BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan
pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa,
industri pertambangan juga menyedot lapangan kerja dan bagi Kabupaten dan
Kota merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kegiatan pertambangan
merupakan suatu kegiatan yang meliputi: eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/
pemurnian, pengangkutan mineral/ bahan tambang.
Industri pertambangan selain mendatangkan devisa dan menyedot
lapangan kerja juga rawan terhadap pengrusakan lingkungan. Banyak kegiatan
penambangan yang mengundang sorotan masyarakat sekitarnya karena
pengrusakan lingkungan, apalagi penambangan tanpa izin yang selain merusak
lingkungan juga membahayakan jiwa penambang karena keterbatasan
pengetahuan si penambang dan juga karena tidak adanya pengawasan dari dinas
instansi terkait.
Masalah lingkungan seperti pencemaran, kerusakan dan bencana dari
tahun ke tahun masih terus berlangsung dan semakin luas. Kondisi tersebut tidak
hanya menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan tetapi juga memberikan
dampak yang sangat serius bagi kesehatan dan jiwa manusia. Buruknya kualitas
lingkungan, di antaranya disebabkan antara lain oleh pertambahan penduduk yang
semakin pesat dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya.
Pertambahan penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap sandang,
pangan, papan, air bersih dan energi. Hal tersebut mengakibatkan eksploitasi
terhadap sumber daya alam semakin tinggi serta cenderung mengabaikan aspek-
aspek lingkungan hidup. Pertambahan jumlah penduduk dengan segala
konsekuensinya akan memerlukan lahan yang luas untuk melakukan aktivitasnya
dan memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
1
Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan akan berdampak pada penurunan
kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan (Kartodihardjo, dkk.,2005).
Kondisi seperti ini terjadi di Kabupaten Lampung Timur Propinsi
Lampung tepatnya di lokasi Penambangan Pasir Desa Mulyosari. Desa Mulyosari
merupakan desa yang paling banyak dieksploitasi sumberdaya alamnya untuk
diambil pasirnya. Penduduk yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai
petani menyewakan atau menjual tanah pertaniannya kepada pemilik modal untuk
dijadikan lokasi penambangan pasir . Tanah pertanian yang semula merupakan
lahan pertanian produktif dikeruk oleh alat-alat berat untuk diambil pasirnya dan
meninggalkan lobang-lobang bekas penambangan .
Kerusakan sumber daya alam terus mengalami peningkatan, baik dalam
jumlah maupun sebaran wilayahnya. Secara fisik kerusakan tersebut disebabkan
oleh tingginya eksploitasi yang dilakukan. Kerusakan tersebut disebabkan baik
oleh usaha-usaha komersial yang secara sah mendapat ijin maupun oleh individu-
individu yang tidak mendapat ijin.
1.2 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa hal yang dicari dalam penelitian
ini:
1. Bagaimanakah tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi di lokasi
penambangan pasir?
2. Bagaimanakah dampak kerusakan lingkungan yang terjadi akibat penambangan
pasir?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab dan memecahkan
masalah daripenelitian ini:
1. Mengkaji tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi dilokasi penambangan
pasir.
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
2
2.Mengkaji dampak lingkungan yang terjadi akibat kegiatan penambangan pasir
dan pengaruhnya bagi masyarakat.
1.4 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan istilah-istilah yang
digunakan dalam judul ini maka perlu adanya penegasan istilah. Penegasan istilah
dalam judul ini adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan Lingkungan
Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya
sumber daya air, udara dan tanah. Kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar.
Kerusakan lingkungan adalah salah satu dari sepuluh ancaman yang secara resmi
diperingatkan oleh High Level Threat Panel dari PBB. The World Resources
Institute (WRI), UNEP (United Nations Environment Programme), UNDP
(United Nations Development Programme), dan Bank Dunia telah melaporkan
tentang pentingnya lingkungan dan kaitannya dengan kesehatan manusia, pada
tanggal 1 Mei 1998.
2. Penambangan Pasir
Kegiatan untuk mengambil bahan galian baik secara manual ataupun
mekanis, meliputi pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup, penggalian bahan
tambangnya, pemuatan dan pengangkutan.
Pasir adalah Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui, menurut
Soedjoko Tirtosoekojto ( majalah petambangan dan energi tahun 1985 ) adalah
bahan yang terdiri dari partikel-patikel berukuran 0,14-5 mm, yang merupakan
hasil disentegrasi batuan atau dapat pula diperoleh dengan menggiling batuan
yang berukuran lebih besar. Penambangan Pasir disini adalah kegiatan mengambil
material pasir yang dilakukan secara manual ataupun mekanis, meliputi pekerjaan
pengupasan lapisan tanah penutup, penggalian bahan tambangnya, pemuatan dan
pengangkutan.
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
3
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi warga masyarakat
Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Lampung Timur dampak yang ditimbulkan akibat penambangan pasir terhadap
kelestarian lingkungan dan pengaruhnya bagi masyarakat serta untuk pelaksanaan
pengelolaan dan perlindungan lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerusakan Lingkungan
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, definisi perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan
atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan sektoral selama ini terus memperbesar eksploitasi sumber
daya alam, sementara itu kebutuhan untuk melakukan konservasi dan
perlindungan sumber daya alam tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya.
Akibatnya adalah semakin banyaknya kerusakan lingkungan, banjir, longsor,
pencemaran air sungai, dan lain-lain.
Masih banyak manusia yang bersikap tidak tahu atau tidak mau peduli dan
tidak butuh pandangan dan manfaat jangka panjang sumber daya alam, sekaligus
tidak peduli dengan tragedi kerusakan lingkungan yang terjadi. Bagi mereka,
kesejahteraan material sesaat menjadi kepedulian utama dan pada saat yang sama
mengabaikan berbagai tragedi kerusakan lingkungan yang umumnya padahal
justru mendatangkan kerugian bagi mereka juga dan bahkan bagi orang lain yang
tidak tahu menahu (Kartodihardjo, dkk., 2005).
Anggapan bahwa lingkungan itu milik publik, menyebabkan orang pada
umumnya tidak merasa bersalah mengeksploitasi sebesar-besarnya sumber daya
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
4
alam dan membuang limbah ke media lingkungan (Hadi, 2006). Kerusakan
lingkungan berkaitan erat dengan daya dukung alam. Daya dukung alam dapat
diartikan sebagai kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia
(Wardhana, 2004). Daya dukung alam perlu dijaga karena daya dukung alam
dapat berkurang atau menyusut sejalan dengan berputarnya waktu dan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan industri.
Kerusakan lingkungan akan menyebabkan daya dukung alam berkurang atau
hilang.
Mengingat bahwa daya dukung alam sangat menentukan bagi
kelangsungan hidup manusia, maka kemampuan daya dukung alam harus dijaga
agar tidak rusak dan berakibat buruk bagi manusia. Kerusakan lingkungan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Kerusakan internal adalah
kerusakan yang terjadi diakibatkan alam itu sendiri. Kerusakan karena faktor
internal sulit dicegah karena merupakan proses alami yang terjadi pada
bumi/alam. Menurut Wardhana (2004) kerusakan lingkungan karena faktor
internal antara lain adalah :
1. Letusan gunung berapi yang merusak lingkungan alam sekitarnya
2. Gempa bumi yang menyebabkan dislokasi lapisan tanah
3. Kebakaran hutan karena proses alami pada musim kemarau panjang,
disebabkan oleh embun yang berfungsi sebagai lensa pengumpul api (pada titik
fokusnya) pada saat terkena cahaya matahari, tepat pada saat embun belum
menguap.
4. Banjir besar dan gelombang laut yang tinggi akibat badai
Kerusakan lingkungan karena faktor internal pada umumnya diterima sebagai
musibah bencana alam. Kerusakan yang terjadi dalam waktu singkat namun
akibatnya dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Menurut Wardhana (2004) kerusakan karena faktor eksternal adalah
kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia dalam rangka meningkatkan
kualitas dan kenyamanan hidupnya. Pada umumnya disebabkan karena kegiatan
industri, berupa limbah buangan industri.
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
5
Kerusakan karena faktor eksternal antara lain disebabkan oleh :
1. Pencemaran udara yang berasal dari cerobong asap pabrik (kegiatan industri)
dan juga gas buangan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (pada sistem
transportasi)
2. Pencemaan air yang berasal dari limbah buangan industri
3. Pencemaran daratan (tanah) oleh kegiatan industri maupun penumpukan limbah
padat/barang bekas.
4. Penambangan untuk mengambil kekayaan alam (mineral) dari perut bumi.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, definisi dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan
pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan.
Menurut Hadi (2006), dampak lingkungan itu pada umumnya menimpa pada
orang lain dan bukan pemrakarsa kegiatan yang menimbulkan dampak dimaksud.
Banjir, tanah longsor, kebisingan, bau, debu, intrusi air laut, kemiskinan,
hilangnya mata pencaharian merupakan dampak lingkungan yang dirasakan oleh
mereka yang bukan memprakarsai kegiatan.
2.2. Kegiatan Penambangan
Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan
manusia. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pada umumnya setelah
manusiaberhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan
fungsi tanah, bahkan merusak dan selanjutnya menelantarkan tanah itu sendiri
( Kartasapoetra, dkk, 2005 ).
Usaha penambangan merupakan usaha melakukan kegiatan eksplorasi,
eksploitasi, produksi, dan penjualan. Menurut Rahmi (1995), penggolongan
bahan-bahan galian adalah sebagai berikut :
1. Golongan a, merupakan bahan galian strategis, yaitu strategis untuk
perekonomian Negara serta pertahanan dan keamanan Negara.
2. Golongan b, merupakan bahan galian vital, yaitu dapat menjamin hajat hidup
orang banyak, Contohnya besi, tembaga, emas, perak dan lain-lain.
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
6
3. Golongan c, bukan merupakan bahan galian strategis ataupun vital, karena
sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional.
Contohnya marmer, batu kapur, tanah liat, pasir, yang sepanjang tidak
mengandung unsur mineral.
Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang
Ketentuanketentuan Pokok Pertambangan menyebutkan bahawa pertambangan
rakyat adalah suatu usaha pertambangan bahan-bahan galian dari semua golongan
a, b dan c yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau gotong
royong dengan alat-alat sederhana untuk pencairan sendiri. (As’ad, 2005).
Pertambangan rakyat dilakukan oleh rakyat, artinya dilakukan oleh masyarakat
yang berdomisili di area pertambangan secara kecil-kecilan atau gotong royong
dengan alat-alat sederhana. Tujuan mereka adalah untuk meningkatkan kehidupan
sehari-hari. Dilaksanakan secara sederhana dan dengan alat sederhana, jadi tidak
menggunakan teknologi canggih, sebagaimana halnya dengan perusahaan
pertambangan yang mempunyai modal besar dan memakai telknologi canggih.
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan unsur unsur pertambangan rakyat, yaitu :
1. Usaha pertambangan
2. Bahan galian meliputi bahan galian strategis, vital dan galian c
3. Dilakukan oleh rakyat
4. Domisili di area tambang rakyat
5. Untuk penghidupan sehari-hari
6. Diusahakan dengan cara sederhana.
Kegiatan penambangan rakyat dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia
serta biologi tanah melalui pengupasan tanah lapisan atas, penambangan,
pencucian serta pembuangan tailing. Penambangan rakyat yang tidak
memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya daerah
sekitarnya dengan bahaya erosi dan tanah longsor karena hilangnya vegetasi
penutup tanah (As’ad, 2005 ).
Lahan yang digunakan untuk pertambangan tidak seluruhnya digunakan
untuk operasi pertambangan secara serentak, tetapi secara bertahap. Sebagian
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
7
besar tanah yang terletak dalam kawasan pertambangan menjadi lahan yang tidak
produktif. Sebagian dari lahan yang telah dikerjakan oleh pertambangan tetapi
belum direklamasi juga merupakan lahan tidak produktif. Lahan bekas kegiatan
pertambangan menunggu pelaksanaan reklamasi pada tahap akhir penutupan
tambang. Kalau lahan yang telah selesai digunakan secara bertahap direklamasi,
maka lahan tersebut dapat menjadi lahan produktif ( Nurdin dkk, 2000).
Pertambangan dapat menciptakan kerusakan lingkungan yang serius dalam
suatu kawasan/wilayah. Potensi kerusakan tergantung pada berbagai faktor
kegiatan pertambangan dan faktor keadaan lingkungan. Faktor kegiatan
pertambangan antara lain pada teknik pertambangan, pengolahan dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan antara lain faktor geografis dan
morfologis, fauna dan flora, hidrologis dan lain-lain. Kegiatan pertambangan
mengakibatkan berbagai perubahan lingkungan, antara lain perubahan bentang
alam, perubahan habitat flora dan fauna, perubahan struktur tanah, perubahan pola
aliran air permukaan dan air tanah dan sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut
menimbulkan dampak dengan intensitas dan sifat yang bervariasi. Selain
perubahan pada lingkungan fisik, pertambangan juga mengakibatkan perubahan
kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
Dampak kegiatan pertambangan terhadap lingkungan tidak hanya
bersumber dari pembuangan limbah, tetapi juga karena perubahan terhadap
komponen lingkungan yang berubah atau meniadakan fungsi-fungsi lingkungan.
Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula areal dampak yang
ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat
permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula. Perubahan
topografi tanah, termasuk karena mengubah aliran sungai, bentuk danau atau bukit
selama masa pertambangan, sulit dikembalikan kepada keadaannya semula.
Kegiatan pertambangan juga mengakibatkan perubahan pada kehidupan sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat. Perubahan tata guna tanah, perubahan
kepemilikan tanah, masuknya pekerja, dan lain-lain.
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
8
Pengelolaan dampak pertambangan terhadap lingkungan bukan untuk
kepentingan lingkungan itu sendiri tetapi juga untuk kepentingan manusia
(Nurdin, dkk, 2000). Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dampak
pertambangan terhadap lingkungan sangat penting. Keterlibatan masyarakat
sebaiknya berawal sejak dilakukan perencanaan ruang dan proses penetapan
wilayah untuk pertambangan. Masyarakat setempat dilibatkan dalam setiap
perencanaan dan pelaksanaan usaha pertambangan serta upaya penanggulangan
dampak yang merugikan maupun upaya peningkatan dampak yang
menguntungkan. Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap pengawasan
pelaksanaan keterlibatan masyarakat.
2.3 Kewajiban Rehabilitasi Lahan
Reklamasi Lahan Pasca Penambangan adalah suatu upaya pemanfaatan
lahan pasca penambangan melalui rona perbaikan lingkungan fisik terutama pada
bentang lahan yang telah dirusak. Upaya ini dilakukan untuk mengembalikan
secara ekologis atau difungsikan menurut rencana peruntukannya dengan melihat
konsep tata ruang dan kewilayahan secara ekologis. Kewajiban reklamasi lahan
bisa dilakukan oleh pengusaha secara langsung mereklamasi lahan atau
memberikan sejumlah uang sebagai jaminan akan melakukan reklamasi
Berdasarkan data dari Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral pada Tahun
2005 terdapat 186 perusahaan tambang yang masih aktif dengan total luas areal
sekitar 57.703 ha dan hanya 20.086 ha yang telah direklamasi oleh para
perusahaan yang memperoleh kontrak pada lahan tersebut. Sebagian lahan
tersebut dikembalikan kepada petani untuk diusahakan kembali menjadi lahan
pertanian. Sebagian pengusaha tidak mereklamasi lahan dan meninggalkan begitu
saja.
Kewajiban pasca tambang yang bersifat fisik mempunyai dimensi
ekonomi dan sosial yang sangat tinggi dan berpotensi menimbulkan konflik pada
masyarakat dengan pemerintah dan juga usaha pertambangan. Oleh karena itu
pengelolaan pasca tambang bukan merupakan masalah fisik, tetapi merupakan
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
9
political will pemerintah untuk meregulasi secara benar dengan memperhatikan
kaidah lingkungan. Kemudian mengimplementasikannya dengan mengedepankan
kepentingan masyarakat lokal dan mengacu kepada falfasah ekonomi dan sosial
serta akuntabilitas yang dapat dipercaya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di desa Mulyosari Kec. Pasir Sakti Kab.
Lampung Timur. Desa Mulyosari terletak ± 7 km dari Selat Bangka, berbatasan
dengan desa Pasir Sakti disebelah utara, disebelah timur berbatasan dengan pesisir
pantai, disebelah barat berbatasan dengan desa Mekarsari dan disebelah selatan
berbatasan dengan desa Rejomulyo.
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
10
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dengan judul Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat
Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten
Lampung Timur akan dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Januari – April
2014.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah lahan yang dijadikan sebagai area
penambangan pasir di desa Mulyosari dan masyarakat Desa Mulyosari baik yang
terlibat langsung dalam penambangan pasir maupun yang terkena dampak
penambangan pasir.
3.2.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah area-area tertentu pada daerah
penambangan pasir yang telah ditentukan melalui pembentukan stasiun
pengamatan dan 10 % jumlah penduduk Desa Mulyosari baik yang terlibat
langsung dalam penambangan pasir maupun yang terkena dampak penambangan
pasir.
3.3 Variabel Penelitian
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
11
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan Penambangan Pasir di
desa Mulyosari.
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan akaibat penambangan pasir yang meliputi pH, kondisi tanah, suhu,
dan kekeruhan air.
3.4 Rancangan Penelitian
Ditinjau dari permasalahan dan tujuan penelitian yang dilaksanakan adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Adapun rancangan penelitian
yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.4.1 Tahap Penelitian Pendahuluan
Tahapan penelitian pendahuluan meliputi persiapan materi penelitian dengan
mengadakan studi literatur di perpustakaan untuk mengetahui lebih mendalam
masalah penelitian dan mengadakan tinjauan awal ke lapangan untuk mengetahui
kondisi keadaan lapangan, baik mengenai keadaan administratif daerah
pemerintahan dan kondisi daerah penelitian.
3.4.2 Tahap Survei Lapangan
Tahap survei lapangan dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan baik
data primer maupun data sekunder. Kegiatan yang dilakukan antara lain
melakukan wawancara secara mendalam untuk mengetahui dampak lingkungan
penambangan pasir terhadap beberapa responden dan observasi di lapangan.
3.4.3 Tahap Penyusunan Hasil Penelitian
Tahap penyusunan hasil penelitian dilakukan dengan mengevaluasi dan
pemeriksaan ulang hasil analisis data baik data sekunder maupun data primer.
Hasil yang diharapkan adalah pembahasan, kesimpulan dan rekomendasi.
3.5 Alat dan Bahan
1. GPS
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
12
Alat ini digunakan untuk menentukan letaki daerah penelitian. Meliputi
ketinggianya diatas permukaan laut, curah hujan, kelembaman dan intensitas
cahaya.
2. Termometer
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu rata-rata daerah penelitian.
3. Ph meter
Alat ini digunakan sebagai medium untuk menentukan tingkat keasaman perairan
pada air yang tergenang di area penambangan pasir.
4. camera
Alat ini dimanfaatkan sebagi media untuk dokumentasi berupa gambar ketika
melakukan kegiatan penelitian baik ketika observasi maupun wawancara pada
penduduk. Hasil dari kegiatan ini digunakan sebagai lampiran atau dokumentasi
bukti penelitian.
3.6 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah atau prosedur dalam kegiatan penelitian ini adalah:
3.6.1 Wawancara Mendalam
Wawancara adalah cara untuk mendapatkan informasi dengan bertanya
langsung kepada responden. Teknik wawancara ini merupakan suatu proses
interaksi dan komunikasi dan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :
pewawancara, narasumber , masalah atau topik penelitian yang tertuang dalam
daftar pertanyaan dan situasi wawancara (Irawati Singarimbun dalam Masri
Singarimbun, 1982) dilakukan secara langsung terhadap responden dengan
menggunakan pedoman pertanyaan.
3.6.2 Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis tentang
gejala-gejala yang diamati (Singarimbun, 1982). Observasi lapangan dilakukan
untuk mendapatkan gambaran nyata perubahan fisik lingkungan yang terjadi
dengan cara mengidentifikasi lokasi penambangan.
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
13
3.7 Data dan Metode Pengumpulan Data
3.7.1 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup dua kategori yaitu
data primer dan data sekunder.
3.7.1.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kegiatan
prosedur penelitian yaitu dengan wawancara mendalam dan observasi.
3.7.1.2 Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari dinas atau instansi terkait
dengan penelitian seperti Kantor Pertambangan dan Dinas Lingkungan Hidup,
Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik Bappeda, Data sekunder tersebut antara
lain:
1. Peraturan dan kebijakan.
2. Batas wilayah administratif
3. Keadaan penduduk
4. Dokumen mengenai kebijakan pembangunan di Kabupaten Magelang.
5. Peta peta yang mendukung penelitian
3.7.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Purposive Sampling. Jenis metode ini yang digunakan karena cara
penentuan sampel didasarkan atas pertimbangan atau tujuan tertentu.
3.8 Metode Analisis Data
Berdasarkan data primer dan sekunder yang diperoleh maka selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis kuantitatif. Untuk
penghitungan tingkat keusakan lingkungan berdasarkan pendapat masyarakat
melalui wawancara dengan pertanyaan terstruktur melalui kuisioner terhadap
responden untuk mengetahui pendapat tentang lingkungan sekitarnya. Hal ini
dilakukan dengan melihat persentase kecenderungan
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
14
jawaban dari responden tersebut, yaitu
Jawaban responden x 100% = simpulan pendapat responden
Total responden
Setelah mendapatkan hasil simpulan responden maka dilakukan analisa terhadap
pendapat masyarakat tersebut terutama tentang tingkat pengetahuan masyarakat
terhadap lingkungan hidup serta kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
hidup.
Kemudian melakukan analisis dampak kerusakan melalui observasi pada
daerah-daerah penambangan di desa mulyosari. Analisis dilakukan dengan
pengumpulan data yang diperoleh pada stasiun pengamatan yang telah ditentukan
sebelumnya. Hasil data yang meliputi kerusakan lingkungan, pH, kejernihan air,
kondisi atas digunakan sebagai data primer untuk dilakukan analisis melalui
pendekatan analisis kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
15
Nur Dyahwanti, Inarni.2007. Kajian Dampak Lingkungan Kegiatan Penambangan Pasir Pada Daerah Sabuk Hijau Gunung Sumbing Di Kabupaten Temanggung. Semarang : Program Pasca Sarjana UNDIP.
Yudhistira. 2008. Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir Di Daerah Kawasan Gunung Merapi (Studi Kasus Di Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah ). Semarang : Program Pasca Sarjana UNDIP
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
16
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Pasir Di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
17