Artikel Penelitian
Seminar Nasional Keperawatan
Complementary Therapy: From Research to Practice
Palembang, 27 November 2015
Ekstrak Buah Kurmaterhadap Histologi Epididimis Tikus Jantan yang diinduksi
Bisphenol A 1-7
Sri Nita, Rara Inggarsih
Pengaruh Akupresur Terhadap Tekanan Darah Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Teratap Palembang
8-15
Yudi Abdul Majid, Puji Setya Rini
Efektivitas Terapi Okupasi Terhadap Kemandirian Dalam Perawatan Diri Pasien
Skizofrenia Di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
16-22
Suzanna, Khalida Zia
Hubungan Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional(Mpkp) Dengan
Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inaprsu Budi Agung Palu
23- 31
Andi Fatmawati, , Fajrillah Kolomboy
Pengaruh Intervensi Paket “Haid Sehat” Terhadap Intensitas Dismenore di SMA Patra
Mandiri 1 Palembang 32-40
Dina Anggreni, Jum Natosba, Trilia
Identifikasi Polimorfisme Gen p53 Kodon 72 pada Penderita Kanker Kolorektal di
Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
41-47
Lusia Hayati , Asifa Ramadhani Sembiring , Ziske Maritska , Mgs.H.M.Irsan Saleh
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Perubahan Tekanan Darah Lansia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Palembang Tahun 2015
48-55
Aristoteles , Maya Fadlilah , Trillia
Efektivitas Hypnoterapi Teknik The Swish Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMU
Muhammadiyah 3 Palembang 2015
56-61
Septi Ardianty
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Lansia Tentang Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Teori Abraham Maslow di Panti Tresna
Werdha Teratai Palembang
62-66
Puji Setya Rini, Yudi Abdul Madjid
Pengaruh Terapi Zikir Terhadap Tingkat Kecemasan Klien Pasca Stroke di Palembang
Tahun 2015
67-72
Suratun
Artikel Penelitian Seminar Nasional Keperawatan
Complementary Therapy: From Research to Practice
Palembang, 27 November 2015
Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Pada DM Tipe II 73-78
Karolin Adhisty, Sigit Purwanto, Ira Kusumawati
Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien Hemodialisa dalam
Menjalani Diet di RSUD Undata Palu 79-86
Fitria Masulili, Serly
Hubungan Senam Hamil dengan Lama Proses Persalinan Kala II dan Kejadian
Ruptur Perineum Pada Primipara di RSIA Widiyanti Palembang Tahun 2015 87-91
Rosmiarti , Mardalena
Efek Antiinflamasi Fraksi Daun Binahong (Anredera Cordifolia) Pada Tikus Putih
Jantan (Rattus Norvegicus) Galur Sprague Dawley 92-99
Evi Royani
Faktor Resiko Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di Ruang General Intensive
Care Unit (GICU) Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Moh. Hoesin Palembang 100-106
Rahmiati, Eny Purwanti,Yuliana Kumala Dewi
Kepuasan Pasien Terhadap Penggunaan Waslap dan Washcloth Disposible Saat
Diseka 107-111
Herpi Pasaribu, Gilny Aileen Joan, Florida Hondo
Pengaruh Konseling Terhadap Kecemasan Primigravida Trimester I di Puskesmas
Plaju Palembang Tahun 2014 112-118
Murbiah, Rohmi
Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 119-127
Fuji Rahmawati, Elsa Pudji Setiawati, Tetti Solehati
Pengaruh Akupresur Terhadap Klien Artritis Rheumatoid di Panti Tresna Werdha
Wargatama Indralaya Tahun 2015 128-134
Jaji
Uji Beda Penurunan Tekanan Darah Setelah dilakukan Terapi SSBM dan Guided
Imagery 135-140
Herliawati
Artikel Penelitian Seminar Nasional Keperawatan
Complementary Therapy: From Research to Practice
Palembang, 27 November 2015
Identifikasi Karakteristik dan Prevalensi Carpal Tunnel Syndrome (Cts) Pada Ibu
Hamil 141-147
Sigit Purwanto, Bina Melvia Girsang
Dukungan Sosial: Informasi Melalui Media Modul Terhadap Pengenalan Dating
Violence Pada Remaja di Universitas Sriwijaya Inderalaya 148-155
Bina Melvia Girsang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Terapi Komplementer dalam
Kehamilan di Bidan Praktik Mandiri Kota Bengkulu 156-167
Asmawati, Husni, Septiyanti
Pengaruh Finger Painting dan Hypnoparenting Terhadap Frekuensi Tempertantrum
Anak Toddler di PAUD Harapan Indah Inderalaya 168-175
Antarini Idriansari, Sri Maryatun
Efektifitas Senam Kaki Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah,
Pencegahan Ulkus Diabetikum 176-180
Nurna Ningsih, Herliawati Gambaran Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun
yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015 181-185
Anita Rahmiwati
Karakteristik Dan Masalah Kesehatan Pada Lansia 186-191
Dian Wahyuni, Antarini Idriansari, Putri Widita Muharyani
Pengaruh Pelatihan Sitz Bath Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Nifas Post
Episiotomi 192-197
Tintasia, Jum Natosba, Bina Melvia Girsang
Pengaruh Metode Baby Led Weaning Terhadap Ketrampilan Oral Motor Bayi 198-203 Putri Widita Muharyani, Antarini Idriansari, Sigit Purwanto
Pengaruh Teknik Afirmasi Positif Dan Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Terhadap
Kemampuan Sosialisasi Lansia Di Panti Werdha Warga Tama Inderalaya 204-210
Sri Maryatun
Artikel Penelitian
Seminar Nasional Keperawatan
Complementary Therapy: From Research to Practice
Palembang, 27 November 2015
Karakteristik Responden Dengan St Elevasi Miokard Infark 211-215
Hikayati, Indri Seta Septadina, Antarini Idriansari
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren
Al-Ittifaqiah Indralaya
216-222
Ade Erine Suryani, Eka Yulia Fitri Y, Hikayati
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Wanita Dalam Upaya
Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Metode Iva
223-232
Esa Zahirah,Eka Yulia Fitri Y, Dhona Andhini
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L) Terhadap
Escherichia Coli
233-243
Sasono Mardiono
Pengaruh Kunyahan Rumput Laut Terhadap Ph Hcl Sebagai Peluang Buffer Asam
Basa
244-252
Sulistianingsih, Arie Kusumaningrum, Hikayati
Susunan Acara
Seminar Nasional Keperawatan
Complementary Therapi: From Research to Practice
Palembang, 27 November 2015
Waktu Acara
07.30 08.00 Registrasi
08.00 08.15 Pembukaan oleh master of Ceremony
08.15 08.30 Tari pembukaan “tari tanggai”
08.30 08.40 Menyanyikan lagu Indonesia raya
08.40 08.50 Laporan Ketua panitia
08.50 09.00 Sambutan kaprodi
09.00 09.10 Sambutan dekan/rektor dan pembukaan acara secara resmi
09.10 09.25 Coffee break
Seminar Nasional
09.25 09.30 Pembukaan Moderator: Dosen PSIK FK UNSRI
09.30 10.10 Pembicara 1: Edy Wuryanto, S.Kp., M.Kep
Tema: Pengembangan Kebijakan Praktik Komplementer
10.10 10.50 Pembicara 2: Hartiah Haroen, S.Kp., M.Kes., M.Ng, AIFO
Tema: Integrative and Holistic Nursing
10.50 11.30 Pembicara 3 : dr.Yuliarni,M.Kes
Tema : Konsep dan Prosedur Terapi Komplementer : Bekam
11.30
11.55
11.55
12.00
Tanya Jawab
Penutupan seminar dan Penyerahan Plakat kepada Pembicara
12.00 13.00 ISHOMA
13.00 15.00 Oral Presentation
15.00 15.30 ISHOMA + Coffee Break
15.30 16.00 Penutupan Poster & Oral Presentasi dan Pengumuman Poster & Oral
Presentasi terbaik
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
186
PENGARUH PELATIHAN SITZ BATH TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA
IBU NIFAS POST EPISIOTOMI
1Tintasia,
2Jum Natosba,
3Bina Melvia Girsang
1Mahasiswa PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2,3Dosen PSIK Kedokteran Universitas Sriwijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Ibu post episiotomi mengalami banyak keluhan berupa nyeri episiotomi, gatal pada daerah perineum,
dan keputihan. Upaya mencegah dan mengatasi nyeri dilakukan dengan memberikan pendidikan
kesehatan serta intervensi berupa perendaman daerah perineum dengan metode Sitz Bath. Penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan Sitz Bath
terhadap intensitas nyeri ibu nifas post episiotomi. Jenis penelitian ini yaitu Quasi-experiment dengan
pendekatan non-equivalent control group design dengan jumlah 32 orang ibu postpartum yang terdiri
dari 16 orang kelompok intervensi dan 16 orang kelompok kontrol dengan teknik pengambilan sampel
incidental sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu skala nyeri NRS (Numerical Rating Scale) yang
terdiri dari skala 0s/d 10. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan uji statitik Mann-Whitney
yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol dengan
p value=0,010. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara statistik tidak terdapat pengaruh pelatihan
Sitz Bath terhadap intensitas nyeri ibu nifas dengan episiotomi, dilihat dari nilai rata-rata kedua
kelompok terdapat perbedaan intensitas nyeri pada kelompok intervensi dan kontrol. Diskusi:
penurunan intensitas nyeri pada kelompok kontrol disebabkan oleh proses penyembuhan luka dan
faktor yang mempengaruhinya sedangkan pada kelompok intervensi disebabkan oleh relaksasi dari
Sitz Bath, selanjutnya perlu diperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan intensitas nyeri
episiotomi.
Kata kunci : Sitz Bath, Intensitas nyeri, Episiotomi
Daftar pustaka : 38 (2002-2015)
PENDAHULUAN
Dalam persalinan, tindakan episiotomi sering dilakukan untuk mengendalikan robekan
perineum sehingga memudahkan penyembuhan luka karena lebih mudah dijahit dan menyatu
kembali (Manuaba, 2011). Waktu untuk pemulihan kembali luka episiotomi berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan bergantung pada kondisi kesehatan dan perawatan perineum
itu sendiri. Luka post episiotomi jika tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
komplikasi secara fisik maupun psikologis. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Romi
(2009) yang menyebutkan bahwa dijumpai infeksi pada luka episiotomi sebanyak 2
orang(11.8 %) dari 17 orang(100%) pasca pembedahan episiotomi.
Nyeri adalah salah satu komplikasi akibat tindakan episiotomi yang dapat memengaruhi
psikologis ibu, hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Kuncahyana,
Rahayuningsih & Ambarwati (2013) bahwa adanya pengaruh nyeri episiotomi ibu nifas
terhadap psikologis ibu nifas diwilayah Sukodono Sragen. Penanganan nyeri dapat dilakukan
secara farmakologis dan nonfarmakologis. Secara farmakologis dapat mengunakan analgesik
lignocaine dan lidocaine. Namun analgesik juga memliki efek sedasi yang menyebabkan rasa
pusing dan kantuk setelah pengobatan serta beresiko bagi bayi karena ikut mengalir kedalam
peredaran darah yang kemudian berkumpul dalam air susu ibu. Untuk menghindari hal
tersebut terapi nonfarmakologis menjadi pilihan yang lebih aman digunakan bagi ibu
postpartum karena mengurangi resiko dan efek samping serta sejalan dengan proses
fisiologis. Salah satu contoh terapi nonfarmakologis yaitu hydrotherapy dengan Sitz Bath.
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
187
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja puskesmas Indralaya didapatkan
lima orang sampel yang mengalami episiotomi. Tiga diantaranya mengaku tidak percaya diri
dan takut melakukan perawatan perineum dan dua orang sisanya tidak tahu cara merawat
perineum dan membiarkan rasa nyeri akibat tindakan episiotomi. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Sari (2010), sebanyak 54,2% ibu hamil mengungkapkan ketakutannya
akibat tindakan episiotomi, 71,4 % menyatakan keraguannya dalam membersihkan luka
episiotomi sendiri tanpa bantuan tenaga kesehatan sementara itu perawatan luka episiotomi
dengan benar sangat diperlukan untuk mempercepat kesembuhan luka.
Menyikapi fenomena tersebut, keperawatan telah memberikan penekanan lebih pada peran
perawat sebagai pendidik (Sari, 2010). Pendidikan keperawatan sebagai fungsi mandiri dari
praktik keperawatan yang bertujuan membantu individu untuk beradaptasi dengan masalah
kesehatannya, mencegah komplikasi dan mematuhi program terapi serta belajar untuk
memecahkan masalah ketika menghadapi situasi yang baru (Moloku, fiolen & Joulie, 2013).
Menurut Aisyah (2010), pendidikan kesehatan dapat diberikan dengan berbagai metode
seperti ceramah, diskusi, pemberian leaflet, booklet, ataupun praktek langsung sesuai dengan
kebutuhan ibu. Pada penelitian ini menggunakan metode booklet sebagai media dalam
memberikan pendidikan kesehatan pelatihan Sitz Bath. Media ini dipilih sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mukhoirotin, Rahmat & Siswosudarmo (2014) yang
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan booklet lebih efektif menurunkan
kecemasan pada ibu primgravida yang akan menghadapi persalinan dibandingkan dengan
pendidikan kesehatan biasa.
Menurut Lockhart, Anita & Lyndon (2014) terapi Sitz Bath meliputi perendaman bagian
perineum dalam air hangat atau panas untuk mengurangi ketidaknyamanan serta
meningkatkan proses kesembuhan luka dengan cara membersihkan perineum dan anus yang
akan membantu meningkatkan sirkulasi darah serta mengurangi inflamasi. Menurut Khairani
(2014), Sitz Bath dilakukan dilakukan 2 kali dalam 1 hari. Pada hari yang sama satu kali di
siang hari dan malamnya satu kali, karena akan terlihat perubahannya jika dibandingkan
hanya satu kali. Satu kali sesi terdiri dari alternatif air hangat dan air dingin dengan
pengukuran waktu selama 12 menit. Dalam 12 menit terdiri dari 3 siklus, yaitu 2 menit dalam
air hangat dan lalu di ganti dengan air dingin, diulangi sampai 3 kali atau tergantung dengan
tingkat keparahan penyakit. Sedangkan Menurut Lockhart, Anita & Lyndon (2014) Sitz
Bath dilakukan antara 15-30 menit.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan Quasi-experiment dengan
pendekatan non-equivalent control group design. Responden dalam penelitian ini adalah 32
orang ibu postpartum yang terdiri dari 16 orang kelompok intervensi dan 16 orang kelompok
kontrol, selanjutnya ibu nifas diminta mengisi skala nyeri NRS (Numerical Rating Scale)
yang terdiri dari skala 0s/d 10. Penelitian ini dimulai dari studi pendahuluan dilakukan pada
bulan Januari, seminar proposal dilakukan pada tanggal 12 Maret 2015, pengambilan data
dan penelitian dilakukan pada 12 April- 7 Mei 2015 dan pengolahan data dilakukan pada
bulan Juni 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Indralaya
di salah satu klinik bersalin pada tahun 2015 sebanyak 32 orang dengan teknik pengambilan
sampel incidental sampling.
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
188
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden.
Kuesioner berupa lembaran yang berisi angka dari rentang 0-10 dengan 0 tidak nyeri, 5 nyeri
sedang dan 10 nyeri hebat.
HASIL Tabel 1.1
Distribusi Nilai Tengah Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah diberikan Pelatihan
Sitz Bath (n=16)
Variabel Median Min-max.
Sebelum 7 5-9
Setelah 3,5 2-5
Berdasarkan tabel 1.1 skala nyeri tertinggi sebelum diberikan pelatihan Sitz Bath yaitu skala 9
sedangkan setelah diberikan perlakuan Sitz Bath intensitas nyeri mengalami perubahan
dengan skala tertinggi adalah skala 5. Artinya, terjadi penurunan intensitas nyeri pada
kelompok intervensi dengan selisih antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Sitz Bath
berdasarkan skala nyeri adalah 4.
Tabel 1.2
Distribusi Nilai Tengah Skala Nyeri Pre-test dan Post-test Pada Kelompok
Kontrol (n=16)
Median Min-max.
pre-test 7 5-9
post-test 4,5 3-6
Berdasarkan tabel 4.2 Intensitas nyeri tertinggi sebelum dilakukan intervensi adalah skala 9.
Pada penilaian intensitas nyeri yang terakhir atau post-test skala nyeri tertinggi adalah skala
6. Ini berarti terjadi penurunan intensitas nyeri pada kelompok kontrol berdasarkan skala
nyeri dengan selisih 3 antara pre-test dan post-test.
Table 1.3
Perbedaan Skala Nyeri pada Kelompok Intervensi dan Kontrol (n=32)
n Mean Rank P value
intervensi 16 20,62 0,010
kontrol 16 12,38
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney
didapatkan nilai mean untuk kelompok intervensi lebih besar dari pada kelompok kontrol
(20,62>12,38). Hasil p value=0,010 lebih kecil dari α=0,05 yang berarti bahwa terdapat
perbedaan yang significant antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada tindakan
pelatihan Sitz Bath terhadap intensitas nyeri ibu nifas post episiotomy di Wilayah Kerja
Puskesmas Indralaya, sehingga dapat disimpulkan bahwa Sitz Bath sedikit lebih efektif dalam
menurunkan intensitas nyeri dibandingkan tanpa diberikan perlakuan.
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
189
PEMBAHASAN
Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi.
Berdasarkan uji statistik distribusi nilai tengah intensitas nyeri dari 16 orang reponden
sebelum dilakukan intervensi yaitu 7, hal ini didapat berdasarkan jumlah kuesioner dari
jawaban responden menunjukkan nilai dengan rentang skala 5-9. Intensitas nyeri yang paling
banyak dirasakan reponden berdasarakan jawaban kuesioner adalah skala 8. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa 7 dari 16 responden mengalami nyeri subjektif skala 8.
Hasil penelitian setelah intervensi didapatkan nilai tengah skala nyeri setelah dilakukan Sitz
Bath sebesar 3,5. Hal ini dikarenakan setelah intervensi terjadi penurunan intensitas nyeri
yang dibuktikan dari jumlah jawaban kuesioner post-test berada dalam rentang skala 2-5 yang
sebelunya berada dalam rentang skala 5-9. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Pore (2014)
yaitu Sitz Bath efektif digunakan untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan
luka pada klien dengan jahitan perineum.
Sitz Bath merupakan rendam duduk yang berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi daerah
lokal (daerah perendaman) yang dilakukan khusus pada bagian perineum dalam air hangat
atau dingin. Tindakan ini juga membantu merelaksasikan otot-otot setempat. Efek hangat
pada kulit khususnya daerah genitalia eksterna menimbulkan sensasi suhu pada nerve ending
(ujung saraf) pada permukaan kulit. Sensasi ini mengaktivasi transmisi dopaminergik dalam
jalur mesolimbik system saraf pusat. Terapi hangat memberikan efek “crowding process”
(proses pengacauan) pada system saraf karena mengakibatkan rasa nyeri terhambat oleh
sensasi suhu yang diterima oleh nerve endings (Ruffini dan Krause) sehingga memberikan
efek penekanan atau pengurangan rasa nyeri (analgesia) (Hasmita, Roeshadi &Tala, 2011).
Menurut Arovah (2010), tujuan dari Sitz Bath dengan air dingin yaitu menurunkan suhu
sedangkan inti dari terapi dingin adalah menyerap kalori di area lokal cedera sehingga terjadi
penurunan suhu. Efek fisiologis terapi dingin terhadap tubuh yaitu menyebabkan
vasokonstriksi daerah lokal sedangkan efek fisiologis tubuh terhadap rendam dingin adalah
menurunkan spasme otot sehingga menyebabkan relaksasi otot, menurunkan persepsi nyeri
dengan menurunkan eksitabilitas akhiran saraf bebas sehingga menurunkan kepekaan
terhadap rangsangan nyeri. Hal ini di buktikan dengan penurunan nyeri responden dari skala
minimum 5 dan maksimum 9 sebelum intervensi menjadi skala minimum 2 dan maksimum 5
setelah intervensi.
Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu satu bulan, setiap ibu nifas post episiotomi
dalam 2 minggu pertama dimasukkan kedalam kelompok intervensi sedangkan sisanya
dikategorikan kedalam kelompok kontrol. Prosedur pelaksanaan penelitian diawali dengan
pemberian pendidikan kesehatan berupa materi tentang Sitz Bath dalam bentuk booklet,
selanjutnya dilakukan pengukuran intensitas nyeri pre-test dan Sitz Bath pertama untuk
kelompok intervensi.
Skala Nyeri Pre-test dan Post-test pada Kelompok Kontrol
Penelitian ini dilakukan pada 16 responden yang diambil dengan jarak satu minggu setelah
pengambilan kelompok intervensi yang dipilih pada tempat yang berbeda dengan kelompok
intervensi yaitu di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. Pengukuran intensitas nyeri
pertama (post test) dilakukan pada hari pertama setelah 24 jam pasca persalinan dan empat
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
190
hari berikutnya dilakukan pre test. Pada kelompok kontrol responden juga mengalami
penurunan intensitas nyeri dalam rentang 3-6 dari sebelumnya 5-9 dengan nilai tengah skala
nyeri pertama yaitu 7 dan intensitas nyeri kedua yaitu 4,5.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa juga terdapat penurunan intensitas nyeri dengan
selisih pengukuran pertama dan kedua kelompok kontrol yaitu satu poin meskipun tidak
diberikan tindakan apapun oleh peneliti. Hal ini dapat terjadi karena proses penyembuhan
luka juga mempengaruhi penurunan nyeri. Menurut Wardani (2015) luka dapat sembuh
melalui proses utama (primary intention) yang terjadi ketika tepi luka disatukan
(approximated) dengan menjahitnya. Apabila luka dijahit, maka tidak ada lagi ruang kosong
sehingga luka dapat menyatu dan sembuh.
Menurut Megawati (2013) tujuan dari episiotomi itu sendiri yaitu membuat luka yang lurus
sehingga mudah dijahit dan penyembuhannya menjadi lebih baik. Pada penelitian ini,
kelompok kontrol adalah ibu nifas post episiotomi yang telah dilakukan penjahitan perineum
sehingga meskipun tidak dilakukan Sitz Bath, terjadi penurunan intensitas nyeri melalui
proses penyembuhan luka primer.
Perbedaan skala Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Intervensi.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada
intensitas nyeri responden dalam kelompok control dan intervensi yaitu p value= 0,010
(p<0,05). Maka H0 ditolak, artinya dengan adanya pemberian pelatihan Sitz Bath lebih efektif
menurunkan intensitas nyeri pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.
Jika dilihat dari nilai tengah, maka kedua kelompok mengalami penurunan intensitas nyeri,
hal ini dikarenakan Faktor lain dalam penelitian ini yang mempengaruhi kecepatan
penyembuhan luka episiotomi yaitu usia, penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia
muda dari pada orang tua. Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir stres
seperti trauma jaringan atau infeksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia ibu tidak
ada yang melebihi dari usia 35 tahun.
Paritas ibu juga dapat mempengaruhi nyeri post episiotomi. Ini dibuktikan dari hasil
penelitian bahwa ibu dengan paritas 2 mengalami penurunan nyeri yang signifikan dan lebih
mampu berdaptasi dengan nyeri berdasarkan pengalaman masa lalunya. Apabila seseorang
telah melahirkan anak yang kedua kali dan seterusnya umumnya dapat melakukan perawatan
perineum dengan baik karena mereka telah memperoleh pengalaman dan informasi pada
kelahiran anak sebelumnya sehingga peneliti berasumsi bahwa penurunan intensitas nyeri
pada kelompok kontrol dapat terjadi karena faktor proses penyembuhan luka, usia dan paritas
ibu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Secara statisik yaitu brdasarkana nilai tengah pada kedua kelompok intervensi dan kontrol
tidak terdapat perbedaan karena keduanya mengalami penuruna, namun jika dilihat dari uji
statistik antara kelompok intervensi dan kontrol tetap terdapat perbedaan dengan nilai
p=0,010 (p<0,05).
Hasil penelitian ini sebaiknya dapat dijadikan sebagai informasi bagi penyusunan kebijakan
di Wilayah kerja Puskesmas Indralaya, sehingga dapat meningkatkan pelayanan dalam
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
191
memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas post episiotomi. Bagi institusi pendidikan, Sitz
Bath dapat dimasukkan kedalam program untuk membantu penatalaksanaan nyeri ibu nifas
post episiotomi. Untuk peneliti selanjutnya agar mengevaluasi intensitas nyerinya setiap
sebelum dan setelah diberikan perlakuan Sitz Bath. Mencari sejauh mana pengaruh faktor-
faktor yang berhubungan dengan intensitas nyeri dalam pengaplikasian Sitz Bath untuk
mengatasi nyeri ibu nifas post episiotomy serta melengkapi keluasan data dengan
menggunakan data kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. (2010).Pengaruh Pemberian Paket Pendidikan Kesehatan Perawatan Ibu Nifas (PK-
PIN) yang dimodifikasi terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Postpartum
Primipara dalam Merawat Diri Di Palembang.Tesis: Universitas Indonesia.Tidak
dipublikasikan. Diakses tanggal 30 Januari 2015
Arovah, N.I. (2010). Dasar-dasar Fisioterapi pada olahraga. Yogyakarta:Universitas
Yogyakarta
Hasmita, M., Roeshadi, R.H., Tala, M.R. (2011).Efektivitas Bladder Training Sitz Bath
terhadap Fungsi Eliminasi Berkemih Spontan pada Ibu Postpartum di RSUP.H.Adam
Malik-RSUD. Dr.Pringadi Medan dan RS.Jejaring.Universitas Sumatera
Utara.Resipotary journal.
Khairani, N. D. (2014).Gambaran Haluaran Urine Setelah Penerapan Sitz Bath pada Ibu
Dengan Retensi Urin Pasca Episiotomi.Universitas Sriwijaya:Skripsi. Tidak
dipublikasikan.
Kuncahyana, D., Rahayuningsih, F.B., Ambarwati, WN.(2013).Pengaruh Nyeri Episiostomi
Ibu Nifas terhadap Psikologis Ibu Nifas Di Wilayah Kecamatan Sukodono Sregen.
Prosiding seminar nasional 2013 menuju masyarakat madani dan lestari, ISBN: 978-
979-98438-8-3
Lockhart, Anita L. & Lyndon S. (2014).Asuhan Kebidanan Masa Nifas Fisiologis dan
Patologis.Tangerang:Binarupa Aksara
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2011).Buku Ajar Pengantar Kuliah Teknik Operasi Obstetri dan
Keluarga Berencana.Trans Info Media:Jakarta.
Megawati, Y. (2013). Asuhan Kebidanan pada Ny. T dengan Perawtan Luka Perineum Post
Episiotomy di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta. Karya Tulis
Ilmiah. Tidak di Publikasikan. Diakses tanggal 29 Juni 2015.
Moloku, fiolen,B. & Joulie, S. (2013).Hubungan Pengetahuan Tentang Perawatan dengan
Penyembuhan Luka Episiotomi pada Ibu Post Partum di ruangan IRINA D Bawah
RSUP Prof Dr.r.d Kandou Malalayang. Ejournal keperawatan(E-kep), 1(1), 2
Mukhoirotin, Rahmat & Siswosudarmo. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap
Kecemasan Primigravida dalam Menghadapi Persalinan. Jurnal Kesehatan Reproduksi,
volume (1), 3, ISSN 2302-836X
Seminar Nasional Keperawatan “Complementary Therapy: From Research to Practice”
192
Romi, S. (2009).Kejadian Infeksi Luka Episiotomi dan Pola Bakteri pada Persalinan Normal
di RSUP. H. Adam Malik Dan RSUD Dr. Pimgadi Medan.Thesis: USU Respiratory
Sari, N. K. (2010).Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Perineum terhadap
Kesembuhan Luka Episiotomi Klien Postpartum di BKIA Aisyiyah. Bagian
Keperawatan Medikal Bedah FK UMY. e-journal
Pore, Y. (2014). Effectiveness of Moist Heat and Dry Heat Application on Healing of
Episiotomy Wound. Asian Journal of Multidisciplinary studies, Volume 2, (7), 2321-
8819
Wardani, N.E.K. (2015).Pengaruh pemberian daun binahong terhadapKualitas luka perineum
pada ibu nifas di rumah sakitSyarifah ambarni rato ebuh bangkalan.e-journal