BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing...

37
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, termasuk sumber tanaman obat memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kekayaan persediaan alami produk tanaman obat. Pengembangan tanaman obat dapat diarahkan untuk pemenuhan bahan baku industri obat tradisional, jamu, industri kosmetik, dan industri rumah tangga (1). Tanaman obat yang terdapat di Indonesia sangat beragam, sebagai salah satu contoh tanaman obat yang dapat dimanfaatkan yaitu tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L). Hampir seluruh bagiannya dapat digunakan seperti bagian daun. Daun mengandung tanin, sulfur, asam format, peroksidase, kalium oksalat, kalium sitrat dan flavonoid (2). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusriani (2015), ekstrak etanol daun belimbing wuluh bersifat sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat 14,33 mm dan penelitian yang dilakukan oleh Asri (2017) ekstrak etanol buah belimbing wuluh mempunyai aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 10% dengan diameter 21,6 mm dan bakteri Staphylococcus epidermidis pada konsentrasi yang sama dengan diameter zona hambat 28,6 mm. Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri patogen bagi manusia. Bakteri ini merupakan bakteri Gram positif, koloni berwarna putih atau kuning dan bersifat anaerob. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi kulit ringan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, termasuk sumber tanaman

obat memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kekayaan persediaan alami

produk tanaman obat. Pengembangan tanaman obat dapat diarahkan untuk

pemenuhan bahan baku industri obat tradisional, jamu, industri kosmetik, dan

industri rumah tangga (1).

Tanaman obat yang terdapat di Indonesia sangat beragam, sebagai salah

satu contoh tanaman obat yang dapat dimanfaatkan yaitu tanaman belimbing

wuluh (Averrhoa bilimbi L). Hampir seluruh bagiannya dapat digunakan seperti

bagian daun. Daun mengandung tanin, sulfur, asam format, peroksidase, kalium

oksalat, kalium sitrat dan flavonoid (2).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusriani (2015),

ekstrak etanol daun belimbing wuluh bersifat sebagai antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat 14,33

mm dan penelitian yang dilakukan oleh Asri (2017) ekstrak etanol buah belimbing

wuluh mempunyai aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada

konsentrasi 10% dengan diameter 21,6 mm dan bakteri Staphylococcus

epidermidis pada konsentrasi yang sama dengan diameter zona hambat 28,6 mm.

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri patogen bagi

manusia. Bakteri ini merupakan bakteri Gram positif, koloni berwarna putih atau

kuning dan bersifat anaerob. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi kulit ringan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

2

yang disertai dengan pembentukan abses seperti jerawat, infeksi kulit, infeksi

saluran kemih, dan infeksi ginjal. Bakteri ini merupakan bakteri yang terdapat

pada kulit, hidung, mulut, selaput lendir, bisul dan luka (3).

Salah satu bentuk sediaan yang dapat digunakan untuk membersihkan dan

menjaga kesehatan kulit ialah sabun. Sabun adalah produk yang dihasilkan dari

reaksi antara asam lemak dengan basa kuat yang berfungsi untuk mencuci dan

membersihkan lemak (kotoran). Semakin berkembangnya teknologi dan

pengetahuan, sabun menjadi banyak macam jenisnya, salah satunya sabun cair.

Sabun cair saat ini banyak diproduksi karena penggunaannya yang lebih praktis

dan memiliki bentuk yang menarik dibanding bentuk sabun lain. Sabun selain

sebagai kosmetik juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit yang

disebabkan oleh bakteri dan jamur. Keunggulan sabun cair antara lain mudah

dibawa bepergian dan lebih higienis karena biasanya disimpan dalam wadah yang

tertutup rapat (4).

Dalam penelitian ini akan dibuat suatu sediaan sabun cair yang

mengandung ekstrak etanol daun belimbing wuluh dibuat dengan metode

maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dalam konsentrasi 7,5%, 10%, dan

12,5%. Sediaan yang telah dibuat kemudian dilakukan pengamatan uji

organoleptis yaitu meliputi pengamatan bentuk, warna, dan bau, uji homogenitas,

uji pH, uji tinggi busa, uji iritasi, uji hedonik dan uji aktivitas antibakteri. Oleh

sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang “ Uji Aktivitas Antibakteri

Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Terhadap Staphylococcus epidermidis ”.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

3

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol daun belimbing wuluh dapat dibuat kedalam bentuk

sediaan sabun cair ?

2. Apakah sediaan sabun cair ekstrak etanol daun belimbing wuluh memiliki

aktivitas antibakteri terhadapStaphylococcus epidermidis ?

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Ekstrak etanol daun belimbing wuluh dapat dibuat kedalam bentuk sediaan

sabun cair.

2. Sabun cair ekstrak etanol daun belimbing wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun belimbing wuluh dapat

dibuat kedalam bentuk sediaan sabun cair.

2. Untuk mengetahui apakah sediaan sabun cair ekstrak etanol daun

belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus epidermidis.

1.5 Manfaat Penelitian

Menambah wawasan dalam melakukan penelitian, dan menambah

pengetahuan tentang manfaat daun belimbing wuluh dalam dunia kesehatan,

diantaranya sebagai sediaan sabun untuk kesehatan kulit.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

4

1.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan, maka kerangka konsep penelitian.

Variabel Bebas Parameter

Variabel Terikat

Gambar 1.1 : Kerangka Konsep

Ekstrak Etanol Daun

Belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi L.) Sediaan Sabun

Cair

Evaluasi Sediaan :

Uji Organoleptis

Uji Homogenitas

Uji pH

Uji Tinggi Busa

Uji Iritasi

Uji Hedonik

Kontrol ( + ) : Sabun Cair

Dettol Antibakteri

Kontrol ( - ) : Blanko

Sediaan Sabun

Cair

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Belimbing Wuluh

2.1.1 Deskripsi Tanaman

Gambar 2.1 : Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Pohon kecil, tinggi mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar

dan mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm. Ditanam sebagai pohon buah,

kadang tumbuh liar dan ditemukan dari dataran rendah sampai 500 m. Pohon yang

berasal dari Amerika tropis ini menghendaki tempat tidak ternaungi dan cukup

lembab.

Belimbing wuluh mempunyai batang kasar berbenjol-benjol percabangan

sedikit, arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut halus seperti beludru,

warnanya cokelat muda. Daun berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan 21-

45 pasang anak daun. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

6

jorong, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3

cm, warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda. Perbungaan berupa malai,

berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang besar, bunga kecil-kecil

berbentuk bintang warnanya ungu kemerahan.

Buahnya buah buni, bentuknya bulat lonjong bersegi, panjang 4-6,5 cm,

warnanya hijau kekuningan, bila masak berair banyak, rasanya asam, digunakan

sebagai sirop penyegar, bahan penyedap masakan, membersihkan noda pada kain,

mengkilapkan barang-barang yang terbuat dari kuningan, membersihkan tangan

yang kotor atau sebagai bahan obat tradisonal. Perbanyakan dengan biji dan

cangkok (5).

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Belimbing Wuluh

Tanaman Belimbing Wuluh dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Oxalidales

Keluarga : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi L

2.1.3 Kandungan Kimia

Belimbing wuluh memiliki rasa asam dan bersifat sejuk. Pada bagian

batang mengandung saponin, tanin, asam format, glukosida, kalsium oksalat,

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

7

sulfur, dan peroksida. Pada bagian daun mengandung tanin, flavonoid, saponin,

alkaloid, sulfur, asam format, peroksidase, kalsium oksalat, dan kalium sitrat (6).

2.1.4 Manfaat Daun Belimbing Wuluh

Daun belimbing wuluh memiliki khasiat untuk mengobati penyakit

tertentu. Dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ternyata daun

belimbing wuluh memiliki kandungan yang bermanfaat bagi tubuh kita.

Diantaranya, sebagai analgetik (menghilangkan rasa sakit), anti inflamasi

(peradangan), memperbanyak pengeluaran empedu, anti jerawat, diuretik dan

astringen (2).

2.1.5 Nama Daerah

Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas dalam penyebutan nama

daun belimbing wuluh, diantaranya, blingbling buloh (Bali), blimbing wuluh

(Jawa Tengah), bhalimbing bulu (Madura),belimbing asem (Melayu), limbi

(Bima,NTT), limeng (Aceh), bainang (Makassar) dan uteke (Papua) (6).

2.2 Simplisia

2.2.1 Pengertian Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang

telah dikeringkan. Ada tiga macam simplisia yaitu simplisia nabati, simplisia

hewani dan simplisia mineral (7).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

8

2.2.2 Pengolahan Simplisia

Hasil panen tanaman obat untuk dibuat simplisia umumnya perlu segera

dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air untuk

penyimpanan dan pencegahan pertumbuhan jamur serta mencegah terjadinya

reaksi yang dapat menurunkan mutu. Dalam pengeringan faktor yang penting

adalah suhu, kelembaban, dan aliran udara. Sumber suhu dapar berasal dari

matahari atau dapat pula dari suhu buatan. Umumnya pengeringan bagian

tanaman yang mengandung minyak atsiri atau komponen yang termolabil,

hendaknya dilakukan pada suhu yang tidak tinggi dengan aliran udara rendah

secara teratur.

2.2.3 Proses Pembuatan Simplisia

a) Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar.

Sortasi dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan

tanaman lain yang tidak digunakan, dan bagian tanaman yang rusak

(dimakan ulat dan sebagainya).

b) Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain yang

melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih

misalnya dari mata air, air sumur atau air PAM. Simplisia yang

mengandung zat mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar

dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978

dalam Depkes ,1985), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

9

menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian

sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah

mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua

mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga

jumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis

dan jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan

untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan

simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan

tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba.

c) Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses

pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil

jangan langsung dirajang tetapi dijemur lebih dalam keadaan utuh selama

satu hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin

perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan

ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin

cepat penguapan air sehingga mempengaruhi waktu pengeringan.

d) Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak

mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan

dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Pengeringan simplisia

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

10

dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu

alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan

adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu

pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia

tidak dianjurkan menggunakan alat dari plastik (7).

2.2.4 Ekstrak

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan pekat yang

diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut

diuapkan dan massa serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan.

2.2.5 Ekstraksi

Ekstraksi atau penyaringan merupakan perpindahan massa zat aktif semula

berada dalam sel, ditarik oleh cairan penyari tertentu sehingga terdapat zat aktif

dalam cairan penyari (9).

Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan senyawa dari

campurannya atau simplisia. Ada berbagai cara ekstraksi yang telah diketahui.

Masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pemilihan

metode dilakukan dengan memperhatikan antara lain sifat senyawa, pelarut yang

digunakan dan alat yang tersedia. Beberapa metode ekstraksi yang umum

digunakan antara lain maserasi, perkolasi, refluks, soxhletasi, infusa, dekok,

destilasi (10).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

11

a. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Pembuatan ekstrak

dari serbuk kering simplisia dengan cara maserasi menggunakan pelarut yang

sesuai. Gunakan pelarut yang dapat menyari sebagian besar metabolit sekunder

yang terkandung dalam serbuk simplisia. Jika tidak dinyatakan lain gunakan

etanol 70% P. Masukkan satu bagian serbuk kering simplisia ke dalam maserator,

tambahkan 10 bagian pelarut. Rendam selama 6 jam pertama sambil sekali-kali

diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam. Pisahkan maserat dengan cara

pengendapan, sentrifugasi, dekantasi atau filtrasi. Ulangi proses penyarian

sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama.

Kumpulkan semua maserat, kemudian uapkan dengan penguap vakum atau

penguap tekanan rendah hingga diperoleh ekstrak kental.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut

yang selalu baru, dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia hingga senyawa

tersari sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan pelarut yang lebih

banyak. Perkolasi adalah cara penyaringan yang dilakukan dengan mengalirkan

cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah di basahi. Perkolasi kecuali

dinyatakan lain, dilakukan dengan cara basahi 10 bagian simplisia dengan 2,5

bagian sampai 5 bagian cairan penyari, masukkan kedalam bejana tertutup

sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit kedalam

perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati. Tuangi dengan cairan penyari

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

12

secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat

selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan

menetes dengan kecepatan satu 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan

penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas

simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras massa, campurkan cairan

perasan kedalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh

100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tutup, biarkan selama 2 hari ditempat

sejuk terlindung dari cahaya, endapan disaring.

c. Refluks

Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Agar hasil penyarian lebih baik atau sempurna, refluks

umumnya dilakukan berulang-ulang (3-6 kali) terhadap residu pertama. Cara ini

memungkinkan terjadinya penguraian senyawa yang tidak tahan panas.

d. Sokhletasi

Sokhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik pada suhu

didih dengan alat sokhlet. Pada sokhletasi, simplisia dan ekstrak berada pada labu

berbeda. Pemanasan mengakibatkan pelarut menguap, uap masuk dalam labu

pendingin. Hasil kondensasi jatuh bagian simplisia sehingga ekstraksi

berlangsung terus-menerus dengan jumlah pelarut relatif konstan. Ekstraksi ini

dikenal sebagai ekstraksi sinambung.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

13

e. Infusa

infusa adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air, pada suhu

96-98 ˚C selama 15-20 menit (dihitung suhu 96 ˚C tercapai). Bejana infusa

tercelup dalam tangas air. Cara ini sesuai untuk simplisia yang bersifat lunak,

seperti bunga dan daun.

f. Dekok

Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa, hanya saja waktu

ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya mencapai titik didih air.

g. Destilasi (penyulingan)

Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari senyawa

yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses pendinginan, senyawa

dan uap air akan terkondensasi dan terpisah menjadi destilat air dan senyawa yang

diekstraksi. Cara ini umum digunakan untuk menyari minyak atsiri dari tumbuhan

(10).

2.3 Kulit

2.3.1 Pengertian Kulit

Gambar 2.2 : Lapisan Kulit

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

14

Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian

tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada didalamnya. Luas kulit

pada manusia rata-rata ± 2 meter2 dengan berat 10 Kg jika ditimbang dengan

lemaknya atau 4 Kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 15% dari berat badan

seseorang. Daerah yang paling tebal (66 mm) pada telapak tangan dan telapak

kaki dan paling tipis (0,5 mm) pada daerah penis. Kulit mempunyai daya

regenerasi yang besar, misalnya jika kulit terluka, sel-sel dalam dermis melawan

infeksi lokal kapiler dan jaringan ikat akan mengalami regenerasi epitel yang

tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan ikat yang bergenerasi sehingga terbentuk

jaringan parut yang pada mulanya berwarna kemerahan karena meningkatnya

jumlah kapiler dan akhirnya berubah menjadi serabut kolagen keputihan yang

terlihat melalui epitel.

2.3.2 Fungsi Kulit

a. Sebagai pelindung, yaitu berguna untuk menutupi jaringan tubuh di

sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh luar seperti luka dan

serangan kuman.

b. Indra peraba terhadap berbagai rangsangan sensorik yang berhubungan

dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan dan getaran.

c. Sebagai tempat penyimpanan untuk menampung lemak.

d. Menyerap zat-zat tertentu, terutama zat yang larut dalam lemak dapat

diserap ke dalam kulit.

e. Kulit berfungsi mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-

kelenjar yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

15

2.3.3 Lapisan Kulit

a. Epidermis

Epidermis adalah lapisan kulit yang paling luar. Tebal epidermis berbeda-

beda pada berbagai tempat ditubuh, paling tebal pada telapak tangan dan

kaki. Paling tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi

dan perut. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan

kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.

b. Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis

dilapisi oleh membran basalis. Di dalam lapisan ini mengandung

pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf. Pembuluh darah pada lapisan

ini sangat luas sehingga mampu menampung sekitar 5% dari jumlah darah

diseluruh tubuh.

c. Subkutis atau Hipodermis

Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak dan diantaranya

terdapat serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan ini terdapat jaringan

ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di

bawahnya. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi

(11).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

16

2.4 Sabun Cair

2.4.1 Pengertian Sabun Cair

Sabun mandi cair adalah sediaan berbentuk cair yang digunakan untuk

membersihkan kulit, dibuat dari bahan dasar sabun dengan penambahan surfaktan,

penstabil busa, pengawet, pewarna dan pewangi yang diijinkan dan digunakan

untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit. Sabun cair dibuat melalui

reaksi saponifikasi dari minyak dan lemak dengan KOH. Sabun yang berkualitas

baik harus memiliki daya detergensi yang cukup tinggi, dapat diaplikasikan pada

berbagai jenis bahan dan tetap efektif walaupun digunakan pada suhu dan tingkat

kesadahan air yang berbeda-beda (12).

2.4.2 Komponen Sabun Cair

1. Sodium Lauril Sulfat (SLS) berfungsi sebagai pembersih dan surfaktan

yang dapat menghasilkan busa.

Pemerian : Serbuk putih atau cream bentuk kristal berwarna kuning.

Kelarutan : Sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter.

2. Kalium Hidroksida (KOH) berfungsi sebagai pembentuk sabun (proses

saponifikasi).

Pemerian : Serbuk hablur, putih.

Kelarutan : Larut dalam air.

3. Asam Stearat berfungsi untuk menstabilkan busa.

Pemerian : Berbentuk kristal berwarna kuning dan putih.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

17

Kelarutan : Mudah larut dalam benzene, karbon tetra klorida,

kloroform, dan eter larut dalam etanol, praktis tidak larut

dalam air.

4. Karboksil Metil Selulosa (CMC) sebagai pengemulsi.

Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul, rasa khas

Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloid

Tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut

organik lain.

5. Butil Hidroksi Toluen (BHT) berfungsi sebagai antioksidan atau dapat

menjaga stabilitas sediaan sabun.

Pemerian : Putih hampir putih, serbuk kristal atau kekuningan, berbau

aromatik.

Kelarutan : tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

propilenglikol, kloroform, eter.

6. Minyak Zaitun

Pemerian : Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau lemah,

tidak tengik, rasa khas.

Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam

kloroform P, dalam eter P, minyak tanah P.

7. Aquadest

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

18

2.5 Evaluasi Sediaan

2.5.1 Uji Organoleptis

Uji organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik dari suatu sediaan

dengan cara pengamatan yang meliputi bentuk, warna dan bau (4).

2.5.2 Uji pH

Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman atau pun kebasaan

sediaan sabun cair. Hal tersebut karena sabun cair kontak langsung dengan kulit

dan dapat menimbulkan masalah apabila pH-nya tidak sesuai dengan pH kulit.

Menurut SNI, untuk pH sabun cair diperbolehkan antara 8-11 (4).

2.5.3 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sediaan yang telah

dibuat homogen atau tidak (13).

2.5.4 Uji Tinggi Busa

Busa merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam

menentukan mutu produk-produk kosmetik, terutama sabun. Tujuan pengujian

busa adalah untuk melihat daya busa dari sabun cair (14).

2.5.5 Uji Iritasi

Pengamatan terhadap uji iritasi dilakukan untuk mengetahui apakah

sediaan tersebut dapat mengiritasi kulit atau tidak, dengan menimbulkan reaksi

tertentu seperti gatal, timbul bintik kemerahan atau ruam pada bagian kulit yang

di uji (15).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

19

2.5.6 Uji Hedonik

Tujuan uji hedonik untuk mengetahui diantara produk tersebut yang lebih

disukai konsumen perlu dilakukan pengujian penerimaan konsumen. Pada uji

hedonik, panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu tidak suka, kurang suka,

cukup suka, suka, sangat suka.

2.5.7 Uji Aktivitas Antibakteri

Dalam uji antibakteri, digunakan metode difusi agar. Metode ini

digunakan karena kesederhanaan teknik dan ketelitian, selain itu metode ini sering

digunakan untuk pengujian kepekaan antibiotik (4).

2.6 Bakteri

2.6.1 Pengertian Bakteri

Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniselular dan tidak mengandung

struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Sel-selnya secara khas,

berbentuk bola seperti batang atau spiral. Bakteri yang khas berdiameter sekitar

0,5 sampai 1,0 μm. Panjangnya 1,5 sampai 2,5 μm. Reproduksi terutama dengan

pembelahan biner sederhana yaitu suatu proses aseksual. Beberapa dapat tumbuh

pada suhu 0 ˚C,ada yang tumbuh dengan baik pada sumber air panas yang

suhunya 90 ˚C (16).

2.6.2 Bakteri Patogen pada Kulit

Mikroba tidak hanya terdapat di lingkungan, tetapi juga menghuni tubuh

manusia. Mikroba yang secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora

normal, atau mikrobiota. Selain itu flora normal juga disebut kumpulan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

20

mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat.

Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis

bakteri. Namun beberapa virus, jamur dan protozoa juga dapat ditemukan pada

orang sehat. Flora normal biasanya ditemukan pada bagian-bagian tubuh manusia

yang kontak langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus,

saluran urogenital, mata dan telinga.

Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan

bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati.

Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcus dan sianobakteri aerobik.

Di dalam kelenjar lemak terdapat bakteri seperti Propionibacterium acnes,

Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus (17).

2.6.3 Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram - Positif, kokus

berkelompok tidak teratur, koloni berwarna putih bakteri ini tumbuh cepat pada

suhu 37 ˚C. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol,

berkilau, tidak menghasilkan pigmen, berwarna putih porselen sehingga

Staphylococcus epidermidis disebut Staphylococcus albus, koagulasi - negatif dan

tidak meragi manitol. Staphylococcus epidermidis terdapat pada kulit, selaput

lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya

berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan. Staphylococcus epidermidis

umumnya dapat menimbulkan penyakit pembengkakan (abses) seperti jerawat,

infeksi kulit, infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (17).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

21

2.6.4 Klasifikasi

Menurut Lenny (2016), klasifikasi Staphylococcus epidermidis adalah

sebagai berikut :

Divisi : Eukariota

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Micrococcaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus epidermidis

2.6.5 Morfologi Staphylococcus epidermidis

Gambar 2.3 : Bakteri Staphylococcus epidermidis

Bakteri yang memiliki genus Staphylococcus ini mempunyai ciri‐ciri

morfologi yaitu warna koloni putih susu atau agak krem, bentuk koloni bulat,

tepian timbul, serta Sel bentuk bola, diameter 0,5‐1,5 μm dan bersifat anaerob

fakultatif. Staphylococcus epidermidis dapat menyebabkan infeksi kulit ringan

yang disertai dengan pembentukan abses. Staphylococcus epidermidis biotipe-1

dapat menyebabkan infeksi kronis pada manusia.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

22

Bakteri Staphylococcus sp merupakan bakteri Gram positif, tidak berspora,

tidak motil, fakultatif anaerob, kemoorganotrofik, metil red positif, tumbuh

optimum pada suhu 30‐37 ˚C dan tumbuh baik pada NaCl 1‐7%, dengan dua

pernapasan dan metabolisme fermentatif. Koloni biasanya buram, bisa putih atau

krem dan kadang‐kadang merah bata. Bakteri Staphylococcus mudah tumbuh

pada berbagai macam‐macam media, bermetabolisme aktif dengan meragikan

karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi mulai dari pigmen

berwarna putih sampai kuning tua (17).

Tabel 2.1 Klasifikasi Respon Daya Hambat Bakteri

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

>20 mm Sangat kuat

10-20 mm Kuat

5-10 mm Sedang

<5 mm Lemah

(Sumber : Rahman, 2014)

2.6.6 Metode Pengujian Antibakteri

Dalam memilih metode pengujian, ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan, yaitu kenyamanan dari pelaksanaan penelitia, fleksibilitas penelitian

dan harga yang dikeluarkan untuk penelitian. Kegunaan uji antibakteri adalah

diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien. Terdapat macam-

macam metode uji antimikroba seperti berikut (18).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

23

2.6.6.1 Metode Difusi

1. Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer) untuk menentukan aktivitas

agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada

media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada

media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan

pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan

media agar.

2. E-test

Digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory concentration)

atau KHM (kadar hambat minimum) yaitu konsentrasi minimal suatu agen

antimikroba untuk dapat menghambbat pertumbuhan mikroorganisme.

3. Ditch-plate technique

Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada

parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan Petri

pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum 6

macam) digoreskan ke arah parit yang berisi agen antimikroba.

4. Cup-plate tecnique

Metode ini serupa dengan disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media

agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut

diberi agen antimikroba yang akan diuji (18).

2.6.6.2 Metode Dilusi

1. Metode dilusi cair

Metode ini mengukur MIC (minimum inhibitory concentration atau kadar

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

24

hambat minimum, KHM) dan MBC (minimum bactericidal concentration

atau kadar hambat bunuh minimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah

dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair

yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada

kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji

ditetapkan sebagai KHM.

2. Metode dilusi padat

Metode ini serupa dengan dilusi cair namun menggunakan mediapadat

(solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen anti mikroba

yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (18).

2.6.7 Kontrol Positif

Pada penelitian ini, kontrol positif yang akan digunakan yaitu sediaan

Sabun Cair Antibakteri Dettol Original. Sabun cair ini mempunyai keharuman dan

kesegaran cemara yang khas, formula pH-Balance, dapat membersihkan dan

melindungi dari kuman, kandungan bahan aktif yang efektif melindungi dari

kuman, busa yang melimpah menjaga kelembaban kulit, dan dengan kandungan

menthol yang menyejukkan.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang dilakukan secara eksperimental yaitu untuk

mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya

perlakuan tertentu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi dan Kesehatan Institut

Kesehatan Helvetia Medan dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret s/d September 2018.

3.3 PopulasidanSampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa

bilimbi L.) yang masih muda yang diperoleh dari Gampong Dayah Kruet,

Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.

3.3.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada daun belimbing wuluh.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

26

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling yaitu pengambilan sampel yang ditentukan sendiri oleh peneliti.

3.5 Diagram Alur Penelitian

Dipetik, kemudian dicuci

Dengan air mengalir.

Menggunakan

Etanol 70%

Gambar 3.1 : Diagram Alur Penelitian

3.6 InstrumenPenelitian

3.6.1 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah inkubator, oven, autoklaf,

rotary evaporator, timbangan analitik, penangas air, bunsen, erlenmeyer, beaker

glass, gelas ukur, jangka sorong, cawan porselin, cawan petri, tabung reaksi,

object glass, termometer, stik pH universal, mikropipet, batang pengaduk,

aluminium foil, gunting, korek api, penggaris, kawat ose, holder, kertas ubi,

Daun belimbing wuluh

Ditimbang

Dikeringkan

n

Sediaan sabun cair

Evaluasi sediaan

sabun cair

Uji aktivitas

antibakteri

Ekstraketanol daun

belimbing wuluh

Dimaserasi

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

27

benang jagung, kapas steril, label, tisu, kertas saring, kain flanel, pinset, dan pipet

tetes.

3.6.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun belimbing wuluh,

Minyak Zaitun, Kalium Hidroksida (KOH), Karboksil Metil Selulosa (CMC),

Sodium Lauril Sulfat (SLS), Asam Stearat, Butil Hidroksi Toluen (BHT),

Aquadest, Etanol 70%, Media Nutrient Agar, Larutan Nacl 0,9%, Sabun Cair

Antibakteri Dettol Original, biakan Staphylococcus epidermidis.

3.7 Prosedur Kerja

3.7.1 Prosedur Pembuatan Simplisia

1. Bahan baku dikumpulkan sebanyak 3 kg.

2. Kemudian dipisah dari rumput-rumputan atau kotoran yang menempel dan

bagian tanaman yang tidak diperlukan.

3. Selanjutnya dicuci untuk memisahkan kotoran yang melekat. Pencucian

dilakukan dengan menggunakan air mengalir.

4. Bahan dikeringkan untuk menurunkan kadar air, pengeringan dilakukan

dalam ruangan dengan cara dianginkan.

5. Sortasi kering dilakukan untuk memilih bagian tanaman yang rusak setelah

pengeringan.

6. Kemudian dihaluskan dan diayak, diperoleh serbuk kering simplisia

sebanyak 349 gram.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

28

3.7.2 Prosedur Pembuatan Ekstrak Kental

1. Haluskan simplisia.

2. Masukkan 200 gram serbuk kering simplisia ke dalam wadah, kemudian

tambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 2000 ml.

3. Direndam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian

diamkan selama 18 jam. Pisahkan maserat dari endapannya dengan cara

disaring menggunakan kain flanel.

4. Ulangi proses penyarian dengan cara endapan ditambahkan pelarut etanol

70% sebanyak 1000 ml. Kemudian didiamkan 6 jam pertama, lalu

didiamkan selama 18 jam.

5. Pisahkan maserat dengan cara disaring menggunakan kain flannel.

6. Kemudian maserat diuapkan menggunakan rotary evaporator hingga

diperoleh ekstrak kental (19).

3.8 Skrining Fitokimia

1. Uji Saponin

Ekstrak etanol daun belimbing wuluh sebanyak 0,5 gram ditambahkan air

panas 0,5 ml dikocok selama 10 detik sampai menimbulkan busa,

kemudian ditambahkan HCl 1 tetes dan ditunggu selama 10 menit, apabila

busa tidak hilang maka ekstrak positif mengandung saponin.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

29

2. Uji Flavonoid

Ekstrak etanol daun belimbing wuluh sebanyak 0,5 gram ditambahkan

sedikit serbuk magnesium (Mg), dan dikocok sampai tercampur,

selanjutnya ditambkan HCl. Hasil positif flavonoid ditandai dengan

terbentuknya warna orange, merah atau kuning.

3. Uji Tanin

Ekstrak etanol daun belimbing wuluh sebanyak 0,5 gram ditambahkan 10

ml aquadest lalu disaring tambahkan FeCl3. Hasil positif mengandung

tanin apabila terbentuk warna hijau kehitaman (20).

3.9 Formula Sediaan Sabun Cair

3.9.1 Formula AcuanSabunCair

Berdasarkan pembuatan sediaan sabun cair pada penelitian ini, yang

dikutip dari Stefanie (2017).

Tabel 3.1 Formula Acuan Sabun Cair

Bahan Basis Formula 5% Formula 10% Formula 15%

Ekstrak bunga

pacar air

0 2,5% 5% 7,5%

Minyak zaitun 15 ml 15 ml 15 ml 15 ml

KOH 8 ml 8 ml 8 ml 8 ml

CMC 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g

SLS 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g

Asam stearat 0,25 g 0,25 g 0,25 g 0,25 g

BHT 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0, 5 g

Pengaroma 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml

Aquadest Ad 50 ml Ad 50 ml Ad 50 ml Ad 50 ml

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

30

Tabel 3.2. Formula Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Belimbing

Wuluh

Nama Bahan

Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh

F0 F1 F2 F3

Ekstrak etanol daun

belimbing wuluh - 7,5% 10% 12,5%

Minyak zaitun 30 ml 30 ml 30 ml 30 ml

KOH 16 ml 16 ml 16 ml 16 ml

CMC 1 g 1 g 1 g 1 g

SLS 1 g 1 g 1 g 1 g

Asam stearat 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g

BHT 1 g 1 g 1 g 1 g

Aquadest Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml

*Keterangan :F0 (Blanko)

F1 (Sediaan sabun cair ekstrak etanol daun belimbing wuluh7,5%)

F2 (Sediaan sabun cair ekstrak etanol daun belimbing wuluh 10%)

F3 (Sediaan sabun cair ekstrak etanol daun belimbing wuluh12,5%

3.9.2 Prosedur Pembuatan Sediaan Sabun Cair

1. Timbang semua bahan yang akan digunakan.

2. Masukkan CMC kedalam cawan porselin, lalu tambahkan air panas,

kemudian diamkan sampai mengembang.

3. Masukkan minyak zaitun kedalam beaker glass, kemudian tambahkan

dengan KOH sedikit demi sedikit sambil terus dipanaskan diatas penangas

airpada suhu 50˚C hingga terbentuk pasta sabun.

4. Kemudian tambahkan sebagian akuades kedalam pasta sabun, lalu

masukkan CMC yang sudah dikembangkan terlebih dahulu di dalam

cawan porselin, kemudian aduk hingga homogen.

5. Masukkan asam stearat, aduk. Tambahkan SLS, aduk hingga homogen.

Tambahkan BHT aduk hingga homogen. Lalu masukkan ekstrak daun

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

31

belimbing wuluh, gerus ad homogen. Kemudian tambahkan sisa akuades

hingga 100 ml aduk hingga homogen.

6. Masukkan kedalam wadah bersih yang tertutup rapat (4).

3.10 Evaluasi Sediaan Sabun Cair

3.10.1 Uji Organoleptis

Sediaan sabun cair akan diamati secara kasat mata untuk mengetahui

perubahan bentuk, warna, dan bau dari sabun cair yang dibuat. Menurut SNI,

standar sabun cair yang ideal yaitu memiliki bentuk cair, serta bau dan warna

yang khas (4).

Tabel 3.3 Uji Organoleptis

FORMULA HARI

PENGAMATAN

PENGAMATAN

BENTUK BAU WARNA

F0

Hari ke 0

Hari ke 7

Hari ke 14

F1

Hari ke 0

Hari ke 7

Hari ke 14

F2

Hari ke 0

Hari ke 7

Hari ke 14

F3

Hari ke 0

Hari ke 7

Hari ke 14

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

32

3.10.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara tiap formula sabun cair

ditimbang sebanyak 0,1 ml. Diletakkan pada object glass, kemudian diamati (21).

Tabel 3.4 Uji Homogenitas

Pengamatan Sediaan Lama Pengamatan (H / TH)

Hari 1 Hari 7 Hari 14

Homogenitas

F0

F1

F2

F3

*Keterangan : H : Homogen

TH : Tidak Homogen

3.10.3 Uji pH

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH universal.

Sebanyak 1 gram sabun cair diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml.

Dimasukkan stik pH universal kedalam larutan sabun yang telah dibuat.

Tabel 3.5 Uji pH

Pengamatan Sediaan Lama Pengamatan

Hari 1 Hari 7 Hari 14

Ph

F0

F1

F2

F3

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

33

3.10.4 Uji Tinggi Busa

Sampel ditimbang sebanyak 1 g, dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

kemudian ditambahkan aquades sampai 10 ml, dikocok dengan membolak-

balikkan tabung reaksi, lalu segera diukur tinggi busa yang dihasilkan. Lalu,

tabung didiamkan selama 5 menit, kemudian diukur lagi tinggi busa yang

dihasilkan setelah 5 menit.

Berdasarkan SNI, syarat tinggi busa dari sabun cair yaitu 13-220 mm (22).

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Tinggi Busa Sabun Cair

Pengamatan Sediaan Hasil Pengukuran

Tinggi Busa

F0

F1

F2

F3

3.10.5 Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan pada 10 sukarelawan uji pada wanita yang masing-

masing ditempelkan bahan uji yaitu F0 (Tanpa ekstrak), F1 (10% ekstrak etanol

daun belimbing wuluh), F2 (15% ekstrak etanol daun belimbing wuluh) dan F3

(20% ekstrak etanol daun belimbing wuluh). Sediaan sabun cair dioleskan

dibelakang telinga sukarelawan kemudian dibiarkan selama 24 jam. Lihat

perubahan yang terjadi, berupa iritasi yaitu kulit menjadi kasar, gatal, dan

kemerahan (15).

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

34

Tabel 3.7 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Pengamatan

Iritasi Sediaan

Sukarelawan (+/-)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kulit

kemerahan

F0

F1

F2

F3

Kulit kasar

F0

F1

F2

F3

Kulit gatal

F0

F1

F2

F3

Keterangan : ( + ) : terjadi iritasi

( - ) : tidak terjadi iritasi

3.10.6 Uji Kesukaan

Uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan konsumen produk

sabun cair antibakteri terhadap 3 sediaan dengan konsentrasi ekstrak etanol daun

belimbing wuluh yang berbeda-beda. Dari hasil uji penerimaan konsumen sabun

cair antibakteri terhadap 3 sediaan ini didapatkan konsentrasi sabun cair ekstrak

etanol daun belimbing wuluh yang diterima oleh konsumen atau panelis. Pada

uji ini digunakan panelis sebanyak 24 orang, panelis diminta untuk

mengungkapkan kesan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan suatu

produk sabun cair antibakteri dengan skala kesukaan. Parameter yang dinilai yaitu

bentuk, aroma dan warna sediaan sabun cair. Form pengisian kuisioner uji

hedonik dapat dilihat pada Lampiran 21.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

35

3.11 Uji Antibakteri

3.11.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat yang digunakan untuk uji antibakteri dicuci dengan air bersih,

kemudian dibungkus menggunakan kertas. Lalu dilakukan sterilisasi dengan

autoklaf pada suhu 121 ˚C selama 15 menit untuk alat dan bahan yang tidak tahan

pemanasan. Sedangkan alat-alat gelas dimasukkan kedalam oven kemudian

disterilkan pada suhu 160˚C –170˚C selama 1-2 jam.

3.11.2 Pembuatan Media Agar

1. Timbang Nutrient Agar (NA) sebanyak 5 g.

2. Larutkan dengan 250 ml aquades dengan cara di masak didalam

erlenmeyer dan homogenkan.

3. Kemudian tutup erlenmeyer dengan rapat menggunakan kapas yang

dilapisi kertas lalu ikat dengan tali.

4. Sterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121-124˚C.

5. Setelah itu biarkan dingin, media agar siap digunakan untuk

pembuatan media pembiakan bakteri dan media pertumbuhan bakteri

(12).

3.11.3 Pembiakan bakteri Staphylococcus epidermidis

1. Ambil satu biakan bakteri Staphylococcus epidermidis menggunakan

kawat ose steril.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

36

2. Kemudian digores pada media nutrient agar miring.

3. Simpan dalam incubator pada suhu 37˚C selama 24 jam (2).

3.11.4 Pembuatan Suspensi Bakteri

Ambil biakan bakteri Staphylococcus epidermidis dari media NA (Nutrien

Agar) miring menggunakan kawat ose dan masukkan kedalam tabung reaksi yang

berisi NaCl 0,9% sebanyak 10 ml, aduk hingga homogen (2).

3.11.5 Uji Aktivitas Antibakteri

1. Siapkan cawan petri yang sudah disterilkan dalam oven.

2. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri kedalam cawan petri.

3. Tambahkan media NA sebanyak 20 ml, aduk ad homogen membentuk

angka delapan. Dibiarkan memadat.

4. Kemudian dibuat lubang sumuran menggunakan (pencadang logam).

5. Selanjutnya diteteskan sediaan menggunakan mikropipet sebanyak 0,05

ml kedalam sumuran.

6. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35–37˚C dan diukur diameter

daerah hambatan (zona jernih) yang terbentuk (12).

3.12 Analisa Data

Analisa data yang diperoleh dari hasil penelitian di Laboratorium diolah

dengan menggunakan statistik program SPSS 17.0 Uji One Way Anova yaitu

analisis komparatif lebih dari dua variabel atau lebih dari dua rata-rata. Sampel

dilakukan dengan 5 perlakuan 3 kali pengulangan. Perlakuan berupa sabun cair

dettol sebagai kontrol positif, sabun cair tanpa mengandung ekstrak sebagai

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/1012/2/BAB I-III.pdf · belimbing wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 1.5 Manfaat

37

kontrol negatif, dan sabun cair ekstrak daun belimbing wuluh 7,5%, 10% dan

12,5%.