Tugas : KMB II
Dosen : La Rangki, S.Kep
Asuhan Keperawatan Pada Pasien
“ Amputasi “
Disusun Oleh : Kelompok 2
RASAP JASENG WD. YUYUN ANGGRAINI
WD. YUL SARTIKA LILI ASMIN
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2011 / 2012
KATA PENGANTAR
“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PPOK” ini dapat terselesaikan sebagaimana
yang diharapkan.Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya
hingga hari kiamat.
Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan mengenai
KMB mengenai Asuhan Keperawatan pada berbagai penyakit khuusnya Asuhan Keperawatan
Pada Pasien PPOK.Oleh karena itu, penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat
mendukung salah satu indikator pembelajaran KMB.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini masih
banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan makalah ini.Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini
dapatbermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”.
Raha, Oktober 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………….. 1
B. Permasalahan …………………………………………….. 1
C. Tujuan ………………………………………………………. 1
D. Metode Penulisan…………………………………………….
BAB II : TINJAUAN TEORITIS………………………………………...
A. Pengertian ……………………………..………………… 2
B. Anatomi & Fisiologi…………………………………………..
C. Etiologi..............................…………………………………. 2
D. Manifestasi Klinis…………………………………………….
E. Patofisiologi………………………………………………….
F. Komplikasi ............................................................................. 3
G. Pemerikasaan Penunjang……………………………………..
H. Penatalaksanaan Medis………………………………………
BAB III : KONSEP ASKEP PADA PASIEN PPOK………………………
A. Pengkajian ……………………………………………..……
B. Diagnosa……………………………………………………
C. Perencanaa………………………………………………….
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………
B. Saran……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah
tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi
organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ
tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau
keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menunaikan atau menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penyakit Amputasi tersebut
b. Untuk mengetahui etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi,
pemeriksaan penunjang serta penetalaksanaan medis dari penyakit Amputasi
c. Untuk mengatahui cara penanganan penyakit tersebut.
C. Rumusan Masalah
Masalah yang timbul dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Apa devenisi dari penyakit Amputasi ?
2. Apa etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan penunjang
serta penetalaksanaan medis dari penyakit Amputasi ?
3. Bagaimana cara penanganan penyakit Amputasi itu sendiri ?
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini adalah dengan melakakan metode pustaka, taitu
dengan mencari reverensi – reverensi melalui buku – buku atau internet sebagai acuan.
BAB II
KONSEP PENYAKITNYA
A. Pengertian
Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan memotong / membuang bagian
tubuh.
B. Etiologi
1) Fraktur multople organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki
2) Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
3) Gangguan vaskuler / sirkulasi pada ekstremitas yang benar
4) Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif
C. Metode – Metode Amputasi
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan 2
metode :
1) Metode terbuka (Guillotine Amputasi)
Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang.Bentuknya
benar – benar terbuka dan dipasang drainase agar luka bersih, dan luka dapat
ditutup setelah tidak terinfeksi.
2) Metode Tertutup (Flap Amputasi)
Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah
yang diamputasi.
D. Jenis Amputasi
Berdasarrkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1. Amputasi slektif / terencana
2.
3. Amputasi akibat trauma
4. Amputasi darurat
Jenis – jenis yang dikenal adalah :
1. Amputasi terbuka
Amputasi terbuka dilakaukan pada kondisi infeksi yang berat dimana
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
2. Amputasi tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana
dibuat skaif kulit untuk menutup luka dibuat dengan memotong kurang lebih
5 cm dibawah potongan otot dan tulang.
E. Tingkatan Amputasi
1. Ekstremitas atas
Amputasi pada eksremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri.Hal ini
berkaitan dengan aktivitas sehari – hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan
aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.
2. Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas in dapat mengenai semua atau sebagian dan jari – jari kaki
yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.
F. Penatalaksanaan
Amputasi dianggap selesai dipasang prostetis yang baik dan berfungsi. Ada 2 cara
perawatan post amputasi, yaitu :
1. Rigid dressing
Yaitu dengan menggunak plester of paring yang dipasang waktu dikamar
operasi.Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus
direncanakan apakah penderita harus immobilidsasi atau tidak. Bila tidak
diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai
menyebabkan kontruksi stump dana memamsang bulatan pada ujung stump serta
tempat – tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah
oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.
Setelah pemasangan rigid dressing bisa dianjutkan dengan mobilisasi segera,
mobilisasi setelah 7-10 post operasi setelah luka sembuh, setelah 2-3 minggu,
setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing
ini dipertimbangan juga factor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya
perawata yang terampil, therapist dan prosthetist serta keleraan dan kemauan
dokter bedah untuk melakukan supervise program perawatan. Rigid dressing
dibuka pada hari ke 7-10 post operasi untuk tanda – tanda infeksi likal atau
sistemik.
2. Soft dressing
Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvesional, maka digunakan pembalut
steril dan rapid an semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup.
Harus diperhatikan penggunaan elastic verban jangan sampai menyebabkan
kontriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat
tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab
akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanyya luka diganti balutan dan
draindicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan
pasien diizinkan secspat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya
memungkinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10-14 post operasi.Pada
ampuutasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal
dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a) Pengumpulan Data
Aktivitas / istirahat
Gejala : klien mengatakan sulit untuk bergerak
Tanda : klien mengtakan sendinya terasa nyeri bila digerakkan, tonus dan
kekuatan otot lemah, klien tidak mampu beraktivitas
Neuronsensori
Gejala : klien mengatakan sendinya terasa nyeri bila digerakkan
Tanda : kaku pada persendian
Nyeri / keamanan
Gejala : klien mengatakan nyeri pada bagian tubuh yang diamputasi
Tanda : klien tidak mampu beraktivitas
Integritas Ego
Gejala : klien mengatakan malu dengan keadaan sekarang
Tanda : body image dan harga diri kilen turun
Personal hygiene
Gejala : klien mengatakan tidak mampu melakukan perawatan diri
Tanda : tubuh, mulut, dan gigi kotor dan serta bau
Kuku panjang dan kotor
Rambut kotor dan berantakan
Pakaian, tempat tidur dan meja klien kotor dan berantakan.
b) Klasifikasi Data
Data subyektif :
Klien mengatakan sulit untuk bergerak
Klien mengatakan malu dengan keadaanya sekarang
Klien mengatakan nyeri pada bagian tubuh yang diamputasi
Klien mengataka ntidak mampu melakukan perawatan diri
Klien mengatakan sendinya terasa nyeri bila digerakkan
Klien mengatakan luka akibat tindakan amputasi belum sembuh
Klien mengatakan cemas dengan keadaan
Data obyektif :
Klien tidak dapat menggerakkan anggota tubuh lainnya yang masih ada
Klien tidak bisa merubah posisi dari posisi tidur ke posisi duduk
Tonus dan kekuatan otot lemah
Body image dan harga diri klien menurun
Ekspresi wajah klien meringis kesakitan
Kuku panjang dan kotor
Rambut kotor dan berantakan
Pakaian, tempat tidur dan meja klien kotor dan berantakan
Kulit kotor dan kelemmbapan kurang
Kulit berwarna marah
Klien tidak dapat melakukan latihan rentang gerak
Sendi tidak dapat digerakaan dengan baik
Kaku pada persendihan
Luka tampak belum kering
Daerah sekitar luka kemerahan dan tidak bengakak
c) Analisa Data
SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
Data subyektif :
Klien mengatakan sulit
untuk bergerak
Data obyektif :
Klien tidak dapat
menggerkkan anggota
tubuh laiinya yang ada
Klien tidak dapat merubah
posisi dari posisi tidur ke
posisi duduk
Tonus dan kekuatan otot
lemah
Klien tidak dapat
melakukan ambulasi
Tindakan amputasi
Kelemahan dan tidak
keberdayaan tonus otot
Keterbatasan gerak
Gangguan mobilitas
fisik
Gangguan
mobilitas fisik
Data subyektif :
Klien mengatakan malu
dengan keadaan sekarang
Data obyekdif :
Body image dan harga diri
Amputasi
Kehilangan salah satu
anggota tubuh
Gangguan konsep
diri : body image
klien menurun
Klien tidak dapat berperan
secara aktif selama
rehabilitasi dan self care
Gangguan konsep diri
dan body image
Data subyektif :
Klien mengatakan nyeri
pada bagian tubuh yang
diamputasi
Data obyektif :
Ekspresi wajah klien
meringis kesakitan
Klien tidaak mampu
Beraktifitas tanpa
mengeluh nyeri
Adanya factor
penyebab
Terputusnya kontunitas
jaringan tulang
Nyeri
Data sukyektif :
Klien mengatakan tidak
mampu melakukan
perawatan diri
Data obyektif :
Tubuh, mulut dan gigi
kotor serta bau
Kuku panjasng dan kotor
Rambut kotor dan
berantakan
Pakaian, tempat tidur dan
meja klien kotor dan
Keterbatasan gerak
Tirah baring / istrahat
total
Personal hygien tidak
terpenuhi
Gangguan
pemenuhan ADL
personal hygien
berantakan.
Data subyektif :
Klien mengtakanan tidak
bisa tidur memikirkan
penyakitnya
Data obyektif :
Klien Nampak gelisah
Adanya factor
penyebab
Kurang pengetahuan
tentang penyakitnya
Gelisah
ansietas
Ansietas
d) Prioritas Masalah
1) Gangguan mobilitas fisik
2) Gangguan konsep diri : body image
3) Nyeri
4) Gangguan pemenuhan kebutuhan
5) Ansietas
B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh, yang
ditandai dengan :
Data subyektif :
Klien mengatakan sulit untuk bergerak
Data obyektif :
Klien tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya yang lain masih ada
Klien tidak dapat merubah posisi dari posisi tidur ke posisi duduk
Tonus dan kekuatan otot lemah
Klien tidak dapat melakukan abulasi.
2) Gangguasn konsep diri : body image berhubungan dengan perubahan fisik, yang
ditandai dengan :
Data subyektif :
Klien mengatakan malu dengan keadaan yacng sekarang
Data obyektif :
Body image dan harga diri klien menurun
Klien tidak dapat berperan secara aktif selama rehabiilitasi dan self care.
3) Nyeri berhubungan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot, yang
ditandai dengan :
Data subyektif :
Klien mengatakan nyeri pada bagian tubuh yang diamputasi
Data obyektif :
Ekspresi wajah klien meringis kesakitan
Klien tidak mampu beraktivitas tanpa mengelu nyeri
4) Gangguan pemenuhan ADL : personal hygein kurang berhubungan dengan
kurangnya kemampuan dalam merawat diri, yang ditandai dengan :
Data subyektif :
Klien mengatakan tidak mampu melakukan perawatan diri
Data obyektif :
Tubuh, mulut dan gigi kotor serta berbau
Kuku panjang dan kotor
Rambut kotor dan berantakan
Pakaian, tempat tidur dan meja klien kotor dan berantakan.
5) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya,
ditandai dengan :
Data subyektif :
Klien mengatakan tidak bisa tidur karena memikirkan penyakitnya
Data obyektif :
Klien Nampak gelisah
C. Rencana Keperawatan
NO
DX
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Tupan : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 3
hari gangguan
mobilisasi fisik teratasi.
Tupen : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
bebebrapa hari,
mobilisasi fisik
1. Dengan mengetahui
derajat ketidakmampuan
bergerak klien dan
persepsi klien terhadap
imobilisasi akan dapat
menemukan aktivitas
manan saja yang perlu
dilakukan.
2. Pergerakkan akan dapat
1. Kaji ketidakmampuan
bergerak klien yang
diakibatkan oleh
prosedur pengobatan
dan cacat persepsi klien
terhadap immobilisasi
2. Latih klien untuk
berangsur – angsur
teratasi, dengan criteria
hasil :
- Klien dapat
menggerakkan
tubuhnya yang
lainnya yang
masih ada
- Klien dapat
merubah posisi
tidur ke posisi
duduk
- ROM tonus dan
kekuatan otot
terpelihara
meningkatkan aliran
darah ke otot,
memelihara pergerakan
sendi dan mecegah
kontraktur, atropi.
3. Pergantian posisi setiap
3 – 4 jam dapat
mencegah terjadinya
kontraktur.
4. Membantu klien dalam
meningkattkan
kemampuan dalam didik
dan turun dari tempat
tidur
menggerakkan anggota
badan yang masih ada.
3. Ganti posisi klien setiap
3 – 4 jam secara
periodic.
4. Bantu klien mengganti
posisi dari tidur
keduduk dan turun dari
tempa tidur
2 Tupan : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 3
hari gangguan konsep
diri teratasi
Tupen : setelah
dilakukakan tindakan
keperawatan selama 1
hari, gangguan konsep
diri berangsur – angsur
1. Meninjau perkembangan
klien.
2. Mendorong antisipasi,
meningkatkan adaptasi
pada perubahan citra
tubuh
1. Falidasi masalah yang
dihadapi klien.
2. Libatkan klien dalam
melakukan perawatan
diri yang langsung
menggunakan putum :
Perawatan luka
Mandi
teratasi, dengan criteria
hasil :
- Klien dapat
meningkatkan
body image dan
harga diri
3. Meningkatkan status
klien
4. Mengfasilitasi
penerimaan terhadap diri
Menggunakn
peralatan
3. Berikan dukungan
moral.
4. Hadirkan orang pernah
amputasi yang telah
menerima diri
3 Tupan : stelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 3
hari nyeri teratasi.
Tupen : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
beberapa hari nyeri
berangsur – angsur
teratasi, dengan criteria
hasil :
- Ekspresi wajah
klien tidak
meringis
kesakitan
- Klien
1. Tinggikan posisi stump
2. Evaluasi derajat nyeri,
catat lokasi, karakteristik
dan intensitasnya, catat
perubahan TTV dan
emosi.
3. Berikan teknik
penanganan stress
seperti relaksasi, latihan
napas dalam atau
1. Posisi stump lebih
tinggi akan
meningkatkan aliran
balik vena, mengurangi
edema dan nyeri.
2. Merupakan intervensi
monitoring yang efektif,
tingkat kegelisahan
mempengaruhi persepsi
reaksi nyeri.
3. Distraksi untuk
mengalihkan perhatian
klien terhadap nyeri
karena perhatian klien
mengataka
nyerinya
berkurang
- Klien mampu
beraktivitas
tanpa mengeluh
nyeri
massase atau distraksi
4. Kolaborasi pemberian
analgetik
dialihkan pada hal-hal
lain, teknik relaksasi
akan mengurangi
ketegangan pada otot
yang menurunkan
rangsang nyeri pada
saraf-saraf nyeri.
4. Analgetik dapat
meningkatkan ambang
nyeri pada pusat nyeri
diotak atau dapat
membloking rangsang
nyeri sehingga tidak
sampai kesusunan saraf
pusat.
4 Tupan : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 3
hari gangguan
pemenuhan ADL :
personal hygien
berkurang.
Tupen : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
1. Bantu klien dalam hal
mandi dan gosok gigi
dengan cara
mendekatkan alat-alat
mandi, dan menyediakan
air dipinggirnya jika
klien mampu.
2. Bantu klien dalam
mencuci rambut dan
1. Dengan menyediakan
air dan mendekatkan
alat-alat mandi maka
akan mendorong
kemandirian klien
dalam hal.
2. Dengan memnbtu klien
dalam mencuci rambut
beberapa hari,
gangguan pemenuhan
ADL : personal hygien
teratasi dengan kriteria
hasil :
- Tubuh, mulut
dan gigi bersih
serta tidak
berbau
- Kuku pendek
dan bersih
- Rambut bersih
dan rapi
- Pakaian, tempat
tidur dan meja
klien bersih dan
rapi
- Klien
mengatakan
kerasa nyaman
memotong kuku.
3. Anjurkan klien untuk
senantiasa merapikan
rambut dan mengganti
pakaiannya setiap hari.
dan memotong kuku
maka kebersihan
rambut dan kuku
terpenuhi.
3. Dengan membersihkan
dan merapikan
lingkungan akan
memberikan rasa
nyaman klien.
5 Tupan : setelah
dilakukan tndakan
keperawatan selama 3
hari ansietas klien
teratasi.
Tupen : setelah
1. Pantau tingkat
kecemasan yang
dirasakan klien saat ini.
2. Dukung klien
mengungkapkan
1. Sebagai acuan
intervensi selanjutnya.
2. Mengurangi perasaan
beban klien.
dilakukan tindakan
keperawatan selama
beberapa hari ansietas
klien berangsur –
angsur teratasi, dengan
criteria hasil :
- Klien nampak
sudah
memahami
penyakitnya.
perasaan yang menjadi
kecemasannya.
3. Beri penjelasan kepada
klien mengenai prosedur
yang akan dilakukan.
3. Mencegah terjadinya
rasa cemas
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan memotong / membuang bagian
tubuh. Diagnosa atau masalah yang timbul adalah :
1) Gangguan mobilitas fisik
2) Gangguan konsep diri : body image
3) Nyeri
4) Gangguan pemenuhan kebutuhan
5) Ansietas.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olenya itu dibutuhkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.Google.co.id
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses
Penyakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Robbins & Kumar. 1995. Patofisiologi II Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Smeltzer, Sizanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC