1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan dan rutinitas sehari-hari yang padat seringkali menjadi pemicu
faktor stress pada manusia. Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan kondisi tubuh yang telah mengalami kelelahan. Beribadah
merupakan salah satu pilihan yang dilakukan sebagian besar orang untuk
mendapatkan ketenangan melalui kontemplasi mendekatkan diri dengan Sang
Pencipta (Westminster, 2017).
Seperti yang disebutkan oleh Yayasan Vihara Dhammacaka Jaya
Jakarta (1983) dalam bukunya yang berjudul “Pembangunan Vihara Jakarta
Dhammacakka Jaya”, bahwa vihara merupakan tempat beribadah bagi umat
Buddha. Adapun salah satu fungsi vihara sendiri yaitu sebagai tempat
melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan dalam agama Buddha yang
bertujuan untuk berbakti dalam puja bakti dan dharma (Ajaran Sang Buddha).
Sebagai sebuah tempat beribadah, secara spiritualis Vihara seharusnya
mampu memberikan ketenangan batin untuk berkonsentrasi. Peran arsitektur
dalam mendesain vihara juga harus memperhatikan pencitraan ruang untuk
menciptakan mood tertentu bagi umatnya, sehingga dapat menggugah
perilaku umatnya untuk mencapai kualitas berkesadaran-penuh (mindfulness)
saat beribadah. Dengan memperhatikan beberapa aspek seperti koneksi
dengan alam, pencahayaan, penghawaan, skala dan proporsi, serta kebisingan
yang baik akan sangat mempengaruhi pencitraan ruang yang mampu
menghadirkan suasana mindfulness sehingga terkesan khusuk dan
tentram/tenang (Dickson, 2018).
Vihara Ekayana Arama merupakan Indonesia Buddhist Centre yang
terletak di Jakarta dengan misinya menjadi sebuah wadah yang didirikan
untuk membantu pemutaran Roda Dharma (Ajaran Sang Buddha).
Menyadari adanya kesenjangan antara Dharma yang diketahui dan Dharma
yang dipraktikkan, Vihara Ekayana Arama berupaya menjaga Dharma yang
2
hidup melalui penerapan praktik berkesadaran-penuh (mindfulness). Upaya
tersebut dilaksanakan melalui penyediaan berbagai pelayanan dan program
pembinaan spiritual berkelanjutan yang berlandaskan pada esensi pandangan
dan praktik yang bersifat buddhistik.
Biksu Aryamaitri selaku Kepala Vihara Ekayana Arama mengatakan
bahwa Vihara ini merupakan ‘Vihara Tumbuh’ karena pada dasarnya
dibangun dari deretan ruko/retail, yang terus ditambah luasannya berdasarkan
kebutuhan yang semakin banyak. Selain itu, Berdasarkan wawancara bersama
Romo Bachtiar selaku Persamuan Umat Vihara mengenai desain Vihara saat
ini yang lebih mementingkan desain ruangan yang bisa dimaksimalkan untuk
kegiatan-kegiatan yang berjalan di Vihara tanpa adanya pendekatan/filosofi
mengenai ajaran agama Buddha. Hal ini mengakibatkan para umat yang
menjalankan ibadah tidak berkonsentrasi penuh karena adanya beberapa
faktor seperti suara bising dari luar bangunan yang masih terdengar, tidak
terdapatnya koneksi energi alam yang mendukung proses meditasi maupun
ibadah lainnya, dll.
Maka dari itu, diperlukan perancangan ulang Vihara Ekayana Arama
untuk dapat meningkatkan kualitas konsentrasi ibadah umat dalam beribadah.
Vihara tersebut harus didesain agar dapat memenuhi kegiatan yang ada
dengan menggunakan ajaran Sang Buddha dan simbolismenya yaitu
mindfulness. Mindfulness merupakan suatu keadaan berkersadaran penuh
akan diri saat ini (present) dan tidak mengembara pada pikiran masa lampau
maupun masa depan. Keadaan ini dilakukan dengan berkonsentrasi pada apa
yang sedang terjadi untuk menuai timbal balik yang sesuai di masa depan
(Hukum Karma). Seperti yang dijelaskan didalam “The Philosophy Book”
bahwa dalam Agama Buddha Mindfulness merupakan salah satu syarat
(Eightfold Path) dalam perjalanan Sang Buddha mencapai (Atkinson, 2011)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dibawah ini merupakan rumusan
masalah yang dapat dijadikan bahan penelitian :
3
Tidak terdapatnya filosofi Agama Buddha sebagai identitas dalam desain
Vihara Ekayana.
Kurangnya rasa mindfulness pada umat dan berdampak pada
menurunnya kualitas beribadah umat Vihara Ekayana, sehingga perlu
dicari apa saja indikator mindfulness yang dapat meningkatkan kualitas
beribadah umat Vihara Ekayana.
Vihara Ekayana Arama merupakan Vihara “tumbuh” sehingga penataan
massa Vihara cenderung kurang terencana dan kurang merespon
lingkungan sekitar
1.3 Permasalahan Perancangan
Bagaimana menurunkan nilai-nilai kesadaran-penuh (mindfulness)
kedalam kriteria desain dan program ruang Vihara Ekayana ?
Bagaimana menerapkan filosofi/ajaran agama Buddha sebagai karakter
dalam desain Vihara Ekayana ?
Bagaimana penataan massa Vihara Ekayana yang sesuai terhadap
konteks lingkungan site?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk merancang ulang Vihara Ekayana Arama
dengan menurunkan nilai-nilai kesadaran-penuh (mindfulness) kedalam
program ruangnya. Selain itu filosofi/ajaran agama Buddha yang diterapkan
kedalam desain menggunakan pendekatan semiotika arsitektur.
Diharapkan Vihara Ekayana dapat meningkatkan kualitas beribadah
para umatnya sehingga dapat melaksanakan upayanya dalam menjaga
Dharma (ajaran Buddha) yang hidup melalui penerapan praktik
berkesadaran-penuh (mindfulness) sebagaimana yang tercantum dalam
visinya.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini kepada beberapa pihak
sebagai berikut :
4
1. Dapat memahami dan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan
mengenai pendekatan semiotika kedalam bangunan arsitektur
2. Membantu memberikan solusi kepada Vihara Ekayana Arama untuk
meningkatkan kualitas beribadah umat Vihara Ekayana Arama.
3. Hasil Penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai pengetahuan
tambahan bagi pembaca maupun peneliti lain mengenai penerapan ilmu
semiotika dan arsitektur khususnya pada bangunan Vihara Ekayana
Arama.
1.6 Sasaran Penelitian
Mengatahui nilai-nilai yang terkandung dalam mindfulness yang sesuai
dengan umat Vihara Ekayana
Menghasilkan program ruang yang yang tepat pada Vihara Ekayana
Arama untuk meningkatkan kualitas beribadah umat Buddha di Vihara
Ekayana
Menghasilkan desain Vihata Ekayana Arama yang mengandung simbol-
simbol Agama Buddha.
1.7 Metodologi Riset
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif khususnya Fenomenologi Research yang berfokus pada
pengalaman sosial/fenomena dan realita yang terjadi (Groat & Wang, 2013).
Penelitian fenomenologi dimulai dengan memperhatikan dan menelaah
secara focus terhadap fenomena yang akan diteliti, yang melihat beberapa
aspek subjektif dari perilaku objek. Kemudian peneliti melakukan pendataan
berupa bagaimana pemaknaan objek dengan melakukan observasi terhadap
objek serta wawancara terhadap informan yang terkait kedalam penelitian.
1.8 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam
penulisan yaitu mencakup :
5
Tidak dicantumkan dan tidak ditentukan faktor biaya yang akan
diperhitungkan dalam proses perancangan desain Vihara Ekayana Arama,
namun perancangan akan dibuat seefisien mungkin.
Ruang lingkup terbatas pada nilai-nilai yang terkandung dalam poin
mindfulness secara generalis yang digunakan pada ruangan-ruangan
utama yang sering digunakan dalam kegiatan Vihara.
Vihara Ekayana memiliki umat ber-etnis Tionghoa sebagai umat yang
mendominasi pemeluk aliran Mahayana sehingga karakter bangunan
vihara akan didominasi oleh budaya aliran Mahayana.
1.9 Novelti / Kebaruan
Peneliti akan melakukan perancangan ulang Vihara Ekayana Arama
dengan pendekatan semiotika arsitektur, yaitu dengan mengekplorasi
kreativitas melalui penciptaan tanda-tanda yang bisa dipahami oleh pengguna
bangunan. Diharapkan tanda-tanda tersebut dapat merepresentasikan simbol
ajaran agama Buddha yang dipilih yaitu mindfulness simbol-simbol Agama
Buddha yang terkait.
1.10 Sistematika Pembahasan
Bab 1 PENDAHULUAN
Menjelaskan hal hal yang melatar belakangi dibuatnya tugas akhir ini,
perumusan masalahnya, tujuan yang ingin dicapai penulis, metodologi yang
akan digunakan dalam pembuatan riset dan jadwal pelaksanaan daripada
pembuatan riset ini.
Bab 2 LANDASAN TEORI
Memaparkan teori mengenai tipologi Vihara dan simbol-simbol dalam
Agama Buddha, Indikator mindfulness dan kaitannya terhadap perilaku,
konsep fenomenologi serta pendekatan semotika Arsitektur..
Bab 3 METODOLOGI RISET
6
Metodologi yang akan digunakan Fenomenologi Research yang berfokus
pada pengalaman sosial/fenomena dan realita yang terjadi, serta melakukan
wawancara dan observasi untuk mendapatkan indikator yang sesuai dengan
perilaku Umat Vihara Ekayana.
Bab 4 KRITERIA PERANCANGAN
Memaparkan analisis site dan hasil analisis terkait kejain teori dan metodologi
riset untuk menhasilkan kriteria perancangan dari segi manusia, lingkungan,
dan bangungan.
Bab 5 SIMULASI
Mensimulasikan kriteria perancangan dengan hasil desain yang didapatkan.
Bab 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Memaparkan kesimpulan dari hasil riset dan saran yang dapat membuat riset
menjadi lebih baik kedepannya.
Top Related