangan
disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk
membantu pergerakan pengguna kursi roda.
g. Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dan Lansia
1) Umum.
Setiap bangunan Puskesmas harus menyediakan fasilitas dan
aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan, keamanan, dan
kenyamanan.
2) Persyaratan Teknis.
a) Fasilitas dan aksesibilitas meliputi KM/WC, tempat parkir, telepon
umum, jalur pemandu, rambu dan marka, tangga, pintu, ram.
b) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi,
luas, dan ketinggian bangunan Puskesmas.
2. Struktur Bangunan
Definisi:
Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja
untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas
tanah. Fungsi struktur untuk memberi kekuatan dan kekakuan yang
diperlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami keruntuhan.
Standar Ukuran:
Struktur bangunan Puskesmas harus direncanakan kuat/kokoh, dan stabil
dalam menahan beban/kombinasi beban, baik beban muatan tetap maupun
beban muatan sementara yang timbul, antara lain beban gempa dan beban
angin, dan memenuhi aspek pelayanan (service ability) selama umur
layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan.
2.3. Persyaratan Prasarana Puskesmas
1. Sistem Ventilasi
19
Definisi :
Ventilasi adalah proses untuk mensuplai udara segar ke dalam
bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan, bertujuan
menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan, menghilangkan uap air
yang berlebihan dan membantu mendapatkan kenyamanan termal.
Standar ukuran:
Ventilasi ruangan pada bangunan Puskesmas, dapat berupa ventilasi
alami dan/atau ventilasi mekanis. Jumlah bukaan ventilasi alami tidak
kurang dari 15% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi.
Sedangkan sistem ventilasi mekanis diberikan jika ventilasi alami yang
memenuhi syarat tidak memadai. Besarnya pertukaran udara yang
disarankan untuk berbagai fungsi ruangan di bangunan Puskesmas minimal
12x pertukaran udara per jam dan untuk KM/WC 10x pertukaran udara per
jam.
Penghawaan/ventilasi dalam ruang perlu memperhatikan 3 (tiga)
elemen dasar, yaitu: (1). Jumlah udara luar berkualitas baik yang masuk
dalam ruang pada waktu tertentu; (2). Arah umum aliran udara dalam
gedung yang seharusnya dari area bersih ke area terkontaminasi serta
distribusi udara luar ke setiap bagian dari ruangan dengan cara yang efisien
dan kontaminan airborne yang ada dalam ruangan dialirkan ke luar dengan
cara yang efisien; (3). Setiap ruang diupayakan proses udara didalam
ruangan bergerak.
2. Sistem Pencahayaan
Definisi:
Pencahayaan pada bangunan puskesmas yang harus mempunyai
pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan. Pencahayaan harus
terdistribusikan rata dalam ruangan dan lampu-lampu yang digunakan
diusahakan dari jenis hemat energi.
20
Tabel 1. Tingkat pencahayaan rata-rata yang direkomendasikan.
3. Sistem Sanitasi
Definisi:
Sistem sanitasi puskesmas terdiri dari sistem air bersih, sistem
pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta
penyaluran air hujan.
1) Sistem air bersih
A. Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem pengalirannya.
B. Sumber air bersih dapat diperoleh langsung dari sumber air
21
berlangganan dan/atau sumber air lainnya dengan baku mutu yang
memenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Sistem penyaluran air kotor dan/atau air limbah
A. Tersedia sistem pengolahan air limbah yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
B. Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan dilengkapi
penutup dengan bak kontrol untuk menjaga kemiringan saluran
minimal 1%.
C. Di dalam sistem penyaluran air kotor dan/atau air limbah dari ruang
penyelenggaraan makanan disediakan perangkap lemak untuk
memisahkan dan/atau menyaring kotoran/lemak.
3) Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksius.
A. Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksius harus
direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas
pewadahan, Tempat Penampungan Sementara (TPS), dan
pengolahannya.
B. Pertimbangan jenis pewadahan dan pengolahan limbah infeksius dan
non infeksius diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan
dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni,
masyarakat dan lingkungannya serta tidak mengundang datangnya
vektor/binatang penyebar penyakit.
C. Pertimbangan fasilitas Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang
terpisah diwujudkan dalam bentuk penyediaan Tempat Penampungan
Sementara (TPS) limbah infeksius dan non infeksius, yang
diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan
volume limbah.
D. Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara perencanaan, pemasangan,
dan pengolahan fasilitas pembuangan limbah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
22
4. Sistem Kelistrikan
Persyaratan sistem kelistrikan pada puskesmas yaitu:
1) Umum
A. Sistem kelistrikan dan penempatannya harus mudah dioperasikan, diamati,
dipelihara, tidak membahayakan, tidak mengganggu lingkungan, bagian
bangunan dan instalasi lain.
B. Perancangan dan pelaksanaannya harus memenuhi SNI 0225-2011, tentang
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2011) atau edisi yang terbaru.
2) Sumber Daya Listrik
Sumber daya listrik yang dibutuhkan, terdiri dari:
Sumber daya listrik normal dengan daya paling rendah 2200VA; dan
Sumber daya listrik darurat 75% dari sumber daya listrik normal.
Sumber daya listrik normal, diperoleh dari:
Sumber daya listrik berlangganan seperti PLN; diperoleh dari:
a) Generator listrik dengan bahan bakar cair atau gas elpiji.
b) Sumber listrik tenaga surya.
c) Sumber listrik tenaga angin.
d) Sumber listrik tenaga mikro hidro.
e) Sumber listrik tenaga air.
Sumber daya listrik darurat, diperoleh dari :
a) Generator listrik.
b) Uninterruptible Power Supply (UPS)
3) Sistem Distribusi
Sistem distribusi terdiri dari :
a. Panel-panel listrik.
b. Instalasi pengkabelan.
c. Instalasi kotak kontak dan sakelar.
23
4) Sistem Pembumian
Nilai pembumian (grounding) bangunan tidak boleh kurang impedansinya
dari 0.5 Ω. Nilai pembumian (grounding) alat kesehatan tidak boleh
kurang impedansinya dari 0.1 Ω.
5. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi adalah alat komunikasi yang diperlukan untuk
hubungan/komunikasi di lingkup dan keluar Puskesmas, dalam upaya
mendukung pelayanan di Puskesmas. Alat komunikasi dapat berupa telepon
kabel, seluler, radio komunikasi, ataupun alat komunikasi lainnya.
6. Sistem Gas Medik
Gas medik yang digunakan di Puskesmas adalah Oksigen (O2).
Sistem gas medik harus direncanakan dan diletakkan dengan
mempertimbangkan tingkat keselamatan bagi penggunanya.
Adapun persyaratan teknis dalam sistem gas medik yaitu Pengolahan,
penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan gas medik harus sesuai
ketentuan berlaku. Tabung/silinder yang digunakan harus yang telah dibuat,
diuji, dan dipelihara sesuai spesifikasi dan ketentuan dari pihak yang
berwenang. Tabung/silinder O2 harus di cat warna putih, diletakkan di
samping tempat tidur pasien, dan harus menggunakan alat pengaman seperti
troli tabung atau dirantai, terdapat pelindung katup, disediakan ruangan
khusus penyimpanan. Hanya tabung/silinder gas medik dan
perlengkapannya yang boleh disimpan dalam ruangan penyimpanan gas
medic dan tidak boleh menyimpan bahan mudah terbakar berdekatan
dengan ruang penyimpanan gas medik. Dilarang melakukan pengisian ulang
tabung/silinder O2 dari tabung/silinder gas medik besar ke tabung/silinder
gas medik kecil.
24
7. Sistem Proteksi Petir
Sistem proteksi petir adalah sistem yang dapat melindungi semua
bagian dari bangunan Puskesmas, termasuk manusia yang ada di dalamnya,
dan instalasi serta peralatan lainnya terhadap kemungkinan bahaya
sambaran petir.
8. Sistem Proteksi Kebakaran
Pada sistem proteksi keakaran bangunan Puskesmas harus
menyiapkan alat pemadam kebakaran untuk memproteksi kemungkinan
terjadinya kebakaran. Kapasitas dari alat pemadam kebakaran minimal 2 kg
dan dipasang 1 buah untuk setiap 15 m2. Pemasangan alat pemadam
kebakaran diletakkan pada dinding dengan ketinggian antara 15 cm – 120
cm dari permukaan lantai dan dilindungi sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan kerusakan atau pencuri Apabila bangunan menggunakan
generator sebagai sumber daya listrik utama, maka pada ruangan generator
harus dipasangkan Alat Pemadam Kebakaran jenis CO2.
9. Sistem kebisingan
Intensitas kebisingan equivalent (Leq) diluar bangunan Puskesmas
tidak lebih dari 55 dBA (sebanding dengan perbincangan anatar 2 orang di
dalam rumah), dan di dalam bangunan Puskesmas tidak lebih dari 45 dBA
(sebanding dengan keadaan di perpustakaan atau kicauan burung).
Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan sifat sumber. Sumber
suara genset dikendalikan dengan meredam dan membuat sekat yang
memadai dan sumber suara dari lalu lintas dikurangi dengan cara
penanaman pohon ataupun cara lainnya.
10. Sistem Transportasi Vertikal Puskesmas
25
a) Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang
dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan
dengan lebar yang memadai.
Persyaratan tangga :
1. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam,
dengan tinggi masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 – 17 cm.
2. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600.
3. Lebar tangga minimal 120 cm untuk mempermudah evakuasi dalam
kondisi gawat darurat.
4. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan
pengguna tangga.
5. Harus dilengkapi dengan rel pegangan tangan (handrail).
6. Rel pegangan tangan harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 cm
- 80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu,
dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah
lantai, dinding atau tiang.
7. Rel pegangan tangan harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-
ujungnya (puncak dan bagian bawah) sepanjang 30 cm.
8. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga
tidak ada air hujan yang menggenang pada lantainya.
b) Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan
tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan
tangga.
Persyaratan ram:
Kemiringan suatu ram di dalam bangunan tidak boleh melebihi 70,
perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran
ram (curb ramps/landing).
Panjang mendatar dari satu ram (dengan kemiringan 70) tidak boleh
lebih dari 9 m.
26
Lebar minimum dari ram adalah 120 cm dengan tepi pengaman.
Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ram harus
bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk
memutar kursi roda dan stretcher, dengan ukuran minimum 180 cm.
11. Puskesmas Keliling (Pusling) Ambulans
a) Puskesmas keliling
Puskesmas keliling menurut Kemenkes pada data dasar puskemas
diklasifikasikan menjadi 2 puskesmas kelilng roda 4 dan puskesmas keliling
perairan (perahu).
Puskesmas keliling roda 4 adalah unit pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di daerah terpencil berupa kendaraan bermotor roda empat dan
peralatan kesehatan, komunikasi serta seperangkat tenaga yang berasal dari
Puskesmas. Pusling ini berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan
kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan karena letaknya jauh dan terpencil.
Kondisi Puskesmas Keliling Roda-4 adalah informasi mengenai
jumlah Puskesmas Keliling.
Roda-4 yang dimiliki Puskesmas, dengan rincian sebagai berikut:
Baik; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam kondisi baik
dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
Rusak Ringan; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam
kondisi tidak baik namun masih bisa dimanfaatkan sesuai dengan
peruntukannya.
Rusak Berat; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam kondisi
rusak dan masih dapat difungsikan jika ada beberapa komponennya
diganti/diperbaiki.
Rusak Total; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam kondisi
tidak baik dan tidak dapat difungsikan atau tidak dapat dimanfaatkan.
27
Puskemas keliling perairan (perahu) adalah adalah unit pelayanan
kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil berupa perahu/perahu
bermotor dan peralatan kesehatan, komunikasi serta seperangkat tenaga
yang berasal dari Puskesmas. Pusling ini berfungsi menunjang dan
membantu melaksanakan kegiatan-kagiatan Puskesmas dalam wilayah
kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan karena letaknya
jauh dan terpencil.
Konisi Puskesmas Keliling Perairan (Perahu)
Kondisi Puskesmas Keliling Perairan (Perahu) adalah informasi
mengenai jumlah Puskesmas Keliling Perairan (perahu) yang dimiliki
Puskesmas, dengan rincian sebagai berikut:
Baik; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam kondisi baik
dan dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
Rusak Ringan; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam
kondisi baik namun tidak dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
Rusak Berat; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam kondisi
tidak baik namun masih bisa dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
Rusak Total; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam kondisi
tidak baik dan tidak dapat difungsikan atau tidak dapat dimanfaatkan.
b) Ambulans
Ambulans adalah kendaraan transportasi gawat darurat medis khusus orang
sakit atau cedera,dari satu tempat ke tempat lain guna perawatan medis.
Kondisi Ambulans
Kondisi Ambulans adalah informasi mengenai jumlah Ambulans yang
dimiliki Puskesmas, dengan rincian sebagai berikut:
Baik; apabila ambulans dalam kondisi baik dan dimanfaatkan sesuai
dengan
peruntukannya.
28
Rusak Ringan; apabila ambulans dalam kondisi baik namun tidak
dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
Rusak Berat; apabila ambulans dalam kondisi tidak baik namun masih
bisa dimanfaatkansesuai dengan peruntukannya.
Rusak Total; apabila ambulans dalam kondisi tidak baik dan tidak dapat
difungsikan atau tidak dapat dimanfaatkan.
2.4. Persyaratan Peralatan Puskesmas
Peralatan kesehatan merupakan salah satu sumber daya kesehatan
yang sangat menentukan mutu dan kesinambungan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Ketersediaan peralatan kesehatan
sangat menentukan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang optimal,
efektif, dan efisien di Puskesmas. Peralatan kesehatan di puskesmas harus
memenuhi persyaratan : (Permenkes no 75 tahun 2014)
a. Standar mutu, keamanan, dan keselamatan
b. Memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
c. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan
pengkalibrasi yang berwenang
Definisi Operasional
Peralatan Puskesmas meliputi peralatan medis dan non medis yang
dibutuhkan untuk penyelenggaraan upaya atau kegiatan pelayanan di dalam
dan luar gedung Puskesmas dan jejaringnya termasuk fasilitas pelayanan
kesehatan berbasis masyarakat atau UKBM. (Permenkes no 75 tahun 2014)
Peralatan yang memenuhi standar adalah peralatan yang baik
kondisinya dan jumlahnya sesuai dengan ketetapan Permenkes nomor 75
tahun 2014.
Menurut Permenkes no 75 tahun 2014, standar peralatan Puskesmas
berdasarkan kegiatan pelayanan dibagi menjadi:
Ruang pemeriksaan umum diperlukan 33 set pemeriksaan umum, 10
29
bahan abis pakai, 14 perlengkapan 3 meubelair, dan 14 perlengkapan.
Ruangan tindakan atau ruangan gawat darurat diperlukan 83 set
pemeriksaan gawat darurat, 46 bahan abis pakai, 26 perlengkapan, 3
meubelair, dan 6 pencatatan dan pelaporan. Bila ruangan tindakan dan
ruangan gawat darurat terpisah maka di masing-masing ruangan harus
tersedia set tindakan medis/gawat darurat, bahan habis pakai,
perlengkapan, meubelair, dan pencatatan dan pelaporan.
Ruangan Kesehatan Ibu, Anak (KIA), KB dan imunisasi diperlukan 33
set pemeriksaan kesehatan ibu, 11 set pemeriksaan kesehatan anak, 3 set
pelayanan KB, 2 set imunisasi, 16 bahan habis pakai, 24 perlengkapan, 3
meubelair, dan 7 pencatatan dan pelaporan.
Ruangan kesehatan gigi dan mulut diperlukan 73 set gigi dan mulut, 9
bahan habis pakai, 12 perlengkapan, 3 meubelair, dan 6 pencatatan dan
pelaporan.
Ruangan promosi kesehatan diperlukan 31 set promosi kesehatan, 2
bahan habis pakai, 4 perlengkapan, 4 meubelair, dan 3 pencatatan dan
pelaporan, pada ruangan ASI di perlukan 1 set ASI, 3 bahan habis pakai,
dan 3 perlengkapan.
Pada laboratorium diperlukan 31 set laboratorium, 7 bahan habis pakai,
13 perlengkapan, 3 meubelair, dan 3 pencatatan dan pelaporan.
Pada ruangan farmasi diperlukan 12 set farmasi, 3 bahan habis pakai, 6
perlengkapan, 3 meubelair, dan 9 pencatatan dan pelaporan.
Ruangan sterilisasi diperlukan 2 set sterilisasi, 3 bahan habis pakai, 6
perlengkapan, 3 meubelair, dan 1 pencatatan dan pelaporan.
Top Related