1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai bagian dari kehidupan masyarakat, disadari atau tidak, teknologi telah
mengubah banyak hal, khususnya teknologi komunikasi dan informasi. Selain
mampu meningkatkan kualitas hidup, teknologi komunikasi dan informasi juga
mampu mengubah cara berinteraksi masyarakat sehari-hari (Fakhruroji, 2014). Hal
ini terbukti dengan munculnya berbagai media komunikasi dengan kecanggihan
teknologi di dalamnya yang dapat digunakan sebagai alat dan/atau perantara dalam
mendukung proses interaksi atau komunikasi. Salah satu media komunikasi yang
punya pengaruh besar dan mengalami perkembangan pesat adalah ponsel atau telepon
genggam yang saat ini berevolusi menjadi smartphone (Fakhruroji, 2014).
Perkembangan masyarakat Indonesia yang tumbuh menjadi masyarakat informasi
sendiri mengakibatkan mereka setiap harinya akan bersinggungan dengan ponsel atau
smartphone sebagai perangkat dan internet sebagai jaringannya. Menurut data
Nielsen (2011) yang ditulis oleh Wahyuningsih (2013:172), Indonesia merupakan
negara yang memiliki jumlah pengakses internet menggunakan ponsel sebesar 48%
dari jumlah penduduk yang ada, sedangkan yang mengakses internet menggunakan
non ponsel (komputer atau tablet) sebesar 13%. Data pada bulan Maret 2015
berkenaan dengan penggunaan internet di Indonesia yang dilansir dari situs
wearesocial.sg (diakses 20 Februari 2016) juga menunjukkan bahwa pengguna
internet menggunakan ponsel sebagai perangkat mencapai 54 juta pengguna dan
melebihi setengah total pengguna aktif internet.
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
Menurut Wahyuningsih (2013:173), pertimbangan berbagai pihak dalam memilih
smartphone dalam menjalani aktivitas sehari-hari dikarenakan perangkat mobile
memang memberikan kemudahan dalam melakukan proses komunikasi dan
mengakses informasi secara online, seperti melakukan chatting, mencari atau memuat
informasi dan data sampai dengan mengakses media sosial. Kemunculan berbagai
platform media sosial yang bisa diunduh dengan mudah juga semakin menambah
kematangan pertimbangan dalam memilih smartphone sebagai akses komunikasi dan
informasi. Berikut data platform media sosial yang paling sering digunakan di
Indonesia.
Gambar 1.1 Internet Use in IndonesiaSumber: wearesocial.sg
Gambar 1.2 Top Active Social Platforms in IndonesiaSumber: wearesocial.sg
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Berdasarkan data di atas, pada awal tahun 2016 terdapat 5 (lima) media sosial
berbasis jejaring sosial yang paling diminati di Indonesia. Meskipun menempati
peringkat keempat, Instagram merupakan salah satu platform media sosial yang
perkembangannya sangat signifikan. Seperti dilansir pada laman cnn.indonesia.com
(diakses 20 Februari 2016), pengguna Instagram di tahun 2015 yang merupakan
tahun kelima dari awal kemunculannya, telah mencapai 400 juta pengguna akif yang
tersebar diberbagai negara, dan Indonesia termasuk salah satu dari 5 negara yang
memiliki pengguna aktif Instagram terbanyak. Di Indonesia sendiri, menurut data
yang diperoleh oleh jakartaglobe.id (diakses 20 Februari 2016), pada awal tahun 2016
Instagram telah memiliki 22 juta pengguna aktif yang peningkatan setiap tahunnya
mencapai 100 persen.
Aplikasi Instagram memungkinkan penggunanya untuk mengambil, mengedit
secara digital, sampai membagikan foto dan video dengan durasi 15 detik ke berbagai
platform media sosial lainnya, termasuk Instagram itu sendiri
(id.wikipedia.org/wiki/Instagram. diakses 20 Februari 2016). Pada setiap foto dan
video yang diunggah, pengguna dapat menambahkan keterangan foto atau caption
untuk penyampaian informasi tertulis sampai dengan menambahkan tagar atau hastag
untuk memudahkan proses pencarian kategori foto. Dengan adanya berbagai
kemudahan yang diberikan oleh Instagram tersebut, banyak pihak yang
memanfaatkan Instagram untuk berbagai kepentingan, baik itu kepentingan pribadi,
kepentingan kelompok dengan atau tanpa ideologi tertentu, sampai dengan
kepentingan bisnis. Bagi kepentingan bisnis, Instagram dimanfaatkan oleh pebisnis
untuk berjualan atau memasarkan produknya. Dari kegiatan tersebut, bisnis di
Instagram mulai mengenal istilah endorsement dan shout-out for shout-out (SFS).
Menurut Ismail (2015) yang mengutip dari Oxford Dictionaries, endorsement berarti
tindakan mendukung seseorang atau sesuatu, yang pada konteks bisnis diartikan
dengan memberikan barang atau produk tertentu untuk dikenakan kemudian
dipasarkan oleh opinion leader atau orang ternama. Sedangkan SFS merupakan
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
kegiatan dimana akun online store di Instagram memasarkan produk online store lain
atau dengan kata lain merupakan bentuk kerjasama antar online store di Instagram
untuk saling memasarkan produk satu sama lain (Ismail, 2015). Sejenis dengan
keduanya, banyak akun Instagram yang juga membuka jasa paid promote atau
promosi berbayar. Seperti yang dikutip dari akun Instagram
@paidpromote_murah600, promosi berbayar ini sama-sama bertujuan untuk
meningkatkan jumlah followers dari akun yang dipromosikan, biasanya online store,
sehingga mampu meningkatkan penjualan produk yang dipasarkan. Jasa promosi
berbayar biasanya dilakukan oleh akun-akun Instagram yang memiliki jumlah
followers banyak dan aktif, sehingga dianggap akan lebih menguntungkan jika
beriklan pada akun-akun seperti itu.
Selain digunakan untuk kepentingan bisnis, Instagram saat ini juga banyak
digunakan untuk kepentingan dakwah. Kemunculan Instagram dengan berbagai
kelebihannya tersebut berdampak pula pada media komunikasi dakwah dan
membantu perkembangan dakwah, khususnya dakwah visual secara cepat. Dakwah
visual adalah dakwah yang dilakukan menggunakan media yang mampu
menampilkan gambar, seperti foto, lukisan, maupun grafik yang menggambarkan
teori, sistem, dan berbagai kegiatan dakwah semenarik mungkin agar lebih mudah
dipahami (Suntani, 2014).
Saat ini media dan agama, termasuk di dalamnya adalah praktik-praktik dakwah
Islamiyah, memang tidak dapat terpisahkan, bahkan sudah tidak terbatasi oleh
apapun. Hoover (dalam Fakhruroji, 2014) menegaskan bahwa tidak ada lagi pembeda
antara media dan agama, karena keduanya kini berada pada ruang yang sama dimata
audiens, memiliki tujuan yang sama, dengan menerapkan praktik-praktik yang kurang
lebih sama. Hal ini sudah mulai terlihat sejak media televisi menghadirkan banyak
tayangan religius, seperti program-program siraman rohani dengan konsep pengajian,
sinetron religi, sampai dengan ajang kompetisi yang dibubuhi nilai-nilai keagamaan
di dalamnya. Berbagai program tersebut menunjukkan bahwa terdapat pergeseran
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
pola dakwah yang diterima masyarakat, dimana kini masyarakat disuguhkan dengan
praktik-praktik dakwah yang tidak lagi harus berkumpul dan bertatap muka langsung
dengan pendakwah, namun sudah disajikan di media massa. Para pendakwah pun saat
ini cenderung didominasi oleh orang-orang yang akademisi (terutama professor) yang
berasal dari berbagai universitas dengan basis Islam serta pendakwah dan juga non-
akademisi (Howell dalam Fearly, 2008). Keduanya sama-sama dibawa oleh media
untuk masuk dan lebih dikenal oleh penonton yang lebih luas, meskipun pendakwah
dari non-akademis mendapatkan tempat prioritas karena dirasa dapat dikemas untuk
lebih menghibur. Howell (dalam Fearly, 2008) juga menjelaskan bahwa baik
pendakwah akademis maupun non-akademis tersebut membawa perubahan pada isi
ajaran sufisme atau ajaran yang berasal dari sunnah Nabi Muhammad SAW, yang
sebelumnya lebih berorientasi pada pengalaman spiritual duniawi menjadi
berorientasi pada panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari di era modern saat
ini.
Pengemasan praktik-praktik dakwah di media massa pada akhirnya tidak lepas
dari berbagai kepentingan dan disesuaikan dengan selera pasar (Pratiwi, 2013:84).
Praktik komersialisasi agama melalui program-program dakwah dengan berbagai
tema dakwah yang diangkat pun tidak dapat dihindari. Tak jarang kepentingan bisnis
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan mulai mendominasi dan
mempengaruhi kepentingan dakwah yang ada. Hal ini mengakibatkan topik-topik
yang berkaitan dengan agama dianggap sama dengan topik umum lainnya, karena
berujung pada pencarian keuntungan industri media yang bersangkutan (Pratiwi,
2013:84). Begitu pula yang terjadi pada dakwah visual yang ditampilkan pada media
sosial seperti Instagram. Akun-akun Instagram berbasis dakwah pun mulai
bermunculan dan memiliki followers atau pengikut yang sudah cukup banyak.
Misalnya saja akun Instagram @dakwahislamid yang dibawahi oleh Yayasan
Dakwah Islam yang memiliki followers kurang lebih 325.000, akun Instagram
@muslimahberdakwah yang dibawahi oleh Hijab Shaliha yang memiliki followers
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
kurang lebih 383.000, dan akun Instagram @negeriakhirat yang memiliki followers
kurang lebih 1.500.000. Ketiga akun tersebut adalah akun terbuka sehingga siapa pun
dapat melihat, menyukai, mengomentari, sampai dengan membagikan setiap konten
yang diposting. Selain praktik dakwah, ketiga akun tersebut juga terlihat aktif dalam
melakukan praktik bisnis di akun yang sama.
Ada pula Aldilla Dharma yang membangun komunitas Berani Berhijrah
menggunakan media Instagram dengan nama akun @beraniberhijrah. Akun tersebut
merupakan akun yang aktif dalam menyampaikan motivasi, ajaran dan pesan-pesan
agama Islam yang sampai dengan bulan Juni 2016 sudah memiliki followers kurang
lebih 900.000, dengan peningkatan kurang lebih 10.000 followers setiap minggunya.
Bahkan sampai Juli 2017 telah mencapai kurang lebih 2.000.000 followers. Sama
halnya dengan ketiga akun sebelumnya, tidak hanya dakwah Islamiyah, akun
@beraniberhijrah juga terlihat aktif dalam melakukan kegiatan bisnis, karena dalam
bio akun tersebut secara terang-terangan menampilkan kontak yang dapat dihubungi
untuk jasa iklan berbayar. Tak heran jika banyak kegiatan maupun produk-produk
online store yang sering muncul pada akun dakwah yang diperuntukkan untuk
memotivasi dan menjembatani anak muda dengan agama itu
(http://www.qultummedia.com. diakses 8 Maret 2016). Bahkan promosi buku karya
pemilik komunitas Berani Berhijrah, Aldilla Dharma yang terbit di tahun 2015
dengan judul Jangan Pernah Menyerah dan Jangan Takut Gagal pun sering muncul
pada akun yang sama.
Konten-konten iklan yang terdapat pada akun Instagram @beraniberhijrah adalah
konten yang dibuat oleh pengiklan dengan aturan-aturan tertentu yang dibuat oleh
admin iklan akun tersebut. Peraturan yang ada dibuat agar konten-konten iklan yang
ditampilkan tidak menyimpang dari ajaran-ajaran agama, baik dari konten foto
maupun caption atau keterangan gambar. Bahkan tidak sedikit konten iklan yang
dibubuhi dengan kalimat-kalimat dakwah untuk menyesuaikan dengan konten
dakwah pada akun Instagram @beraniberhijrah. Hal ini memunculkan pandangan
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
mengenai adanya praktik komodifikasi yang dilakukan oleh akun Instagram yang
berbasis dakwah Islamiyah tersebut. Vincent Mosco (dalam Halim, 2013:45)
menyederhanakan pengertian komodifikasi sebagai sebuah proses transformasi nilai
guna menjadi nilai tukar yang bermuara pada manfaat bisnis dengan aspek-aspek
terkait seperti isi media, khalayak, dan pekerja. Transformasi yang dilakukan
merupakan nilai hidup yang biasa digunakan oleh manusia yang dijadikan sebuah
nilai yang dapat dipertukarkan, misalnya nilai tukar mata uang (Halim, 2013:46).
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa praktik komodifikasi dakwah menjadi
sangat mudah ditampilkan di media sosial, khususnya Instagram. Adanya praktik-
praktik dakwah yang tercampur dan dipengaruhi oleh praktik bisnis pada konten iklan
di akun Instagram @beraniberhijrah seolah menjadikan komoditas baru yang layak
Gambar 1.3 Contoh Konten Iklan Pada Akun @beraniberhijrah
Sumber: www.instagram.com/beraniberhijrah
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
untuk dijual. Akun Instagram @beraniberhijrah sendiri berhasil menjadi wadah
keuntungan bagi pemilik maupun pengiklan, terlebih karena peningkatan followers
dengan jumlah yang besar setiap minggunya. Konten-konten yang bersinggungan
dengan dakwah pun mulai banyak ditampilkan dalam konten iklan oleh pemasang
iklan. Hal ini menimbulkan konsekuensi baru dengan adanya pergeseran esensi
makna dakwah yang awalnya disajikan dengan penuh kekhusyukan karena materi
agama yang disampaikan seharusnya memiliki makna-makna sakral dengan tujuan
peningkatan keimanan dan penyampaian berbagai pengetahuan agama, kini
dikesampingkan dengan dominasi praktik dagang dalam berbagai materi atau pesan-
pesan dakwah yang disampaikan. Pratiwi (2013:88) berpendapat bahwa ketika
dakwah ditampilkan dalam media, maka yang menjadi tolak ukur bukan lagi tentang
kesakralan atau esensi utama dari nilai-nilai agama yang disampaikan, namun lebih
didasari pada rating dan audience share yang diperoleh, atau jika dikaitkan dengan
media baru yaitu didasari pada pertumbuhan pengikut atau followers dan like yang
diperoleh pada setiap postingan.
Mengutip yang disampaikan oleh Ahmad (2013) dalam artikelnya, baik atau
buruknya citra Islam dengan berbagai ajaran yang dibawanya bergantung pada
bagaimana komunikator (Da’i) selaku pengelola informasi dapat berperan aktif pada
setiap proses dan aktivitas bergulirnya informasi tersebut. Jika pengemasan informasi
dan pemanfaatan teknologi komunikasi dilakukan dengan baik, maka pesan dan
ajaran Islam dapat tersampaikan dengan benar dan baik pula. Maka dari itu,
penelitian ini akan menganalisis bentuk komodifikasi pesan dakwah yang disajikan
oleh akun Instagram @beraniberhijrah melalui konten-konten iklan yang ada, dengan
pertimbangan bahwa akun @beraniberhiijrah adalah akun yang aktif dalam kegiatan
dakwah dan bisnis yang dilihat dari postingan yang muncul, baik yang bertema
dakwah maupun iklan, serta pertumbuhan pengikut atau followers.
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka yang dijadikan permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk komodifikasi pesan-pesan dakwah
dalam konten-konten iklan pada akun Instagram @beraniberhijrah?.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melihat relasi yang terjadi antara
media, terutama media sosial, dakwah, dan bisnis media. Serta untuk melihat
perkembangan ketiga aspek tersebut yang dapat dilihat berdasarkan wujud dari
pemanfaatan media sosial yang berkembang saat ini untuk berbagai kepentingan.
Sedangkan secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
penyebab terjadinya komodifikasi di media sosial Instagram sampai dengan
menganalisis komodifikasi dakwah, termasuk didalamnya bentuk komodifikasi pesan
dakwah yang disajikan dalam konten iklan pada akun Instagram @beraniberhijrah
milik Aldilla Dharma.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat secara teoritis dengan penjelasan
sebagai berikut.
a. Mampu memberikan pandangan baru mengenai konsep komodifikasi
dakwah di media sosial.
b. Mampu memberikan pandangan mengenai pemanfaatan media sosial,
khususnya Instagram.
c. Dapat diajukan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan komodifikasi, dakwah, dan media sosial.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai komodifikasi dakwah yang merupakan bagian dari
komodifikasi agama dan penelitian mengenai media baru secara terpisah memang
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
pernah dilakukan sebelumnya. Namun pemfokusan kepada bentuk komodifikasi
pesan dakwah di media sosial belum pernah dilakukan secara mendalam. Selain itu,
penelitian mengenai komodifikasi pesan-pesan dakwah di media sosial juga
menyesuaikan dengan kepentingan pemilik media dan perkembangan media sosial
tersebut dari waktu ke waktu. Konten disetiap jenis media sosial pun berbeda,
sehingga penelitian mengenai konten media sosial terlebih jika dikaitkan dengan
konsep komodifikasi akan mendapat perlakuan yang berbeda-beda.
Dikarenakan minimnya penelitian mengenai media sosial, berikut beberapa
penelitan sejenis yang berkaitan dengan komodifikasi dakwah atau agama. Pertama
adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiani Nurhasanah, Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, pada tahun 2014 dengan judul penelitian “Komodifikasi Agama
Islam dalam Iklan Televisi Nasional”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
faktor penyebab terjadinya komodifikasi agama Islam dalam iklan televisi nasional
serta menjelaskan berbagai bentuk komodifikasi agama Islam dalam iklan televisi
nasional. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
deskriptif-analitis. Penelitian ini hanya menggunakan teori komodifikasi sebagai
kerangka teori untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan.
Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menunjukkan komodifikasi agama Islam
terjadi karena adanya globalisasi dan modernisasi. Nurhasanah juga menemukan
empat bentuk komodifikasi agama Islam yang berupa simbol agama Islam dalam
iklan televisi tersebut, yaitu: model iklan, pakaian yang digunakan oleh model dalam
iklan, latar belakang yang digunakan, dan kata-kata yang diucapkan dalam iklan
tersebut.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Iswandi Syahputra,
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian
di tahun 2007 ini berjudul “Komodifikasi Religiusitas: Pandangan Aktifis Islam Kota
Medan terhadap Tayangan Religius di Televisi”. Tujuan utama penelitian tersebut
adalah untuk memahami, menganalisis, dan mendeskripsikan opini aktifis Islam di
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
Medan berkaitan dengan tayangan religius di televisi. Dengan menggunakan
paradigma kritis dan pendekatan kualitatif, data diperoleh dari wawancara mendalam
dengan 15 orang aktifis Islam di Medan. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Syahputra menunjukkan bahwa 15 orang narasumber pernah menonton tayangan
syiar Islam (tayangan religius) di televisi. Meskipun tayangan religius di televisi
memiliki keuntungan, program-program tersebut dianggap tidak efektif dalam
memberikan pengaruh terhadap kehidupan yang religius, karena tidak mencerminkan
Islam sebagai sebuah agama.
Sedangkan penelitian terakhir berjudul “Kapitalisme Media dan Komodifikasi
Agama (Pesan Di Balik Cerita Sinetron Religi Pesantren dan Rock N’ Roll season 3),
ditulis oleh Afif Fusalhan, Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada tahun
2014. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pesan dan wacana di balik cerita
sinetron religi Pesantren dan Rock N’ Roll season 3. Sehingga penelitian ini dapat
menjelaskan tentang bagaimana suatu karya seni seperti sinetron religi mampu
memberikan hiburan yang ringan namun tetap bersubstansi dari segi cerita. Metode
penelitian yang digunakan adalah Analisis Wacana (Discourse Analysis) dengan
pendekatan teori sosiologi seni-fenomenologis untuk menganalisis fakta tekstual dan
konseptual. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan, beberapa diantaranya yang
berkaitan dengan komodifikasi adalah terdapat bentuk komodifikasi agama dalam
sinetron religi Pesantren dan Rock N’ Roll season 3, menjadikan citra pesantren
sebagai eksploitasi agama, dan adanya komodifikasi ceramah Islam dalam sinetron
religi Pesantren dan Rock N’ Roll season 3.
Beberapa penelitian di atas dapat dikatakan memiliki konsep yang sama dengan
yang penulis teliti, yaitu konsep komodifikasi dan agama atau dakwah. Namun
terdapat pula perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan, diantaranya yang
pertama adalah penelitian yang peneliti ajukan saat ini lebih mengarah kepada
komodifikasi pesan-pesan dakwah yang terjadi pada media sosial Instagram dengan
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
nama akun @beraniberhijrah. Selanjutnya, penelitian yang peneliti ajukan saat ini
bertujuan untuk menganalisis komodifikasi yang disajikan melalui konten iklan di
media sosial Instagram sampai pada menganalisis bentuk komodifikasi yang terjadi
pada akun Instagram @beraniberhijrah. Selain itu, konsep dakwah pada penelitian ini
adalah dakwah visual berupa foto atau gambar yang di dalamnya berisi motivasi dan
penyebaran pesan serta nilai-nilai keIslaman. Dan yang terakhir dilihat dari metode
pengumpulan data yang digunakan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan semiotika visual menggunakan tipologi tanda milik Charles S. Peirce,
dengan menganalisis konten-konten iklan yang muncul pada akun Instagram
@berniberhijrah, wawancara kepada pemilik dan pengelola akun Instagram
@beraniberhijrah, serta pengamatan dan penyeleksian dilakukan secara online
dengan mengamati setiap postingan iklan dari akun Instagram tersebut.
F. Kerangka Teori
1. Komodifikasi Isi
Berbicara tentang komodifikasi, maka akan bersinggungan dengan ekonomi
politik. Teori ekonomi politik sendiri merupakan bagian dari pendekatan kritis
yang berfokus pada hubungan struktural ekonomi dengan industri media,
termasuk di dalamnya dinamika media sampai dengan ideologi isi media
(McQuail, 2010:96). Keterikatan media dengan sistem ekonomi dan politik
tersebut memungkinkan terciptanya sebuah proses komodifikasi, dimana jika
mengutip Vincent Mosco (2009:156),
“Commodification is defined as the process of transforming goods andservices, including communication, which are valued for their use,into commodities which are valued for what they will bring in themarketplace”.
Secara umum, pendapat Mosco tersebut menjelaskan bahwa komodifikasi
merupakan sebuah proses transformasi suatu barang maupun jasa yang semula
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
hanya memiliki nilai guna menjadi suatu komoditas yang bernilai karena mampu
mendatangkan keuntungan atau dengan kata lain dapat dikomersialisasikan
(Mosco, 2009). Dalam masyarakat kolonial, komoditas-komoditas dapat muncul
karena adanya kebutuhan sosial untuk keberlangsungan hidup, bahkan sampai
pada penggunaan-penggunaan yang dibentuk oleh sosial, karenanya komoditas-
komoditas tumbuh berdampingan dengan sistem barter atau pertukaran (Murdock,
2014). Sedangkan dalam sistem kapitalis maju produksi dan pemasaran dianggap
hal utama yang mampu mendorong suatu pertumbuhan dan laba. Ekspansi
komodifikasi secara umum dan mendunia terjadi pada tahun 1980-an, dimana
kemerosotan pertumbuhan ekonomi global memunculkan peningkatan
komersialisasi pada program-program media, privatisasi instansi telekomunikasi
dan media publik, sampai dengan terjadi pasar liberalisasi pasar komunikasi
(Khiabany dalam Ibrahim dan Akhmad, 2014:20).
Mosco juga menegaskan bahwa komoditas dalam suatu media memiliki
kecenderungan pada konten media, meskipun terdapat khalayak dan pekerja yang
merupakan bagian dari media dan dapat dijadikan komoditas. Komodifikasi isi
media pun dianggap sebagai langkah awal dalam memahami suatu proses
komodifikasi (Mosco, 2009). Karena menurut Mosco, proses komodifikasi dalam
komunikasi melibatkan kegiatan mentransformasikan pesan ke dalam sistem
pemikiran yang bermakna menjadi suatu produk yang memiliki nilai. Disamping
itu, struktur dan konten media dapat merepresentasikan kepentingan dan
pertumbuhan perusahaan media dengan nilai-nilai yang dibawanya. Lebih jauh
Mosco menegaskan bahwa isi pesan atau konten yang merupakan kumpulan
informasi dan data yang awalnya tidak memiliki makna kemudian diolah
sedemikian rupa oleh media agar memiliki sebuah nilai tukar tersendiri. Cara
transaksi isi media tersebut dapat langsung dilakukan dengan audiens dan dapat
pula dilakukan melalui perantara pengiklan sebelum akhirnya “dijual” kepada
audiens sebagai pengakses pesan.
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
Model komodifikasi isi media dijelaskan oleh Halim (2013:48) adalah sebagai
berikut,
“Pesan sebagai komoditas yang bisa menyenangkan khalayak,mengundang para pemasang iklan, dan memperpanjang bisnis media,yang ditandai dengan penyajian informasi-informasi bertemasensasional meliputi kehidupan seputar artis dan selebritas, mistik atautakhayul, serba-serbi seks, juga remeh-temeh yang dilakukan politisiatau pejabat, serta dikemas secara spektakuler”.
Fiske (2010:251) menganggap komodifikasi isi media sama halnya dengan
konsep kapitalisme yang berarti suatu sistem yang mampu menghasilkan berbagai
komoditas, dimana komoditas-komoditas tersebut dianggap sebagai suatu inti dari
praktik-praktik ideologisnya. Dengan kata lain, komoditas yang diproduksi dapat
diartikan sebagai pemenuhan hasrat dan mengatasi berbagai permasalahan.
Artinya, isi media harus mampu memenuhi hasrat dan juga mengatasi berbagai
masalah dari konsumennya. Kondisi ini memberikan tekanan pada institusi media
untuk menjadikan ekonomi sebagai tonggak utama, terutama dalam
perkembangan teknologi, politik, budaya, dan pendidikan (Haryatmoko dalam
Halim, 2013:49). Sehingga praktik-praktik komodifikasi isi media semakin
diperlukan dan dijadikan sebuah komoditas yang dapat menyenangkan khalayak,
mengundang para pemasang iklan, yang berujung pada panjangnya usia bisnis
media (Halim, 2013:52).
Operasionalisasi teks menyangkut materi genre yang berkaitan dengan
pemilihan tema pada kegiatan produksi pesan agar lebih mudah dipasarkan
(Burton, 2008:100). Tema pesan yang dimaksud dikerucutkan pada kata
sensasional atau yang mengandung unsur sensasi. Selain materi genre,
operasionalisasi teks juga menyangkut repetisi materi yang ditandai dengan
pengulangan ide dengan materi genre yang bertema sensasional tadi yang
nantinya direpetisi sebagai realitas yang perlu diberi “makna” (Burton, 2008:101).
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
Pratiwi (2013) dalam penelitiannya pun menjelaskan bahwa komodifikasi isi
cenderung melihat hubungan antara isi media sebagai komoditas dan
pemaknaanya. Berbagai macam media, termasuk media sosial sebagai bagian dari
media baru, berperan dalam menciptakan nilai surplus atau keuntungan melalui
produksi dan pertukaran komoditas. Dalam media sosial atau media baru sendiri,
Mosco (2009:135) beranggapan bahwa kehadiran media baru tersebut terdapat
proses digitalisasi yang pada akhirnya akan memperluas peluang proses
modifikasi komunikasi yang terjadi, termasuk di dalamnya kata-kata, gambar,
suara, gambar bergerak, sampai dengan data. Sedangkan iklan memiliki peran
tidak langsung sebagai penghasil keuntungan dari produksi komoditas yang lain.
Sebagai sebuah “pasar konsumsi”, iklan mampu memperkuat perembesan pesan-
pesan komersial, dimana iklan tidak hanya berfungsi sebagai mediator dalam
mengenalkan atau memasarkan produk kepada masyarakat, namun iklan dianggap
telah menjadi bagian dari masyarakat yang mengarahkan pada mimpi-mimpi, cita
rasa, dan kesadaran manusia dari logika pasar ke logika konsumsi (Ibrahim,
2011:290).
Melalui penelitiannya yang berjudul Pola Komodifikasi Agama: Studi
Tentang ESQ Leadership Center, Riezqie Hasanah (dalam Eka Perwitasari, 2016)
berpendapat bahwa dalam konteks agama, komodifikasi isi juga sering kali terjadi
karena adanya konsumsi simbol keagamaan (consumer ritualized symbolic
practices) yang mengandung 5 (lima) faktor pendukung, diantaranya.
a. Konsumsi simbol keagamaan menciptakan objek dari agama yang dapat
dijual dan dikonsumsi melalui proses sosial dan disebarkan dengan
jaringan sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya penjualan buku-
buku agama yang terdapat konten-konten keagamaan.
b. Konsumsi simbol keagamaan menciptakan pembelaan agama pada
komunitas sosial. Aktivitas keagamaan sehari-hari akan mengalami proses
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
objektifikasi atau diperlakukan sebagai objek dan nantinya akan mendapat
pembelaan seperti sebuah produk.
c. Konsumsi simbol keagamaan menciptakan pertunjukan dan tontonan
agama. Contoh aktivitas dakwah di televisi.
d. Konsumsi simbol keagamaan sebagai lahan pencarian keuntungan dan
pencarian ketenangan psikologi. Misalnya saja aktivitas dakwah dengan
berbagai pesan dakwah yang dikomersialisasikan.
e. Konsumsi simbol keagamaan sebagai pengembang layanan yang rasional.
Teori modernisasi dalam hal ini berperan kuat, karena segala bentuk
praktik keagamaan harus benar-benar rasional agar dapat diterima oleh
masyarakat urban atau perkotaan.
2. Definisi Dakwah
Sebagai bagian dari agama dan juga praktik komunikasi, dakwah merupakan
kewajiban yang harus dilakukan oleh penganut agama Islam. Islam sendiri
dikenal sebagai agama dakwah karena baik secara teori maupun praktik terdapat
usaha untuk menyebarkan ajaran Islam dan memperjuangkan kebenaran-
kebenaran di dalamnya sampai dengan mengajak siapa pun yang belum
mempercayai ajaran tersebut agar turut meyakini kebenaran dari agama Islam
(Arnold, 1979:1). Meskipun demikian, penyampaian ajakan tersebut haruslah
disertai dengan pendalaman ilmu agama, tidak semata-mata hanya menyampaikan
ayat saja. Dalam proses penyampaian ajakan tetap harus membentuk pemahaman
dan penerimaan ilmu yang sama antara komunikator sebagai penyampai pesan
dan komunikan sebagai penerima pesan.
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi berarti seruan,
ajakan, atau panggilan (http://www.eurekapendidikan.com. diakses 1 Agustus
2016). Sedangkan secara terminologi, pengertian dakwah dikemukakan oleh
banyak pendapat, diantaranya:
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
1) Syeikh Ali Makhfuz dalam Hidayat al Mursyidin (dalam Suparta dan
Hefni, ed., 2006:7) berpendapat bahwa dakwah merupakan ajakan bagi
manusia untuk mengerjakan kebaikan sesuai dengan petunjuk, menyuruh
untuk berbuat kebajikan, dan senantiasa menjauhi segala perbuatan yang
dilarang untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
2) S.M Nasaruddin Latif (dalam Muriah, 2000:4) mengemukakan bahwa
dakwah berarti suatu aktivitas yang menggunakan lisan maupun tulisan
untuk menyeru, mengajak, dan memanggil manusia agar beriman serta
mentaati Allah SWT sesuai dengan syariat serta akhlak Islamiyah.
3) Menurut Endang S. Anshari (dalam Muriah, 2000:4), dakwah dalam arti
sempit yaitu menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan Islam dengan
cara lisan, tulisan, maupun lukisan. Dalam arti yang lebih luas, dakwah
dianggap sebagai suatu penjabaran, penerjemahan, sampai dengan
pelaksanaan Islam dalam segala aspek kehidupan manusia seperti politik,
ekonomi, sosial, kekeluargaan, kesenian, pendidikan, ilmu pengetahuan,
dan berbagai aspek terkait lainnya.
Beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan suatu
proses dari aktivitas atau kegiatan berkomunikasi menggunakan berbagai macam
metode yang dilakukan dengan tujuan agar orang lain terdorong dan terpengaruh
untuk mempelajari sampai dengan mengamalkan ilmu agama Islam mulai dari
cara berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak di dalam kehidupannya. Dakwah
juga merupakan cerminan atas berimannya manusia kepada Allah SWT. Hal ini
menunjukkan bahwa metode dakwah harus dipilih secara benar agar visi dan misi
dakwah dapat dicapai dan tersampaikan dengan baik.
Inti dari praktik dakwah adalah pesan dakwah yang disampaikan. Menurut
Rofiah (2010:26), pesan dakwah membawa ideologi tersendiri dan haruslah
berasal dari ajaran Islam murni yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Dalam
bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah, Moh. Ali Aziz (2004:120) merumuskan 3
(tiga) prinsip pokok yang perlu disampaikan melalui pesan dakwah, antara lain,
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
pesan dakwah yang berkaitan dengan keimanan atau kepercayaan, pesan dakwah
yang berkaitan dengan hukum-hukum atau aturan-aturan agama dalam urusan
duniawi dan kegiatan manusia, serta pesan dakwah yang berkaitan dengan
perilaku terpuji dan perilaku tercela manusia yang didasari oleh dasar hukum
sampai akibat dari perilaku tersebut. Selain ketiga prinsip pokok tersebut, pesan-
pesan dakwah juga dapat berangkat dari berbagai macam permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat dan harus menyesuaikan dengan keadaan masyarakat
dengan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti agar mencapai sasaran yang
dituju (Ya’qub, 1992:30). Hal ini dimaksudkan agar pesan dakwah tidak hanya
mampu diterima, namun juga dapat mengundang massa untuk berkumpul
bersama dalam rangka memperdalam ilmu agama. Akan tetapi, metode dakwah
saat ini mulai bergeser yang awalnya dilakukan ditempat terbuka dengan bertatap
muka perlahan mulai menggunakan media massa dalam bentuk apapun untuk
memperluas jangkauan para pendakwah untuk menyiarkan pesan-pesan dakwah
(Pratiwi, 2013:91).
3. Dakwah di Media Sosial
Sebagai produk dari perkembangan ilmu dan teknologi, media memang
banyak membantu manusia dalam berbagai hal, termasuk menyebarkan pesan
dakwah dengan cepat karena mampu mentransfer atau memindahkan informasi
kepada khalayak sebagai penerima pesan. Media juga dapat dikatakan sebagai
sarana dakwah. Dalam sudut pandang penyampaian, terdapat dua macam sarana
dakwah, yaitu sarana langsung dan sarana tidak langsung. Menurut Hamidi
(2010:14), sarana tidak langsung menyangkut kesiapan seorang pendakwah
sebelum menyampaikan dakwah, yang meliputi ketakwaan terhadap Allah, sikap
hati-hati yang ditunjukkan dengan memberi peringatan kepada keluarga terdekat
agar menghindari segala larangan-Nya, meminta bantuan kepada orang lain demi
kelancaran dalam praktik dakwahnya, dan bersikap disiplin waktu agar
kesempatan dakwah tidak terbuang sia-sia. Sedangkan sarana langsung dalam
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
dakwah berkaitan dengan teknik penyampaian pesan-pesan dakwah untuk
mengajak orang lain agar tertarik dengan Islam.
Penggunaan media untuk berdakwah pada suatu negara menyesuaikan dengan
sistem politik dan sistem komunikasi yang berlaku dalam masyarakat di negara
tersebut. Menurut Arifin (2011:95) dalam bukunya Dakwah Kontemporer Sebuah
Studi Komunikasi,
“Peranan media dalam aspek dakwah adalah untuk menjaga agar mediadapat terus berpihak pada kebaikan, kebenaran, serta keadilan yanguniversal. Hal tersebut menyesuaikan dengan fitrah dan kehanifaanmanusia. Dengan demikian, media tidak akan melakukan kegiatan di luarkode etiknya dan senantiasa menjalankan tanggung jawab sosialnya,seperti tidak menyebarkan berita bohong, pornografi, dan sensasi. Selainitu, disiarkannya adzan, ceramah agama, khotbah hari raya Idul Fitri danIdul Adha, peringatan acara-acara Islam dan sebagainya, menambahkekuatan media dalam menjalankan fungsi dakwah”.
Proses mengkomunikasikan dakwah menggunakan media memang sedikit
berbeda dengan berkomunikasi secara langsung. Dakwah yang disampaikan
melalui media cenderung bersifat satu arah sehingga pendakwah sebagai
komunikator tidak dengan seketika mendapat tanggapan dari audiens sebagai
komunikan (Ilaihi, 2010:104). Dakwah dengan perkataan melalui media sendiri
dapat difasilitasi dengan berbagai jenis media, seperti media massa (televisi, surat
kabar, radio), media antarpesona (telepon, telegram), dan media baru dengan
dibantu jaringan internet (surat elektronik, dan berbagai media sosial yang
muncul) (Arifin, 2011:87). Selain itu, dakwah yang disajikan melalui media
memang terlihat berbeda dengan dakwah yang disajikan secara konvensional,
karena dakwah menggunakan media perlu pengemasan khusus untuk memenuhi
kebutuhan dari berbagai kepentingan, seperti kepentingan pemilik media dan
selera audiens. Salah satu bentuk kemasan yang disajikan seperti menampilkan
sosok pendakwah yang berbeda, format acara dengan konten-konten yang lebih
santai, penggunaan bahasa yang lebih ringan, dan menggunakan penonton
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
bayaran atau interaksi dengan audiens untuk menunjukkan sajian dakwah yang
interaktif dan tidak kaku (Pratiwi, 2013:92).
Dengan banyaknya media yang dapat dimanfaatkan untuk praktik dakwah,
maka seorang pendakwah haruslah mampu memanfaatkan media yang ada
dengan sebaik-baiknya agar komunikasi dakwah dapat berlangsung secara efektif.
Dakwah menggunakan media, khusunya media massa dengan bentuk apapun,
juga memberikan keuntungan tersendiri, misalnya dakwah akan mengalami
kesama rataan penerimaan pesan oleh komunikan dimana pun yang berjumlah
relatif banyak sehingga dapat membantu komunikan dalam mengubah pendapat,
pandangan, sampai dengan perilaku komunikan (Ilaihi, 2010:105). Selain
berfungsi untuk menyampaikan pesan dakwah kepada komunikan yang
jumlahnya banyak, media massa juga dapat digunakan untuk memproduksi pesan-
pesan dakwah karena media massa mampu membentuk opini publik melalui
program-program yang ditampilkan disetiap media. Sehingga terkadang media
juga menjadi “agen” dalam praktik-praktik dakwah sebagai pembuat wacana yang
melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi berbagai peristiwa yang terjadi di
masyarakat (Arifin, 2011:90).
Pemanfaatan media yang terkoneksi dengan jaringan internet akan lebih
membantu dibandingkan media massa konvensional seperti surat kabar, radio,
bahkan televisi. Daya jangkau media yang terkoneksi dengan internet tidak hanya
mampu menyebarkan informasi secara nasional, namun dapat disebarkan secara
internasional karena internet tidak mengenal batas ruang dan waktu (Arifin,
2011:92). Selain itu, dakwah dan berbagai pesan di dalamnya dapat dihasilkan
oleh sumber yang anonim dan dapat dilakukan perseorangan atau organisasi yang
memiliki akses ke provider layanan untuk membuat situs web atau berbagai akun
media sosial yang ‘berotoritas’ dalam lingkungan mediasi komputer tersebut
(Bunt, 2005:168).
Media sosial sendiri sudah mulai muncul dan berkembang sejak 20 tahun lalu
ketika Bruce dan Susan Abelsen sebagai pendiri dari “Open Diary” yaitu sebuah
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
jaringan sosial yang di dalamnya berisi tulisan dari berbagai penulis buku harian
online menjadi satu komunitas (Kaplan dan Heinlein, 2010:60). Istilah media
sosial semakin populer di tahun 2003 karena berkembangnya media sosial seperti
MySpace dan Facebook dengan konsep yang betul-betul menghubungkan semua
orang untuk dapat bersosialisasi dengan siapa pun dan dimana pun. Jika mengacu
pada perumusan fungsi media yang dikemukakan oleh Dennis Mc Quail
(1996:58), fungsi media sosial yang dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah
adalah sebagai berikut.
1) Memberi infomasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat; dalam
hal ini, media sosial dapat dijadikan sebagai produsen pesan-pesan
dakwah yang menyesuaikan dengan apa yang terjadi di masyarakat. Media
sosial membantu praktik dakwah dalam beradaptasi dengan pola
masyarakat, membuat suatu inovasi dakwah, sampai dengan membuat
kemajuan bagi dakwah itu sendiri;
2) Memberi informasi tentang hubungan yang bersifat menjelaskan,
menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi; selain
memproduksi pesan, media sosial berfungsi untuk menginformasikan
pesan-pesan dakwah yang telah diolah sedemikian rupa oleh komunikator
atau pendakwah. Selain itu, media juga dapat melakukan sebuah
sosialisasi dan membantu dalam pembentukan konsensus di masyarakat.
3) Memberi informasi tentang hal yang berkesinambungan meliputi
peningkatan dan pelestarian nilai-nilai; media sosial dalam hal ini dapat
membantu mengembangkan dan mengekspresikan pesan-pesan dakwah
dan pola-pola dakwah yang sesuai dengan budaya dominan dalam
masyarakat tanpa menyampingkan budaya khusus yang ada. Sehingga
dakwah pada media sosial terlihat lebih dinamis.
4) Memberi hiburan untuk meredakan ketegangan sosial, mengalihkan
perhatian dan sarana relaksasi; pada dasarnya sifat media sosial yang tidak
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22
kaku dapat membuat konten-konten dakwah menjadi lebih luwes dan
menarik untuk dipelajari.
Sebagai media alternatif dalam perkembangan praktik dakwah, media sosial
memiliki peluang untuk menyiapkan dan mengembangkan calon-calon dakwah
provider yang memiliki potensi intelektual yang mendukung kreativitas dan
keterampilan dalam memproduksi pesan dakwah (Ilaihi, 2010:112). Hal ini juga
menunjukkan bahwa praktik dakwah saat ini lebih responsif terhadap
perkembangan kondisi budaya masyarakat. Salah satu bentuk platform media
sosial yang sering dijadikan sebagai media alternatif untuk berdakwah adalah
Instagram.
4. Instagram sebagai Media Dakwah dan Bisnis
Instagram merupakan salah satu jejaring sosial berbasis aplikasi yang
beroperasi menggunakan jaringan internet untuk membagikan foto dan video
dengan durasi tertentu serta keterangan foto atau caption yang menyertainya.
Instagram juga dapat menjadi salah satu alat atau perantara untuk menyalurkan
aspirasi maupun informasi kepada audiens melalui foto, video, dan narasi yang
merupakan bentuk dari pesan dan opini pengunggah (Nisaa, 2013:222).
Beberapa fitur yang ditawarkan oleh Instagram seperti yang dirumuskan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2016) antara lain sebagai
berikut.
1) Followers atau Pengikut
Sistem sosial yang terjadi pada akun Instagram tidak jauh berbeda dengan
media sosial lainnya, yaitu dengan menjadi dan memiliki pengikut
Instagram. Interaksi komunikasi antar pengguna tersebut dapat berupa
pemberian tanda suka dan komentar oleh pengguna lainnya. Untuk
menemukan teman yang dikenal dapat menggunakan fitur pencarian
dengan nama akun pengguna atau dengan mengaktifkan koneksi
Instagram dengan media sosial lain seperti Facebook dan Twitter.
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
23
2) Unggah Foto atau Video
Kekuatan Instagram dibandingkan dengan media sosial lainnya adalah
mampu mengunggah konten-konten visual dan audiovisual secara cepat.
Foto atau video yang diunggah dapat berasal dari fitur kamera pada
Instagram itu sendiri atau dari album foto yang terdapat pada perangkat
smartphone. Ukuran foto yang dapat diunggah oleh Instagram hanya
terbatas bentuk persegi dengan rasio 3:2 saja.
3) Filter atau Efek Foto
Filter atau efek foto adalah fitur yang diperuntukkan bagi pengguna yang
ingin menambahkan efek tertentu pada foto sebelum mengunggahnya.
Selain beberapa efek foto yang ditawarkan, pengguna juga dapat
menyunting kecerahan dari foto yang akan diunggah.
4) Caption atau Keterangan Foto
Setelah melalui proses penyuntingan, sebelum diunggah, pengguna
Instagram dapat menambahkan caption atau keterangan foto untuk
memberikan informasi atau opini tertentu mengenai foto tersebut.
5) Arroba
Sama halnya dengan Facebook dan Twitter, fitur Instagram juga
memungkinkan penggunanya untuk menyinggung pengguna lain dengan
menambahkan tanda arroba (@) yang diikuti nama pengguna akun
Instagram. Hal ini dimaksudkan agar komunikasi yang terjadi lebih
terarah dan dapat dengan mudah terbaca oleh pengguna yang dituju.
6) Geotagging
Selain caption atau keterangan foto, pengguna Instagram juga dapat
menambahkan lokasi dari foto yang diunggah. Bagian ini akan muncul
jika pengguna Instagram mengaktifkan fitur GPS pada perangkat
smartphone yang dimiliki.
7) Like atau Tanda Suka
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
24
Fitur like atau tanda suka pada Instagram tidak jauh berbeda dengan fitur
yang dimiliki oleh Facebook, yaitu sebagai tanda bahwa pengguna lain
foto yang telah diunggah. Hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi
apakah foto tersebut terkenal atau tidak, dilihat dari durasi waktu dan
jumlah suka pada foto tersebut.
8) Explore atau Populer
Fitur explore berisi foto-foto terpopuler atau paling banyak disukai dari
seluruh dunia pada saat itu. Secara tidak langsung foto-foto tersebut
menjadi foto yang dikenal oleh pengguna Instagram dari berbagai negara
dan juga dapat meningkatkan jumlah pengikut.
Berbagai fitur yang ditawarkan oleh Instagram tersebut menambah
kepopuleran aplikasi media sosial itu sendiri, sehingga banyak pengguna yang
memiliki akun Instagram dengan berbagai kepentingan, seperti kepentingan
pribadi, kepentingan bisnis, bahkan juga kepentingan dakwah. Berbagai
kepentingan tersebut dapat berjalan masing-masing, akan tetapi tak jarang yang
menyatukan ketiga kepentingan tersebut dalam satu akun Instagram.
Sebagai salah satu platform media sosial, Instagram memiliki kekuatan sosial
yang mampu mempengaruhi opini publik yang sedang berkembang di masyarakat
sampai dengan membentuk sikap dan perilaku publik terhadap opini tersebut
(Ardianto, 2011). Karenanya, kemunculan Instagram yang unggul dalam
kecanggihan teknologinya membuat pesan iklan maupun pesan dakwah yang
disampaikan mampu mencapai target audiens yang luas dan spesifik. Hal ini
menambah fungsi utama Instagram sebagai media interaksi menjadi sebagai
media informasi, media promosi dan membuat para praktisi iklan dan dakwah
memiliki keharusan untuk mampu meningkatkan kreativitas dalam menyajikan
tampilan iklan dan dakwah yang berbeda dengan tampilan di media massa
konvensional.
Iklan sendiri adalah sebuah produk atau berita (advertising product) dari
proses periklanan yang merupakan kegiatan untuk mempersiapkan produk
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
25
tersebut dan menyebarluaskan kepada pasar (Swastha, 2009). Menurut Dunn dan
Barban (dalam Widyatama, 2007:15), iklan merupakan bentuk dari kegiatan
komunikasi non personal yang disampaikan oleh perusahaan, lembaga, maupun
pribadi dengan kepentingan tertentu melalui suatu media untuk menyampaikan
pesan dengan cara membujuk kepada konsumen. Berikut beberapa cara beriklan
atau berpromosi yang saat ini telah banyak dijumpai di media sosial, khususnya
Instagram, yang dilansir dari liputan Indah Siawu (startupbisnis.com, 2014).
1) Endorsement
Secara sederhana, endorsement dapat diartikan memberikan testimoni
pada sebuah produk tertentu yang biasanya dilakukan oleh publik figur
atau dalam ranah media sosial disebut dengan selebgram. Secara teknis,
online store akan memberikan produk mereka kepada endorser
(selebgram) secara gratis untuk nantinya produk tersebut digunakan dan
difoto dengan menambahkan komentar positif tentang produk dari online
store tersebut. Kesulitan yang ditemui melalui cara ini adalah membangun
relasi dan kepercayaan dengan selebgram yang akan diendorse.
2) Paid Promote
Promosi berbayar atau paid promote adalah sebuah sistem promosi yang
hanya mengharuskan online store membayar sejumlah uang kepada akun-
akun media sosial tertentu yang memiliki jumlah followers atau pengikut
sangat banyak dan membuka jasa tersebut untuk memposting produk yang
akan dipromosikan. Salah satu indikator dari besaran harga yang harus
dibayarkan dilihat dari jumlah followers akun yang membuka jasa
tersebut. Semakin banyak jumlah followers, maka akan semakin tinggi
pula harga yang harus dibayarkan.
3) SFS (Shoutout For Shoutout)
Secara teknis, Shoutout For Shoutout atau SFS adalah kegiatan
mempromosikan atau mengiklankan sesama online store dengan produk
dagangan yang berbeda. Misalnya online store A menjual busana muslim
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
26
dan online store B menjual jam tangan. Maka online store A akan
memposting foto dan keterangan foto atau caption mengenai produk yang
dijual oleh online store B, dan sebaliknya. Dalam kegiatan tersebut
terdapat syarat dan ketentuan yang telah disepakati oleh keduanya.
Sedangkan jika mengacu pada perumusan fungsi media yang dikemukakan
oleh Dennis Mc Quail (1996:58), fungsi Instagram yang dimanfaatkan untuk
kepentingan dakwah adalah sebagai berikut.
1) Memberi infomasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat; dalam
hal ini, Instagram dapat dijadikan sebagai produsen pesan-pesan dakwah
yang menyesuaikan dengan apa yang terjadi di masyarakat. Instagram
dapat membantu praktik dakwah dalam beradaptasi dengan pola
masyarakat, membuat suatu inovasi dakwah, sampai dengan membuat
kemajuan bagi dakwah itu sendiri;
2) Memberi informasi tentang hubungan yang bersifat menjelaskan,
menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi; selain
memproduksi pesan, Instagram juga berfungsi untuk menginformasikan
pesan-pesan dakwah yang telah diolah sedemikian rupa oleh komunikator
atau pendakwah. Selain itu, media juga dapat melakukan sebuah
sosialisasi dan membantu dalam pembentukan konsensus di masyarakat.
3) Memberi informasi tentang hal yang berkesinambungan meliputi
peningkatan dan pelestarian nilai-nilai; Instagram dalam hal ini dapat
membantu mengembangkan dan mengekspresikan pesan-pesan dakwah
dan pola-pola dakwah yang sesuai dengan budaya dominan dalam
masyarakat tanpa menyampingkan budaya khusus yang ada. Sehingga
dakwah pada media sosial terlihat lebih dinamis.
4) Memberi hiburan untuk meredakan ketegangan sosial, mengalihkan
perhatian dan sarana relaksasi; pada dasarnya sifat media sosial, termasuk
Instagram, yang tidak kaku dapat membuat konten-konten dakwah
menjadi lebih luwes dan menarik untuk dipelajari.
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
27
Hadirnya media sosial seperti Instagram sendiri akan memperluas daya
jangkau iklan dan dakwah dengan berbagai platform yang ada. Konten-konten
dakwah pada akhirnya akan diperlakukan sama dengan konten-konten iklan
dengan kemasan yang menarik dengan gaya yang tidak ketinggalan karena
dianggap mampu memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahan umat
atau masyarakat. Dengan kata lain, selain menyebarkan nilai-nilai agama, dakwah
di media sosial seperti Instagram mau tidak mau harus mampu menawarkan
sebuah produk atau melakukan promosi media itu sendiri.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma kritis komodifikasi dakwah di media
sosial dengan pendekatan kualitatif. Dalam komodifikasi dakwah di media sosial,
pengemasan (produksi) konten perlu dilakukan untuk menarik perhatian dan
mampu memudahan orang lain untuk memahami pesan dari konten yang
ditampilkan tersebut. Dengan demikian, produksi pesan dakwah di media sosial
tidak lepas dari cara media tersebut memberikan makna religius terhadap Islam
(Syahputra, 2007).
Menurut Sugiyono (2009:1), dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan
instrumen kunci, pengumpulan data dilakukan secara bersamaan atau gabungan,
analisis data bersifat induktif, serta hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan
namun lebih menekankan pada makna. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor
(dalam Ratna, 2010:94), kualitatif adalah sebuah metode dimana akan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan.
2. Lokasi dan Objek Penelitian
Objek penelitian dari penelitian ini adalah akun Instagram @beraniberhijrah
sebagai bagian dari komunitas Berani Berhijrah yang didirikan oleh Aldilla
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
28
Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis analisis teks dengan
menganalisis konten-konten iklan yang muncul pada akun Instagram
@beraniberhijrah. Dari 450 teks iklan yang muncul pada akun Instagram
@beraniberhijrah dalam bulan Juni 2016, peneliti hanya membatasi 5 (lima) jenis
teks iklan saja, antara lain teks iklan produk kecantikan atau kesehatan, teks iklan
busana muslimah, teks iklan baju muslim pria, teks iklan busana pengantin, dan
teks iklan aksesoris (mainan anak). Kelima kategori iklan tersebut adalah kategori
yang sering muncul dan dipilih karena mampu merepresentasikan konsep
komodifikasi, dakwah, bisnis, dan media sosial itu sendiri.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dalam waktu kurang lebih 1 bulan pada bulan
Juni 2016. Hal ini atas pertimbangan bahwa bulan Juni 2016 merupakan bulan
Ramadhan, dimana pada bulan tersebut akun Instagram @beraniberhijrah
menawarkan lebih banyak slot iklan untuk jasa promosi berbayar, sehingga
banyak pengiklan yang telah memesan slot iklan jauh-jauh hari sebelum
memasuki bulan tersebut meskipun konten iklan yang muncul di akun Instagram
@beraniberhijrah memiliki aturan serta pemilihan yang lebih ketat dibandingkan
bulan-bulan biasa. Pada bulan tersebut, peneliti juga menemukan lebih banyak
praktik komodifikasi pesan-pesan dakwah yang terjadi melalui konten-konten
iklan yang muncul.
4. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini didapatkan dari pengamatan, pemilihan, dan
penyeleksian dengan pertimbangan tertentu secara online pada setiap unggahan
iklan di akun Instagram @beraniberhijrah yang berhubungan dengan data
penelitian. Untuk pendalaman data, peneliti menjadi followes dari akun Instagram
@beraniberhijrah. Selain itu, data juga diperoleh dari kajian-kajian literatur yang
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
29
berkaitan dengan komodifikasi agama maupun komodifikasi pesan dakwah, serta
literatur seputar media sosial.
Wawancara juga dilakukan terhadap pemilik atau founder komunitas Berani
Berhijrah yaitu Aldilla Dharma, untuk mendapatkan informasi atau data awal
mengenai konten-konten yang disajikan pada akun Instagram @beraniberhijrah.
Perkembangan followers juga dipantau, karena hal ini memungkinkan peneliti
dalam mendapatkan data keaktifan akun Instagram @beraniberhijrah dalam
kegiatan dakwah dan bisnisnya.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika visual.
Semiotika visual pada dasarnya merupakan bagian dari bidang studi semiotika
yang fokus pembahasannya pada penyelidikan terhadap segala jenis makna yang
dapat dilihat oleh panca indera (Budiman, 2011:9). Isu-isu utama pada semiotika
visual menurut Charles Morris (dalam Budiman, 2011:9) diklasifikasikan dalam
tiga dimensi, yaitu dimensi sintatik yang berfokus pada homologi antara bahasa
dan gambar atau lukisan, dimensi semantik dan pragmatik yang berfokus pada
kepercayaan bahwa gambar dapat tersusun dari tanda-tanda ikonik, dimana
makna atas tanda-tanda visual bersifat identik dengan hal-hal yang menjadi
acuannya, seperti yang dipahami dalam tipologi Pierce.
Charles S. Pierce (1986) melihat sebuah tanda atau representamen sebagai
sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas.
Pierce menyebut tanda sebagai representamen, untuk konsep, benda, gagasan
yang diacunya disebut sebagai objek, sedangkan makna yang diperoleh oleh tanda
disebut dengan interpretan (Danesi, 2011:32). Adapun struktur triadik pada
ketiganya adalah sebagai berikut.
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
30
Representamen (X)
Objek (Y) Interpretan (X=Y)
Gambar 1.4 Struktur Triadik PeirceSumber: Danesi, 2011:33
Pierce juga membedakan tipe tanda yaitu ikon (icon), indeks (index), dan
simbol (symbol) yang ketiganya memiliki relasi diantara tanda dan objeknya. Ikon
adalah suatu tanda yang mewakili sumber acuan atau objek yang diwakilinya
melalui sebuah bentuk replikasi, simulasi, imitasi, atau persamaan (Danesi,
2011:33). Ikonitas dapat ditemukan dalam wilayah representasi nonverbal,
misalnya sebuah foto yang mirip denga sumber acuannya secara visual.
Indeks merupakan tanda yang mewakili sumber acuan dengan cara menunjuk
atau mengaitkan (secara eksplisit atau implisit) dengan sumber acuan lain
(Danesi, 2011:33). Dengan kata lain, indeks memiliki hubungan sebab-akibat
dengan apa yang diwakilinya atau menempatkan tanda sebagai bukti.
Sedangkan simbol adalah tanda yang mewakili objeknya melalui kesepakatan
atau persetujuan dalam konteks yang lebih spesifik (Danesi, 2011:33). Simbol
baru dapat dipahami jika seseorang telah mengetahui dan mengerti arti yang telah
disepakati sebelumnya. Dalam penelitian ini, konten-konten pada akun Instagram
@beraniberhijrah telah disepakati oleh para pemilik akun dan followers sebagai
sebuah akun dakwah yang memposting konten-konten dakwah.
Berikut unit analisis tanda yang diidentifikasi dalam penelitian ini.
Tabel 1.1 Unit Analisis Tanda Pada Iklan di akun Instagram @beraniberhijrah
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
31
Jenis Tanda Hubungan antara Tanda danSumber Acuannya
Unit Analisis dalamPenelitian
Ikon Tanda yang dirancang untukmerepresentasikan sumber acuanmelalui simulasi atau persamaan(artinya, sumber acuan dapat dilihat,didengar, dan seterusnya)
Foto-foto produk darikonten iklan
Indeks Tanda dirancang untukmengindikasikan sumber acuan ataumenunjukkan adanya hubunganalamiah antara tanda dan petandayang bersifat sebab akibat
Foto-foto produk darikonten iklan (dilihat darikonteksnya)
Simbol Tanda dirancang untuk menyandikansumber acuan melalui kesepakatanatau persetujuan
Foto-foto produk darikonten iklan danketerangan foto sebagaisimbol tekstual
Penggunaan teknik semiotika visual milik Charles S. Pierce dalam
menganalisis bentuk komodifikasi pesan-pesan dakwah pada iklan di akun
Instagram @beraniberhijrah sendiri tidak jauh berbeda dengan iklan cetak pada
umumnya. Hal ini karena iklan pada media sosial seperti Instagram memiliki
tanda verbal (caption atau keterangan foto) dan tanda visual (foto, gambar, dan
tata visual). Melalui teknik semiotika visual, konten iklan pada Instagram dapat
diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di
dalamnya. Selain itu, dengan teknik semiotika visual juga dapat dilihat
keselarasan antara tanda verbal dengan tanda visual yang terlihat pada kesatuan
penampilan iklan, sehingga dapat ditemukan kejelasan mengenai pertimbangan-
pertimbangan estetik yang terlihat dari hubungan tanda dan pesan (Tinarbuko,
2009:9).
KOMODIFIKASI PESAN-PESAN DAKWAH MELALUI KONTEN IKLAN DI MEDIA SOSIAL buka kurungAnalisis SemiotikaVisual Pada Konten Iklan Akun Instagram @beraniberhijrah tutup kurungYAN SHIFA NOVIA SPUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Top Related