BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutaan di Indonesia merupakan bencana Nasional. Sebab kebutaan
menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak pada
kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan
pendidikan orang buta. Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 – 1996,
angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 %. Angka ini menempatkan
Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor
dua di dunia pada masa itu.
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari
jumlah penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan
mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun,
ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika
mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari
penderita justru merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa
berlebih.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak
memicu kita dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup,
lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang
dapat merusak akan membuta kita terhindar dari berbagai jenis penyakit
dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya penyembuhan.
Sehingga penting bagi kita sebagai mahasiswa keperawatan untuk
memahami asuhan keperawatan pada klien dengan katarak.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit katarak?
2. Bagaimana konsep proses keperawatan pada katarak?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada
klien dengan katarak.
1.3.2 Tujuan khusus
Agar mahasiswa mampu :
1. Mengidentifikasi definisi dari katarak
2. Mengidentifikasi etiologi dari katarak
3. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari katarak
4. Mengidentifikasi patofisiologi dari katarak
5. Mengidentifikasi proses keperawatan dari katarak
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT KATARAK
1. PENGERTIAN
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. (Ns Indriana.
2005: 128)
2. KLASIFIKASI
a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul
pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada
waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus,
toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, galaktosemia. Ada pula
yang menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti
mikroftalmus, aniridia, koloboma, keratokonus, ektopia lentis,
mengalokornea, heterokronia iris. Kekeruhan dapat dijumpai
dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten, katarak Polaris
anterior, posterior, katarak aksialis, katarak zonularis, katarak
stelata, katarak totalis dan katagrak kongenita membranasea. (Ns
Indriana. 2005. Hal 129)
b. Katarak Primer
Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu katarak
juvenilis (umur <20 tahun), katarak presenilis (umur sampai 50
3
tahun) dan katarak senilis (umur >50 tahun). Katarak primer di
bagi menjadi 4 stadium:
a) Stadium Insipen
Jenis katarak ini adalah stadium paling dini. Visus belum
terganggu, dengan koreksi masih bisa 5/5-5/6. Kekeruhan
terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak
seperti jari-jari roda.
b) Stadium Imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, terutama
terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus
lensa. Shadow test positif. Saat ini mungkin terjadi hidrasi
korteks yang menyebabkan lensa menjadi cembung sehingga
indeks refraksi berubah dan mata menjadi miopia. Keadaan
ini disebut intumesensi. Cembungnya lensa akan mendorong
iris ke depan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi
sempit dan menimbulkan komplikasi glaucoma.
c) Stadium Matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan
berukuran normal kembali. Saat ini lensa telah keruh
seluruhnya sehingga semua sinar yang masuk pupil
dipantulkan kembali. Shadow test negative. Di pupil tampak
lensa seperti mutiara.
d) Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni)
Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga
nucleus lensa turun karena daya beratnya. Melalui pupil,
nucleus terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian
bawah dengan warna berbeda dari yang di atasnya yaitu
kecoklatan. Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa yang
menjadi lebih permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan
4
lensa menjjadi kempis yang di bawahnya terdapat nukleus
lensa. Keadaan ini disebut Katarak Morgagni. (Ns Indriana.
2005. Hal 130-132)
c. Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari
penyakit lain. Penyebab katarak jenis ini adalah:
1) Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaukoma,
ablasio, retgina yang sudah lama, uveitis, myopia maligna.
2) Penyakit sistemik, diabetes melitus, hipoparatiroid,
sindrom Down, dermatitis atopic.
3) Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing di dalam
mata, terpajan panas yang berlebihan, sinar-X, radioaktif,
terpajan sinar matahari, toksik kimia.
Merokok meningkatkan risiko berkembangnya katarak, demikian
pula dengan peminum berat. Kadang-kadang katarak terjadi lagi
setelah operasi jika kapsul lensa ditinggalkan utuh selama
operasi katarak (deWit, 1998). (Ns Indriana. 2005. Hal 133)
3. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 5-10 juta indifidu mengalami kerusakan
penglihatan akibat katarak setiap tahun (newell, 1986). Di USA sendiri
300. 000 – 400.000 ekstraksi mata tiap tahunnya. Insiden tertinggi
pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua.
4. ETIOLOGI
a. Transparansi lensa rusak akibat luka atau tertumbuk katarak
traumatik ( Zat kimia dinitrophenol, naphthalene, pewarna
rambut dll.)
5
b. Terjadi pada saat lahir Katarak congenital
c. Akibat penyakit mata/penyakit sistemik lainnya katarak
sekunder
( DM, galaktosemia )
d. Rokok dan konsumsi alcohol meningkatkan resiko katarak
e. Uveitis
f. Gangguan okuler
Penyakit siskemik (medical-surgical nursing. Buyd, mildred, dkk. Hal
140)
5. PATOFISIOLOGI
Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak
merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air,
peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat
larut menjadi tidak larut. Pada proses penuaan lensa secara bertahap
kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan
densiasnya. Peningkatan densitas diakbi\atkan oleh kompresi sentral
serat lensa yang lebih tua. Serat-serat lensa yang baru di produksi oleh
portex, serat lensa di tekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang
padat lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidak
terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak
diatas menyebabkan gangguan metabolism pada lensa mata. Gangguan
metabolism ini menyebabkan perubahan bahan-bahan yang ada dalam
lensa dan akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat
berkembang di berbagai lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar
yang masuk melalui kornea di halangi oleh lensa yang keruh atau
buram, kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada
retina. Akibatnya otk menginterprestasikan sebagai bayangan yang
terkabul. Pada katarak yang tidak di terapi, lensa mata meliputi susu,
6
kemudian berubah kunig, bahkan menjadi coklat atau hitam dank lien
mengalami kesulitan dalam membedakan warna. (Ns Indriana. 2005.
Hal 133)
6. KOMPLIKASI
Pada hordeolum yang besar dapat disertai selulitis dari palpebra
atau orbita sehingga keadaan umumnya lebih terganggu.
a. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk
jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang/alergi.
b. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik
matasehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan. (Ns
Indriana. 2005. Hal 130)
7. GEJALA KLINIK
- Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
- Setelah katarak bertambah matang maka retina menjadi semakin
sulit dilihat sampai akhirnya refleks fundus tidak ada dan pupil
berwarna putih.
- Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil (Ns Indriana.
2005.)
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN HASIL
Selain uji mata yang biasa, keratometri, dan pemeriksaan lampu
slit dan oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan
hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya
bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel
endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk
dilakukan fakoemulsifikasi dan inplantasi IOL. (bruner and suddarth.
2002. Hal 1997)
7
9. PENATALAKSANAAN : PEMBEDAHAN
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 %
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat
struktur mata selama pembedahan. (Bruner and suddarth. 2002.)
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan (Ns Indriana. 2005. Hal 138)
a. Anamnesis :
- Nama :-
- Umur :
Pada bayi 0-1 bulan ( katarak kongenital)
Umur: <20 tahun (katarak juvenilis)
Umur : 50 tahun (katarak presenilis)
Umur : >50 tahun ( katarak senilis)
- Jenis kelamin:-
- Alamat :-
- Agama:-
- Pekerjaan: pada pekerja laboratorium atau yang berhubungan
dengan bahan kimia atau terpapar radio aktif/sinar-X.
b. Riwayat penyakit terdahulu: beberapa jenis katarak komplikata
terjadi akibat penyakit mata yang lain.
Adanya riwayat penggunaan obat-obatan.
c. Riwayat penyakit sekarang : penurunan pandangan,
8
Kekeruhan pada lensa. Pandangan kabur, berkabut dan pandangan
berganda.
d. Keluhan utama :
Pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta pandangan kabur atau redup penglihatan,dan susah melihat di
malam hari.
2. Pemeriksaan fisik :
B1(breathing) : -
B2 (blood) : TD meningkat (pasien dengan DM)
B3(brain) : gangguapengihatan kabur/tak jelas,sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer .
B4(bladder) ;-
B5(bowel) : -
B6(bone) : -
3. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan sensori perceptual (visual ) yang berhubungan dengan
kekeruhan pada lensa.
b. Resiko cedera yang behubungan dengan penurunan visus, umur
atau berada pada lingkungan yang tidak dikenal.
c. Isolasi social yang erhubungan degan penurunan tanjam
penglihatan, takut, cedera, penurunan kemampuan mengendalikan
komunitas atau takut malu.
d. Takut yang berhubungan dengan kehilangan pandangan komplet,
jadwal pembedahan dan ketidakmampuan mendapatkan
pandangan.
9
e. Resiko cedera yang berhubungan dengan komplikasi pasca
operasi, seperti perdarahan dan peningkatan tekanan intra okuler.
f. Defisist perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
visual, ketidakmampuan akibat pasca operasi.
4. Intervensi keperawatan
a. Perubahan sensori perceptual (visual ) yang berhubungan dengan
kekeruhan pada lensa.
Tujuan :
Klien akan mendemonstrasi peningkatan kemampuan untuk
memproses rangsangan visual dan mengkomunikasikan
pembatasan pandangan.
Intervensi :
Kaji dan dokumentasi ketajaman penglihatan (visus) dasar.
R/ menentukan seberapa bagus visus pasien.
Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak
bisa dilihat oleh klien.
R/.memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan
bagaiman hal tersebut mempengaruhi perawatan.
Orientasikan klien pada lingkungan.
R/. memfasilitasi kebebasan bergerak dengan aman.
Letakkan alat-alat yang sering digunakan dalam pendangan
klien(teko,tissue).
R/. mengembalikan tindakan independen dan meningkatkan
keamanan.
Cegah glare(sinar yang menyilaukan).
R/.mencegah distress. Katarak akan memecah sinar lampu
yang menyebabkan distress.
10
b. Resiko cedera yang behubungan dengan penurunan visus, umur
atau berada pada lingkungan yang tidak dikenal.
Tujuan :
Klien mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan
resiko cedara (jatuh).
Klien mampu mengidentifikasi dan menyingkirkan benda-
benda berbahaya dari lingkungan.
Klien melaporkan tidak mengalami cedera(jatuh).
Klien mampu mncegah aktivitas yang meningkatkan resiko
cedera.
Klien mampu mengguanakan peralatan yang mencegah
cedera.
Intervensi :
Kurangi resiko bahaya dari lingkungan.
R/. mencegah cedera
Dorong klien untuk menggunakan peralatan adaptif
(tongkat,walker) untuk ambulasi sesuai kebutruhan.
R/.memberikan sumber stabilitas.
Tekanan penting mengguankan pelindung mata saat
melakukan aktivitas beresiko .
R/. mencegah cedera
Beritahu klien untuk mengubah posisi secara perlahan
R/. mencegah pusing.
c. Resiko cedera yang berhubungan dengan komplikasi pasca operasi
seperti perdarahan , dan peningkatan tekanan intra okuler.
Tujuan :
Tidak terjadi perdarahan intra okuler dan peningkatan tekanan
intra okuler.
Intervensi :
11
Ajarkan tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan
pada dokter dengan segera.
Instruksikan klien untuk tidak mengejan saatdefekasi; dorong
untuk menggunakan susu magnesium atau pencahar.
Cuci tangan secara tepat sebelum meneteskan obat mata atau
mengganti balutan;betitahu klien untuk mencuci tangan
sebelum menyentuh daerah mata.
Instruksikan klien untuk mencegah pergerakan cepat atau
mendadak danmembungkuk.
Ingat kien untuk tidak berbaring pada sisi yang sakit.
Dorong klien untuk mencari bantuan atau ambulasi saat
pandanga kabur.
5. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat
6. Evaluasi keperawatan
1) Klien dapat mempertahankan visus optimal.
2) Tidak terjadi komplikasi.
3) Klien Mmpu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman .
4) Klien mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyakit
dan penatalaksanaan.
BAB 3
12
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari
jumlah penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan
mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata
berembun, ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda
ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di
siang hari penderita justru merasa silau karena cahaya yang masuk ke
mata terasa berlebih.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak
memicu kita dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya
hidup, lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan
kimia yang dapat merusak akan membuta kita terhindar dari berbagai jenis
penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya
penyembuhan.
Untuk itu sebagai perawat tentunya kita harus menegakkan asuhan
keperawatan yang benar agar tidak memperburuk keadaan klien.
1.2 Saran
Tugas yang diberikan terlalu spesifik, sehingga ada kendala dalam
mencari materi yang berhubungan. Selain itu, kurangnya buku sumber di
perpustakaan juga menjadi kendala besar, karena mahasiswa hanya
bergantung pada buku sumber di perpustakaan.
Sehingga mahasiswa menyarankan agar buku sumber di perpustakaan
diperbanyak dan di-upgrade sesuai dengan topik atau materi yang
diberikan.
Daftar Pustaka
13
Ns. Indriana N. Istiqomah, S.Keb. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Price & Wilson.2005. Patofisiologi Anatomi Buku (1).Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzane C dan Brenda G. Bare.1996. Keperawatan Medikal – Bedah.Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta : EGC.
14
Top Related