BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Indonesia sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang
diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani,
rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan
polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan
dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara
nilai-nilai budaya bangsa.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals / MDGs, 2000).
Pada tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu menurun sebesar tiga-perempatnya
dalam kurun waktu 1990-2015. Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi
pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu
adalah perdarahan (28%), eklamsi (24%) dan infeksi 11%. Penyebab tidak langsung
kematian ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia
pada kehamilan (40%). Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab
langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), (eklamsi 20%), infeksi (7%), dan lain-
lain (33%). (Depkes 2008).
Salah satu tolak ukur penting dalam menciptakan Indonesia sehat adalah menekan
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia AKI masih
sangat tinggi, yaitu 343/100.000 kelahiran hidup ditahun 1999 dan ditahun 2003 menjadi
1
2
307/100.000 kelahiran hidup, data tersebut sesuai dengan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI).
Dengan demikian penekanan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa
sebenarnya bertumpu pada keluarga yang merupakan unit terkecil kehidupan bangsa.
Perkiraan persalinan/kelahiran di Indonesia 5.000.000 orang setiap tahunnya dan
perkiraan angka kematian sebesar kematian maternal 330/100.000. Kematian maternal
dan kematian perinatal sebenarnya masih mempunyai peluang untuk diturunkan bila
pertolongan pertama dapat dilakukan dengan baik. pertolongan persalinan bersih dan
aman serta meningkatkan rujukan sehingga mendapatkan pertolongan yang tepat dan
cepat (Manuaba, 2008).
Cakupan Ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Propinsi Riau dari
tahun 2005 s/d tahun 2009 fluktuatif. Tahun 2005 sebesar 69,7% meningkat ditahun 2006
menjadi 75,30% dan meningkat lagi ditahun 2007 menjadi 76,33%, tetapi di tahun 2008
sedikit mengalami penurunan menjadi 74,94%, meningkat lagi ditahun 2009 menjadi
88,43% tetapi belum mencapai target nasional (90%) (Depkes, 2009).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal, kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya
selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peran ibu adalah melahirkan bayinya, peran
petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi
di samping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin
(Maemunah Dkk, 2009).
Proses persalinan dimulai sejak pertama kali munculnya tanda-tanda persalinan
hingga dilahirnya bayi dari rahim. Biasanya, ibu yang baru pertama kali melahirkan
membutuhkan waktu lebih kurang 18 jam, sementara yang sudah pernah melahirkan
3
membutuhkan waktu sekitar 12 jam. Tentu saja, perhitungan waktu ini hanyalah
perkiraan karena setiap proses kelahiran itu unik. Setiap perempuan bisa mengalami hal
yang berbeda (Andriana, 2007).
Dalam rangka proses persalinan tersebut maka secara alamiah ibu bersalin akan
mengeluarkan banyak energi dan mengalami perubahan-perubahan, baik fisiologis
maupun psikologis, Tahap pertama persalinan ditetetapkan sebagai tahap yang
berlangsung sejak terjadi kontraksi uterus sampai terjadi pembukaan lengkap. tahap ini
juga merupakan kunci kesuksesan persalinan. Untuk itu agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas, dibutuhkan tenaga
kesehatan yang terampil juga didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
Salah satu upayanya yaitu dengan meningkatkan pengatahuan dan keterampilan petugas
kesehatan dalam menolong persalinan berdasarkan konsep asuhan persalinan normal
(Rohani Dkk, 2011).
Secara fsiologis cemas atau rasa takut ternyata dapat menyebabkan kontraksi
uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Karena saat wanita dalam
kondisi inpartu tersebut mengalami stres (cemas) maka secara otomatif tubuh akan
melakukan reaksi defensif, dan akibatnya uterus akan semakin tegang sehingga aliran
darah dan oksigen kedalam otot-otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan
menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tidak terelakkan (fauziah, 2012).
Semua orang sependapat bahwa rasa takut menyebababkan ketegangan, stres dan
kecemasan, semuanya membuat rasa sakit semakin buruk, dan bahkan menciptakan rasa
sakit ditempat yang tidak sakit. Informasi, pengetahuan dan dukungan bisa menjangkau
jarak yang jauh untuk membuang rasa takut dan cemas dan juga akan membantu
mengurangi rasa sakit (Stoppard, 2007).
4
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak ibu di Indonesia yang masih
tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong persalinan terlatih untuk memberikan
asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian dari mereka beralasan bahwa
penolong persalinan terlatih tidak benar-benar memperhatikan kebutuhan atau
kebudayaan, tradisi, dan keinginan pribadi para ibu dalam persalinan dan kelahiran
bayinya. Penyebab lain dari kurangnya utilisasi atau pemanfaatan fasilitas kesehatan
adalah peraturan yang rumit dan prosedur yang tidak bersahabat dan menakutkan bagi
para ibu. Contoh dari peraturan dan prosedur rumit tersebut diantaranya adalah tidak
memperkenankan ibu untuk berjalan-jalan selama proses persalinan, tidak mengizinkan
anggota keluarga menemani ibu, membatasi ibu hanya pada posisi tertentu selama
persalinan dan kelahiran bayi dan memisahkan ibu dari bayi segera setelah bayi lahir
(depkes 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Riau tahun
2011 jumlah ibu bersalin normal yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 1022
jiwa dan didapatkan 251 orang yang mengalami masalah pada luka Sc 2x, pre eklamsi
60 orang, seksio sebanyak 126, CPD sebanyak 56 orang, kelainan letak 62 orang,
retensio plasenta 54 orang, plasenta previa 63 orang, gagal induksi 48 orang, vacum 26
orang, gameli 46 orang, gangguan kontraksi 34 orang dan hemoragge post partum
sebanyak 35 orang.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti sangat tertarik
untuk meneliti tentang “Hubungan Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu dengan tingkat
kecemasan pada ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui
“Apakah Ada Hubungan Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dengan tingkat kecemasan
pada ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012?”.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini untuk mengetahui “Hubungan Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu
Dengan tingkat kecemasan pada ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran asuhan sayang ibu pada ibu bersalin di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012.
b. Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada ibu bersalin di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012.
c. Untuk mengetahui hubungan antara asuhan sayang ibu dengan tingkat
kecemasan pada ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Untuk menambah wawasan bagi petugas kesehatan, khususnya bidan sebagai
penolong persalinan tentang asuhan sayang ibu agar angka kejadian perdarahan,
infeksi dan partus lama dapat dikurangi.
3. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan dalam mata kuliah metode penelitian dan menambah
pengetahuan serta pengalaman bagi peneliti terutama dalam meneliti hubungan
6
pelaksanaan asuhan sayang ibu dengan tingkat kecemasan pada ibu bersalin di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan awal dalam melakukan penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan asuhan sayang ibu, sehingga pengetahuan dan wawasan dalam
bidang penelitian serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam
kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakn peristiwa sosial bagi ibu dan
keluarga. Peran ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peran keluarga adalah
memberikan bantuan pada ibu ketika terjadi proses persalinan. Dalam hal ini peran
petugas kesehatan tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada
ibu agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman, baik bagi ibu
maupun bagi bayi yang dilahirkan (Sumarah Dkk, 2009).
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan
dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan
yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat
sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk
mengeluarkan janin dari rahim ibu (Rohani Dkk, 2011).
2. Sebab-Sebab mulainya persalinan
Hal yang menjadi penyebab mulainya persalinan belum diketahui benar, yang
ada hanyalah merupakan teori- teori yang kompleks. Perlu diketahui bahwa ada dua
hormon yang dominan saat hamil, yaitu:
8
a. Estrogen
1) Meningkatkan sensitifitas otot rahim.
2) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis
b. Progesteron
1) Menurunkan sensitivitas otot rahim.
2) Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan
prostaglandin, serta rangsangan mekanis.
3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Estrogen dan progesteron harus berada dalam kondisi keseimbangn sehingga
kehamilan dapat dipertahnkan. Perubahan keseimbangan kedua hormon
tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis pars posterior
dapat menimbulkan kontraksi braxton hick. Kontraksi braxton hick akan
menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan, oleh karena itu semakin
tua kehamilan, frekuensi kontraksi semakin sering.
Oksitosin diduga bekerja bersama atau bekerja melalui prostaglandin, yang
nilainya akan meningkat mulai dari umur kehamilan mingguke-15.
3. Tanda Persalinan
a. Terjadinya His Persalinan
His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar
kedepan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar,
mempunyi pengaruh terhadap perubahan serviks, makin beraktivitas (jalan)
kekuatan makin bertambah.
b. Pengeluaran Lendir Dan Darah (Pembawa Tanda)
9
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada
kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
c. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran
cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan
pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam 24 jam (Manuaba,
2010)
4. Tahapan Persalinan (kala 1, II, III, dan IV)
a. Kala I
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks
mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler sekitar kanalis srvikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika servik
mendatar dan membuka.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm)
Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap
sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm) berlangsung 6 jam dan dibagi dalam 3
subfase.
a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal : berangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjdi 9 cm.
10
c) Perode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10
cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan
terjadi penurunan bagian terbawah janin. berdasarkan kurve friedman,
diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2 cm/jam. (Rohani, 2011)
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka lebih
dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium internum
sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan
dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama.
Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva friedmen, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.
Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan (manuaba, 2010).
b. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berahir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama
dua jam dan pada multipara 1 jam.
1) Tanda dan Gejala kala II
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.
11
b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
c) Ibu merasakan semakin meningkatnya tekana pada rektum dan vagina.
d) Perineum terlihat menonjol.
e) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III persalinan dimulai setelah lahir bayi dan berahir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit
setelah bayi lahir, setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat. beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya.
Tanda-Tanda Lepasnya Plasenta:
1) Terjadi perubahan bentuk uterus dantinggi fundus uterus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah. Uterus berbentuk segitiga
atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada diatas pusat (seringkali
mengarah kesisi kanan).
2) Tali pusat memanjang.
3) Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah dalam
ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi
kapasitas tumpangnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas (Depkes, 2008).
12
d. Kala IV (kala pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lahir plasenta dan berahir 2 jam setelah proses
tersebut
Observasi yang harus dilakukan pada kal IV, yaitu :
1) Tingkat kesadaran.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernapasan.
3) Kontraksi uterus.
4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pascapersalinan, yaitu:
1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan
setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam
kedua pada kala IV.
2) Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit
dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.
3) Pantau suhu ibu satun kali dalam jam pertama dan satu kalin pada jam kedua
pascapersalianan.
4) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5) Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus,
juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek (Rohani
Dkk, 2011).
5. Proses Persalinan Normal
13
a. Jalan Lahir
b. Kekuatan Mengejan
c. Kepala Janin Mengalami Fleksi
d. Putar Paksi Dalam
e. Terjadi ekstensi dan ekspulsi
f. Putar paksi luar
g. His kala uri (plasenta)
h. His kala empat
i. Gejala lightening (perasan lebih ringan) (Bandiyah, 2009).
6. Prosedur Persalinan Normal
a. Melihat Tanda Dan Gejala Kala I
Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang
semakin meningkat pada rektum dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva
dan spingter anal membuka (Maemunah Dkk, 2009).
b. Lima benang merah dalam asuhan persalinan normal
Lima aspek dasar atau disebut Lima Benang Merah dirasakan sangat
penting dalam memberikan asuhan persalinan dan kelahiran bayi yang bersih dan
aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan baik normal maupun
patologis. Kelima aspek ini akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan,
mulai dari kala I sampai kala IV termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir.
Kelima benang merah tersebut adalah :
1) Membuat keputusan klinik.
2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
3) Pencegahan infeksi.
14
4) Pencatatan (rekam medik).
5) Rujukan.
7. Tujuan Asuhan Persalinan
Menurut saepudin, 2007 tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan
yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan yang bersih dan
aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
Menurut IBI, 2003 tujuan dari asuhan persalinan normal adalah mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
mulai berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
B. Konsep Dasar Asuhan Sayang Ibu Pada Persalinan
1. Pengertian Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Asuhan sayang ibu juga dengan memberikan asuhan yang aman,
berdasarka temuan dan turut meningkatkan angka kelangsungan hidup ibu
(Maemunah Dkk, 2009).
2. Prinsip-Prinsip Asuhan Sayang Ibu
a. Prinsip Umum Asuhan Sayang Ibu
1) Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang, serta
memberikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
2) Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya.
3) Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan
dukungannya.
15
4) Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tin
dakan yang sesuai jika diperlukan.
5) Siap dengan rencana rujukan.
b. Prinsip Dasar Asuhan Sayang Ibu
Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
menginstruksikan suami dan keluarga selama proses persalinan kelahiran bayi
(Rohani Dkk, 2011).
3. Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan:
a. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
b. Jelaskan semua asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan.
c. Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut dan khawatir.
e. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan ibu dan jangan menambah kekhawatiran ibu.
f. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan perasaan ibu beserta anggota
keluaga yang lain.
g. Anjurkan suami untuk menemani ibu dan atau anggota keluarga yang lain selama
persalinan dan kelahiran bayi.
h. Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara bagaimana dapat
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayi.
i. Lakukan pencegahan infeksi yang baik dan benar secara konsisten.
j. Hargai privasi ibu.
k. Anjurka pasien mencoba beberapa posisi selama persalinan dan kelahiran bayinya.
l. Anjurkan pasien untuk minum dan makan makanan ringan jika ibu
16
menginginkannya.
m. Hargai praktek-praktek tradisional dan ijinkan keluarga melaksanakannya sebatas
tidak memberi pengaruh yang merugikan.
n. Hindari tindakan rutinitas Berlebihan dan mungkin membahayakan seperti
episiotomi, pencukuran dan klisma.
o. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
p. Membantu pemberian ASI awal dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
q. Siapkan rencana rujukan (jika diperlukan).
r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi sebaik mungkin beseta bahan dan
perlengkapan termasuk obat-obatan yang dibutuhkan. Siap untuk mengerjakan
tidakan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi (Depkes, 2008).
4. Hal- hal yang termasuk Asuhan Sayang Ibu
Adapun hal-hal yang termasuk Asuhan Sayang Ibu adalah
a. Pendampingan Keluarga
Selama proses persalinan berlangsung, ibu membutuhkan teman dari
keluarga. Bisa dilakukan oleh suami, orang tua atau kerabat yang disukai oleh ibu.
Dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan sangat
membantu mewujudkan persalinan yang lancar.
b. Libatkan Keluarga
Keterlibatan keluarga dalam asuhan antara lain membantu ibu bergnti
posisi, teman bicara, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan
minuman, membantu dalam mengatasi rasa nyeri dengan memijat bagian lumbal/
pinggang belakang.
c. KIE Proses Persalinan
17
Penolong persalinan memberi pengertian tentang tahapan dan kemajuan
proses persalinan atau kelahiran janin pada ibu dan keluarga agar ibu tidak cemas
menhadapi persalinan. Mengurangi rasa cemas dengan cara memberi penjelasan
tentang prosedur dan maksude dari setiap tindakan yang akan dilakukan, memberi
kesempatan padfa ibu dan keluarga untuk bertanya tentang hal yang belum jelas,
menjelaskan setiap pertanyaan yang diajukan bila perlu dengan alat peraga,
memberi informasi apa yang dialami oleh ibu dan janinnya dalam hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan.
d. Dukungan Psikologi
Dukungan pisikologi dapat diberikan dengan bimbingan dan menanyakan
apakah ibu perlu pertolongan. Berikan kenyamanan, berusaha menenangkan hati
ibudalam menghadapi dan menjalani proses persalinan. Memberikan perhatian
agar dapat menurunkan rasa tegang sehingga dapat membantu kelancaran proses
persalinan.
e. Membantu Ibu Memilih Posisi
Posisi pada saat meneran tergantung pada keinginan ibu dalam memilih
posisi yang paling nyaman dirasakan ibu.
f. Cara Meneran
Penolong persalinan menganjurkan ibu untuk meneran bila ada dorongan
yang kuat dan spontan untuk meneran. Penolong tidak diperkenenkan meminta
ibu untuk meneran secara terus menerus tanpa mengambil napas saat meneran
atau tidak boleh meneran sambil menahan nafas. Penolong sebaiknya
menyarankan ibu untuk beristirahat dalam waktu relaksasi kontraksi. Hal ini
dimaksudkan untuk mengantisipasi agar ibu tidak kelelahan dan menghindari
18
resiko asfiksia (kekurangan O2 pada janin) karena suplai oksigen melalui plasenta
berkurang.
g. Pemberian Nutrisi
Ibu bersalin perlu diperhatikan pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit dan
nitrisi. Hal ini untuk mengantisifasi ibu mengalami dehidrasi. Dehidrasi pada ibu
bersalin dapat berpengaryh terhadap gangguan keseimbangn cairan dan elektrolit
yang penting artinya dalam menimbulkan kontraksi uterus (Sumarah Dkk, 2009).
5. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa Pasca Persalinan
a. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
b. Bantu ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan memberikan ASI sesuai dengan
yang diinginkan bayinya dan ajarkan tentang ASI eksklusif.
c. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah
melahirkan.
d. Anjurkan suami dan keluarganya untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran
bayi.
e. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya yang mkungkin
terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul masalah atau
kekhawatiran (Depkes, 2008).
C. Kecemasan
1. Pengertian
Cemas dalam istilah medisnya sering disebut dengan ansietas.
Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif,
yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya.
19
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari
yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram dan disertai
berbagai keluhan fisik (dalami, 2009).
2. Tingkat-Tingkat Kecemasan (Ansietas)
a. Ansietas ringan
Adalah berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
b. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untukmemusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cendrung untuk
memusatkanpada sesuatu yang terlihat dan spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal ini. Semua prilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu
area lain.
d. Tingkat panik dari ansietas
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sangant menyempit dan sudah
terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun telah diberikan pengarahan.
3. Gejala
20
Gejala gangguan kecemasan meliputi :
Perasaan cemas, Ketegangan, Ketakutan, Gangguan tidur, Gangguan kecerdasan,
Perasaan depresi (murung), Gejala somatik/fisik (otot), Gejala somatik/fisik
(sensorik), Gejala kardiofaskuler (jantung dan pembuluh darah), gejala respiratori
(pernapasan), gejala gastrointestinal (pencernaan), gejala urogenital (perkemihan
dan kelamin), gejala autonom, dan tingkah laku (sikap).
Pengalaman kecemasan (ansietas) memiliki dua komponen, yaitu:
a. Kesadaran adanya sensasi fsiologis (seperti berdebar-debar dan berkeringat.
b. Kesadaran sedang gugup atau ketakutan.
Disamping efek motorik dan visceral, kecemasan mempengaruhi berpikir,
persepsi dan belajar.kecemasan cendrung menghasilkan kebingungan dan
distorsi persepsi, tidak hanya pada ruang dan waktu tetapi pada orang dan arti
peristiwa. Distorsi tersebut dapat mengganggu belajar dengan menurunkan
kemampuan,menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan untuk
menghubungkan satu hal dengan hal lain (Murwani, 2009).
4. Alat Ukur Tingkat Kecemasan
Alat ukur kecemasan menggunakan HRS-A (Hamilton Rating Scale
Foranxiety).yang terdiri atas 14 kelompok gejala. Hasil penilaian total skor :
Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan
14-20 : kecemasan ringan
21-27 : kecemasan sedang
28-41 : kecemasan berat
42-56 : kecemasan berat sekali (hidayat, 2011).
D. Hubungan Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dengan Tingkat Kecemasan Pada Ibu
21
Bersalin.
Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa
sakit. semua orang sependapat bahwa rasa takut menyebababkan ketegangan, stres dan
kecemasan, semuanya membuat rasa sakit semakin buruk, dan bahkan menciptakan rasa
sakit ditempat yang tidak sakit. Informasi, pengetahuan dan dukungan bisa menjangkau
jarak yang jauh untuk membuang rasa takut dan cemas dan juga akan membantu
mengurangi rasa sakit. Pengurangan rasa nyeri dalam persalinan diantaranya:
1. Pemenuhan kebutuhan fisik
2. Kehadiran seorang pendamping
3. Keringannan dari rasa sakit
4. Penerimaan atas sikap dan perilakunya
5. Pemberian informasi tentang proses persalinan dan hasil persalinannya (fauziah,
2012).
E. Penelitian Terkait
Penelitian serupa dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilkukan oleh Fatimah
(2007) tentang “gambaran penerapan asuhan sayang ibu pada ibu bersalin di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2007”. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
mengevaluasi penerapan asuhan sayang ibu pada ibu bersalin di RSUD arifin Achmad
pekanbaru.
Penelitianan ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu bersalin yang melahirkan di RSUD Arifin Achmad, pengambilan
sampel penelitian ini menggunakan accidental sampling dengan jumlah 43 jiwa,
pengumpulan data langsung melalui responden yang diteliti dengan menggunakan
kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
penerapan asuhan sayang ibu pada ibu bersalin adalah diterapkan, terlihat dari penerapan
asuhan sayang ibu pada ibu bersalin adalah 72,2 %, ini terlihat dari 13 poin asuhan
sayang ibu yang diterapkan.. Sedangkan jenis penelitian yang akan digunakan oleh
22
peneliti pada penelitian ini adalah analitik korelasional dengan menggunakan pendekatan
study cross sectional.
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang
satu dengan variabel yang lain. Dengan adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita
untuk menganalisis hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini kerangka
konsep menerangkan tentang hubungan pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu dengan tingkat
kecemasan pada ibu bersalin.
Skema 2.1Kerangka konsep
Hubungan Pelaksanaan Asuhan Sayang IbuDengan tingkat kecemasan pada ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad
Tahun 2011
Variabel independen Variabel dependen
G. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian tentang
hubungan antara 2 variabel atau lebih, biasanya hipotesis terdiri dari pertanyaan terhadap
variable independen dan dependen (Notoatmodjo, 2003).
Ha : Adanya hubungan pelaksanaan asuhan sayang ibu dengan tingkat kecemasan
pada ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012.
Ho : Tidak adanya hubungan pelaksanaan asuhan sayang ibu dengan tingkat
kecemasan pada ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012.
Tingkat kecemasan pada ibu bersalinAsuhan Sayang Ibu
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
analitik korelasional dengan menggunakan pendekatan study cross sectional.
pada study cross sectional di mana subjek di observasi satu kali saja melalui
pengukuran atau pengamatan pada saat yang bersamaan dengan tujuan untuk melihat
variable bebas (Independent) dan variable terikat (Dependent) yang dilakukan pada saat
pengolahan data (Notoatmodjo, 2005).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Irna Camar I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Tahun 2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011- Juni 2012
24
Tabel 3.1Jadwal Kegiatan Penelitian
No
BulanUraian Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
Kegiatan 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012
1Pengajuan Judul
2Pembuatan Proposal
3 Ujian Proposal
4Persiapan Izin Lokasi
5Pengurusan Surat Izin
6Pengumpulan Data
7Pengolahan Data
8 Analisa Data 9 Ujian Hasil 10 Perbaikan KTI
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik
yang ditentukan (Riyanto, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
bersalin yang melahirkan di RSUD Arifin Achmad tahun 2011 dengan jumlah 1022
orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
populasi (Riyanto, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu bersalin yang
melahirkan di RSUD Arifin Achmad dengan jumlah sampel 91 orang yang diambil
dari 1022 orang dengan rumus sebagai berikut :
a. Besar Sampel
25
Keterangan :
n : Besar Sampel
N: besar populasi
d : tingkat kepercayaaan
n= 1022
1+1022(0,1)2
n= 10221+1022(0,01)
n= 10221+10,22
n= 102211,22
n=91 , 08
Jadi sampel yang diteliti adalah 91 orang .
3. Sampling
Sampling adalah tehnik pengambilan sampel. Tehnik pengambilan sampel
yang akan digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah accidental sampling,
yakni cara pengambilan sampel dengan mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia (Riyanto, 2011).
D. Etika Penelitian
n= N
1+N (d)2
26
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan
sebelum penelitian dilakukan. informed consent tersebut diberikan sebelum
penelitian di lakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian dan mengetahui dampaknya.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan Memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011).
E. Alat Pengumpul Data
27
1. Alat Ukur
Alat ukur atau instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Insrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini
adalah kuisioner. Kuisioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan
baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan
memberikan tanda-tanda tertentu. Kuisioner terdiri dari 30 pertanyaan yaitu jawaban
ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0.
Dalam penelitian ini macam kuisioner yang digunakan adalah closed ended
question (pertanyaan tertutup) dari data husus. Pertanyaan terutup (closed enden
question) berbentuk dichotomous choice. Pertanyaan berbentuk dichotomous choice
yaitu pertanyaan yang hanya menyediakan 2 jawaban atau alternatif dan responden
hanya memilih satu diantaranya, pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui
pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu dan untuk mengetahui pengaruh terhadap proses
persalinan pada ibu melahirkan (Notoatmodjo, 2005).
2. Kisi-Kisi Kuisioner
Tabel 3.2Kisi – Kisi Kuesioner Penelitian
Faktor Item Jumlah Soala. Variabel bebas:
Pelaksanaan asuhan sayang ibu
b. Variabel bebasTingkat kecemasan pada ibu bersalin
1-18
19-45
18 soal
27 soal
Jumlah 45 45 soal
28
F. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
a. Menetapkan waktu dan tempat penelitian.
b. Mengurus surat izin penelitian yang di buat oleh kampus STIKes Payung Negeri,
di lanjutkan ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
c. Meminta izin kepada kepala ruangan camar 1 RSUD Arifin Achmad Pekanbaru..
d. Meminta responden untuk menandatangani lembaran persetujuan sebagai
responden.
e. Membagikan kuisioner dan menjelaskan cara pengisian kuesioner.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penelitian dilaksanakan pada bulan 2012.
b. Mengumpulkan responden yaitu seluruh Ibu bersalin.
c. Setelah pengumpulan data selesai di lanjutkan dengan penyeleksian data.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang
diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).
29
Tabel 3.3Definisi operasional
No Variabel Defenisi Operasional
Cara Ukur Skala Ukur
Hasil Ukur
1 Variabel bebas:Pelaksanaan asuhan sayang ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Kuesioner Ordinal 1. Baik, Jika nilai ≥ 50%
2. Tidak Baik, jika nilai ≤ 50%
2 VariabelTerkait:Tingkat
kecemasan pada ibu bersalin
Respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui penyebabnya.
Kuesioner Ordinal 1. ibu cemas jika nilai ≥ 14
2. ibu tidak cemas jika nilai ≤ 14
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul, dianalisa kemudian data
diolah dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan (Editing)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang di
peroleh atau dikumpulkan.
b. Kode (Coding)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori.
30
c. Memasukkan data (Data entry)
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah di kumpulkan
kedalam master tabel atau database computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.
(Hidayat, 2011)
2. Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data secara akurat.
a. Analisis Univariat
Digunakan untuk mengetahui gambaran persentase dari masing-masing
variabel penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi (Imron dan Munif,
2010).
Dalam penelitian ini variabelnya ada 2, yaitu variabel pelaksanaan Asuhan
Sayang Ibu dan Variabel tingkat kecemasan pada ibu bersalin.
Rumus untuk mengetahui gambaran persentase dari variabel pelaksanaan
Asuhan Sayang Ibu adalah sebagai berikut :
Ket: P = persentase
F = jumlah jawaban benar dari responden
N = jumlah soal
Untuk menentukan nilai variabel tingkat kecemasan menggunakan HRS-A
(Hamilton Rating Scale Foranxiety). yang terdiri atas 14 kelompok gejala. Hasil
penilaian total skor :
P= FN
x 100 %
31
Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan
14-20 : kecemasan ringan
21-27 : kecemasan sedang
28-41 : kecemasan berat
42-56 : kecemasan berat sekali
(Hidayat, 2011)
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel x
dan variabel y. Sedangkan untuk mengetahui signifikansi-nya (derajat sebagai
hasil atau nilai yang tidak dapat terjadi karena peluang, tetapi dapat dihubungkan
dengan penyebab atau pengaruh khusus) untuk data nominal dan atau ordinal
dapat digunakan uji chi square (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini variabel x (Asuhan Sayang Ibu) dan variabel y (tingkat
kecemasan). Merupakan data kategorikal (ordinal-ordinal), sehingga uji yang
digunakan adalah chi square dengan α = 0,05 dan tingkat kepercayaan (comfident
interval) 95%.
Tabel 3.4Uji Chi-Square Hubungan Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu
Dengan tingkat kecemasan pada ibu bersalin
Tingkat kecemasan
Asuhan sayang ibu
cemas Tidak cemas N
Baik a b a+b Tidak baik c d c+dN a+c b+d a+b+c+d
32
Keterangan :
Sel a yaitu jika asuhan sayang ibu dilaksanakandengan baik maka ibu cemas
Sel b yaitu jika asuhan sayang ibu dilaksanakan dengan baik maka ibu tidak cemas
Sel c yaitu jika asuhan sayang ibu dilaksanakan tidak baik maka ibu cemas
Sel d yaitu jika asuhan sayang ibu dilaksanakan tidak baik maka ibu tidak cemas
Keterangan :
Rumus yang digunakan untuk uji chi squre atau Rumus Uji Kuadrat (X2) adalah :
dk = (b-1)(k-1)
= (2-1)(2-1)
= 1 → α = 0,05 hasil x2 tabel 3,84 (Machfoedz, 2008)
Jika x2 hitung > x2 tabel, maka hipotesa 0 ditolak, yang artinya Terdapat hubungan antara
pelaksanaan asuhan sayang ibu dengan tingkat kecemasan pada ibu bersalin
Jika x2 hitung < x2 tabel, maka hipotesa 0 diterima, yang artinya Tidak ada hubungan
antara pelaksanaan asuhan sayang ibu dengan tingkat kecemasan pada ibu bersalin.
X2=¿
N {( ad−bc )−N2 }2
(a+b) (c +d )( a+c )(b+d )¿