1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional yang lahir dan tumbuh
bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan
lembaga pendidikan tertua dan asli (indegenous) di masyarakat Indonesia.
(Ziemik, 1986:100). Pesantren merupakan lembaga yang turut serta dalam
mengiringi dakwah islam di Indonesia. Masyarakat memiliki pandangan yang
beragam tentang pesantren. Pesantren sebagai lembaga ritual, lembaga dakwah,
lembaga pembinaan akhlak dan moral, sebagai institusi pendidikan Islam dan
juga sebagai lembaga sosial yang telah mengalami berbagai tantangan
kehidupan baik internal maupun eksternal.
Pesantren berdiri didasarkan pada motivasiuntuk mengembangkan
keilmuan agama. Pesantren memiliki tiga peran yaitu: sebagai pusat
berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu islam tradisional, sebagai pengajar dan
pemelihara kelangsungan islam tradisional, sebagai pusat produksi ulama.
Karakteristik pondok pesantren khususnya ketika dihadapkan pada tradisi
pesantren dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pesantren salaf dan khalaf.
Pesantren salaf merupakan pesantren yang masih mempertahankan kitab-kitab
islam klasik sebagai inti dalam kegiatan pendidikannya dan tidak diajarkan pada
pengetahuan umum. Pesantren khalaf menerima tata nilai baru yang dinilai
sesuai dengan hukum islam. Pesantren khalaf biasanya menggunakan sistem
2
klasikal yang memuat pelajaran agama dan juga ilmu-ilmu umum (Yasmidi,
2005:63).
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki satu ciri kekhasan
yang membedakan dengan lembaga pendidikan lain. Nilai-nilai kepesantrenan
yang membingkai kehidupan sosial antara kiai dan santri adalah ciri pembeda
yang dimaksud. Nilai-nilai dalam lingkungan pesantren ini yang mampu
menginternalisasi lalu menjadi ruh pendidikan pesantren itu sendiri. Tanpa
disadari nilai-nilai tersebut menjadi “tangan tak teraba” yang merangkul iklim
keilmuan pesantren. Iklim keilmuan inilah yang akan melahirkan sebuah proses
pendidikan yang sesuai dengan agama islam. Proses pendidikan yang sesuai
dengan agama islam diharapkan melahirkan generasi santri yang berkarakter
agamis.
Pondok pesantren sendiri biasanya berpanutan dengan nilai-nilai Salaf
yang didapat pada setiap kegiatan belajar di pondok mereka masing-masing.
Secara harfiah Salaf sendiri mempunyai arti apa yang telah berlalu dan
mendahului atau kelompok pendahulu. Makna salaf adalah orang yang
mendahului baik itu dalam silsilah maupun kekerabatan, dari sisi umur ataupun
perbuatan baik. Dalam perkembangan semantik, kata salaf mengalami
pergeseran makna konotasi masa lampau yang mempunyai kewenangan atau
otoritas. Dengan kata lain, ia adalah masa yang berdekatan dengan periode Nabi
dan secara logis dapat dipahami bahwa orang-orang yang hidup pada masa itu
mengetahui, mendengar, dan melihat dengan baik mengenai praktik-praktik
keagamaan terutama yang dilakukan Nabi (Madjid, 1992:375). Pesantren yang
berlandaskan nilai-nilai salaf adalah pesantren yang mewarisi dan memelihara
3
keberlangsungan tradisi islam yang dikembangkan dari masa ke masa tidak
terbatas pada periode tertentu saja yaitu periode sahabat Nabi Muhammad
SAWdan tabi’in. Pengajaran agama dengan pandangan dunia dan praktik islam
sebagai warisan sejarah dalam bidang syari’ah.
Hubungan antara Kiai dengan santri merupakanperasaan hormat dan
kepatuhan mutlak dari seorang murid kepada gurunya yang tidak boleh terputus,
berlakuseumur hidup seorang murid. Hal tersebut ditunjukkan para murid
dalam seluruh aspek kehidupannya, melupakan ikatandengan guru merupakan
kejelekan dan akan menghilangkan barakah guru danpada akhirnya ilmu yang
dimiliki oleh seorang murid tidak bermanfaat. Haltersebut dilakukan bukan
sebagai manifestasi dari penyerahan total kepadaguru yang dianggap memiliki
otoritas, tetapi karena keyakinan murid kepadakedudukan guru sebagai
perantara kemurahan Tuhan yang dilimpahkan kepadamurid-muridnya, baik di
dunia maupun di akhirat. Pola-pola hubungan yangunik antara Kiai dan santri
dipengaruhi oleh literatur pendidikan yang dipakaisebagai acuan di pesantren
salah satunya adalah kitab Ta’lim al Muta’alim(Dhofier, 1985: 55).
Keberadaan kiai dan santri layaknya sebuah jantung pada sebuah pondok
pesantren. Selain sebagai otoritas teringgi dalam pesantren kiai juga memiliki
kearifan yang tercermin melalui sikap dalam relasi antar kiai dan santri. Pola
hubungan yang terjalin antara Kiai dan santri di pesantren di pengaruhi oleh
faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri Kiai
yang memandang santri sebagai amanat yang harus dididik sebagaimana
anaknya sendiri. Faktor ekstern berasal dari tradisi orang tua santri yang
menyerahkan anaknya kepada Kiai secara langsung dan santri yang
4
menganggap Kiai sebagaimana orang tuanya sendiri di pesantren. Kiai berperan
sebagai bapak para santri-santri yang dijadikan tempat bertanya, tempat
mengadu, dan tempat berkeluh kesah. Kiai mempunyai hubungan dialektis
dengan para santri. Di satu sisi Kiai merupakan produk struktur sosial namun
disisilain kiai juga berperan dalam membentuk struktur sosial dalam pondok
pesantren berdasarkan niali-nilai salaf yang dipahami dan didapat oleh kiai
tersebut. Kiai mentransferkan nilai-nilai salaf kepada para muridnya. Nilai salaf
ini selain juga digunakan dalam sistem belajar mengajar juga sebagai kendali
moral yang mengontrol para santri yang selalu diawasi oleh kiai.
Kabupaten Jombang, tepatnya di Dusun Gebangmalang Desa Bandung
Kecamatan Diwek ada sebuah pondok pesantren yang bernama Pondok
Pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf yang masih menerapkan nilai-nilai salaf
dalam kehidupan pondok tersebut. Pondok pesantren ini dipimpin oleh Kiai
Abdun Nasyith sekaligus sebagai pendiri dan pengasuh pada pondok tersebut.
Pondok tersebut beridiri pada tahun 1998 dan sekarang memiliki jumlah santri
mukim 33 laki-laki dan 7 santri perempuan. Pondok ini pada dasarnya hanya
fokus pada hafalan Al-Quran. Berdasarkan data hasil wawancara dengan Kiai
Nasyid dalam kehidupan di pondok pesantrennya masih mempertahan nilai
salaf sebagai keyakinan yang dianut oleh ia dan para santri, yaitu pola
kehidupan dan pendidikan yang memang sudah diajarkan dan dilakukan oleh
orang terdahulu khususnya orang-orang sholih dan para ulama.Ia berkeyakikan
sebuah ilmu baik agama maupun umum adalah sebuah amanah yang diberikan
oleh Alloh SWT dan harus disampaikan kepada umat. Dalam proses
pengamalan ini harus secara mantap dari niat. Dalam pembangunan musholla
5
dan pondok pesantren ini semata-mata bukan untuk kepentingan mencari murid
serta keuntungan melainkan syiar islam dijalan Alloh SWT serta mendapat
barokah dan keridhoan dari Alloh SWT. Mencari ilmu adalah sebuah ibadah
begitu juga pengamalannya.
Pendidikan pada pondok tersebut khusus untuk mengahafal Al-Quran
namun juga diselingi dengan kegiatan memaknai kitab, tahlil, istighotsah
danngaji rutinan dengan harapan mendapatkan barokah dari Alloh SWT. Santri
alumni masih banyak berdatangan dan mengikuti setoran ngaji kepada ia
karena masih adanya keinginan mencari ilmu serta rasa tawadhu’ kepada guru,
meski mereka tidak terikat peraturan tertentu. Seorang pengajar kitab di sana
adalah alumni dari pondok tersebut yang diamanahi oleh Kiai Nasyid, ia berujar
jika dalam kegiatan belajar tidak ada bayaran tertentu dan dilakukan dengan rela
hati untuk pengabdian dan barokah dari Alloh SWT. Para santri ketika
melakukan kesalahan dihukum berupa membaca Al-Quran dengan berdiri
selama satu jam di depan musholla hal itu untuk mendisiplinkan dengan cara
yang halus, karena pada dasarnya proses belajar mengajar dan menghafal Al-
Quran pada pondok pesantren ini belajar dan ibadah yang untuk Alloh SWT.
Mencermati fenomena tersebutmaka skripsi ini mengkaji, memahami serta
menunjukan secara kualitatif tentang nilai-nilai salaf dan juga penerapannya
dalam hubungan kiai dan santri di pondok pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf
di Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Maka peneliti
mengangkat judul “Nilai-nilai Salaf Dalam Relasi Kiai Dan Santri di Pondok
Pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf”.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana implementasi nilai-nilai salaf dalam relasi kiai dan santri di
Pondok Pesantre Tahfidz Quran Al-Ma’ruf?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan serta menunjukan tentang
implementasi nilai-nilai salaf dalam relasi antara kiai dan santri di
Pondok Pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Adapun manfaat yang dapat dihasilkan dari
penelitian ini dapat diklasifikasian menjadi dua yaitu teoritis dan praktis yang
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.4.1 Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi salah satu
informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya
tentang nilai-nilai dalam kehidupan sosial di pesantren yang ada
hubungannya dengan Program Studi Sosiologi khususnya pada
kajian nilai-nilai dalam masyarakat serta kajian tentang Religion
as a cultural system.
1.4.2 Praktis
Penelitian ini diharapakan dapat diterapkan oleh pihak-pihak
yang berkompeten dan memiliki wewenang seperti contohnya
7
pemerintah khususnya Departemen Agama Dalam rangka
memberikan solusi dan menyelesaikan permasalahan dalam dunia
pendidikan agama, maupun oleh kalangan akademisi sebagai
penunjang referensi keilmuan. Manfaat secara praktis tersebut dapat
peneliti jabarkan sebagai berikut:
a. Pemerintah dan Dinas Pendidikan
Hasil penelitian tentang nilai-nilai salaf dalam relasi kiai dan
santri di Pondok Pesantren Tahfidz Quran Al-ma’ruf dapat
dijadikan rujukan, pertimbangan, dan dasar bagi pemerintah
selaku pembuat kebijakan dalam menganalisis tentang
pendeketan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai agama
islam.
b. Perguruan tinggi dan civitas akademi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan
referensi bagi civitas akademi perguruan tinggi, sehingga
mampu menunjang keilmuan dan mempertajam analisis terkait
tema yang diangkat dalam penelitian ini. Terutama dalam
kajiaan kehidupan sosial khususnya nilai-nilai salaf dalam relasi
kiai dan santri.
c. PP Tahfidz Quran Al-Ma’ruf
Hasil penelitian tentang nilai-nilai salaf apa saja dan
bagaiman prakteknya dalam relasi antara kiai dan santri di PP
Tahfidz Quran Al-Ma’ruf ini dapat dijadikan rujukan dan
pertimbangan bagi pengurus terkait praktek nilai-nilai salaf yang
8
dilakukan sehingga anggota bisa mengimplementasikan nilai-
nilai salaf yang luhur.
1.5 Definisi Konsep
1.5.1 Nilai
Nilai adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang dasar bagi
seseorang atau kelompok orang untuk memilih tindakannya atau
menilai suatu yang bermakna atau tidak bermakna bagi kehidupannya.
Dengan kata lain, perilaku manusia sehari-hari ditentukan, didorong
atau diarahkan oleh nilai-nilai budayanya (Ekosusilo, 2003:50).
1.5.2 Salaf
Salaf sendiri mempunyai arti bahasa adalah apa yang telah
berlalu dan mendahului atau kelompok pendahulu. Jadi, makna salaf
adalah orang yang mendahului baik itu dalam silsilah maupun
kekerabatan, dari sisi umur ataupun perbuatan baik. Dalam
perkembangan semantik, kata salaf mengandung konotasi masa
lampau yang mempunyai kewenangan atau otoritas. Dengan kata lain,
ia adalah masa yang berdekatan dengan periode Nabi dan secara logis
dapat dipahami bahwa orang-orang yang hidup pada masa itu
mengetahui, mendengar, dan melihat dengan baik mengenai praktik-
praktik keagamaan (terutama) yang dilakukan Nabi (Madjid,
1992:375).
1.5.3 Relasi
Menurut Spradley dan Mc.Curdy relasi sosial atau hubungan
sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam waktu
9
yang relatif lama akan membentuk suatu pola, pola hubungan ini juga
disebut sebagai pola relasi sosial (Ramadhan, 2009:11)
1.5.4 Kiai
Secara terminologi, Kiai adalah Pendiri atau pemimpin sebuah
pesantren, sebagai muslim "terpelajar" yang telah membaktikan
hidupnya "demi Allah" serta menyebarluaskan dan mendalami ajaran-
ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan Islam.
Namun pada umumnya di masyarakat kata "kiai" disejajarkan
pengertiannya dengan ulama dalam khazanah Islam ( Hendro,
2010:02).
1.5.5 Santri
Santri berasal dari kata cantrik (agama Hindu) yang berarti
orang-orang yang ikut belajar dan mengembara dengan empu-empu
ternama. Namun, ketika diterapkan dalam agama islam kata cantrik
tersebut berubah menjadi santri yang berarti orang-orang yang
berlajar kepada para guru agama. Santri dapat diartikan sebagai
sebagai kelompok sosio-religius, yakni hubungan mendasar antara
masyarakat akan terdorong ke dalam perhimpunan tersebut (Nurcholis
Madjid. 1997:20)
1.5.6 Pondok Pesantren
Istilah pondok berasal daripengertian asrama-asrama para
santriyang disebut pondok atau tempat tinggalyang dibuat dari
bambooatau mungkin berasal dari bahasa Arab funduq, yangberarti
hotel atau asrama. Definisi singkat istilah “pondok” adalah tempat
10
sederhana yang merupdakantempat tinggal Kiai bersama para
santrinya (Hasbullah, 2001:142).
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan dan jenis penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif kualitatif. Pada umumnya pendekatan ini
dilakukan dengan tujuan utama, yaitu untuk menggambarkan,
menunjukan dan mengungkapkan. Menurut Sugiyono (2008:33)
penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan apa yang dilihat,
didengar, dirasakan dan ditanyakan. Penelitian deskriptif memiliki
tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diteliti.
Atas dasar itu, penelitian ini bertujan untuk menguraikan dan
menunjukan secara mendalam tentang nilai-nilai salaf dalam relasi
kiai dan santri di pondok tahfidz quran al ma’ruf dari sudut pandang
yang utuh.Penelitian kualitatif selalu mengandaikan adanya suatu
kegiatan proses berfikir yang induktif untuk memahami suatu realitas,
peneliti yang terlibat langsung dalam situasi dan latar belakang
fenomena yang diteliti serta memusatkan perhatian pada suatu
peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks penelitian. Bagi peneliti
kualitatif, satu-satunya realita adalah situasi yang diciptakan oleh
individu-individu yang terlibat dalam penelitian. Peneliti melaporkan
11
secara realita dilapangan secara jujur dan mengandalkan pada suara
dan penafsiran informan.
1.6.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidz
Quran Al-Ma’ruf yang terletak di Dusun Gebangmalang, Desa
Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Pengurus dan
santri mempunyai pondok yang bersebelahan dengan rumah kiai.
Pondok dan langgar (musholla) tersebut digunakan sebagai sarana
belajar mengajar, menghafal Al-Quran serta sebagai sarana
internalisasi nilai-nilai salaf bagi santri dan pengurus pondok
pesantren untuk pembentukan karakter para santri. Peneliti akan
melakukan penelitian di tempat tersebut serta rumah kiai untuk
mengetahui langsung kegiatan sehari-hari mereka.
1.6.3 Teknik Penentuan Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian merupakan hal penting dalam
sebuah penelitian. Penentuan subjek yang tepat dan kompeten,
sehingga memungkinkan diperolehnya data dan informasi yang valid
serta akurat karena subjek penelitian merupakan salah satu sumber
data dalam penelitian kualitatif.
Penentuan subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2008:299) purposive sampling adalah
Teknik dalam penentuan sample dengan pertimbangan tertentu.
Peneliti menetapkan informan berdasarkan pertimbangan dari peneliti
dan apa yang sudah peneliti tentukan. Subjek yang dimaksud adalah
kiai, istri kiai dan para santri yang mencari ilmu di ponpes tersebut.
12
Subjek penelitian dalam penelitian yang akan membahas
tentang “ Nilai-nilai Salaf Dalam Relasi Kiai dan Santri di Pondok
Pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf” yakni sebagai berikut :
1) Pendiri sekaligus pengasuh Ponpes Tahfidz Quran Al-Ma’ruf
yaitu Kiai Abdun Nasyit ia juga selaku pengajar dalam
menghafal Al-Quran
2) Istri Kiai Abdun Nasyit selaku pembimbing untuk santri
perempuan
3) Guru Pak Mas’ud sebagai salah satu alumni yang sekarang
menjadi guru pengajar kitab kuning untuk para santri
4) Ketua pondok Mil’ul Umam selaku ketua organisasi yang berada
di PP Tahfidz Quran Al-Ma’ruf
5) Ali Maskur sebagai santri alumni yang masih sering
silaturahmni di PP Tahfidz Quran Al-Ma’ruf
6) Santri muqim laki-laki sebanyak tiga orang dan santri
perempuan sebanyak satu orang selaku murid dan juga orang
yang menghafal Al-Quran serta yang mendiami pondok
pesantren. Perlunya santri sebagai subyek penelitian guna
mengetahui pola relasi antara santri kepada kiai yang
berlandaskan nilai-nilai salaf.
1.6.4 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Data Primer
13
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
oleh peneliti tanpa melalui sumber atau pun perantara lainnya.
Data primer ini diperoleh dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang telah ditentukan oleh peneliti
sebelumnya. Data primer dalam penelitian ini didapatkan
melalui pengamatan atau observasi secara langsung dan
partisipatif terhadap pola relasi dan belajar mengajar di pondok
pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf dan juga di iringi dengan
wawancara dengan subyek penelitian yang sudah ditentukan
sebelumnya.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan peneliti secara
tidak langsung dari obyek penelitian ataupun merupakan data
yang diperoleh melalui perantara media tertentu ataupun sumber
lainnya. Dalam penelitian ini data sekunder berupa hasil
penelitian terdahulu, jurnal, buku, foto-foto dan juga dokumen
resmi baik dari pemerintah maupun pribadi yang ada kaitannya
dengan persoalan Nilai-nilai Salaf Dalam Relasi Kiai dan Santri
di Pondok Pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf di Desa
Bandung.
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Menurut Marshall dalam Sugiyono (208:310) menyatakan
bahwa melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan
makna dari perilaku tersebut. Disini peneliti melakukan obervasi
14
partisipan yaitu peneliti turut ambil bagian atau berada dalam
keadaan obyek yang diobservasi (Supardi, 2006 : 91).
Obsevasi pertama dilakukan oleh peneliti pada hari Selasa.
Tanggal 6 Maret 2018, berangkat jam 10 pagi dari rumah peneliti
yang kira-kira berjarak 1-2 km dari lokasi atau sekitar 5-10 menit
perjalanan. Sebelum masuk kedalam Pondok Pesantren, peneliti
melihat deretan rumah yang berjejer yang berjumlah 3 unit dan
sebuah musholla yang digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar dalam pondok pesantren. Observasi pertama ini
peneliti tidak langsung bertemu dengan kiai selaku pemimpin
dan pengasuh pondok pesantren melaikan dengan istri ia
dikarenakan sang kiai masih menghadiri undangan pengajian di
luar kota. Peneliti meminta izin kepada istri ia untuk melakukan
observasi pada pondok pesantrem ia. Setalah diberikan izin
peneliti masih mengobrol dengan istri ia tentang beberapa seluk
beluk pondok pesantren tersebut.
Peneliti pada saat selesai berbincang langsung meminta izin
untuk melihat kondisi dan bertemu dengan para santri yang ada
dipondok tersebut. Peneliti sempat bertemu dengan beberapa
santri yang berada pada pondok, pada waktu itu memang
sebagian besar santri masih berada pada sekolah masing-masing
dan juga belum waktu pulang sekolah. Peneliti sempat
berbincang denga santri tersebut tentang kehidupan didalam
pondok pesantren tersebut. setalah peneliti juga meminta izin
15
untuk mendokumentasikan bangunan pondok dan musholla.
Setelah itu peneliti meminta izin untuk pulang kepada ibu nyai
dan juga santri. Sebelum beranjak pulang peneliti diberi pesan
untuk datang kembali pada malam hari untuk bertemau dengan
kiai pemimpin dan pengasuh pondok. Beranjaknya peneliti juga
bertepatan dengan adzan dhuhur berkumandang.
Observasi kedua peneliti lakukan pada malam harinya. Pada
observasi kedua ini peneliti bertemu langsung dengan Kiai
Nasyit selaku pemimpin dan pengasuh pondok pesantren. Pada
kesempatan itu peneliti mengutarakan tujuan peneliti dan
meminta izin guna melaksakan penelitian di pondok pesantren
tersebut. Kiai dengan terbuka menyetujui tentang maksud
peneliti, disitulah terjadi perbincangan dengan ia tentang
berbagai kegiatan pada pondok tersebut. Setelah itu peneliti
meminta izin untuk melihat kegiatan santri pada malam hari
yaitu deres dan juga ngaji kitab kuning yang diajar oleh salah
satu alumni ia. Setelah itu peneliti melanjutkan perbincangan,
akhir dari perbincangan peneliti meminta restu guna
mengajukan skripsi tentang pondok pesantren ia. Setelah itu
peneliti tidak langsung pulang tapi masih melihat para santri
yang diperintahkan kiai untuk membersihkan halaman musholla
pondok pesantren tersebut.
Observasi ketiga peneliti lakukan pada hari Sabtu, tanggal 5
Mei 2018 pada pukul 11.00 WIB. Observasi kali ini peneliti
16
ditemani oleh Ibunda dikarenakan ibu dari peneliti ingin
menemui saudara yang berdekatan dengan lokasi pondok
pesantren tersebut. Singkat cerita peneliti bertemu dengan istri
ia dan berbincang tentang hasil seminar proposal peneliti yang
ajukan. Peneliti disini tidak bertemu dengan kiai dikarenakan ia
tidur siang. Obervasi peneliti lanjutkan dengan bertemu salah
satu masyarakat yang berada dekat dengan pondok pesantren
tersebut yaitu Ibu Nadhiroh. Peneliti dan juga ibu peneliti
bertamu dirumah Ibu Nadhiroh dilanjutkan dengan berbincang
tentang dampak pondok tersebut kepada masyarakat dan juga
interaksi para santri dengan masyarakat sekitar.
Observasi keempat peneliti lakukan pada hari Rabu, tanggal
16 Mei 2018 pada pukul 18.30 WIB. Observasi kali ini peneliti
mengikuti langsung kegiatan sholat terawih jamaah pertama
menyambut bulan suci Ramadhan. Peneliti mengikuti sholat
bebarengan dengan para santri dengan di imami langsung oleh
Kiai Nasyit dengan bilal dari santri ia sendiri. Sholat tarawih
pada pondok tersebut memiliki keunikan yaitu setiap kegiatan
sholat tarawih bacaan surat pendek diganti dengan potongan ayat
Al Quran sejumlah satu Juz dengan maksud satu bulan
Ramadhan menghatamkan 30 Juz. Setelah itu sholat dilanjutkan
dengan ceramah dari kiai tentang bulan puasa. Setelah kegiatan
ceramah dilanjutkan dengan tahlil lalu ditutup dengan ambengan
yaitu makan bersama diatas nampan. Bersamaan dengan para
17
santri yang makan bersama peneliti berbincang dengan kiai
untuk menyampaikan hasil seminar proposal penelitian peneliti
dan juga mengkonfirmasi data apa saja yang peneliti butuhkan.
Setelah perbincang selesai Kiai Nasyith memanggil para santri
alumni yang kebetulan datang guna berdiskusi tentang kondisi
Indonesia pada saat ini dan juga bercerita tentang pengalam
hidup ia. Akhir dari diskusi tersebut peneliti izin pamit karena
sudah malam dan juga Kiai Nasyith yang akan memimpin
kegiatan tadarrus.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
dan mengamati aktivitas kehidupan sehari-hari kiai dan santri
yang berada dilingkungan pondok pesantren serta mengikuti
aktivitas kiai dan para santri dalam proses belajar mengajar di
pondok pesantren. Observasi dilakukan dengan cara bertemu
langsung dengan kiai, istrinya, dan para santri. Tujuannya adalah
untuk memperolah data berkaitan dengan apa saja nilai-nilai
salaf dan bagaimana praktek nilai-nilai salaf dalam relasi kiai
dan santri di pondok pesantren tersebut.
b. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2008:317)
mendefinisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara di gunakan sebagai teknik pengumpulan
18
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus di teliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang
lebih mendalam.
Wawancara dalam penelitian ini menggunkan In-depth
Interview).Pengertian wawancara mendalam (In-
depthInterview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuanpenelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antarapewawancara dengan responden atau orang yang
diwawncarai,dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancaradimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupansosial yang relatif lama (Sutopo 2006:
72).Cirikhusus/Kekhasan dari wawancara-mendalam ini adalah
keterlibatannya dalam kehidupan responden/informan.
Wawancara dalam penelitian ini akan menggunakan tipe
tidak tersetruktur dengan tujuan agar pertanyaan dapat mengalir
sesuai dengan pembicaraan yang dilakukan oleh peneliti dan
Kiai, istri kiai dan Santri di PP Tahfidz Quran Al Ma’ruf.
Sehingga, mempunyai kesan tidak ada sekat antara peneliti dan
para informan tersebut. Wawancara dilakukan secara mendalam
dengan proses tanya jawab secara langsung dan bertatap muka
antara peneliti dan informan dengan tanpa menggunakan
pedoman wawancara dan terlihat antara keduanya telah terlibat
dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
19
Wawancara peneliti lakukan setiap ada kesempatan bertatap
muka dengan para subyek penelitian seiring dengan
dilakukannya observasi. Wawancara dilakukan tidak secara
langsung menanyakan hal-hal terkait nilai-nilai salaf dalam
relasi dan santri, tetapi tahap awal dalam wawancara peneliti
berusaha membangun kepercayaan dari informan agar terbuka
dalam informasi yang diberikan dan dibutuhkan peneliti.
Hampir satu bulan, peneliti membangun hubungan dengan
para subyek penelitian yang akhirnya dianggap seperti sahabat.
Setelah memperoleh kepercayaan dan kedekatan hubungan,
peneliti juga mengusahakan untuk sering berkunjung dan
terkadang membawa bingkisan untuk menghargai para subyek
penelitian. Dengan begitu tidak ada sekat antara peneliti dan juga
subyek penelitian.
c. Dokumentasi
Menurut Lexy J Moleong (2002:16)dokumentasi adalah
setiap bahan tertulis atau film. Dokumen digunakan dalam
penelitian sebagi sumber data karena dalam banyak hal dokumen
sebgai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji,
menfasirkan bahkan meramalkan.
Data dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mendapatkan sebuah informasi yang berhubungan dengan data-
data tentang berbagai macam yang berhubungan tentang Nilai-
nilai salaf dalam relasi kiai dan santri di pondok pesantren
20
Tahfidz Quran Al-Ma’ruf. Foto-foto dokumenter tentang
penerapan nilai-nalai salaf dan juga kegiatan belajar mengajar
dalam pondok pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf. Teknik
dokumentasi ini juga digunakan sebagai alat untuk mendapatkan
informasi dan data-data yang bersifat sekunder dalam fokus
penelitian ini.
Peneliti selain melakukan wawancara dengan informan pada
saat observasi, peneliti juga berupaya untuk mendapatkan data-
data dokumentasi baik primer maupun sekunder yang berkaitan
dengan nilai-nilai salaf dalam relasi kiai dan santri . Peneliti pada
saat observasi disamping membawa peralatan wawancara, juga
membawa peralatan seperti smartphone dengan fitur kamera dan
juga perekam suara untuk alat merekam audio dan video, serta
gambar-gambar terkait nilai-nilai salaf dalam relasi kiai dan
santri.
1.6.6 Teknik Analisa Data
Tahap analisa data merupakan proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data
dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun
orang lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan model analisis interaktif yang diperkenalkan oleh Miles
dan Heuberman yang terdiri dari tahapan analisis yaitu:
21
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilah dan memilih
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
yang berkaitan dengan tema dan membuang yang tidak
diperlukan. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan garis besar dan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencari yang diperlukan kembali yang
berkaitan dengan fokus penelitian yaitu nilai-nilai salaf dalam
relasi kiai dan santri.
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data merupakan langkah kelanjutan dari tahap
reduksi data. Data yang telah direduksi kemudian disajikan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif, termasuk
penelitian ini, penyajian data difokuskan dengan teks-teks yang
bersifat naratif. Bentuk penyajia data lainnya hanya sebagai
data pendukung. Pada tahap reduksi juga dilakukan
pengelompokan data berkaitan nilai-nilai salaf dalam relasi kiai
dan santri sehingga memperoleh gambaran secara penuh.
c. Kesimpulan (Conclusion)/ Verifikasi
Tahap ketiga dalam analisis data adalah penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
22
apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel (Sugiyono.2008:335-345). Penarikan
kesimpulan, akan dilakukan peneliti ketika sudah selesai pada
tahapan reduksi dan penyajian data sesuai denga konsern
penelitian. Secara deskriptif, data akan ditampilkan mengenai
nilai-nilai salaf dalam relasi kiai dan santri. Melalui tahapan
yang sudah dilakukan peneliti, akan muncul kesimpulan awal
yang bersifat sementar yang akan terus dielaborasikan dengan
data-data pendukung agar memunculkan kesimpulan mutlak.
1.6.7 Validitas Data
Validitas atau keabsahan merupakan keakuratan dan ketepatan
antara data yang terjadi pada obyek penelitian dan lapangan dengan
data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data valid
adalah data yang tidak berbeda antara data peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Dalam penelitian
kualitatif, data dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan
antara data peneliti dengan data lapangan atau obyek yang diteliti.
Validitas data penelitian kualitatif dapat dibuktikan dengan uji
kredibilitas data sebagaimana merujuk pada pendapat Sugiyono, dapat
dilakukan dengan melakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekukan, trianggulasi, analisis kasus negative dan member check.
Dalam penelitian ini menggunakan uji vailditas dengan
menggunankan triangulasi yang dapat di dejelaskan sebagai berikut :
23
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dapat diartikan
sebagai pengkajian data dari berbagai sumber, berbagai cara dan
berbagai waktu.
a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berfungsi untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh
melalui beberapa sumber.
b) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik berfungsi untuk menguji kredibilitas
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda
c) Triangulasi Waktu
Untuk pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
dengan wawancara, observasi dalam situasi atau waktu yang
berbeda. apabila menghasilkan data yang berbeda, maka perlu
dikaji dan dilakukan secara berulang hingga menemukan data
yang pasti.
Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi yang lebih diutamakan adalah penggunaan
triangulasi waktu dan sumber. Kedua teknik ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa waktu juga akan mempengaruhi
validitas data. Sehingga apabila ditemukan data yang tidak
valid maka penaliti akan kembali melakukan penggalian data
yang lebih valid pada waktu yang berbeda dan sumber yang
sama atau juga bisa sumber yang baru.
Top Related