BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah Singkat PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau
Daerah cadangan timah di Indonesia merupakan suatu bentangan
wilayah sejauh lebih dari 800 km, disebut sebagai “The Indonesian Tin Belt”
yang merupakan bagian dari “The South East Asia Tin Belt” yang membujur
sejauh kurang lebih 3.000 km dari daratan Asia kearah Thailand
Semenanjung Malaysia dan Indonesia yang mencakup wilayah Pulau - Pulau
Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian di daratan Sumatera (Bangkinang)
di utara terus kearah selatan yaitu Pulau - Pulau Bangka, Belitung dan
Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan.
Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200
tahun, yaitu di Bangka mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di
Belitung sejak tahun 1852. Dengan kekayaan cadangan yang melimpah,
Indonesia merupakan salah satu Negara produsen timah terbesar di dunia.
Bijih timah di Indonesia pertama digali pada tahun 1709 di sungai
olim, Toboali, Pulau Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh
penduduk dengan cara pendulangan dan mencangkul dengan dengan system
penggalian sumur Palembang atau system kolong / parit. Bijih timah yang
dihasilkan pada waktu itu dijual kepada pedagang - pedagang yang datang
dari Portugis, Spanyol, dan juga dari Belanda. Keadaan ini berubah ketika
belanda datang ke Indonesia, pada saat mana penggalian timah mulai lebih
8
digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian timah dilakukan secara besar -
besaran dibiayai oleh para pengusaha belanda yang tergabung dalam VOC
yang kemudian monopoli dan mengawasi seluruh tambang di Pulau Bangka.
Pada tahun 1816 Pemerintah Belanda mengambil alih tambang -
tambang di Pulau Bangka dan dikelola oleh badan yang diberi nama "Bangka
Tin Winning Bedrijf" (BTW). Sedangkan di Pulau Belitung dan Pulau
Singkep diserahkan kepada pengusaha swasta Belanda, masing - masing
kepada Gemeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (Biliton Mij)
atau lebih dikenal dengan nama GMB di Pulau Belitung, dan NV Singkep Tin
Exploitatie Maatschappij atau dikenal dengan nama NV SITEM di Pulau
Singkep.
Secara history pengusahaan pertambangan timah di Indonesia
dibedakan dalam dua masa pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960
dikenal dengan masa pengelolaan Belanda, dimana Bangka, Belitung dan
Singkep merupakan badan usaha yang terpisah dan berdiri sendiri. Bangka
dikelola oleh badan usaha milik Pemerintah Belanda sedangkan Belitung dan
Singkep oleh perusahaan swasta Belanda. Status kepemilikan usaha ini
memberikan ciri manajemen dan organisasi yang berbeda satu dengan yang
lain. Ciri perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku organisasi dalam arti luas,
baik struktur maupun budaya kerjanya.
9
2.2. Lokasi penambangan PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau
Lokasi penambangan PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau
berada di Pulau Kundur. Kecamatan Kundur Barat, sebelah utara dari Kota
Tanjung Batu. Dengan jarak tempuh ± 45 km dari pelabuhan utama Pulau
Kundur di Kota Tanjung Batu. Perjalanan dapat ditempuh lebih kurang 45
menit waktu penyeberangan dari Pulau Karimun menuju Pelabuhan
Sekumbang yang merupakan pelabuhan utama dari PT. Timah (Persero) Tbk
Wilayah Kepri & Riau. Di Pulau Kundur sendiri terdapat dua pelabuhan
utama, yaitu Pelabuhan Tanjung batu, dan Pelabuhan Selat Belia.
Operasi penambangan bijih timah di Perairan Pulau Karimun - Kundur
menempati wilayah KP ekploitasi yang umumnya mempunyai masa berlaku
30 tahun. Tuntutan peraturan perundangan (memenuhi surat edaran Dirjen
Minerba Dan Panas Bumi No.03.E/31/Djb/2009 dan telah disesuaikan
dengan izin usaha penambangan (IUP) operasi produksi yang diterbitkan
Bupati Kabupaten Karimun, maka secara administrasi jalur endapan bijih
timah perairan Pulau Karimun - Kundur tercakup kedalam Kecamatan
Kundur, Kecamatan Kundur barat, Kecamatan Meral, Kecamatan Karimun
dan Kabupaten Karimun. Dari sudut geologi, sumber timah perairan tersebut
merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara. Di Indonesia jalur timah ini 2/3
berada pada zona lautan, sedangkan zona daratan berupa deretan Pulau -
Pulau dari arah barat laut, Pulau Karimun, Kundur, Singkep, Bangka sampai
Belitung dan jejak granit bertimah terakhir berada di Pulau Karimata di
Timur Belitung.
10
Secara implisit RT / RW Kabupaten Karimun (2001-2002)
menunjukkan bahwa perairan tersebut tergolong strategi umum pola
pengembangan potensi jalur endapan bijih timah, sehingga lokasi tersebut
diterapkan peruntukannya sebagai kawasan pertambangan dengan kriteria
lokasi untuk potensi bahan tambang bernilai tinggi.
Berikut adalah Peta IUP PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri &
Riau.
Gambar 2.1. IUP PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau
Sumber : Bidang Geologi Tambang dan Evaluasi Penambangan, 2014
11
2.3. Iklim dan Suhu regional
Sebagaimana daerah tropis lainnya, Pulau Kundur hanya mengenal 2
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Temperatur udara rata - rata
mencapai 27,2°C serta kelembapan udara 85 %. Kecepatan angin maksimum
terjadi pada musim hujan dengan rata – rata kecepatan perhari 4 knot.
Pada musim hujan biasanya juga disertai dengan angin kencang dan
gelombang besar. Kondisi seperti inilah yang perlu diwaspadai terhadap
kegiatan operasi penambangan KIP karena hal ini dapat mempengaruhi
produksi kecil atau kurang.
Berdasarkan data badan BMG Tanjung Balai Karimun, dengan periode
pencatatan tahun 2006 - 2010 dapat diketahui komponen iklim.
a. Suhu udara rata - rata bulanan pulau Kundur 27°C. Tertinggi pada bulan
Juli sebesar 33°C, dan terendah pada bulan Januari temperatur udara
rata - rata bulanan mencapai 23,20°C. Pengukuran di daerah pantai
menunjukkn suhu udara berkisar antara 28,5 – 31,4°C.
b. Kelembapan udara nisbi di atmosfer sekitar Pulau Karimun - Kundur
pada umunya tinggi sepanjang tahun atau rata - rata bulanan sekitar
86 %. Kelembapan relatif terendah pada bulan Mei dan Juli 2010 yaitu
59 % sedangkan kelembaan relatif tertinggi dicapai 99 %. Tekanan
udara rata - rata pada sepanjang tahun 2010 adalah 1010,4 mb, terendah
sebesar 1006,5 mb pada bulan Mei dan bergerak mencapai tekanan
tinggi 1013,4 mb diawal 2010.
12
c. Curah hujan rata - rata tahunan di Perairan Pulau Karimun - Kundur
adalah 2.400 mm. Curah hujan bulanan rata - rata tercatat sebesar
230,4 mm dengan jumlah hari hujan 17 hari dalam sebulan (Tabel 2.1.).
Curah hujan harian tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar
509,3 mm dengan hari hujan sebanyak 19 hari sedangkan terendah
adalah pada bulan Januari sebesar 30,7 mm dengan hari hujan sebanyak
13 hari.
Tabel 2.1. Curah Hujan dan Penyinaran Matahari Bulanan
BulanPenyinaran
Matahari (%)
Curah Hujan
(mm)
Jumlah Hari
Curah Hujan
Januari 67 30,7 13
Febuari 84 76,2 8
Maret 49 128,1 18
April 55 330,4 21
Mei 46 152,0 21
Juni 53 141,5 17
July 45 180,3 17
Agustus 47 499,1 20
September 46 287,1 19
Oktober 50 509,3 19
November 43 255,0 10
Desember 48 175,0 20
Rata-rata
2010
53 230,4 17
Rata-rata
2009
49 226,7 18
Rata-rata 53 226,6 15
13
2008
Rata-rata
2007
57 233,2 -
Sumber : BMG Kepri 2010
d. Arah dan kecepatan pergerakan mata angin relatif seimbang selatan dan
utara, pada bulan Juni – Oktober angin bertiup dari selatan dengan
kecepatan 3 – 6 knot (1,5 – 2,5 m/det) kemudian periode bulan Januari –
April angin bergerak dari arah utara dengan kecepatan 3 – 5 knot.
Kecepatan maksimum terjadi pada bulan Oktober – November mencapai
20 knot (Tabel 2.2.).
Tabel 2.2. Kelembapan Udara, Arah Angin dan Kecepatan Angin Bulanan
Bulan
Kelembapan udara (%)
humidity
Arah dan kecepatan angin
(knot)
Rata -
rata
harian
Max. Min.
Rata -
rata
harian
Max. Min.
Januari 82 98 63 5 18 Utara
Febuary 82 100 62 5 11 Timur
Maret 87 100 67 3 8 Utara
April 85 100 66 5 10 Utara
Mei 89 98 59 5 10 Timur
Juni 87 98 64 6 9 Selatan
July 88 100 59 5 18 Selatan
Agustus 87 98 67 6 17 Selatan
September 87 100 62 3 20 Selatan
Oktober 88 100 69 3 20 Selatan
14
November 88 100 65 4 7 Barat
Desember 86 100 66 5 9 Barat
Rata-rata
201086 99 64 5 13 Timur
Rata-rata
200986 99 63 4 20
Timur
laut
Rata-rata
200886 97 62 6 15 Selatan
Rata-rata
200785 97 61 4 20 Selatan
Sumber : BMG Kepri 2010
2.4. Fisiografi dan Morfologi
Secara regional Pulau Karimun - Kundur dan pulau sekitarnya
dimasukkan ke dalam fisiografi Pulau - Pulau lepas pantai (off shore island).
Kondisi geologi gugusan Pulau - Pulau ini berbeda dengan daratan bagian
timur laut Pulau Sumatra yang dimasukkan dalam fisiografi daratan pantai
(coastal pain). Karakteristik Pulau - Pulau lepas pantai adanya perbukitan
yang biasanya terbentuk dari batuan dasar (granit) baik batuan beku maupun
batuan metasedimen dari Kerak Benua paparan Sunda yang berumur Pra
Tersier. Sedangkan daratan pantai umumnya berupa dataran rendah berawa
dan ditempati oleh batuan sedimen yang mengisi cekungan Sumatra Tengah
yang berumur Tersier dan lebih mudah selain itu gugusan Pulau - Pulau ini
merupakan jalur timah Asia Tenggara (The south east asia tin belt) yang
membentang dari Cina – Thailand – Myanmar – Malaysia – Pulau Karimun -
Kundur hingga berakhir di Bangka Belitung dan Kalimantan. Keberadaan
15
granit yang menempati gugus Pulau - Pulau ini menjadi menarik karena
mengandung mineral logam, non logam dan mineral jarang yang memiliki
nilai ekonomis.
Morfologi, topografi Kundur relatif lebih rendah dengan kelerengan
sedang hingga landai - datar dengan ketinggian kurang dari 125 m dpl.
Dengan kekerasan batuan granit lebih lembek dibanding Pulau Karimun.
keadaan sungai umunya pendek, beberapa bersifat musiman dan relatif
berpola dendrik, yakni mengikuti lembah - lembah perbukitan. Perairan di
wilayah Kundur merupakan perairan selat yang berada di antara Pulau -
Pulau dan berada di depan muara Sungai Kampar, sehingga kondisi perairan
wilayah tersebut dipengaruhi oleh sistem estuari muara sungai. Secara umum
kedalaman dasar laut perairan Kundur kurang dari 25 m dari muka laut.
2.5. Stratigrafi dan Struktur Geologi
Stratigrafi Pulau Karimun - Kundur dan Pulau sekitar dengan urutan
stratigrafi tua ke muda sebagai berikut :
1. Formasi papan tersingkap di Pulau Kundur dan Pulau sekitarnya,
terdiri dari serpih, batu pasir, konglomerat kuarsa kontak dengan
granit, berumur Karbon akhir – Trias.
2. Formasi malam tersingkap di Pulau Karimun terdiri dari serpih,
konglomerat, batu gamping dan batu gunung api riodasitik, berumur
Trias awal.
16
3. Formasi duriangkang lebih tersingkap kearah Pulau Batam - Bintan,
terdiri dari serpih karbonat dan batu pasir, Trias tengah.
4. Granit Kundur terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit,
pegmatit dan graisen timah dan tungsten. Berumur Trias tengah.
5. Granit Karimun terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit,
pegmatit dan graisen timah dan tungsten. Berumur Trias tengah.
6. Granit tak terbedakan, tidak diketahui apakah masuk granit karimun,
atau Kundur.
7. Endapan permukaan tua (aluvial tua) terdiri dari lempung lanau, kerikil
lempungan, sisa tumbuhan dan pasir granit, berumur Plistosen akhir.
8. Endapan permukaan muda (aluvial muda ) terdiri dari lempung, lanau,
kerikil, sisa tumbuhan, rawa gambut dan terumbu koral berumur
Holosen.
Sedimen permukaan dasar laut yang berada di wilayah studi termasuk
dalam aluvium muda. Pengelompokan sedimen permukaan dasar laut
didasarkan pada persentase besar butir klasifikasi folk (1980) yang dapat
dibedakan menjadi beberapa satuan sedimen dengan fraksi kasar (kerikil -
pasir) tersebar lebih kearah dekat pantai, sedangkan kearah lepas pantai lebih
didominasi oleh sedimen berfraksi halus (lempung dan lumpur).
Berdasarkan batuan yang tersingkap menunjukkan struktur geologi
berarah barat laut - tenggara yang sama dengan arah struktur bentong suture
di Malaysia. Sejarah geologi diawali dengan dijumpainya batuan dasar
metasedimen era peleozoik kelompok tapanuli (Put) yang berumur Karbon -
17
Perm. Kelompok ini tersingkap di daratan Pulau Sumatera sedangkan di
daerah Karimun Kundur terbentuk formasi papan (Mpt). Pada waktu yang
bersamaan terjadi pengangkatan Kala Permo - Trias dengan munculnya
batuan magmatik granit yang berbentuk batholit.
Berikut adalah Peta Geologi daerah Pulau Kundur dan sekitarnya,
Provinsi Riau.
Gambar 2.2. Peta Geologi daerah Pulau Kundur dan sekitarnya, Provinsi Riau
Sumber : Laporan Penyelidikan Mineral Lepas Pantai Perairan P. Kundur &
Sekitarnya
18
Pada era mesozoikum di daerah Pulau Karimun - Kundur hanya
dijumpai batuan sedimen / metasedimen formasi malang dan duriangkang.
Tidak banyak yang diketahui pada proses yang terjadi di daerah Karimun -
Kundur pada era kenozoik khusunya Kala Tersier. Sedangkan di daerah
daratan Sumatera, pada Kala Tersier diendapkan formasi pematang, sihapas,
telisa, petani dan minas yang merupakan cekungan Sumatra Tengah dan
berpotensi migas. Pada Kala Kuarter 2 juta tahun lalu terendapkan aluvial tua
(Qp) dan hingga saat ini aluvial muda (Qh).
Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat
menentukan keberadaan timah itu sendiri. Fase tersebut adalah, pertama
adalah fase pneumatolitik, selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik –
hidrotermal tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal sampai mesotermal.
Fase yang terakhir ini merupakan fase terpenting dalam penambangan karena
mempunyai arti ekonomi, dimana larutan yang mengandung timah dengan
komponen utama silica (Si02) mengisi perangkap pada jalur sesar, kekar dan
bidang perlapisan.
2.6. Endapan Timah
Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia,
yang membujur mulai dari Cina Selatan, Birma, Muangthai, Malaysia dan
berlanjut ke Indonesia. Jalur di Indonesia mengarah dari utara ke selatan
yaitu dari Pulau Karimun, Pulau Kundur, Pulau Singkep, Pulau Bangka,
Bangkinang (Sumatera Tengah) serta terdapat tanda - tanda di Kepulauan
19
Anambas, Natuna dan Karimata. Sampai ini ada dua jenis utama timah yang
berdasarkan proses terbentuknya yaitu timah primer dan timah sekunder,
kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar proses terbentuknya (genesa).
Endapan timah primer pada umumnya terdapat pada batuan granit daerah
sentuhannya, sedangkan endapan timah sekunder kebanyakan terdapat pada
sungai - sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun di
laut.
Produksi delapan puluh persen dari endapan timah sekunder yang
merupakan hasil proses pelapukan endapan timah primer, sedangkan sisanya
ada dua puluh persen berasal dari endapan timah primer itu sendiri.
Penyebaran cadangan timah terdapat di Negara-negara yang berada di jalur
mineralisasi, seperti Negara - negara tersebut di atas.
Bentuk - Bentuk Pengendapan Timah :
Batchelor. D, (1980), dan Worojati. D, (1994), menjelaskan bahwa
bentuk - bentuk pengendapan (depositional form) yang potensial terhadap
konsentrasi endapan timah dibagi ke dalam 5 (lima) kelompok :
A. Pengendapan eluvial dan kolovial
Gejala pengendapan eluvial dan kolovial di lapangan dapat dikenali
dengan memperhatikan perubahan secara berangsur - angsur pada interval
bawah hingga ke atas tanpa dipisahkan oleh bidang erosi.
B. Kipas Aluvial (Aluvial fan)
Secara umum model kipas aluvial dibagi atas :
20
1) Bagian Proksimal (dekat dengan sumber), tersusun atas batupasir
kasar yang mempunyai struktur masif dan berlapis.
2) Bagian tengah kipas aluvial (mid fan) terusun atas batupasir kasar
hingga sedang.
3) Bagian ujung kipas aluvial (distal fan) tersusun atas batupasir
berukuran sedang hingga batu lempung.
C. Brainded Stream
Merupakan pola pengaliran yang bancuh / simpang siur, yang
menghasilkan banyak point bar.
D. Meandering Stream
Merupakan pengendapan yang dibagi atas endapan dasar sungai dan
endapan point bar.
E. Endapan pantai
Fasies endapan pantai secara umum mempunyai nilai ekonomi terhadap
kandungan mineral bijih.
2. 7. Sifat Fisik dan Karakteristik Mineral Dalam Bijih Timah
Cassiterite (SnO2) merupakan mineral utama yang mengandung unsur
Sn. Dalam pembentukannya, mineral ini disertai dengan beberapa mineral
berat berharga serta sekelompok mineral pengganggu. Endapan bijih timah
di dalam cassiterite pada umumnya berasal dari magma granitik, yaitu
magma dari larutan yang bersifat asam (pembentukan granit), sehingga
keterdapatan endapan bijih timah berhubungan erat dengan terdapatnya
21
batuan granit. Kandungan rata - rata kadar Sn dalam batuan sebagai indikasi
pegangan eksplorasi mineral dalam menentukan nilai latar belakang yang
diberikan oleh Hawkess dan Webb (1962). Harga rata - rata ini untuk batuan
beku adalah 32 ppm Sn, dengan kandungan Sn yang kecil sebesar 6 ppm
pada batuan beku mafik dan dengan maksimum 45 ppm pada batuan fesilik,
sedangkan untuk batuan sedimen serpih dapat mencapai 40 ppm. Nilai rata -
rata yang digunakan ditentukan oleh Onishi dan Sandell (1957) dan
Hamaguchi (1964) dengan kisaran nilai yang dikumpulkan oleh Wedepohl
(1974) dan Durasova (1967).
1) Mineral berat berharga.
a. Mineral Utama
Mineral utama yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah
(PPBT) Unit Kundur adalah Cassiterite (SnO2). Warna Cassiterite ini
bermacam - macam yaitu kuning coklat, kuning kemerahan, coklat
kehitaman dan coklat tua dengan berat jenis 6,8 – 7,1. Mineral Cassiterite
permukaannya mengkilap dan berminyak. Umumnya tidak tembus
cahaya, tetapi lapisan permukaan kristalnya berkilau. Keberadaannya ada
yang primer ada pula yang aluvial. Dengan sistem kristal tetragonal 4/m
2/m 2/m. Mineral - mineral bersifat konduktor.
b. Mineral ikutan berharga
Secara umum mineral berharga yang terbawa oleh mineral
Cassiterite, dan mineral ikutan berharga yang diproses di Pusat Pencucian
Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur antara lain:
22
I. Ilmenite (FeTiO3)
Umumnya ilmenite berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan,
memiliki berat jenis 4,5 – 5 dan bersifat konduktor dan sifat
magnetik kuat. Biasa digunakan sebagai rutile (TiO2) untuk industri
keramik pigmen dan konsentrat titanium.
II. Zircon
Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2
– 4,7. zircon bersifat non konduktor dan non magnetik digunakan
sebagai bahan zirkonia untuk industri keramik.
III. Monazite [(Ce, La, Y, Th)PO4]
Umunya memiliki warna kuning atau jarring - jaring hijau. Berat
jenis monazite antar 4,6 – 5,3 dan bersifat non konduktor dan
megnetik lemah. Mineral ini dijual secara berkala tergantung
pesanan konsumen.
2) Mineral ikutan lainnya.
Mineral – mineral lainnya yang sangat berpengaruh dalam bijih
timah, yang memiliki perbedaan warna, kekerasan, berat jenis, sifat
kelistrikan, dll.
2.8. Penambangan di PT. Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri & Riau
Proses penambangan timah yang dilakukan oleh PT. Timah (Persero)
TBk Wilayah Kepri & Riau merupakan metode penambangan timah lepas
pantai dengan mengoperasikan armada Kapal Keruk dan Kapal Isap Produksi
23
untuk operasi produksi di daerah lepas pantai (off shore). Armada kapal
keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 14 cuft
sampai dengan 30 cuft. Kapal Keruk yang beroperasi di PT. Timah (Persero)
Tbk Wilayah Kepri & Riau pada saat ini berjumlah tujuh Kapal Keruk yaitu
Kapal Keruk 22 Kundur 1 (30 cuft), 20 Belitung (22 cuft), 19 Bangka II (22
cuft), 18 Bangka 1 (18 cuft), 17 Singkep 31 (14 cuft), 16 Kebiang (14 cuft)
dan Kapal Keruk 14 Riau (14 cuft). Kapal Keruk dapat beroperasi mulai dari
kedalaman 15 m sampai 45 m di bawah permukaan laut sedangkan Kapal
Isap dapat beroperasi sampai kedalaman 35 m di bawah permukaan laut.
Setiap Kapal Keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari
100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 shift dalam 24 jam,
sedangkan armada Kapal Isap Produksi berjumlah 10 KIP yaitu KIP I, KIP II,
KIP III, KIP IV, KIP V, KIP VI, KIP VII, KIP VIII, KIP Permis dan KIP
Penganak. Setiap Kapal Isap Produksi berjumlah 20 – 30 orang. Waktu kerja
karyawan terbagi atas karyawan harian dan karyawan aplus. Karyawan harian
bekerja setiap hari kecuali hari minggu , sedangkan karyawan aplus bekerja
sesuai shift yang telah ditentukan dimana satu shift bekerja selama 8 jam.
2.9. Istilah – istilah Dalam Penambangan Timah
A. Istilah yang dikenal di lingkungan PT. Tambang Timah
1. Bedrock / kong : batuan dasar (batuan yang menjadi dasar atau alas dari
endapan alluvial). Pada umumnya batuan granit.
24
2. Kaksa : Lapisan yang kaya dengan kandungan timah yang berada di atas
batuan dasar (kong).
3. Mencan : Lapisan bertimah yang tidak langsung berada di atas batuan
dasar (kong).
4. Overburden : Lapisan penutup yang tidak mengandung timah yang harus
dikupas dan dibuang sebelum penggalian.
5. Claycap : Lapisan pasir halus yang relative keras karena tersedimentasi.
Bewarna putih sampai kecoklatan.
B. Pembacaan data – data lubang bor di dalam Peta Rencana Kerja
(125/13/06) No. Lubang bor, tahun pengeboran 2006
(-12,5) Tinggi Laut Rata-rata
(15,5) Ketebalan lapisan
(-18,0) Dalam kong
(1,25) Kekayaan lubang bor : 1,25 kg/m3
25