8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
1/65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah
keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas
dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur dari produktivitas, dalam arti
mempunyai pekerjaan atau penghasilan secara ekonomi
(Notoatmodjo, 2007). Hal ini juga diatur dalam Undang -Undang RI No.
36 tahun 2009 tentang batasan kesehatan dan keadaan sejahtera
badan, jiwa dan sosial yang menyatakan bahwa setiap orang berhak
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa
Indonesia yang antara lain ditandai dengan berhasil diturunkan Angka
Kematian Ibu dari 334 per 100.000 kelahiran hidup (1997) menjadi 307
per 100.000 kelahiran hidup (2003). Angka Kematian Bayi dari 46 per
1000 kelahiran hidup (1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup
(2002). Angka Kematian Balita dari 58 per 1000 kelahiran hidup
menjadi 46 per 1000 kelahiran hidup (2003), namun pencapaiannya
masih jauh dari yang diharapkan. Dibandingkan dengan Negara
tetangga ASEAN, kematian ibu melahirkan, bayi dan balita di
Indonesia adalah yang tertinggi (Depkes RI, 2005).
Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan
anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
2/65
2
sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui program-program
kesehatan, melainkan berhubungan erat dengan program KB. Upaya
menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan
pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang
pelaksanaannya secara operasional dibentuklah Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Kegiatan di Posyandu merupakan kegiatan nyata yang
melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang
dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan
pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas mengenai pelayanan
kesehatan dasar (Wijono, 2005).
Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan
mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan
secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis
masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif dan
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
3/65
3
efisien serta dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan
layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
Dimana sebagai salah satu sasaran terpenting balita dapat menjadi
indikator untuk mengetahui pemanfaatan Posyandu oleh masya rakat.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi tahun 2009
di Kalimantan Timur terdapat sebanyak 360.289 balita, dimana yang
melakukan kunjungan ke posyandu adalah sebanyak 313.451 (987%)
balita. Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kartanegara dengan jumlah balita sebanyak 66.130 balita, yang
menimbang atau berkunjung ke Posyandu hanya sebesar 46.257
(87,78%) balita, sedangkan untuk wilayah Kecamatan Loa Kulu sendiri
ada 1 Puskesmas yakni Puskesmas Loa Kulu yang merupakan induk
dari 12 Puskesmas pembantu dan 6 Polindes 34 Posyandu dengan
jumlah balita sebesar 3.951 balita, untuk di desa Jembayan sendiri
memiliki 1 Puskesmas pembantu dan 1 Polindes dengan 6 Posyandu
dengan jumlah balita sebanyak 553 balita .
Keadaan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pembantu
Jembayan Kecamatan Loa Kulu pada tahun 2011 juga menunjukkan,
bahwa dari 6 posyandu yang ada, hanya sebanyak 207 balita yang
melakukan kunjungan ke posyandu (Pusban Jembayan, 2011).
Puskesmas Pembantu Jembayan memiliki 6 Posyandu yang
masing-masing tersebar di 3 (tiga) dusun dengan situasi dan kondisi
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
4/65
4
yang beragam dari jarak ke pelayanan kesehatan, medan atau letak
geografi dusun dan ragam suku di dusun tersebut.
Peneliti mengamati keenam Posyandu di Puskesmas
Jembayan diantara ke enam Posyandu yakni dengan jumlah balita
Posyandu DH : D/S = 189/21, WK : 150/54, AM : 51/30, DL : 63/42, KR
: 49/45, AS : 51/15, dua (2) Posyandu yang memiliki jumlah balita
terbanyak DH dan WK akses ke pelayanan Posyandu amat mudah dan
terjangkau. Bila di Posyandu AM kader memiliki peran serta aktif
dengan tiap bulan menyiapkan PMT untuk balita di wilayahnya, begitu
pula di DL dan KR yang merupakan Posyandu yang dimiliki ARMED
dimana ibu atau istri Komandan ARMED biasanya mewajibkan istri -istri
tentara tersebut untuk datang ke Posyandu. Berbeda dengan Ibu -ibu di
wilayah Posyandu DH dan WK biasanya mereka jarang menanyakan
adanya kenaikan dan penurunan berat badan pada balita mereka. Lalu
di kedua Posyandu ini hanya kadang-kadang disiapkan PMT.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan ibu balita
pada posyandu adalah motivasi ibu balita terhadap posyandu yang
diiringi oleh pengetahuan tentang posyandu untuk bertindak
mengunjungi posyandu. Sesuai dengan teori S -O-R (Stimulus-
Organisme-Respons) yang dijabarkan oleh Skinner yakni bila diberikan
rangsangan pada organisme (manusia) dengan diberi perhatian,
pengertian dan adanya penerimaan maka akan terjadi reaksi berupa
sikap (respon tertutup) kemudian karena adanya dukungan fasilitas
dan dorongan lingkungan akan terjadi perubahan sikap dimana dalam
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
5/65
5
hal ini kaitannya bahwa ibu balita akan memiliki respon ketika diberikan
rangsangan. Bahwa ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Jembayan
ini bila tidak diberikan motivasi dari luar maka mereka kurang untuk
memanfaatkan pelayanan Posyandu balita.
Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas, maka
penelitian ini dilakukan secara kualitatif untuk menggambarkan
bagaimana peran serta ibu balita dalam motivasi, pengetahuan, dan
tindakan terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Pembantu Jembayan Kecamatan Loa Kulu.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pemanfaatan posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas
Pembantu Jembayan di Desa Jembayan Kec. Loa Kulu?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menggali secara mendalam mengenai pemanfaatan
Posyandu Oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Pembantu
Jembayan, Kecamatan Loa Kulu Kab. Kutai Kartanegara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menggali secara mendalam mengenai motivasi ibu balita
terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Pembantu Jembayan, Kecamatan Loa Kulu Kab. Kutai
Kartanegara.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
6/65
6
b. Untuk menggali secara mendalam mengenai pengetahuan ibu
balita tentang pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Pembantu Jembayan, Kecamatan Loa Kulu Kab.
Kutai Kartanegara.
c. Untuk menggali secara mendalam mengenai tindakan ibu balita
terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Pembantu Jembayan, Kecamatan Loa Kulu Kab. Kutai
Kartanegara.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Fakultas
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan peneliti
berikutnya.
2. Manfaat institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan acuan
ilmiah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di desa
Jembayan khususnya di bidang kesehatan, terutama peningkatan
jumlah kunjungan dan merupakan informasi yang berharga untuk
memperbaiki upaya pelaksanaan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat khususnya peningkatan pelayanan kesehatan di
Posyandu Balita
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
7/65
7
3. Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan
dan pengetahuan tentang Perilaku masyarakat terhadap
Posyandu melalui penelitian lapangan.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
8/65
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Posyandu
1. Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang
dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh , dari,
untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas
Puskesmas, lintas sector dan lembaga terkait lainnya.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi
yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah
yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.
Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan
yang mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
9/65
9
sekurang-kurangnya mencakup 5 (lima) kegiatan yakni KIA, KB,
imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare (Depkes RI, 2008).
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya;
bayi, anak balita, ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu menyusui serta
pasangan usia subur (PUS).
2. Prinsip Dasar Posyandu
Prinsip dasar Posyandu adalah :
1). Posyandu merupakan usaha masyarakat di mana terdapat perpaduan
antara pelayanan professional dan non professional atau oleh
masyarakat.
2). Adanya kerjasama lintas program yang baik (KIA, KB, Gizi, Imunisasi
dan Penanggulangan Diare) maupun lintas sektoral (Depkes,
Depdagri/Bangdes dan BKKBN).
3). Kelembagaan Masyarakat (kelompok timbang/pos timbang, pos
imunisasi, pos kesehatan, pos obat desa dan lain -lain).
4). Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi yang berumur 0 -11
bulan, anak balita yang berumur 1 - 4 tahun, ibu hamil dan PUS).
5). Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan PKMD/PHC.
3. Tujuan Posyandu
a. Tujuan Umum :
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
10/65
10
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya
pemberdayaan masyarakat.
b. Tujuan Khusus :
1). Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB.
2). Meningkatnya peran lintas sector dalam penyelenggaraan
Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan
AKB.
3). Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan
AKB.
4. Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan
kegiatan pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu
adalah berikut:
a) Kegiatan Utama
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil
mencakup: penimbangan berat badan dan pemberian
tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan. Jika
ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
11/65
11
tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus
Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah
dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan.
Apabila ditemukan kelainan, segera rujuk ke Puskesmas.
b. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan
menyusui mencakup : penyuluhan kesehatan, KB, ASI
dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir
(vagina), pemberian vitamin A dan tablet besi, perawatan
payudara, senam ibu nifas, jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan
pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundu s dan
pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera
dirujuk ke Puskesmas.
c. Bayi dan Anak Balita
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu
untuk balita mencakup : penimbangan berat badan,
penentuan status pertumbuhan, penyuluhan, jika ada
tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang.
Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
2. Keluarga Berencana (KB)
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
12/65
12
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan
oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian
kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas dilakukan suntikan KB, dan konseling
KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang
menunjang dilakukan pemasangan IUD.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan
apabila ada petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang
diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi
dan balita maupun terhadap ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader.
Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil dan WUS. Jenis
pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat
badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi,
pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup
fe. Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas ditambah dengan
pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk bertempat
tinggal di daerah gondok endemic. Apabila setelah 2 kali
penimbangan tidak ada kenaikan berat badan, segera
dirujuk ke Puskesmas.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
13/65
13
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan
penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain
penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat
dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit yang
disediakan.
b) Kegiatan Pengembangan/Tambahan
Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah
kegiatan Posyandu dengan kegiatan baru, di samping 5
kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan baru tersebut
misalnya : perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan
penyakit menular, dan berbagai program pembangunan
masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini disebut
dengan nama Posyandu Plus.
5. Sistem Pelayanan Posyandu (Sistem Lima Meja)
Pelayanan Posyandu dimotori oleh kader posyandu
dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sector terkait.
Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu adalah 5 (lima) orang,
jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan
oleh posyandu yang mengacu pada system 5 (lima) meja. Yang
dimaksud dengan 5 (lima) meja disini bukan menunjuk pada arti
harfiah meja namun pada jumlah dan jenis pelayanan. Guna
meminimalisir salah penafsiran tentang system 5 (lima) meja maka
istilah ini diganti menjadi langkah pelayanan (Depkes RI, 2008).
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
14/65
14
a. Meja I (langkah pertama) :pendaftaran, pencatatan bayi, balita,
ibu hamil, ibu menyusui dan PUS.
b. Meja II (langkah kedua) : penimbangan berat badan balita
dengan menggunakan dacin, penimbangan berat badan ibu
hamil dengan menggunakan timbangan berdiri.
c. Meja III (langkah ketiga) : pengisian KMS, pencatatan hasil
timbang.
d. Meja IV (langkah keempat) : diketahui berat badan anak yang
naik/tidak naik, ibu hamil dengan risiko tinggi, PUS yang belum
mengikuti KB, penyuluhan kesehatan, pemberian Oralit, Vitamin A,
Tablet tambah darah, PMT dan pil KB.
e. Meja V (langkah kelima) : pemberian imunisasi untuk bayi dan ibu
hamil, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan, pelayanan kontrasepsi IUD dan suntikan.
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan
dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan, diataranya
: dokter, bidan, perawat, juru imunisasi, TPG dan sebagainya.
6. Penyelenggara Posyandu
a. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah dilatih
menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan petugas
Puskesmas (Bidan Desa atau Pembina Posyandu dari pemegang
program di Puskesmas).
b. Pengelola Posyandu
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
15/65
15
Pengelola Posyandu adalah pengurus yang dibentuk berasal
dari kader PKK desa (Pokja IV PKK), tokoh masyarakat formal
atau informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah
setempat.
7. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Posyandu melibatkan petugas
Puskesmas, petugas BKKBN sebagai penyelenggara pelayanan
professional dan peran serta masyarakat secara aktif dan positif
sebagai penyelenggara pelayanan non professional secara terpadu
dalam rangka alih teknologi dan swakelola masyarakat.
Dari segi petugas Puskesmas :
a. Pendekatan yang dipakai adalah pengembangan dan
pembinaan PKMD.
b. Perencanaan terpadu tingkat Puskesmas (mikro planning) dan
loka karya mini tingkat Puskesmas.
c. Pelaksanaan melalui system lima meja dan alih teknologi.
Dari segi masyarakat:
a. Kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan adanya kader
kesehatan.
b. Perencanaan melalui musyawarah masyarakat desa.
c. Pelaksanaan melalui sistem lima meja.
8. Stratifikasi/Status Posyandu
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
16/65
16
Atas dasar delapan indikator, Posyandu dapat digolongkan
menjadi empat tingkatan, yaitu :
1) Posyandu Pratama (Warna Merah) : Posyandu tingkat pratama
adalah Posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya
belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.
2) Posyandu Madya (Warna Kuning) :Posyandu pada tingkat
madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan
kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas lima orang
atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya ( cakupan
D/S, cakupan KIA, cakupan Imunisasi, cakupan KB) masih
rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian Posyandu
sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.
3) Posyandu Purnama (Warna Hijau) : Posyandu pada tingkat
purnama adalah Posyandu yang f rekuensi kegiatannya lebih
dari delapan kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas lima
orang atau lebih dan cakupan program utamanya lebih dari
50%. Sudah ada program tambahan, bahkan sudah ada dana
sehat yang masih sederhana.
4) Posyandu Mandiri ( Warna Biru) : Posyandu ini berarti sudah dapat
melakukan kegiatan secara teratur, cakupan lima program utama
sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah
menjangkau lebih dari 50% KK.
Secara ringkas kriteria kategorisasi Posyandu adalah
seperti tampak pada tabel berikut ini;
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
17/65
17
Tabel 2.1 Tingkat Kemandirian Posyandu
No. Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
1. Frekwensi penimbangan 8 >8 >8
2. Rerata kadar tugas
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
18/65
18
Bahwa seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami
keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya lebih daripada
keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja. Dengan
keterlibatan dirinya, berarti keterlibatan pikiran dan
perasaannya.
c) Pengertian peran serta masyarakat dikemukakan oleh Marjono
dalam makalahnya yang berjudul Revitalisasi Posyantekdes
Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Otonomi
Daerah adalah:
Keikutsertaan/keterlibatan masyarakat dengan sadar dalam
suatu program/kegiatan pembangunan. Peran serta dapat
dianggap sebagai tolok ukur dalam menilai apakah suatu
kegiatan yang dilaksanakan merupakan upaya pemberdayaan
masyarakat atau bukan. Jika masyarakat tidak diberikan
kesempatan untuk berperan serta/berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan, maka kegiatan tersebut esensinya tidak
merupakan suatu upaya pemberdayaan masyarakat, melainkan
memperdaya masyarakat. Selanjutnya Marjono
mengemukakan: Konsekuensi logis dari prinsip tersebut,
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat semestinya melibatkan
langsung/tidak langsung berbagai elemen masyarakat dengan
harapan program-program pemberdayaan masyarakat itu
masyarakat akan menumbuhkan rasa memiliki dan
bertanggungjawab atas program tersebut. Dalam
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
19/65
19
pemberdayaan masyarakat, peran serta/partisipasi menduduki
posisi penting, karena memiliki tujuan dan fungsi yang strategis.
Tujuan daripada peran serta masyarakat dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat, yakni menumbuhkan kesadaran hak
dan kewajiban masyarakat, memupuk keswadayaan (sharing jiwa
berbagi), meneguhkan rasa tanggungjawab, merasa memiliki dan
mau memelihara atas hasil dan pasca kegiatan serta
mengembangkannya.
Sedangkan fungsi yang diemban oleh peran serta,
antara lain tidak sedikit kegiatan yang bisa diselesaikan,
meminimumkan dana/anggaran, memiliki nilai tambah,
tanggungjawab tinggi, mengakomodir kebutuhan,
pemanfaatan/penggunaan sumberdaya alam dan manusia dapat
optimum.
2. Pengertian partisipasi Ibu Balita
Upaya peningkatan partisipasi Ibu dalam membina
pertumbuhan dan perkembangan anak balita dilakukan antara
lain melalui kegiatan kelompok bina keluarga balita (BKB).
Sebagai kelanjutan kegiatan tahun sebelumnya, pada tahun
1995/96 dilakukan pendidikan dan pelatihan bagi 420 orang
kader BKB di 14 propinsi. Di samping itu, ke giatan posyandu
terus ditingkatkan mela lui kegiatan imunisasi bagi ibu hamil,
usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), dan penyuluhan tentang
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
20/65
20
pentingnya imunisasi bagi anak balita dan pentingnya air susu
ibu (ASI) bagi pertumbuhan dan perkembangan anak balit a.
Upaya peningkatan peran serta ibu balita dalam
masyarakat dilakukan melalui berbagai aktivitas wanita untuk
mendukung pembangunan di daerahnya. Kegiatan tersebut
dilaksanakan antara lain melalui wadah PKK, KB, dan posyandu.
Melalui gerakan PKK, wanita berperan aktif dalam membina
kesejahteraan keluarganya, sedangkan dalam kegiatan
posyandu, wanita terlibat secara aktif dalam pembe rian
pelayanan kesehatan, imunisasi, dan perbaikan gizi keluarga.
Di bidang keluarga berencana (KB), peran wanita adalah se bagai
peserta dan motivator KB.
3. Tingkat partisipasi masyarakat
Setiap pemimpin yang berusaha menerapkan peran serta
atau partisipasi akan mengalami, bahwa tentang kegiatan ini
terdapat berbagai tingkatan, demikian pula bahwa jenjangnya itu
bisa bergerak dari nol sampai dengan yang tidak terbatas. Dalam
kaitan itu, maka partisipasi yang paling rendahlah yang tentunya
paling mudah dicapai.
Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi masyarakat
diperlukan suatu keterampilan dan pengetahuan agar dapat
mencapai berbagai tingkatannya, dan untuk itu selalu dapat
ditemukan titik tolaknya untuk mengawalinya.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
21/65
21
C. Tinjauan Umum Tentang Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah semua proses yang menjadi penggerak,
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan seseorang berbuat sesuatu. Suatu motivasi murni
adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu
prilaku dan dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Motivasi adalah
segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu.
2. Ciri Motivasi
Motivasi yang tinggi dari setiap orang itu mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas.
b. Ulet menghadapi kesulitan karena kuatnya motivasi instrinsik,
tidak cepat puas dengan hasil yang telah dicapai
c. Menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah
d. Lebih senang bekerja sendiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan
sesuatu
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu
h. Senang mencari dan memecahkan masalah.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
22/65
22
3. Faktor Penggerak Motivasi
Motivasi ada dalam diri manusia terdorong oleh karena
adanya :
a. Keinginan untuk hidup
b. Keinginan untuk memiliki sesuatu
c. Keinginan akan kekuasaan
d. Keinginan akan adanya pengakuan
Sehingga secara singkat, motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan atau keinginan yang dapat dicapai dengan perilaku
tertentu dalam suatu usahanya.
4. Teori Motivasi
Beberapa teori yang menjelaskan tentang motivasi adalah
teori motivasi instrumental dan motivasi kebutuhan.
a. Teori Motivasi Kebutuhan : Teori ini menitikberatkan pada
pengenalan rangsangan dari dalam atau kebutuhan seseorang.
Teori kebutuhan ini dikembangkan oleh Maslow (1993) yang
dikenal dengan Need Hierarchy Theory, di mana kebutuhan
manusia diklasifikasikan dalam lima jenjang dari yang paling
rendah sampai jenjang yang paling tinggi. Adapun jenjang dari
kebutuhan seseorang terdiri dari : kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan dicintai dan kasih
sayang, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
23/65
23
b. Teori Motivasi Dorongan : Teori ini mengatakan bahwa tingkah
laku seseorang didorong kearah suatu tujuan tertentu karena
adanya suatu kebutuhan. Dorongan tersebut adalah sesuatu
yang dibawa sejak lahir atau bersifat intrinsik. Dorongan dapat
dipelajari dan berasal dari pengalaman-pengalaman dimasa
lalu, sehingga berbeda untuk tiap orang
c. Teori Motivasi Instrumental : Teori motivasi instrumental adalah
teori yang berpendapat bahwa harapan akan imbalan dan
hukuman merupakan pendorong bagi tindakan seseorang.
Menurut Bernand dan Simon, bahwa dala m organisasi selalu
terjadi proses tukar-menukar atau jual-beli antara pimpinan dan
staf/bawahan. Seseorang akan mempunyai motivasi yang tinggi
untuk berprestasi bila ia yakin bahwa prestasinya itu
menghasilkan imbalan yang lebih besar. Jadi manusia memiliki
motivasi yang berbeda-beda pada waktu yang dan situasi yang
tidak sama. Kemampuan untuk memahami manusia adalah
penting bagi seorang pemimpin. Dengan gaya
kepemimpinannya, seseorang diharapkan dapat mengetahui
dan memenuhi kebutuhan mereka, sehingga semakin
termotivasi untuk bekerja yang lebih baik.
5. Kekuatan Motivasi
Motif adalah suatu istilah-istilah psikologis yang berasal
dari bahasa Latin
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
24/65
24
Movere. Menurut Branca (Syarkawi, 2000) movere berarti
bergerak. Selanjutnya pengertian motif lebih banyak dihub ungkan
dengan faktor penyebab timbulnya aktifitas dalam suatu proses
terjadinya aktifitas itu sendiri.
Menurut Gerungan (2005) motif adalah suatu pengertian
yang mencakup semua penyebab, alasan, dorongan di dalam diri
manusia yang membuat manusia bergerak. Segala perilaku
manusia dimulai dari adanya kebutuhan dalam diri. Kebutuhan
inilah yang kemudian yang mendorong manusia untuk bergerak,
berarti bahwa sumber dari motif adalah kebutuhan (need) dan
dorongan (drive). Motif, disamping sebagai dorongan dari da lam diri
manusia juga mengandung pengertian adanya suatu tujuan yang
ingin dicapai.
Motif adalah kondisi internal yang membuat orang aktif dan
mengarahkannya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagian ahli
berpendapat bahwa istilah motif dan motivasi mengand ung
pengertian yang sama. Namun sebagian lagi berpendapat berbeda.
Mc. Clelland (Martaniah, 1994:18) menganggap kedua istilah
tersebut lebih kurang sama sehingga ia menggunakan istilah itu
secara bergantian. Kemudian Atkinson mengartikan motivasi
sebagai perwujudan motif yang berbentuk tingkah laku yang nyata.
Pendapat yang sedikit berbeda ialah pendapat Muharli yang
mengatakan motif adalah alasan atau dorongan yang
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
25/65
25
menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu, sedangkan
motivasi adalah proses pembangkitan gerak agar seseorang
bergerak untuk melakukan sesuatu.
Telah banyak para ahli mengadakan penyelidikan untuk
menemukan cara mengukur intensitas atau kekuatan motif dan
motivasi, di antaranya Skinner dengan menggunakan metode
penghalang atau obstruction method e. Dari hasil eksperimen itu
Skinner mengambil kesimpulan bahwa kekuatan motivasi dapat
diukur dengan mengamati atau menilai tingkat kemampuan
organisme dalam mengatasi hambatan dan rintangan yang
dihadapi, artinya semakin besar rintangan yang dapat diatas i berarti
memiliki motivasi yang kuat pula.
6. Bentuk Motivasi
Dalam hubungannya dengan motivasi berdasarkan sifat,
ada dua bentuk motivasi, yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik (Winkel, 1995). Dua bentuk motivasi lain yaitu motivasi
terdesak dan motivasi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
sosial budaya dan pertahanan dan keamanan.
D. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara
sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
26/65
26
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu
(Wahit,dkk, 2006). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata).
1. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2005), pengetahuan
merupakan bagian dari Cognitive Domain yang mempunyai enam
tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali ( recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
b. Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
27/65
27
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
2. Domain Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain terpenting terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Penelitian Rogers (1974)
dikutip oleh Notoatmodjo (2005) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan yakni :
a.Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Interest,dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya)
d. Trial, dimana orang telah berperilaku baru.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
28/65
28
e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
E. Tinjauan Umum Tentang Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan
(overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas atau sarana dan prasarana.
Tingkat-Tingkat Praktek:
1. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama.
Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi
bagi anak balitanya.
2. Respon Terpimpin (Giuded Respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat kedua.
Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai
dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak,
menutup pancinya, dan sebagainya.
3. Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan
maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
29/65
29
yang sudah biasa mengimunisasi bayi pada umur -umur tertentu
tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
4. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya
tersebut. Misalnya ibu dapat memilih dan memasak makanan yang
bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan murah dan sederhana.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung
yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran
juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden. (Notoadmodjo, 2007).
F. Determinan Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan tergantung pada
prediposisi keluarga cenderung menggunakan pelayanan kesehatan
yang mana serta kepercayaan dan sikap terhadap pelayanan medis,
dokter dan penyakit (termasuk sress serta kecemasan yang ada
kaitannya dengan kesehatan).
Fungsi pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
tidak dapat lagi seluruhnya ditangani oleh para dokter saja. Apalagi
kegiatan itu mencakup kelompok masyarakat luas. Para dokter
memerlukan bantuan tenaga paramedic, sanitasi, gizi, ahli ilmu social
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
30/65
30
dan juga anggota masyarakat (tokoh masyarakat, kader) untuk
melaksanakan program kesehatan, tugas tim kesehatan ini dapat
dibedakan menurut tahap/jenis program kesehatan yang dijalankan,
yaitu promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan
rehabilitasi (Depkes RI, 2006).
Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan
harus memiliki persyaratan pokok yaitu : a). tersedia dan
berkesinambungan, b). mudah dicapai, c). mudah dijangkau, d). dapat
diterima dan wajar, e). bermutu (Azwar, 1996).
Menurut Reinke (1994), yang dikutip oleh Hutahuruk (2005)
ada beberapa factor yang mempengaruhi seseorang memanfaatkan
pelayanan kesehatan adalah :
1). Factor regional.
2). Factor dan system pelayanan kesehatan yang bersangkutan, yaitu
tipe dari organisasi, misalnya rumah sakit, puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
3). Factor adanya fasilitas kesehatan lain
4). Factor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan
kesehatan yaitu factor sosio psikologis yang meliputi sikap persepsi
terhadap pelayanan kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), rendahnya
pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
1). Jarak yang jauh (factor geografi)
2). Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (factor informasi)
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
31/65
31
3). Biaya yang tidak terjangkau (factor ekonomi)
4). Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (factor budaya)
Teori perilaku menurut Anderson tahun 1974 bahwa faktor -
faktor yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan dibagi
menjadi tiga (3) yaitu :
1. Komponen/Karakteristik predisposisi (pendorong) seseorang untuk
menggunakan pelayanan kesehatan. Anderson membagi
komponen ini berdasarkan karakteristik pasien ke dalam tiga
bagian meliputi ciri demografi, struktur social, keyakinan terhadap
pelayanan kesehatan (health beliefs) (Becker, 1995).
2. Komponen/Karakteristik enabling atau kemampuan seseorang
untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Factor biaya dan jarak
pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap
perilaku penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan
(Kresno, 2005).
3. Komponen/Karakteristik Need atau kebutuhan seseorang akan
pelayanan kesehatan. Anderson dan Sheatsley (1967) menemukan
79% orang yang mengalami sakit tidak mencari pengobatan
dengan alas an bahwa gejala penyakit tersebut tidak berbahaya
sehingga mereka tidak membutuhkan pelayanan kesehatan
(Greenley, 1980).
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
32/65
32
Sedangkan menurut Lawrence Green (1980) Kesehatan
seorang individu maupun sebuah masyarakat akan dipengaruhi oleh 2
(dua) factor utama yaitu perilaku itu sendiri dan factor diluar perilaku
tersebut. Factor perilaku ditentukan oleh 3 faktor sebagai berikut :
1. Factor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai -nilai.
2. Factor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam
lingkungan fisik dan tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau
sarana kesehatan.
3. Factor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dlam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh p engetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
tersebut. Selain itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas
yang memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat juga
akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku masyarakat.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
33/65
33
G. Kerangka Teori
Pendekatan teori yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan
teori Anderson (1974) dan Lawrence green (1980).
Berdasarkan teori di atas berikut bagan kerangka teori :
Gambar 1 : Kerangka Teori menurut Anderson (1974) dan Lawrence
Green (1980)
Teori Anderson
Factor penguat:
Sikap dan perilaku petugaskesehatan atau petugas lainDukungan keluarga
Karakteristik kebutuhan:
Kebutuhan yang dirasakan individuterhadap pelayanan kesehatan
Factor pendorong:Lingkungan fisikFasilitas/sarkes
Karakteristik pendukung:Sumber daya keluargaSumber daya masyarakat
PemanfaatanPelayananPosyandu
Factor predisposisi:
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Persepsi
motivasi
Nilai-nilai
Karakteristik predisposisi:Jenis kelaminUmurPendidikan
PekerjaanSuku/rasManfaat-manfaat kesehatan
Teori Lawrence Green
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
34/65
34
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian Kualitatif yang merupakan penelitian yang digunakan untuk
menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas
atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan,
diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono,
2010). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
motivasi, pengetahuan, dan tindakan ibu balita terhadap Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Jembayan di Desa Jembayan
Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2011.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April Mei 2011
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jembayan Kecamatan Loa
Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur .
C. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah ibu yang mempunyai anak balita
yang pernah dan tidak pernah mengikuti kegiatan Posyandu yang ada
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
35/65
35
di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Jembayan Kecamatan Loa Kulu
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Informan kunci pada penelitian ini adalah petugas kesehatan
seperti petugas Posyandu dari Puskesmas dan kader -kader Posyandu.
Dalam penelitian mengenai teknik pengambilan sampel yang
digunakan yaitu purposive samplingdengan pendekatan snowball
samplingmelalui wawancara yang mendalam (intensive interview, in-
depth interview) dan berhenti ketika tidak ada informasi baru lagi
(Hamidi, 2008).
Pemilihan informan dilakukan dengan cara Snowball Sampling
yang merupakan teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada
awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan
karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu
memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi
yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah
sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang
menggelinding, lama-lama menjadi besar (Sugiyono,2010).
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
36/65
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
37/65
37
2. Pengetahuan
Pengetahuan Ibu balita adalah hal -hal yang diketahui ibu
balita atau informan tentang pengertian posyandu, tujuan dan
manfaat posyandu untuk balita, serta pelayanan atau kegiatan
posyandu untuk balita.
3. Tindakan
Tindakan ibu balita pada penelitian ini terfokus pada
kehadiran rutin ibu balita ke posyandu, meminta penjelasan kepada
kader ketika balita telah ditimbang.
4. Pemanfaatan Posyandu
Pemanfaatan pelayanan Posyandu adalah tindakan ibu
atau informan membawa balitanya menggunakan semua pelayanan
kesehatan di Posyandu
F. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer didapat dari informan melalui wawancara
mendalam dengan orang-orang tertentu atau telah ditentukan
sebelumnya yang dapat memberikan keterangan dari data yang
diinginkan.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara
mendalam (indepth interview) terhadap ibu balita dan kader
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Jembayan, dengan
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
38/65
38
menggunakan pedoman wawancara ( interview guide) dan alat
bantu seperti tape recorder, kamera dan catatan lapangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi :
a. Dokumen
Dokumen adalah cara memperoleh data dengan mengambil
hasil dari dokumentasi yang tersedia (arsip, laporan, dan
sebagainya) saat penelitian berlangsung.
b. Kepustakaan
Pengumpulan data melalui buku-buku dan sumber bacaan
lainnya sebagai tinjauan pustaka yang memuat tentang
beberapa pendapat pakar yang berkaitan dengan penelitian
guna mendukung penulisan maupun pembahasan skripsi ini.
Data sekunder diperoleh dari Kantor Desa Jembayan dan
Puskesmas Loa Kulu dan Puskesmas Pembantu Jembayan serta 6
(enam) Posyandu di Desa Jembayan.
G. Teknik Pengambilan Data
Hal yang dilakukan Sebelum melaksanakan pengambilan data,
yaitu menjalin hubungan baik dengan ibu balita. Ada empat macam
teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu sebagai
berikut:
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
39/65
39
1. Wawancara Mendalam
Jenis wawancara yang akan dilakukan yaitu wawancara
terstruktur, karena dalam melakukan wawancara, selain harus
membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka
pengumpul data juga dapat menggunakan alat Bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar. (Esterberg, 2002)
Wawancara dilakukan secara mendalam dengan orang-
menggunakan bantuan pertanyaan-pertanyaan (panduan
wawancara). Wawancara pendahuluan dilakukan dengan
mewawancarai orang yang dinilai dapat memeberikan informasi
yang diperlukan kemudian diteruskan dengan informan-informan
berikutnya sesuai dengan permasalahan.
2. Panduan Wawancara
Panduan wawancara telah disiapkan untuk informan yang di
bagi menajdi 2 yaitu ibu balita yang pernah dan tidak pernah
mengikuti kegiatan Posyandu sebagai informan utama, sebagai
petugas kesehatan informan kunci.
3. Dokumentasi
Gambaran-gambaran nyata mengenai proses serta
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan saat penelitian
berlangsung.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
40/65
40
4. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi
adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan,
kejadian, atau peristiwa, waktu dan persaan. Alasan peneliti
melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik
perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk
membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu
melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan
balik terhadap pengukuran.
H. Proses Analisis Data
Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun kelapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian. (Nasution, 1998).
Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih
difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan data. Analisis kualititif pene litian ini dilaksanakan
dengan:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya, karena data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
41/65
41
2. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya yaitu menyajikan
data. Dengan menyajikan data maka akan mudah memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart,
dan sejenisnya. (Miles dan Huberman, 1984)
Untuk mempermudah melihat pola-pola jawaban informan, maka
data dimasukan kedalam matriks jawaban. Semua jawaban di
matriks dianalisa dengan cara mencari persamaan dan perbedaan
jawaban narasumber, mengelompokan antara jawaban yang sama
dan berbeda, mengutip ungkapan lisan dari informan yang
menggambarkan tiap sudut pandang informan yang berbeda.
3. Verifikasi
Menurut Miles dan Huberman langkah ketiga dalam analisis data
kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena seperti telah dikemukankan bahwa masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah berada di lapangan. Kesimpulan
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
42/65
42
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran, hipotesis atau
teori.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
43/65
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Pemanfaatan Posyandu oleh ibu
balita di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Jembayan di Desa
Jembayan Kecamatan Loa Kulu. Secara umum keadaan
Desa Jembayan merupakan dataran rendah dan tinggi yang
terletak dipinggiran sungai Mahakam. Sebagian besar wilayah
Desa Jembayan merupakan areal operasi tambang batubara
dan beberapa perusahaan sawit. Akses jalan desa bila dekat
perkotaan baik namun bila menuju dusun ke dusun agak rusak
dan semakin parah bila musim hujan. Wawancara dilakukan
pukul 09.00 sampai 12.00 wita kadang-kadang jam 12.00 wita
keatas saat peneliti pulang kerja dan mencari waktu luang dari
informan yang akan diwawancarai.
b. Fasilitas Kesehatan Lokasi Penelitian
Fasilitas kesehatan yang dimiliki Desa Jembayan
yaitu terdapat Puskesmas Pembantu dan 1 polindes dengan 4
orang tenaga kesehatan, yaitu 2 perawat dan 2 bidan. Terdapat
pula 6 Posyandu dengan masing - masing 5 orang kader.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
44/65
44
2. Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang, yaitu
terdiri dari 10 informan utama yaitu ibu balita yang dan 3 informan
kunci yaitu petugas kesehatan (1 orang perawat, 2 orang kader
posyandu)
Karakteristik informan dalam penelitian ini meliputi umur,
pendidikan, pekerjaan.
a. Usia
Karakteristik informan berdasarkan usia ibu balita di
wilayah kerja puskesmas Pembantu Jembayan yaitu informan
dengan usia 20-30 tahun sebanyak 4 orang, usia 31-40
sebanyak 8 orang.
b. Pendidikan terakhir
Karakteristik informan berdasarkan pendidikan terakhir
ibu balita di wilayah kerja Puskesmas pembantu Jembayan yaitu
Sebanyak 1 orang informan lulusan S1, sebanyak 4 orang
lulusan SMA, sebanyak 3 orang lulusan SLTP dan 3 orang
lulusan SD.
c. Pekerjaan
Karakteristik informan berdasarkan jenis pekerjaan ibu balita
diwilayah kerja Puskesmas pembantu Jembayan yaitu
sebanyak 8 orang Ibu Rumah Tangga, 5 orang PNS.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
45/65
45
3. Hasil Wawancara
Dari kegiatan wawancara mendalam (Indepth Interview)
yang dilakukan pada saat penelitian di wilayah kerja Puskesmas
Pembantu Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai
Kartanegara pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2011 ,
maka diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Motivasi ibu balita terhadap Pemanfaatan Posyandu Balita
Pertanyaan ini diajukan untuk memperoleh informasi
mengenai perilaku informan dalam memanfaatkan Posyandu
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Jembayan
1. Tujuan ibu setiap bulan datang ke Posyandu balita
Dari hasil wawancara yang dilakukan secara
mendalam kepada informan tentang tujuan ibu setiap bulan
datang ke Posyandu Balita yakni untuk menimbang dan
imuniasi anak. Seperti yang diungkapkan ibu yang menjadi
informan utama dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Kalo ke posyandu ya biasanya timbang sama vaksin anak
saya.
(DW : 18 April 2011)
mau nimbang berat badan sama imunisasi anak saya
(ER : 18 April 2011)
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
46/65
46
(ibu balita yang tidak pernah dating ke Posyandu)
ya ini bu.. mau nimbang sama vaksin anak saya
(YI: 22 April 2011)
ya.. nimbang sama imunisasi anak saya lah..
(NN: 22 April 2011)
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan
informan kunci yaitu petugas kesehatan setempat sebagai
berikut:
ya rata-rata ibu-ibu balita yang datang kemari Posyandu
tujuannya untuk menimbang berat badan dan imunisasi
anaknya
(DM: 22 April 2011)
Dari pernyataan diatas dapat ditarik analisis bahwa
ibu balita yang pernah dan yang tidak pernah datang ke
Posyandu Balita tujuannya untuk menimbang dan
mengimunisasi balita mereka.
2. Yang mendorong ibu sehingga ibu merasa harus ke
Posyandu Balita setiap bulan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
secara mendalam kepada informan tentang apa yang
mendorong ibu sehingga ibu merasa harus ke Posyandu
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
47/65
47
setiap bulan. Seperti di ungkapkan ibu balita yang menjadi
informan utama dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Pengen tahu berat badan anak saya naik apa nggak, terus
supaya bias dapat makanan tambahan dan vitamin A gratis
(DW : 18 April 2011)
Cuman mau tau anak saya naik apa turun timbangannya
trus khan bisa vaksin
(ER : 18 April 2011)
Mau tahu apakah ada kenaikan berat badan anak saya atau
tidak
(YI : 22 April 2011)
Yaa.. mau tau berat badan anak saya berubah naik apa
turun
(NN : 22 April 2011)
Hal ini sejalan dengan pernyataan informan kunci
yaitu seorang petugas kesehatan yang menyatakan hal
serupa sebagai berikut :
Biasanya ibu-ibu balita yang datang keposyandu itu datang
untuk timbang berat badan anak mereka dan imunisasi dan
supaya dapat vitamin A kalau memang bulannya vitamin A
(DM : 22 April 2011)
Dari hasil wawancara mendalam (Indepth interview)
yang telah dilakukan dilapangan bahwa hal-hal yang
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
48/65
48
mendorong ibu-ibu balita untuk datang ke posyandu adalah
untuk mengetahui apakah ada kenaikan berat badan anak
mereka dan bisa mendapatkan makanan tambahan serta
vitamin A.
3. Menurut ibu apakah keberadaan Posyandu Balita sangat
menguntungkan ibu dan keuntungan apa yang ibu dapatkan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
secara mendalam kepada informan tentang apakah
keberadaan Posyandu Balita sangat menguntungkan ibu
dan keuntungan apa yang didapat ibu. Sebagian besar ibu -
ibu balita ini merasakan keuntungan dari adanya Posyandu.
Seperti di ungkapkan ibu yang menjadi informan utama
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Sangat menguntungkan karena bisa timbang sekalianvaksin anak nggak jauh-jauh
(JR : 22 April 2011)
Menguntungkan sekali bu.., bisa vaksin dan timbang anak
serta dapat vitamin A.
(YI : 22 April 2011)
Yaa.. sangat menguntungkan bisa timbang dan vaksin serta
dapat makanan tambahan dari kader .
(DW : 18 April 2011)
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
49/65
49
Hal ini sejalan dengan pernyataan informan kunci
yaitu seorang kader Posyandu menyatakan hal serupa
sebagai berikut :
Ya iyalah sangat menguntungkan bu,soalnya kalo ke
kecamatan khan jauh, disini bisa timbang dan vaksin
sekalian dapat vitamin A.
(YN : 18 April 2011)
b. Pengetahuan ibu Balita tentang Posyandu Balita
Pertanyaan ini untuk memperoleh informasi mengenai
pengetahuan informan akan pemahaman tentang pengertian
Posyandu dan apa saja kegiatan yang ada di Posyandu Balita.
1. Apakah ibu tahu Posyandu Balita itu apa?
Dari hasil wawancara yang dilakukan secara
mendalam kepada informan tentang pengertian Posyandu
yakni Pos pelayanan terpadu dan sebatas untuk menimbang
dan imunisasi anak saja, seperti yang diungkapkan
beberapa informan berikut ini :
Pos pelayanan terpadu aja saya tahunya bu.. .
(DW: 18 April 2011)
Pos pelayanan terpadu yang melayani anak-anak dan ibu
hamil
(ER : 18 April 2011)
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
50/65
50
Pos penimbangan dan vaksin anak-anak dan ibu hamil
(CS : 18 Mei 2011)
Posyandu adalah
tempat untuk penimbangan danimunisasi
(SH : 18 Mei 2011)
Hal ini sejalan dengan pernyataan informan kunci
yaitu seorang petugas kesehatan yang menyatakan hal
serupa sebagai berikut :
Ibu-ibu balita disini tahunya ya Posyandu itu tempat untuk
penimbangan dan pemberian vaksin, vitamin A dan
makanan tambahan
(DM : 22 April 2011)
2. Ibu tahu kapan pelaksanaan Posyandu Balita
Dari hasil wawancara yang dilakukan secara
mendalam kepada informan utama tentang pelaksanaan
Posyandu sebagian besar informan mengetahui kapan
pelaksanaannya, seperti yang diungkapkan informan berikut
ini :
Ya iyalah bu anak sudah tiga masa lupa tanggal Posyandu,kalau disini setiap tanggal 18.
(DW : 18 April 2011)
Tahu hak bu mun disini ni tiap tanggal 18 Posyandunya.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
51/65
51
(Tahu lah bu kalau disini tiap tanggal 18 posyandunya)
(ER : 18 April 2011)
T
ah
u bu, tiap tanggal 22 tapi kadang -kadang saya lupa.
(NN : 22 April 2011)
Tahu benehhak saya ni mun posyandu disini ni tanggal 18.
(Tahu betul lah saya ini kalau posyandu disini ini tanggal 18)
(SH : 18 Mei 2011)
Hal ini sejalan dengan pernyataan informan kunci
yaitu seorang kader posyandu yang menyatakan hal serupa
sebagai berikut :
Ya pada tahu semua lah bu, biasanya kita umumkan di
masjid dan kalau ada acara shalawatan
(BI : 22 Mei 2011)
3. Darimana ibu tahu tentang Posyandu Balita
Dari hasil wawancara yang dilakukan secara
mendalam kepada informan tentang dari mana ibu tahu
tentang Posyandu Balita. Seperti yang di ungkapkan ibu
yang menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut :
Tahu dari kader posyandu sama petugas kesehatan yang
tiap bulan mengingatkan untuk datang ke posyandu .
(DW : 18 April 2011)
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
52/65
52
Dari bu bidan dan kader Posyandu disini...
(ER : 18 April 2011)
Dari kader posyandu yang tiap bulan mengingatkan
Posyandu di Masjid sini .
(WT : 10 Mei 2011)
Dari kader dan petugas kesehatan yang ad disini .
(NN : 22 April 2011)
Hal ini sejalan dengan pernyataan informan kunci
yaitu seorang petugas kesehatan dan kader posyandu yang
menyatakan hal serupa sebagai berikut :
Biasanya kami mengingatkan ibu-ibu balitanya untuk dating
tiap bulannya ke Posyandu setiap tanggal yang telah
ditentukan di tempat tinggal masing -masing
(DM : 22 April 2011)
Biasanya kami umumkan di masjid atau ibu-ibunya ingat
setiap tanggal sekian Posyandu
(BI : 22 Mei 2011)
4. Ibu tahu apa saja kegiatan yang dilakukan di Posyandu
Dari hasil wawancara yang dilakukan secara
mendalam kepada informan tentang pengetahuan ibu
mengenai apa saja kegiatan yang dilakukan di Posyandu,
sebagian besar ibu-ibu ini menjawab bahwa kegiatan
posyandu sebatas penimbangan, imunisasi dan pemberian
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
53/65
53
vaksin, pembagian Vitamin A dan makanan tambahan.
Seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan berikut
ini :
Tahunya kegiatan diposyandu itu cuma penimbangan,
vaksin,.vitamin A sama periksa ibu hamil aja
(ER : 18 April 2011)
Biasanya cuman timbang, vaksin sama pemberian vitamin
A
(DW : 18 April 2011)
Paling kegiatan di posyandu itu timbang anak sama vaksin
dan dikasih vitamin A
(WT : 10 Mei 2011)
Hal ini sejalan dengan pernyataan informan kunci
yaitu seorang petugas kesehatan dan kader Posyandu yang
menyatakan hal serupa sebagai berikut :
Sebenarnya kegiatan di Posyandu balita itu ada pelayanan
KIA, KB, imunisasi dan gizi juga biasanya dikasih
penyuluhan, namun karena terbatasnya tenaga kami maka
hanya kegiatan seperti penimbangan balita, imunisasi, KB,
pelayanan KIA yang dapat kami tangani..
(DM : 22 April 2011)
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
54/65
54
Kami tahunya kegiatan di posyandu sebagai kader hanya
melayani pendaftaran dan penimbangan lalu berat badan
anak dicatat diKMS dan memberikan makanan tambahan
kalau ada..
(YN : 18 April 2011)
c. Tindakan ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu Balita
Pertanyaan ini untuk memperoleh informasi mengenai
tindakan ibu-ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu balita,
karena informan utama sebagian adalah yang pernah dan tidak
pernah datang ke posyandu jawaban yang didapat dari ibu -ibu
balita ini beragam, seperti yang diungkapkan oleh beber apa
informan berikut ini :
1. Kapan terakhir ibu mengunjungi Posyandu Balita dan apa
alasannya
Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan
kepada informan mengenai kunjungan ibu terakhir ke
posyandu dan jika tidak dating apa alasannya, berikut
ungkapan yang diberikan informan :
(Yang pernah datang/rutin ke Posyandu)
Saya datang terus bu buat timbang anak saya, alasannya
ya buat tahu naik apa turun berat badan anak saya
(ER : 18 April 2011)
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
55/65
55
Saya ini datang terus kalau ada posyandu bu.. paling nggak
ya buat nimbang anak
(DW : 18 April 2011)
(Yang tidak pernah datang ke Posyandu )
Waktu vaksin campak anak saya 1 tahun lalu, alasannya
saya kerja nggak sempat antar anak
(NN : 22 April 2011)
2 tahun yang lalu waktu anak saya vaksin campak..,
alasannya nggak dating lagi setelah itu saya banyak kerjaandirumah..
(YI : 22 April 2011)
2. Apakah ibu meminta penjelasan kepada kader atau petugas
kesehatan ketika anak ibu telah ditimbang
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada
informan mengenai tindakan ibu-ibu balita setelah
menimbang anaknya untuk bertanya atau meminta
penjelasan kepada kader, sebagian informan mengatakan
bahwa ada yang berat badan anaknya naik, turun dan tetap
saja, mereka hanya bertanya berapa berat badan anak
mereka, dan kadang-kadang kader akan memberitahukan
bahwa berat anak mereka naik, turun atau tetap saja. Seperti
yang diungkapkan oleh beberapa informan berikut ini :
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
56/65
56
Nggak tanya, Cuma tanya berapa berat badan anak saya
dan saya lihat yang bulan kemarin ada perubahan nggak?
(ER : 18 April 2011)
Kadang tanya sih bu.. Naik nggak berat badan anak saya
(DW : 18 April 2011)
Biasanya kalau kita tanya berapa timbangan anak kita, nanti
sama kadernya dikasih tahu beratnya naik..
(WT : 10 Mei 2011)
Hal ini sejalan dengan pernyataan informan kunci
yakni kader posyandu, berikut pernyataannya :
Biasanya kan kami kasih tahu berapa berat badan anaknya
langsung kami lihat diKMS bulan kemarinnya dan bulan ini
kalau beratnya naik atau turun atau tetap-tetap aja
(YN : 18 April 2011)
3. Menurut ibu penting atau tidak membawa anak balita ke
Posyandu
Dari hasil wawancara yang telah dllakukan kepada
informan mengenai penting atau tidak membawa anak ke
Posyandu, sebagian besar informan mengungkapkan bahwa
sangat penting karena untuk mengetahui berat badan anak
dan mendapat vaksin serta vitamin A. seperti yang
diungkapkan beberapa informan berikut ini:
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
57/65
57
Sangat penting, soalnya biar tahu berat badan anak saya
naik apa tidak
(ER : 18 April 2011)
Ya penting sekali buat tahu berapa timbangan anak saya
dan vaksinnya sudah selesai apa belum..
(DW : 18 April 2011)
Sangat penting, biar Cuma datang untuk timbang, vaksin
dan dapat vitamin A
(WT : 10 Mei 2011)
B. PEMBAHASAN
Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk
mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap
objek penelitian (Moleong, 2004), membedakan empat macam
triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari ke empat macam
triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan
dengan memanfaatkan sumber.
Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif
(Patton, 1987).
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
58/65
58
a. Pembahasan Motivasi Ibu Balita Terhadap Pemanfaatan
Posyandu
Dalam kegiatan penulisan ini tidak ditemukan suatu
kendala dikarenakan informan dalam penelitian yakni ibu -ibu balita
yang pernah atau selalu datang dan yang tidak pernah datang ke
posyandu setiap bulannya untuk membawa anaknya, selain itu
posyandu juga sudah menjadi bagian dari masyarakat yang
membawa dampak baik khususnya untuk ibu dan anak.
Motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai
kebutuhan, keinginan, dorongan yang muncul dalam diri
seseorang. Motif diarahkan kearah tujuan-tujuan yang dapat
muncul dalam kondisi dibawah sadar. Motif-motif merupakan
mengapa dari perilaku. Mereka muncul dan mempertahankan
aktifitas, dan mendeterminasi arah umum perilaku seorang individu.
(Winardi 2002).
Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada ibu-ibu balita
menunjukkan bahwa ada kebutuhan akan pentingnya mengetahui
perkembangan anak sehingga ada keinginan untuk datang ke
posyandu setiap bulannya, seperti yang telah diungkapkan oleh
kebanyakan ibu-ibu balita dalam penelitian ini. Yaitu dengan ke
posyandu ibu-ibu balita dapat mengetahui berat badan dan
mendapatkan imunisasi, vitamin A,
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
59/65
59
Hal ini merupakan sebagian kegiatan pelayanan
kesehatan yang dijalankan diposyandu, seperti halnya
pemeliharaan kesehatan bayi dan balita yang sebagian besar
adalah penimbangan bulanan, pemberian makanan tambahan,
imunisasi bayi dan pemberian vitamin A serta pemeliharaan
kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur
seperti pemeriksaan kehamilan dan nifas,imunisasi TT untuk ibu
hamil dan pemberian kesehatan dan KB.
Adapun tujuan lain informan ke posyandu yakni selain
untuk kegiatan kesehatan, posyandu bisa juga sebagai tempat
berkumpul bersama para ibu-ibu dan melakukan kegiatan seperti
arisan hal ini sesuai dengan kutipan dalam Effendy (1998) bahwa
posyandu kemudian menjadi suatu forum komunikasi tempat para
ibu berkumpul bersama dalam suasana yang sesuai dengan adat
budaya setempat, untuk berbagi pengalaman tentang
pemeliharaan anak, termasuk bagaimana memilih dan
menyiapkan makanan bergizi yang berguna dan dapat diterima
oleh anak-anaknya.
Dari adanya kebutuhan dan keinginan informan untuk
datang ke posyandu maka terlebih dahulu ada yang mendorong
informan untuk melakukan aktifitas tersebut, seperti yang
diungkapkan informan bahwa dorongan bisa timbul dari diri
sendiri atau pun mendapat dorongan dari suami serta keluarga.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
60/65
60
Adapun manfaat posyandu bagi masyarakat itu sendiri
khususnya bagi ibu-ibu balita yakni untuk memperoleh
kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan
AKB dan memperoleh bantuan secara profesional dalam
pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu
dan anak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu balita
termotivasi karena ada keinginan untuk mendapat manfaat
kesehatan datang ke posyandu.
b. Pembahasan Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Pemanfaatan
Posyandu
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif mer upakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior) (Notoatmodjo, 1993).
Menurut Bloom, pengetahuan merupakan bagian dari
cognitive domain
yang mempunyai 6 tingkatan, yaitu : Tahu
(know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis
(analysis), Sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation) ( Notoatmodjo,
2003).
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
61/65
61
Dari hasil penelitian mengenai pengetahui ibu balita
terhadap pemanfaatan posyandu yang di dalam penelitian ini
sebagai informasi berada di dalam tingkatan tahu mengenai
posyandu tetapi hanya secara garis besar dan tidak dapat
menjabarkannya secara spesifik.
Selain itu kebanyakan informan menyatakan bahwa
pengertian posyandu adalah sebagai tempat kegiatan kesehatan
seperti untuk menimbang anak, tempat mendapatkan imunisasi.
dan tempat untuk memeriksakan kesehatan.
Padahal secara umum pernyataan informan berada dalam
tingkatan memahami, di samping itu ada juga beberapa informan
yang tidak tahu tentang pengertian posyandu, informan
menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengetahui peran dan
pengertian posyandu itu sendiri.
Secara umum informan tidak tahu mengenai program apa
saja yang telah diadakan di lokasi posyandu tempat tinggal
informan, tentang sistem 5 meja sebagian informan baru
mendengar tentang sistem tersebut dana pelaksana posyandu
sendiri berasal dari swadaya masyarakat untuk membuat makanan
tambahan balita berupa bubur.
Hal ini juga sajalan dengan pernyataan dari kader
posyandu yang menjadi sumber informan kunci dalam penelitian ini
bahwa tidak adanya program posyandu dikarenakan mereka juga
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
62/65
62
tidak pernah meminta ke Dinas kesehatan atau instansi kesehatan
untuk melakukan kegiatan lain seperti penyuluhan dan sebagainya.
Tidak optimalnya fungsi meja ke empat tersebut sangat di
sayangkan sebab meja tersebut menjadi garda terdepan untuk
meningkatkan derajat kesehatan bayi dan balita. Sebab meja itu
dipergunakan untuk memberikan penyuluhan kesehatan mengenai
kondisi anak setelah di timbang di posyandu yang seda ng sakit
saat penimbangan tidak mendapatkan perhatian lebih.
Padahal dengan memberikan perhatian pada yang sakit
dan memberikan sedikit penyuluhan bisa membentuk ikatan
emosional, jadi orang tua menjadi tambah semangat
menimbangkan anaknya ke posyandu.
c. Pembahasan tentang tindakan ibu balita terhadap pemanfaatan
posyandu
Tindakan adalah sikap yang terwujud dalam perbuatan
nyata dimana diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas atau sarana dan
prasarana.
Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada ibu-ibu balita
bahwa tindakan yang dilakukan dengan rutin datang ke posyandu
berarti ibu-ibu balita sadar bahwa memanfaatkan fasilitas
kesehatan terutama ke Posyandu itu adalah penting berbeda
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
63/65
63
dengan ibu-ibu balita yang tidak pernah dating ke Posyandu tidak
menyadari betapa pentingnya memanfaatkan fasilitas kesehatan
terutama posyandu untuk mengetahui informasi kesehatan apa saja
yang terdapat disana.
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
64/65
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
dikemukan kesimpulan mengenai Pemanfaatan Posyandu Oleh ibu balita
di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Jembayan di Desa Jembayan
Kecamatan Loa Kulu kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2011.
1. Dalam hal pemanfataan posyandu dapat disimpulkan bahwa ibu -ibu
balita termotivasi karena ada keinginan untuk mendapat manfaat
kesehatan datang ke posyandu.
2. Pengetahuan ibu balita yang masih rendah mengenai Pengertian dan
peran dari posyandu ibu balita sebatas hanya mengetahui posyandu
sebagai tempat imunisasi dan menimbang saja serta tempat untuk
mendapatkan vitamin A .
3. Tindakan ibu balita yang tidak pernah mengunjungi/memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada yakni posyandu sangat merugikan ibu
balita sendiri sehingga kurang/ tidak tahu apakah ada peningkatan
berat badan atau tidak pada anak -anaknya.
2. SARAN
1. Dilihat dari Hasil Penelitian, diketahui bahwa Tingkat pemanfaatan
posyandu masih rendah maka perlu dilakukan upaya -upaya untuk
8/6/2019 BAB I-V KOMPLIT
65/65
65
meningkatkan pemanfataan pelayanan posyandu melalui Promosi
dan penyuluhan tentang manfaat posyandu serta meningkatkan
kualitas pelayanan di posyandu sehingga para ibu balita termotivasi
untuk mengunjungi posyandu setiap bulannya.
2. Diadakannya pertemuan rutin di desa dalam bentuk lokakarya dan
sebagainya yang melibatkan kader posyandu, kader PKK, dan
Toma yang di fasilitasi oleh Intansi kesehatan yang terkait dan
dukungan oleh aparat desa setempat.
3. Puskesmas sebagai Tempat pelayanan kesehatan dasar yang
berhadapan langsung dengan masyarakat agar dapat memfasilitasi
serta mendukung semua kegiatan yang diadakan posyandu
sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.