1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Organisasi kesehatan dunia Word Health Organization (WHO),
memperkirakan 16 juta ibu berusia 15-19 tahun dan 2,5 juta ibu berusia dibawah
16 tahun melahirkan dinegara berkembang. Pada usia tersebut sering terjadi
komplikasi selama kehamilan, persalinan dan kelahiran prematur. 1
Prevalensi BBLR menurut Word Health Organization (WHO ) (2010)
diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran dunia dengan batasan 3,3%-3,8% dan
lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah.
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi
dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram. Hal ini dapat terjadi dan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ibu mempunyai penyakit yang langsung
berhubungan dengan kehamilan, dan usia ibu.2
Dalam rangka pencapaian target SDGs (Sustainnable development goals)
yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
orang disegala usia adalah merupakan salah satu tujuan SDGs yang merupakan
agenda pencapaian 2030, karena pada kerangka Mdgs (Millenium Development
Goals) sebelumnya ada Unfinished business yang salah satunya adalah penurunan
angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita, dan angka kematian
neonatal. 3
Salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian
bayi, khususnya pada masa perinatal adalah kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR). Sekitar 57 % kematian bayi di Indonesia terjadi pada bayi umur
dibawah satu bulan dan terutama disebabkan oleh gangguan selama perinatal dan
BBLR, setiap tahunnya terdapat sekitar 400.000 bayi dengan BBLR. 4
Penelitian analisis risiko kejadian berat badan lahir rendah pada
primigrafida, dengan hasil penelitian. Menunjukkan umur kehamilan menjadi
faktor resiko kejadian BBLR yaitu Ibu yang melahirkan bayi pada umur kurang
bulan (<37 minggu Kehamilan) berisiko 66 kali > melahirkan bayi lahir rendah
pada primigravida dibandingkan pada ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. 5
Penelitian yang dilakukan di Canada telah menyimpulkan bahwa kejadian
berat lahir rendah bayi memiliki masalah kesehatan masyarakat yang signifikan
Implikasi sosial dan medis yang serius, baik sekarang maupun dimasa yang akan
datang. Fokus tulisan ini adalah langsung hubungan antara wanita berpenghasilan
rendah dengan berat lahir rendah bayi. Faktor risiko perilaku berhubungan dengan
bayi dengan berat lahir rendah. Banyak penelitian dan pemograman telah
dilakukan di 15 tahun terakhir, dan beberapa perbaikan nyata telah dilakukan. Hal
yang harus dilakukan dengan melakukan pendekatan berbasis masyarakat
terhadap pengembangan program yang bisa membantu menurunkan angka
kejadian BBLR. 5
Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada
kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu hamil, Ibu menyusui,
dan Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif
3
dilakukan pada 1.000 HPK. Periode 1.000 HPK meliputi 270 hari selama
kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang dilahirkan telah dibuktikan
secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh
karena itu periode ini ada yang menyebutnya sebagai "periode emas", "periode
kritis", dan Bank Dunia (2006) menyebutnya sebagai"window of opportunity". 6
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode
tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam
tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,
stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif
yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi. 6
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan
adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis berulang
yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) < -2
SD berdasarkan standar WHO. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi di
Kabupaten Bima, prevalensi stunting untuk setiap tahunnya megalami
peningkatan. Prevalensi stunting pada tahun 2011 sebesar 23,61%, pada tahun
2012 sebesar 30,3%, dan pada tahun 2013 sebesar 53,2 %. Kecamatan
Soromandi merupakan salah satu Kecamatan dengan prevalensi kejadian
stunting tertinggi di Kabupaten Bima. 7
4
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS) pada tahun
2013 prevalensi pendek (stunting) sebesar 37,2% yang berarti terjadi
peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Menurut Tuft
(2001) dalam The World Bank (2007) stunting disebabkan oleh tiga faktor yaitu
faktor individu yang meliputi asupan makanan, berat badan lahir, penyakit
infeksi dan faktor lingkungan. 8.
Menurut beberapa pakar menyatakan bahwa BBLR diartikan sebagai bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan predator
tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan.
Berdasarkan studi epidemiologi, bayi BBLR mempunyai resiko kematian 20 kali
lipat lebih besar dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal
(10).
Berat lahir rata-rata di Amerika Serikat adalah 3500 gr – 4000 gr berada
dalam kisaran normal. Berat lahir rendah mengacu pada bayi yang beratnya
kurang dari 2.500 saat lahir. Berat lahir sangat rendah mengacu pada bayi yang
beratnya kurang dari 1.500 saat lahir. Bayi lahir dengan berat lahir rendah karena
prematuritas (lahir terlalu dini), intrauterine yang buruk Pertumbuhan (tumbuh
terlalu lambat di rahim). 11
Secara umum cakupan Angka kematian bayi di enam tahun terakhir
cenderung mengalami peningkatan. Dari distribusi yang bersumber pada dinas
kesehatan Kabupaten /Kota, diketahui jumlah kematian bayi di Aceh tahun 2015
sebanyak 1.179 jiwa dan jumlah lahir hidup sebanyak 100.256 jiwa. Dengan
menggunakan definisi operasional yang telah ditetapkan untuk kedua indikator
5
tersebut maka AKB di Aceh tahun 2015 sebesar 12/1000 kelahiran hidup. Angka
ini menurun dari tahun sebelumnya (15/1000 LH). Hal ini menunjukkan semakin
baiknya pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. Salah satu penyebab kematian
bayi di Aceh adalah BBLR (21 %). 14
Beberapa penyebab kematian bayi di Aceh, diantaranya adalah penyakit
asfiksia (25%), BBLR (21%), gangguan kelainan saluran pernafasan (11%),
kelainan cacat kongenital (10%), gangguan kelainan partus (6%), demam (4%)
gangguan kelainan jantung (4%), gangguan kelainan saluran cerna (3%), aspirasi
(3%), diare (2%), pneumonia (2%), sepsis (2%) Infeksi (1%), serta penyakit
lainnya (6%). Penyebab kematian bayi ini dapat dicegah dengan memastikan
setiap ibu melahirkan , didampingi oleh tenaga kesehatan yang terlatih. 15
Data Dinas Kesehatan Aceh Utara tahun 2017, terdapat kasus bayi
maeninggal mencapai 25 kasus dengan penyebab tertinggi BBLR, kematian ibu
mencapai 18 kasus di sebabkan oleh perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan
penyebab lain. 25
Faktor faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah faktor ibu
yaitu riwayat kelahiran premature sebelumnya, perdarahan ante partum,
malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya,
hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua
kehamilan yang terlalu dekat, infeksi trauma, dan lain- lain, faktor janin cacat
bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, keadaan sosial
ekonomi rendah, pekerjaan yang melelahkan, merokok dan tidak diketahui. 16
6
Bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia
gestasi disebut bayi berat lahir rendah. Bayi berat lahir rendah dapat terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau pada bayi cukup bulan. Faktor
penyebab BBLR terdiri dari faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta, dan faktor
lingkungan, faktor ibu terdiri dari penyakit ibu, usia, jarak kehamilan, Riwayat
BBLR sebelumnya serta faktor sosial ekonomi dan budaya ibu. 16
Dari hasil penelitian Yulistini, Chundrayetti, Malahayana “ Faktor resiko
yang berpengaruh terhadap kejadian berat badan lahir rendah di RSUP DR.M.
Dr.M.Djamil Padang” janin dengan jenis kelamin laki-laki (61,1 %) dan status
ekonomi rendah (52,8 %) memiliki proporsi yang lebih. Anlisis bivariat chi-
square menunjukkan faktor resiko anemia (p=0,001) dan kelainan , plasenta
(p=0,049) memiliki hubungan statistic yang signifikan terhadap kejadian BBLR
premature dan dismatur. Pengaruh terbesar secara statistik terdapat pada faktor
resiko anemia (p=0,001) dan paritas (p=-0,022) pada analisis.9
Dari hasil penelitian Ledi Abrita yaitu faktor yang berhubungan ruangan
dengan berat badan lahir dirumah hasil analisis bivariat diperoleh faktor yang
berhubungan dengan kejadian BBLR adalah paritas (p=0.0005, berat badan
sebelum bersalin (p=0,000), pekerjaan p= (0,0000), pekerjaan dan Hb ( p=0.437).
Dari hasil analisis multivariate diperoleh 3 variable yang berhubungan secara
bersamaan terhadap terjadinya BBLR yaitu paritas berat badan ibu dan kadar hb
ibu. 17
Dari hasil penelitian Indrasari tahun 2010 tentang “Faktor resiko pada
kejadian berat badan lahir rendah Lampung dimana hasil penelitian menunjukkan
7
variable yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah usia ibu berisiko
(p=0,014), paritas p=0,018, komplikasi kehamilan p=0,009, jarak kehamilan
p=0,011, penyakit ibu p=0,009, prilaku p=0,003. Hasil analisis multivariate
terdapat 7 faktor yang masuk dalam permodelan akhir yang berperanan terhadap
terjadinya BBLR, yaitu faktor usia, paritas, jarak kehamilan, riwayat melahirkan
BBLR, penyakit yang dimiliki ibu, komplikasi yang disebabkan kehamilan ibu,
jumlah janin yang dikandung dengan faktor yang paling dominan adalah riwayat
BBLR.19
Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 20 November
2017, periode Januari-Desember 2015 didapatkan data jumlah kelahiran sebanyak
203 Jumlah kelahiran dengan kasus BBLR 37 kasus, periode Januari –Desember
2016 terdapat 174 jumlah kelahiran dengan jumlah kasus BBLR 48 kasus dan
periode Januari-November 2017 dari 147 jumlah kelahiran, terdapat 45 orang
kasus BBL .
Berdasarkan fenomena tersebut diatas peneliti melihat dari kasus tersebut
adanya permasalahan yang perlu untuk dianalisis, dengan melakukan teknik
pengabungan kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan suatu inovasi karena
seringkali ada data yang tumpang tindih atau berbeda yang terjadi dalam
masyarakat maka diharapkan akan ditemukan solusi permasalahnya. Sehingga
diperoleh data yang lebih komprehensif, valid realiabel dan objektif. 19
Mixed method yakni menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam
meneliti masalah penelitian, karena penelitian ini memiliki kebebasan untuk
menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang
8
dibutuhkan. Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat
pengumpul data tertentu saja.
Berdasarkan pada kenyataan diatas , maka hal ini mendorong peneliti
untuk mengetahui lebih jauh mengenai Analisis Faktor Risiko Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten
Aceh Utara”.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah ada pengaruh usia ibu terhadap kejadian BBLR di RSU Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.2.2. Apakah ada pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR di RSU Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara.
1.2.3. Apakah ada pengaruh jarak kehamilan terhadap kejadian BBLR di RSU
Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.2.4. Apakah ada pengaruh masa gestasi terhadap kejadian BBLR di RSU Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.2.5. Apakah ada pengaruh komplikasi dalam kehamilan terhadap kejadian
BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.2.6. Apakah ada pengaruh keadaan ekonomi keluarga berhubungan dengan
kejadian BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Untuk menganalisis hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR di RSU
Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
9
1.3.2. Untuk menganalisis hubungan paritas dengan kejadian BBLR di RSU
Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.3.3. Untuk menganalisis hubungan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di
RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.3.4. Untuk menganalisis hubungan masa gestasi dengan kejadian BBLR di
RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.3.5. Untuk menganalisis hubungan komplikasi dalam kehamilan dengan
kejadian BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.3.6. Untuk menganalisis hubungan keadaan ekonomi keluarga dengan
kejadian BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat secara teoritis
maupun praktis
1.4.1. Secara Teoritis
1) Bagi Penulis
Untuk menerapkan teori – teori dan pengetahuan yang didapat dibangku
kuliah kedalam masalah yang sebenarnya terjadi pada suatu instansi atau
Rumah sakit
2) Bagi Akademik
Digunakan sebagai bahan acuan dan perbandingan bagi penelitian lain
yang berminat mengembangkan topik bahasan ini dan melakukan
penelitian lebih lanjut
10
1.4.2. Secara Praktis
1) Bagi Manajemen Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan informasi yang
berharga bagi Rumah sakit mengenai Berat badan lahir rendah
2) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat menjadi informasi bagi masyarakat mengenai faktor
risiko kejadian BBLR sehingga dapat bertindak segera ketika terjadi
kelainan pada kehamilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Rafiluddin (2017), tentang Faktor Resiko
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Area Pertanian (Studi Di Kabupaten Brebes)
Data asupan zat gizi diperoleh dengan metode food frequency questionnaires (FFQ)
semikuantitatif dan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) subjek. Data tingkat paparan
pestisida diperoleh melalui wawancara terstruktur. Data dianalisis dengan menghitung
Odds Ratio (OR) menggunakan regresi logistik. Tidak terdapat perbedaan umur antara
kelompok kasus dan kontrol. Median lama pendidikan, IMT (Indeks masa tubuh) dan
LiLA (Lingkar lengan Atas) ibu kelompok kasus lebih rendah dibandingkan kelompok
kontrol. Tingkat kecukupan protein yang kurang (OR=18,9; 95%CI:1,6-227,7);
kenaikan berat badan kurang (OR=9,1; 95%CI:2,9-28); tingkat paparan pestisida yang
tinggi (OR=7,4; 95%CI:1,3-40,9). 33
Penelitian yang dilakukan oleh Suratini (2015) dengan judul Hubungan Status
Gizi Ibu Hamil Dengan kejadian BBLR DI Wilayah Puskesmas Minggir Kabupaten
Sleman. Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
status gizi ibu hamil dengan kejadian BBLR di Puskesmas Minggir. Hubungannya
sebesar 0.000, yang berarti p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan
antara status gizi ibu hamil dengan kejadian BBLR di Puskesmas Minggir Sleman”.
Kesimpulannya diketahui status gizi ibu hamil dengan berisiko KEK (LILA 23,5 cm)
12
sebesar 47 orang 46,1 %. Diketahuinya kejadian BBLR dan tidak BBLR sama di
Puskesmas Minggir yaitu sebanyak 51 orang (50 %).Terdapat hubungan antara status
gizi ibu hamil dengan kejadian BBLR di Puskesmas Minggir Sleman sebesar 0.000,
yang berarti p < 0,05. 34
Beberapa hasil penelitian sebelumnya berkaitan dengan tema faktor risiko
kejadian BBLR yaitu : Penelitian yang dilakukan di Canada oleh Jin, et al (2015)
tentang Babies With Low Birth Weight telah menyadari bahwa kejadian berat badan
lahir rendah memiliki masalah kesehatan masyarakat yang signifikan Implikasi sosial
dan medis yang serius, baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Fokus tulisan
ini adalah langsung hubungan antara wanita berpenghasilan rendah dengan berat lahir
rendah bayi. Penghasilan rendah terkait dengan tingkat pendidikan rendah dan lainnya.
Faktor risiko perilaku berhubungan dengan bayi dengan berat lahir rendah. Banyak
penelitian dan pemoggraman telah dilakukan di 15 tahun terakhir, dan beberapa
perbaikan nyata telah dilakukan. Hal yang harus dilakukan dengan melakukan
pendekatan berbasis masyarakat terhadap pengembangan program yang bisa membantu
menurunkan angka kejadian BBLR. 10
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati tahun 2014 tentang faktor-faktor
ibu yang mempengaruhi kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR), di peroleh Hasil uji
chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor usia ibu
dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap Tahun 2014 (p = 0,177 < = 0,05). Hasil uji
chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor paritas ibu
dengan kejadian BBLR di RSUD `Cilacap Tahun 2014 (p = 0,550 < = 0,05). Hasil uji
13
chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara faktor komplikasi
kehamilan ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap Tahun 2014 (p = 0,012 < =
0,05). 20
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sembilan
variabel dengan kejadian BBLR yaitu umur ibu, kadar Hb, jarak paritas, jumlah
kunjungan antenatal, jumlah paritas, status sosial ekonomi , tingkat pendidikan ibu,
status gizi ibu hamil, sedangkan variabel riwayat pekerjaan ibu merupakan faktor
proteksi. Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap kejadian BBLR adalah usia ibu. 21
Penelitian yang dilakukan oleh Windari dengan judul Hubungan Karakteristik
Ibu Hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) DI RSUD Penembahan
Senopati Bantul Jokyakarta Tahun 2014 dengan hasil penelitian dilakukan dengan uji
chi square menunjukkan karakteristik yang berhubungan dengan kejadian BBLR di
RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah umur ibu (p-v= 0,001 ), umur kehamilan
(p-v= 0,000) dan paritas (p-v= 0,001). 7
Penelitian yang dilakukan oleh Jin, et al (2015) tentang Babies With Low Birth
Weight, Berat lahir sangat rendah mengacu pada bayi yang beratnya kurang dari 1.500
gr, saat lahir. Bayi lahir dengan berat lahir rendah karena prematuritas (lahir terlalu
dini), intrauterine yang buruk. Pertumbuhan (tumbuh terlalu lambat di rahim), atau
keduanya. 10
Penelitian Sulistyorini (2013) dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah di Ilmu kebidanan dan penyakit
14
kandungan RSUP DR. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proporsi paritas risiko rendah dibanding dengan paritas resiko
tinggi yaitu sebanyak 57,1 %, proporsi usia kehamilan preterm yaitu sebanyak 52,2 %
dan proporsi ibu normal lebih banyak dibanding dengan ibu pre eklamsia berat yaitu
sebanyak 58%. Berdasarkan uji Chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan
bermakna antara paritas dengan kejadian BBLR dan paritas dengan resiko tinggi juga
usia kehamilan preterm mempunyai peluang yang besar untuk kejadian BBLR. 16
Penelitian Muzakkiroh dan Pronomo (2010) dengan judul Pola kejadian berat
lahir rendah dan faktor yang memengaruhinya di Indonesia Tahun 2010. Berdasarkan
analisa multivariate disimpulkan bahwa kejadian BBLR dipengaruhi oleh faktor
penggunaan tablet besi ibu hamil, wilayah tempat tinggal dan kejadian komplikasi
selama masa hamil. Ibu yang mengkonsumsi zat besi kurang dari 90 tablet maka
bayinya mempunyai resiko BBLR 1,7 kali dibandingkan ibu yang mengkonsumsi 90
tablet keatas. Lokasi tempat tinggal dipedesaan mempunyai resiko 0,68 kali untuk
terjadi BBLR dibandingkan ibu yang tinggal diperkotaan. Ibu yang mengalami
komplikasi selama hamil mempunyai 2,3 kali resiko untuk melahirkan BBLR
dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi ketika hamil. 4
Penelitian Mahayana dengan judul Faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian berat badan lahir rendah di RSUP Dr. M. Djamil Padang 2013 dengan hasil
penelitian , dari 72 responden didapatkan faktor resiko janin dengan jenis kelamin laki-
laki (61,1%) dan status sosio ekonomi rendah (52,8 %) memiliki proporsi yang lebih
besar pada kejadian BBLR . Analisis bivariat Chi-square menunjukkan faktor resiko
15
anemia (p=0,001) dan kelainan plasenta (p=0,049) memiliki hubungan statistik yang
signifikan terhadap kejadian BBLR premature dan dismatur. Pengaruh terbesar secara
statistik terdapat pada faktor resiko anemia (p=0,001) dan paritas (p=0,002) pada
analisis kejadian BBLR premature dan dismatur. 9
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati tahun 2014 tentang faktor-faktor
ibu yang mempengaruhi kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR), di peroleh Hasil uji
chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor usia ibu
dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap Tahun 2014 (p = 0,177 < = 0,05). Hasil uji
chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor paritas ibu
dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap Tahun 2014 (p = 0,550 < = 0,05). Hasil uji
chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara faktor komplikasi
kehamilan ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap Tahun 2014 (p = 0,012 < =
0,05). 20
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sembilan
variabel dengan kejadian BBLR yaitu umur ibu, kadar Hb, jarak paritas, jumlah
kunjungan antenatal, jumlah paritas, status sosial ekonomi , tingkat pendidikan ibu,
status gizi ibu hamil, sedangkan variabel riwayat pekerjaan ibu merupakan faktor
proteksi. Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap kejadian BBLR adalah usia ibu. 21
Penelitian yang dilakukan oleh Windari dengan judul Hubungan Karakteristik
Ibu Hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) DI RSUD Penembahan
Senopati Bantul Jokyakarta Tahun 2014 dengan hasil penelitian dilakukan dengan uji
16
chi square menunjukkan karakteristik yang berhubungan dengan kejadian BBLR di
RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah umur ibu (p-v= 0,001 ), umur kehamilan
(p-v= 0,000) dan paritas (p-v= 0,001). 7
Penelitian Sulistyorini dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian bayi berat lahir rendah di Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP DR.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 dengan hasil penelitian responden risiko
tinggi 97 (42,9%), paritas risiko rendah 129 (57,1%), usia kehamilan preterm 118
(52,2%), usia kehamilan aterm 108(47,9%), paritas resiko rendah 129 (57,1%), usia
kehamilan preterm 118 (52,2%), usia kehamilan aterm 108(47,8%), preeklamsia berat
95 (42%) dan normal 131 (58%). Berdasarkan data bivariat diperoleh hasil ada
hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian BBLR dengan p value=0,003 OR
2,325 dan ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian BBLR dengan p value=
0,005 OR 2,204 serta ada hubungan preeklamsia berat dengan kejadian BBLR dengan
p value=0,007 OR 2,166. 16
Penelitian Rahajeng dengan judul Faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR di
RSUD DR. Soedomo Trenggalek, hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada
hubungan antara pendidikan ibu dan pendapatan keluarga terhadap kejadian BBLR.
Namun ada hubungan hipertensi dalam kehamilan dan anemia dalam hehamilan
terhadap kejadian BBLR. Hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa apabila
variable dihitung secara bersamaan maka tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian
BBLR di RSUD Tringgalek. 12
17
Penelitian Abrita (2017) dengan judul Faktor yang berhubungan dengan berat
badan lahir rendah pada bayi yang dilahirkan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003-
2004. Hasil analisis bivariat diperoleh faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR
adalah paritas (p=0,005), berat badan sebelum bersalin (p=0,000), pekerjaan (p=0,038)
dan hb (p=0,000) dan faktor yang tidak berhubungan dengan BBLR adalah umur ibu
(p=0,082), tinggi badan ibu (p=1.000) dan penyakit diderita ibu (p=0,437), dari hasil
analisis multivariate diperoleh 3 variabel yang berhubungan secara bersamaan terhadap
terjadinya BBLR yaitu paritas, berat badan ibu dan kadar hb ibu. 17
Penelitian Trihardiani (2011) dengan judul Faktor resiko kejadian berat badan
lahir rendah di wilayah kerja puskesmas Singkawang Timur Dan Utara Singkawang.
Dengan hasil penelitian Faktor risiko yang terkait dengan BBLR adalah Indeks Massa
Tubuh (RP = 5,4;1,07-27,29), status anemia, lingkar lengan atas (RP = 7,9; 1,85-33,95),
penambahan berat badan (RP = 6,6; 1,30-33,01), dan paritas (RP = 5,30; 1,24-22,56,
tapi tidak ada korelasi antara usia ibu, tinggi ibu, frekuensi pelayanan antenatal,
kelahiran pekerjaan ibu dengan BBLR. Body Mass Index, lengan atas keliling, dan
berat badan ibu adalah faktor risiko BBLR. 22
Dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil bahwa variabel yang
mempunyai hubungan secara bermakna dengan kejadian BBLR adalah :umur (p:0,000);
paritas (p:0,000); riwayat kehamilan (p:0,028). Dengan uji Regresi Logistik diperoleh
variabel yang mempengaruhi kejadian BBLR adalah riwayat kehamilan, artinya ibu
hamil yang mempunyai riwayat kehamilan buruk (pernah abortus, prematur, melahirkan
18
bayi mati, dan BBLR) memiliki probabilitas untuk kejadian BBLR sebesar 75,39%.
Bahwa ada hubungan umur, paritas dan riwayat kehamilan dengan kejadian BBLR. 23
2.2 Penelitian Mixed Methods
Mixed Method adalah metode yang memadukan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif dalam hal metodologi (seperti dalam tahap pengumpulan data), dan kajian
model campuran memadukan dua pendekatan dalam semua tahap proses penelitian. Hal
senada juga diungkapkan Jhon. W Creswell sebagai sebuah metoda, mixed methods
research berfokus pada pengumpulan dan analisis data serta memadukan antara data
kuantitatif dan data kualitatif. baik dalam single study (penelitia tunggal) maupun series
study (penelitian berseri). Premis sentral yang dijadikan dasar mixed methods research
adalah menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menemukan
hasil penelitian yang lebih baik dibandingkan jika hanya menggunakan salah satu
pendekatan saja (misalnya dengan pendekatan kuantitatif saja atau dengan pendekatan
kualitatif saja). 31
Mixed methods terbagi menjadi dua model utama yakni model sequential
(urutan) dan model concurrent (campuran). Model sequential (urutan) dibagi menjadi
dua yakni sequential explanatory (pembuktian) dan sequential exploratory. Model
concurrent (campuran) dibagi menjadi dua yakni model concurrent triangulation
(campuran kuantitatif dan kualitatif secara berimbang) dan model concurrent embedded
(campuran penguatan/metode kedua memperkuat metode pertama). 32
Mixed Method juga disebut sebagai sebuah metodologi yang memberikan
asumsi filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara pengumpulan
19
data dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui
beberapa fase proses penelitian.Strategimetode campuran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah urutan analisis kualitatif dan kuantitatif, dalam penelitian ini
menjadikan langkah penelitian kualitatif sebagaimetode primer sedangkan penelitin
kuantitatif sebagai metode sekunder, kemudian dianalisis dengan metode gabungan mix
Intinya adalah untuk menyatukan data kualitatif dan data kuantitatif agar memperoleh
analisis yang lebih lengkap. 32
Rancangan penelitian metode campuran (mixed methods research design) adalah
suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, “dan mencampur” metode
kuantitatif dan kualitatif dalam suatu penelitian atau serangkaian penelitian untuk
memahami permasalahan penelitian . 31
2.2.1 Pengolahan data dengan mixed methods
Penggolahan data dengan menggunakan metode mixed methods dilakukan
dengan beberapa criteria, antara lain:
a) Melibatkan merging (menyatukan/ menggabungkan)
b) Connecting (menghubungkan / membuat basis – data yang satu menjelaskan
basis – data yang lain)
c) Building (membangun / membuat basis – data yang satu membangun sesuatu
yang baru yang digunakan dalam basis data yang lain)
d) Embedding (menanamkan / menempatkan basis – data yang satu dalam basis –
data lain yang lebih besar)
e) Di –mixed (dicampur) dalam penelitian metode campuran.
20
2.2.2. Rancangan Metode Campuran (dilihat dari aspek pengumpulan data)
a) Rancangan Konvergen
Adalah mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara simultan,
menggabungkan datanya, membandingkan hasilnya, dan menjelaskan semua deskripsi
dalam hasilnya.Tujuan dari rancangan ini, adalah untuk menjelaskan hasil kuantitatif
dengan data kualitatif dari suatu penelitian untuk melihat apakah mereka
berkonvergensi dan memberikan hasil serupa.
b) Rancangan Sekuensial Eksplanatoris
Adalah rancangan eksplanatoris, yang terdiri atas pertama – tama
mengumpulkan data kualitatif untuk membantu menjelaskan atau mengelaborasi tentang
hasil kuantitatif. Latar belakang pemikiran untuk pendekatan ini adalah data kuantitatif
dan hasil memberikan gambaran umum tentang permasalahan penelitiannya; lebih
banyak analisis, khususnya melalui pengumpulan data kualitatif, diperlukan untuk
menyempurnakan, memperluas, atau menjelaskan gambaran kuantitatif umumnya.
c). Rancangan Sekuensial Eksploratoris
Dimulai dengan data kualitatif dan setelah itu mengumpulkan informasi
kuantitatif. Metode ini terdiri atas pertama – tama mengumpulkan data kuantitatif dan
setelah itu mengumpulkan data kualitatif untuk membantu menjelaskan atau
mengelaborasi tentang hasil kuantitatif. Latar belakang pemikiran untuk pendekatan ini
adalah data kuantitatif dan hasil memberikan gambaran umum tentang permasalahan
penelitiannya; lebih banyak analisis, khususnya melalui pengumpulan data kualitatif,
21
diperlukan untuk menyempurnakan, memperluas, atau menjelaskan gambaran
kuantitatif umumnya.
d). Rancangan Sekuensial Eksploratoris
Mulai dengan data kualitatif dan setelah itu mengumpulkan informasi
kuantitatif. Metode ini melibatkan prosedur pertama –tama mengumpulkan data
kualitatif untuk mengeksplorasi suatu fenomena dan setelah itu mengumpulkan data
kuantitatif untuk menjelaskan hubungan yang ditemukan dalam data kualitatif. Niat
rancangan ini adalah untuk pertama – tama mengeksplorasi suatu sampel secara
kualitatif untuk menentukan pertanyaan apa yang akan ditanyakan, variabel apa yang
akan di ukur, dan siapa orang yang akan ditanyai.
e). Rancangan Eksperimental
Maksud rancangan eksperimental adalah membungkus suatu rancangan metode
campuran dasar dalam suatu eksperimen. Rancangan ini pada dasarnya berarti bahwa
peneliti menambahkan pengumpulan data, analisis data, dan hasil kualitatif ke dalam
suatu eksperimen. Menambahkan data kualitatif ke dalam suatu eksperimen sebelum
eksperimen dimulai, selama eksperimen, atau segera setelah eksperimen selesai.
f). Rancangan keadilan Sosial
Rancangan keadilan sosial adalah suatu rancangan metode campuran dimana
suatu kerangka kerja (misalnya feminis atau etnik) membungkus rancangan dasar
konvergen, eksplanatoris, atau eksploratoris. Niat tipe rancangan metode campuran ini
adalah untuk melaksanakan suatu penelitian konvergen, eksplanatoris, atau eksploratori.
22
g). Rancangan Evaluasi Multitahap
Rancangan evaluasi multitahap adalah rancangan metode campuran yang
digunakan ketika peneliti mencoba mengevaluasi dampak suatu program atau
proyek.Peneliti metode campuran menggunakan rancangan konvergen, eksplanatoris,
atau eksploratoris secara multitahap dalam implementasi program.
2.2.3. Merancang Prosedur-Prosedur Mixed Methods Research
Menurut John W Creswell (2009:840), ada beberapa aspek penting yang harus
dipertimbangkan terlebih dahulu dalam merancang prosedur-prosedur mixed methods
research, yaitu sebagai berikut:
a) Timing (waktu)
Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatifnya. Apakah data akan dikumpulkan secara bertahap (sekunsial) atau
dikumpulkan pada waktu yang sama (konkuren). Ketika data dikumpulkan secara
bertahap, peneliti perlu menentukan apakah data kuantitatif atau kualitatif yang akan
dikumpulkan terlebih dahulu. Hal ini tergantung pada tujuan awal peneliti. Bila data
kualitatif dikumpulkan pertama, tujuannya adalah untuk mengeksplorasi topik dengan
cara mengamati partisipan di lokasi penelitian. Setelah itu peneliti memperluas
pemahamannya melalui tahap kedua, yaitu data kuantitatif, di mana data dikumpulkan
dari sejumlah besar partisipan (biasanya sampel dari populasi). Ketika data
dikumpulkan secara konkuren, berarti data kuantitatif dan kualitatif dikumpulkan pada
waktu yang sama dan pelaksanaannya simultan (serempak). Pengumpulan data
23
kuantitatif dan kualitatif secara bersaman dianggap paling efektif karena tidak
membutuhkan waktu lama dalam proses pengumpulannya.
b) Weighting (bobot)
Bobot yang dimaksud dalam merancang prosedur mixed methods adalah
prioritas yang diberikan antara metode kuantitatif atau kualitatif. Dalam studi tertentu
bobot dapat sama atau seimbang. Dalam beberapa penelitian lain mungkin lebih
menekankan pada satu metode. Penekanan pada satu metode tergantung dari
kepentingan peneliti, keinginan pembaca (seperti pihak kampus, organisasi profesional)
dan hal apa yang ingin diutamakan oleh peneliti. Dalam kerangka yang lebih praktis,
bobot dalam mixed methods bisa dipertimbangkan melalui beberapa hal, antara lain
apakah data kualitatif dan kuantitatif yang akan diutamakan terlebih dahulu, sejauh
mana treatment terhadap masing-masing dari kedua data tersebut atau apakah metode
induktif (seperti, membangun tema-tema dalam kualitatif) atau metode deduktif (seperti,
menguji suatu teori) yang akan diprioritaskan.
c) Mixing (pencampuran)
Mencampur (mixing) berarti bahwa data kualitatif dan kuantitatif benar-benar
dileburkan dalam satu end of continuum, dijaga keterpisahannya dalam end of continum
yang lain atau dikombinasikan dengan beberapa cara. Dua data bisa saja ditulis secara
terpisah namun keduanya tetap dihubungkan (connecting) satu sama lain selama tahap-
tahap penelitian. bahwa peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara
konkuren dan menggabungkan (integrating) database keduanya dengan
mentransformasikan tema-tema kualitatif menjadi angka-angka yang bisa dihitung
(secara statistik) dan membandingkan hasil penghitungan ini dengan data kuantitatif
24
deskriptif. Dalam hal ini, pencampuran menggabungkan dua database dengan
meleburkan secara utuh data kuantitatif dengan data kualitatif. Atau dalam hal lain,
peneliti tidak menggabungkan dua jenis metode penelitian yang berbeda tetapi
sebaliknya peneliti justru tengah menancapkan (embedding) jenis data sekunder
(kualitatif) ke dalam jenis data primer (kuantitatif) dalam satu penelitian. Database
sekunder memainkan peran pendukung dalam penelitian ini.
d) Teorizing (teorisasi)
Faktor terakhir yang perlu diperhatikan dalam merancang mixed method adalah
perspektif teori apa yang akan menjadi landasan bagi keseluruhan proses/tahap
penelitian perspektif ini bisa berupa teori ilmu-ilmu sosial atau perspektif-perspektif
teori lain yang lebih luas. Dalam mixed methods research, teori biasanya muncul
dibagian awal penelitian untuk membentuk rumusan masalah yang diajukan, siapa yang
berpartisipasi dalam penelitian, bagaimana data dikumpulkan dan implikasi-implikasi
apa yang diharapkan dari penelitian.
2.2.3. Analisis Data Dan Prosedur-Prosedur Validasi Mixed Methods
John W Creswell (2009:933) menyebutkan beberapa analisis data mixed method
yaitu:
a) Transformasi data. Dalam strategi-strategi kunkuren, peneliti bisa saja
menghitung data kuantitatif atau sebaliknya peneliti juga dapat mengalifikasi
data kuantitatif.
b) Mengeksplorasi outlier-outlier. Dalam strategi-strategi sekuensial, analisis data
kuantitatif pada tahap pertama dapat menghasilkan kasus-kasus ekstrim dan
25
outlier. Setelah analisis penliti dapat menindaklanjuti dengan wawancara
kualitatif tentang kasus-kasus outlier tersebut untuk memperoleh penegtahuan
tentang mengapa kasus ini berbeda/menyimpang dari sampel kuantitatif.
c) Membuat instrument. Dengan menerapkan salah satu strategi sekuensial
sebelumnya, kumpulkan tema-tema atau statemen tertentu tertentu dari
partisipan pada tahap pertama, selanjutnya gunakan statemen tersebut sebagai
item-item spesifik dan temanya sebagai skala-skla untuk membuat instrument
survey kuantitatif. Pada tahap ketiga, cobalah menvalidasi instrument tersebut
dengan sampel yang representative dari populasi.
d) Menguji level-level ganda. Dengan menerapkan strategi embedded konkuren,
lalkukan survey (misalnya, pada kelompok-kelompok) untuk mengumpulkan
hasil-hasil kuantitatif tentang sampel. Pada waktu bersamaan, lakukan
wawancara kualitatif (seperti, pada individu-individu) untuk mengeksplorasi
suatu fenomena berdasarkan pandangan individu-individu dalam kelompok-
kelompok tersebut.
e) Membuat matriks/tabel. Dengan menerapkan salah satu strategi konkuren yang
sudah dijelaskan sebelumnya, kombinasikan informasi-informasi yang diperoleh
dari pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif kedalam bentuk matriks atau
tabel.
26
2.3. Berat Badan Lahir Rendah
2.3.1. Pengertian BBLR
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan
pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu
kelangsungan hidupnya. 16
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan(intrauterine growth restriction). 24 World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat
badannya kurang atau sama dengan 2.500 g disebut low birth weight infant (bayi berat
badan lahir rendah). Menurut Syafrudin dan Hamidah (2009) yang mengutip dari
Depkes RI, bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2.500 g atau
kurang dari 2500 gr. 24
Dari pengertian tersebut BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
prematuritas murni dan dismaturitas. Disebut prematuritas murni jika masa gestasinya
kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasinya, biasa pula disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
Dismaturitas ialah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasinya. Artinya bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. 25
27
2.3.2. Klasifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR. 26
a. Menurut harapan hidupnya:
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000
gram.
b. Menurut Masa Gestasinya
Masa gestasi atau umur kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai
saat kelahiran dihitung dari pertama haid terakhir.
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). Dismaturitas
yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
28
2.3.3. Faktor Penyebab
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah. 26
2.3.3.1. Faktor Ibu
1) Penyakit;
(1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan, Hypertensi
dalam kehamilan, kehamilan extopik, plasenta previa, IUGR ( Intrauterine
growth retardation) dan PROM (Premature rupture of membranes)
(2) antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
(3) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
(4) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Karakteristik Ibu;
(1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
(2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1tahun).
(3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan Sosial Ekonomi
(1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. Masalah gizi merupakan
salah satu penyebab kematian ibu dan anak secara tidak langsung yang
sebenarnya masih dapat dicegah. Rendahnya status gizi ibu hamil selama
kehamilan dapat mengakibatkan berbagai dampak tidak baik bagi ibu hamil dan
29
bayi, diantaranya adalah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Bayi dengan BBLR mempunyai peluang meninggal 10 – 20 kali lebih besar dari
pada bayi yang lahir dengan berat lahir cukup oleh karena itu, perlu adanya
deteksi dini dalam kehamilan yang dapat mencerminkan pertumbuhan janin
melalui penilaian status gizi ibu hamil. 34
BBLR merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena
mempunyai resiko untuk terjadinya komplikasi pada bayi seperti : aspirasi
mekonium yang sering diikuti pneumotorak, kadar hemoglobin yang tinggi, dan
hipoglikemia. Komplikasi lain yang dapat terjadi pada BBLR adalah asfeksia,
perdarahan paru yang massif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan
kromosom, cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine, dan sebagainya. Bayi
dengan BBLR mempunyai dampak psikologis dan neurologis setelah hidup dan
akan menjadi masalah baru dalam lingkungan keluarganya, bayi yang sering
mengalami keterlambatan pertumbuhan, gangguan bicara dan tingkat kecerdasan
yang rendah. 34
(2) Aktifitas fisik yang berlebihan
(3) Perkawinan yang tidak sah
2.3.3.2. Faktor Janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
30
2.3.3.3. Faktor Plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
2.3.3.4. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
2.4. Permasalahan Pada BBLR
Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama yang
prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah
pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada system pernafasan, susunan saraf
pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal, dan termoregulasi. 27
2.4.1. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera
setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan
surfaktan (zat di dalam paru yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian dalam
alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Lumen sistem pernafasan
yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thoraks,
lemah atau tidak adanya gag refleks dan pembuluh darah yang imatur. Hal-hal inilah
yang mengganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas
(distress pernafasan).
31
2.4.2. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat.
Hal ini disebabkan antara lain, perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang
rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara
itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan
saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan
perfusi/iskemia.
2.4.3. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan janin, yaitu
Patent Ductus Arteriosus, yang merupakan akibat dari gangguan adaptasi dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan
ductus arteriosus. Terdapat beberapa faktor yang memperlambat penutupan ductus
arteriosus, antara lain berupa kurangnya otot polos pembuluh darah, dan rendahnya
kadar oksigen pada bayi BBLR.
2.4.4. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan umumnya saluran
pencernaannya belum berfungsi seperti pada bayi cukup bulan. Hal ini diakibatkan
antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi
33-34 minggu, kurangnya cadangan beberapa nutrisi seperti kurang dapat menyerap
lemak dan mencerna protein, jumlah enzim yang belum mencukupi.
32
2.4.5. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang
disebabkan antara lain:
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan
lebih besar (permukaan tubuh bayi relative luas)
2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat)
3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit
4) Kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunaan kalori
5) Tidak memadainya aktivitas otot
6) Ketidakmatangan pusat pengaturan suhu di otak
7) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit
2.4.6. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain karena bayi
BBLR terutama yang kurang bulan, adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek
2) Pembentukan sel darah merah yang lambat
3) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
4) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang
sering
5) Deposit vitamin E yang rendah
33
2.4.7. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas,
seringkali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi daripada bayi
cukup bulan.
2.4.8. Sistem perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, dimana
ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk mengelola air,
elektrolit dan asam basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-
obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urine.
2.4.9. Sistem Integumen
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan
sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
2.4.10. Sistem penglihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang
disebabkan karena ketidakmatangan retina.
2.5. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan membuat
stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki kecemasan
terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus
mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga
merasa bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan
34
tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari perawat. Perawat dapat membantu
keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis emosional, antara lain dengan
memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam
perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru karena melalui kontak
kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan percaya diri
dalam merawat bayinya. 21
2.6. Pencegahan BBLR
2.6.1. Pencegahan Primer
Menurut University of Rochester Medical Center (2014) dan Shore (2009)
pencegahan ini merupakan upaya untuk mencegah ibu hamil melahirkan bayi dengan
BBLR, antara lain sebagai berikut:
1) Perawatan prenatal merupakan faktor kunci dalam mencegah kelahiran premature
dan bayi berat lahir rendah. Pada kunjungan prenatal, kesehatan ibu dan janin
dapat diperiksa.
2) Gizi dan berat badan ibu berhubungan dengan pertambahan berat janin dan berat
bayi saat lahir, maka makan makanan yang sehat dan mendapatkan berat badan
yang tepat saat kehamilan sangat penting.
3) Ibu harus menghindari alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang, yang dapat
berkontribusi untuk pertumbuhan janin yang buruk, diluar dari komplikasi lainnya.
4) Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau istirahat
baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari normal.
5) Tingkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana.
35
2.6.2. Pencegahan Sekunder
Upaya ini dilakukan untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat
BBLR, yaitu. 28
1). Pengaturan Suhu Badan /Thermoregulasi
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan
membutuhkan suatu thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara
fisiologis dengan mengatur pembentukan atau pendistribusian panas, dan pengaturan
terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan pertambahan panas. Berikut
ini adalah beberapa cara pencegahan panas pada bayi berat lahir rendah yang sehat
antara lain:
(1) Segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat
(2) Pemeriksaan di kamar bersalin dilakukan di bawah radiant warmer (box bayi
hangat)
(3) Topi dipakaikan untuk mecegah kehilangan panas melalui kulit kepala
(4) Bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di boks terbuka dan diselimuti.
Sementara itu, pada bayi berat lahir rendah yang sakit, cara untuk mencegah
kehilangan panas, antara lain:
(1)Bayi harus segera dikeringkan
(2) Untuk mentransportasi bayi, digunakan transport inkubator yang sudah hangat
(3) Tindakan terhadap bayi dilakukan di bawah radiant warmer
(4) Suhu lingkungan netral dipertahankan
36
2.7. Landasan Teori.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka dikembangkan suatu kerangka teori
sebagai berikut yaitu:
Gambar 2.1 Landasan Teori (Sumber : 15 dan 2)
Faktor Ibu
1. Usia Ibu
2. Paritas
3. Masa Gestasi
4. Jarak Kelahiran
5. Komplikasi dalam
kehamilan
6. Keadaan Ekonomi
Keluarga
Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
Faktor Janin
1. Kelainan Kromoson
2. Infeksi Janin Kronik
3. Gawat Janin
4. Kehamilan Kembar
Faktor Plasenta
1. Hidramnion
2. Plasenta Previa
3. Solutio Plasenta
4. KPD
Faktor Lingkungan
1. Tempat tinggal
dataran tinggi
2. Radiasi
3. Terpapar zat racun
37
2.8. Kerangka Konsep Penelitian
1.4.3. Pada penelitian ini yang ingin diketahui adalah bagaimana gambaran faktor
resiko kejadian berat badan lahir rendah di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh
Utara. Ini dapat digambar kan dalam kerangka konsep penelitian berikut ini:
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Faktor Ibu
1. Usia Ibu
2. Jarak Kelahiran
3. Paritas
4. Masa Gestasi
5. Riwayat komplikasi
dalam kehamilan
6. Keadaan ekonomi
keluarga
Variabel Independen Variabel Dependen
Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
38
2.9. Hipotesis Penelitian
1.4.4. Hipotesis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir
rendah (BBLR) di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016-2017
yaitu :
1) Ada hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten
Aceh Utara
2) Ada hubungan paritas dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten
Aceh Utara.
3) Ada hubungan Jarak kelahiran dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara.
4) Ada hubungan masa gestasi dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara.
5) Ada hubungan riwayat komplikasi dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara.
6) Ada hubungan ekonomi keluarga dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mixed Methods
dengan pendekatan desain sequential explanatory yaitu dimulai dengan mengumpulkan
data kuantitatif dengan desain case control dan setelah itu mengumpulkan data kualitatif
untuk membantu menjelaskan atau mengelaborasi tentang hasil kuantitatif. 19
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan karena tempat yang sesuai
untuk dilakukan penelitian karena jumlah kasus bayi berat lahir rendah memadai untuk
dijadikan sampel penelitian.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dijadwalkan telah dilaksanakan bulan April tahun 2018 sampai
dengan bulan Mei tahun 2018.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
40
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi kasus yaitu seluruh ibu yang
melahirkan bayi berat lahir rendah yang tercatat di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh
Utara. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
diambil dari bulan Januari sampai Desember tahun 2017 berjumlah 45 orang.
Populasi kontrol yaitu seluruh ibu yang melahirkan di RSU Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara yang tidak mengalami BBLR. Berdasarkan data yang diperoleh
dari RSU Kabupaten Aceh Utara Januari tahun 2016 sampai Desember 2017 berjumlah
45 orang.
3.3.2 . Sampel
1) Sampel Untuk Pendekatan Kuantitatif
Sampel untuk pendekatan kuantitatif sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini dibagi menjadi
dua kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus sampel sebanyak 45
orang. Kelompok kontrol sampel harus perpadanan (matching), yang menjadi matching
adalah umur ibu saat melahirkan (umur >20 dan ≤ 35 ) tahun dengan sampel kasus yaitu
45 orang. Jadi kriteria kasus dan kontrol ditetapkan sebagai berikut:
(2) Sampel kelompok kasus yaitu ibu yang melahirkan Berat badan lahir rendah
yaitu berjumlah 45 orang
(3) Sampel kelompok kontrol yaitu ibu yang tidak melahirkan Berat badan lahir
rendah. Berdasarkan ketentuan perpaduan (matching) dengan ibu yang
mengalami Berat badan lahir rendah perbandingan (1:1) dalam teknik
pengambilan sampel, maka jumlah sampel sebanyak 45 orang.
41
(4) Jumlah seluruh sampel kelompok kasus dan kontrol adalah 90 orang. Sampel
kasus dalam penelitian ini diambil secara total population yaitu sampel diambil
dari keseluruhan jumlah populasi.
Dalam penelitian ditetapkan kriteria sampel sebagai berikut:
1) Tercatat sebagai ibu yang bersalin di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
2) Ibu yang mengalami berat badan lahir rendah
2). Informan Untuk Pendekatan Kualitatif
Informan untuk pendekatan kualitatif Informan diwakili oleh ibu yang pernah
bersalin di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara yaitu untuk kelompok kasus dan
kelompok kontrol. Jumlah seluruh informan adalah 9 orang yaitu 3 informan untuk
kelompok ibu (Ibu yang melahirkan dengan BBLR), 3 informan bidan di wilayah kerja
Puskesmas Kabupaten Aceh Utara, 3 informan dari suami. Alasan pengambilan
informan 9 orang, karena 9 informan dalam penelitian ini adalah orang atau pelaku
yang benar benar tahu dan menguasai masalah serta terlibat langsung dengan masalah
penelitian.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari catatan atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
penelitian seperti profil RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara, catatan rekam medik
tentang ibu bersalin yang mengalami Berat badan lahir rendah dan ibu bersalin yang
tidak mengalami Berat badan lahir rendah.
42
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data
1) Teknik Pengumpulan Data Kuantitaif
Metode pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan pengisian lembar
checklist dengan studi dokumentasi berupa data deskriptif seperti profil Rumah
sakit dan catatan rekam medik.
2). Teknik Pengumpulan Data Kualitatif
Teknik Pengumpulan Data Kualitatif Metode pengumpulan data dilakukan
dengan mewawancarai secara mendalam kepada informan yang mewakili pasien
dengan menggunakan pedoman wawancara. Kegiatan wawancara tersebut
direkam menggunakan alat perekam, selanjutnya hasil rekaman tersebut
dituliskan dalam bentuk verbatim.
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional
3.5.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Adapun
yang menjadi variabel bebas yaitu (usia, paritas, jarak kelahiran, masa Gestasi, dan
Komplikasi dalam Kehamilan dan keadaan sosial ekonomi keluarga) yang ditandai
dengan simbol x sedangkan variabel yang terikat yaitu (Berat Badan Lahir Rendah)
yaitu variabel yang berhubungan yang ditandai simbol Y.
3.5.2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah
pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Defenisi operasional ini berguna untuk
43
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur. Batasan yang digunakan
untuk mendefenisikan variabel-variabel.
1) Variabel Bebas
(1) Usia yaitu umur ibu saat melahirkan bayi berat lahir rendah
(2) Paritas yaitu jumlah anak yang telah dilahirkan ibu.
(3) Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kehamilan sekarang dengan
kehamilan sebelumnya
(4) Masa Gestasi atau umur kehamilan adalah Masa sejak terjadinya konsepsi
sampai dengan saat kelahiran dihitung dari pertama haid terakhir.
(5) Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi
(6) Keadaan ekonomi keluarga adalah kedudukan atau posisi keluarga dalam
kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendidikan dan pendapatan .
2). Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel
dalam penelitian ini adalah: Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat
badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
3.6. Metode Pengukuran
1) Berat badan lahir rendah
44
Kategori Berat badan lahir rendah dibuat kode pada masing-masing lembar
checklist yaitu:
(1) Mengalami Berat badan lahir rendah
(2) Tidak Mengalami Berat badan lahir rendah
2). Usia
(1) Berisiko jika usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
(2) Tidak berisiko jika usia ibu ≥ 20 tahun dan ≤35 tahun
3). Paritas
Kategori paritas diberi kode pada masing-masing lembar checklist yaitu:
1) Berisiko ibu dengan paritas tinggi (anak >2 )
2) Tidak berisiko ibu dengan paritas rendah (anak ≤2)
4). Jarak kelahiran
1) Berisiko apabila jarak kelahiran < 1 tahun
2) Tidak berisiko apabila jarak kelahiran ≥ 2 tahun
5) Masa Gestasi
1) Berisiko apabila melahirkan dengan usia kehamilan preterm (< 37 minngu)
2) Tidak berisiko apabila melahirkan dengan usia aterm (≥37 minggu).
6) Riwayat komplikasi dalam kehamilan
1) Berisiko apabila mempunyai riwayat komplikasi pada kehamilan dan kelahiran
sebelumnya
2) Tidak berisiko apabila tidak ada riwayat komplikasi pada kehamilan dan
kelahiran sebelumnya
45
7). Keadaan ekonomi Keluarga
1) Berisiko apabila pendapatan atau penghasilan keluarga golongan
berpenghasilan rendah.
2) Tidak berisiko apabila pendapatan atau penghasilan keluarga golongan
berpenghasilan sedang atau tinggi
3.6.3. Metode Pengukuran Kualitatif
Pengukuran dilakukan dengan mewawancarai secara mendalam kepada
informan yang mewakili pasien dengan menggunakan pedoman wawancara. Kegiatan
wawancara mendalam tersebut direkam menggunakan alat perekam, selanjutnya hasil
rekaman tersebut dituliskan dalam bentuk verbatim.
Pada penelitian ini data yang diperoleh dilapangan dianalisis dengan
tahapan data reduction, data display, dan conclusion or verification.
1). Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola sehingga akan memberikan
gambaran jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2) Data display (penyajian data)
Penyajian data akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam kualitatif,
46
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar
kategori.
3) Conclusion or verification (Kesimpulan atau Verifikasi Data)
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
objek yang sebelumnya masih remang remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dan dapat berhubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti
bukti valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel. Ketiga komponen tersebut saling interaktif yaitu saling memengaruhi dan
saling terkait satu sama lain. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di Lapangan
dengan mengadakan observasi yang disebut dengan tahap pengumpulan data. Karena
data yang terkumpul banyak maka perlu dilakukan tahap reduksi data untuk
merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan padahal yang penting, mencari tema,
dan polanya. Setelah direduksi kemudian di adakan penyajian data dengan teks yang
bersifat naratif. Apabila kedua tahap tersebut telah selesai dilakukan, maka diambil
suatu keputusan atau verifikasi.
47
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen
No Variabel Defenisi
Operasiona
l
Kategori Hasil Ukur Skala
1. Usia Usia
Responden
saat
melahirkan
anak
terakhir
1) Berisiko jika usia ibu < 20
tahun dan ≥35 tahun
2) Tidak berisiko jika usia ibu > 20
≤ 35 tahun
Ordinal
2 Paritas Jumlah
anak yang
dilahirkan
responden
baik yang
lahir hidup
maupun
mati
1) Berisiko ibu dengan paritas
tinggi (anak >2 )
2) Tidak berisiko ibu dengan
paritas rendah (anak ≤2)
Ordinal
3 Masa
Gestasi
Periode
waktu
antara
konsepsi
dan
kelahiran
1) Berisiko pada saat melahirkan
usia kehamilan pretem (<37
minggu)
2) Tidak berisiko saat melahirkan
usia kehamilan aterm (≥ 37
minggu)
Ordinal
4 Riwayat
komplikasi
dalam
kehamilan
Kegawat
daruratan
obstetrik
yang dapat
menyebabk
an kematian
pada ibu
dan bayi
1) Berisiko apabila ada riwayat
komplikasi pada kehamilan
sebelumnya
2) Tidak berisiko apabila tidak ada
riwayat komplikasi pada
kehamilan sebelumnya
Ordinal
48
5 Jarak
kelahiran
Batasan
jeda antara
kehamilan
yang lalu
dengan
kehamilan
sekarang
1) Berisiko apabila jarak kelahiran
< 1 tahun
2) Tidak berisiko apabila jarak
kelahiran ≥ 2 tahun
Ordinal
6 Keadaan
sosial
ekonomi
keluarga
Kedudukan
atau posisi
seseorang
dalam
kelompok
masyarakat
yang
ditentukan
oleh jenis
aktifitas
ekonomi,pe
ndidikan
serta
pendapatan
1) Berisiko apabila pendapatan
atau penghasilan keluarga
golongan berpenghasilan
rendah
2) Tidak berisiko apabila
pendapatan atau penghasilan
keluarga golongan
berpenghasilan sedang atau
tinggi
Ordinal
Kisi–Kisi Instrumen Penelitian Analisis Faktor Resiko Kejadian Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
NO Variabel Indikator Kategori Hasil Ukur
1. Usia -Berapa usia pada saat hamil
-Usia tidak berisiko hamil
-Usia berisiko hamil
1.Berisiko jika usia ibu < 20
tahun dan ≥35 tahun
2.Tidak berisiko jika usia ibu
> dari 20 tahun dan kurang ≤
35 tahun
49
2. Paritas -Jumlah anak yang sudah
dilahirkan
-Jumlah anak yang berisiko
untuk hamil
1.Berisiko ibu dengan paritas
tinggi (anak >2 )
2.Tidak berisiko ibu dengan
paritas rendah(anak ≤2)
3. Masa Gestasi -Berapa usia kehamilan saat
melahirkan
-Usia kehamilan berisiko
melahirkan
-Usia kehamilan tidak
berisiko melahirkan
1.Berisiko pada saat
melahirkan usia kehamilan
pretem (<37 minggu)
2.Tidak berisiko saat
melahirkan usia kehamilan
aterm (≥ 37 minggu)
4. Riwayat
komplikasi
dalam
kehamilan
-Penyakit-penyakit yang
menyertai ibu dalam
kehamilan
-Jenis-jenis komplikasi dalam
kehamilan
1.Berisiko apabila ada
riwayat komplikasi pada
kehamilan sebelumnya
2.Tidak berisiko apabila tidak
ada riwayat komplikasi pada
kehamilan sebelumnya
5. Jarak kelahiran -Jarak antara kehamilan
sekarang dengan kehamilan
1.Berisiko apabila jarak
kelahiran < 1 tahun
50
sebelumnya
-Jarak kehamilan berisiko
untuk hamil
-Jarak kehamilan tidak
berisiko hamil
2.Tidak berisiko apabila jarak
kelahiran ≥ 2 tahun
6. Keadaan
ekonomi
keluarga
-Pendidikan
-Pekerjaan
-Penghasilan atau pendapatan
dalam keluarga
1.Berisiko apabila pendapatan
atau penghasilan keluarga
golongan berpenghasilan
rendah
2.Tidak berisiko apabila
pendapatan atau penghasilan
keluarga golongan
berpenghasilan sedang atau
tinggi
3.7. Metode Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data kembali dengan
memeriksa semua lembar checklist apakah jawaban sudah lengkap dan benar, data yang
terkumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut. 29
1) Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari lembar checklist
2) Checking
51
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan pengisian lembar checklist dengan tujuan
agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang valid
dan realiabel, dan terhindar dari bias.
3) Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel yang
diteliti, nama responden dirubah menjadi nomor.
4.) Entering
Data entry yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam
bentuk kode dimasukkan ke dalam program komputer yang digunakan peneliti yaitu
SPSS.
5) Data Processing
Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai dengan
kebutuhan. Setelah dilakukan pengolahan data seperti yang telah diuraikan di atas,
langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Adapun jenis-jenis dalam
menganalisis data adalah pada penelitian ini sebagai berikut: 30
1). Analisis Data Kuantitatif
(1) Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang menitikberatkan pada penggambaran
atau deskripsi data yang telah diperoleh. Menggambarkan distribusi frekuensi
dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat, sehingga dapat
gambaran variabel penelitian.
(2) Analisis Bivariat
52
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen.Uji yang digunakan pada analisis bivariat ini adalah uji
chisquare ((x2) menggunakan derajat kepercayaan 95%. Uji chi-Square dapat
digunakan untuk melihat hubungan. Dalam uji ini kemaknaan hubungan dapat
diketahui, pada dasarnya uji chi-square digunakan untuk melihat antara
frekuensi yang diamati (observed) dengan frekuensi yang diharapkan
(expected). Dengan keputusan uji statistik apabila p ≤ α maka keputusan H0
ditolak (Ha diterima) sebaliknya jika p > α keputasan H0 gagal ditolak (Ha
ditolak)
2) Analisis Data Kualitatif
Analisis data dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan kualitatif. Menurut
Miles dan Hubernas dalam Sugiyono, data kualitatif diperoleh dari data reduction, data
display dan conclusion drawing/verification. Reduksi data adalah proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus
menerus selama penelitian ini berlangsung. Setelah menganalisis data kemudian
dilanjutkan dengan keabsahan data kualitatif yaitu dengan cara triangulasi. Triangulasi
dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan informasi dari informan yang satu
dengan informan yang lain sehingga informasi yang diperoleh kebenarannya.
Selanjutnya melakukan keabsahan data. 32
Top Related