62
BAB 3
INTI PENELITIAN
3.1. Struktur Organisasi Perusahaan
3.1.1. Profil Perusahaan
TRANS7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan,
menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama
strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4
Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan
yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta
kepribadian yang aktif.
TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen
Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000.
Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor
8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara
Para Group dan KKG, TV7 melakukan re-launching pada 15 Desember 2006 sebagai
TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS7. Di bawah
naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen Para Group,
TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-
house productions yang bersifat informativ, kreatif, dan inovatif.
Logo TRANS7 membentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan
ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah
beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu
safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di antara
63
batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat, diharapkan
membawa TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya.
(http://www.trans7.co.id/frontend/aboutus/view/company/15), diakses pada hari
sabtu. 2.04.11, pukul 21:30 wib)
Gambar 3.1 Logo Perusahaan
Trans7 memiliki 26 stasiun transmisi yang mampu menjangkau lebih dari 133
juta penonton televisi di Indonesia.
1. Jakarta 49 UHF
DEWAN KOMISARIS
Komisaris Utama Chairul Tanjung
Komisaris 1.Agung Adiprasetyo
2. Ishadi SK
3. Asih Winanti
DEWAN DIREKTUR
Direktur Utama AtiekNur Wahyuni
Direktur Wishnutama
Direktur Keuangan dan
Sumber Daya
Ch.Suswati Handayani
64
2. Bandung 44 UHF
3. Semarang 41 UHF
4. Yogyakarta/Solo 46 UHF
5. Surabaya 56 UHF
6. Madiun 40 UHF
7. Kediri 45 UHF
8. Malang 60 UHF
9. Denpasar 45 UHF
10. Medan 41 UHF
11. Palembang 22 UHF
12. Lampung 22 UHF
13. Pekanbaru 30 UHF
14. Makassar 41 UHF
15. Manado 32 UHF
16. Pontianak 31 UHF
17. Samarinda 49 UHF
18. Banjarmasin 22 UHF
19. Purwokerto 22 UHF
20. Tegal 53 UHF
21. Cirebon 47 UHF
22. Garut 32 UHF
23. Jayapura 22 UHF
24. Kupang 36 UHF
25. Balikpapan 22 UHF
65
26. Padang 23 UHF
27. Palu 29 UHF
http://id.wikipedia.org/wiki/Trans7
3.1.2. Profil Program Opera Van Java
Opera Van Java (disingkat OVJ) adalah acara komedi di stasiun televisi
Indonesia, Trans 7. Ide acaranya adalah pertunjukkan wayang orang versi moderen. Di
OVJ, aktor dan aktris yang mengisi acara diberi aba-aba untuk berimprovisasi tanpa
menghafal naskah sebelumnya, dengan panduan seorang dalang.
Para "wayang" diperankan oleh beberapa pelawak, seperti Nunung Srimulat,
Azis Gagap, dan Sule. Dalang diperankan Parto Patrio. Adapula para pemain musik
tradisional lengkap dengan alat musik khas Jawa dan sinden yang menyanyikan lagu
pop. Bintang tamu juga kerap ditampilkan pada tiap episodenya. Lakon-lakon yang
dimainkan biasanya tentang cerita rakyat Indonesia yang dimodifikasi, cerita tentang
karir seseorang yang terkenal, cerita rekaan, cerita hantu, cerita dari negara lain, atau
cerita dari hal-hal yang sedang populer.
Keunikan OVJ adalah lawakan dilakukan dengan improvisasi dan mengandalkan
panduan dalang, namun selalu berantakan karena para pelawak pasti melenceng dari
garis besar yang dibacakan dalang. Kalau sudah seperti itu, sang dalang sendiri akan
turun tangan dengan perasaan kesal karena diabaikan. Ia akhirnya ikut naik ke panggung
dan mengawasi cerita, seringkali ikut campur atau bahkan malah dipermainkan.
Pada akhir acara, dalang selalu mengucapkan kalimat terakhir khas Opera Van
Java yang berbunyi: "Di sana gunung, di sini gunung, di tengah-tengahnya Pulau Jawa.
66
Wayangnya bingung, dalangnya juga bingung, yang penting bisa ketawa. Ketemu lagi di
Opera Van Java... Ya... E...!'"
Gambar 3.2 . Logo Opera Van Java
Serbaneka :
1. Seluruh mebel dari stirofoam yang dibuat menyerupai kursi, meja, batu-
batuan, gerobak, makanan, mesin, pohon, mobil dan sebagainya untuk latar
cerita selalu hancur lebur karena para pemain akan saling mendorong tokoh
lain sampai jatuh ke arah perabotan, melempar, membanting dan
memukulkannya dengan sengaja. Benda-benda itu bisa saja diperuntukkan
jadi benda lain yang sama sekali beda fungsinya, misalnya kompor gas
sengaja dijadikan toilet, sapu jadi gitar, dan sebagainya.
2. Setelah OVJ semakin populer, beberapa pelawak utama mulai mengeluarkan
singel lagu yang sering mereka nyanyikan di atas panggung, bahkan akan
menjadi medley apabila seluruh pemain menyanyikan lagu mereka masing-
masing.
3. Pada cerita tentang hantu, biasanya akan ada salah seorang tokoh yang mati
karena terbunuh menjadi hantu dengan berganti pakaian pocong atau
kuntilanak untuk balas dendam.
67
Beberapa episode yang pernah ditayangkan
1. Bandung Bondowoso
2. Meteor Garmen
3. Manokara
4. Telaga Angker
5. Kisah Nyi Pelet
6. Si Buta dari Goa Hantu
7. Siti Ariah dan Mak Emper
8. Tarzan Pergi ke Kota
9. Romeo & Juliet
10. Kisah Pendekar Bergitar
11. Drakula Cari Mangsa
12. Lahirnya Gatot Kaca
13. Lutung Kasarung
14. Tangkuban Parahu
68
Pemain
Dalang
Parto Patrio
Sinden
1. Dewi Gita
2. Eca
Sinden Tamu
1. Titi DJ
2. Winda Viska Ria
3. Nindy
4. Gisella Anastasia
Wayang
1. Sule
2. Andre Taulany
3. Azis Gagap
4. Nunung Srimulat
5. Olga Syahputra
Mantan Pemain
1. Komeng
2. Rina Jurnal (sinden)
3. Titi DJ (Sinden edisi Ramadhan)
4. Yadi Sembako
5. Olga Syahputra
Produser eksekutif Sambodo
Produser Yustina Pramita Lama waktu 60 menit
(http://id.wikipedia.org/wiki/Opera_Van_Java), diakses pada hari sabtu. 2.04.11, pukul
21:56 wib)
69
3.2. Metode Pengumpulan Data
3.2.1. Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu
pendekatan yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisasikan. Peneliti dituntut bersifat obyektif dan mementingkan aspek keluasan
data sehingga hasil penelitian dapat diperoleh dengan pengujian alat ukur yang sudah
memenuhi prinsip validitas dan reabilitas (Kriyantono, Rakhmat. Teknis Praktis Riset
Komunikasi, (Jakarta : PT. Kencana, 2007), hlm 57).
Pendekatan kuantitatif menggunakan cara berpikir deduktif dimana teori
ditempatkan sebagai titik tolak utama untuk menjawab permasalahan yang diangkat dan
proses penelitian dilakukan secara bertahap mengikuti satu garis lurus atau linier.
Secara umum, pendekatan kuantitatif memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
(ibid)
1. Hubungan peneliti dengan subjek: jauh. Peneliti menganggap
bahwa realitas terpisah dan ada diluar dirinya. Karena itu harus ada jarak
supaya objektif.
2. Penelitian bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis,
mendukung atau menolak teori. Data hanya sebagai sarana konfirmasi teori
atau teori dibuktikan dengan data.
3. Penelitian harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut
sampel yang representatif dari seluruh populasi, operasionalisasi konsep serta
alat ukur yang valid dan reliabel.
4. Prosedur penelitian rasional-empiris, artinya penelitian erangkat
dari konsep-konsep atau teoti-teori yang melandasinya.
70
5. Penelitian harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut
sampel yang representatif dari seluruh populasi, operasionalisasi konsep serta
alat ukur yang valid dan reliabel.
6. Prosedur riset rasional-empiris, artinya penelitian berangkat dari
konsep-konsep atau teori-teori yang melandasinya. Konsep atau teori ini
yang akan dibuktikan dengan data yang dikumpulkan di lapangan
(Kriyantono, Rakhmat. Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : PT.
Kencana, 2007), hlm 56) .
Oleh karena itu, dengan menggunakan penelitian kuantitatif akan diperoleh skor-
skor empiris yang menginformasikan perilaku remaja, dimana dalam penelitian ini
respondennya adalah siswa-siswi SMP Tarsisius 2 Jakarta Barat
3.2.2. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menjelaskan hubungan yang
kausal antar variabel melalui ujian hipotesa. Jadi, penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan jenis penelitian eksplanatif, yaitu penelitian yang bermaksud
menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu
variabel dengan variabel yang lain (Sugiyono. Statistik untuk Penelitian, (Jakarta
:CV. Alfabeta, 2002), hlm 11) .
Penelitian eksplanatif umumnya digunakan apabila penelitian dimaksudkan
untuk :
1. Memahami tingkah laku manusia. Melihat apakah variabel-variabel tertentu pada
manusia berhubungan dengan variabel-variabel lainnya.
71
2. Membuat prediksi tentang kemungkinan yang akan terjadi. Apabila ada hubungan
antara dua variabel, berarti jika variabel yang satu diketahui maka dapat dibuat
prediksi apa yang akan terjadi pada variabel yang satunya lagi (Kountur, Ronny.
Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Cetakan Kedua. Jakarta:
PPM, Anggota Ikapi, 2004, hal. 108-109) .
Oleh karena itu, penelitian eksplanatif menggunakan sampel dan hipotesis.
Untuk menguji hipotesis digunkan statistik inferensial. Beberapa pakar menggunakan
format eksplanasi digunakan untuk mengembangkan dan menyempurnakan teori. Juga
dikatakan bahwa penelitian eksplanatif memiliki kredibilitas untuk mengukur dan
menguji hubungan sebab-akibat dari dua atau beberapa variabel dengan menggunakan
analisis statistik inferensial itu (Burhan, , 2009: 38) .
Dengan menggunakan penelitian eksplanatif, maka penelitian ini berusaha
menjelaskan hubungan antara prop comedy dalam program “Opera Van Java” di
tayangkan Trans7 dengan perilaku agresif remaja awal.
3.2.3. Metode Penelitian
Metode survei adalah metode penelitian dengan menggunakan kuesioner sebagai
instrumen pengumpul data. Tujuan dari metode survei adalah memperoleh informasi
tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu (Kriyantono,
Rakhmat. Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : PT. Kencana, 2007), hlm 60) .
Dalam penelitian ini, metode survei diterapkan dengan penggunaan angket sebagai alat
pengumpul data yang disebarkan kepada 161 responden yang mewakili remaja awal di
jakarta barat.
72
3.2.4. Populasi dan Sample
1. Populasi
Pengertian populasi (universal), menurut Sugiyono dalam buku “Statistik
untuk Penelitian”, adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan
(Sugiyono, 2002: 55) . Penelitian yang meneliti seluruh elemen-
elemen tertentu suatu populasi disebut penelitian sampel (Rosady, 2003: 133-
139) . Murid-murid di SMP Tarsisius 2 yang merupakan populasi dalam
penelitian ini.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulan akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk sampel yang diambil dari populasi harus
benar-benar representatif, bila sampel tidak representatif maka dapat
menimbulkan kesimpulan yang salah nantinya. Dengan kata lain, sampel adalah
sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber
data dan dapat mewakili seluruh populasi. Pengertian sampel menurut Sugiyono
ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2004:73).
Soehartono menambahkan bahwa penelitian pada sampel hanya
merupakan pendekatan pada populasinya. Ini berarti selalu ada resiko kesalahan
dalam menarik kesimpulan untuk keseluruhan populasi. Oleh karena itu setiap
73
penelitian dengan menggunakan sampel akan selalu berusaha untuk memperkecil
resiko kesalahan tersebut (Soeharto, 2002: 57).
3.2.5. Teknik Sampling
Cara mengambil sampel dari populasi disebut sampling (teknik sampling).
Teknik sampling adalah cara tertentu (yang secara metodologis dibenarkan) yang
digunakan untuk menarik (mengambil atau memilih) anggota sampel dari anggota
populasi, sehingga peneliti memperoleh kerangka sampel dalam ukuran yang telah
ditentukan (Hamidi. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. (Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang, 2007), hal. 129 dan 133).
Cara penarikan sample dari penelitian ini ada 2 jenis yaitu penarikan sampel
wilayah penelitian dan penarikan sampel responden. Untuk penarikan sampel wilayah
penelitian menggunakan multi stage cluster sampling yaitu penarikan sampel bertahap
secara random (Alan , 2008: 175-176). Tahap pertama peneliti mengambil wilayah Kota
Jakarta Terdiri dari 5 kota administratif dan 1 kabupaten, dikocok secara acak dipilih
menjadi 10% terpilih wilayah Jakarta Barat. Jakarta Barat terdiri dari 8 kecamatan.
Secara random dipilih 10 % yaitu satu wilayah, Kecamatan Kebon Jeruk. Tahap kedua,
Kecamatan Kebon Jeruk memiliki 13 sekolah setara SMP, diambil 10% secara random,
dan terpilih satu sekolah swasta yaitu SMP Tarsisius 2 Jakarta barat.
Penarikan sampel responden menggunakan Proposionate Stratified Random
Sampling yaitu mengambil sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata
secara proporsional, dilakukan sampling ini karena anggota populasi homogen (sejenis)
(Rakhmat, 2007: 154.). Di dalam penelitian ini sampel diambil dari kelompok pemirsa
program “Opera Van Java” yang berada di SMP Tarsisius 2 Jakarta Barat, peneliti
74
menyebarkan kuesioner kepada seluruh murid yang pernah menonton program “Opera
Van Java” dari SES ABCDE.
Alasan peneliti memilih remaja awal yang merupakan murid-murid di SMP
Tarsisius 2 Jakarta Barat karena murid-murid di sana mengetahui Program “Opera Van
Java”, selain karena remaja awal merupakan salah satu target audiens program “Opera
Van Java(http://www.trans7.co.id/frontend/home/view/154) , juga karena lokasi tersebut
dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehinggi peneliti dapat melakukan efisiensi waktu,
tenaga, dan dana.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Data Primer
Penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan data dan informasi yang
diperlukan serta berhubungan dengan hal yang akan diteliti. Untuk pengumpulan data
serta informasi yang diperlukan, peneliti menggunakan daftar pertanyaan, atau biasa
disebut kuesioner.
Menurut Sugiyono (2007), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupkan teknik pengumpulan data
yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2007: 142). Dan
Kriyantono (2007) menambahkan bahwa kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus
diisi oleh responden (disebut juga angket), dan bertujuan untuk mencari informasi yang
lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden
75
memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar
pertanyaan (Kriyantono2007: 95) .
Jenis kuesioner terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Angket terbuka, dimana pertanyaan yang ada diformulasikan sedemikian rupa
sehingga responden mempunyai kebebasan untuk menjawab tanpa adanya
alternatif jawaban yang diberikan peneliti.
2. Angket tertutup, dimana responden telah diberikan alternatif jawaban oleh peneliti.
Responden tinggal memilih jawaban yang menurutnya sesuai dengan realitas yang
dialaminya, biasanya dengan memberikan tanda X atau √ (Kriyantono, 2007: 95-
96).
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang dibutuhkan (Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif
: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya,
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm 122). Pengumpulan data dengan cara
mencarinya di buku-buku atau benda-benda pustaka lainnya. Biasanya teknik ini
dilakukan untuk mencari teori-teori yang sesuai dengan penelitian yang sedang
dilakukan.
3.4. Teknik Analisis Data
Pada dasarnya analisis data adalah sebagai proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesisnya. (Rachmat K., 2008 : 165)
76
Kemudian data – data yang telah dihasilkan dari kuesisoner atau angket,
dikumpulkan, dikelompokkan dan dijumlahkan sehingga menghasilkan angka hasil yang
mencerminkan jumlah responden secara keseluruhan.
Maka dalam penelitian ini, analisis dapat dilakukan setelah data – data terkumpul
kemudian di olah melalui tahap – tahap sebagai berikut :
1. Editing
yaitu melakukan pemeriksaan semua jawaban pertanyaan responden dari
kuisioner yang telah disebar oleh penulis dan juga mengkaji ulang semua
pertanyaan dan jawaban yang telah dijawab.
2. Coding
Coding yaitu memberikan angka – angka atau kode tertentu pada jawaban
responden agar mudah untuk dikelompokan.
3. Tabulasi
Tabulasi adalah proses pemasukan keseluruhan data yang telah di koding
kemudian setelah itu akan dihitung dan akan dimasukan ke dalam tabel
tunggal.
3.5. Definisi dan Operasionalisasi Konsep
3.5.1. Variabel Independent (X)
Untuk skala kuesioner yang digunakan, peneliti telah memilih skala Likert.
Dalam buku Teknik Praktik Riset Komunikasi, skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap seseorang tentang sesuatu objek sikap. Objek sikap telah ditentukan secara spesifik
77
dan sistematik oleh periset. Indikator-indikator dari variabel sikap terhadap suatu objek
merupakan titik tolak dalam membuat pertanyaan atau pernyataan yang harus diidi
responden. Setiap pernyataan atau pertanyaan tersebut tersebut dihubungkan dengan
jawaban yang berupa dukungan atau pernyataan sikap yang diungkapkan dengan kata-
kata: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item
– item atau data instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Untuk itu, maka setiap jawaban pada variabel X akan diberi skor, seperti
misalnya :
1. Sangat Setuju diberi skor 5
2. Setuju diberi skor 4
3. Netral diberi skor 3
4. Tidak Setuju diberi skor 2
5. Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
3.5.2. Variabel Dependen (Y)
Sedangkan untuk itu, maka setiap jawaban pada variabel Y akan diberi skor,
seperti misalnya :
1. Sangat Setuju diberi skor 5
2. Setuju diberi skor 4
3. Netral diberi skor 3
4. Tidak Setuju diberi skor 2
5. Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
78
Berikut adalah rumus perhitungan presentase angka dalam tabulasi tunggal yang
diungkapkan oleh Umar :
F
P = ——— x 100 %
N
Keterangan :
P : Presentase
F : Frekuensi jumlah responden yang menjawab
N : Jumlah responden keseluruhan
Tabel 3.1 Operasional Konsep
Variabel X dan Variabel Y
Variabel Dimensi Indikator Skala Motif Menonton 1. Perilaku Agresif
Menggunakan Properti
dalam “Opera Van Java”
dapat menarik perhatian.
2. Perilaku Agresif Menggunakan Properti dalam “Opera Van Java” mampu memenuhi kebutuhan akan hiburan.
3. Pengaruh teman yang
menonton “Opera Van
Java”membuat penasaran.
4. Agar tidak ketinggalan acara TV yang sedang digemari oleh remaja.
Perilaku Agresif dengan Menggunakan Properti dalam “Opera Van Java”
Daya Tarik Perilaku Agresif dengan Menggunakan
5. Perilaku Agresif
Menggunakan Properti
79
Properti dalam “Opera Van Java”
lucu.
6. Properti yang digunakan
dalam program “Opera
Van Java” bervariasi.
7. Perilaku Agresif
Menggunakan Properti
dalam “Opera Van Java”
terlihat menyenangkan dan
menarik.
8. Cara penggunaan properti
dalam “Opera Van Java”
menarik.
9. Perilaku Agresif
Menggunakan Properti
dalam tayangan “Opera
Van Java” bisa melepas
stres.
10. Perilaku Agresif Menggunakan Properti dalam “Opera Van Java” mudah dipraktekkan
Media Exposure 11. Saya selalu menonton
“Opera Van Java” dari
mulai hingga selesai.
12. Saya selalu berusaha
monton “Opera Van
Java” setiap hari.
13. Saya selalu fokus ketika
menonton “Opera Van
Java” tanpa melakukan
hal lain.
80
Persepsi tentang OVJ
14. Memukul teman dengan
menggunakan barang
adalah hal yang biasa
dalam pergaulan.
15. Mendorong ke arah sebuah
barang adalah hal yang
biasa dalam pergaulan.
16. Membuat lelucon dengan
barang adalah hal yang
biasa dalam pergaulan.
17. Perilaku Agresif
Menggunakan Properti
dalam “Opera Van Java”
adalah gambaran dari
pergaulan sehari-hari.
18. Penggunaan Perilaku
Agresif Menggunakan
Properti dalam kehidupan
sehari-hari berpengaruh
pada kepopuleran dalam
pergaulan.
19. Perilaku remaja yang
dipengaruhi oleh Perilaku
Agresif Menggunakan
Properti dalam “Opera
Van Java” bukanlah
perilaku yang buruk.
Perilaku Agresif Khalayak Remaja Awal
Perilaku Agresif setelah Menonton
20. Setelah mononton
Perilaku Agresif
Menggunakan Properti
dalam “Opera Van Java”
81
timbul keinginan untuk
menirunya
21. Saya suka mengikuti
adegan memukul teman
dengan barang setelah
menonton Perilaku Agresif
Menggunakan Properti
dalam “Opera Van Java”.
22. Saya suka mengikuti
adegan mendorong teman
ke arah suatu barang
hingga jatuh setelah
menonton Perilaku Agresif
Menggunakan Properti
dalam “Opera Van Java”.
23. Mempraktekan Perilaku
Agresif Menggunakan
Properti dalam “Opera
Van Java” memberikan
kepuasan tersendiri
24. Adegan memukul teman
dengan barang adalah
adegan yang paling saya
tunggu dalam “Opera Van
Java”
25. Adegan mendorong ke
arah barang hingga jatuh
adalah adegan yang paling
saya tunggu dalam “Opera
Van Java”.
82
3.6. Teknik Analisis dan Pengelolaan Data
Dari hasil data survei yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada
responden yang telah peneliti tentukan jumlah sampelnya. Teknik analisis data yang
akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis kuantitatif, yaitu suatu
analisis data yang berbentuk angka-angka, dimana analisis datanya berupa perhitungan
melalui uji statistic (Kriyantono, Rakhmat. Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta :
PT. Kencana, 2007), hlm 95-96) . Kegiatan dalam analisis data adalah:mengelompokkan
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah dilakukan (Sugiyono.
Statistik untuk Penelitian, (Jakarta :CV. Alfabeta, 2002), hlm 142) .
Sedangkan penggunaan statistik di sini dimaksudkan untuk mendapatkan
kesimpulan yang lebih meyakinkan. Pada penelitian ini, sifat data yang diperoleh adalah
berupa interval nilai. Skala interval adalah skala yang jarak antara satu dengan data
lainnya sama tetapi tidak mempunyai nilai/ nol (0) absolut (Sugiyono, 2002: 71) .
a. Analisis Univariat
Data univariat disampaikan melalui tabel distribusi frekuensi yang
memperlihatkan sebaran jawaban dari tiap-tiap indikator atau pertanyaan.
b. Analisis Bivariat
Di dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan analisis regresi sederhana
untuk mengetahui besar pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lain. Peneliti tidak
melakukan uji korelasi sebab di dalam uji regresi terlihat juga koefisien korelasi untuk
melihat kuat lemahnya hubungan antar dua variabel.
83
3.7. Keabsahan Penelitian
3.7.1. Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat pengumpulan data pada dasarnya menunjukkan tingkat
ketetapan alat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu,
walaupun dilakukan pada waktu-waktu yang berbeda. Dengan demikian pengukuran
tingkat reabilitas alat pengumpulan data hanya dapat dilakukan dengan perhitungan
statistik korelasi. Reliabilitas adalah istilah yang dilakukan untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengujian diulang dua kali atau
lebih (Singarimbun & Effendy:122). Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang
pengaruh variabel penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam
pengujian tersebut. Pengujian hipotesa penelitian tidak akan mengena sasarannya
bilamana data yang dipakai untuk menguji hipotesa adalah data yang tidak reliabel dan
tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur.
Reliabel berarti memiliki sifat bisa dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki
reliabilitas apabila saat digunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau peneliti lain
tetap memberikan hasil yang sama. Alat ukur baru dikatakan memiliki reliabel bila alat
ukur tersebut memberikan hasil yang tetap selama variabel yang diukur itu tidak
berubah.
Reliabilitas dapat diuji dengan tes-tes dilakukan dengan cara mencobakan
instrument beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama dan
waktunya berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi positif dan signifikasi
maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel (Sugiono:273-274).
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik perhitungan Alpha Cronbach
dengan taraf signifikasi (0,05) atau (0,01) maka nilai tersebut dinyatakan signifikasi dan
84
itu berarti instrumen yang diuji cobakan tersebut dinyatakan reliabel. Hasil yang
diharapkan sebisa mungkin memiliki nilai sekecil mungkin di bawah (<) 4 % (0,05) atau
1 % (0,01).
Reliabilitas alpha cronbach dapat dipergunakan baik untuk instrumen yang
menjawab berskala, maupun jika dikehendaki bersifat dikotoomis yakni hanya mengenal
dua jawaban (1) benar dan (0) salah. Jawaban berskala tidak memberlakukan jawaban
salah dan yang ada adalah tingkat ketepatan opsi jawaban yang diberikan (Nugiono:339-
340). Maka tiap opsi tersebut memiliki skor. Dalam penelitian ini menggunakan
instrumen yang menggunakan skala jawaban “positif-negatif” oleh karena itu pilihan
jawaban dalam kuesioner dari sangat setuju hingga tidak setuju yang memiliki skor
tertentu.
Untuk Variabel X diukur melalui pertanyaan 1-13 menggunakn bantuan
program spss.
Dimensi α Cronbach Keterangan Motif Menonton .842 Reliabel
Daya TarikPerilaku
Agresif dgn Gunakan Properti
.619 Reliabel
Media Exposure .855 Reliabel
85
Untuk Variabel Y diukur melalui pertanyaan 1-12 menggunakn bantuan
program spss
Tabel 3.7.1.2 Reliabilitas Uji penonton
Dimensi α Cronbach Keterangan Persepsi Tentang
OVJ .842 Reliabel
Perilaku Agresif setelah Menonton
.798 Reliabel
Untuk uji reliabilitas, dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut :
1. Jika Cronbach Alpha > 0.5, maka dapat dikatakan reliabel
2. Jika Cronbach Alpha < 0.5 , maka tidak dapat dikatakan reliabel
3.7.2. Validitas
Sementara itu, validitas berkaitan dengan kesesuaian antara suatu konstruk
dengan indikator yang digunakan untuk mengukurnya (Krisnamurti, 2003:7). Dengan
kata lain, adakah yang sedang diukur dalam suatu penelitian adalah yang benar-benar
ingin diukur. Validitas lebih abstrak dan lebih sulit untuk diukur daripada reabilitas.
Dalam validitas suatu alat ukur, si peneliti mempertanyakan apakah alat ukur
mencerminkan variabel atau konsep yang hendak diukur. Hasil dari penelitian valid
apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti dan hasil penelitian reliabel.
Bagian lain dari validitas bisa bermakna apakah konsep yang ada memang diukur
dengan akurat. Validitas merupakan keseusaian antara definisi konseptual dengan
definisi operasional. Semakin dekat definisi dengan definisi konseptual dengan definisi
86
operasional, maka validitas perangkat ukur tersebut semakin tinggi. Pada setiap
penelitian, alat ukur yang dibuat harus dapat mengukur variabel yang dimaksudkan
untuk diukur, bukan variabel lain. Bila suatu alat ukur tidak bisa mengukur variabel
yang akan diukurnya, maka bisa dikatakan alat ukur tersebut tidak valid.
Suatu alat ukur atau skala pengukuran dikatakan valid jika skala pengukuran
tersebut mengukur dengan baim apa yang dimaksudkan untuk diukur. Hal ini
disebabkan karena peneliti tidak mengukur objek, namun yang diukur adalah sifat-sifat
obyek. Dengan menggunakan alat ukur tertentu, dalam hal ini menggunakan kuesioner,
akan diusahakan untuk dilihat apakah memang peneliti mengukur variabel yang ingin
diukur, bukan variabel lain.
Diketahui r table = 0,301. Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini adalah
sebagai berikut :
1. Jika r hitung positif, serta r hitung > r tabel (0,301), maka butir pertanyaan
tersebut valid.
2. Jika r hitung negatif, serta r hitung > r tabel (0,301), maka butir pertanyaan
tersebut tidak valid.
Untuk variabel X diukur melalui pertanyaan 1-13 dengan menggunakan bantuan
program SPSS 17 didapat hasil sebagai berikut :
87
Tabel 3.7.2.1 Validitas variabel Segmen
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 .571 0,301 Valid
2 .521 0,301 Valid
3 .499 0,301 Valid
4 .559 0,301 Valid
5 .496 0,301 Valid
6 .584 0,301 Valid
7 .470 0,301 Valid
8 .324 0,301 Valid
9 .407 0,301 Valid
10 .483 0,301 Valid
11 .453 0,301 Valid
12 .352 0,301 Valid
13 .439 0,301 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Untuk variabel Y diukur melalui pertanyaan 6-10 dengan menggunakan bantuan
program SPSS 17 didapat hasil sebagai berikut :
88
Tabel 3.7.2.2 Validitas variabel Segmen
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 .483 0,301 Valid
2 .488 0,301 Valid
3 .533 0,301 Valid
4 .585 0,301 Valid
5 .444 0,301 Valid
6 .345 0,301 Valid
7 .506 0,301 Valid
8 .468 0,301 Valid
9 .599 0,301 Valid
10 .474 0,301 Valid
11 .470 0,301 Valid
12 .266 0,301 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Karena hasil penelitian ini bersifat empirik yakni memerlukan data-data di
lapangan maka dari hasil uji coba berwujud dan kuantitatif dengan analisis statistik, dan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas variabel dari pengaruh tayangan
“Opera Van Java” terhadap pengaruh agresif remaja awal.
Untuk mengetahui analisis validitas akan diolah dengan menggunakan KMO dan
Bartlen’s test dalam analisis faktor didapat nilai KMO (Kaiser, Meyer, dan Okin) yang
menunjukkan variabel yang diukur dapat dilakukan analisis faktor. Bila nilai KMO lebih
89
KMO and Bartlett's Test
,643
2174,18678
,000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-SquaredfSig.
Bartlett's Test ofSphericity
dari 0,5 dengan signifikasi kurang dari 0,05 maka pada variabel yang akan diukur dapat
dilakukan analisis faktor untuk melihat apakah indikator lainnya yang masih dalam satu
variabel. Setelah itu dari data tersebut diuperiksa tingkat signifikasinya berada di bawah
0,05, maka variabel dinyatakan memadai untuk dianalisis lebih lanjut dan jika signifikasi
berada di atas 0,05, maka variabel dinyatakan tidak memadai untuk dianalisis lebih
lanjut.
Tabel 3.7.2.3 KMO Variabel X
KMO and Bartlett's Test
,734
2488,70078
,000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-SquaredfSig.
Bartlett's Test ofSphericity
Tabel di atas menunjukkan hasil uji KMO sebesar 0,734 yang berarti lebih dari
0,5 dengan demikian data tersebut valid dan dapat digunakan dalam penelitian,dan juga
diperkuat dari uji Bartletts’s Test of Sphericity sebesar 2488,700 dengan nilai fix
tersebut lebih besar dari 0,05.
Tabel 3.7.2.4 KMO Variabel Y
Berikut adalah table KMO(Kaiser-Mayer-Measure of sampling
90
Tabel di atas menunjukkan hasil uji KMO sebesar 0,643 yang berarti lebih dari
0,5 dengan demikian data tersebut valid dan dapat digunakan dalam penelitian,dan juga
diperkuat dari uji Bartletts’s Test of Sphericity sebesar 2174,186 dengan nilai fix
tersebut lebih besar dari 0,05.
3.8. Uji Regresi
Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung
dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Gujarati
(2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel
yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variabel) dengan satu atau
dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Variabel pertama disebut juga sebagai
variabel tergantung dan variabel kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika variabel
bebas lebih dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linear berganda. Disebut
berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel
tergantung.
Tujuan
Tujuan menggunakan analisis regresi ialah
Membuat estimasi rata-rata dan nilai variabel tergantung dengan didasarkan pada nilai
variabel bebas.
1. Menguji hipotesis karakteristik dependensi
2. Untuk meramalkan nilai rata-rata variabel bebas dengan didasarkan pada
nilai variabel bebas diluar jangkaun sample.
91
2. Analisis Regresi X dan Y
Tabel 3.8 Model Summary X dan Y
Model Summary
,834a ,696 ,694 3,32319Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Perilaku Agresif MenggunakanProperti
a.
Sumber : Hasil Pengolahan data
Dilihat dari tabel Model Summary
kolom R didapatkan nilai korelasi X dan Y sebesar 0,834. Hal berarti hubungan
antara X dan Y tergolong cukup kuat.
Kolom R Square menunjukan nilai 0,696. Hal ini menunjukkan nilai koefisien
determinan (KD) = 0,696 X 100% = 69,6% berarti pengaruh X terhadap Y
sebesar 0,696%
3.9. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Adapun kelemahan dan keterbatasan penelitian, yaitu :
1. Jawaban responden yang mungkin bisa dikarenakan ketika responden
menjawab, mungkin berkaitan dengan pengaruh tayangan “Opera Van Java”
yang merupakan hal yang memiliki nilai yang tidak terlalu terpikirkan.
92
2. Pembahasan penelitian tidak mencakup perilaku tetapi hanya dibatasi kepada
kecenderungan pola pikir remaja awal setelah menonton tayangan “Opera
Van Java”.
3. Pembahasan penelitian tidak mencakup penjelasan isi tayangan lebih
mendalam, tetapi hanya melihat pengaruh isi tayangan terhadap minat remaja
awal untuk bertingkah laku terhadap pemain.
Top Related