BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya
menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan
dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.3
2.2 Epidemiologi
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian dunia bagi anak balita. Data
ini didukung oleh UNICEF dan WHO yang menggambarkan bahwa tiga penyebab
utama kematian anak balita disebabkan oleh pneumonia (19%), diare (17%), dan
kelahiran prematur serta infeksi berat neonatus terutama pneumonia atau sepsis
yang masing-masing10%.3
2 .3 Et io log i
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri penyebab
pneumonia tersering pada anak adalah Streptococcus pneumoniae, sedangkan
virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory Sycytial Virus (RSV),
Rhinovirus, dan virus parainfluenza. Pada umumnya, pneumonia bakteri dan
pneumonia virus sulit dibedakan secara klinis, pemeriksaan radiologis, dan
pemeriksaan laboratorium.1,4
5
6
Tabel 2.1 Etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju1
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Lahir-20 hari Bakteri Bakteri
E. coli Bakteri anaerob
Streptococcus group B Streptococcus group D
Listeria monocytogenes Haemophillus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus sitomegalo
Virus Herpes simpleks
3 minggu-3 bulan Bakteri Bakteri
Chlamydia trachomatis Bordetella pertussis
Streptococcus pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B
Virus Moraxella catharalis
Virus Adeno Staphylococcus aureus
Virus Influenza Ureaplasma urealyticum
Virus Parainfluenza 1,2,3 Virus
Respiratory Syncytial virus Virus sitomegalo
4 bulan-5 tahun Bakteri Bakteri
Chlamydia trachomatis Haemophillus influenzae tipe B
Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis
Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis
Virus Staphylococcus aureus
Virus Adeno Virus
Virus Influenza Virus Varisela-Zoster
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
5 tahun-remaja Bakteri Bakteri
Chlamydia trachomatis Haemophillus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae Legionella sp
Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus
Virus
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Respiratory Syncytial Virus
7
Virus Varisela-Zoster
2.4 Faktor Risiko
Faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada
anak balita di negara berkembang terdiri atas faktor instrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari umur, BBLR, tidak mendapat imunisasi,
tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya
prevalensi kolonisasi bakteri patogen di nasofaring. 1,5
Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah,
ventilasi, kelembaban, letak dapur, jenis bahan bakar, penggunaan obat nyamuk,
asap rokok, penghasilan keluarga serta faktor ibu baik pendidikan, umur ibu,
maupun pengetahuan ibu. Salah satu sumber media penularan penyakit
pneumonia adalah kondisi fisik rumah serta lingkungannya yang merupakan
tempat hunian dan langsung berinteraksi dengan penghuninya. Kepadatan rumah
dapat meningkatkan risiko penumonia karena dapat memperbesar kesempatan
infeksi silang antar anggota keluarga. Kuman penyebab infeksi dapat ditularkan
lewat udara melalui droplet atau aerosol seperti saat batuk, bersin dan berbicara di
dalam ruangan yang padat dengan ventilasi yang tidak memadai.1,5,6
2.5 Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab pneumonia yang terhisap melalui saluran
respiratori, masuk ke paru bagian perifer dan menimbulkan edema sebagai akibat
reaksi jaringan. Adanya reaksi jaringan tersebut akan mempermudah proliferasi
dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi (stadium hepatisasi merah), yaitu terjadi serbukan sel
8
(polimononuclear) PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman
di aleveoli. Selanjutnya, terjadi stadium hepatisasi kelabu, yaitu proses fagositosis
yang cepat sebagai akibat dari bertambahnya deposisi fibrin. Jumlah makrofag
yang meningkat di alveoli sebagai akibat dari proses fagositosis, sel akan
mengalami degenerasi, menipisnya fibrin, dan menghilangnya kuman serta debris.
Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang
tidak terkena akan tetap normal.1,7
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia adalah pemberian antibiotika yang dimulai secara
empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah
bakteri patogen diketahui, antibiotika diubah menjadi antibiotika yang
berspektrum sempit sesuai patogen.8,9
2.6.1 Terapi Community-Acquired Pneumonia (CAP)
Terapi CAP dapat dilaksanakan secara rawat jalan, namun pada kasus yang
berat pasien dirawat di rumah sakit dan mendapat antibiotika parenteral. Pilihan
antibiotika yang disarankan pada pasien dewasa adalah golongan makrolida atau
doksisiklin atau fluoroquinolon terbaru, namun untuk dewasa muda yang berusia
antara 17-20 tahun pilihan doksisiklin lebih dianjurkan karena mencakup
mikroorganisme atipikal yang mungkin menginfeksi. Untuk bakteri Streptococcus
pneumoniae yang resisten terhadap penisilin direkomendasikan untuk terapi
beralih ke derivat fluoroquinolon terbaru. Sedangkan untuk CAP yang disebabkan
oleh aspirasi cairan lambung pilihan jatuh pada amoksisilin-klavulanat. Golongan
9
makrolida yang dapat dipilih mulai dari eritromisin, klaritromisin serta
azitromisin. Eritromisin merupakan agen yang paling ekonomis, namun harus
diberikan 4 kali sehari. Azitromisin ditoleransi dengan baik, efektif dan hanya
diminum satu kali sehari selama 5 hari, memberikan keuntungan bagi pasien.
Sedangkan klaritromisin merupakan alternatif lain bila pasien tidak dapat
menggunakan eritromisin, namun harus diberikan dua kali sehari selama 10-14
hari.8,9
Pneumonia berat adalah pneumonia yang disertai gagal napas, penggunaan
ventilasi, sepsis berat, gagal ginjal. Untuk terapi yang gagal dan tidak disebabkan
oleh masalah kepatuhan pasien, maka disarankan untuk memilih antibiotika
dengan spektrum yang lebih luas. Kegagalan terapi dimungkinkan oleh bakteri
yang resisten khususnya terhadap derivat penisilin, atau gagal mengidentifikasi
bakteri penyebab pneumonia. Sebagai contoh, pneumonia atipikal melibatkan
Mycoplasma pneumoniae yang tidak dapat dicakup oleh penisilin. Beberapa
pneumonia masih menunjukkan demam dan konsistensi gambaran foto thorax
karena telah terkomplikasi oleh adanya efusi pleura, empiema ataupun abses paru
yang memerlukan penanganan infasif yaitu dengan aspirasi.8,9
2.6.2 Terapi Pendukung
Terapi pendukung pada pneumonia meliputi:8,9
1. Pemberian oksigen yang dilembabkan pada pasien yang menunjukkan tanda
sesak, hipoksemia.
2. Bronkodilator pada pasien dengan tanda bronkospasme
3. Fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sputum
10
4. Nutrisi yang memadai
5. Hidrasi yang cukup, bila perlu secara parenteral
6. Pemberian antipiretik pada pasien dengan demam
2.6.3 Pencegahan
Pneumonia dapat dicegah oleh beberapa hal, yaitu:9
1. Vaksinasi influenza dan pneumokokkus
2. Menjaga kebersihan lingkungan
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh pneumonia antara lain:7,10
1. Otitis Media Akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius sehingga dapat menyebabkan
pecahnya gendang telinga.
2. Ateletaksis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna.
3. Efusi Pleura.
4. Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura.
5. Meningitis atau infeksi selaput otak.
6. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
7. Endokarditis bakterial yaitu peradangan pada katup endokardial.
11
2.8 Prognosis
Pneumonia dapat sembuh total bila didiagnosis dini dan ditangani secara
adekuat. Mortalitas lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan
malnutrisi energi protein dan datang terlambat untuk pengobatan.10
2.9 Kesehatan Lingkungan11
Kesehatan lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Faktor lain
yang mempengaruhi kesehatan ialah keturunan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan, seperti yang digambarkan secara ringkas oleh Hendrik L. Blum (1974).
Status kesehatan akan tercapai dengan optimal bila keempat faktor tersebut secara
bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula seperti yang terlihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Diagram Blum11
Keturunan
Lingkungan:
-Fisik
-Sosial ekonomi
Pelayanan kesehatan
Status kesehatan
Perilaku
12
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimal. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup
perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak
(kandang), dan sebagainya.
2.9.1 Syarat-Syarat Rumah Sehat11
Syarat-syarat rumah sehat harus memenuhi beberapa aspek, antara lain:
1. Bahan bangunan
a Lantai
Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi
pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang
mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah
pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting disini
adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim
hujan. Lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat didapatkan dengan
menyiram lantai dengan air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang
berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu dapat
menjadi sumber penyakit.
b Dinding
Tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok sebenarnya kurang
cocok untuk daerah tropis, terutama bila ventilasi tidak cukup. Dinding
13
rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan, lebih baik dinding atau
papan. Jika jumlah jendela tidak cukup, lubang-lubang pada dinding atau
papan tersebut dapat menjadi ventilasi dan dapat menambah penerangan
alamiah.
c. Atap Genteng
Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun
pedesaan. Di samping atap genteng cocok digunakan di daerah tropis, atap
genteng juga terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat
membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang
tidak mampu menggunakan atap genteng, sehingga atap daun rumbai atau
daun kelapa juga dapat dipertahankan. Atap seng atau asbes tidak cocok
untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di
dalam rumah.
2. Ventilasi
Ventilasi rumah memiliki berbagai fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga aliran udara dalam rumah tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut dapat tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan berkurangnya kadar O2 dan meningkatnya kadar CO2
yang bersifat toksik. Ketidakcukupan ventilasi akan menyebabkan kelembaban
udara dalam udara naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini akan menjadi media yang baik untuk bakteri-bakteri
patogen.
14
Fungsi kedua ventilasi ialah untuk mebebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri patogen karena dengan adanya ventilasi, terdapat aliran
udara yang terus menerus. Fungsi lainnya untuk menjaga agar ruangan rumah
selalu tetap dalam kelembaban (humidity) yang optimum. Ada dua macam
ventilasi, yakni:
a. Ventilasi alamiah, yaitu aliran udara dalam ruangan terjadi secara alamiah
melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding, dan
sebagainya. Terdapat kerugian dari ventilasi alamiah, yakni memberikan
kesempatan bagi masuknya nyamuk dan serangga lain ke dalam rumah.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara, misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara.
Sistem pembuatan ventilasi harus diperhatikan agar aliran udara dalam ruangan
harus mengalir, yakni terdapat jalan masuk dan keluarnya udara.
3. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan sebagai media yang baik unutk
berkembangnya bibit penyakit. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari sangat penting untuk
membunuh bakteri-bakteri patogen. Rumah yang sehat harus mempunyai
jalan masuk cahaya yang cukup. Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela)
luasnya minimal 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat dalam
15
ruangan rumah. Jalan masuknya cahaya alamiah juga dapat melalui genteng
kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu, menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,
seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.
4. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan penghuni akan
menyebabkan kurangya komsumsi O2 dan mudah tertular penyakit menular
infeksi. Luas bangunan yang optimal yaitu sebesar 2,5-3 m2 untuk setiap anggota
keluarganya.
5. Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus menyediakan fasilitas-fasilitas seperti penyedian air
bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembungan air limbah, pembuangan
sampah, fasilitas dapur, dan ruang berkumpul keluarga.