BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yg disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari
fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus ekstern dan ketegangan-ketegangan sehingga
muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, suatu organ, atau
sistem kejiwaan mental (Erlinafsiah, 2010).Kemajuan teknologi dan kehidupan yang
semakin sulit menyebabkan manusia tidak dapat terhindar dari tekanan kehidupan.
Apabila hal ini tidak bisa ditangani dengan baik akan menjadi faktor penyebab
peningkatan masalah kesehatan baik fisik maupun mental atau spiritual. Data WHO
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang mengalami gangguan kesehatan jiwa
(Yosep,2009).
Mekanisme koping tidak efektif seperti sedih berlebih, kesepian dan perasaan negatif
terhadap dirinya sendiri. Bila hal tersebut yang terjadi dalam waktu lama akan memicu
terjadinya depresi. Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan
(Dalami,2009). WHO menunjukkan bahwa 5-10% dari populasi masyarakat menderita
depresi, untuk perempuan angka depresi lebih tinggi yaitu 15-17% jiwa (Nasir &
Muhith,2011). Pada sebagian besar penderita depresi mengalami gangguan pola
komunikasi dan partisipasi sosial yang mempengaruhi hubungan ssial serta
interpersonal sehingga mereka cenderung menarik diri atau mengisolasi sosial dari
lingkungan. Ganguan komunikasi didalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial seseorang. Masalah komunikasi dalam
keluarga dapat menimbulkan etidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana anggota
keluarga enerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu yang bersamaan atau
1
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan
dengan lingkungan.
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari
transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain; atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia),
orang cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi
norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan
dengan gangguan ini (Stuart, 2006). Menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
(Kusumawati dan Hartono, 2010).
Untuk mengatasi hal tersebut maka perawat perlu untuk melakukan intervensi antara
lain terhadap keluarga dengan membina hubungan saling percaya, memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bagaimana cara untuk membantu klien
agar dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap. Proses ini dapat melibatkan
hubungan kerjasama antara perawat dengan klien dan keluarga untuk mencapai tingkat
kesehatan jiwa yang optimal. Berdasarkan hal diatas penulis ingin mengetahui
bagaimana penerapan teori model Lawrence Green terhadap pendidikan kesehatan
yang dapat diberikan pada keluarga pasien gangguan isolasi sosial dengan
memperhatikan tiga faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu predisposing factors,
reinforcing factors dan enabling factors.
2.1 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami penerapan teori model Lawrence Green pada
keluarga pasien dengan isolasi sosial
b. Tujuan Khusus
2
1) Untuk mengidentifikasi predisposing factors pada keluarga pasien dengan
isolasi sosial
2) Untuk mengidentifikasi reinforcing factors pada keluarga pasien dengan isolasi
sosial
3) Untuk mengidentifikasi enabling factors pada keluarga pasien dengan isolasi
sosial
3
Top Related