ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

45
ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2012 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia. Untuk itu penulis sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana cara perawatan yang lebih intensif, untuk itu penulis memilih judul laporan kasus “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Hipotiroid”. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Jelaskan definisi penyakit hipotiroid! 1.2.2 Jelaskan etiologi penyakit hipotiroid! 1.2.3 Jelaskan manifestasi klinik penyakit hipotiroid! 1.2.4 Jelaskan patofisiologi penyakit hipotiroid! 1.2.5 Jelaskan WOC penyakit hipotiroid! 1.2.6 Jelaskan pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan penyakit hipotiroid! 1.2.7 Jelaskan pengkajian pada pasien dengan penyakit hipotiroid! 1.2.8 Jelaskan penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit hipotiroid! 1.2.9 Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit hipotiroid! 1.2.10 Jelaskan intervensi pada pasien dengan penyakit hipotiroid!

Transcript of ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

Page 1: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID

BAB I

PENDAHULUAN

1.1        Latar BelakangBerdasarkan  tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2012 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan  dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,  bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal  diseluruh wilayah Republik Indonesia.Untuk itu penulis sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana cara perawatan yang lebih intensif, untuk itu penulis memilih judul laporan kasus “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Hipotiroid”.

1.2        Rumusan Masalah1.2.1        Jelaskan definisi penyakit hipotiroid!1.2.2        Jelaskan etiologi penyakit hipotiroid!1.2.3        Jelaskan manifestasi klinik penyakit hipotiroid!1.2.4        Jelaskan patofisiologi penyakit hipotiroid!1.2.5        Jelaskan WOC penyakit hipotiroid!1.2.6        Jelaskan pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan penyakit hipotiroid!1.2.7        Jelaskan pengkajian pada pasien dengan penyakit hipotiroid!1.2.8        Jelaskan penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit hipotiroid!1.2.9        Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit hipotiroid!1.2.10    Jelaskan intervensi pada pasien dengan penyakit hipotiroid!

1.3        Tujuan Penulisan1.3.1        Tujuan Khusus1.3.1.1  Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik II1.3.2        Tujuan Umum1.3.2.1  Untuk mendeskripsikan definisi penyakit hipotiroid1.3.2.2  Untuk mendeskripsikan etiologi penyakit hipotiroid1.3.2.3  Untuk mendeskripsikan manifestasi klinik penyakit hipotiroid1.3.2.4  Untuk mendeskripsikan patofisiologi penyakit hipotiroid

Page 2: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

1.3.2.5  Untuk mendeskripsikan WOC penyakit hipotiroid1.3.2.6  Untuk mendeskripsikan pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan penyakit hipotiroid1.3.2.7  Untuk mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan penyakit hipotiroid1.3.2.8  Untuk mendeskripsikan penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit hipotiroid1.3.2.9  Untuk mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit hipotiroid1.3.2.10    Untuk mendeskripsikan intervensi pada pasien dengan penyakit hipotiroid

1.4        Manfaat Penulisan1.4.1        Bagi Mahasiswa1.4.1.1  Dapat memahami definisi penyakit hipotiroid1.4.1.2  Dapat memahami etiologi penyakit hipotiroid1.4.1.3  Dapat memahami manifestasi klinik penyakit hipotiroid1.4.1.4  Dapat memahami patofisiologi penyakit hipotiroid1.4.1.5  Dapat memahami WOC penyakit hipotiroid1.4.1.6  Dapat memahami pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan penyakit hipotiroid1.4.1.7  Dapat memahami pengkajian pada pasien dengan penyakit hipotiroid1.4.1.8  Dapat memahami penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit hipotiroid1.4.1.9  Dapat memahami diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit hipotiroid1.4.1.10          Dapat memahami intervensi pada pasien dengan penyakit hipotiroid1.4.2        Bagi Masyarakat1.4.2.1  Masyarakat dapat menggunakan makalah ini sebagai bahan bacaan maupun refrensi

khususnya tentang ASKEP Hipotiroid

 

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1   DefinisiHipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000)Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di akibatkan oleh kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat mengakibatkan kretinisme.

Page 3: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999)

Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:

         Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid         Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis         Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus

2.2   EtiologiHipotiroidisme  biasanya terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidisme yang mengalami terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini paling sering ditemukan pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroidime pada lansia laki-laki.Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :1. Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus2. Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid3. Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan resistensi perifer.

2.3   Manifestasi KlinikSering merasa kelelahan ketika bangun di pagi hari, kenaikan berat badan, sering merasa kedinginan sepanjang waktu terutama tangan dan kaki merupakan gejala umum dari hipotiroid. Adapun gejala umum hipotiroidisme yang lain, adalah :

         Depresi dan mudah stress.

         Nyeri / sakit pada seluruh anggota tubuh, terkadang diikuti sakit kepala.

         Insomnia atau susah tidur.

         Sembelit atau susah buang air besar.

         Kerontokan pada rambut dan sebagian lagi mengalami kekeringan.

         Berkurangnya / menurunnya daya ingat dan konsentrasi.

         Penurunan CO

         Kebutuhan oksigen menurun 

         Hiperlipidemia

         Hiperkolestrolemia

         Anemia

Page 4: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

         Penurunan transportasi oksigen

         Penurunan peristaltik

         Anoreksia

         Peningkatan BB

         Konstipasi

         absorbsi glukosa lambat

         Pembesaran pada leher

         Apatis

         Berbicara lambat

         Sering berkeringat

         Udema

         Dispnea

2.4   PatofisiologiIodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.( Hotma Rumahorbo,1999)

Patofisiologi hipotiroidisme brdasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat menyebabkan hipotiroidisme, yaitu :

A.    Hipotiroidisme sentral (HS)Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hipofisis, maka disebut hipotiroidisme sekunder, sedangkan apabila kegagalan terletak di hipothalamus disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena tumor hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya karena desakan tumor, gangguan visus, sakit kepala, tetapi juga karena produksi hormon yang berlebih (ACTH penyakit Cushing, hormon pertumbuhan akromegali, prolaktin

Page 5: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan kegagalan hormon akibat desakan tumor hipofisis lobus anterior adalah gonadotropin, ACTH, hormon hipofisis lain, dan TSH.

B.     Hipotiroidisme Primer (HP)Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon berkurang akibat anatomi kelenjar. Jarang ditemukan, tetapi merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme kongenital di negara barat. Umumnya ditemukan pada program skrining massal. Kerusakan tiroid dapat terjadi karena, 1. Operasi, 2. Radiasi, 3. Tiroiditis autoimun, 4. Karsinoma, 5. Tiroiditis subakut, 6. Dishormogenesis, dan 7. AtrofiPascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang mendasarinya.Pascaradiasi. Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia <20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun tergantung juga dari dosis radiasi.Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di mana berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin (antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres mengubah interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen.Tiroiditis Subakut. (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam, menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme). Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas.Dishormogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah proses hormogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lanjut.Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder, amat jarang.Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-gesa memberi substitusi. Pada neonatus di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan mereka beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.

2.5   WOC

Page 6: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

2.6   Pemeriksaan Diagnostika)      Pemeriksaan T3 dan T4 serum

Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid.         T3 serum(0,6 – 1,85 mg/dl)         T4 serum (4,8 – 12,0 mg/dl)         TSH (0,4 – 6,0 mg/dl)b)      Pemeriksaan TSH

Page 7: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk membuat dan mengeluarkan hormon tiroid. Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat menyingkirkan penyakit tiroid primer. Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid

c)      Pemeriksaan USG dan scan tiroidMemberikan informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul.(Hotma Rumahorbo, 1999)

2.7   PenatalaksanaanTujuan primer penatalaksaan hipotioidisme adalah memulihkan metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang hilang. Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothroid) merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.Yang perlu diperhatikan adalah :

a.       Dosis awalb.      Cara menaikan dosis tiroksin

Tujuan pengobatannya :a.       Meringankan keluhan dan gejalab.      Menormalkan metabolismc.       Menormalkan TSHd.      Membuat T3 dan T4 normale.       Menghindari komplikasi dan resiko

Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksakanan subsitusi :a.       Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosisi awal dan makin landai meningkatan dosis.b.      Geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati.

Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan peru kosong dan tidak bersama bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorsi, short bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll) ( Aru W. sudoyo:1939).Penatalaksanaan medis umum lainnya :

a.       Farmakoligi :Penggantian hormon tiroid seperti natrium levotiroksin(synthoroid), natrium liotironin (cytomel).

b.      Diet rendah kalori (Barbara Endang:569)

2.8   Pengkajiana.       Data Subjektif

1.      Riwayat Pengalaman perubahan status sosial/ mental2.      Mengalami sakit dada atau palpitasi

Page 8: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

3.      Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau istirahat4.      Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak keringat5.      Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah6.      Perubahan asupan makanan dan berat badan7.      Perubahan eliminasi feses, frekuensi dan banyaknya8.      Intoleransi terhadap cuaca panas9.      Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua aktivitas hidup10.    Perubahan menstruasi atau libido

11.    Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta efek dan efek samping obat (Barddero, Marry, dkk. 2009)

b.  Data Objektif1.     Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hiperkinesia

2.     Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan diastolik menurun, takikardi a walaupun waktu istirahat, disritmia dan murmur3.     Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah4.     Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis5.     Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan kabur

6.     Perubahan Nutrisi / Metabolik : Berat badan menurun, nafsu makan dan asupan makan bertambah serta kolesterol dantrigliserida serum menurun

7.     Perubahan Muskuloskeletal :  Otot lemah, tonus otot kurang dan sulit berdiri dari posisi dudukHasil pemeriksaan diagnostik yang harus dikaji adalah peningkatan T3 dan T4 serum dan penurunan TSH serum(Barddero, Marry, dkk. 2009)

2.9   Diagnosa Keperawatan1.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi2.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat brakikardi3.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal4.      Perubahan nutrisi  : kurang dari kebutuhan tubuh s.d. peningkatan kecepatan metabolisme5.      Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun6.      Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status

kardiovaskuler serta pernapasan.7.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.

1.10 Intervensi

Page 9: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

a.       Diagnosa I : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasiTujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.Intervensi :

         Observasi frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi

R/Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.

         Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan

R/Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan

         Dorong dan ajarkan pasien untuk napas dalam dan batuk

R/Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.

         Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati

R/Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.

b.      Diagnosa II : Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat brakikardiIntervensi :

         Catat warna kulit dan kaji kualitas nadiR/ Sirkulasi perifer turun jika curah jantung turun. Membuat kulit pucat atau warna abu-abu dan menurunnya kekuatan nadi

         Auskultasi suara nafas dan CatatR/ S3,S4 dan creackles terjadi karena dekompensasi jantung atau beberapa obat(penyekat beta).

         Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.R/ Penghematan energy membantu menurunkan beban jantung

         Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).R/ Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi pada TD(hipo/hiper) karena respon jantung.

         Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia.R/ Untuk hasil penunjang dan pengobatan lebih lanjut

c.       Diagnosa III : Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinalTujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.Intervensi :

Page 10: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

         Auskultasi bisisng UsusR/ mengetahui berapa frekuensi bising usus klien

         Pantau fungsi ususR/Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.

         Berikan makanan yang kaya akan seratR/Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar

         Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.R/Meningkatkan evakuasi feses

         Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung airR/Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras

         Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.R/Untuk mengencerkan fees.

d.      Diagnosa IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan kecepatan metabolismeTujuan : Untuk mencukupi kebutuhan nutrisiIntervensi

         Observasi vital sign tiap 8 jam.R/ mengetahui frekuensi Suhu,Nadi dan tekanan Darah Klien

         Observasi  bising usus tiap pagiR/Mengetahui Frekuensi Bising usus

         Timbang berat badan tiap pagi.R/Untuk mengetahui Berat badan Klien

         Anjurkan Klien untuk Diet tinggi kalori, tinggi protein.R/Memenuhi kecukupan nutrisi yang tidak terpenuhi

         Kolaborasi pembeian  Suplemen vitamin B CompleksR/ Meningkatkan nafsu makan Klien.

e.       Diagnosa V : Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurunTujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normalIntervensi:

         Observasi suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.R/Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema

         Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.R/ Meminimalkan kehilangan panas

         Berikan klien pengetahuan apa saja yang harus dihindari dan bagaimana cara pencegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).R/ Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.

         Lindungi Klien terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan anginR/ Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.

Page 11: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

         Kolaborasi dalam pemberian Cairan Rl atau air hangat.R/ untuk menormalkan suhu tubuh.

f.       Diagnosa VI : Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.Tujuan : Perbaikan proses berpikir.

Intervensi :         Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.

R/ meningkatkan pola pikir dan daya ingat klien tentang sesuatu         Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang tidak bersifat mengancam

R/ Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.         Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental

merupakan akibat dan proses penyakitR/Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat

         Kolaborasi dengan ahli Psikologi tentang terapy yang cocok untuk masalah Proses BerpikirR/ Memperbaiki proses berpikir

g.      Diagnosa VII : Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif.Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirianIntervensi

         Observasi  respons pasien terhadap peningkatan aktivitasR/ Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.

         Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditelerir.R/Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.

         Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.R/ Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.

         Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.R/Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.

BAB IIIPENUTUP

Page 12: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

3.1   SimpulanSetelah kami menyusun Askep yang berjudul Hipotiroid,kami dapat menyimpulkan definisi dari Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal. Adapun diagnosa yang muncul Pada kasus Hipotiroid ini yaitu :

           Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi           Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat brakikardi           Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal           Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kecepatan

metabolisme           Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun           Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status

kardiovaskuler serta pernapasan.           Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.

3.2   Saran            Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hipotiroid diperlukan

pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.            Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien Hipotiroid.            Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien untuk mengurangi ansietas pada pasien.

Page 13: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

DAFTAR PUSTAKA

Flynn RW, McDonald TM, Jung RT, et al. Mortality and vascular outcomes in patients treated for thyroid dysfunction, http://www.aafp.org/afp/20071001/bmj.html last log in : December 1,2007McDermott MT, Woodmansee WW, Haugen BR, Smart A,Ridgway EC. The Management of subclinical hyperthyroidism by thyroid specialists. Thyroid 2004,90-110Van Sande J, Parma J, Tonacchera M, Swillens S, Dumont J,Vassart G. Somatic and clinical in thyroid diseases.2003, 201-220

Page 14: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

HIPOTIROIDBAB 1

PENDAHULUAN

1.1.  Latar BelakangEfek-efek fisiologik hormon tiroid mencakup peningkatan transkripsi messenger RNA

dan sintesis protein. Langkah ini agaknya diperlukan sebagai rangsangan respirasi sel selanjutnya. Tiroksin dan tryoditironin keduanya secara khas merangsang pembentukan energi, proses pemindahan elektron sistem enzim pemapasan metokondria sel. Rangsangan proses oksidasi pada hormon tiroid mengakibatkan perangsangan termogenesis kecuali pengaruh tiroksin dan tryodotironin juga meningkatkan potensi kerja epnefrin dengan meningkatkan siensitifitas reseptor beta terhadap katekolamin. Hormon tiroid juga merangsang perkembangan normal susunan saraf pusat. Apabila tidak ada hormon ini pada waktu seseorang dilahirkan atau pada masabayi terjadi retardasi mental dan kematangan neurologi terhambat.

1.2.       Rumusan Masalah1.2.1 Apa definisi Hipotiroid ?1.2.2Bagaimana epindemiologi Hipotiroid ?1.2.3 Apa saja  etiologi Hipotiroid?1.2.4 Apa saja  klasifikasi Hipotiroid?1.2.5 Apa saja manifestasi klinis Hipotiroid?1.2.6 Bagaimana patofisiologi Hipotiroid?1.2.7 Bagaimana WOC Hipotiroid?1.2.8 Bagaimana komplikasi Hipotiroid?1.2.9 Bagaimana pemeriksaan diagnostik Hipotiroid?1.2.10 Bagaimana pencegahanHipotiroid?1.2.11 Bagaimana pengobatan Hipotiroid?

Page 15: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

1.3.       Tujuan1.3.1 Tujuan Umum

Menambah pengetahuan seputar penyakit Hipotiroidisme serta asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada pasienHipotiroidisme.1.3.2 Tujuan Khusus

a.     Untuk mengetahui definisi Hipotiroidb.    Untuk mengetahui epindemiologi Hipotiroidc.     Untukmengetahui etiologi Hipotiroidd.    Untuk mengetahui klasifikasi Hipotiroide.     Untuk mengetahui manifestasi klinis Hipotiroidf.     Untuk mengetahui patofisiologi Hipotiroidg.    Untukmengetahui WOC Hipotiroidh.    Untuk mengetahui komplikasi  Hipotiroidi.      Untukmengetahui pemeriksaan diagnostik  Hipotiroidj.      Untuk mengetahui pencegahan Hipotiroidk.    Untukmengetahui pengobatan Hipotiroid

1.4.       ManfaatPembuatan makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa

STIKES mengenai penyakit Hipotiroidisme serta dapat melakukan asuhan keperawatan yang benar pada pasien dengan penyakit Hipotiroidisme.

Page 16: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

BAB 2ISI

2.1.            Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Arteri karotis komunis, arteri jugularis interna, dan nervus vagus terletak bersama di dalam sarung tertutup do laterodorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis.

2.2.            Fisiologi Kelenjar TiroidKelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin. Bentuk aktif hormon

ini adalah triiodotironin yang sebagian besar berasal dari konversi hormon tiroksin di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormon) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi, yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin dari hipothalamus. Hormon tiroid mempunyai pangaruh yang bermacam-macam terhadap jaringan tubuh yang berhubungan dengan metabolisme sel.

Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler. Kalsitonin adalah polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum, mungkin melalui pengaruhnya terhadap tulang.Hormon tiroid memang suatu hormon yang dibutuhkan oleh hampir semua proses tubuh termasuk proses metabolisme, sehingga perubahan hiper atau hipotiroidisme berpengaruh atas berbagai peristiwa. Efek metaboliknya antara lain adalah termoregulasi, metabolisme protein, metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, dan vitamin A.

Status tiroid seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormon tiroid dan bukan kadar normal hormon tiroid dalam darah. Ada beberapa prinsip faal dasar yang perlu diingat kembali. Pertama bahwa hormon yang aktif adalah free-hormon. Kedua bahwa metabolisme sel didasarkan adanya free T3 bukan free T4. ketiga bahwa distribusi enzim deyodinasi I, II, dan III (DI, DII, DIII) di berbagai organ tubuh berbeda, dimana DI banyak ditemukan di hepar, ginjal, dan tiroid. DII utamanya di otak, hipofisis dan DIII hampir seluruhnya di jaringan fetal (otak, plasenta). Hanya DI yang direm oleh PTU.

Page 17: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

2.3.            Definisi

Hipotiroidisme merupakan keaadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat yang diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid berada dibawah nilai optimal. (Bruner & Suddarth.2002)

Hipotioridi terjadi bila terdapat defisiensi tiroid, berakibat turunnya laju metabolisme dan proses-proses umum tubuh. Manifestasi klinis terjadi karena asam hialuron mengikat air sehingga timbul sembab, edema muka, tangan, kaki, pucat, dingin, kering. Juga terjadi penurunan fungsi saraf sehingga timbul gerak gerik lambat, koordinasi kurang, kesan kaku, mental menurun, depresi, atau gelisah. (dr. Jan Tambayong.2000)

Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang diakibatkan oleh kehilangan hormon tiroid. (Baradero,2009)

     Hipotiroid adalah defisiensi produksi hormon dari kelenjar tiroid (Sylvia A.Price,1995)

2.4.       EpidemiologiSebelum Perang Dunia II banyak penyelidik di Indonesia menemukan kretin. Abu

Hanifah menemukan di daerah Kuantan 0,15% kretin di antara 50.000 penduduk. Pfister (1928) menemukan pada suku Alas 17 kretin, 57 kretinoid dan 11 kasus yang meragukan dari 12.000 penduduk; jumlah semuanya meliputi 0,73%. Eerland (1932) menemukan 126 kretin di Kediri dan banyak kretinoid, sedangkan Noosten (1935) menemukan juga kretin di Bali.

2.5.       Etiologi2.5.1. Malfungsi hipotalamus dan hipofisis anterior

Malfungsi hipotalamus dan hipofisis anterior akan menyebabkan rendahnya kadar TRH (Thyroid Stimulating Hormone) dan TSH (Thyrotropin Releasing Hormone), yang akan berdampak pada kadar HT (Hormon Tiroid)  yang rendah.

2.5.2. Malfungsi kelenjar tiroidKadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TRH dan TSH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.

2.5.3. Sebab-sebab bawaan (kongenital)Ibu kurang mendapat bahan goitrogen (yodium, tiourasil, dsb)Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang. Pada daerah-daerah dari dunia dimana ada suatu kekurangan yodium dalam makanan, hipotiroid yang berat dapat terlihat pada 5% sampai 15% dari populasi.

a.         Pengobatan yodium radio-aktif

Pasien-pasien yang telah dirawat untuk suatu kondisi hipertiroid (seperti penyakit Graves) dan menerima yodium ber-radioaktif mungkin menimbulkan sedikit jaringan tiroid yang tidak berfungsi setelah perawatan. Kemungkinan dari ini tergantung pada sejumlah faktor-faktor termasuk dosis yodium yang diberikan, bersama dengan ukuran dan aktivitas dari kelenjar tiroid. Jika tidak ada aktivitas yang signifikan dari kelenjar tiroid enam bulan setelah perawatan yodium ber-radioaktif, biasanya diperkirakan bahwa tioroid tidak akan berfungsi lagi secara memadai. Akibatnya adalah hipotiroid.

b.         Induksi obat-obatanObat-obatan yang digunakan untuk merawat suatu tiroid yang aktif berlebihan

(hipertiroid) sebenarnya mungkin menyebabkan hipotiroid. Obat-obat ini termasuk methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil (PTU). Obat psikiatris, lithium (Eskalith, Lithobid) adalah juga diketahui merubah fungsi tiroid dan menyebabkan hipotiroid.

Page 18: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

Menariknya, obat-obat yang mengandung suatu jumlah yang besar dari yodium seperti amiodarone (Cordarone), potassium iodide (SSKI, Pima), dan Lugol’s solution dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam fungsi tiroid, yang mungkin berakibat pada tingkat-tingkat darah dari hormon tiroid yang rendah.

c.         Idiopatik.

Page 19: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

d.        Hashimoto’s Thyroiditis

Penyebab yang paling umum dari hipotiroid di Amerika adalah suatu kondisi yang diwariskan/diturunkan yang disebut Hashimoto’s thyroiditis. Kondisi ini dinamakan menurut Dr. Hakaru Hashimoto yang pertama kali menjelaskannya pada tahu 1912. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya membesar (gondokan) dan mempunyai suatu kemampuan yang berkurang untuk membuat hormon-hormon tiroid. Hashimoto’s adalah suatu penyakit autoimun dimana sistim imun tubuh secara tidak memadai menyerang jaringan tiroid. Kondisi ini diperkirakan mempunyai suatu basis genetik. Contoh-contoh darah yang diambil dari pasien-pasien dengan penyakit ini mengungkapkan suatu jumlah yang meningkat dari antibodi-antobodi pada enzim ini, thyroid peroxidase (antibodi-antibodi anti-TPO). Karena basis untuk penyakit autoimun mungkin mempunyai suatu asal yang umum, adalah bukan tidak biasa menemukan bahwa seorang pasien dengan Hashimoto’s thyroiditis mempunyai satu atau lebih penyakit autoimun lainnya seperti diabetes atau pernicious anemia (kekurangan B12). Hashimoto’s dapat diidentifikasikan dengan mendeteksi antibodi-antibodi anti-TPO dalam darah dan atau dengan melakukan suatu thyroid scan.

Page 20: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

2.5.4. Sebab-sebab yang didapat (acquired):a.         Tiroiditis limfositik menahun

Thyroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika peradangan disebabkan oleh suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang dikenal sebagai suatu limfosit, kondisinya dirujuk sebagai lymphocytic thyroiditis. Pada kasus-kasus ini, biasanya ada suatu fase hipertiroid (dimana jumlah-jumlah hormon tiroid yang berlebihan bocor keluar dari kelenjar yang meradang), yang diikuti oleh suatu fase hipotiroid yang dapat berlangsung sampai enam bulan.

b.      Tiroidektomi.

Karsinoma tiroid dapat sebagai penyebab, tetapi tidak selalu menyebabkan hipotiroidisme. Terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi. Tiroidektomi merupakan pengangkatan kelenjar tiroid sewaktu operasi, yang biasanya akan diikuti oleh hipotiroid. Selain itu, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid, semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. (Price, 2000).

c.       Defisiensi yodium (gondok endemik).Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan.

Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodium terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). (Price, 2000).

Page 21: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

2.6         KlasifikasiLebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal

yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier.(Brunner &Suddarth.2001)

Jenis Organ KeteranganHipotiroidisme primer

kelenjar tiroid Paling sering terjadi. Meliputi penyakitHashimoto tiroiditis(sejenis penyakit autoimmune) dan terapi radioiodine(RAI) untuk merawat penyakit hipertiroidisme.

Hipotiroidisme sekunder

kelenjar hipofisis(pituitari)

Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak menghasilkan cukuphormon perangsang tiroid(TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan jumlahtiroksin yang cukup. Biasanya terjadi apabila terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi atau pembedahan yang menyebabkan kelenjar tiroid tidak lagi dapat menghasilkan hormon yang cukup.

Hipotiroidisme tertier

hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkanTRHyang cukup. Biasanya disebut juga disebuthypothalamic-pituitary-axis hypothyroidism.

Page 22: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

2.7         Manifestasi Klinis2.7.1.      Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat2.7.2.      Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan

penurunan curah jantung2.7.3.      Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki2.7.4.      Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan

penyerapan zat gizi dari saluran cema2.7.5.      Konstipasi2.7.6.      Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi2.7.7.      Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh2.7.8.      Manifestasi klinis per sistem:

a.       Sistem integumen: kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal; pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut rontik dan pertumbuhannya buruk.

b.       Sistem pulmonari: hipoventilasi, dipsneac.       Sistem kardiovaskular: bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, hipotensi, toleransi

terhadap aktivitas menurun.d.      Metabolik: penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.e.       Sistem muskuloskeletal: nyeri otot, kontraksi dan relaksasi yang melambatf.        Sistem neurologi: intelektual yang melambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan

memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran.g.       Sistem gastrointestinal: anoreksia, peningkatan berat badan, konstipasi, distensi abdomen.h.       Sistem reproduksi: pada wanita terjadi perubahan menstruasi seperti amenore,atau masa

menstruasi yang memanjangi.         Psikologis: apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri.

2.8         PatofisiologiPatofisiologi hipotiroidisme didasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat

menyebabkan hipotiroidisme, yaitu :2.8.1. Hipotiroidisme sentral (HS)

Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hipofisis, maka disebut hipotiroidisme sekunder, sedangkan apabila kegagalan terletak di hipothalamus disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena tumor hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya karena desakan tumor, gangguan visus, sakit kepala, tetapi juga karena produksi hormon yang berlebih (ACTH penyakit Cushing, hormon pertumbuhan akromegali, prolaktin galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan kegagalan hormon akibat desakan tumor hipofisis lobus anterior adalah gonadotropin, ACTH, hormon hipofisis lain, dan TSH.

2.8.2. Hipotiroidisme Primer (HP)Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon berkurang akibat anatomi kelenjar.

Jarang ditemukan, tetapi merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme kongenital di negara barat. Umumnya ditemukan pada program skrining massal.Kerusakan tiroid dapat terjadi karena:

a.    Operasi,b.    Radiasi,c.    Tiroiditis Autoimun,

Page 23: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

d.   Karsinoma,e.    Tiroiditis subakut,f.     Dishormogenesis, dang.    Atrofi.

Page 24: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang mendasarinya.

Pascaradiasi. Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia <20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun tergantung juga dari dosis radiasi.

Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di mana berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin (antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres mengubah interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen.

Tiroiditis Subakut. (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam, menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme). Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas.

Dishormogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah proses hormogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lanjut.

Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder, amatjarang.Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-gesa memberi substitusi. Pada neonatus di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan mereka beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.

Page 25: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

2.9  WOC

2.10     Pemeriksaan Diagnostik2.10.1.       Laboratorium

Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.

2.10.2.       RadiologisUSG atau CT scan tiroid (menunjukkan ada tidaknya goiter),  X-foto tengkorak (menunjukkan kerusakan hipotalamus atau hipofisis anterior), dan Tiroid scintigrafi.Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan,disgenesisepifis dan keterlambatan perkembangan gigi. (Sylvia.A.price.1995)

2.10.3.       Skor Apgar Hipotiroid KongenitalDicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi tidak adanya gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan hipotiroid kongenital.

Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenitalGejala klinis SkoreHernia umbilicalis 2Kromosom Y tidak ada (wanita) 1Pucat, dingin, hipotermi 1Tipe wajah khas edematus 2Makroglosi 1Hipotoni 1Ikterus lebih dari 3 hari 1Kulit kasar, kering 1Fontanella posterior terbuka (>3cm) 1Konstipasi 1Berat badan lahir > 3,5 kg 1Kehamilan > 40 minggu 1Total 15

Page 26: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

2.11     Pencegahan2.11.1.       Diet

Makanan yang seimbang dianjurkan, antara lain memberi cukup yodium dalam setiap makanan. Tetapi selama ini ternyata cara kita mengelola yodium masih cenderung salah. Yodium mudah rusak pada suhu tingggi. Padahal kita selama ini memasak makanan pada suhu yang panas saat menambah garam yang mengandung yodium, sehingga yodium yang kita masak sudah tidak berfungsi lagi karena rusak oleh panas. Untuk itu, sebaiknya kita menambahkan garam pada saat makanan sudah panas dan cukup dingin sehingga tidak merusak kandungan yodium yang ada pada garam.

Selain itu, makan-makanan yang tidak mengandung pengawet juga diperlukan. Asupan kalori disesuaikan apabila BB perlu di kurangi. Apabila pasien mengalami letargi dan defisit perawatan diri, perawat perlu memantau asupan makanan dan cairan.

2.11.2.              AktivitasKelelahan akan menyebabkan pasien tidak bisa melakukan aktivitas hidup sehari-hari

dan kegiatan lainnya. Kegiatan dan istirahat perlu diatur agar pasien tidak menjadi sangat lelah. Kegiatan ditingkatkan secara bertahap.

2.11.3.              Pada masa kehamilan hindari penggunaan obat-obatah antitiroid secara berlebihan, yodium profilaksis pada daerah-daerah endemik, diagnosis dini melalui pemeriksaan penyaringan pada neonatus.

2.11.4.              Sedangkan pada hipotiroidisme dewasa dapat dilakukan dengan pemeriksaan ulang tahunan.2.12     Penatalaksanaan

2.12.1.      Pengobatan

Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin, biasanya dalam dosis rendah sejumlah 50 µg/hari dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal sejumlah 200 µg/hari. Pengukuran kadar tiroksin serum dan pengambilan resin T3 dan kadar TSH penderita hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan menfaat terapi pengganti.

Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.

Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).

Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormone tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

Page 27: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx
Page 28: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

2.12.2.       Terapi sulih hormonobat pilihannya adalah sodium levo-thyroxine. Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel berikut :

Umur Dosis g/kg BB/hari0-3 bulan3-6 bulan

6-12 bulan1-5 tahun

2-12 tahun> 12 tahun

10-158-106-85-64-52-3

a.       Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid tidak ada, dapat dilakukan therapeutic trial sampai usia 3 tahun dimulai dengan dosis rendah dalam 2-3 minggu. Bila ada perbaikan klinis, dosis dapat ditingkatkan bertahap atau dengan dosis pemberian + 100 μg/m2/hari.

b.      Penyesuaian dosis tiroksin berdasarkan respon klinik dari uji fungsi tiroid T3, T4, dan TSH yang dapat berbeda tergantung dari etiologi hipotiroid.

2.12.3.       PembedahanTiroidektomi dilaksanakan apabila goiternya besar dan menekan jaringan sekitar.

Tekanan pada trakea dan esofagus dapat mengakibatkan inspirasi stridor dan disfagia. Tekanan pada laring dapat mengakibatkan suara serak.

2.13     Komplikasi2.13.1.       Koma miksedema

Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedema), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.

2.13.2.       Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita akan

mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu lahir tidak ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa timbul gejala lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih besar dari biasanya. Pada waktu ini kulit kasar dan warnanya agak kekuningan. Kepala anak besar, mukanya bulat dan raut mukanya (ekspresi) seperti orang bodoh sedangkan hidungnya besar dan pesek, bibirnya tebal, mulutnya selalu terbuka dan juga lidah yang tebal dikeluarkan. Pertumbuhan tulang juga terlambat. Sedangkan keadaan psikis berbeda-beda biasanya antara agak cerdik dan sama sekali imbesil.

2.13.3.       Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala dengan segera.

2.13.4.       Penyakit HashimotoDisebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik  negatif yang minimal.

Page 29: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

2.13.5.       Gondok EndemicHipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.

2.13.6.       Karsinoma TiroidKarsinoma Tiroid dapat  terjadi akibat terapi tiroidektomi,  pemberian obat penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.(Long, Barbara.C,2000:261 dan Hudak and Gallo,1996:479)

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.       PengkajianDampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:

3.1.1.      Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama

3.1.2.      Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:a.       Pola makanb.      Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).c.       Pola aktivitas.

3.1.3.      Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita3.1.4.      Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:

a.       Sistem pulmonaryb.      Sistem pencernaanc.       Sistem kardiovaslkulerd.      Sistem musculoskeletale.       Sistem neurologik dan Emosi/psikologisf.       Sistem reproduksig.      Metabolik

3.1.5.      Pemeriksaart fisik mencakupa.    Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah

bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.

b.    Nadi lambat dan suhu tubuh menurunc.    Perbesaran jantungd.   Disritmia dan hipotensie.e.    Parastesia dan reflek tendon menurun

Page 30: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

3.1.6.      Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.

3.1.7.      Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).

3.2         Diagnosa3.2.1.    Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.3.2.2.    Perubahan suhu tubuh3.2.3.    Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal3.2.4.    Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur

hidup3.2.5.    Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi3.2.6.    Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status

kardiovaskuler serta pernapasan.3.2.7.    Miksedema dan koma miksedema.

3.3         Intervensi dan Rasional3.3.1.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.

Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirianIntervensi:

a.         Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.

b.        Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalamaktivitas perawatan mandiri.

c.         Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.

d.        Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.

3.3.2.      Perubahan suhu tubuhTujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normalIntervensi:

a.       Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.Rasional : Meminimalkan kehilangan panas

b.      Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).Rasional : Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler

c.       Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema.

d.      Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angina

Page 31: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.

3.3.3.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinalTujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.Intervensi:

a.       Dorong peningkatan asupan cairanRasional : Meminimalkan kehilangan panas.

b.      Berikan makanan yang kaya akan seratRasional : Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar

c.       Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras

d.      Pantau fungsi ususRasional : Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.

e.       Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.Rasional : Meningkatkan evakuasi feses

f.       Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.Rasional : Untuk mengencerkan feces.

3.3.4.      Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidupTujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.Intervensi:

a.       Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.Rasional : Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti yang diresepkan, kepada pasien.

b.      Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien.Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.

c.       Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid.Rasional : Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.

d.      Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.Rasional : Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.

e.       Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.Rasional : Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat dideteksi dan diobati.

3.3.5.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasiTujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.Intervensi:

a.       Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.

b.      Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.

Page 32: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.c.       Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.

Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.

d.      Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan.

3.3.6.      Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.Tujuan : Perbaikan proses berpikir.Intervensi:

a.       Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.b.      Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas

Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.c.       Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental

merupakan akibat dan proses penyakit.Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat.

3.3.7.      Miksedema dan koma miksedemaTujuan: Tidak ada komplikasi.Intervensi:

a.       Pantau pasien akan; adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme.1.      Penurunan tingkat kesadaran ; demensia2.      Penurunan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi, pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi)3.      Peningkatan kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.

Rasional : Hipotiroidisme berat jika tidak ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh

b.      Dukung dengan ventilasi jika terjadi depresi dalam kegagalan pernapasanRasional: Dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.

c.       Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati.Rasional : Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin.

d.      Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu.Rasional : Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.

e.       Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan analgetik.Rasional : Perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.yang, tidak bersifat mengancam.

.     

Page 33: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

BAB 4PENUTUP

4.1.       KesimpulanBerdasarkan Buku Patologi, disebutkan defisiensi ataupun resistensi perifer

terhadap hormon tiroid menimbulkan keadaan hipermetabolik terhadap hipotiroidisme. Apabila kekurangan hormon timbul pada anak-anak dapat menimbulkan kretinisme. Pada anak yang sudah agak besar atau pada umur dewasa dapat menimbulkan miksedema, disebut demikian karena adanya edematus, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan mukopolisakarida hidrofilik pada jaringan ikat di seluruh tubuh.

Pada Buku Ilmu Kesehatan Anak, kretinisme atau hipotiroidisme kongenital dipakai kalau kelainan kelenjar tiroidea sudah ada pada waktu lahir atau sebelumnya. Kalau kelainan tersebut timbul pada anak yang sebelumnya normal, maka lebih baik dipakai istilah hipotiroidisme juvenilis atau didapat.

4.2.       SaranPeran perawat dalam penanganan hipotiroidisme dan mencegah terjadinya

hipotiroidisme adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian hipotiroidisme.

Page 34: ASKEP PADA PASIEN HIPOTIROID.docx

DAFTAR PUSTAKAAmri.2010.Askep Hipotiroidisme. ( onlinehttp://amrilaril.blogspot.com/2010/12/askep-

hipotiroidisme.htmldiakses tanggal 3 Maret 2012 pukul 16.00 WIB )Brunner &Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Vol 2. Jakarta: EGCDoenges,ME and moorhouse,MF.1999.Rencana asuhan keperawatan,ed 3.Jakarta:EGCdr. Jan Tambayong.2005.Patofisiologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGCKarenz.2000.Askep Hipotiroid.( online http://kerenz-kerenz.blogspot.com/p/askep-

hipotiroid.html diakses tanggal 3 Maret 2012 pukul 16.20 WIB )(Online http://fkuii.org/tiki-index.php?page=Hypothyroidism8 diakses tanggal 4 Maret 2012 pukul

20.15 WIB )( Onlile http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?

module=detailberitaminggu&kid=24&id=51903 diakses tanggal 5 Maret 2012 pukul 20.15 WIB )

Price,SA and wilson,LM.2005.Patofisiologi: konsp klinis prose-proses penyakit,vol 2.Jakarta:EGCPrice,SA dan Lorraine M.Wilson.1995.Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi empat

buku kedua.Jakarta:EGCRisky,Tiara90.2011.Askep pada pasien kelenjar tyroid.http://riskytiara90.blog.com/2011/07/05/askep-

pada-pasien-kelenjar-tyroid/ diakses tanggal 6 Maret 2012 pukul 12.35 WIB )Sloane, Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGCSyaifuddin.1997.Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat.Jakarta : EGC