ANALISIS TEKS MAKNA KERUKUNAN ANTARUMAT
BERAGAMA DALAM PIAGAM MADINAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Taufik Nur Rohman
NIM: 1110051000144
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ANALISIS TEKS MAIOIA KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMADALAN{ PIAGAN{ MADINAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ihnu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
{Jntuk Memenuhi Persyaratan Meraih
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:TAUFIK NUR ROHMAN
NIM : 1l10051000144
Dosen Pembimbing
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAh{FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIYERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
.IAKARTA2015
LEMBAR PENGESAHAN
skripsi yar,g bery'udul "Analisis Teks Makna Kerukunan AntarumatBeragama dalam Piagam Madinah" telah diajukan dalam sidang munaqasahFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah lakarta,pada Tanggal 30 Juni 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Korn.I) pada program
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
lakarta,2 Juli 2015
Sidang Munaqasah,
Sekretaris Merangkap Anggota
Saprudin. S.PdNIP: 19680609199108100 I
Anggota
Pembimbing
NIP: 19670906199403 1002
31996031001 NIP: 197704242007 102002
NIP: 19780
2.
1.
LEMBAR PERNYAT,A.AN
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan meraih gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Univei:sitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan hasil karya orang
lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Mei 2015
TAUFIK NUR ROHMAN
i
ABSTRAK
Taufik Nur Rohman
Analisis Teks Makna Kerukunan Antarumat Beragama dalam Piagam
Madinah
Kerukunan berasal dari kata rukun artinya baik dan damai, tidak
bertentangan. Sedangkan merukunkan berarti mendamaikan, menjadikan bersatu
hati. Melihat keadaan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan
agama, tidaklah heran jika kerukunan antarumat beragama menjadi hal yang
sangat penting. Kerukunan antarumat beragama telah ada sejak zaman Nabi
Muhammad dengan dibuatnya suatu piagam yang bernama Piagam Madinah.
Dari uraian di atas, timbul beberapa pertanyaan. Bagaimana relevansi
Piagam Madinah bagi kerukunan antarumat beragam di Indonesia? Bagaimana
konstruksi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial yang ada pada pasal Piagam
Madinah?
Kerukunan antarumat beragama di Indonesia masih banyak menyisakan
masalah. Kasus-kasus yang muncul terkait dengan hal ini belum bisa terhapus
secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan lainnya masih menyisakan
masalah, ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu siap membara dan
memanaskan suasana di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemahaman masyarakat tentang kerukunan antarumat beragama perlu ditinjau
ulang. Langkah-langkah antisipatif demi damainya kehidupan umat beragama di
Indonesia sangat diperlukan, seperti memahami lagi lebih dalam isi Piagam
Madinah seperti yang telah dicontohkan Nabi Muhammad 14 abad yang lalu.
Teori yang digunakan adalah analisis wacana model Teun Van Dijk.
Analisis wacana merupakan salah satu bentuk alternatif untuk menganalisis pesan
dalam media. Analisis wacana lebih menekankan kepada pertanyaan “bagaimana”
dari pesan atau teks komunikasi. Van Dijk menggambarkan analisis wacana dalam
tiga dimensi, yaitu konstruksi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Dalam hal ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk
membedah atau menganalisis suatu pesan. Penelitian dengan metode ini tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau mebuat
prediksi.
Dalam membedah lebih jauh tentang pasal di Piagam Madinah yang
berhubungan dengan makna kerukunan antarumat beragama, diuraikan analisis
teksnya, kognisi sosialnya, serta konteks sosialnya. Analisis teksnya adalah
delapan prinsip dalam Piagam Madinah yang mana tiga diantaranya mengandung
makna kerukunan antarumat beragama yaitu prinsip yang mengandung makna
persatuan dan kesatuan, persamaan dan keadilan, serta kebebasan beragama.
Kognisi sosialnya adalah melihat sejarah terbentuknya Piagam Madinah. Konteks
sosialnya adalah melihat Piagam Madinah bisa terjadi dalam artian sebab
musababnya.
Jadi dapat disimpulkan dengan adanya penetian ini, penulis ingin melihat
bagaimana nilai-nilai kerukunan antarumat beragama saat dulu Piagam Madinah
itu dibuat, melihat relevansinya bagi kerukunan antarumat beragama di Indonesia
saat ini. Serta juga untuk melihat seberapa pantas Piagam Madinah dapat menjadi
acuan untuk penataan kerukunan hidup antarumat beragama di Indonesia.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT. Dzat pencipta
alam semesta. Rasa syukur tiada henti penulis panjatkan kehadirat-Nya karena
berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam juga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang
senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunnahnya.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang penuh keikhlasan, baik fisik
maupun psikis, secara moril maupun materil yang banyak membantu dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai. Karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Wadek I, Ibu
Dr. Roudhonah, M.A selaku Wadek II, dan juga Bapak Dr. Suhaimi, M.Si
selaku Wadek III.
2. Bapak Rachmat Baihaky, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, dan Ibu Fita Faturrokhmah, M.Si, selaku Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Bapak Kholis Ridho, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi masukan-
masukan dalam penulisan skripsi ini.
iii
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik serta memberikan beragam ilmu yang sangat bermanfaat.
Semoga ilmu-ilmu para Dosen dibalas dengan pahala yang tak terhingga.
5. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah membantu penulis dalam hal administrasi selama perkuliahan
dan penelitian skripsi ini.
6. Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB), khususnya kepada Ubaidillah.
MA, yang di sela kesibukannnya menyempatkan diri untuk menjadi
narasumber dalam penelitian ini.
7. Orang tua penulis, Ayah Jamadi dan Ibu Nurhayati, Nenek Tukinem,
Nenek Kemi,Kakek H. Ramelan, Kakek Atmowiyono , dan Ibu keduaku
Ibu Dum yang telah memberikan banyak membantu, serta keluarga penulis
lainnya yang amat dicintai. Terima kasih atas pengorbanan yang tak
ternilai, do’a yang tak henti, air mata serta kasih sayang tulus yang
diberikan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Dan untuk
adik penulis Sharhan Benarivvo R yang selalu memberikan keceriaan
kepada penulis disetiap harinya.
8. Saudara M.Imron S.Kom.i beserta keluarga yang banyak membantu
penulis baik tenaga,moril dan materil semoga bisa melanjutkan S2 amiien
ya robbal alamin
9. Saudara Robby “karjo” Hakiardi S.Kom.I yang sering menemani penulis
mencari data rujukan terima kasih atas bantuannya bro..
10. Zaidatul Khoironi yang setia menemani dan menyemangati penulis agar
segera menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah menyatukan kita dalam
keberkahan.
iv
11. Sahabat-sahabat di Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam angkatan
2010, khususnya rekan-rekan kelas E,Imron, Iman, Malik, Ahmad
Fadhilah,Asep Sahroni, Azan, Kemal, Apriansyah, Tanto, FadlyHilyatul
Aulia, Firda, Zahra, Naziah, Astuti, Siti Sudusiah, Roby, Ababil, Andiserta
teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
semoga persahabatan dan tali silaturrahmi kita akan terus terjalin. Terima
kasih atas dukungan dan semangatnya sehingga skripsi ini dapat selesai.
12. Keluarga besar KKN “INSTAN” Kampung Babakan, Garut 2013. Terima
kasih atas ilmu dan pengalamannya.
13. Serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada mereka semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan sehingga besar harapan penulis bagi
segenap pembaca untuk memberikan masukan yang lebih baik. Akhir kata, terima
kasih atas semua kerja samanya dan mohon maaf atas semua salah dan khilaf.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh..
Jakarta, 26Juni 2015
Taufik Nur Rohman
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah .................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 10
D. Metodologi Penelitian .................................................... 11
E. Tinjauan Pustaka ............................................................. 16
F. Sistematika Penulisan ..................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORITIS ..................................................... 18
A. Pengertian Analisis Wacana............................................ 18
B. Analisis Wacana Teun A. Van Djik ................................ 24
C. Kerukunan Umat Beragama di Indoesia ......................... 28
D. Pengertian Ruang Lingkup Piagam Madinah ................. 37
BAB III GAMBARAN UMUM PIAGAM MADINAH ................... 40
A. Pengertian Piagam Madinah ............................................ 40
B. Sejarah Terbentuknya Piagam Madinah .......................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 47
A. Teks Piagam Madinah ..................................................... 47
B. Analisis Teks Makna Kerukunan Umat Beragama
Dalam Piagam Madinah .................................................. 48
C. Kognisi Sosial Piagam Madinah ..................................... 71
D. Konteks Sosial Piagam Madinah .................................... 74
E. Relevansi Piagam Madinah Bagi Kerukunan Umat
Beragama Di Indonesia ................................................... 76
BAB V PENUTUP ............................................................................. 86
A. Kesimpulan ..................................................................... 86
B. Saran................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89
LAMPIRAN
vi
DAFTAR T ABEL
Tabel 1.1 Skema Analisis Van Dijk ................................................................ 13
Tabel 2.1 Elemen – Elemen Dalam Struktur Teks Wacana Van Dijk ............. 27
Tabel 4.1 Struktur Makro ................................................................................. 48
Tabel 4.2 Super Struktur (Skematik) ................................................................ 57
Tabel 4.3 Semantik ........................................................................................... 61
Tabel 4.4 Tabel Latar ....................................................................................... 62
Tabel 4.5 Tabel Detil ........................................................................................ 63
Tabel 4.6 Tabel Maksud ................................................................................... 65
Tabel 4.7 Tabel Sintaksi ................................................................................... 66
Tabel 4.8 Retoris Piagam Madinah .................................................................. 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kerukunan berasal dari kata rukunartinya baik dan damai, tidak
bertentangan. Sedangkan merukunkan berarti mendamaikan, menjadikan
bersatu hati. Kata rukun berarti perkumpulan yang berdasar tolong-menolong
dan persahabatan. Namun dengan demikian kerukunan harus diwujudkan
bukan dengan sifat verbalistik atau sebatas pembicaraan saja melainkan
dengan perwujudan yang nyata sebagai refleksi dari ajaran agama yang kita
anut. Dengan begitu kerukunan yang harus terwujud adalah kerukunan yang
tidak membatasi ruang gerak keagaamaan .1
Kerukunan yang terwujud dalam keseimbangan yang dinamisjuga
mengandung arti adanya kesadaran di dalam diri manusia untuk saling
menerima perbedaan-perbedaan yang ada, dan saling menghargai masing-
masing potensi yang ada dalam diri manusia. Tanpa mencela apalagi sampai
menimbulkan konflik yang berakibatkan pada ketidak-rukunan dalam
kehidupan umat beragama.Kerukunan yang di kembangkan dalam konteks
persatuan dan kesatuan adalah keadaan hubungan sesama umat beragama
yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai
kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di dalam Negara
1Hendropuspito,Sosiologi Agama, (Yogyakarta. Kanisius dan BPK Gunung Mulya,1993),h.60
2
Kesatuan Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila.2
Kerukunan adalah suatu kebutuhan pokok dalam hidup baik dalam
bermasyarakat atau dalam ruang lingkup pemerintahan. Oleh karenanya,
pemeliharaan kerukunan adalah tugas bersama. Dalam konteks kehidupan
beragama, kerukunan adalah tanggung jawab bersama umat beragama. Tanpa
upaya bersama (sinergi) itu beban pemeliharaan kerukunan sulit diterapkan.
Maka dari itu sebaiknya dalam menghadapi kondisi ini peran Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemerintah sangat dibutuhkan.
Melihat keadaan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dan agama tidaklah heran maka tidak jika banyak terjadi peleburan
budaya,keadaan masyarakat yang terdiri dari berbagai kepentingan dan
kebudayaan yang berbeda-beda yang melebur dan membentuk satu kesatuan
yang mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama atau biasa disebut sebagai
Plural Society merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap
terjadinya pluralitas sukubangsa di Indonesia.3
Konsep tentang plural society pada mulanya diperkenalkan oleh
Furnival (1940).4 Menurut Furnival, ciri utama masyarakat majemuk adalah
kehidupan masyarajat berkelompok-kelompok yang berdampingan secara
fisik, tetapi mereka terpisah-pisah karena perbedaaan sosial dan tidak
bergabung dalam sebuah unit politik. Sebagai seorang sarjana yang pertama
2Weinata Sairin, Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa, (Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia, 2011), h. 1-2. 3Dr. Aloliliweri, M. S. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya, (Jakarta: Pustaka Pelajar,
2011), h. 166 44
Dr. Aloliliweri, M. S. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya, h. 166
3
kali menemukan istilah ini, ia merujuk pada masyarakat Indonesia di zaman
kolonial sebagai contoh yang klasik. Masyarakat Hindia Belanda waktu itu
terpisah-pisah dalam pengelompokkan komunitas yang didasarkan pada ras,
etnik, ekonomi dan agama. Tidak hanya antara kelompok yang memerintah
dan yang diperintah dipisahkan oleh ras yang berbeda tetapi masyarakatnya
juga secara fungsional terbelah dalam unit-unit ekonomi, seperti antara
pedagang Cina, Arab dan India (Foreign Asiatic) dengan kelompok petani
bumi putra. Menurutnya, masyarakat dalam unit-unit ekonomi ini hidup
menyendiri (exclusive) pada lokasi-lokasi permukiman tertentu dengan sistem
sosialnya masing-masing.5
Pemisahan kelompok-kelompok masyarakat ini dapat juga disebabkan
karena perbedaan agama (seperti Katolik dan Protestan di Irlandia), dan kasta
(tinggi dan rendah di Italia). Tetapi diasumsikan bahwa kepentingan untuk
memonopoli sumber-sumber ekonomi (economic resources) merupakan
sebab utama dari pemisahan (segregasi) ini. Dengan kata lain, kepentingan
ekonomi dipertajam dan dilanggengkan oleh perbedaan ras, etnik, agama,
hukum, politik dan nasionalisme.6
Menurut Prof. Usman Pelly seorang pakar komunikasi, menjelaskan
tentang konsep masyarakat majemuk sebagai berikut,
“ Pelly mempertanyakan bahwa apakah konsep masyarakat majemuk
Furnival masih dapat dipertahankan validitasnya di saat sekarang di mana
telah terjadi perubahan-perubahan fumdamental akibat laju
5Dr. Aloliliweri, M. S. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya, h. 167
6Dr. Aloliliweri, M. S. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya, h. 167
4
permbangunan.”7
Di Eropa, persoalan hubungan agama dan non-agama secara
paradigmatik dapat di katakan berakhir ketika sekularisme dijadikan sebagai
model baru hubungan antara agama dan dunia. Gerakan sekularisme
menjadikan manusia bebas dari intervensi agama dalam mengurusi persoalan
dunianya. Agama kemudian di “karantina” dalam wilayah pribadi.8
Fenomena seperti itu tidak lepas dari sejarah kelam Eropa pada abad
pertengahan dimana gereja atas nama agama begitu berkuasa dan bahkan
bertindak sewenang-wenang atau melegitimasi tindakan sewenang-wenang
raja dengan dalil-dalil agama yang bersifat absolut. Kaum gereja
memanipulasi agama untuk kemudian melakukan tindakan-tindakan yang
justru bertentangan dengan nilai agama.kaum gereja dengan kekuasaannya
yang suci telah membuat manusia Eropa menjadi kerdil dan tak memiliki hak
untuk bersuara karena semuanya akan di pangkas dengan dalil doktrin yang
merupakan titah Tuhan yang transenden.9 Walaupun pada akhirnya paham ini
hancur dengan munculnya paham sekularisme yaitu bentuk kekecewaan
terhadap kristen pada saat itu dan terpecahnya agama kristen menjadi dua
paham yang berbeda dan runtuhnya otoritas gereja dalam kehidupan
masyarakat eropa pada waktu itu.
Sejarah Eropa Kristen tentunya berbeda dengan sejarah Islam yang
hadir dengan upaya damai tanpa ada paksaan bahkan mengajak umat non-
7 Dr. Aloliliweri, M.S. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya, h.167
8 Dr. Aloliliweri, M. S. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya, h. 167-168
9 Didin Nurul rosidin, MA, Mengelola Konflik Membangun Damai, (Semarang: WMC, 2007)
cet ke-1 h 185
5
Islam untuk hidup berdampingan dalam kehidupan yang tercermin dalam
Piagam Madinah. Sejarah Islam, sebagaimana sejarah tiap umat, dapat dibagi
dalam tiga periode yaitu periode klasik, periode pertengahan dan periode
modern. Pada periode klasik merupakan masa ekspansi, integrasi dan masa
keemasan.Pada periode pertengahan disebut fase kemunduran dalam hal ini
desentralisasi dan disintegrasi semakin meningkat. Pada periode modern
terjadi banyak penyimpangan – penyimpangan yang mendorong munculnya
para penggagas dan pembaharu muslim yang berusaha menyadarkan terhadap
penyimpangan yang telah di lakukan.10
Sejarah menunjukan bahwa Nabi Muhammad dan umat Islam kurang
lebih 13 tahun di Mekkah terhitung sejak pengangkatan Muhammad SAW
sebagai Rasul, belum mempunyai kekuatan dan kesatuan politik yang
menguasai suatu wilayah. Umat Islam menjadi satu komunitas yang bebas
dan merdeka setelah pada tahun 622 M hijrah ke Madinah, kota yang
sebelumnya disebut Yastrib. Kalau di Mekkah mereka sebelumnya
merupakan umat lemah yang tertindas, di Madinah mereka mempunyai
kekuatan yang baik dan segera menjadi umat yang kuat dan dapat berdiri
sendiri11
Madinah menyimpan pesan, pengalaman, dan sejarah. Ketiga hal
tersebut terangkum dalam Piagam Madinah. Piagam membuktikan salah satu
esensi dalam Islam adalah perdamaian dan persaudaraan.Bagi sebagian umat
10
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:UI-Press, 1985) cet ke-5,
h. 56. 11
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: UI-Press,
1996).
6
Islam, piagam ini merupakan inspirasi untuk memperjuangkan hak-haknya
dalam jalur politik. Bahkan mereka menganggapnya sebagai prototip dari
politik Islam yang bersifat adihulung.12
Sebab piagam tersebut meneguhkan
posisi Islam sebagai agama yang menerima perbedaan dan menjadikan
kebhinekaan sebagai kekuatan untuk membangun sebuah komunitas yang
kuat, bermartabat, dan menjunjung tinggi keadaban.13
Di Madinah terdapat model penataan dan pengendalian sosial yang
dilakukan oleh Nabi bersama para penduduk Mekkah (Muhajirin) dan para
penduduk Madinah (Anshar) dengan tidak memihak satu sama lain,suatu
perjanjian yang memuat nilai-nilai persahabatan antara Muhajirin dan Anshar
sebagai komunitas Islam di satu pihak dan antara kaum muslimin dan kaum
Yahudi serta sekutu-sekutu mereka di pihak lain. Nilai yang menyatukan agar
mereka terhindar dari pertentangan suku serta bersama-sama
mempertahankan keamanan kota Madinah dari serangan musuh untuk hidup
berdampingan secara damai sebagai inti dari persahabatan.14
Oleh karena itu
Piagam Madinah yang dibuat untuk mempersatukan kelompok-kelompok
sosial di Madinah menjadi suatu ummah dan mengakui persamaaan hak-hak
mereka untuk kepentingan bersama merupakan suatu contoh yang sangat baik
sejarah hidup manusia untuk membangun masyarakat yang bersifat majemuk.
Menurut peneliti gagasan atau ketetapan yang ada dalam Piagam Madinah
12
Adihulung adalah seni budaya yang bernilai tinggi (KBBI) 13
Zuhairi Misrawi, Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad SAW,
(Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009), h. 293-294. 14
J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, (Jakarta: PT Rajagrapindo Persada, 1994), cet ke-1, h. 113.
7
mempunyai relevansi yang kuat dalam perkembangan dan keinginan
masyarakat internasional khususnya Indonesia.
Melihat kerukunan antarumat beragama di Indonesia masih banyak
menyisakanmasalah. Kasus-kasus yang muncul terkait dengan halini belum
bisa terhapussecara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan lainnya masih
menyisakanmasalah ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu siap
membara danmemanaskan suasana di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan
bahwapemahaman masyarakat tentang kerukunan antarumat beragama perlu
ditinjauulang.Banyaknya konflik yang melibatkan agama sebagai pemicunya
menuntutadanya perhatian yang serius untuk mengambil langkah-langkah
yangantisipatif demi damainya kehidupan umat beragama di Indonesia pada
masa-masa mendatang. Jika hal ini diabaikan, dikhawatirkan akan muncul
masalahyang lebih berat dalam rangka pembangunan bangsa dan negara di
bidangpolitik, ekonomi, keamanan, budaya, dan bidang-bidang lainnya.
Adanya perubahan zaman seperti sekarang ini seharusnya
meningkatkankesadaran masyarakat kita akan arti penting persatuan dan
kesatuan. Akantetapi kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Era reformasi
membawadampak kebebasan yang kurang terkontrol. Hal ini akan sangat
berbahayaketika terjadi di tengah-tengah bangsa yang
tingkatheterogenitasnya cukuptinggi seperti Indonesia.15
Rakyat Indonesia mencita-citakan suatu masyarakat yang cinta damai
dandiikat oleh rasa persatuan nasional untuk membangunsebuah negara yang
15
Marzuki, Kerukunan Antarumat Beragama Dalam Wacana Masyarakat Madani, h. 2
8
majemuk. Persatuan ini tidak lagi membeda-bedakan agama, etnis,
golongan,kepentingan, dan yang sejenisnya. Oleh karena itu, konsep yang
cocok untukkonteks Indonesia adalah konsep masyarakat madani.16
Sebagai konstitusi yang dibuat oleh negarawan yang berkedudukan
sebagai Rasul, Piagam Madinah tentu sarat dengan nilai-nilai kebenaran
mutlak, disamping memuat nilai moralitas dan hukum produk manusia.17
Negara Indonesia juga memiliki sebuah konstitusi yakni pancasila yang
berlandaskan UUD 1945. Seperti halnya Piagam Madinah yang dibentuk oleh
kaum muslimin, sebagian besar orang yang membentuk Pancasila dan UUD
1945 juga adalah dari umat Islam.18
Kedua konstitusi tersebut sangat menarik
untuk dikaji secara serempak berdasarkan pertimbangan bahwa konstitusi
merupakan bagian yang sangat penting dalam hidup bermasyarakat dan dari
konstitusi pula dapat diketahui bentuk dan corak suatu pemerintahan dalam
sebuah negara.
Piagam Madinah dan UUD 1945 sama-sama memuat ketentuan
tentang dasar kerukunan hidup beragama. Yang artinya para pemeluk agama
yang berbeda harus hidup berdampingan secara damai. Agama yang berbeda
tidak boleh dijadikan penghalang bagi kerukunan hidup di tengah
masyarakat.19
Mengingat jumlah pemeluk agama di Indonesia jauh lebih
besar dari zaman berlakunya Piagam Madinah, dan agama yang di anut
bangsa Indonesia lebih banyak, serta sesuai dengan kemajuan kondisi zaman
16
Marzuki, Kerukunan Antarumat Beragama Dalam Wacana Masyarakat Madani, h. 2 17
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, hal.4 18
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, hal.5 19
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, hal.5
9
serta tempat, adalah merupakan hal wajar dan perlu bila pengaturan dan
pembinanaan kerukunan hidup beragama lebih terinci dan lebih intensif
dibanding dengan pada masa berlakunya Piagam Madinah.
Melihat subtansi kerukunan yang ada dalam Pancasila masih bersifat
global maka penulis berinisiatif untuk membandingkan relevansi kerukunan
antaruamat beragama yang ada dalam Piagam Madinah yang sudah bersifat
universal dan terperinci dengan Pancasila yang masih bersifat substansial.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil
judul “Analisis Teks Makna Kerukunan Antarumat Beragama dalam
Piagam Madinah”.
B. Pmbatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Merujuk pada latar belakang diatas, maka penulis membatasi
penelitian pada pesan teks yang mengandung makna kerukunan antarumat
beragama dalam setiap pasal-pasal yang terdapat di dalam Piagam
Madinah. Yaitu pasal-pasal yang merujuk pada Persatuan dan Kesatuan,
Persamaan dan Keadilan dan Kebebasan Beragama.
2. Perumusan Masalah
Agar penelitian ini tidak keluar dari konteks pembahasan, maka
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana kontruksi teks, kognisi sosial dan konteks sosial yang ada
pada pasal Piagam Madinah?
10
b. Bagaimana relevansi Piagam Madinah bagi kerukunan antarumat
beragama di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan penelitiannya sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Bagaimana pesan teks yang mengandung unsur
kerukunan antarumat beragama dalam setiap pasal pada Piagam
Madinah.
b. Untuk mengetahui bagaimana relevansi Piagam Madinah bagi
kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yang ditinjau dari segi akademis
dan segi praktis adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan
tambahan refrensi atau informasi dan toeri-teori bagi studi-studi
selanjutnya khususnya mahasiswa dakwah, komunikasi yang
mepelajari tentang komunikasi antar agama dan budaya melihat
masih sedikitnya mahasiswa yang meneliti isi pesan yang
mengandung makna kerukunan dalam hidup beragama dalam Piagam
Madinah diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu
11
tentang komunikasi yang mencakup ruang lingkup antar agama dan
budaya.
b. Manfaat Praktis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
bagi para da‟i, aktivis dakwah serta memberikan masukan terhadap
perkembangan kurukan antarumat beragama yang dinaungi oleh Pusat
Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama Republik
Indonesia. Kemudian memberikan inspirasi bagi para da‟i dalam
kegiatan dakwahnya, yang tidak hanya dilakukan diatas mimbar atau
di dalam masjid saja, tetapi juga dapat dilakukan melalui komunikasi
antar agama dan kehidupan masyarakat beragama. Dan semoga
penelitian inidapat memberi pengetahuan mengenai kerukunan umat
beragama serta dapat memenuhi kebutuhan spiritual khalayak dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menggali isi atau makna
pesan simbolik dalam sebuah buku atau hasil karya lainnya. Dengan
penelitian analisis konten, peneliti mengkaji pasal-pasal yang ada dalam
Piagam Madinah dengan memperhatikan konteks yang terjadi di Madinah
pada waktu itu sehingga diperoleh pemahaman yang tepat. Penelitian ini
12
memakan waktu enam bulan yaitu dari tanggal 21 November 2014 s.d 21
Mei 2015, selama enam bulan tersebut penulis melakukan dua kali
wawancara dengan pihak PKUB yang diwakili oleh Kasubag Bidang
Kerukunan Antarumat Beragama yaitu bapak Ubaidillah. MA. Objek
penelitian terfokus pada pasal-pasal dalam Piagam Madinah yang
mengatur masalah kerukunan antarumat beragama, baik hubungan antara
sesama Muslim maupun antara umat Islam dengan umat lain. Aturan-
aturan ini kemudian dikaitkan dengan kondisi keberagamaan di Indonesia
yang sangat majemuk dan ditopang oleh keberagaman etnis, budaya,
bahasa, kepentingan politik, dan lain-lain. Data penelitian diperoleh dari
pasal-pasal yang ada dalam Piagam Madinah. Fokus kajian dalam
penelitian ini adalah pasal-pasal yang mengatur kerukunan antarumat
beragama.
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan bagian dari penelitian
kualitatif. Deskriptif kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk
membedah suatu fenomena di lapangan. Penelitian deskriptif kualitatif
adalah metode yang menggambarkan dan menjabarkan temuan di
lapangan. Metode deskriftif kualitatif hanyalah memaparkan situasi atau
peristiwa. Penelitian degan metode ini tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.20
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi
secara aktual dan terperinci, mengidentifikasikan masalah, membuat
20
Jalaluddin, Rakhmat.. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya:
2007)h.47
13
perbandingan atau evaluasi, dan menentukan apa yang dilakukan orang
lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman
mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan
datang.
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan analisis wacana. Analisis
wacana merupakan salah satu bentuk alternatif untuk menganalisis pesan
dalam media selain analisis isi kuantitatif. Perbedaan antara analisis isi
kuantitatif dengan analisis wacana ialah bahwa analisis isi kuantitatif lebih
menekankan kepada pertanyaan “apa” sedangkan analisis wacana
menekankan kepada pertanyaan “bagaimana” dari pesan atau teks
komunikasi.
Van Dijk menggambarkan wacana dalam tiga dimensi, yaitu teks,
kognisi sosial, dan konteks sosial. Alasan penulis menggunakan tiga
dimensi tersebut karena sangat untuk model penelitian teks Piagam
Madinah yang sedang di teliti. Bila digambarkan maka skema penelitian
ini dan metode yang bisa dilakukan dalam kerangka Van Dijk adalah
sebagai berikut:
Tabel
Skema Analisis Wacana Van Dijk21
Struktur Metode
Teks:
Menganalisis bagaimana strategi
wacana yang dipakai untuk
menggambarkan seseorang atau
peristiwa tertentu.
Critical Linguistic:
Tematik
Skematik
Semantik
Sintaksis
Stilistil
21
Eriyanto, Analisis Wacna (Yogyakarta: LKIS, 2003), cet ke-3, h. 275.
14
Retotis
Kognisi Sosial:
Menganalisa bagaimana peristiwa
dipahami, didefinisikan, dan
ditafsirkan dengan memasukan
informasi yang digunakan utuk
menulis dari suatu wacana tertentu.
Interview atau wawancara dalam
hal ini karena keterbatasan untuk
meneliti kognisi sosial yang ada
pada Piagam Madinah penulis
tidak banyak mencantumkan
tentang kognisi sosial. Kognisi
sosial dalam penelitian ini di tinjau
dari pandangan Suyuthi J
Pulungan dalam buku Piagam
Madinah ditinjau dari Al-Qur‟an.
Konteks Sosial:
Menganalisa bagaimana wacana
menggambarkan teks dan konteks
secara bersamaan dalam suatu
proses komunikasi
Studi Pustaka
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
observasi teks/ document research. Observasi teks dalam hal ini dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu teks berupa data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data sekunder
diperlukan guna mempertajam analisis data primer sekaligus dapat
dijadikan bahan pelengkap atau pembanding.
1. Data Primer (primary-sources) yaitu, teks Piagam Madinah yang
berasal dari berbagai sumber buku.
2. Data Sekunder (secondary-soures) yaitu, berupa buku-buku dan
tulisan lain berkaitan dengan masalah yang menjadi objek studi ini
Diantaranya :
15
a. Masyarakat Madinah Pada Masa Rasulullah, Karya Aqram Dhiya
Umari
b. Piagam madinah dan undang-undang dasar 1945 kajian
perbandingan tentang dasar hidup bersama dalam masyarakat yang
majemuk Karya Ahmad Sukarjda
c. Prinsip-prinsip pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
pandangan al-Qur'an karya Suyuth. J . Pulungan
d. Hidup beragama : dalam sorotan UUD 1945 dan piagam madinah
Karya Aksin Wijaya
e. Strategi Rasulullah Menghadapi Ulah Yahudi karya DR.Musthafa
Kamal Wasfi
f. Jurnal-jurnal tentang Piagam Madinah dan Komunikasi
3. Teknik Analisa Data
Analisis wacana lebih memuat kepada isi pesan yang akan diteliti,
data-data akan disesuaikan dengan metode yang digunaka Teun A. Van
Dijk, yaitu meneliti dari analisis teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
Data-data tersebut merupakan data yang terdapat dalam Piagam Madinah,
kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti dengan disesuaikan pada kerangka
dalam analisis wacana.
4. Teknik Penulisan
Dalam penulisan ini,penulis menggunakan buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Disertasi) CeQDA (Center for
Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta,2007,Cet. Ke-2.
16
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah membandingkan
penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang sebelumnya. Namun, dari
judul-judul yang ada, baik di perpustakaan utama UIN Syarif hidayatullah
Jakarta maupun di perpustakaaan ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, belum di
temukan judul penelitian skripsi mengenai “Analisis Wacana Makna
Kerukunan Antarumat Beragama dalam Piagam Madinah”.
Ada beberapa judul skripsi penelitian terkait dengan penelitian ini yang
mengenai piagam madinah. Supaya lebih jelas bahwa penelitian tidak sama
dengan penelitian sebelumnya, maka disini peneliti mencoba menulis
beberapa judul skripsi mengenai piagam madinah dalam konteks kerukunan
umat beragama
Dan skripsi yang peneliti temukan antara lain :
Skripsi yang pertama dengan judul. Pendidikan Multikultural dalam
Piagam Madinah oleh Fauzan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Sedangkan persamaan
yang peneliti teliti adalah pada objek ilmunya yaitu Piagam Madinah,
sedangkan perbedaannya adalah pada objek penelitiannya,jika fauzan pada
pendidikan multikultural maka peneliti tentang konteks kerukunan umat
beragama.
F. SistematikaPenulisan
Sebagai gambaran secara menyeluruh dari sisi skripsi ini yang akan
memudahkan bagi pembaca untuk memahami, penulis memberikan
17
sistematika beserta penjelasan secara garis besarnya bahasan dalam skripsi ini
terdiri dari lima bab yang mempunyai kaitan erat antara satu dengan yang
lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Merupakan bab pendahuluan yang meliputi beberapa sub bab yang
menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan skripsi, metode pengumpulan data, metode analisis data dan
sistematika penulisan.
Bab II LandasanTeori
Bab ini memuat tentang pengertian analisis wacana, analisis wacana
Teun A Van Djik, kerukunan umat beragama di Indonesia, pengertian dan
ruang lingkum Piagam Madinah.
Bab III Gambaran Umum
Berisikan gambaran umum Piagam Madinah yang terdiri dari
pengertian Piagam Madinah, sejarah terbentuknya piagam madinah, dan isi
piagam madinah.
Bab IV Hasil dan Temuan
Pada bab ini berisi tentang hasil dan temuan terdiri dari Pesan Teks
yang Mengandung Unsur kerukunan Antarumat Beragama dalam Setiap Pasal
pada Piagam Madinah dan Relevansi Piagam Madinah bagi Kerukunan
Antarumat Beragama di Indonesia
Bab V Penutup dan Saran
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari
permasalahan yang dibahas, peneliti juga meberikan saran-saran dari
permasalahan yang dibahas.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis Wacana
1. Analisis
Analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih
mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau
pemisahan dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang relevan
dari seperangkat data juga merupakan bentuk analisis membuat data-data
tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan
pola-pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari
dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti.
Macam-Macam analisis
a. Analisis isi pesan (content analisis)
Analisis isi pesan adalah suatu tahap dari pemrosesan
informasi yang menyangkut isi-isi komunikasi yang di
transformasikan melalui aplikasi yang sistematik dan objektif menurut
ketentuan kategorisasi ke dalam data yang dapat di interpretasikan dan
di bandingkan.22
b. Analisis domain
Digunakan untuk menganilisis gambaran objek penelitian
secara umum atau ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang
objek penelitian tersebut. Analisis domain ini amat terkenal sebagai
22
Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta), 2004, h.164.
19
tehnik yang dipakai dalam penelitian ini hanya ditargetkan untuk
memperoleh gambaran seutuhnya dari objek yang diteliti tanpa harus
diperinci secara detail unsur-unsur yang ada dalam keutuhan objek
penelitian tersebut.23
Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan tehknik
Analisis domain, ada enam langkah yang saling berhubungan, sebagai
berikut :
1. Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi-
informasi atau fakta yang tersedia dalam catatan harian peneliti
di lapangan.
2. Menyiapkan kerja analisis domain.
3. Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti
di lapangan.
4. Mencari konsep-konsep induk dan ketegori-kategori simbolis
dari domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan
semantik.
5. Menyusun persamaan-persamaan struktural untuk masing-
masing domain.
6. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang
ada.24
c. Analisis taksonomik
Secara keseluruhan, tehknik taksonomik menggunakan
“pendekatan non kontras antara elemen”. Tehknik ini terfokus pada
domain-domain tertentu, kemudian memilih domain tersebut menjadi
sub-sub domain serta bagian-bagian yang lebih khusus dan terperinci
yang umumnya merupakan rumpun yang memiliki kesamaan.25
23
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial, Format-Format kuantitatif dan Kualitatif,
(Surabaya: AUP), 2001, h. 293. 24
Sanipah Faisal, Penelitian Kualitatif, (Malang: YA3 Malang), 1990, h. 97. 25
Burhan Bungin, Alasisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis
ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 2003, h. 90.
20
d. Analisis komponensial
Analisis ini berbeda dengan analisis takstonomi yang
menggunakan “pendekatan non kontras antar elemen”. Analisis
komponensial adalah teknik analisis yang cukup menarik dan mudah
dilakukan karena menggunakan “pendekatan kontras antar elemen”.
Analisis komponensial digunakan dalam analisis kualitatif
untuk menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan-hubungan
yang kontras satu sama lain dalam domain-domain yang telah
ditentukan untuk dianalisis secara lebih terperinci.26
e. Analisis Komparatif Konstan
Analisis ini adalah yang paling ekstrim menetapkan strategi
analisis dekskriptif. Dikatakan ekstrim karena teknik ini betul-betul
menerapkan logika infduktif dalam analisisnya. Hal tersebut jarang
kita jumpai dalam penelitian-penelitian sosial. Esensinya bahwa
Analisis Komperatif adalah teknik yang digunakan untuk
membandingkan kejadian-kejadian yang terjadi disaat peneliti
menganalisa kejadian tersebut dan dilakukan secara terus menerus
sepanjang penelitian itu dilakukan.27
26
Burhan Bungin, Alasisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis
ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 2003, h. 95. 27
Burhan Bungin, Alasisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis
ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 2003, h. 100-101.
21
2. Wacana
Secara etimologi, wacana berasal dari bahasa Sansekerta
wac/wak/vak. Artinya „berkata‟ atau „berucap‟. Kata ana yang berada
dibelakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna „membedakan‟
(nominalisasi). Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi
wacana. Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan.28
Namun, istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para linguis di
Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris discourse sendiri
berasal dari bahasa Latin discurcus (lari kesana kemari). Kata ini
diturunkan dari kata dis (dan/dalam arah yang berbeda) dan kata curerre
(lari).29
Sedangkan secara terminologi, istilah wacana memiliki arti yang
sangat luas. Luasnya makna wacana tersebut, mulai dari studi bahasa,
psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, dan sastra.30
Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan
atau tuturan. Dalam kamus besar bahasa Jawa kuno Indonesia karangan
Wojowasito terdapat kata waca berarti baca, wacaka berarti mengucapkan
dan kata wacana berarti perkataan.31
28
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Framming, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet. Ke-4, h. 48. 29
Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana, (yogyakarta: Kanisius,
1993), h. 3. 30
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Framming, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet. Ke-4, h. 47. 31
Mulyana, Kajian Wacana: Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 170.
22
Analisis wacana atau discourse analysis adalah suatu cara atau metode
untuk mengkaji wacana yang terdapat atau terkandung di dalam pesan-pesan
komunikasi baik secara tekstual maupun konstektual. Analisis wacana
berkenaan dengan isi pesan komunikasi, yang sebagian diantaranya berupa
teks.32
Di samping itu, analisis wacana juga dapat memungkinkan kita
melacak variasi cara yang digunakan oleh komunikator (penulis, pembicara,
sutradara) dalam upaya mencapai tujuan atau maksud-maksud tertentu
melalui pesan-pesan berisi wacana-wacana tertentu yang disampaikan.
Analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun
belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penulisannya
hanya kepada soal kalimat dan barulah belakangan ini sebagai ahli bahasa
perhatiannya kepada penganalisisan wacana.33
Meskipun pendefinisian mengenai wacana kenyataannya memang
berbeda-beda sesuai dengan perspektif teori yang digunakan, pada umumnya
disepakati bahwa wacana sebenarnya adalah proses sosiokultural sekaligus
juga proses linguistik.
Seperti yang banyak dilakukan dalam penelitian organisasi
pemberitaan selama dan sesudah tahun 1960-an, analisis wacana menekankan
pada “How the ideological significance of news is part and parcel of the
methods used to process news” (bagaimana signifikasi ideologis merupakan
bagian dan mejadi paket metode yang digunakan untuk memproses media).
32
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis, 2007), h. 170. 33
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis, 2007), h. 171.
23
“Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut saat ini
selain demokrasi, hak asasi manusia, masyarakat sipil dan lingkungan hidup.
Akan tetapi seperti umumnya banyak kata, semakin tinggi disebut dan dipakai
kadang bukan semakin jelas, tetapi semakin membingungkan dan rancu, ada
yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari
kalimat”.34
Menurut Collins English Dictionary, wacana adalah komunikasi
verbal sebagai ucapan dan percakapan. Sedangkan menurut J.S. Badudu
wacana merupakan rentetetan kalimat yang menghubungkan proposisi yang
satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga
terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu35
Van Djik menyatakan bahwa wacana itu sebenarnya adalah bangun
teoritis yang abstrak (The abstract theoritical construct) dengan begitu
wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan wacana adalah teks.36
Dalam
artian wacana belum bisa diartikan sebagai bentuk suatu analisis wacana teks.
Sebuah kalimat bisa terungkap bukan hanya karena ada orang yang
mebentuknya dengan motivasi atau kepentingan subjektif tertentu. Terlepas
dari apa pun motivasi ata kepentingan orang ini, kalimat yang dituturkannya
tidaklah dapat dimanipulasi semau-maunya oleh yang bersangkutan. Kalimat
itu hanya dibentuk, hanya akan bermakna selama ia tunduk pada sejumlah
“aturan” gramatika yang berada di luar kemauan, atau kendali si pembuat
kalimat. Aturan-aturan kebahasan tidak dibentuk secara individual oleh
34
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 237. 35
Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian (Malang: Bayu Media, 2004), h. 4. 36
Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian (Malang: Bayu Media, 2004), h. 5.
24
penutur yang bagaimana pun pintarnya. Bahasa selalu menjadi milik bersama
diruang publik.37
Adapun Samsuri, sebagaimana dikutipAlex Sobur juga berpendapat
bahwa wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa
komunikasi, baik komunikasi lisan dan tulisan, yang terdiri atas seperangkat
kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang
lain.38
Komunikasi dapat menggunakan bahsa lisan, dapat dapat pula
memakai bahasa tulisan.
Dari segi analisisnya, ciri dan sifat wacana itu dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam
masyarakat;
b. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam
konteks, teks, dan situasi
c. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui
intepretasi semantik;
d. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindakan
berbahasa;
e. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara
fungsional.39
B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Model analisis wacana van Dijk sebenarnya diadopsi dari pendekatan
lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses
terbentuknya suatu teks.
37
Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian (Malang:,2004), h. 5. 38
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Framming, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet. Ke-4, h. 10. 39
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Framming, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet. Ke-4, h. 49-50.
25
a. Teks
Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasatkan
pada analisis atau teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik
produksi yang harus juga diamati. Van Dijk melihat suatu wacana terdiri
atas berbagai struktur atau tingkatan, yang masing-masing bagian saling
mendukung Van Dijk membaginya dalam tiga tingkatan.40
1) Struktur Makro. Ini merupakan makna global atau umum dari suatu
teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari
suatu peristiwa.
2) Superstruktur adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan
elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh. Adapun yang
diamati adalah lead, atau teras berita, background atau latar belakang
cerita, ulasan, kutipan dan sebagainnya.
3) Struktur Mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan
menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase yang
dipakai dan sebagainya.
Untuk memperoleh gambaran struktur teks dalam model van Dijk, berikut
gambaran singkat dalam struktur teks model Van Djik :
1. Tematik, secara harfiah berarti tema, tema adalah suatu amanat utama
yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
2. Skematik, menggambarkan bentuk wacana umum yang disusun
dengan sejumlah kategori seperti pendahuluan, isi, penutup,
kesimpulan, dan sebagainya. Struktur ini merupakan satu kesatuan
yang mendukung gagasan utama dalam berita. Pemuatan story/body
juga merupakan strategi penulis membentuk pemaknaan terhadapa
peristiwa yang dilakukan dengan menonjolkan bagian tertentu dan
menyembunyikan bagian yang lain.
40
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Framming, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet. Ke-4, h. 73.
26
3. Semantik, adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan
lingual, baik makna lesikal maupun makna gramatikal.41
Menggambarkan bentuk wacana umum dengan kategori latar, detail,
dan maksud.
4. Sintaksis, merupakan struktur teks yang dalam pengemasaannya
menentukan koherensi dan kata ganti yang digunakan dalam kalimat.
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat dalam
teks.
5. Stilistik, yaitu cara yang digunakan oleh penulis untuk menyatakan
maksud dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.
6. Retoris adalah gaya yang di ungkapkan ketika seseorang berbicara
atau menulis yang memiliki fungsu persuasif dan berhubungan erat
dengan bagaimana pesan itu disampaikan kepada khalayak.
Van dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/ tingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Kalau digambarkan maka
struktur teks sebagai berikut:42
Gambar
Struktur teks
Struktur Makro
Makna globa dari suatu teks yang diamati dari topik atau tema yang di
angkat dari sudut teks
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagaimana pendahuluan, isi, penutup dan
kesimpulan
Struktur mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat
dan gaya yang dipakai oleh suatu teks
b. Kognisi Sosial
Struktur ini menekankan pada bagaimana peristiwa dipahami,
didefinisikan, kemudian ditampilkan dalam suatu model. Proses
terbentuknya teks pada tahap ini memasukan informasi yang digunakan
untuk menulis dari suatu wacana.
41 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Framming, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet. Ke-4, h. 78. 42
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 237.
27
c. Konteks Sosial
Konteks sosial adalah faktor-faktor yang mempengaruhi cerita
atau teks yang berasal dari luar. Menurut van Dijk struktur ini melihat
bagaimana teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan
pengetahuan yang berkembang dalam publik atas suatu wacana. Konteks
sosial berusaha memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar teks
dan mempengaruhi pemakaian bahasa.
Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial.
Wacana adalah bagaiam dari wacana yang berkembang dalam
masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis
intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang sesuatu di
produksi dan di kontruksi dalam masyarakat.43
Berikut penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam struktur
teks wacana Van Dijk.44
Tabel
Elemen-elemen dalam struktur teks wacana Van Dijk
Struktur wacana Hal yang diamati Elemen
Sruktur makro Tematik
Tema atau topik yang
dikedepankan dalam suatu
teks media dan kita
Topik
Superstruktur Bagaimana bagian dan
urutan media dan kita
dikemaskan dalam teks
media dan kia utuh
Skema
43
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 271. 44
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet. Ke-1, h.
74.
28
Struktur mikro Semantik makna yang ingin
ditekankan dalam suatu teks
media dan kita, misal
dengan memberi detil pada
suatu sisi atau membuat
eksplisit satu sisi dan
mengurangi detil sisi lain
Latar, detil, maksud
Struktur mikro Sintaksis
Bagaimana kalimat (bentuk,
susunan yang dipilih)
Bentuk kalimat
koheransi, kata ganti
Struktur mikro Stilistik
Bagaimana pilihan kata
yang dipakai dalam teks
media dan kita
Leksikon
Struktur mikro Retoris
Bagaimana dengan cara
penekanan dilakukan
Grafis, metafora,
ekspresi
C. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
1. Definisi Kerukunan
Secara etimologis kata kerukunan berasal dari bahasa arab, yaitu
“ruknun” yang berarti tiang, dasar, sila. Jamak dari ruknun ialah “arkaan”
yang berarti bangunan sederhana yang terdiri atas berbagai unsur. Jadi,
kerukunan itu merupakan satu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur
yang berlainan dan setiap unsur tersebut saling menguatkan.45
45
H. Said Agil Husin Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Jakarta: Ciputat Press,
2003), h. 4.
29
Kerukunan juga dapat diartikan sebagai kehidupan bersama yang
diwarnai oleh suasana baik dan damai. Hidup rukun berarti tidak
bertengkar, melainkan bersatu hati, dan sepakat dalam berfikir, dan
bertindak demi mewujudkan kesejahteraan bersama. Di dalam kerukunan
semua orang bisa hidup bersama tanpa kecurigaan, dimana tumbuh
semangat dan sikap saling menghormati dan kesediaan untuk bekerja sama
demi kepentingan bersama.46
Sementara kaitan sosial, rukun diartikandengan adanya yang satu
mendukung keberadaan yang lain.47
Dengan demikian kerukunan dalam
konteks sosial merupakan norma yang sepatutnya diinplementasikan agar
terwujudnya masyarakat madani yang saling peduli dan mendukung
eksistensi masing-masing elemen masyarakat.
2. Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama
Kerukunan antaruma beragama di Indonesia termasuk salah satu
masalah yang mendapat perhatian penting dari pemerintah. Masalah
kerukuan hidup antarumat beragama mempunyai kaitan yang besar dengan
usaha pembangunan. Dengan adanya kerukunan antarumat beragama akan
menjamin dan terpelihara stabilitas sosial untuk keberhasilan serta
memperlancar pembangunan. Jika kita tidak dapat menjaga kerukunan
umat beragama tentu akan terpengaruh pada stabilitas sosial.48
46
M. Zainuddin Daulay, Mereduksi Eskalasi Konfil Antarumat Beragama di Indonesia,
(Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2001), h. 67. 47
Hamka Haq, Jaringan Kerja Sama Antarumat Beragama: Dari Wawancara ke Aksi Nyata,
(Jakarta: Titahandalusia Press, 2002), h. 54. 48
H. Alamsjah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1982), h. 46.
30
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang
terdiri atas berbagai suku bangsa, agama dan golongan yang memiliki
watak sosial yang berbeda satu dengan yang lainnya. Atas kesadaran dari
diri masing-masing untuk hidup berbangsa, bertanah air dan berbahasa
satu, masyarakat Indonesia yang beragam suku, agama, ras, dan antar
golongan seharusnya melakukan integrasi nasional untuk mewujudkan
bangsa Indonesia yang berBhineka Tunggal Ika.49
Integrasi nasional
adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat
menjadi satu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-
masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.50
Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus memaklumi dengan
kemajemukan harus diantisipasi dengan penguatan etika-moral bangsa,
dengan mengembangkan semangat kerukunan dan memantapkan tatanan
integrasi nasional.51
Dengan kerukunan, akan terpelihara stabilitas sosial
yang akan memperlancar pembangunan.
Sebernarnya setiap kerukunan umat beragama khususnya umat
Islam pasti memiliki kecintaan terhadap negaranya. Mereka menginginkan
negeri ini tetap menjadi negara yang adil dan makmur, aman, tenteram,
damai dalam naungan keridhaan Ilahi. Dan toleransi adalah sikap hidup
49
Musbir Ibrahim Meuraxa, “Etika Islam dalam Kebijakan Pambinaan Kerukunan Umat
Beragama, vol XI, no. 1 (2011), h. 1. 50
Musbir Ibrahim Meuraxa, “Etika Islam dalam Kebijakan Pambinaan Kerukunan Umat
Beragama, vol XI, no. 1 (2011), h. 2. 51
Musbir Ibrahim Meuraxa, “Etika Islam dalam Kebijakan Pambinaan Kerukunan Umat
Beragama, vol XI, no. 1 (2011), h. 2.
31
umat Islam yang sebagaimana di contohkan Nabi Muhammad agar tetap
hidup rukun.52
Salah satu usaha pemerintah pada masa lalu adalah merukunkan
intern umat beragama, antarumat umat beragama dan umat beragama
dengan pemerintah. Dengan dicanangkannya trilogi kerukunan seperti itu
hilanglah sesuatu yang selama ini dapat memisahkan anatara orang atau
kelompok yang berbeda pendapat.53
3. Kerukunan Intern Umat Beragama
Kehidupan Intern umat beragama masih sering kali terdapat
masalah-masalah yang dapat menimbulkan perpecahan intern umat
beragama. Di sini diperlukan pembinaan kerukunan intern umat beragama
oleh pemuka agama agar pertentangan yang terjadi tidak menimbulkan
perpecahan antara pengikutnya.54
Segala persoalan yang terjadi hendaknya
diselesaikan dengan kekeluargaan dan sikap saling mementingkan
toleransi terhadap sesamanya.
Kerukunan intern umat beragama, lebih khususnya umat Islam
yang telah tumbuh dan berkembang perlu dilestarikan agar Ukhuwah
Islamiyah benar-benar menjadi kenyataan, sehingga perbedaan
pemahaman agama tidak lagi menjadi pemisah dalam pergaulan di tengah-
52
Musbir Ibrahim Meuraxa, “Etika Islam dalam Kebijakan Pambinaan Kerukunan Umat
Beragama, vol XI, no. 1 (2011), h. 2. 53
Syamsul Bahri “Peranan Agama dan Adat dalam Melestarikan Kerukunan Umat
Beragama, “ vol XI , No. 1 (Januari-Juni 2001), h. 41. 54
H. Alamsjah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan, h. 49.
32
tengah masyarakat dan tidak lagi menganggap orang yang tidak sepaham
sebagai orang lain atau orang yang diasingkan.55
Perbedaan pemahaman terhadap ajaran agama itu adalah suatu
ajaran yang wajar. Tetapi dalam Islam tidak dibenarkan jika memaksakan
orang lain harus menerima sebagaimana yang harus dipahaminya itu.56
Sebaiknya, sebagai umat Islam seharusnya melakukan cara-cara yang lebih
halus dan lembut pada orang-orang yang tidak sepaham dan tidak
memaksakan orang lain untuk sepaham dengan kita, karena Indonesia
merupakan masyarakat majemuk sehingga wajar jika satu dengan lainnya
berbeda pendapat asalkan masih dalam kaidah Islam. Jika memang sudah
melenceng dari ajaran Islam itu yang menjadi tugas umat untuk
memberitahu dan meluruskan kepada sesama umat Islam untuk kembali
kepada jalan yang benar dan diridhai Allah SWT
4. Kerukunan Antaumat Beragama
Masalah kehidupan beragama di masyarakat merupakan masalah
peka. Sebab terjadinya suatu masalah sosial akan menjadi sangat rumit,
jika masalah tersebut menyangkut pula masalah agama dan kehidupan
beragama.
Keputusan menteri agama nomor 70 tahun 1978 tentang Pedpman
Penyiaran Agama merupakan aturan permainan bagi penyiaran dan
55
Syamsul Bahri “Peranan Agama dan Adat dalam Melestarikan Kerukunan Umat
Beragama, “ vol XI , No. 1 (Januari-Juni 2001), h. 42. 56
Musbir Ibrahim Meuraxa, “Etika Islam dalam Kebijakan Pambinaan Kerukunan Umat
Beragama, vol XI, no. 1 (2011), h. 42
33
pengembangan agama di Indonesia demi terciptanya kerukunan hidup
antarumat beragama, persatuan bangsa, stabilitas, dan ketahanan nasional.
Dengan dikeluatkannya keputusan Menteri Agama tersebut bukan
berarti membatasi untuk memeluk dan melaksanakan agama masing-
masing. Tetapi disini memberikan pedoman dan untuk melindungi hak
kebebasan memeluk agama yang di anut warga Indonesia sebagaimana
dalam pasal UUD 1945.
Kemudian agar pelaksanaan pedoman penyiaran agaman dapat
berjalan tertib ditetapkan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1979, tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penyiaran Agama dan Bantuan Negeri kepada Lembaga Keagamaan
Indonesia.57
5. Kerukunan Antarumat Beragama dengan Pemerintah
Seiring dengan dinamika kehidupan yang terus berjalan dan
semakin berkembang. Serta semakin kompleksnya persoalan kerukunan
umat beragama, pemerintah akan terus berupaya mengembangkan
kebijakan yang bertujuan untuk membangun keharmonisan hubungan di
antara semua umat beragama, pemerintah akan terus berupaya
mengembangkan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam hal ini
Departemen Agama, pada awalnya adalah sosialisasi prinsip dasar
57
Syams Bahri Peranan Agama dan Adat dalam Melestartikan Kerukunan Umat beragama
Hal.42
34
kerukunan yaitu tidak saling mengganggu antar kelompok-kelompok
agam yang berbeda-beda..58
Antarumat beragama dan pemerintah seharusnya ditemukan apa
yang saling diharapkan keduanya untuk dilaksanakan bersama. Pemerintah
mengharapkan tiga prioritas nasional yang diharapkan umat beragama
dapat berpartisipasi aktif dan positif dalam rangka pembinaan kehidupan
beragama yaitu pemantapan ideologi pancasila, memantapkan stabilitas
dan ketahanan nasional serta sukses pembangunan nasional.59
Dengan tiga prioritas nasional tersebut, diharapkan umat beragama
dan pemerintah berpartisipasi aktif dan positif dalam usaha
membudayakan Pancasila, memantapkan stabilitas dan ketahanan
nasional, serta melaksanakan pembangunan nasional yang
berkesinambungan.
6. Mewujudkan Kerukunan Antarumat Beragama Di Indonesia
Indonesia sebagai salah satu masyarakat yang pluralistik baik dari
segi etnis, budaya, suku, adat istiadat, bahasa maupun agama. Dari segi
agama, sejarah telah membuktikan bahwa hampir semua agama,
khususnya agama-agama besar, Islam, Kristen, Hindu, dan Budha dapat
berkembang subur dan terwakili aspirasinya di Indonesia.60
Karena itu
sikap religiousitas, saling menghormati dan toleransi sangat dibutihkan
agar tetap terjalin kerukunan di Indonesia.
58
Muhaimin AG., Damai di Dunia Damai untuk Semua Perspektif Berbagai Agama (Jakarta:
Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, Departemen Agama RI, 2004), h. 18. 59
Muhaimin AG., Damai di Dunia Damai untuk Semua Perspektif Berbagai Agama, h. 52 60
Jasmadi, Membangun Relasi Antar Umat Beragama, (Refleksi Pengalaman Islman di
Indonesia),” vol 5, no. 2 (juli 2010), h. 166.
35
Beberapa sikap religiousitas pemelik agama dalam
mengembangkan dan membangun hubungan umat beragama untuk
mewujudkan kerukunan antarumat berama diantaramya:
a. Membangun sikap toleransi beragama
Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, hubungan
antarumat beragama menjadi suatu hak yang tidak dapat dipisahkan.
Hubungan antar sesama pemeluk tidak dapat terlepas dari kebutuhan
sosial untuk memenuhi hidupnya. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya
toleransi. Toleransi merupakan salah satu ajaran penting dalam Islam.
Ada banyak kisah toleransi yang ditorehkan umat Islam, termasuk di
Indonesia.61
Toleransi adalah pemberian kebebasan kepada sesama
manusia dan masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau
mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama
di dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar
dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat harus terciptanya
ketertiban.dan pedoman dalam masyarakat.62
b. Membangun sikap keterbukaan (tepo Saliro)
Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh seorang untuk
menjaga kerukunan antarumat beragama adalah adanya sikap untuk
mengakui keberadaan pihak lain. Setiap orang memiliki hak yang
sama untuk memilih agama dan keyakinannya. Hubungan antar
pemeluk agama akan dapat terjalin dengan baik, jika masing masing
memiliki sikap keterbukaan untuk menerima pihak lain ke dalam
61
“Toleransi: Mayoritas dan Minoritas,” Harian Republika, 21 Juni 2012 62
Jasmadi, Membangun Relasi Antar Umat Beragama, h. 168.
36
komunitas kita. Sikap terbuka ini akan menjadi sarana untuk
menegakkan kerukunan hidup beragama, dan dilaksanakan juga oleh
setiap pemeluk agama, sehingga hubungan antarumat beragama tidak
ada rasa saling mencurigai, dan rasa permusuhan di antara pemeluk
agama lain.63
c. Membangun Kerjasama Antar Pemeluk Agama
Sesuatu yang tidak dapat dipisahkan pula dalam kehidupan
masyarakat adalah adanya kerjasama dan interaksi sosial. Dengan
adanya kerjasama dan interaksi sosial sesama manusia ataupun sesama
pemeluk agama akan lebih mempererat hubungan bersama, sehingga
manusia dapat mempertahankan hidupnya. Dalam konteks ini
interaksi sosial pun berhak melakukannya, karena lebih menjadi
kodrat hidup, memenuhi kebutuhan primernya, hubungan ini tidak
mengenal lintas batas agama, etnis, dan kebangsaan. Maka lahirlah
kerjasama.
d. Membangun Dialog Antarumat Beragama
Untuk mengembangkan etika dan kultur kerukunan umat
beragama dapat dilakukan melalui dialog antar agama. Menurut
Azyumardi Azra terdapat lima bentuk dialog yang dapat dilakukan,
yaitu:64
1) Dialog perlementer (parlimentary dialogue), yakmi dialog yang
melibatkan ratusan peserta. Dalam dialog dunia global, dialog ini
63
Jasmadi, Membangun Relasi Antar Umat Beragama, h. 169. 64
Jasmadi, Membangun Relasi Antar Umat Beragama, h. 171.
37
paling awal diprakarsai oleh World‟s Parliment of Religious pada
tahun 1893 di Chicago.
2) Dialog kelembagaan (Institutional Dialogue), yakni dialog di
anatara wakil-wakil intitusional berbagai organisasi agama. Dialog
kelembagaan ini seperti yang di lakukan melalui Wadah
Musyawarah Antarumat Beragama oleh majlis agama yakni MUI.
3) Dialog teologi (Theological Dialogue), yakni mencakup
pertemuan-pertemuan reguler maupun untuk membahas persoalan
teologis dan filosofis, seperti dialog ajaran tentang kerukunan
antarumat beragama, melalui konsep ajaran sesuai dengan agama
masing-masing.
4) Dialog dalam masyarkat (Dialogue in Community), dan diallog
kehidupan (Dialogue of Life), dialog dalam kategori ini pada
umumnya ialah penyelesaian pada hal-hal praktis dan aktual dalam
kehidupan. Seperti pemecahan masalah kemiskinan, masalah
pendidikan.
5) Dialog kerohanian (Spiritual Dialogue), dialog ini bertujuan untuk
menyuburkan dan memperdalam kehidupan spiritual diantara
berbagai agama.65
D. Pengertian dan Ruang Lingkup Piagam Madinah
Kata piagam dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan dengan
surat resmi yang berisi pernyataan tentang suatu hal.66
Sedangkan menurut
65
Jasmadi, Membangun Relasi Antar Umat Beragama, h. 171-172. 66
Tim Penyusun Kamus Besar Bahas Indonesia Departemen Penidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustakan, 1990), Cet ke-2, h. 680
38
William H, Harris and Judith S, Levey, The New Colombia Encyclopedia,
piagam merupakan suatu dokumen yang menjamin hak-hak, kekuasaan-
kekuasaan, dan kewajiban-kewajiban tertentu, baik piagam badan yang
memerintah suatu negara, piagam universitas, piagam badan hukum, maupun
piagam yang memberikan kekuasaan kepada suatu masyarakat.67
Setelah menetap di Yastrib Nabi Muhammad membuat perjanjian
terulis atau piagam kesepakatan dengan penduduk Yastrib dan sekitarnya.68
Para ahli menyebut Piagam Madinah ini dengan istilah yang bermacam-
macam, Montgomery Watt menyebutnya dengan the constitution of Madina.
Nicholson menyebutnya Charter, Majid Khuddari menggunakan perkataan
Treaty, Philips K Hitti menyebutnya Agreement, dan Zainal Abidin Ahmad
memakai perkataan Piagam sebagai terjemahan dari al-shahifah, Nama al-
shahifah merupakan yang disebut dalam naskah Piagam Madinah itu sendiri.
Dalam pada itu kata kitab lebih menunjuk pada tulisan (tentang suatu hal).69
Padanan istilah constitution yang dalam bahasa Indonesia menjadi
“konstitusi” atau jika disederhanakan menjadi “undang-undang daspar”.
Secara lesikal Indonesia ia berarti segala ketentuan atau aturan mengenai
ketatanegaraan (undang-undang dasar dan sebagainya), atau undang-undang
dasar suatu negara.70
67
William H, Harris and Judith S, Levey, The New Colombia Encyclopedia (Colombia
University Press New York & London, 1975), h. 514. 68
Muhamad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2005),
Cetke-30, h. 202. 69
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: UI Press,
1995), cet ke-1, h. 2. 70
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: UI Press,
1995), cet ke-1, h. 475.
39
Kata ini bahkan disebut sebanyak delapan kali dalam teks piagam.
Perkataan charter sesungguhnya identik dengan piagam dalam bahasa
Indonesia, sedangkan perkataan treaty dan agremeent lebih berkenaan dengan
isi piagam atau charter itu. Namun fungsinya sebagai dokumen resmi yang
berisi pokok-pokok pedoman kenegaraan menyebabkan piagam itu tepat juga
sebagai konstitusi, seperti yang dilakukan oleh Montgomery Watt ataupun
seperti yang dilakukan oleh Zainal Abidin Ahmad seperti di atas. Para pihak
yang di dalam piagam yang berisi perjanjian ini ada tiga belas, yaitu
komunitas yang disebut secara eksplisit dalam teks piagam. Secara
keseluruhan, Piagam Madinah itu berisi 47 pasal ketentuan.71
Piagam Madinah adalah piagam yang tertulis pertama dalam sejarah
umat manusia yang dapat dibandingkan dengan pengertian konstitusi dalam
arti modern adalah Piagam Madinah. Piagam ini dapat dibuat atas persetujuan
bersama antara umat Islam yang di wakili Nabi Muhammad SAW dengan
wakil-wakil penduduk Kota Madinah tak lama setelah beliau hijrah dari
Makkah ke Yastrib, nama kota Madinah sebelumnya, pada tahun 622 M
banyak buku yang menggambarkan Piagam Madinah, kadang-kadang disebut
konstitusi Madinah.
71
Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press,
2005), cet ke-1, h. 18.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM PIAGAM MADINAH
A. Pengertian Piagam Madinah
Piagam Madinah atau dalam bahasa aslinya Ash-Shahifah Al-Madinah
adalah sebuah perjanjian yang telah dirumuskan oleh Nabi Muhammad
Shalallahu Alaihi Wasalam untuk mengatur hubungan antara warga
masyarakat di Madinah yaitu dari kalangan Muslim, Nasrani dan Yahudi.
Tidak lama sesudah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW,
membuat suatu piagam politik untuk mengatur kehidupan bersama di
Madinah yang dihuni oleh beberapa golongan. Ia memandang perlu
meletakkan aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah, agar terbentuk
kesatuan hidup diantara seluruh penghuninya. Kesatuan hidup yang baru
dibentuk dipimpin oleh Muhammad SAW, sendiri dan menjadi yang
berdaulat. Dengan demikian di Madinah Nabi Muhammad bukan lagi hanya
mempunyai sifat Rasul Allah, tapi juga mempunyai sifat kepala negara.
Tidaklah sama pendapat dan penilaian yang diberikan oleh para ahli
terdapat naskah penting yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad itu. Tetapi
dalam satu hal pendapat mereka bersamaan, ialah naskah itu adalah susatu
dokumen politik yang paling lengkap dan paling tua umurnya di dalam
sejarah.
Menurut W. Montgomery Watt dalam bukunya “Muhammad et
Madina”, sebagai lanjutan dari bukunya yang pertama “Muhammad et
41
Mecca” (Oxford, 1953) tidak kurang pula jasanya mempopulerkan piagam itu
sebagai suatu Konstitusi, yang dinamakannya sebagai “The Constitution of
Medina” (konstitusi Madinah). dengan membagi Konstitusi itu kepada
Mukaddimah dan pasal 47.72
Sedangkan Dr. Ahmad Ibrahim Syarif mengartikan Piagam Madinah
dengan “Shahiefah”, sebagaimana yang terdapat dalam bukunya yang
berjudul “Pembentukan Negara Yastrid”, yang berbunyi:
“Nabi Muhammad telah memuat suatu „Undang-Undang Dasar‟ untuk
mengatur kehidupan umum di Madinah dan meletakkan dasar-dasar
hubungan antara Madinah dengan tetangga-tetangganya. Undang-undang
dasar ini menunjukkan suatu kemampuan yang besar dalam segi perundang-
undangan dan suatu keahlian yang dalam tentang keadaan serta memahami
betul akan situasi di zaman itu dan undang-undang dasar itu terkenal dengan
nama “Shahiefah”.73
Majid Khadduri mengatakan piagam itu sebagai “treaty” (perjanjian)
yang mengacu pada isi naskah tersebut, dalam bukunya “War and Peace in
the Law of Islam” dengan menamakan piagam itu dengan “Tripartile
Agreement” (perjanjian segi tiga), yaitu perjanjian antara kaum Muhajirin,
Anshar, dan kaum Yahudi.74
Beberapa alasan dikemukakan mengapa para ahli sejarah menamakan
Piagam Madinah dengan berbagai macam nama yaitu, disebut piagam
(charter) karena isisnya mengakui hak-hak kebebasan beragama dan
berkeyakinan, kebebasan berpendapat dan kehendak umum warga Madinah
supaya keadilan terwujud dalam kehidupan mereka, mengatur kewajiban
kemasyarakatan semua golongan, menetapkan pembentukan persatuan dan
72
H. Zainal Abidin Ahmad, Piagam Nabi Muhammad SAW: Konstitusi Negara Tertulis
yang Pertama di Dunia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973) h. 74-75. 73
H. Zainal Abidin Ahmad, Piagam Nabi Muhammad SAW: Konstitusi Negara Tertulis
yang Pertama di Dunia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973) h. 85. 74
H. Zainal Abidin Ahmad, Piagam Nabi Muhammad SAW: Konstitusi Negara Tertulis
yang Pertama di Dunia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973) h. 67
42
kesatuan semua warga. Disebut “Konstitusi” (constitution) karena di
dalamnnya terdapat prinsip-prinsip untuk mengatur kepentingan umum dan
dasar-dasar sosial politik yang bekerja untuk membentuk suatu masyarakat
dan pemerintah sebagai wadah penduduk Madinah yang majemuk.
Walaupun disebut dengan nama-nama yang berbeda (charter,
perjanjian, konstitusi maupun shahifat) tapi bentuk dan muatannya itu tidak
menyimpang dari pengertian tersebut di atas.75
Kitab-kitab Islam selalu menanamkan piagam itu dengan “Ahdun
Nabi bil Yahudi” (perjanjian Nabi dengan kum Yahudi) atau dengan “Ahdun
Bainal Muslimin wal Yahudi” (perjanjian antara kaum Muslimin dan kaum
Yahudi).
Oleh karena itu padangan mereka bersifat keagaman semata-mata
(agamis), maka perjanjian itu diartikan sebagai suatu hubungan anatar
pemeluk Islam dengan pemeluk-pemeluk agama lain. Sebab piagam tersebut
dijadikan bukti adanya sifat kesabaran dan toleransi Islam terhadap pemeluk-
pemeluk agam lainnya.76
B. Sejarah Terbentuknya Piagam Madinah
Madinah menyimpan pesan, pengalaman, dan sejarah. Ketiga hal
tersebut terangkum dalam Piagam Madinah. Piagam ini banyak
diperbincangkan orang, baik kalangan Muslim maupun kalangan non-
75
J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, (PT: Raja Grapindo Persada, 1996), cet ke 2, h. 113-114. 76
H. Zainal Abidin Ahmad, Op Cit, h. 66.
43
Muslim. Piagam ini telah membuktikan salah satu esensi dalam Islam adalah
perdamaian dan persaudaraan.
Bagi sebagian umat Islam, piagam ini merupakan inspirasi untuk
memperjuangkan hak-haknya dalam jalur politik. Bahkan mereka
menganggapnya sebagai prototip dari politik Islma yang bersifat adihulung.
Sebab piagam tersebut meneguhkan posisi Islam sebagai agama yang
menerima perbedaan dan menjadikan kebhinekaan sebagai kekuatan untuk
membangun sebuah komunitas yang kuat, bermartabat, dan menjunjung
tinggi keadaban.
Fakta sejarah Piagam Madinah telah menegaskan perbedaan yang
sangat mendasar dengan pandangan dan sikap politik sebagian kelompok
yang selama ini mengampanyekan penegakan Syariat Islam dalam ranah
politik, terutama dalam konteks penegakkan hukum pidana Islam. Piagam
Madinah secara eksplisit tidak merekomendasikan penegakkan hukum Islam
di tengah kemajuan kelompok.
Maka dari itu, mereka yang selama ini mengusung penegakkan
Syariat Islam dalam ranah politik bukanlah sebuah manigestasi dari Piagam
Madinah. Mereka hakikatnya mengembangkan politik ala kerajaan Arab
Saudi. Dalam pengalaman periode Nabi hingga Dinasiti Ottoman, penegakan
Syariat Islam dalam ranah politik hampir tidak pernah terdengar.77
Mula-mula Nabi mengajarkan Islma di Mekkah dengan cara
sembunyi-sembunyi. Ketika itu orang-orang Islam yang jumlahnya sedikit,
77
Zuhairi Misrawi, Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad SAW,
(Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009), h. 293-294.
44
kalau hendak shalat bersama-sama mereka keluar dari kota dan berkumpul di
salah satu daerah perbukitan di sekitar Mekkah. Baru pada akhir tahun ketiga
dari awal kenabian, Nabi mulai menyiarkan agama yang dibawanya dengan
terang-terangan, yang kemudian berakibat makin meningkatnya tindakan
permusuhan dan penganiayaan oleh orang-orang kafir Mekkah terhadap
orang-orang Islam.
Belum cukup dua tahun sejak Nabi menyebarkan Islam secara
terbuka, tindakan permusuhan dan penganiayaan itu sedemikian memuncak,
sampai banyak diantara para pengikut Nabi yang seakan-akan tidak tahan lagi
menanggung deritanya. Maka atas anjuran Nabi mereka mengungsi ke
Abesenia. Mereka berada di negeri Afrika itu selama tiga bulan, kemudian
pulang kembali ke Mekkah karena mendengar berita bahwa suku Quraisy
telah menerima baik agama yang diajarkan oelh Nabi. Tapi terndaryata berita
itu tidak benar dan bahkan mereka makin kejam terhadap pengikut-pengikut
Nabi yang lemah, banyak umat Islam yang mengungsi lagi ke Abesenia
dalam jumlah yang lebih besar dari pada waktu pengungsian yang pertama.
Sementara itu Nabi tetap bertahan di Mekkah.
Kemudian pada tahun kesebelas dari permulaan kenabian, terjadilah
suatu peristiwa yang tampaknya sederhana tetapi yang kemudian ternyata
merupaka titik kecil awal lahirnya satu era baru lagi bagi Islam dan juga bagi
dunia. Peristiwa tersebut adalah perjumpaan Nabi di Aqabah, Mina, dengan
enam orang dari suku Khazraj dan Yastrid yang datang ke Mekkah untuk haji.
Sebagai hasil perjumpaan, enam tamu dari Yastrid itu masuk Islam dengan
45
memberikan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah. Sementara itu kepada Nabi mereka
menyatakan bahwa kehidupan mereka di Yastrid selalu dicekam oleh
permusuhan antar golongan dan antar suku, khususnya antara suku Khazraj
dan suku Aus. Mereka mengharapkan semoga Allah mempersatukandan
merukunkan golongan-golongan dan suku-suku yang selalu bermusuhan itu
melalui Nabi. Mereka berjanji kepada Nabi akan mengajak penduduk Yastrid
untuk masuk Islam.
Pada musim haji berikutnya, tahun kedua belas dari awal kenabian,
dua belas laki-laki orang penduduk Yastrid menemui Nabi di tempat yang
sama, Aqabah. Mereka selain mengakui kerasulan Nabi serta masuk Islam
juga berbaiat atau berjanji tidak akan mempersekutukan Allah, tidak akan
mencuri, tidak akan berbuat zina, tidak akan membohong dan tidak akan
menghiyanati Nabi. Baiat ini dikenal dalam sejarah sebagai Baiat Aqabah
Pertama (621 M).78
Kemudian pada musim haji berikutnya sebanyak tujuh puluh tiga
penduduk Yastrid yang sudah memeluk Islam berkunjung ke Mekkah.
Mereka mengundang Nabi utnuk hijrah ke Yastrid dan menyatakan lagi
pengakuan mereka bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi dan pemimpin
mereka. Nabi menemui tamu-tamunya itu ditempat yang sama dengan dua
tahun sebelumnya, Aqabah. Di tempat itu meraka mengucapkan baiat bahwa
mereka tidak akan mempersekutukan Allah dan bahwa mereka akan membela
78
H. Munawir Sjadzali, M.A., Islam dan Tata Negara (Jakarta: UI Press, 1993), cet ke-5,
h.8-9.
46
Nabi akan memerangi musuh-musuh yang mereka perangi dan bersahabat
dengan sahabat-sahabat mereka. Nabi dan mereka adalah satu. Baiat ini
dikenal dengan Baiat Aqabah Kedua (622). Oleh kebanyakan pemikir politik
Islam, dua baiat itu, Baiat Aqabah Pertama dan Baiat Aqabah Kedua,
dianggap sebagai batu pertama dari bangunan negara Islam. Berdasarkan dua
baiat itu maka Nabi menganjurkan pengikut-pengikutnya untuk hijrah ke
Yastrid pada akhir tahun itu juga dan beberapa bulan kemudian Nabi sendiri
hijrah bergabung dengan mereaka.79
Perjanjian masyarakat yang terjadi antara Nabi dan komunitas-
komunitas penduduk Madinah membawa mereka kepada kehidupan sosial
yang teratur dan terorganisir atau dari “zaman pra negara ke zaman
bernegara” di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.80
79
H. Munawir Sjadzali, M.A., Islam dan Tata Negara (Jakarta: UI Press, 1993), cet ke-5, h.
9. 80
J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau
DariPandangan Al-Qur‟an., (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 1994) Cet ke-1, h. 74.
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Teks Piagam Madinah
Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata
aturan umum. Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan
tertentu, tetapi suatu pandangan yang mempunyai makna. Van Dijk menyebut
hal ini sebagai koheren global, yakni bagian-bagian dalam teks kalau
diurutkan merujuk pada suatu titik gagasan umum, dan bagian-bagian itu
saling mendukung satu sama lain untuk menggambarkan topik umum
tersebut.
Topik menggambarkan tema dari suatu berita, topik ini akan di
dukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung
terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga di dukung oleh serangkaian fakta
yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga
dengan subbagian yang saling mendukung antara satu bagian dengan bagian
yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh.
Piagam Madinah (Bahasa Arab: صحیفة المدینه, shahifatul madinah)
juga dikenal dengan sebutan Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang
disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian
formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di
Yathrib (kemudian bernama Madinah) pada tahun 622. Dokumen tersebut
disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan
48
pertentangan sengit antara Bani „Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu
dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban
bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah;
sehingga membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam
bahasa Arab disebut ummah.
B. Analisis Teks Makna Kerukunan Antarumat Beragama Dalam Piagam
Madinah
1. Struktur Makro/Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum suatu teks81
. Atau
bisa di sebut sebagai inti, ringkasan atau sesuatu yang sama dari suatu teks.
Menggambarkan apa yang ingin diungkapkan, dalam hal ini Piagam
Madinah. topik menggambarkan suatu tema umum dalam suatu teks berita
topik ini di dukung oleh satu subtopik lain yang saling mendukung
terbentuknya topik umum.82
4.1
Tabel Struktur Makro
Hal Yang Diamati Temuan data
Tematik
Tema atau topik yang di
kedepankan dalam suatu teks dalam
Piagam Madinah adalah :
1. Moneteisme ajaran agama yg mempercayai adanya
satu Tuhan atau kepercayaan kepada
satu Tuhan83
Monoteisme dalam Piagam Madinah
makna konsep tauhid terkandung dalam
Mukaddimah, pasal 22, 23, 42, dan
akhir pasal 47.
81
Eriyanto, Analisis Wacana, ( Yogyakarta ):LkiS,2001), Cet. Ke-2, h. 230 82
Eriyanto, Analisis Wacana, ( Yogyakarta ):LkiS,2001), Cet. Ke-2, h. 229 83
http://kbbi.web.id/monoteisme Di Akses pada tanggal 1 Juni pukul 23.02 WIB.
49
2. Persatuan dan Kesatuan 3. Persamaan dan Keadilan
4. Kebebasan Beragama 5. Bela negara 6. Pelestarian Adat yang baik 7. Supremasi Syariat 8. Politik damai dan proteksi
Persatuan dan Kesatuan hal persatuan
dan kesatuan, dalam piagam madinah di
tentukan dalam pasal 1, 15, 17, 25, dan
37.
Persamaan dan Keadilan. Pasal 13,
15, 16, 22, 23, 24, 37, dan 40. Piagam
Madinah mengandung konsep
persaman dan keadilan.
Kebebasan Beragama. Secara tersurat,
kebebasan beragama di sebutkan dalam
pasal 25 Piagam Madinah.
Bela Negara hal tersebut tersurat dan
tersirat dalam pasal 24, 37, 38, dan 44
Piagam Madinah.
Pelestarian Adat yang Baik pasal 2-10
Piagam Madinah dengan jelas
menyuebutkan Nama macam-macam
kelompok dan adat (kebiasaan) baik
mereka yang boleh dijalankan terus,
yaitu gotong royong dalam pembayaran
Dhiyt (pajak) dan tebusan tawanan.
Supremasi Syariat dalam Piagam
Madinah disebutkan, penyelesaian
50
penyelishan di tetapkan menurut
ketentuan Allah SWT dan keputusan
Muhammad Saw.
Politik Damai dan Proteksi Konsep
damai dan proteksi internal terkandung
dalam pasal 15,17,36,37,39, 40, 41 dan
47, dan sikap perdamaian secara
eksternal ditegaskan pada pasal 45
Piagam Madinah 84
Analisis Data Tabel :
Dari delapan point yang ada dalam Piagam Madinah ada tiga
konsep yang saya kerucutkan dengan kerukunan umat beragama saja
yaitu :
1. Persatuan dan Kesatuan
2. Persamaan dan Keadilan
3. Kebebasan Beragama
Pertama. dalam konteks persatuan dan kesatuan suatu bangsa atau
umat tidak akan bisa tumbuh jika di dalamnya tidak ada persatuan dan
kesatuan, tapi persatuan dan kesatuan tidak akan terwujud jika umat
tersebut tidak bekerja sama dan tidak saling mencintai.
“persatuan dan persaudaraan suatu umat merupakan faktor
pondasi dan faktor perekat terbentuknya sebuah negara”85
84
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, (universitas
Indonesia, 1995) h. 78 85
Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, Sirat Nabawiyyat. Terjemahan Ainur Rafiq Shaleh Tamhid, buku kedua, robbani Press, Jakarta, 1991, hlm, 15.
51
Dalam piagam Madinah telah di tetapkan bahwa seorang mukmin
tidak boleh mengikat persekutuan/aliansi dengan keluarga mikmin lain
tanpa persetujuan mukmin lain (pasal 12), seorang mukmin tidak
dibenarkan mengadakan perjanjian damai dengan meniggalkan mukmin
lain dalam keadaan perang di jalan Allah, kecuali atas dasar persamaan
dan adil di antara mereka, karena sesungguhnya perdamaiaan muslim itu
satu.(pasal 17)86
. Persamaan akan mengakrabkan persatuan dan
persaudaraan dalam agama. Pasal –pasal tentang persatuan dan kesatuan
tersebut adalah :
. انهم امة واحدة من دون الناس.١
Pasal 1
Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komuitas) manusia lain.
. المهاجرون من قر يش على ربعتهم يتعاقلون بينهم اخذالدية واعطائها وهم يفدون عانيهم بالمعروف ٢
والقسط بين المؤمنين
وان ذمة هللا واحدة يحيد عليهم اد ناهم وان المؤمنين يعضهم موالي بعض دون الناس. .١٥
Pasal 15
Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang dekat.
Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung kepada golongan
lain.
سلم المؤمنين واحدة ال يسالم مؤمن دون مؤمن في قتال في سبيل هللا اال على سواء وعدل بينهم.. وان ١١
86
J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, (PT: Raja Grapindo Persada, 1996), cet ke 2, h. 144
52
Pasal 17
Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat
perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan
Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka.
. وان يهود بني عوف امة مع المؤمنين لليهود دينهم وللمسلمين دينهم مواليهم وانفسهم اال من ظلم واثم ٢٥
فانه ال يـوتخ اال نفسه واهل بيته.
Pasal 25
Kaum Yahudi dari Bani „Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum
Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan
ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim
dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga.
المسلمين نفقتهم وان بينهم النصرعلى من حارب اهل هذه الصحيفة وان . وان على اليهود نفقتهم وعلى٣١
بينهم النصح والنصيحة والبر دون االثم وانه لم يأثم امرؤ بـحليفه وان النصر للمظلوم.
Pasal 37
Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi mauk muslimin ada kewajiban
biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam menghadapi musuh
piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasehat. Memenuhi janji lawan dari
khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya.
Pembelaan diberikan kepada pihak yang teraniaya.
Kedua, konteks persamaan yang ditetapkan oleh Nabi adalah
membuat seluruh penduduk yang ada di Madinah memperoleh hak dan
status sosial yang sama.
53
Sebagaimana di sebutkan dalam pasal 13, 15 16, 22, 23, 24, 37, dan
40 yang berbunyi :
من بغى منهم او ابتغى د سيعة ظلم اة اثم اوعدوان او فساد بين المؤمنين . وان المؤمنين المتقين على ١٣
وان ايديهم عليه جميعا ولو كان ولد احدهم.
Pasal 13
Orang-orang mukmin yang taqwa harus menentang orangyang diantara mereka
mencari atau menuntut sesuatu secara zalim , jahat, melakukan permusuhan atau
kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya,
sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.
. وان ذمة هللا واحدة يحيد عليهم اد ناهم وان المؤمنين يعضهم موالي بعض دون الناس.١٥
Pasal 15
Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang dekat.
Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung kepada golongan
lain.
. وانه من تبعنا من يهود فان له النصر واالسوة غير مظلومين وال متناصر عليهم.١٦
Pasal 16
Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan
santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya.
آواه فان عليه لعنة هللا وغضبه يوم القيامة واليـؤخذ منه صرف والعدل.
Pasal 22
Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada Allah
dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman
54
kepadanya. Siapa yang memberi bantuan dan menyediakan tempat tinggal bagi
pelanggar itu, akan mendapat kutukan dari Allah pada hari kiamat, dan tidak
diterima dari padanya penyesalan dan tebusan.
. وانكم مهما اختلفتم فيه من شيئ فان مرده الى هللا عزوجل والى محمد صلى هللا عليه وسلم٢٣
Pasal 23
Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut (ketentuan)
Allah Azza Wa Jalla dan (keputusan) Muhammad SAW.
هود ينفقون مع المؤمنين ماد اموا محاربين. وان الي٢٤
Pasal 24
Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.
. وان على اليهود نفقتهم وعلى المسلمين نفقتهم وان بينهم النصرعلى من حارب اهل هذه الصحيفة وان ٣١
يأثم امرؤ بـحليفه وان النصر للمظلوم.بينهم النصح والنصيحة والبر دون االثم وانه لم
Pasal 37
Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi mauk muslimin ada kewajiban
biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam menghadapi musuh
piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasehat. Memenuhi janji lawan dari
khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya.
Pembelaan diberikan kepada pihak yang teraniaya.
. وان الجار كالنفس غير مضار والاثم.٤٤
Pasal 40
Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang
tidak bertindak merugikan dan tidak khianat.
55
Ketetapan ini berkaitan dengan kemaslahatan umum yang
menjamin bahwa seluruh penduduk memiliki hak veto sebagaimana yang
dimiliki oleh kaum muslimin,sebab prinsip persamaan dalam Islam adalah
pengakuan hak-hak yang sama antara kaum muslimin dan non-muslim.87
Ketiga, konteks kebebasan dalam Piagam Madinah mengandung
makna bahwa kebebasan adalah hak dasar hidup setiap orang dan
merupakan pengakuan seseorang atau kelompok atas persamaan dan
kemuliaan harkat kemanusiaan orang lain.88
Prinsip kebebasan mutlak
perlu dikembangkan dan dijamin pelaksanaannya guna terjaminnya
kerukunan antar umat beragama. Seperti yang disebutkan dalam pasal 25
yang berbunyi :
ن دينهم مواليهم وانفسهم اال من ظلم . وان يهود بني عوف امة مع المؤمنين لليهود دينهم وللمسلمي
واثم فانه ال يـوتخ اال نفسه واهل بيته.
Kaum Yahudi dari Bani „Awf adalah satu umat dengan
mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin
agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri
mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Karena akan
merusak diri dan keluarga.89
“Prinsip –prinsip yang terkandung di dalam Piagam Madinah
itu, tampaknya merupakan prinsip yang terkandung dalam Al-Quran
yang berkaitan dengan pembinaan kehidupan masyarakat. Pernyataan
87
Ali Abd al-Wahid Wafi, al-Musawat fi al-Islam, Dar al Fikr, Mesir. 88
J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, h. 156 89
J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, h. 166
56
ini baru dapat di pastikan apabila Prinsip-prinsip dalam Piagam
Madinah itu dibandingkan dan dinilai dengan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Al-Quran. Hal ini memerlukan penelitian tersendiri
sementara itu dilihat dari kemaksuman Nabi Muhammad saw agaknya,
dapat di pastikan bahwa prinsip-prinsip yang terkandung dalam Piagam
Madinah sebagai mahakarya Nabi Muhammad”.90
2. Superstruktur/Skematik
Jika topik dapat menunujukan makna umum dari suatu wacana,
maka struktur skematis atau superstruktur menggambarkan bentuk umum
dari suatu teks. Skematik merupakan strategi dari komunikator untuk
mendukung makna umum dengan memberikan sejumlah alasan
pendukung.91
Dalam hal ini, peletakan informasi disesuaikan dengan
otoritas penulis.
Dalam suprastruktur, hal yang perlu diamati adalah skematik,
karena setiap wacana memiliki alur atau jalan cerita yang sistematis,
sebuah tulisan ilmiah harus teratur dan mempunyai kaidah-kaidah tertentu
biasanya dimulai dari abstrak, latarbelakang masalah, tujuan, hipotesis, isi
dan yang terakhir adalah kesimpulan.
Elemen ini menunjukkan bagaimana bagian-bagian dari
pendahuluan sampai akhir, dalam teks disusun dan di urutkan hingga
membentuk kesatuan arti92
.
90
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945 h. 81 91
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, 2006, h. 76 92
Eriyanto, Analisis Wacana, ( Yogyakarta ):LkiS,2001), Cet. Ke-2, h. 232
57
4.2
Tabel Superstruktur (Skematik)
Hal Yang Diamati Temuan Data
Skematik
Elemen ini menunjukkan
bagaimana bagian-bagian dari
pendahuluan sampai akhir,dalam
teks disusun dan diurutkan
menjadi suatu kesatuan arti,dalam
Piagam Madinah skema yang di
kedepankan adalah :
1. Mukaddimah93
2. Isi
3. Penutup
hamuddakuM
بسن هللا الزحوي الزحين
ذا كتاب هي هحود البي صلىاهلل علي
يثزب سلن بيي الوإهيي الوسلويي هي قزيش
.هي تبعن فلحق بن جاد هعن
Dengan nama Allah yang
Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,
Ini adalah piagam dari
Muhammad Rasulullah SAW, di
kalangan mukminin dan muslimin
(yang berasal dari) Quraisy dan
Yatsrib (Madinah), dan yang
mengikuti mereka, menggabungkan
diri dan berjuang bersama mereka.
Isi. Isinya mengakui Hak-
hak kebebasan beragama dan
berkeyakinan, kebebasan
berpendapat dan kehendak umum
warga Madinah supaya keadilan
terwujud dalam kehidupan
mereka.94
Penutup. Dalam pasal
penutup Piagam Madinah
menjelasakan bahwa Piagam
Madinah bukan hanya untuk kaum
Mukminin dan Muslimin yang ada
pada Piagam tersebut, tetapi
mencakup siapa saja yang akan
bergabung. 95
93
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945 h. 60 94
J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, (PT: Raja Grapindo Persada, 1996), cet ke 2, h. 114 95
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945 h. 61
58
Analisis Data Tabel
Dari contoh di atas dapat di katakan bahwa Piagam Madinah
adalah dokumen yang mengajak masyarakat untuk hidup berdampingan
dan menyatukan perdamaian dalam kerukunan antar agama dan budaya.
Pasal awal piagam madinah
Pasal awal dari Piagam madinah adalah pembukaan yang di
awali dengan kalimat Basmallah yang dimulai dengan pernyataan
bahwa dokumen ini di buat oleh Nabi Muhammad saw keduanya
mengandung poko ajaran ketauhidan. Di dalam pasal-pasal piagam,
kata Allah SWT sering disebut. Demikian pula kata Muhammad saw.
selain itu beberapa kali disebut bahwa penyelesaian perselisihan
dikembalikan kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad saw.96
hal ini
mengandung arti bahwa isi Piagam didasarkan atas akidah ketauhidan
dan di maksudkan untuk menegakkan tauhid yang di katakan
Muhammad „Izzah Darwazah- merupakan tiang pertama dan tangguh
dalam islam.97
Isi dari Piagam Madinah
Isi dari Piagam Madinah ini memuat ketentuan-ketentuan untuk
hidup rukun dalam masyarakat majemuk di Kota Madinah dengan
tujuan agar masyarakat Madinah bisa hidup damai dan Harmonis.
Dalam kaitan ini Nurcholis Madjid berkomentar :
96
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945 h. 61 97
Muhammad Izzah darwazah, Al-Dustur Al-Qurani wa Al-Sunnah Annabawiyah VI Syu‟un
al-Hayyah. (Damsyiq : Isa al-Babi al-Halabi wa Syarakah, 1966)
59
“bunyi naskah konstitusi itu sangat menarik. Ia memuat pokok-
pokok pikiran yang dari sudut tinjauan modern pun mengagumkan.
Dalam konstitusi itulah dirumuskan ide-ide yang kini menjadi
pandangan hidup modern, ssperti kebebasan beragama, hak setiap
kelompok untuk mengatur hidup sesuai dengan keyakinannya,
kemerdekaan hubungan ekonomi dan lain-lain. Tetapi juga
ditegaskan adanya suatu kewajiban umum, yaitu partisipasi dalam
usaha pertahanan bersama menghadapi musuh dari luar”.98
Bahkan menurut peneliti ide-ide dalam ketetapannya tetap
mempunyai relevansi kuat dengan perkembangan masyarakat saat ini
dan bisa menjadi pandangan hidup modern. Hal ini dapat
dibandingkan dengan isi berbagai Piagam, konstitusi, dan deklarasi
hak-hak asasi manusia.
Para pihak yang di dalam piagam yang berisi perjanjian ini ada
tiga belas, yaitu komunitas yang disebut secara eksplisit dalam teks
piagam. Secara keseluruhan, Piagam Madinah itu berisi 47 pasal
ketentuan.99
Kerja sama dan solidaritas antar sesama mukmin sangat
ditekankan dalam piagam madinah. Sebagai kelompok inti, tekanan
seperti itu agaknya mutlak perlu, sebagai usaha menuju keberhasilan
pemebentukan masyarakat madinah
Akhir/Penutup
Oleh karena itu, Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah yang
dibuat untuk mempersatukan kelompok-kelompok sosial di Madinah
menjadi suatu umat dan mengakui hak-hak mereka demi kepentingan
98
Nurcholis Madjid, “cita-cita politik kita”dalam bosco carvalo dan Dasrizal, (ed.), Aspirasi
Umat Islam Indonesia, Leppenas, Jakarta 1983, halaman 11. 99
Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press,
2005), cet ke-1, h. 18.
60
bersama, “merupakan contoh teladan dalam sejarah kemanusiaan dalam
membangun masyarakat yang bercorak majemuk”. Hal ini tidak hanya
dalam gagasan sebagai tertuang dalam teks Piagam, tetapi juga tampak
dalam praktek Nabi dalam memipin masyarakat Madinah.
Yang berarti bahwa setiap orang yang ikut dalam perjanjian ini
tidak boleh berperang sembarangan harus melalui pertimbangan dan
izin Nabi Muhammad SAW, dan seseorang yang akan menuntut balas
karena kedzaliman orang lain tidak akan di halangi dalam menuntut
pembalasan ( keadilan ) terhadap orang yang mendzaliminya dan semua
yang berbuat jahat ( membunuh ) akan mendaat balasan yang setimpal
baik itu mengenai dirinya atau keluarganya. Akhir dari piagam ini
menekankan setiap peserta perjanjian wajib mengikuti semua yang
tertulis didalamnya untuk keamaman dan kenyamanan bersama.
Dan di tekankan pula bahwa dalam perjanjian ini kedudukan
kaum Muslimin dan yahudi sama dalam membayar pajak dan
mendapatkan hak yang sama, pembelaan yang sama dan keadilan yang
sama dan saling membantu dalam kebaikan dan menghadapi musuh
bersama.
3. Struktur Mikro
Struktur Mikro adalah makna wacana yang dapat diamati
dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase
yang dipakai dan sebagainya.
61
a. Semantik
Elemen ini berisi makna yang akan di tekankan dalam teks,
elemen ini terdiri dari latar, detil, dan maksud.
4.3
Tabel Semantik
Hal Yang Diamati Temuan Data
Semantik
Makna yang muncul dari
hubungan antar kalimat,
hubungan antar proposisi yang
membangun makna tertentu
dalam suatu banguna teks.100
Pasal 25
اى يد بي عف اهت هع الوإهيي . ٥٢
لليد دين للوسلويي دين هالين
يـتخ افسن اال هي ظلن اثن فا ال
.اال فس ال بيت
Kaum Yahudi dari Bani
„Awf adalah satu umat dengan
mukminin. Bagi kaum Yahudi
agama mereka, dan bagi kaum
muslimin agama mereka. Juga
(kebebasan ini berlaku) bagi
sekutu-sekutu dan diri mereka
sendiri, kecuali bagi yang zalim
dan jahat. Karena akan merusak
diri dan keluarga.101
Analisis Data Tabel
Makna yang di tekankan dalam teks ini adalah Nabi SAW
memberikan kebebasan bagi kaum Yahudi dan sekutunya untuk
100100100100
Drs. Alex Sobur, M.Si.,Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006). H.78.
101 J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, (PT: Raja Grapindo Persada, 1996), cet ke 2, h. 113
62
menjalankan keyakinan masing-masing sejalan dengan pernyataan ayat
Al-Qur‟an (Laakum Diinukum Waaliyadiiin) dengan maksud agar
umat Muslimin dengan kaum Yahudi atau Non-muslim lainnya dapat
bekerja sama dalam berbuat kebaikan dan hidup rukun dengan cara
saling tolong menolong dan saling menasehati. Sebagaimana di pahami
dalam Q.S. Ali Imran:104 “Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungka; merekalah orang yang
beruntung.” 102
b. Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat
mempengaruhi semantik (arti kata) yang ingin di tampilkan.
4.4
Tabel Latar
Hal yang diamati Latar
Piagam Madinah Nabi Muhammad saw, dalam mebuat piagam
tersebut, bukan hanya memperhatikan
kepentingan atas kemaslahatan masyarakat
muslim, melainkan memperhatikan
kemaslahatan masyarakat non-Muslim.103
Analisis Data Tabel
Piagam itu menjadi landasan bagi tujuan utama Beliau, yauitu
mempersatukan penduduk madinah secara integral yang terdiri dari
unsur-unsur heterogen.
102
Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, (PT: Raja Grapindo Persada, 1996), cet ke 2, h. 163 103
J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, (PT: Raja Grapindo Persada, 1996), cet ke 2, h. 114
63
c. Detil
Elemen detil merupakan strategi bagaimana penulis
mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit, selain itu
elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
di tampilkan seseorang.
4.5
Tabel Detil
Detil
Tahap-tahap
Piagam Madinah
Piagam ini bisa di katakan revolusioner
karena antara lain semua penduduk Madinah
bersama pendatang , yaitu kaum muhajirin dari
Mekkah di kategorikan sebagai satu umat
berhadapan dengan manusia lain (ummatan
waahidatan min duuni an-naas). Gagasan satu
umat dalam siste kesukuan yang begitu ketat
merupakan terobosan spektakuler. Lebih
mencenangkan lagi inisiatif untuk menulis
perjanjian ini berasal dari Muhammad,
pemimpin kaum pendatang yang di kejar-kejar
pihak Quraisy.
Analisis Data Tabel
Sebelum Nabi melaksanakan hijrah, Beliau banyak mendapat
ancaman dari kafir Quraisy. Tidak hanya gangguan psikis yang Beliau
alami, tapi juga diancam secara fisik. Bahkan beberapa kali diancam
untuk dibunuh. Tapi Nabi selalu sabar dalam menghadapi gangguan-
gannguan tersebut.
64
Nabi Muhammad datang dengan membawa perubahan. Beliau
mengajarkan penghapusan kelas antara orang kaya dengan orang
miskin, golongan buruh dengan golongan juragan. Yang ada hanyalah
hubungan persaudaraan, saling mengasihi dan menyantuni pada yang
membutuhkan. Beliau telah dapat menciptakan jalinan yang suci dan
murni dan telah berhasil mengikat suku Aus dan Khazraj dalam suatu
hubungan cinta kasih dan persaudaraan. Sejak Nabi hijrah ke Madinah
dan sesudah menetap di sana dan setelah masjid dan rumah beliau siap
didirikan, tidak lain yang menjadi fikirannya adalah menyiarkan
agama Islam, sebagai tujuan utama beliau.
Sebagai seorang pemimpin, maka beliau merasa punya
tanggung jawab besar terhadap diri dan pengikutnya. Beliau tidak saja
harus giat menyiarkan agama Islam, tetapi juga sebagai seorang
pemimpin tidak boleh membiarkan musuh-musuh dari dalam dan dari
luar mengganggu kehidupan masyarakat muslim.
d. Maksud
Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detail,
hanya saja elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan
komunikator akan di uraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya,
informasi yang merugikan akan di uraikan secara tersamar, implisit,
dan tersembunyi.
65
4.6
Tabel Maksud
Maksud
Inti Sari Dari Piagam
Madinah
Rasulullah SAW mengatur
hubungan antara berbagai penduduk
Madinah dan mencatatnya dalam sebuah
dokumen yang diberitakan di dalam sumber-
sumber sejarah. Tujuan dokumen ini adalah
untuk menerangkan komitmen masing-
masing kelompok di dalam kota Madinah,
serta menetapkan hak-hak dan kewajiban
mereka. Dalam sumber-sumber kuno,
dokumen ini disebut al Kitab (buku) dan al
Sahifah (lembaran kertas). Penelitian
modern menyebutnya al Dustur (Konstitusi)
atau al Wathiqah (Dokumen).104
Analisis Data Tabel
Dalam Piagam madinah terkandung kesepaktan-kesepakatan
yang tidak membedakan golongan agama serta menerima perbedaan
dan berjanji menjaga kerukunan sesama. Maka dari itu, Piagam
Madinah mengandung Aspek Egalitarian dan Pluralis dalam Piagam
Madinah juga terdapat unsur Demokratis karena terkandung
kesepakatan menghargai golongan minoritas dan pemberian hak untuk
berpartisipasi Jadi keputusan dan keistimewaan tidak hanya semata
diberikan pada kaum mayoritas , semua kaum berhak berpartisipasi
dalam aspek kehidupan. Dalam Piagam Madinah juga banyak terdapat
104
Akram Diya „al „Umari, Masyarakat Madinah Pada Masa Rasulullah SAW, Jakarta:
Media Dakwah, 1994, hal. 125
66
kesepakatan dan perjanjian untuk menyelesaikan m asalah umum alam
kehidupan Masyarakat Madianah saat itu. Maka dari itu, Piagam
Madinah mencangkup Aspek Humanis
4. Sintaksis
Menjelaskan penempatan kalimat yang disampaikan, yang
terdiri dari bentuk kalimat, koherensi dan kata ganti.
4.7
Tabel Sintaksis
Hal Yang Diamati Temuan Data
Menjelaskan
penempatan kalimat yang
disampaikan, yang terdiri
dari bentuk kalimat,
koherensi dan kata ganti.
Pasal 25
اى يد بي عف اهت هع الوإهيي لليد دين . ٥٢
ظلن اثن فا للوسلويي دين هالين افسن اال هي
.ال يـتخ اال فس ال بيت
Kaum Yahudi dari Bani „Awf adalah satu umat
dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama
mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka.
Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan
diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan
jahat. Karena akan merusak diri dan keluarga
Paragraf pertama =
Paragraf kedua =
Paragraf ketiga =
Paragraf keempat =
67
Analisis Data Tabel
Toleransi beragama di rasa masih sangat signifikan dan urgen,
bersamaan dengan gejala masih mengentalnya sentimen-sentimen keagamaan
di berbagai kawasan di negeri kita.
Fenomena ini tentunya, merupakan tantangan bagi para cendekia kita
untuk segera merumuskan cetak biru toleransi beragama di Indonesia,
sekaligus tanggungjawab para ulama untuk memahamkan umatnya akan
hakikat toleransi sesuai ajaran agama Islam. Sehingga, hubungan intern dan
ekstern antarumat beragama yang lebih baik dapat segera wujud, bukan lagi
hanya dalam awang-awang, keinginan dan teori semata, melainkan dalam
kehidupan nyata sehari-hari.
Sebagai suatu ajaran fundamental atau asasi, konsep toleransi telah
banyak ditegaskan dalam Alquran. Di antaranya sebagaimana yang termaktub
dalam surat Al Baqarah ayat 256, Allah Swt berfirman:
“Tidak ada paksaan dalam beragama Islam. Sungguh telah jelas jalan yang
benar dari jalan yang salah. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada
thagut (tuhan selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya
dia telah berpegang kepada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.
Allah maha mendengar, lagi maha mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 256)
68
Begitu kuatnya penegasan Islam akan toleransi beragama, Surat Al-
Mumtahanah ayat 8 menjelaskan tentang tidak adanya larangan bagi orang
Islam untuk berbuat baik, berlaku adil dan menolong orang-orang non-Islam.
Allah Swt berfirman:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada
orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama, dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.”
a. Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan anatarkata, atau kalimat
dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda
dapat dihubungkan sehingga tampak koheren.105
Koherensi merupakan
elemen yang menggambarkan bagaimana peristiwa dihubungkan atau di
pandang saling terpisah.
Dalam Piagam Madinah koherensi ini dapat di liat dalam salah satu
pasal yaitu pasal 25 yang berbunyi.
Pasal 25
. وان يهود بني عوف امة مع المؤمنين لليهود دينهم وللمسلمين دينهم مواليهم ٢٥
وانفسهم اال من ظلم واثم فانه ال يـوتخ اال نفسه واهل بيته.
105
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media , (Yogyakarta; LkiS, 2000),
h..242
69
Kaum Yahudi dari Bani „Awf adalah satu umat dengan mukminin.
Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama
mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka
sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Karena akan merusak diri dan
keluarga.
Dalam pasal ini menjelasakan bahwa Kaum yahudi dari salah satu
Bani Yaitu Bani „Awf dan kaum yahudi lain tentunya juga kaum Muslimin
di persilahkan mengitu keyakinan masing-masing. Kecuali, bagi orang
yang zalim (tidak mengikuti piagam madinah) dan selanjutnya pasal ini
menunjukkan bahwa orang yang zalim dan jahat dapat merusak diri dan
keluarganya.
5. Retoris
Dalam retoris hal yang di amati adalah bagaimana kalimat di
bentuk untuk menarik perhatian khalayak.
4.8
Tabel Retoris Piagam Madinah
Hal Yang Diamati Temuan Data
Retoris
Bagaimana Nabi
Muhammad SAW
menyampaikan pesan
melalui tulisan yang tertulis
dalam Piagam Madinah
ذا كتاب هي هحود البي صلىاهلل علي سلن
بيي الوإهيي الوسلويي هي قزيش يثزب هي تبعن
.فلحق بن جاد هعن
Dengan nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang,
Ini adalah piagam dari
Muhammad Rasulullah SAW, di
70
kalangan mukminin dan muslimin (yang
berasal dari) Quraisy dan Yatsrib
(Madinah), dan yang mengikuti mereka,
menggabungkan diri dan berjuang
bersama mereka.
ا هي تبعا هي يد فاى ل الصز . ٦١
.غيز هظلهيي ال هتاصز علين االسة
Pasal 16
Sesungguhnya orang Yahudi yang
mengikuti kita berhak atas pertolongan
dan santunan, sepanjang (mukminin)
tidak terzalimi dan ditentang olehnya.
اى على اليد فقتن على الوسلويي . ٧٣
رب ال ذ فقتن اى بين الصزعلى هي حا
الصحيفت اى بين الصح الصيحت البز دى االثن
.ا لن يأثن اهزؤ بـحليف اى الصز للوظلم
Pasal 37
Bagi kaum Yahudi ada kewajiban
biaya dan bagi kaum muslimin ada
kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan
muslimin) bantu membantu dalam
menghadapi musuh piagam ini. Mereka
saling memberi saran dan nasehat.
Memenuhi janji lawan dari khianat.
Seseorang tidak /menanggung hukuman
akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan
diberikan kepada pihak yang teraniaya.
71
Analisis tabel
Dalam tabel di atas dijelaskan bahwa Piagam Madinah yang
disusun oleh Nabi Muhammad SAW yang merupakan suatu perjanjian
formal antara umat Muslim yang diwakili oleh Rasulullah dengan semua
suku-suku dan kaum-kaum penting di Yastrib. Dokumen tersebut disusun
sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan konflik antar
Bani „Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut
menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban bagi kaum Muslim, kaum
Yahudi, dan komunitas penyembah berhala di Madinah, sehingga
membuat mereka menjadi satu kesatuan yang disebut ummah.
Nabi membentuk satu kesatuan yang disebut ummah dengan:
1. Saling memberi saran dan nasihat
2. Kewajiban biaya yang sama
3. Saling bantu membantu
4. Memenuhi janji/tidak khianat
5. Memberi pembelaan bagi yang teraniaya
C. Kognisi Sosial
Menurut Van djik, kunci dalam memahami produksi berita adalah
dengan meneliti proses terbentuknya teks serta sumber- sumber yang di
gunakan penulis sehingga menjadi sebuah berita. Dalam pandangan Van Djik,
analisis wacana tidak di batasi hanya pada struktur teks, karena struktur
wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat
dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna yang tersembunyi dari
72
sebuah teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi sosial. Pendekatan
kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi
makna itu di berikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya oleh kesadaran
mental pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas
representasi kognisi dan strategi penulis Piagam Madinah dalam membuat
Piagam. Karena setiap teks pada dasarnya di hasilkan lewat kesadaran,
pengetahuan, prasangka tertentu terhadap suatu peristiwa.106
Keotentikan dari Piagam Madinah dapat pula ditinjau dari ilmu hadits,
karena lahirnya Piagam itu merupakan hasil perbuatan Nabi maka ia termasuk
hadits.107
Imam-imam hadits seperti Imam Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu
Dawud juga para penulis sejarah, seperti Ibn Ishaq, Abu „Ubaid al-Qasim bin
Sallam. Dan Ibn Abi Khutsaimat meriwayatkan adanya perjanjian yang
dibuat oleh Nabi tersebut dan gambaran garis besar isinya dari berbagai jalur
atau sumber dengan sanad yang bervariasi.
Dua buah hadits riwayat Bukhari menggambarkan garis besar isi
Piagam dan satu buah hadits riwayatnya yang lain menyatakan adanya
perjanjian tersebut, yang berbunyi:
(Abu Juhaifat berkata: “Aku bertanya kepada „Ali apakah ada pada
kamu sesuatu dari wahyu? Selain apa yang terdapat dalam Kitab Allah?” Ali
menjawab, “Saya tidak mengetahui kecuali paham yang diberikan Allah
kepada manusia dalam al-Qur‟an apa yang ada dalam shahifat ini.” Aku
bertanya: “ Apa yang ada salam shahifat itu?” “Ali menjawab: “Tentang
diat, tebusan tawanan, dan bahwa seorang muslim tidak boleh dibunuh
lantaran membunuh seorang kafir”.)
106
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media , (Yogyakarta; LkiS, 2000),
h..260 107
Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h. 96
73
(Dari Ibrahim al-Taimi dari ayahnya berkata: “ Ali pernah berpidato
untuk kami. Ia mengatakan: “ Tidak ada bagi kita suatu kitab yang kita baca
sellain Kitab Allah dan apa yang ada di dalam shahifat ini. Didalamnya
terdapat tentang luka-luka, gigi yang tanggal didenda dengan unta dan
Madinah adalah suci antara Air sampai ketempat itu. Siapa yang melakukan
perbuatan jahat atau melindungi pelaku kejahatan, akan terkena laknat
Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak akan diterima penyesalan dan
tebusan darinya. Siapa yang mengambil bukan hambanya akan mendapat
balasan serupa. Siapa yang ingkar janji terhadap seorang muslim,akan
mendapat akibat yang setimpal.”)108
Dalam hadist ini dinyatakan bahwa kedudukan Piagam Madinah ini
dapat di sejajarkan dengan Kitab Allah dan Hadist-hadist yang memeuat
tentang hukum-hukum islam,
“Nabi SAW mengajak mereka (orang-orang musyrik dan Yahudi)
menulis suatu ketentuan tertulis atau perjanjian setia (al-ahd dan al-mistaq)
antaranya dan antara mereka yang mengkahiri mereka (mencaci dan memaki
Nabi dan para sahabatnya) yang tertuang dalam perjanjian itu. Maka Nabi
SAW menulis shahifat antaranya dan antara mereka serta kaum muslimin
seluruhnya. Riwayat Ahmad”109
Piagam Madinah ini di buat langsung oleh Nabi Muhammad SAW
yang mana seluruh perkataan yang diucapkan oleh Nabi SAW langsung
berupa wahyu atau hadist, tidak mungkin seorang Nabi Muhammad membuat
sebuah dokumen sepenting ini secara asal-asalan atau sesuai dengan ego
keinginan pribadi saja. Hal ini di dasari oleh firman Allah dalan Q.S. An-
Najm:3 “Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu menurut kemauan
hawa nafsunya”
J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, h.97 109
Ahmad bin Hambal, al-musnad, jilid III, al-Maktab al-Islami, Bairut,1985, hlm.281
74
Dapat disimpulakan bahwa Nabi membuat Piagam Madinah ini untuk
kemaslahatan masyarakat Madinah agar menjadi suatu Ummah yang hidup
rukun dalam masyarakan majemuk yang harmonis.
D. Konteks Sosial
Konteks sosial ini melihat bagaimana teks itu di hubungkan lebih jauh
dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat
atas suatu wacana.110
Oleh karena itu konteks sosial dalam hal ini adalah
menjawab pertanyaan bagaimana wacana yang berkembang di masyarakat
mengenai kerukunan antar umat beragama merujuk pada piagam madinah.
Permasalahan dalam Piagam Madinah hampir sama seperti
permassalahan masyarakat di indonesia pada umumnya dalam hal ini
mengenai kerukunan antar umat beragama, tidak sedikit masyarakat yang
sering berkonflik atas nama agama. Maka dari itu saya merasa bahwa piagam
madinah sangat tepat untuk di teliti dari sudut pandang kerukunan umat
beragama yang di bangun atas dasar perjanjian yang di buat.
Piagam ini di buat oleh Nabi SAW dengan latar belakang ingin
mempersatukan Kaum Musimin dari muhajirin dan anshar dengan kaum
yahudi dan kaum non-muslim lain di Madinah. Bahkan dalam pembukaan
piagam Nabi SAW menyatukan masyarakat Madinah dalam bingkai
pluralistik dengan dikenalkannya masyarakat baru yang di sebut ummah
wahida. Artinya ikatan persatuan dan kesatuan penduduk Madinah tersebut
110
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media , (Yogyakarta; LkiS, 2000),
h..225
75
bukan berdasarkan ikatan hubungan darah atau kabilah, melainkan agama
atau akidah bagi orang-orang Muslim dan ikatan sosial politik anatara umat
Muslim dan Yahudi untuk hidup bersama.111
Jimly Asshiddiqie mantan Ketua Mahkamah konstitusi pernah
mengatakan kepada wartawan pada tanggal 30 november 2007 di Jakarta, “
Piagam Madinah merupakan kontrak sosial tertulis pertama di dunia yang
dapat disamakan dengan kontitusi modern sebagai hasil dari praktik nilai-nilai
demokrasi. Dan hal itu telah ada pada abad ke-6 saat eropa masih berada
dalam abad kegelapan.”
Bahkan mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin
Hidayat dalam ceramah agama bertema “Perspektif Piagam Madinah Dalam
Konteks Kerukunan Nasional”, dalam rangka peringatan Maulid Nabi
Muhammad 1435 Hijriah di Istana Negara, Jakarta mengatakan "Apabila
dikaji lebih mendalam kandungan, ideologi, serta visi Pancasila yang
merupakan landasan filosofis dan ideologis Indonesia, ditemukan banyak
kemiripan dengan Piagam Madinah,". Indonesia yang terdiri dari berbagai
macam suku,budaya dan agama yang berasaskan Pancasila dan Bhineka
Tunggal Ika seharusnya berkaca pada Piagam Madinah ini, mengingat masih
sering terjadi gesekan anatar umat beragama di Indonesia peneliti ingin
sedikit membahas tentang kerukunan umat beragam di Indonesia.
Kita sebagai suatu bangsa, harus mempunyai sintesa sendiri dengan
mencari bentuk lain dari penjelmaan iman dan kepercayaan dalam praktek
111
J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau
dari Pandangan Al-Qur‟an, (PT: Raja Grapindo Persada, 1996), cet ke 2, h. 112
76
kehidupan umat manusia. Kalau kita tetap berpegang bahwa inti agama
berhubungan dengan iman, dan apabila cuma itu, maka tidak ada masalah
dalam hubungan intern antarumat beragama.112
E. Relevansi Piagam Madinah Bagi Kerukunan Umat Beragama Di
Indonesia
Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan
santun, bahkan predikat ini menjadi cermin kepribadian bangsa kita di mata
dunia internasional. Indonesia adalah Negara yang majemuk, bhinneka dan
plural. Indonesia terdiri dari beberapa suku, etnis, bahasa dan agama namun
terjalin kerja bersama guna meraih dan mengisi kemerdekaan Republik
Indonesia kita. Namun akhir-akhir ini keramahan kita mulai dipertanyakan
oleh banyak kalangan karena ada beberapa kasus kekerasan yang bernuansa
Agama. Ketika bicara peristiwa yang terjadi di Indonesia hampir pasti
semuanya melibatkan umat muslim, hal ini karena mayoritas penduduk
Indonesia beragama Islam. Masyarakat muslim di Indonesia memang terdapat
beberapa aliran yang tidak terkoordinir, sehingga apapun yang diperbuat oleh
umat Islam menurut sebagian umat non muslim mereka seakan-seakan
merefresentasikan umat muslim.
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai
dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah suatu
sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal
apapun, khususnya dalam masalah agama. Kerukunan umat beragama adalah
112
Dr. Alo Liliwei,M.S Gatra – Gatra Komunikasi Antarbudaya PUSTAKA PELAJAR
hal.279
77
hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri
ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang begitu
banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk
agama. Walau mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada
beberapa agama lain yang juga dianut penduduk ini. Kristen, Khatolik,
Hindu, Budha dan Konghucu adalah contoh agama yang juga banyak dipeluk
oleh warga Indonesia. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam
beribadah. Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah.
Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga
kerukunan umat beragama di Indonesia untuk bersama-sama membangun
negara ini menjadi yang lebih baik.
1. Konsep Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
a. Kerukunan intern umat beragama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang
terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan
sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Kristen.
b. Kerukunan antar umat beragama , yaitu suatu bentuk kerukunan yang
terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda.
Misalnya, kerukunan antar umat Islam dan Kristen, antara pemeluk
agama Kristen dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua
agama.
c. Kerukunan umat beragama dengan pemerintah, yaitu bentuk
kerukunan semua umat-umat beragama menjalin hubungan
yang yang harmoni dengan Negara/ pemerintah. Misalnya tunduk
dan patuh terhadap aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
78
Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram, termasuk
kerukunan umar beragama dengan pemerintah itu sendiri. Semua
umat beragama yang diwakili oleh tokoh-tokon agama dapat sinergi
dengan pemerintah. Bekerjasama dan bermitra dengan pemerintah
untuk menciptakan stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa.113
TRI KRUKUNAN UMAT
BERAGAMA DI INDONESIA
PIAGAM MADINAH
a. Kerukunan intern umat
beragama, yaitu suatu bentuk
kerukunan yang terjalin antar
masyarakat penganut satu
agama. Misalnya, kerukunan
sesama orang Islam atau
kerukunan sesama penganut
Kristen.
b. Kerukunan antar umat
beragama , yaitu suatu bentuk
kerukunan yang terjalin antar
masyarakat yang memeluk
agama berbeda-beda.
Misalnya, kerukunan antar
umat Islam dan Kristen,
antara pemeluk agama
Kristen dan Budha, atau
kerukunan yang dilakukan
a. Piagam Madinah menetapkan
bahwa seorang mukmin tidak
boleh mengikat persekutuan
atau aliansi dengan keluarga
mukmin tanpa persetujuan
mukmin lainnya, dalam pasal
12. Seorang mukmin tidak
boleh membunuh mukmin
lain untuk kepentingan orang
kafir dan tidak pula di
bolehkan menolong seorang
kafir yang merugikan orang
mukmin (pasal 14) dan orang-
orang mukmin adalah
pembela dan penolong
mukmin lain (pasal 15)114
b. Dalam Piagam Madinah
Kerukunan antar umat
113
http://cyberdakwah.com/2013/07/mewujudkan-kerukunan-antar-umat-beragama/ 114
J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, (PT: Raja Grapindo Persada, 1996), cet ke 2, h. 142
79
oleh semua agama.
c. Kerukunan umat beragama
dengan pemerintah, yaitu
bentuk kerukunan semua
umat-umat beragama
menjalin hubungan
yang yang harmoni dengan
Negara/ pemerintah.
Misalnya tunduk dan patuh
terhadap aturan dan
perundang-undangan
yang berlaku. Pemerintah
ikut andil dalam menciptakan
suasana tentram, termasuk
kerukunan umar
beragama dengan pemerintah
itu sendiri. Semua umat
beragama yang diwakili oleh
tokoh-tokon agama dapat
sinergi dengan pemerintah.
Bekerjasama dan bermitra
dengan pemerintah untuk
menciptakan stabilitas
persatuan dan kesatuan
beragama juga menjadi suatu
pokok yang sangat penting.
Disebutkan bahwa orang-
orang mukmin dan Yahudi
bekerja sama menanggung
pembiayaan selama mereka
berperang (pasal 24 dan 38),
di antara mereka harus terjalin
kerja sama dan tolong
menolong dalam menghadapi
musuh yang menyerang
terhadap pemilik Piagam,
saling menasehati dan
memberi saran, dan berbuat
baik bukan dalam perbuatan
dosa (pasal 37)115
c. Dalam Piagam Madinah
kerukunan antarumat
beragama dengan pemerintah
dapat dilihat dalam pasal yang
menyatakan bahwa seluruh
orang mukmin dan Yahudi
harus saling bahu-membahu
dan tolong-menolong dalam
mempertahankan Kota
Madinah (pasal 44).116
115
J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, (PT: Raja Grapindo Persada, 1996), cet ke 2, h. 147
116
J. Shuyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, (PT: Raja Grapindo Persada, 1996), cet ke 2, h. 174
80
Aturan-aturan tentang kerukunan antarumat beragama di
Indonesia pada prinsipnya tidak berbeda dengan aturanaturan
dalam Piagam Madinah. Tidak ada perbedaan yang mendasar dari
kedua sumber aturan tersebut tentang kerukunan antarumat
beragama.
Keduanya sama-sama memberikan keleluasaan kepada masing-
masing penganut agama untuk melaksanakan agamanya masing-
masing. Perbedaan terlihat dalam hal penanganan terhadap
permasalahan yang muncul. Jika Nabi dengan cepat menyelesaikan
setiappermasalahan yang muncul, maka tidak demikian halnya
pemerintah Indonesia. Apa yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia terlihat kurang cepat dankurang tegas sehingga konflik
yang terjadi meluas dan berkepanjangan serta semakin sulit
menyelesaikannya dengan tuntas.Prinsip-prinsip yang tertuang
dalam Piagam Madinah,terutama yang terkait dengan aturan
kerukunan antarumat beragama,bisa dijadikan landasan untuk
mengatur masalah yang sama di Indonesia. Sikap Nabi dalam
menyelesaikan permasalahan agama di Madinah juga bisa
dijadikan cermin untuk menyelesaikan permasalahan kerukunan
umat beragama yang muncul hingga akhir-akhir ini di Indonesia
2. Kerukunan Dalam Perspektif Islam
Bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam sebaiknya
berkaca kepada sejarah yang pernah terjadi dalam dunia Islam, yaitu di
Madinah. Dengan pimpinan nabi Muhammad saw mendirikan negara yang
81
pertama kali dengan penduduk yang majemuk, baik suku dan agama, suku
Quraisy dan suku-suku Arab Islam yang datang dari wilayah-wilayah lain,
suku-suku Arab Islam penduduk asli Madinah, suku-suku Yahudi
penduduk Madinah, Baynuqa‟, Bani Nadlir dan suku Arab yang belum
menerima Islam. Sebagai landasan dari negara baru itu Rasulullah saw
memproklamasikan peratururan yang kemudian lebih dikenal dengan
nama Shahifatul Madinah atau Piagam Madinah. Menurut para ilmuwan
muslim dan non muslim dinyatakan bahwa Piagam Madinah itu
merupakan konstitusi pertama negara Islam.
Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal itu nabi Muhammad
saw telah meletakkan pondasi sebagai landasan kehidupan umat beragama
dalam negara yang plural dan majemuk, baik suku maupun agama dengan
memasukkan secara khusus dalam Piagam Madinah sebuah pasal spesifik
tentang toleransi. Secara eksplisit dinyatakan dalam pasal 25: “Bagi kaum
Yahudi (termasuk pemeluk agama lain selain Yahudi) bebas memeluk
agama mereka, dan bagi orang Islam bebas pula memeluk agama mereke.
Kebebasan ini berlaku pada pengikut-pengikut atau sekutu-sekutu mereka
dan diri mereka sendiri” (lil yahudi dinuhum, wa lil muslimina dinuhum,
mawaalihim wa anfusuhum).
Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya
kerukunan umat beragama perspektif Piagam Madinah pada intinya adalah
seperti berikut:
82
1. Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku merupakan satu
komunitas (ummatan wahidah).
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara
komunitas Islam dan komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip:
1. Bertetangga yang baik
2. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
3. Membela mereka yang teraniaya
4. Saling menasehati
5. Menghormati kebebasan beragama.
Lima prinsip tersebut mengisyaratkan:
1. Persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara tanpa
diskriminasi yang didasarkan atas suku dan agama; dan
2. Pemupukan semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam
menyelesaikan masalah bersama serta saling membantu dalam
menghadapi musuh bersama.
Lahirnya Piagam Madinah oleh beberapa ahli tentang Islam, seperti
dikatakan oleh sejarawan Barat, Wiliam Montgomery Watt sebagai loncatan
sejarah yang luar biasa dalam perjanjian multilateral. Selain sifatnya yang
inklusif, Piagam Madinah berhasil mengakhiri kesalahpahaman antara
pemeluk agama selain Islam dengan jaminan keamanan yang dilindungi
konstitusi Negara.
83
Semangat persamaan dan persaudaraan tanpa melihat suku dan agama
dalam Piagam Madinah itu tidak lepas dari bimbingan wahyu Allah SWT, di
mana Rasulullah saw tidak akan berkata sesuatu dari kehendak nafsunya
kecuali merupan wahyu Allah SWT. Piagam Madinah senafas dengan inti
ajaran paradigma kehidupan umat beragama yang termaktub dalam al Qur‟an
al Karim, yakni tidak ada paksaan untuk menganut suatu agama (al
Baqarah:256), larangan kepada Rasulullah saw untuk memaksa orang
menerima Islam (Yunus:99) dan bahwa tiada larangan bagi umat Islam untuk
berbuat baik, berlaku adil dan saling tolong menolong dengan orang-orang
bukan Islam yang tidak memerangi umat Islam karena agama dan tidak
mengusir meraka dari kampung halaman atau negeri mereka (al
Mumtahanah:8–9), bahwa Islam mengakui pluralitas agama bukan pluralisme
agama (al Kafirun:1- 6).117
Kalau sebab turunnya (asbab al nuzul) ayat dalam surat al Kafirun
dikaji secara seksama, ayat ini merupakan penolakan Nabi Muhammad SAW
secara diplomatis dan etis atas propaganda agama lain. Ketika Nabi
Muhammad SAW ditawari untuk saling tukar agama, Nabi SAW
menanggapinya dengan arif dan bijaksana, “bagimu agamamu, bagiku
agamaku”. Tidak ada kaliamat yang bersinggungan sehingga orang yang
mengajak beliau berutukar agama menjadi segan.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Indonesia
telah memiliki ideologi bernama Pancasila sebagai norma fundamental
117
http://cyberdakwah.com/2013/07/mewujudkan-kerukunan-antar-umat-beragama/
84
bernegara, staat fundamental norm, sekaligus juga sebagai filsafat dasar
philosophische grondslag, yang berfungsi sebagai pijakan nilai-nilai moral
bermasyarakat dan bernegara. Di sinilah Pancasila sebagai pengikat
heterogenitas dalam kehidupan plural agar senantiasa tercipta kerukunan dan
kedamaian.
“Jika ditilik lebih lanjut dalam butir butir Piagam Madinah maka akan
ditemukan nilai-nilai yang amat relevan dengan upaya kita membangun
bangsa yang rukun, bukan saja rukun dalam konteks kehidupan beragama
tetapi rukun dalam konteks berbangsa, dari kerukunan umat beragama
menuju kerukunan nasional”, terang Mantan Menteri Agama Surya Dharma
Ali118
Piagam Madinah dan Pancasila, lanjut Menag terlihat paralel di mana
keduanya berfungsi sebagai landasan nilai untuk selalu menghormati
keragaman, menghargai hak-hak warga, dan mewajibkan para pemeluk
agama untuk berpartisipasi-aktif dalam membangun bangsa.
Menag kembali menegaskan bahwa Piagam Madinah memberi pesan
lain akan pentingnya melepaskan diri dari ego Identitas yang menganggap
diri sendiri sebagai yang paling hebat dan mengecilkan orang lain.
“Kebersamaan, kerukunan, kedamaian akan terwujud manakala ego Identitas
semacam ini disingkirkan dalam kehidupan sehari hari demi memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa”, tegas Menag.119
118
http://bimasislam.kemenag.go.id/preview/menag-kerukunan-akan-terwujud-jika-ego-
identitas-disingkirkan.dpuf 119
http://bimasislam.kemenag.go.id/preview/menag-kerukunan-akan-terwujud-jika-ego-
identitas-disingkirkan.dpuf
85
Benang merah relevansi kerukunan anatarumat bergama di Indonesia
dengan Piagam Madinah ialah Piagam Madinah sudah menjelaskan dengan
jelas aturan-aturan yang di terapkan untuk hidup rukun dan harmonis
contohnya
1. Siapa yang ingin aman masuk ke masjid
2. Kaum Yahudi yang membayar pajak dan ikut dalam perjanjian
mendapatkan hak yang sama dengan kaum Muslim dalam Madinah
3. Kaum Yahudi dan Non-Muslim lain bebas memeluk agama dan
menjalankan ibadah sesuai keyakinan
Itu sebagaian kecil contoh isi dari Piagam Madinah yang
menunjukkan bahwa Subtansi kerukunan umat bergama dalam Piagam
Madinah lebih jelan dan terperinci, sehingga amat relevan jika Piagam
Madinah di jadikan acuan untuk menjalankan prinsip hidup harmonis dalam
masyarakat antarumat beragama di Indonesia.
86
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari uraian dan hasil penelitian yang dilakukan tentang analisis teks makna
kerukunan antarumat beragama dalam Piagam Madinah, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Analisis Teks
Dalam analisis teks makna kerukunan antarumat beragama peneliti
menggunakan pendekatan yang dilihat struktur makronya (tematik),
superstrukturnya (skematik), serta struktur mikronya (semantik, sintaksis,
stalistik, retoris)Piagam Madinah, maka konstruksi teksnya adalah tiga
point tentang kerukunan antarumat beragama :
a) Persatuan dan Kesatuan
b) Persamaan dan Keadilan
c) Kebebasan Beragama
Kognisi Sosial dalam penelitian ini bukanlah wawancara langsung terhadap
pembuat Piagam Madinah yaitu Nabi saw, melainkan melihat kondisi
bagaimana sejarah terbentuknya Piagam Madinah melalui hadist-hadist
riwayat Imam Ahmad bin Hambal yang tertulis dalam buku Shuyuthi J
Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dari
Pandangan Al-Qur‟an, yang meninjau kondisi psikologis pembuat Piagam
Madinah lewat riwayat-riwayat hadist.
Konteks Sosial disini melihat bagaimana Piagam Madinah itu bisa terjadi
dalam artian sebab musabab adanya perjanjian antara umat Islam yang di
87
wakili oleh Nabi Muhammad dengan kaum Yahudi dan non-Muslim di
Madinah. Piagam ini di buat oleh Nabi SAW dengan latar belakang ingin
mempersatukan Kaum Musimin dari muhajirin dan anshar dengan kaum
yahudi dan kaum non-muslim lain di Madinah.
2. Relevansi Piagam Madinah bagi kerukuan antarumat beragama di
Indonesia adalah kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi
yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama
adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya
diskriminasi dalam hal apapun, khususnya dalam masalah
agama. Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk
mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita
ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak. Tak hanya
masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk
agama. Perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu
saudara dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan umat
beragama di Indonesia untuk bersama-sama membangun negara ini menjadi
yang lebih baik.
Piagam Madinah memberi pesan lain akan pentingnya melepaskan diri
dari ego identitas yang menganggap diri sendiri sebagai yang paling hebat
dan mengecilkan orang lain.Kebersamaan, kerukunan, kedamaian akan
terwujud manakala ego identitas semacam ini disingkirkan dalam
kehidupan sehari hari demi memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
88
B. Saran
1. Piagam Madinah
Dalam pembuatannya banyak menyimpan pesan, pengalaman, dan
sejarah. Ketiga hal tersebut terangkum dalam Piagam Madinah. Piagam
ini banyak diperbincangkan orang, baik kalangan Muslim maupun
kalangan non-Muslim. Piagam ini telah membuktikan salah satu esensi
dalam Islam adalah perdamaian dan persaudaraan. Oleh sebab itu penulis
menyarankan dalam pembuatan pengembangann perundang-undangan
tentang kerukunan anatarumat beragmabisalebih dulu mengacu terhadap
isi dari pasal-pasal yang tertulis dalam Piagam Madinah sebagai dasar
konstitusi pertama dalam sejarah manusia.
2. Kerukunan Umat
Perkembangan kerukunan anatar umat bergama harus di
tingakatkan agar tidak ada lagi gesekan atau konflik antarumat
bergama,melihat dasar Indonesia Bhinneka Tunggal Ika yang berarti
berbeda-beda tetap satu maka masayarakat Indonesia harus lebih
memperhatikan tentang bagaimana saling mengerti satu sama lain dalam
hidup bermasyarakat seperti yang di katakan oleh Kepala PKUB
masyarakat bisa dikatakan rukun jika saling memahami antar umat
beragama dalam segi ajaran masing-masing ajaran agama,meahami
konseo tuhan menurut agama masing. Setelah paham harus
menghormati,karena dalam al quran ada ayat jangan menghina tuhan lain,
(mutual respect) saling hormat. Dan setelah saling menghormati harus
saling kerja sama dalam hal ini bukan kerja sama keagamaan, dari sisi
kemanusiaan dan kemasyarakatan.
89
DAFTAR PUSTAKA
A. Malik, Fadjar. Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia, 1998.
AG., Muhaimin. Damai di Dunia Damai untuk Semua Perspektif Berbagai
Agama. Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan,
Departemen Agama RI, 2004
Agil Husin Al Munawar, Said. Fikih Hubungan Antar Agama. Jakarta: Ciputat
Press. 2003.
Ahmad bin Hambal, al-musnad, jilid III. Bairut: al-Maktab al-Islami, 1985.
Al „Umari, Akram Diya „. Masyarakat Madinah Pada Masa Rasulullah SAW.
Jakarta: Media Dakwah, 1994.
Mansyur. Dakwah Islam dan Pesan Moral. Jakarta: Al- Amin Press, 1997.
Ahmad, Zainal Abidin. Piagam Nabi Muhammad SAW: Konstitusi Negara
Tertulis yang Pertama di Dunia. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
Aloliliweri, M.S. GATRA-GATRA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA. Jakarta:
PUSTAKA PELAJAR, 2011.
Asshidiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta:
Konstitusi Press, 2005.
Bahri, Syamsul “Peranan Agama dan Adat dalam Melestarikan Kerukunan Umat
Beragama, “ vol XI , No. 1 (Januari-Juni 2001), h. 41.
Bulaeng, Andi, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta), 2004, h.164.
Bungin, Burhan, Alasisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada), 2003, h. 90.
Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial, Format-Format kuantitatif dan
Kualitatif, (Surabaya: AUP), 2001, h. 293.
Darwazah, Muhammad Izzah, Al-Dustur Al-Qurani wa Al-Sunnah Annabawiyah
VI Syu‟un al-Hayyah. (Damsyiq : Isa al-Babi al-Halabi wa Syarakah,
1966)
Daulay, M. Zainuddin, Mereduksi Eskalasi Konfil Antarumat Beragama di
Indonesia, (Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan
Departemen Agama RI, 2001), h. 67.
90
Eriyanto, Analisis Wacna (Yogyakarta: LKIS, 2003), cet ke-3, h. 275.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 237.
Faisal, Sanipah, Penelitian Kualitatif, (Malang: YA3 Malang), 1990, h. 97.
Haikal, Muhamad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antar
Nusa, 2005), Cetke-30, h. 202.
Haq, Hamka, Jaringan Kerja Sama Antarumat Beragama: Dari Wawancara ke
Aksi Nyata, (Jakarta: Titahandalusia Press, 2002), h. 54.
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (yogyakarta.. Kanisius dan BPK Gunung
Mulya,1993),h.60
Ibrahim Meuraxa, Musbir, “Etika Islam dalam Kebijakan Pambinaan Kerukunan
Umat Beragama, vol XI, no. 1 (2011), h. 1.
Jasmadi, Membangun Relasi Antar Umat Beragama, (Refleksi Pengalaman
Islman di Indonesia),” vol 5, no. 2 (juli 2010), h. 166.
Kriyantono, Rahmat, Teknis Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006),h. 58.
Liliwei, Alo Gatra Komunikasi Antarbudaya PUSTAKA PELAJAR hal.279
Madjid, Nurcholis, “cita-cita politik kita”dalam bosco carvalo dan Dasrizal, (ed.),
Aspirasi Umat Islam Indonesia, Leppenas, Jakarta 1983, halaman 11.
Misrawi, Zuhairi, Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan
Muhammad SAW, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009), h. 293-
294.
Mulyana, Kajian Wacana: Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 170.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:UI-Press,
1985) cet ke-5, h. 56.
Nurul rosidin, Didin, Mengelola Konflik Membangun Damai, (Semarang: WMC,
2007) cet ke-1 h 185
Oetomo, Dede, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana, (yogyakarta:
Kanisius, 1993), h. 3.
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis, 2007), h. 170.
91
Pulungan, J. Suyuthi, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah
Ditinjau dari Pandangan Al-Qur‟an, (Jakarta: PT Rajagrapindo Persada,
1994), cet ke-1, h. 113.
Rani, Abdul, Analisis Wacana Sebuah Kajian (Malang: Bayu Media, 2004), h. 4.
Ratu Perwiranegara, H. Alamsjah, Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama
(Jakarta: Departemen Agama RI, 1982), h. 46.
Sjadzali., H. Munawir Islam dan Tata Negara (Jakarta: UI Press, 1993), cet ke-5,
h.8-9.
Sairin, Weinata, Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa,
(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2011), h. 1-2.
Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Framming, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet.
Ke-4, h. 47.
Sukardja, Ahmad, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta:
UI-Press, 1996).
Tim Penyusun Kamus Besar Bahas Indonesia Departemen Penidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustakan,
1990), Cet ke-2, h. 680
Wasfi, Mustafa Kamal. Strategi Rasulullah Menghadapi Ulah Yahudi, Jakarta:
Pustaka Mantiq, hal. 75
William H, Harris and Judith S, Levey, The New Colombia Encyclopedia
(Colombia University Press New York & London, 1975), h. 514.
“Toleransi: Mayoritas dan Minoritas,” Harian Republika, 21 Juni 2012
http://kbbi.web.id/monoteisme Di Akses pada tanggal 1 Juni pukul 23.02 WIB.
http://cyberdakwah.com/2013/07/mewujudkan-kerukunan-antar-umat-beragama/
http://cyberdakwah.com/2013/07/mewujudkan-kerukunan-antar-umat-beragama/
http://bimasislam.kemenag.go.id/preview/menag-kerukunan-akan-terwujud-jika-
ego-identitas-disingkirkan#sthash.NbXCRH3O.dpuf
http://bimasislam.kemenag.go.id/preview/menag-kerukunan-akan-terwujud-jika-
ego-identitas-disingkirkan#sthash.NbXCRH3O.dpuf
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (TJIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIJl. Ir. H Juanda No. 95 Ciputat 15412 IndonesiaWebsite
Telepon/Fax . (021\ 7132728 I 74703580:.idE-mail
Nomor : Un.01/F5/pp.00.9/$r )fi notqLamp :l(satu)bundelHal : Bimbingan Skripsi
NamaNomor Pokok,turusan/Konsentrasi
SemesterTelp.Judul Skripsi
Tembusan:1. Dekan2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Jakarta*lc1 November 20 1 4
Taufik Nur Rohman1110051000144I(omunikasi dan Penviaran IslamIX (Sembilan)083873 1 84755Analisis Wacana Makna Kerukunan Antarumat Beragamadalam Piagam Madinah
Kepada Yth.Kholis Ridho, M.SiDosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN SyarifHidayatullah .Iakarta
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan olehmahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu l(ornunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakartasebagai berikut,
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal 21 November2014 s.d. 21 Mei 2015.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Wassalamu' alaikum Wr. Wb.
an.Dekan,Wakil Dekan Bidang Akademik
VSutNIP
xr.Ed,Ph.D10330 r99803 1 004
صحيفة المدينة
(hgiiiaM iagaiP)
MتغMهللاMاشدMاشدي
MMيثشبMلشيشMMاغيMاإيM Mتي Mع MاثيMصىاهللMعي Mذذ MورابM زا
MذثعMفذكMتMجاذMع.
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah SAW, di kalangan mukminin dan
muslimin (yang berasal dari) Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti
mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka.
Pasal 1
دذجMMدMااط..MاMاحMا١
Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komuitas) manusia lain.
Pasal 2
٢MعايM Mيفذ M Mاعطائا Mاخزاذيح Mتي Mيرعال Mستعر MيشMع Mلش M Mااجش .
تاعشفMامغظMتيMاإي
Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu
membayar diat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara
baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 3
٣MامغظMتاعشفM MتعفMعMستعرMيرعالMعالMاالMوMطائفحMذفذMعايا .
تيMاإي
Banu Auf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar
diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan
baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 4
Mطا٤ Mو Mاال Mعال Mيرعال Mعىشتعر Mتعاعذج .MتاعشفM Mعايا Mذفذ M ئفح
امغظMتيMاإي
Banu Sa’idah sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu
membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan
tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 5
٥MامغظMتاعشفM MذفذMعايا MطائفحMوMاالMيرعالM MتMاذشزMعMستعر .
تيMاإي
Banu Al-Hars sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu
membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan
tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 6
٦MامغظMتاعشفMعاياMذفذMMطائفحMوMاالMعالMيرعالMعىشتعرMتجشM.
تيMاإي
Banu Jusyam sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu
membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan
tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 7
٧MتاعشفM Mعايا Mذفذ M Mطائفح Mو Mاال Mعال Mيرعال Mعىشتعر Mاجاس Mت .
امغظMتيMاإي
Banu An-Najjar sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu
membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan
tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 8
٨MعاياM Mذفذ M Mطائفح Mو Mاال Mعال Mيرعال Mعىشتعر Mعف Mت Mعش Mت .
MيتاعشفMامغظMتيMاإ
Banu ‘Amr bin ‘Awf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu
membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan
tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 9
MيرعالMعال. ٩ MاثيدMعىشتعر MتاعشفMامغظMتيMت MذفذMعايا M MاالMوMطائفح
Mاإي
Banu Al-Nabit sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu
membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan
tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 10
١١MتاعشفM MذفذMعايا M MاالMوMطائفح MيرعالMعال MاالطMعىشتعر Mت .
امغظMتيMاإي
Banu Al-‘Aws sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu
membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan
tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.
Pasal 11
.MاMاإيMاليرشوMفشجاMتيMاMيعطMتاعشفMفMفذاءMاعم.١١
Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat menanggung
utang diantara mereka tetapi membantunya dengan baik dalam poembayaran tebusan
atau diat.
Pasal 12
.MالMيذاـفMإMMإMد.١٢
Seorang mukmin tidak diperbolehkan membuat persekutuan dengan sekutu
mukmin lainnya tanpa persetujuan dari padanya.
Pasal 13
MاMاترغMدMعيعحMظMاجMاثMاعذاMاMفغادMتيM.MMاMاإيMارميMعMMتغ١٣
اإيMاMايذيMعيMجيعاMMواMذMادذ.
Orang-orang mukmin yang taqwa harus menentang orang yang diantara mereka
mencari atau menuntut sesuatu secara zalim , jahat, melakukan permusuhan atau
kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya,
sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.
Pasal 14
الMيمرMإMإاMفMوافشMالMيصشMوافشاMعMإ. .0
Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran
membunuh orang kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang kafir untuk
(membunuh) orang beriman.
Pasal 15
.MاMرحMهللاMادذجMيذيذMعيMادMاMاMاإيMيعضMايMتعضMدMااط.١٥
Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang dekat.
Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung kepada golongan lain.
Pasal 16
.MاMMذثعاMMيدMفاMMاصشMاالعجMغيشMظيMالMراصشMعي.١٦
Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan
santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya.
Pasal 17
١٧MعاءMعMاالMهللاMعثيMفيMلرايMفيMإMدMإM MالMيغا MاإيMادذج MاMع .
عذيMتي.
Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat
perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Allah,
kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka.
Pasal 18
اMتعضا..MاMوMغاصيحMغضخMعاMيعمةMتعض١٨
Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu membahu satu sama lain.
Pasal 19
١٩MعMارميMاإيMاMهللاMفىغثيMداءMتـاايMتعضMعMتعضMيثئMاإيMاM.
ادغMذMال.
Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam
peperangan di jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada petunjuk
yang terbaik dan lurus.
Pasal 20
.MاMاليجيشMششنMاالMمشMيشMالفغاMاليذيMدMعMإ.٢١
Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik)
Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.
Pasal 21
٢١MعيMاإيMاMامريMيMيشضMاMاالMلدتMفاMتيحMعMلرالMإاMاعرثظMMاM.
MوافحMاليذMMااللياMعي.
M
M
Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas perbuatannya,
harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela (menerima diat). Segenap orang
beriman harus bersatu dalam menghukumnya.
Pasal 22
٢٢MالMذذثاMيصشMاMاآلخشMايMتاهللMآMاصذيفحMزMفMتاMألشMإMيذMالMاM.
MاMآاMفاMعيMعحMهللاMغضثMيMامياحMاليـإخزMMصشفMالعذي.يـإيحMاMMصش
Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada Allah
dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman kepadanya.
Siapa yang memberi bantuan dan menyediakan tempat tinggal bagi pelanggar itu, akan
mendapat kutukan dari Allah pada hari kiamat, dan tidak diterima dari padanya
penyesalan dan tebusan.
Pasal 23
.MاىMاMاخرفرMفيMMشيئMفاMشدMاMهللاMعضجMاMذذMصMهللاMعيMع٢٣
Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut (ketentuan)
Allah Azza Wa Jalla dan (keputusan) Muhammad SAW.
Pasal 24
.MاMايدMيفمMعMاإيMادMااMذاستي٢٤
Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.
Pasal 25
يMافغMاالM.MMاMيدMتيMعفMاحMعMاإيMيدMديMغيMديMا٢٥
MظMاثMفاMالMيـذخMاالMفغMاMتير.
Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum
Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini
berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat.
Karena akan merusak diri dan keluarga.
Pasal 26
.MاMيدMتMاجاسMثMايدMتMعف٢٦
Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 27
ف.MاMيدMتMاذشزMثMايدMتMع٢٧
Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 28
.MاMيدMتMعاعذجMثMايدMتMعف٢٨
Kaum Yahudi Banu Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 29
.MاMيدMتMجشMثMايدMتMعف٢٩
Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 30
.MاMيدMتMاالطMثMايدMتMعف٣١
Kaum Yahudi Banu Al-‘Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 31
MفاMالMيذخMاالفغMاMتير..MاMيدMتMثعثحMثMايدMتMعفMاالMظMاث٣١
Kaum Yahudi Banu Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 32
اMجفMتطMثعثMوأMفغ .0
Kaum Yahudi Banu Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu
‘Awf.
Pasal 33
ثMايدMتMعفMاMاثشMدMاالثM.MاMثMاشطيثح٣٣
Kaum Yahudi Banu Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.
Pasal 34
.MاMايMثعثMوأفغ٣٤
Sekutu-sekutu Sa’labah diperlakukan sama seperti mereka (Banu Sa’labah).
Pasal 35
.MاMتطاحMيدMوأفغ٣٥
Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).
Pasal 36
٣٦MاMجشحMثاسMيذجشعMالMاMعMعيMصىاهللMذذMتارMاالMادذMيخشجMالMاM.
MفرهMفثفغMفرهMاMتيرMاالMMظMاMهللاMعMاتشزا.
Tidak seorang pun dibenarkan (untuk berperang), kecuali seizin Muhammad
SAW. Ia tidak boleh dihalangi (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat orang lain).
Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan menimpa diri dan
keluarganya, kecuali ia teraniaya. Sesunggunya Allah sangat membenarkan ketentuan
ini.
Pasal 37
٣٧MزM MاصشعMMداسبMا Mتي Mا Mفمر Mاغي Mع Mفمر Mايد MاMع .
اصذيفحMاMتيMاصخMاصيذحMاثشMدMاالثMاMMيأثMاشؤMتـذيفMاMاصشMظ.
Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi kaum muslimin ada kewajiban
biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam menghadapi musuh
piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasehat. Memenuhi janji lawan dari
khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya.
Pembelaan diberikan kepada pihak yang teraniaya.
Pasal 38
.MاMايدMيفمMعMاإيMاداMاMذاستي.٣٨
Kaum Yahudi memikul bersama mukiminin selama dalam peperangan.
Pasal 39
.MاMيثشبMدشاMجفاالMزMاصذيفح.٣٩
Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga piagam ini.
Pasal 40
.MاMاجاسMوافظMغيشMضاسMالاث.٤١
Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang
tidak bertindak merugikan dan tidak khianat.
Pasal 41
ا.MاMالMذجاسدشحMاالMتارMا٤١
Tidak boleh jaminan diberikan kecuali seizin ahlinya.
Pasal 42
٤٢MهللاM Mا Mشد Mفا Mفغاد Mيخاف Mاشرجاس Mدذز M Mاصذيفح Mز Mا Mتي Mوا Mا Mا .
عضجMاMذذMصىاهللMعيMعMاMهللاMعMاذمMاMفMزMاصذيفحMاتش.
Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini,
yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya menurut
(ketentuan) Allah Azza Wa Jalla, dan (keputusan) Muhammad SAW. Sesungguhnya
Allah paling memelihara dan memandang baik isi piagam ini.
Pasal 43
.MاMالذجاسMلشيشMالMMصشا٤٣
Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi
pendukung mereka.
Pasal 44
.MاMتيMاصشMعMMدMيثشب.٤٤
Mereka (pendukung piagam) bahu membahu dalam menghadapi penyerang kota
Yatsrib.
Pasal 45
٤٥MثMاMدعاMاراMاMيثغMيصاذMفاM)يثغ(MيصاذMصخMاMدعاMاراM.
رهMفاMMعىاإيMاالMMداسبMفMاذيMعMوMااطMدصرMMجاتMازMلث.
Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak lawan)
memenuhi perdamaian serta melaksankan perdamaian itu, maka perdamaian itu harus
dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi
ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang
agama. Setiap orang wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya.
Pasal 46
٤٦MاMMاذغMاثشMعMاصذيفحMزMاالMثMعMافغMايMاالطMيدMاM.
MدMاثشMاMاصذيفحMاالث.ز
Kaum Yahudi Al-‘Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban
seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari
semua pendukung piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari
kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya.
Sesungguhnya Allah paling membenarkan dan memandang baik isi piagam ini.
Pasal 47
٤٧MزاMيذيMالMاMاتشMاصذيفحMزMفMاصذقMعMهللاMاMفغMاالعMواعةMيىغةMالM.
اMMخشجMآMMلعذMآMتاذيحMاالMMظMاثMاMهللاMجاسMMتشMاذمMMاىرابMدMظاMآث.
ذذMسعيMهللاMصMهللاMعيMع
Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang
keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali orang yang zalim
dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad
Rasulullah SAW
MصMاـثاM Mاجضء MاثيMص.. M)أتMذذMعثذ111MM-111مرطفMMورابMعيشج التMشا
MعحMارفM)412اـهM.ـ
Dikutip dari kitab Siratun-Nabiy saw., juz II, halaman 119-133, karya Ibnu
Hisyam (Abu Muhammad Abdul malik) wafat tahun 214 H.
Top Related