Kedokteran okupasi

23
MAKALAH PBL BLOK 27 OKUPASI RENDY CHANDRA 2007-10-190

description

MAKALAH PBL BLOK 27 OKUPASIRENDY CHANDRA 2007-10-190Daftar IsiDaftar Isi BAB I Pendahuluan BAB II Isi 2.ANAMNESIS 1 2 33.PEMERIKSAAN 4.DD 5. WD 6.ETIOLOGI 7PENATALAKSANAAN 8 PROGNOSIS 9 PENCEGAHANBAB III Penutup 3.1 Kesimpulan Daftar Pustaka 17 17 18PENDAHULUAN Nyeri pinggang bawah (low back pain) merupakan keluhan Nyeri pinggang sebenarnya hanyalah suatu gejala dari berbagai gangguan dalam tubuh atau anggota tubuh, tetapi nyeri pinggang perlu diwaspadai. Kalau lalai, akibatnya bisa

Transcript of Kedokteran okupasi

Page 1: Kedokteran okupasi

MAKALAH PBL BLOK 27

OKUPASI

RENDY CHANDRA

2007-10-190

Page 2: Kedokteran okupasi

Daftar Isi

Daftar Isi 1

BAB I Pendahuluan 2

BAB II Isi 3

2.ANAMNESIS

3.PEMERIKSAAN

4.DD

5. WD

6.ETIOLOGI

7PENATALAKSANAAN

8 PROGNOSIS

9 PENCEGAHAN

BAB III Penutup 17

3.1 Kesimpulan 17

Daftar Pustaka 18

Page 3: Kedokteran okupasi

PENDAHULUAN Nyeri pinggang bawah (low back pain) merupakan keluhan Nyeri pinggang sebenarnya

hanyalah suatu gejala dari berbagai gangguan dalam tubuh atau anggota tubuh, tetapi nyeri

pinggang perlu diwaspadai. Kalau lalai, akibatnya bisa fatal, yakni kelumpuhan. Nyeri pingggang

adalah suatu rasa tidak nyaman yang mengganggu di daerah belakang, mulai dari tulang

punggung hingga tulang pinggang.Wujud nyeri beraneka rasa bisa pegal, ngilu, perih, seperti

ketarik, keikat atau seperti terbakar. Semua ini dibedakan dari sumber nyerinya. Di negara

industri seperti Indonesia, nyeri pinggang banyak menyerang pekerja usia produktif sekitar 20

hingga 40 tahun.1,3

ANATOMI DAN FISIOLOGI PINGGANG BAWAH Tulang belakang (vertebra) merupakan bangunan yang kom-pleks dan dapat dibagi dalam 2 bagian. Bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh diskus intervertebralis dan ditahan satu sama lain oleh ligamen longi-tudinalis anterior dan posterior. Sedangkan bagian dorsal tidak begitu kokoh dan masing-masing terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh ber-bagai ligamen, di antaranya ligamen interspinalis, ligamen inter- transversa, dan ligamen flavum. Pada prosesus spinosus dan transversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan me-lindungi kolumna vertebralisSeluruh bangunan kolumna vertebralis dan sekitarnya mendapat persarafan dari cabang-cabang nervus spinalis yang sebagian besar keluar dari ruangan kanalis vertebralis melalui foramen intervertebralis dan sebagian dari ramus meningeal yang menginervasi duramater. Diskus intervertebralis dan nukleus pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel, meskipun berbatasan langsung dengan ligamen longitu-dinalis yang mengandung serabut-serabut sensibel Pada pergerakan normal, biasanya terjadi rangkaian harmo-nisasi gerak antara otot dan ligamen. Bagian lumbal merupakan bagian yang mempunyai kebebasan

Page 4: Kedokteran okupasi

gerak terbesar sehingga mempunyai kemungkinan cedera yang lebih besar, biarpun tulang-tulang vertebra dan ligamen di daerah pinggang lebih. KokohPada tulang belakang, 75% pergerakan, khususnya fleksi berasal dari daerah lumbosakral, dan 20--25% berasal dari segmen L4-5. Walaupun demikian, fleksi di daerah ini saja tidak memungkinkan fleksi penuh dalam gerakan meraih. Kira-kira 50% dari gerakan semacam ini juga berasal dari rotasi panggul (pelvis). Pergerakan ini disebut irama lumbo-pelvis, yaitu fleksi Cermin Dunia Kedokteran No. 54, 1989 29di daerah lumbal yang diikuti dengan fleksi pelvis. Hal yang se-baliknya akan terjadi pada pergerakan dari membungkuk ke posisi tegak; akan terjadi rotasi pelvis ke depan yang diikuti belakang, beban pergerakan dari fleksi 90° ke 45° akan di-tanggung oleh ligamen, sedangkan beban dari fleksi 45° ke posisi tegak akan ditanggung oleh otot 8, 9 Tekanan intradiskus di daerah lumbal pada posisi tidur terlentang: 20 kg, tidur miring: 75 kg, duduk tegak: 175 kg, duduk membungkuk: 190 kg, berdiri tegak: 100 kg, berdiri sambil membungkuk: 150 kg. Jadi tekanan intradiskus pada posisi berdiri tegak lebih rendah daripada posisi duduk, dan tekanan intradiskus yang terkecil adalah pada posisi berbaring 3, 5, 8, 9, 10. DIAGNOSIS 3, 9, 10, 12, 17

Anamnesis Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah spontan. Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari sendi, tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot. Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan keterlibatan radiks saraf. Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang setelah melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah, mungkin disebabkan tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin tumor dalam kanalis vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan berkurang setelah melaku-kan gerakan tubuh mungkin disebabkan spondilitis ankilopoetika; batuk, bersin dan mengejan akan memprovokasi nyeri pada

HNP. Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik, jenis neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang normal dan nyeri berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan. Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya infeksi, misalnya spondilitis. Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila progresif mungkin tumor. Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid, penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak. Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik. Riwayat keluarga dapat dijumpai pada artritis rematoid dan osteoartritis. 32 Cermin Dunia Kedokteran No. 54, 1989

Page 5: Kedokteran okupasi

2) Pemeriksaan fisik umum (a) Posisi berdiri: · Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya. · Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring/tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot. · Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot. · Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin). · Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi sakroiliaka, dan lain-lain. (b). Posisi duduk: · Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya. · Perhatikan bagian belakang tubuhnya. (c). Posisi berbaring : · Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya. · Pengukuran panjang ekstremitas inferior. · Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.

3). Pemeriksaan fisik khusus/neurologik. · Pemeriksaan motorik, sensorik, dan refleks. · Tanda Lasegue/SLR, Lasegue silang, Dejerine, Naffziger, percobaan Valsava, tanda Spurling dan modifikasi Kemp, tanda Patrick/Fabere (fleksi-abduksi-eksorotasi-ekstensi) atau anti Patrick, tanda Thomas, Gaenslen, ` pelvic compression test ', dan lain-lain.

4). Pemeriksaan radiologik 3, 3a, 13, 16, 19· Foto polos tulang belakang (AP, lateral, oblik). · Mielografi, kaudografi. · Diskografi. · CT sken, CT-mielografi, CTdiskografi.

5). Pemeriksaan laboratorium klinik, antara lain meliputi darah lengkap/LED, urine lengkap/termasuk protein Bence Jones. serum kalsium, fosfat, alkali fosfatase, asam fosfatase, plasma protein d elektroforesis, HLA, reaksi imunologik, pemeriksaan sumsum lang, pemeriksaan likuor serebrospinal, dan lain-lain. 6). EMG dan evoked potential somato-sensorik. 7). Pemeriksaan lain,misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint blo

Page 6: Kedokteran okupasi

DIAGNOSIS :

Working Diagnosis : Nyeri pinggang et causa bekerja tidak ergonomis.

Differential Diagnosis: LOWBACK PAIN,HNP

1. Proses Degeneratif, Meliputi : Spondilosis, HNP, Stenosis Spinalis, Osteoarthritis :

Perubahan degeneratif pada vertebrata lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebrae

berikut arkus dan prosessus artikularis serta ligamenta yang menghubungkan bagian-bagian

ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses degneratif ini dikenal sebagai

osteoartrosis deformans, tapi kini dinamakan spondilosis. Perubahan degeneratif dapat juga

mengenai anulus fibrosis diskus intervertebralis yang bila pada suatu saat terobek dapat disusul

dengan pdiskus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP).

Unsur

2. Penyakit Inflamasi :

Nyeri pinggang akibat inflamasi terbagi menjadi 2 macam, yang pertama adalah pada

artritis rematoid, yang sering timbul sebagai penyakit akut. Persendian keempat anggota gerak

dapat terkena secara serentak atau dengan selisih beberapa hari/minggu. Yang kedua adalah

pada spondilitis angkilopoetika. Keluhan yang paling dini dihadapi oleh penderita ialah sakit

punggung dan sakit pinggang. Sifatnya ialah pegal-kaku dan pada waktu dingin dan sembab linu

dan ngilu dirasakan.

3. Osteoporotik :

Sakit pinggang pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali disebabkan

oleh osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau nyeri atau nyeri radikular

dapat juga disajikan sebagai keluhan.

Page 7: Kedokteran okupasi

4. Kelainan Kongenital :

Anomali kongenital yang diperlihatkan foto rontgen polos dari vertebrae lumbosakralis

terlampau sering dianggap sebagai kelainan yang mendasari sakit pinggang. Spina bifida okultra

sering ditemukan pada foto rontgen polos para penderita yang berkunjung ke dokter bukan

karena sakit pinggang, melainkan, misalnya, keluhan urogenital atau gastrointestinal.

Lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis merupakan variasi anatomik yang

tidak mengandung arti patologik. Demikian juga sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan 5 korpus

vertebrae lumbalis.

5. Gangguan Sirkulatorik :

Adakalanya aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan sakit pinggang yang

hebat, yang dapat menyerupai sprung back atau HNP. Seyogyanya aneurisma aorta abdominalis

sebagai pembangkit sakit pinggang yang hebat teringat bilamana kita mengahadapi seorang

pasien yang berumur lebih dari 50 tahun, yang sudah pernah mendapat ‘stroke’ ringan, sudah

memperlihatkan tanda-tanda arteriosklerosis seperti tungkai bawah selalu dingin dan pulsasi

Gangguan sirkulatorik yang lain, yaitu trombosis aorta terminalis, perlu mendapat perhatian

oleh karena mudah didiagnosa sebagai HNP. Gejala-gejala yang timbul akibat trombosis aorta

terminalis ini dikenal sebagai sindrom Leriche. Anamnesa pasien biasanya seragam. Sakit

pinggang yang dapat meluas ke bokong, belakang paha dan tungkai kedua sisi. Bilamana

ditanyakan mengenai sifat-sifat sakit pinggangnya, terungkaplah bahwa sakit pinggangnya

terasa kalau berbaring, duduk dan berdiri, tapi kalau berjalan baru timbul sakit pinggang.

Page 8: Kedokteran okupasi

ETIOLOGI :

Faktor Penyebab :

Gejala nyeri pinggang bisa berupa sedikit pegal sampai nyeri sekali. Timbulnya bisa

secara mendadak atau perlahan-lahan dalam waktu beberapa jam hingga beberapa hari. Rasa

sakitnya dapat dirasakan pada tubuh bagian belakang rusuk terakhir hingga bagian bawah

pantat, tapi dapat juga menjalar ke tungkai. Banyak orang mengira ini adalah sakit ginjal atau

batu ginjal. Padahal, banyak kasus nyeri pinggang yang disebabkan oleh sikap fisik dan mental,

maupun faktor lain yang tidak berhubungan dengan ginjal. Penyebab lain bisa karena faktor

organik seperti sakit ginjal, tumor dan lain-lain.

Paling tidak ada beberapa kategori penyebab nyeri pinggang yang perlu Anda ketahui

yakni : nyeri pinggang akibat sikap yang salah saat mengangkat beban yangg berat, akibat

kelainan tulang belakang karena penyakit pada organ dalam tubuh, karena rematik dan

ketegangan (psikis), dsb.

Page 9: Kedokteran okupasi

1.Nyeri Pinggang Non-Spesifik :

a. Dari seluruh kasus nyeri pinggang, angka kejadian nyeri pinggang nonspesifik

berkisar 85 %. Umumnya disebabkan cedera otot, dan ligamen, serta kram.

Gejala berupa nyeri mendadak jika seseorang melakukan kegiatan yang berat

dalam waktu lama.

b. Pengobatannya cukup istirahat, minum obat analgesik, mengompres nyeri

dengan air hangat. jika terpaksa, dokter bisa memberi suntikan lokal.

2. Nyeri Pinggang Hernia Nucleus Pulposus (HNP) :

Merupakan penyebab tersering untuk nyeri pinggang yang menjalar hingga ke

tungkai kaki. Diperlukan diagnosis dengan MRI untuk memastikan HNP atau bukan.

Pengobatan bisa dengan obat analgesik, istirahat, dan fisioterapi. Operasi bisa ditempuh

bila salah satu atau kombinasi pengobatan gagal dan nyeri bertambah patah.

3. Nyeri Pinggang Akibat Osteoporosis :

Nyeri jenis ini menyebabkan tulang mudah patah atau gepeng. Biasanya

menyerang wanita menopause, kaum perokok, peminum alkohol, orang yang malas

berolahraga, dan pengguna obat steroid dalam waktu lama.Untuk mencegah,

dianjurkan selalu memeriksa kepadatan tulang secara rutin, terutama kaum wanita dan

lansia.

4. Nyeri Pinggang Akibat Tumor Ganas :

Jenis ini merupakan yang paling berat dan biasanya berasal dari keganasan

tumor di tempat lain. Contohnya, tumor payudara, tumor prostat, dan lainnya.

Disarankan agar selalu berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi nyeri pinggang

akibat tumor.

Page 10: Kedokteran okupasi

5. Nyeri Pinggang Psikogenik :

Dapat ditemukan pada penderita depresi dan kecemasan. Biasanya sudah kronis

dan berlangsung selama tiga bulan. Hal ini terjadi karena pemeriksaan klinis seringkali

tidak sesuai dengan gejala.4

FAKTOR RESIKO :

Faktor Umur :

Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara teori,

nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa

saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini

mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai

pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur

dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima.1 Bahkan keluhan nyeri

pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.

Jenis Kelamin :

Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang

sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat

mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering

terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga

dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga

memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

Berat Badan :

Page 11: Kedokteran okupasi

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri pinggang

lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat

memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

Tinggi Badan :

Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior

maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.

Pekerjaan :

Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat,

sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta

penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang

biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg

sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.3

Aktivitas / Olahraga :

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari

oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang,

seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan

nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung

yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan

punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk

atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang

spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian

tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk

PENATALAKSANAAN 3, 9, 12,15,16, 19

Page 12: Kedokteran okupasi

1). Langkah pertama Pemberian obat-obat analgetika, anti inflamasi, trankuilizer/ relaksan otots. 2) Langkah ke dua. Nyeri pinggang mekanik akut · Tirah baring total 2448 jam, pemanasan setempat (terapi panas superfisial: kompres hangat, bantal nemanas. sinar infra merah; terapi panas dalam: diatermi, TENS (transcutaneus elec-tricnerve stimulation), anestesi lokal dengan atau tanpa kortikosteroid, atau spray stretch pada suatu ` trigger point ` untuk mengurangi spasmus otot dan merangsang peregangan5, 10, 14, 20, 21

Nyeri pinggang mekanik kronik: · Latihan peregangan otot pinggang dan otot hamstring serta penguatan otot perut/dinding abdomen dan gluteus maksimus20 ·Pemanasan setempat, TENS, anestesi lokal dengan atau tanpa kortikosteroid, spray stretch, relaksasi dan biofeedback, akupunktur 5, 10, 14, 22. · Reconditioning. Spondilitis tuberkulosa: · Tuberkulostatika, disusul operasi 2-3 minggu kemudian. Fraktur kompresi: · Operatif. · Konservatif -- tirah baring 4--6 minggu bila faktur stabil dan tirah baring 68 minggu bila f aktur tidak stabil, disusul mobilisasi dengan korset/brace selama 46 minggu. Osteoporosis: · Latihan-latihan. · Pemasangan korset. · Obat-obatan misalnya kalsium, kalsitonin, atau estrogen pada wanita yang sudah menopause. Spondilosis: · Tirah baring yang dilanjutkan dengan latihan-latihan. · Terapipanas (sinar infra merah, diatermi)· Traksi pelvis (manual, intermiten). · TENS (transcutaneus electric nerve stimulation) 14,22· Operatif (dekompresi) : laminektomi, foraminotomi, ` dysfrag- ment excision' 4.

Hernia nukleus polposus : · Tirah baring pada alas tidur yang keras, diberi matras tipis

Page 13: Kedokteran okupasi

(kedua tungkai sebaiknya diganjal dengan bantal di bawah lutut) selama 1--6 minggu; tirah baring yang terlalu lama akan menghambat penyembuhan akibat kurangnya nutrisi diskus8 · Latihan-latihan pasif sedini mungkin, biasanya pada hari ke dua atau tiga setelah serangan. · Terapi fisik yang meliputi terapi panas (sinar infra merah, diatermi), traksi pelvis (manual,intermiten), TENS. · Injeksi steroid epidural. · Mobilisasi: pada permulaan dilakukan dengan bantuan korset lumbal untuk mencapai kurve fisiologis tulang belakang. · Kemonukleolisis dengan enzim proteolitik, misalnya kemopapain 19, 23· Operatif (dekompresi, dengan indikasi : Kegagalan pengobatan konservatif. * Pengobatan konservasi berhasil, 'namun sering kambuh kembali. * Adanya kelemahan yang nyata dari sekelompok otot dan/ atau fenomena kompresi radiks pada EMG. * Adanya gangguan otonom. * Adanya gangguan neurologik yang progresif. Nyeri psikogenik · Anti cemas/trankuiliser. · Anti depresan bila terjadi depresi. · Relaksasi dan biofeedback · Psikoterapi. · Hipnoterapi dan lain-lain. 3) Langkah ke tiga. Melakukan evaluasi aktivitas pramorbid, nasehat-nasehat, dan usaha pencegahan 1, 3, 8, 24.,Waktu berdiri. · Jangan memakai sepatu dengan tumit terlalu tinggi. · Bila harus berdiri untuk waktu lama, selingilah dengan ber-jongkok beberapa menit, atau letakkan satu kaki lebih tinggi dengan meletakkannya pada sesuatu. · Meja kerja, meja dapur jangan terlalu rendah sehingga harus bekerja sambil membungkuk. Cermin Dunia Kedokteran No. 54, 1989 33 · Bila akan mengambil sesuatu di lantai jangan membungkuk, tetapi dengan menekuk lutut. · Bila harus mengangkat barang berat, renggangkanlah ke dua tungkai, lalu paha dan lutut ditekuk, namun pinggang tetap lurus. Kemudian bawalah barang tersebut sedekat mungkinWaktu berjalan. · Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-

Page 14: Kedokteran okupasi

gesa. Waktu duduk. · Kalau terpaksa duduk lama, satu lutut hams diletakkan lebih tinggi dari yang lain dengan cara meletakkan salah satu kaki pada tempat pijakan kaki; duduk adalah aktivitas yang paling buruk untuk keluhan nyeri pinggang bawah. · Periode duduk yang lama harus sering diselingi.dengan berdiri beberapa menit. · Kursi yang dipakai untuk duduk tidak boleh terlalu tinggi sehingga lutut lebih rendah dari paha pada saat duduk. · Bila mengendarai mobil, tempat duduk jangan terlalu jauh jaraknya dari kemudi sehingga posisi tungkai menjadi hampir lurus. Waktu tidur. · Sebaiknya tidur dengan posisi berbaring di tempat tidur yang tidak terlalu lembek. · Posisi tidur yang terbaik adalah terlentang dengan bantal di bawah lutut sehingga sendi paha dan lutut dalam keadaan fleksi dan pinggang mendatar

DAMPAK :

Individu :

Aktifitasnya menjadi terbatas.

Melakukan pekerjaan menjadi tidak maksimal.

Pekerjaan menjadi terbengkalai.

Gaji yang terima mungkin akan lebih sedikit, dikarenakan tidak bekerja dengan baik.

Menjadi sering ijin untuk tidak masuk kerja karena sakit.

Memerlukan biaya lebih untuk pengobatan.

Perusahaan :

Hasil dari pekerjaan menjadi tidak baik / kurang maksimal.

Page 15: Kedokteran okupasi

Bisa mengakibatkan kemunduran barang produksi.

Bisa mengakibatkan kerugian.

PENCEGAHAN :

Para pimpinan Perusahaan untuk menyediakan dokter ahli keselamatan kesehatan kerja

(K3) yang menguasai bidang ergonomis. Dengan adanya tenaga ahli ergonomis ini

keselamatan kerja para pegawai terjaga. Dan ahli ini juga yang akan menentukan

peralatan kerja dan peralatan keselamatan yang sesuai dengan bidang tugas masing-

masing pekerja.

Sikap tubuh yang tepat:

1. Berdiri :

Satu kaki lebih tinggi, bertumpu pada bangku, dengan lutut sedikit ditekuk, keadaan

ini akan mengurangi tekanan pada punggung.

2 Duduk :

Duduk dengan lutut sejajar dengan panggul, memberikan dukungan pada

punggung ( posisi lutut 90 derajat).

3 Meraih :

Bila meraih sesuatu yang menyebabkan tangan bergerak hingga bahu terangkat,

berdirilah pada kursi atau bangku.

4 Memindahkan barang yang berat :

Page 16: Kedokteran okupasi

Posisikan anda pada arah menarik. Gunakan tangan dan kaki saat awal. Bila

mungkin, jangan lakukan sendirian.

5 Mengangkat :

Berjongkok pada satu lutut dengan kaki yang lain mendatar pada lantai, sedekat

mungkin dengan benda yang akan diangkat. Angkat dengan kaki, jangan punggung,

upayakan benda yang diangkat selalu dekat dengan tubuh.

6 Menjinjing :

Membagi 2 beban dan dijinjing kiri kananlebih baik daripada satu sisi . Bila

terpaksa membawa benda berat , upayakan selalu dekat dengan tubuh.

7 Tidur :

Tidur terlentang membebani punggung sebesar kira-kira 25 hingga 30 kg.

Meletakkan beberapa bantal di bawah lutut mengurangi separuhnya. Tidur miring

dengan bantal diantara lutut juga akan mengurangi beban.

8.Mengontrol berat badan :

Berat badan yang berlebih , menyebabkan tarikan pada jaringan lunak

punggung, dan juga akan memperlambat proses penyembuhan.

9Berhenti merokok :

Nikotin berakibat aliran darah pada bantalan antara tulang punggung berkurang. 2

Page 17: Kedokteran okupasi

PROGNOSIS :

Prognosis pada nyeri pinggang dengan nyeri yang disebabkan oleh karena pekerjaan

berat biasanya dapat mempunyai prognosis yang sangat baik sekali, dikarenakan dengan

adanya banyak istirahat dan mengurangi jumlah pekerjaan akan sudah memperlihatkan

prognosis yang baik.

RINGKASAN DAN KESIMPULAN Nyeri pinggang bawah merupakan keluhan umum yang dialami hampir semua orang, dan merupakan salah satu penyebab utama mangkir kerja dan peningkatan biaya kesehatan. Nyeri pinggang bawah adalah suatu gejala berupa rasa nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliaka yang dapat disebabkan oleh berbagai hal, dan kadang-kadang disertai juga dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. Diagnosis yang pasti sering kali tidak mudah karena kurang-nya pendekatan diagnostik dan penyebab nyeri pinggang bawah yang bermacam-macam, serta melibatkan banyak disiplin ilmu. Pada kesempatan ini, telah dikemukakan beberapa segi klinis, prosedur diagnostik yang diperlukan, dan penatalaksana-an nyeri pinggang bawah.

KEPUSTAKAAN 1. Judana A Low back pain: beberap segi klinik dan penatalaksanaan. Neurone 1981; 1: 40-3. 2. Judana A, Sastrodiwigo S. Peranan neurologi dalam masalah low back pain. Diajukan pada Simposium Low Back Pain, 10 Desember 1983, Jakarta.

Page 18: Kedokteran okupasi

Jakarta: FKUI, I983. 3. Poerwadi T. Sekali lagi mengenai low back pain. Diajukan pads Simposium Kemajuan dalam Tatalaksana Nyeri Degeneratif, 30 Agustus 1988, Surabaya. Surabaya: FK UNAIR, 1988. 3a. Bogduk N. The diagnosis of low back pain. Diajukan pada Symposium Back & Muscle Pain, 22 September 1987, Denpasar. Denpasar: The 7th Asian Oceanian Congress of Neurology, 1987. 4. Hakim AA, Nasution M, Rambe HH. Penanggulangan low back pain yang disebabkan oleh spondilosis lumbal. Maj Dokter Keluarga 1985; 4: 100-2. 5. Cailliet R. Low Back Pain Syndrome. 2nd ed. Philadelphia: FA Davis, 1978. 6. Rumawas RT. Anatomi dan patofisiologi nyeri pinggang bawah. Diajukan pada Simposium Low Back Pain, 10 Desember 1983, Jakarta. Jakarta: FKUI, 1983. 7. Steven J. Low back pain. Med pin North Am 1968; 52: 55-71. 8. Tan BGK Low back and musculoskeletal pain. Diajukan pada Symposium Back & Muscle Pain, 22 September 1987, Denpasar. Denpasar: The 7th Asian Oceanian Congress of Neurology, 1987. 9. Judana A Diagnosis dan tatalaksana nyeri pinggang. Diajukan pada simposium nyeri pinggang, 27 Juni 1986, Semarang. Semarang: Pertemuan Nasional Dwi Warsa I IDASI, 1986. 10. Santoso B. Patokinesiologi darn sindroma nyeri punggung bawah serta