8/14/2019 ASKPEP DHF
1/24
BAB I
PENDAHULUAN
Keping darah, lempeng darah, trombosit atau platelet, adalah fragmen sel yang
tersirkulasi dalam darah yang terlibat dalam mekanisme hemostatis tingkat sel yang
menimbulkan pembekuan darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit
dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan risiko
trombosis. trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran
lebih kesil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. jumlah
trombosit adalah 200000-300000 keping/mm darah.
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Virus yang masuk kedalam tubuh akan menurunkan fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan
hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
1
8/14/2019 ASKPEP DHF
2/24
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF
A. PENDAHULUAN
1. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanparuam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yangmenyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.
(Sir,Patrick manson,2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus
yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yangterdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.
2. Etiologi
a. Virus dengue sejenis arbovirus.
b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4
ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang,
bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabilpada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan
serotif yang paling banyak.
2
8/14/2019 ASKPEP DHF
3/24
3. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akanbereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,duapeptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai
factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasmamelalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat ,terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis
hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dindingpembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.
4. Tanda dan gejala
a. Demam tinggi selama 5 7 hari
b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f. Sakit kepala.
g. Pembengkakan sekitar mata.
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
3
8/14/2019 ASKPEP DHF
4/24
5. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
6. Klasifikasi
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni
dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit
seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan systemsirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan
penderita gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan
yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %
4
8/14/2019 ASKPEP DHF
5/24
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)
8. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak .
c. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan
intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter,korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
e. Anti konvulsi jika terjadi kejang
f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
5
8/14/2019 ASKPEP DHF
6/24
8/14/2019 ASKPEP DHF
7/24
3. Intervensi
Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah diagnosa
keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa diberikan menuruttindakan yang bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip
rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan :
a. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.
Tujuan :
Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil :
Volume cairan tubuh kembali normal
Intervensi :
1) Kaji KU dan kondisi pasien
2) Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )
3) Observasi tanda-tanda dehidrasi
4) Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus
5) Balance cairan (input dan out put cairan)
6) Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak
7) Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh keringat.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Tujuan
Hipertermi dapat teratasi
Kriteria hasil
Suhu tubuh kembali normal
7
8/14/2019 ASKPEP DHF
8/24
Intervensi
1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh
2) Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak
3) Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat sepertiterbuat dari katun.
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 2000 cc per
hari
6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidakada nafsu makan.
Tujuan
Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil
Intake nutrisi klien meningkat
Intervensi
1) Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
2) Timbang berat badan klien tiap hari
3) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering
4) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual
5) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.
7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.
8
8/14/2019 ASKPEP DHF
9/24
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Tujuan
Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat
Kriteria hasil
Klien mengerti tentang proses penyakit DHF
1) Kaji tingkat pendidikan klien.
2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF
3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes.
4) beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau diketahuinya.
5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia.
Tujuan
Perdarahan tidak terjadi
Kriteria hasil
Trombosit dalam batas normal
Intervensi
1) Kaji adanya perdarahan
2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)
3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.
4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien
5) Monitor hasil darah, Trombosit
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra vena.
9
8/14/2019 ASKPEP DHF
10/24
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan
Shock hipovolemik dapat teratasi
Kriteria hasil
Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.
Intervensi
1) Observasi tingkat kesadaran klien
2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).
3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan)
4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.
4. Evaluasi.
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan
keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi
proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap harisedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu
pada kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi :
a. Suhu tubuh dalam batas normal.
b. Intake dan out put kembali normal / seimbang.
c. Pemenuhan nutrisi yang adekuat.
d. Perdarahan tidak terjadi / teratasi.
e. Pengetahuan keluarga bertambah.
f. Shock hopovolemik teratasi APBI : 2004
10
8/14/2019 ASKPEP DHF
11/24
BAB III
PURPURA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
o PURPURA adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit /
selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab
yang tidak diketahui. (PURPURA pada anak tersering terjadi pada umur 2 8 tahun),
lebih sering terjadi pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2).
o PURPURA adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.
(Perawatan Pediatri Edisi 3)
o PURPURA adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit
yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal.
2. ETIOLOGI
a. Penyebab pasti belum diketahui (idiopatik).
b. Tetapi kemungkinan akibat dari:
o Hipersplenisme.
o Infeksi virus.
o Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon,
diamokkina, sedormid).
o Bahan kimia.
11
8/14/2019 ASKPEP DHF
12/24
o Pengaruh fisi (radiasi, panas).
o Kekurangan factor pematangan (malnutrisi).
o Koagulasi intra vascular diseminata CKID.
o Autoimnue.
3. JENIS PURPURA
a. Akut.
o Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
o Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi spontan).
o Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
b. Kronik
o Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis.
o Awitan tersembunyi dan berbahaya.
o Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
o Bentuk ini terutama pada orang dewasa.
c. Kambuhan
o Mula-mula terjadi trombositopenia.
o Relaps berulang.
o Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.
12
8/14/2019 ASKPEP DHF
13/24
4. MANIFESTASI KLINIS
Awitan biasanya akut dengan gambaran sebagai berikut:
a. Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen.
b. Secara spontan timbul petekie dan ekimosis pada kulit.
c. Epistaksis.
d. Perdarahan mukosa mulut.
e. Menoragia.
f. Memar.
g. Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan.
h. Hematuria.
i. Melana.
5. PATOFISIOLOGI
PURPURA adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum
terjadi. PURPURA adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah
trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Penyebab sebenarnya tidak
diketahui, meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak trombosit. Pada
umumnya gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 6 minggu
sebelum timbul gejala. Gangguan ini dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu akut,
kronik dan kambuhan. Pada anak-anak mula-mula terdapat gejala diantaranya demam,
perdarahan, petekie, Purpura dengan trombositopenia dan anemia.
13
8/14/2019 ASKPEP DHF
14/24
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin,
hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).
b. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
c. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.
d. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda dapat bertambah dengan
maturation arrest pada stadium megakariosit.
e. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal,
prothrombin consumption memendek, test RL (+).
7. PENATALAKSANAAN
a. PURPURA Akut
o Ringan: observasi tanpa pengobatan sembuh spontan.
o Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka
berikan kortikosteroid.
o Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
o Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
b. PURPURA Menahun
o Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
14
8/14/2019 ASKPEP DHF
15/24
Missal: prednisone 2 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap
kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
o Imunosupressan: 6 merkaptopurin 2,5 5 mg/kgBB/hari peroral.
- Azatioprin 2 4 mg/kgBB/hari per oral.
- Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
o Splenektomi.
- Indikasi:
o Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 3
bulan.
o Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid
saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
o Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu
dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
- Kontra indikasi:
o Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat
diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan
thymus)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan.
15
8/14/2019 ASKPEP DHF
16/24
o Petekie terjadi spontan.
o Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
o Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
o Menoragie.
o Hematuria.
o Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas / istirahat.
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
- toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda : takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
- kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat.
- palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan
transfuse darah.
16
8/14/2019 ASKPEP DHF
17/24
8/14/2019 ASKPEP DHF
18/24
Tanda : takipnea, dispnea.
l. Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas
pembawa oksigen darah.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
e. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatanberhubungan dengan salah interpretasi informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan:
o Menghilangkan mual dan muntah
Criteria standart:
o Menunjukkan berat badan stabil
18
8/14/2019 ASKPEP DHF
19/24
Intervensi keperawatan:
o Berikan nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas.
Rasional: mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
o Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan
kalori.
o Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.
Rasional: anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat badan
dan malnutrisi yang serius.
o Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
o Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
Tujuan:
o Tekanan darah normal.
o Pangisian kapiler baik.
Kriteria standart:
19
8/14/2019 ASKPEP DHF
20/24
o Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
Intervensi keperawatan:
o Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan
dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
o Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
o Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang.
Rasional: dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
o Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas.
Rasional: dispne karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi curah
jantung.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas
pembawa oksigen darah.
Tujuan:
o Mengurangi distress pernafasan.
Criteria standart:
o Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
Intervensi keperawatan:
o Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman dan irama.
20
8/14/2019 ASKPEP DHF
21/24
Rasional: perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris) dapat
menindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh pernafasan yang
membutuhkan upaya intervensi.
o Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman.
Rasional : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan
menurunkan resiko aspirasi.
o Beri posisi dan Bantu ubah posisi secara periodic.
Rasional: meningkatkan areasi semua segmen paru dan mobilisasikan sekresi.
o Bantu dengan teknik nafas dalam.
Rasional: membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan:
o Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Criteria standart:
o Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi keperawatan:
o Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal, catat laporan
kelemahan, keletihan.
Rasional: mempengaruhi pilihan intervensi.
o Awasi TD, nadi, pernafasan.
21
8/14/2019 ASKPEP DHF
22/24
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
emmbawa jumlah oksigen ke jaringan.
o Berikan lingkungan tenang.
Rasional: meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh.
o Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
Rasional : hipotensi postural / hipoksin serebral menyebabkan pusing, berdenyut
dan peningkatan resiko cedera.
e. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
Tujuan:
o Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Criteria standart:
o Menyatakan pemahaman proses penyakit.
o Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.
Intervensi keperawatan:
o Berikan informasi tntang PURPURA. Diskusikan kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe dan beratnya PURPURA.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga / pasien dapat
membuat pilihan yang tepat.
o Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional: ketidak tahuan meningkatkan stress.
22
8/14/2019 ASKPEP DHF
23/24
o Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan
memperburuk PURPURA.
Rasional : merupakan kekwatiran yang tidak diungkapkan yang dapat
memperkuat ansietas pasien / keluarga.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan sesuai dengan PURPURA dengan intervensi yang sudah ditetapkan
(sesuai dengan literature).
5. EVALUASI
Penilaian sesuai dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan
perencanaan.
C. LITERATUR PURPURA
Betz L. Cecily, dkk. 2002.Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Nettina M. Sandra. 1996.Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
23
8/14/2019 ASKPEP DHF
24/24
BAB IV
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
a. DHF
DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbavirus (arthropodborn Virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes albopictus dan aedes aegypti).
Manifestasi dari DHF:
1. Demam yang tinggi mendadak yang berlangsung slama 2-7 hari2. Pendarahan trauma pada kulit
3. Hepatomegali
4. Anoreksia/ muntah-muntah
5. Nyeri perut, nyeri pada otot dan tulang6. Sakit kepala
7. Nadi cepat dan lemah (< 20 mmHg)
8. Kulit dingin9. Anak gelisah
10. Lidah kotor dan susah BAB
Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berbanding kehilangan volume cairan aktif (mual, muntah)2. Hyperthermia berbanding penyakit
3. Nyeri akut berbanding Agen Indera Biologi
b. Purpura
adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir
dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui.
B. SARAN
Dengan Makalah ini semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dari pengetahuan tentangpenyakit DHF dan Purpura. Kita sebagai tenaga kesehatan harus mampu dan memahami konsep
dan segala sesuatu dan1 bagaimana kita merawat dan mengobati pasien dengan penderita DHF
dan Purpura.
Selain itu kita harus mencegah agar penyakit Tersebut agar tidak menyebar atau menjangkit kita
dan masyarakat sekitar dengan cara menjaga kebersihan lingkungan