ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
(UMKM) SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH PEMBIAYAAN DARI
BANK UMUM SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
Nailah Rizkia
1113046000124
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2018 M
ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH (UMKM) SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK UMUM SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
Nailah Rizkia
1113046000124
Pembimbing
Erika Amelia, S.E., M. Si
NIP. 197711092009122001
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Hari Kamis, 11 Januari 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:
1. Nama : Nailah Rizkia
2. NIM : 1113046000124
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) Sebelum dan Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari
Bank Umum Syariah
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang bersangkutan
selama proses Ujian Skripsi, maka di putuskan bahwa mahasiswi tersebut dinyatakan
lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Januari 2018
PANITIA UJIAN :
Ketua : AM. Hasan Ali, M.A.
NIP. 19751201 200501 1 005 ( ............................................. )
Sekretaris : Dr. Abdurrauf, M.A.
NIP. 19731215 200501 1 002 ( ............................................. )
Pembimbing : Erika Amelia, S.E., M.Si
NIP. 19771109 200912 2 001 ( ............................................. )
Penguji I : Dr. Muhammad Maksum, M.A., M.D.C.
NIP. 19780715 200312 1 007 ( ............................................. )
Penguji II : Umiyati, SEI, M.Si
NUPN. 9920100301 ( ............................................. )
iii
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nailah Rizkia
NIM : 1113046000124
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu
untu Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain,
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 November 2017
Nailah Rizkia
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Nailah Rizkia
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Oktober 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Tebet Barat II A no. 14 Rt 04/02,
Kelurahan Tebet
12810
Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan
Status : Belum Menikah
Telepon : 087886773882
Email : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
Formal
(2007) Lulus SDN Tebet Barat 05 Pagi – Jakarta Selatan
(2010) Lulus SMPN 15 Jakarta – Jakarta Selatan
(2013) Lulus SMAN 7 Jakarta – Jakarta Pusat
(2013-sekarang) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Non Formal
(2013) Lulus Kursus Komputer Bersertifikat
(2013) Training Leadership Camp an Motoivation
(2016) Lulus Praktikum Lab Bank Bersertifikat
v
ABSTRAK
Nailah Rizkia, NIM 1113046000124. Analysis of Small and Medium Business
Development (UMKM) Before and After Obtaining Financing from Sharia
Commercial Bank. Sharia Economics Study Program. Faculty of Economics and
Business, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H /
2017 M.
This study aims to examine the differences in UMKM before and after obtaining
financing from sharia banks as seen from business capital indicators, sales turnover,
business profits, labor and business branches. The object of this research is the
perpetrators of MSMEs around the market Tebet Barat who get financing from
Islamic banks as many as 12 businesses. The type of data collected is primary data.
Methods of data analysis include descriptive statistical test, validity test, reliability
test and Wilcoxon rank test.
Based on Wilcoxon rank test results for business capital variables obtained pp value
of 0.002 (<0.05), sales turnover variables got the value -p of 0.002 (<0.05), business
profit variables obtained pp value of 0.002 (< 0,05), labor variable got value -p
equal to 0,005 (= 0,05), and business branch variable got value -p equal to 0,083 (>
0,05) which mean there is difference in variable of venture capital, sales turnover,
profit business, labor before and after obtaining financing from sharia bank. And for
business branch variable there is no difference of business branch before and after
obtaining financing from syariah bank.
Keywords: Micro Small and Medium Enterprises (UMKM), Financing, Bank
Syariah.
Advisor: Erika Amelia, S.E., M.si
Bibliography: 1997 - 2017.
vi
ABSTRAK
Nailah Rizkia, NIM 1113046000124. Analisis Perkembangan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Pembiayaan dari Bank Umum Syariah. Program Studi Ekonomi Syariah. fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
1438 H/ 2017 M,
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan keadaan UMKM sebelum dan
sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah yang dilihat dari indikator
modal usaha, omzet penjualan, keuntungan usaha, tenaga kerja dan cabang usaha.
Objek penelitian ini yaitu pelaku UMKM di sekitar pasar Tebet Barat yang
memperoleh pembiayaan dari bank syariah sebanyak 12 usaha. Jenis data yang
dikumpulkan adalah data primer. Metode analisis data meliputi uji statistik
deskriptif dan uji pangkat tanda Wilcoxon.
Berdasarkan hasil uji pangkat tanda Wilcoxon untuk variabel modal usaha
didapatkan nilai -p sebesar 0,002 (<0,05), variabel omzet penjual didaptkan nilai –
p sebesar 0,002 (<0,05), variabel keuntungan usaha didapatkan nilai –p sebesar
0,002 (< 0,05), variabel tenaga kerja didapatkan nilai –p sebesar 0,005 ( =0,05), dan
variabel cabang usaha didapatkan nilai –p sebesar 0,083 (> 0,05) yang berarti ada
beda pada variabel modal usaha, omzet penjualan, keuntungan usaha, tenaga kerja
sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah . Dan untuk
variabel cabang usaha tidak terdapat perbedaan cabang usaha sebelum dan sesudah
memperoleh pembiayaan dari bank syariah.
Kata Kunci: Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Pembiayaan, Bank
Syariah.
Pembimbing : Erika Amelia, S.E., M.si
Daftar Pustaka : 1997 – 2017.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya
dan para sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bimbingan, bantuan, motivasi serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan hormat dan
terimakasih sebagai bentuk penghargaan kepada:
1. Bapak Dr. Arif Mufraini, Lc, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Yoghi Citra Pratama, M, Si dan Ibu RR. Tini Anggraeni, ST, M.Si
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak AM. Hasan Ali, MA dan Bapak Abdurrauf, Lc, MA, selaku Ketua
dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing selama masa perkuliahan.
6. Ibu Erika Amelia, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu nya untuk membimbing penulis hingga selesainya
skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Responden yang telah meluangkan waktu dalam kesibukannya
untuk membantu penulis memberikan data selama melakukan penelitian.
viii
8. Segenap Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan Akademik Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama masa perkuliahan.
9. Kedua orang tuaku tercinta, H. M. Yazid Ya’qub Abdullah dan Hj.
Majidah yang selalu memberikan yang terbaik bagi penulis dan tidak henti
mendoakan penulis. Serta kedua kakak-kakak penulis, Fajrul Islamy AB
dan Putri Shafwatil Huda yang turut memberikan saran serta dukungan
agar terselesaikan skripsi ini.
10. My Sisters yang sama-sama berjuang, Nisa Kusumawardhani, Astiti
Chandra Aprilianti, Gina Hoirunnisa, Fariha, Nur Najmi Muthia, Yulia
Sarasati, dan Klarisa Deo yang saling mensupport satu sama lain untuk
sama-sama menyelesaikan skripsi.
11. Keluarga Besar Prodi Muamalat 2013 dan teman-teman KKN PUMA 180
yang pernah bekerja sama dengan penulis di masa perkuliahan.
12. Sahabat SMA, Auliyati, Adnaty Alfi Syahra, Maria Chairunnisa, Nia
Novita Sari, Nur Maulinda, Cindy Camelia Putri, dan Dita Lestari,
terimakasih telah mendengarkan keluh kesah dan memberikan saran serta
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik
dan saran sangat diharapkan untuk koreksi dan perbaikan skripsi ini.semoga
skripsi ini dapat memberikan banyak manfaatbagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan dijadikan reperensi sebagai bahan penelitian sejenis. Semoga
Allah SWT senantiasa memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kita yang
berjuang di jalan-Nya.
Jakarta, November 2017
Nailah Rizkia
ix
1. Pengertian Perkembangan Usaha ...................................... 9
2. Indikator Perkembangan Usaha......................................... 9
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ......................... 14
1. Pengertian dan Karakteristik UMKM ............................... 14
2. Peran UMKM .................................................................... 16
3. Permasalahan UMKM ....................................................... 17
Pembiayaan............................................................................... 19
1. Pengertian Pembiayaan ..................................................... 19
2. Tujuan Pembiayaan ........................................................... 21
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 6
D. Tujuan Penelitian...................................................................... 7
E. Manfaat penelitian .................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................ 9
A. Perkembangan Usaha ............................................................... 9
B.
C.
x
3. Fungsi Pembiayaan............................................................ 21
4. Jenis-jenis Pembiayaan Syariah ........................................ 22
5. Jenis-jenis Pembiayaan Bank Syariah ............................... 23
D. Review Studi Terdahulu ........................................................... 28
E. Kerangka Pemikiran ................................................................. 33
F. Hipotesis ................................................................................... 34
METODE PENELITIAN.............................................................. 36 A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel............ 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 37
C. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................... 37
D. Sumber Data ............................................................................. 38
E. Populasi dan Sampel................................................................. 38
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 39
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 40
BAB III
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 43
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................... 43
B. Analisis Data ............................................................................ 44
1. Profil Responden ............................................................... 44
2. Analisis Deskriptif Keadaan Usaha................................... 47
3. Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Pangkat Tanda
Wilcoxon .......................................................................... 53
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 63
A. Kesimpulan ............................................................................... 63
B. Rekomendasi ............................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65
LAMPIRAN .................................................................................................... 68
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Penyebaran UMKM Menurut Wilayah Provinsi DKI Jakarta ....
Besarnya Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah ke Sektor
2
UMKM di Provinsi DKI Jakarta................................................. 5
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu ............................................................. 28
Tabel 4.1 Jenis Usaha ................................................................................. 44
Tabel 4.2 Pembiayaan Bank Syariah .......................................................... 45
Tabel 4.3 Lama Usaha ................................................................................ 45
Tabel 4.4 Uji Statistik Deskriptif Indikator Modal Usaha .......................... 48
Tabel 4.5 Uji Statistik Deskriptif Indikator Omzet Penjualan .................... 49
Tabel 4.6 Uji Statistik Indikator Keuntungan Usaha .................................. 50
Tabel 4.7 Uji Statistik Indikator Tenaga Kerja ........................................... 51
Tabel 4.8 Uji Statistik Indikator Cabang Usaha ......................................... 52
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Modal Usaha ...............................
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Modal Usaha Sebelum dan
54
Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah ............... 55
Tabel 4.11 Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Omzet Penjualan ......................... 56
Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Omzet Penjualan Sebelum dan
Sesudah memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah ...............
56
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Keuntungan Usaha ......................
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Keuntungan Usaha Sebelum
57
dan Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah ........ 58
Tabel 4.15 Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Tenaga Kerja ............................... 59
Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Tenaga Kerja Sebelum dan
Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah ..............
60
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Cabang Usaha .............................
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Cabang Usaha Sebelum dan
61
Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah .............. 62
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................. 34
Gambar 4.1 Kategori Usaha Responden ...................................................... 44
Gambar 4.2 Persentase Jenis Usaha ............................................................. 46
Gambar 4.3 Persentase Pembiayaan Bank Syariah ...................................... 46
Gambar 4.4 Persentase Lama Usaha ............................................................ 47
Gambar 4.5 Rata-rata Modal Usaha Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Pembiayaan Bank Syariah ........................................................
49
Gambar 4.6 Rata-rata Omzet Penjualan Sebelum dan Sesudah
Memperoleh Pembiayaan Bank Syariah ..................................
50
Gambar 4.7 Rata-rata Keuntungan Usaha Sebelum dan Sesudah
Memperoleh Pembiayaan Bank Syariah ..................................
51
Gambar 4.8 Rata-rata Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Pembiayaan Bank Syariah ........................................................
52
Gambar 4.9 Rata-rata Cabang Usaha Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Pembiayaan Bank Syariah ........................................................
53
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi saat ini pertumbuhan ekonomi yang baik merupakan
penilaian keberhasilan pemerintah dalam melakukan pembangunan, tidak
terkecuali dalam aspek ekonomi, pemerintah membuat dan mendukung
program-program dengan konsep ekonomi kerakyatan. Konsep ekonomi
kerakyatan adalah gagasan tentang cara, sifat, dan tujuan pembangunan
dengan sasaran utama perbaikan nasib rakyat yang pada umumnya bermukim
di pedesaan. Konsep ini mengadakan perubahan penting ke arah kemajuan,
khususnya ke arah pendobrakan halangan yang membelenggu sebagian besar
rakyat Indonesia dalam keadaan serba kekurangan dan keterbelakangan.1
Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau disingkat dengan UMKM
merupakan basis ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu sangat penting
perannya dalam pembangunan ekonomi nasional karena memperluas lapangan
kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat,
berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas
Negara. Pemberdayaan UMKM menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan
pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dalam rangka
mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan
kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan usaha.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah UMKM di Indonesia terus
bertambah setiap tahunnya. Kontribusi sektor UMKM terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) mencapai 60,34%, Dari sisi tenaga kerja, UMKM
mampu menyerap tenaga kerja hingga 57,9 juta yang berarti 97,22% di
berbagai daerah di Indonesia.2
Besarnya jumlah tersebut tentunya berkorelasi
1
Sarbini Sumawinata, Politik Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2004), h. 161. 2
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3350243/umkm-serap-579-juta-tenaga-
kerja diakses pada tanggal 15 Juli 2017.
1
2
terhadap kapasitas penyerapan tenaga kerja. Mestinya disadari bahwa dengan
tingat penyerapan tenaga kerja yang tinggi, sektor UMKM telah menjamin
stabilitas pasar tenaga kerja, menekan angka pengangguran dan momentum
bagi bangkitnya wirausaha baru.
DKI Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia dan menjadi pusat
perekonomian menjadikan DKI Jakarta memegang peranan penting dalam
aspek pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan. Oleh karena
itu, tentuntunya memberikan harapan kepada masyarakat untuk
mengembangkan usahanya, berikut penyebaran UMKM menurut wilayah di
Propinsi DKI Jakarta, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1
Penyebaran UMKM Menurut Wilayah Provinsi DKI Jakarta
No Wilayah Total UMKM Persentase (%)
1 Jakarta Utara 136.965 16,35
2 Jakarta Timur 179.188 21,39
3 Jakarta Selatan 180.517 21,54
4 Jakarta Barat 177.952 21,23
5 Jakarta Pusat 163.118 19,47
6 Kepulauan Seribu 165 0,02
Jumlah 837.905 100
Sesuai Sensus Ekonomi 2006
Sumber: http://diskumdagdki.jakarta.go.id/
Dari data berikut menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah Jakarta Selatan
paling banyak bertopang pada UMKM yaitu sebesar 21,54% dengan total
180.517 pelaku UMKM.
Salah satu ciri umum yang melekat pada masyarakat ekonomi menengah
dan ekonomi rendah adalah permodalan yang kurang. Padahal modal
merupakan unsur yang sangat penting dalam mendukung peningkatan
produksi dan taraf hidup masyarakat itu sendiri, terlebih bagi pelaku UMKM.
Masih banyak pelaku usaha mikro maupun usaha kecil yang biasanya terdesak
kebutuhan permodalan mengambil jalan pragmatis dengan mencari
3
permodalan dari rentenir. Banyak pengusaha kecil yang tidak
memperhitungkan akibat yang akan terjadi sehingga terjebak hutang yang
makin lama makin bertambah dan lama kelamaan akan mematikan usahanya.
Kejadian di atas disebabkan karenapelaku UMKM sulit untuk
memperoleh kredit atau pembiayaan untuk permodalan. Sebenarnya banyak
fasilitas kredit yang ditawarkan baik dari bank konvensional, bank syariah,
maupun lembaga keuangan mikro. perbankan merupakan salah satu agen
pembangunan, karena fungsi utama dari perbankan adalah sebagai lembaga
intermediasi keuangan, yaitu lembaga yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. namun, dari semua tawaran
skema kredit yang menggiurkan tersebut, hanya sekitar 60% yang dapat
memenuhi UMKM karena mereka belum bisa memanfaatkan tawaran tersebut
dengan baik. Salah satu permasalahan UMKM dalam memperoleh kredit atau
pembiayaan adalah jaminan yang dimiliki.3
Kondisi tersebut juga dialami oleh UMKM di Jakarta Selatan khususnya
wilayah Tebet Barat. pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuanagan,
dalam hal ini bank syariah yang dikatakan berbeda dengan sistem kredit bank
konvensional diharapkan mmpu memenuhi kebutuhan permodalan yang
dimaksud. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang tumbuh dan
berkembang di Indonesia sejak tahun 1991 diawali dengan berdirinya Bank
Muamalat Indonesia.4
perkembangan bank syariah diikuti dengan
berkembangnya lembaga keuangan syariah diluar struktur perbankan, yaitu
asuransi takaful, pasar modal syariah, pegadaian syariah, dan Baitul Maal
Wattamwil (BMT).
Pada padal 1 ayat 7 Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah menjelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang
3 Muslina Kara, “Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap Pengembangan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Semarang”, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum,
Vol.47, No 1 (2013), h. 270. 4
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Sejarah-Perbankan- Syariah.aspx, diakses pada tanggal 20 Oktober 2017.
4
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan
Syariah (BPRS). Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank syariah dapat
memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (muḍarabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual
beli barang dengan memperoleh keuntungan (murbaḥah), atau pembiayaan
barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (al-ijarah), atau
dengan sewa menyewa yang diakhiri dengan kepemilikan (al-ijrah al-
muntahiya bi al-tamlīk), dan lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.5
Melihat ruang lingkup kegiatan usahanya dapat dinyatakan bahwa produk
perbankan syariah lebih variatif dibandingkan dengan produk pada bank
konvensional. ini dapat memungkinkan produk pada bank syariah
memberikan peluang yang lebih luas dalam rangka memenuhi kebutuhan
deposan maupun nasabah debitur sesuai dengan kebutuhan nasabah. meskipun
demikian, produk pembiayaan perbankan syariah secara teoritis tetap mengacu
pada pembiayaan muḍarabah dan musyarakah sebagai akad inti dalam sistem
bagi hasil (loss and profit sharing). Dalam sistem bagi hasil, penentuan
besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi. Maka dalam suatu proyek
yang dilakukan nasabah, apabila mengalami kerugian akan ditanggung
bersama.6
Dengan konsep seperti ini memberi peluang bagi usaha UMKM
untuk mengembangkan usahanya berdasarkan asas kemitraan sebagaimana
yang diusung oleh perbankan syariah.
5 Pasal 19 Undang-undang Nomer 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 6
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h. 61.
5
Tabel 1.2
Besarnya Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah ke Sektor
UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Per Desember 2012 -2016 (Rp Miliar)
Tahun Pembiaan Bank Syariah Kontribusi
Sektor Ekonomi UMKM
2012 78816 41236 52.31
2013 100928 49870 49.41
2014 142505 21380 15.00
2015 78286 10695 13.66
2016 89799 11742 13.07 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2017.
Pada tabel 1.2 memperlihatkan bahwa per Desember tahun 2012 samapi
2016 besarnya pembiayaan syariah yang disalurkan oleh bank syariah untuk
sektor ekonomi dan UMKM di DKI Jakarta berfluktuasi. kontribusi terbesar
yang diberikan bank syariah utnuk UMKM terjadi pada tahun 2013 yaitu Rp.
41.236.000.000.000 atau 52,31% dari total pembiayaan yang dikeluarkan bank
syariah, meskipun disadari bahwa sektor ekonomi masih medominasi
pembiayaan bank syariah dibandingkan dengan UMKM.
Salah satu tujuan dari pembiayaan adalah membantu pengusaha yang
memerlukan modal usaha serta membantu pemerintah untuk meningkatkan
pembangunan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi mikro, dan salah
satu peranan pembiayaan modal usaha yaitu untuk meningkatkan
perkembangan usaha, setiap orang yang berusaha ingin meningkatkan usaha
tersebut, namun adakalanya dibatasi oleh kemampuan permodalan7. Bantuan
pembiayaanlah yang akan mampu mengatasi permasalahan modal para pelaku
UMKM tersebut, keterbatasan modal akan membatasi pelaku UMKM dalam
meningkatan dan mengembangkan usahanya.
Untuk melihat perkembangan usaha ada beberapa indikator yang
digunakan, yaitu modal usaha, omzet penjualan, keuntungan (laba), dan tenaga
kerja. Modal usaha didapatkan dari lembaga keuangan dalam hal ini bank
7Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008), h. 100.
6
syariah yang memberikan pembiayaan. Omzet penjualan menunjukkan dengan
adanya tambahan modal dapat meningkatkan produksi atau menambah barang
dagangan untuk meningkatkan jumlah penjualan. Keuntungan dapat terjadi
jika jumlah penjualan meningkat. Bila produksi meningkat tentunya
membutuhkan lebih banyak tenaga kerja. Dan bila UMKM itu mengalami
perkembangan yang baik ada kemungkinan UMKM tersebut ingin melebarkan
usahanya dengan membuka cabang usaha.
Dari paparan diatas mendasari penulis untuk melakukan penelitian dengan
cara melihat keadaan sebelum dan sesudah UMKM menerima pembiayaan
dari bank syariah, dengan menggunakan beberapa indikator diantaranya asset
usaha, omzet penjualan, keuntungan penjualan, tenaga kerja, dan cabang
usaha. Penulis melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Perkembangan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sebelum dan Sesudah
Memperoleh Pembiayaan Dari Bank Umum Syariah.
B. Identifikaasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1. UMKM sering menghadapi permasalahan dalam aspek permodalan.
2. Bank syariah belum menjadi tujuan utama UMKM untuk mengajukan
pembiayaan.
3. Belum adanya perkembangan yang sistematis setelah UMKM memperoleh
pembiayaan dari lembaga keuangan.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan hanya pada
perkembangan UMKM di sekitar pasar Tebet Barat yang menerima
pembiayaan dari bank syariah. Adapun pokok permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah analisis perkembangan UMKM sebelum
dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah.
7
Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, serta untuk dapat
memberikan suatu gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang akan
diteliti, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan modal usaha UMKM antara sebelum dan sesudah
mendapatkan pembiayaan dari bank syariah?
2. Bagaimana perbedaan omzet penjualan UMKM antara sebelum dan
sesudah mendapatkan pembiayaan dari Bank syariah?
3. Bagaimana perbedaan keuntungan usaha UMKM antara sebelum dan
sesudah mendapatkan pembiayaan dari bank syariah?
4. Bagaimana perbedaan tenaga kerja UMKM antara sebelum dan sesudah
mendapatkan pembiayaan dari bank syariah?
5. Bagaimana perbedaan cabang usaha UMKM antara sebelum dan sesudah
mendapatkan pembiayaan dari bank syariah?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai perkembangan UMKM
dengan melihat perbedaan keadaan sebelum dan sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah melalui variabel indikator modal usaha, omzet
penjualan, keuntungan usaha, tenaga kerja dan cabang usaha.
E. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Untuk menerapkan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan, serta
dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai peranan lembaga
keuangan dalam mengembangkan UMKM.
b. Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang bernilai bahwa bank
syariah turut serta dalam mengembangkan UMKM menjadi lebih maju
dan berkembang.
8
c. Bagi Keilmuan
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi pembaca
dan bahan rujukan penelitian lainnya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang dipergunakan dalam skripsi ini terdiri dari
lima bab, memiliki kandungan atau isi yang saling berkaitan dalam proses
penelitian, berikut ini akan diuraikan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan
Bab ini berisi tentang 1) latar belakag masalah, 2) pembatasan
masalah, 3) rumusan masalah, 4) tujuan penelitian, 5) manfaat
penelitian, dan 6) sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung masalah yang
sedang di teliti, antara lain 1) Perkembangan Usaha, 2) Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), 3) Pembiayaan, 4) Review
Studi Terdahu, 5) Kerangka Pemikiran, dan 6) Hipotesis.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang 1) Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional Variabel, 2) Tempat dan Waktu Penelitian, 3) Jenis
dan pendekatan penelitian, 4) sumber data, 5) Populasi dan
Sampel, 6) teknik pengumpulan data, dan 7) teknik analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian serta hasil
analisis data menggunakan uji statistic deskriptif, uji validitas, uji
reliabilitas, dan uji statistik pangkat tanda Wilcoxon.
BAB V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini, serta
saran-saran yang diberikan penulis terkait hasil analisis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Perkembangan Usaha
1. Pengertian Perkembangan Usaha
Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha itu
sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar mencapai
pada satu titik atau puncak kesuksesan. Perkembangan usaha dilakukan
oleh usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk
lebih maju lagi. Perkembangan usaha merupakan suatu keadaan terjadinya
peningkatan omzet penjualan.8
2. Indikator Perkembangan Usaha
Tolak ukur tingkat keberhasilan dan perkembangan perusahaan kecil
dapat dilihat dari peningkatan omzet penjualan. Tolak ukur perkembangan
usaha haruslah parameter yang dapat diukur sehingga tidak bersifat nisbi
atau bahkan bersifat maya yang sulit untuk dapat dipertanggungjawabkan.
Semakin kongkrit tolak ukur itu semakin mudah bagi semua pihak untuk
memahami serta membenarkan atas diraihnya keberhasilan tersebut.9
Para peneliti (Kim dan Choi 1994, Lee dan Miller 1996, Lou 1999,
Miles at all 2000, Hadjimanolis 2000) menganjurkan peningkatan omzet
penjualan, pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan pelanggan sebagai
pengukuran perkembangan usaha.10
Adapun indikator yang dipakai dalam
penelitian ini, antara lain:
a) Modal Usaha
Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk)
untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda
121.
8 Purdi E Chandra, Trik Sukses Menuju Sukses, (Yogyakarta: Grafika Indah, 2000), h.
9 Mohammad Sholeh, Analisis Strategi Inovasi dan Dampaknya Terhadap Kinerja
Perusahaan, (Semarang: UNDIP, 2008), h. 25. 10
Wina Saparingga, Analisis Perbandingan Tingkat Perkembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Fasilitas Pembiayaan Mikro (Studi Kasus di BRI Syariah KCP Kopo Bandung), (Bandung: UNISBA, 2015) , h. 38.
9
10
(uang, barang dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk
menghasilkan sesuatu yang menambahkan kekayaan”. Modal
dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang
yang digunakan dalam menjalankan kegiatan bisnis.11
Modal usaha
terdiri dari tiga macam, yaitu:12
1) Modal Sendiri
Modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri
terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, dan lain sebagainya.
2) Modal Asing (Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya
diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari
pinjaman. Sumber dana dari modal asing yaitu pinjaman dari
perbankandan pinjaman dari lembaga keuangan non bank seperti
koperasi, pegadaian, atau lembaga pembiayaan.
3) Modal Patungan
Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan modal
usaha dengan cara berbagi kepemilikan usaha dengan orang lain.
Caranya dengan menggabungkan antara modal sendiri dengan
modal orang lain
b) Omzet Penjualan
Kata omzet berarti jumlah, sedangkan penjualan kegiatan menjual
barang yang bertujuan mencari laba atau pendapatan. Penjualan adalah
usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang dan jasa
kebutuhan yang telah dihasilkannya kepada mereka yang
membutuhkan dengan imbalan uang menurut harga yang telah
ditentukan sebelumnya.13
Sehingga omzet penjualan berarti jumlah
penghasilan atau laba yang diperoleh dari hasil menjual barang atau
jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah
uang yang diperoleh.
11 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, di Akses pada Tanggal 13 Agustus 2017. 12 Jackie Ambadar, Membentuk Karakter Pengusaha, (Bandung: Kaifa, 2010), h. 15. 13
Sutamto, Teknik Menjual Barang, (Jakarta: Balai Aksara, 1997), h. 10.
11
Dalam prakteknya, kegiatan penjualan itu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu sebagi berikut:14
1) Kondisi dan Kemampuan Penjual
Jual beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas barang
dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual
sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini,
penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat
berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk
maksud tersebut penjual harus memahami beberapa masalah
penting yang sangat berkaitan, yakni :
(a) Jenis dan karateristik barang yang ditawarkan.
(b) Harga produk.
(c) Syarat penjualan seperti: pembayaran, penghantaran,
pelayanan sesudah penjualan, garansi, dan sebagainya.
Masalah-masalah tersebut biasanya menjadi pusat perhatian
pembeli sebelum melakukan pembelian. Selain itu, perlu
memperhatikan jumlah serta sifat-sifat tenaga penjualan yang akan
dipakai. Dengan tenaga penjualan yang baik dapatlah dihindari
timbulnya rasa kecewa pada para pembeli dalam pembeliannya.
2) Kondisi Pasar
Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran
dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya.
Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah:
(a) Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar
penjual, pasar pemerintah, ataukah pasar internasional.
(b) Kelompok pembeli atau segmen pasarnya.
(c) Daya belinya.
(d) Frekuensi pembeliannya
(e) Keinginan dan kebutuhannya.
14
Bayu Swastha DH dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty,
2003), h. 406.
12
3) Modal
Akan lebih sulit bagi penjual untuk menjual barangnya apabila
barang yang dijual tersebut belum dikenal oleh calon pembeli, atau
apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual. Dalam keadaan
seperti ini, penjual harus memperkenalkan dulu membawa
barangnya ke tempat pembeli. Untuk melaksanakan maksud
tersebut diperlukan adanya sarana serta usaha, seperti : alat
transport, tempat peragaan baik di dalam perusahaan maupun di
luar perusahaan, usaha promosi, dan sebagainya. Semua ini hanya
dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang
diperlukan untuk itu.
4) Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani
oleh bagian tersendiri (Bagian Penjualan) yang dipegang oleh
orang-orang tertentu atau ahli dibidang penjualan. Lain halnya
dengan perusahaan kecil dimana masalah penjualan ditangani oleh
orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain. Hal ini disebabkan
karena jumlah tenaga kerjanya lebih sedikit, sistem organisasinya
lebih sederhana, masalah-masalah yang dihadapi, serta sarana yang
dimilikinya juga tidak sekompleks perusahaan besar.
5) Faktor Lain
Faktor-faktor lain, seperti: periklanan, peragaan, kampanye,
pemberian hadiah, sering mempengaruhi penjualan. Namun untuk
melaksanakannya, diperlukan sejumlah dana yang tidak sedikit.
Bagi perusahaan yang bermodal kuat, kegiatan ini secara rutin
dapat dilakukan. Sedangkan bagi perusahaan kecil yang
mempunyai modal relatif kecil, kegiatan ini lebih jarang dilakukan.
Adapun pengusaha yang berpegang pada suatu prinsip bahwa
“paling penting membuat barang yang baik”. Bilamana prinsip
tersebut dilaksanakan, maka diharapkan pembeli akan kembali
membeli lagi barang yang sama.
13
c) Keuntungan Usaha
Secara teoritis tujuan utama perusahaan adalah untuk
memanfaatkan sumber daya (alam dan manusia) guna mendapatkan
manfaat (benefit) darinya, dalam pengertian komersial manfaat bisa
berupa manfaat negatif yang sering diistilahkan rugi (loss) atau
manfaat positif yang sering disebut sebagai untung (positif).
Ukuran yang sering kali digunakan untuk menilai berhasil atau
tidaknya manajemen suatu perusahan adalah dengan melihat laba yang
diperoleh perusahaan. Laba bersih merupakan selisih positif atas
penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak. Pengertian laba yang
dianut oleh organisasi akuntansi saat ini adalah laba akuntansi yang
merupakan selisih positif antara pendapatan dan biaya.
d) Tenaga Kerja
Tenaga kerja atau man power adalah kelompok penduduk dalam
usia kerja. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja.Angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bekerja, dan (2)
golongan yang menganggur dan mencari peekerjaan. Kelompok bukan
angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bersekolah, (2) golongan
yang mengurus rumah tangga, (3) golongan lain-lain atau menerima
pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja ini
sewaktu-waktu dapat menawarkan jasa untuk bekerja. Oleh karena itu
kelompok ini sering juga dinamakan sebagai potensial labour force.15
Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup
bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja
untuk diri sendiri atupun untuk anggota keliuarga yang tidak menerima
bayaran berupa upah atau mereka yang sesungguhnya bersedia dan
mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan
berpaksa karena tidak ada kesempatan kerja.
15
Sumarsono, Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 3.
14
Penyerapan tenaga kerja menjelaskan tentang hubungan kuantitas
tenaga kerja yang dikehendaki dengan tingkat upah. Permintaan
pengusaha atas jumlah tenaga kerja yang diminta karena orang tersebut
dapat meningkatkan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan
kemudia dijual kepada konsumen. Adanya pertambahan permintaan
perusahaan terhadap tenaga kerja bergantung kepada pertambahan
permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang diproduksi.
Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu, permintaan tenaga
kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan
factor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi,
antara lain naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari
perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume
produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat
yang digunakan dalam proses produksi.16
e) Cabang Usaha
Berdarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata cabang jika
dipadankan dengan kata kantor memiliki pengertian satuan usaha
(kedai, toko), lembaga perkumpulan, kantor, dan sebagainya yang
merupakan bagian dari satuan yang lebih besar. Cabang juga berarti
terpecah, tidak terpusat pada satu saja.17
B. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
1. Pengertian dan Karakteristik UMKM
Berdasarkan literatur yang ada hingga kini terdapat beberapa
pengertian yang didasarkan pada besar modal dan usaha serta jumlah
tenaga kerja yang digunakan.18
Di Indonesia, definisi UMKM diatur
16
Sumarsono, Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009), h. 4. 17 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakases pada tanggal 4 Mei 2017. 18
Tulus T.H Tambunan, UMKM di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 45.
15
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 tahun 2008 tentang
UMKM. Adapun pembagiannya sebagai berikut:
a) Usaha Mikro
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), usaha
mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk
tanah dan bangunan) paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan (omzet/tahun) paling
banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).
b) Usaha Kecil
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), usaha
kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan anak cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar.
Kriteria dari usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih (tidak
termasuk tanah dan bangunan) lebih dari Rp 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan (omzet/tahun)
lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta
rupiah).
c) Usaha Menengah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), usaha
menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan anak cabang
16
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar. Kriteria dari usaha menengah adalah memiliki kekayaan
bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) lebih dari Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) dan hasil
penjualan tahunan (omzet/tahun) lebih dari Rp 2.500.000.000,-
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).
2. Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha mikro dan kecil bertujuan menumbukan dan mengembangkan
usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan
demokrasi ekonomi yang berkeadilan.19
Dapat dikatakan UMKM memiliki
peran dalam pembangunan perekonomian nasional melalui kontribusi
terhadap PDB, menciptakan lapangan pekerjaan, dan penyerapan tenaga
kerja.
Kemampuan UMKM dalam menghadapi krisis dan pembangunan
perekonomian nasional disebabkan oleh:20
a) Sektor mikro dapat dikembangkan hampir disemua sektor usaha dan
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
b) Karena sifat penyebaran yang sangat luas (baik sektor usaha dan
wilayahnya) sektor mikro sangat berperan dalam pemerataan
kesempatan kerja.
c) UMKM termasuk usaha-usaha anggota koperasi yang pada umumnya
fleksibel. UMKM dengan skala usaha yang tidak besar, kesederhanaan
spesifikasi dan teknologi yang digunakan dapat lebih mudah
menyesuaikan dengan perubahan atau perkembangan yang terjadi.
19
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 3, Tentang Usaha
Mikro Kecil dan Menengah. 20
Glen Glenardi, Peran Perbankan dalam Pengembangan Keuangan Mikro, (Diskusi kelompok C2 Temu Nasional Bazar Pengembangan Mikro: 2002), h. 290.
17
d) UMKM merupakan industri padat modal. Dalam struktur biaya
produksinya, komponen tersebar adalah biaya variabel yang mudah
menyesuaikan dengan perubahan atau perkembangan yang terjadi.
e) Produk-produk yang dihasilkan sebagian besar merupakan produk
yang berkaitan langsung dengan kebutuhan primer masyarakat.
f) UMKM lebih sesuai dan dekat dengan kehidupan pada tingkat bawah
(grassroot) sehingga upaya mengentaskan masyarakat dari
keterbelakangan akan lebih efektif.
3) Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Perkembangan UMKM di Indonesia tidak terlepas dari berbagai
masalah. Beberapa masalah umum yang dihadapi UMKM yaitu
keterbatasan modal, kesulitan bahan baku dengan harga terjangkau dan
kualitas yang baik, keterbatasan teknologi, sumber daya manusia yang
dengan kualitas baik, informasi pasar dan kesulitan pemasaran. Tingkat
intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut bisa berbeda tidak hanya
menurut jenis produk, atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antar
lokasi atau wilayah, sektor atau antar subsector, antar jenis kegiatan, dan
antar unit usaha dalam kegiatan yang sama.21
Permasalahan umum yang biasanya terjadi pada UMKM yaitu:22
a) Kesulitan Pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi
perkembangan UMKM. UMKM tidak melakukan perbaikan yang
cukup di semua aspek yang terkait pemasaran seperti peningkatan
kualitas produk dan kegiatan promosi, cukup sulit bagi UMKM untuk
dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas.
b) Keterbatasan Finansial
Pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri
atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini
21 Tulus T.H Tambunan, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting,
(Jakarta: Salemba Empat: 2002), h. 73. 22
Musa Hubeis, Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009), h. 4-6.
18
sering tidak memadai dalam bentuk kegiatan produksi maupun
investas. Walaupun begitu banyak skim-skim kredit maupun
pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya, sumber
pendanaan dari sektor informal masih tetap dominan dalam
pembiayaan kegiatan UMKM.
c) Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
salah satu kendala serius bagi manyak UMKM di Indonesia adalah
keterbatasan SDM dalam aspek manajemen, teknik produksi,
pengembangan produk, organisasi bisnis, akuntasi data, teknik
pemasaran dan lain sebagainya. Semua keahlian sangat dibutuhkan
untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk,
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas
pangsa pasar dan menembus pasar barang.
d) Masalah Bahan Baku
Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat
menjadi salah satu kendala yang serius bagi UMKM di Indonesia. Hal
ini dapat menyebabkan harga yang relative mahal. Banyak pengusaha
yang terpaksa berhenti dari usaha dan berpindah profesi ke kegiatan
ekonomu lannya akibat masalah keterbatasan bahan baku.
e) Keterbatasan Teknologi
UMKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi yang
tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang
bersigat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi
menjadi kurang maksimal, dan kualitas produk relative rendah.
f) Kemampuan Manajemen
Keterbatasan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang
sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya,
membuat pengelolaan usaha menjadi terbatas.
g) Kemitraan
Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha
dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan
19
pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun
tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang
setara (sebagai mitra kerja).
C. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan
pendanaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan. Pembiayaan secara
luas yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.23
Pada bank
konvensional aktivitas pembiayaan lebih dikenal dengan istilah kredit
yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam meluniasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.24
Menurut M. Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan
merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan deficit unit.25
Sedangkan pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan hal itu berupa:
a) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna;
d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
23 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP. AMN YKPN,
2002), h. 17 24
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada,
2000). h. 92. 25
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek,(Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h. 160.
20
e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa
imbalan, atau bagi hasil.
Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan pesetujuan/kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dengan imbalan
atau bagi hasil. Pembiayaan yang dipersamakan dengan kredit berdasarkan
prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian imbalan atau bagi hasil.26
Pembiayaan dalam perbankan syariah
atau istilah teknisnya aktiva produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia
adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta
asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen
dan kontinjensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI).27
Dalam aktivitas pembiayaan, bank syariah akan menjalankan dengan
berbagai teknik dan metode yang penerapannya tergantung pada tujuan
dan aktifitas nasabah penerima pembiayaan. Mekanisme pebankan syariah
yang berdasarkan prinsip mitra usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena
itu, masalah membayarkan bunga kepada kepada debitur atau pembebanan
bunga kepada nasabah pembiayaan tidak akan timbul.
26
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Pasal 1, Tentang Bank
Indonesia. 27
Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003.
21
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank
berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank
berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang
diharapkan, bagi bank berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan
diperoleh melalui bunga. Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah
berupa imbalan/bagi hasil.
2. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan
nilai-nilai islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh
sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang insdustri,
pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan
menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.28
3. Fungsi Pembiayaan
Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian,
perdagangan, dan keuangan adalah sebagai berikut:29
a) Pembiayaan yang dapat meningkakan daya guna dari modal atau/uang
Uang yang terhimpun dari penabung dalam persentase tertentu
ditingkatkan kegunaannya oleh lembaga keuangan. Para pengusaha
menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas atau
meningkatkan usahanya, baik untuk peningkatan produksi,
perdangangan, ataupun meningkatkan usaha secara
menyeluruh.produktivitas secara menyeluruh.
b) Pembiayaan meningkatkan daya guna suatu barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari
suatu tempat yang kegunaannya kurang tke tempat yang lebih
bermanfaat.
28
Yusuf, Ayus Ahmad, dan Abdul Aziz, Manajemen Operasional Bank Syariah,
(Cirebon: STAIN, 2009), h. 68. 29
Veithzal Riva’I, Islamic Financial Management, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2008), h.7.
22
c) Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening Koran,
pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan
sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel, promes, dan sebagainya
melalui pembiayaan.
d) Menimbulkan gairah usaha masyarkat
Dengan pembiayaan, maka akan menimbulkan semangat dan gairah
usaha masyarakat. Karena melalui pembiayaan, masyarakat akan
mendapatkan tambahan modal bagi kelangsungan bisnis usahanya.
e) Pembiayaan sebagai alat stabilitas ekonomi
Pembiayaan dapat diarahkan untuk menambah perputaran suatu barang
serta memperlancar distribusi barang-barang dan pendapatan agar
merata ke seluruh lapisan masyarakat.
f) Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional
Semakin meningkatnya suatu pembiayaan, maka akan terjadi pula
peningkatan usaha. Apabila usaha tersebut dapat meningkat, maka
pajak yang dikeluarkanpun akan meningkat pula. Secara tidak
langsung, maka pembiayaan dapat meningkatkan pendapatan nasional.
4. Jenis-jenis Pembiayaan Syariah
Adapun jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah dapat
dikelompokkan sebagai berikut:30
a) Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk
membiayai kebutuhan modal usahanya, jangka waktu pembiayaan
modal kerja maksimum satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai
kebutuhan.
b) Pembiayaan Investasi
30 Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010), h. 234.
23
Pembiayaan investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau
jangka panjang yang biasa digunakan untuk perluasan usaha atau
membangun proyek/pabri, atau keperluan rehabilitasi.31
Bank dapat memberikan pembiayaan investasi dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Melakukan penilaian atas proyek yang akan dibiayai dengan
mendasarkan pada prinsip-prinsip pemberian pembiayaan.
2) Memperhatikan peraturan pemerintah tentang Analisis Dampak
Lingkungan (AMDAL).
3) Jangka waktu pembiayaan maksimal 12 (dua belas) tahun,
4) Memenuhi ketentuan-ketentuan bankable yang berlaku seperti,
persyaratan, penerimaan pembiayaan dan jaminan.
c) Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan yang ditujukan untuk pemberian suatu barang yang
digunakan untuk kepentingan perorangan (pribadi).
5. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah
Produk-produk pembiayaan bank syariah dapat diklasifikasikan kepada
empat kategori umum yaitu:32
a) Prinsip Jual Beli
jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda. tingkat keuntungan bank ditentukan di
depan danmenjadi bagian harga atas barang yang dijual. transaksi jual
beli dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Pembiayaan Murabahah
Murabahah diartikan sebagai suatu perjanjian antara barang
dengan nasabah dalam bentuk pembiayaan atas suatu barang yang
31
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 99. 32 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGarafindo Persada, 2008), h.
128.
24
dibutuhkan oleh nasabah. objeknya bisa berupa barang modal
maupun barang kebutuhan sehari-hari.33
Firman AllAH SWT QS An-Nisa ayat 29 yang artinya:
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di
antaramu”
Fatwa DSN-MUI NO: 04/DSN-MUI/IV/2000tentang
Murabahah, pembiayaan murabahah ini dapat diberikan kepada
nasabah yang membutuhkan dana untuk pengadaan bahan baku
dan bahan penolong, sementara itu, biaya distribusi, serta biaya-
biaya lainnya yang dapat ditutup dalam jangka waktu sesuai
dengan lamanya peputaran modal kerja tersebut, yaitu pengadaan
persediaan bahan baku sampai terjualnya hasil produksi dan hasil
penjualan diterim dalam bentuk tunai.34
2) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada. oleh karena itu, barang diserahkan
secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai.
Bank berindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai
penjual.35
Dalam transaksi ini harga jual dicantumkan dalam akad
jual beli, dan tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
Sehingga pada umumnya akan diterapkan dalam pembiayaan
barang yang belum ada seperti pembelian komoditi pertanian oleh
bank untuk kemudian dijual kembali secara tunai atau cicilan.
Firman Allah SWT QS Al-Baqarah ayat 282 yang
artinya: “Hai orang-orang yang berfirman apabila kamu
33 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjahmada
University Press, 2007), h. 100. 34 Fatwa DSN-MUI NO:04/DSN-MUI/IV/2000, Tentang Murabahah. 35
Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), h. 99.
25
bermuamalah tidak dengan tunai untuk jangka waktu tertentu
maka hendaklah kamu menuliskannya”
3) Pembiayaan Istishna’
Istishna’ merupakan pembiayaan yang menyerupai produk
Salam, tetapi dalam Istishna’ pembiayaan dapat dilakukan oleh
bank dalam beberapa kali pembayaran. Ketentuan umum
pembiayaan Istishna’ adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas
. harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad
Istishna’ dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika
terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga
setelah akad ditandatangani, seluruh biayan tambahan tetap
ditanggung nasabah.36
Fatwa DSN-MUI NO; 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Istishna’
yaitu melalui fasilitas ini, bank melakukan pemesanan barang
dengan harga yang disepakati kedua belah pihak biasanya sebesar
(biaya produksi ditambah keuntungan bagi produsen, tetapi lebih
rendah dari harga jual) dan dengan pembayaran di muka secara
bertahap. Bank meneliti spesifikasi dan kualitas work in process.
Kewajiban dan tanggung jawab pengusaha adalah keberhasilan
proses produksi tersebut sampai menghasilkan barang jadi sesuai
dengan kuantitatas dan kualitas yang telah diperjanjikan. Bila
produksi gagal, pengusaha wajib menggantinya, apakah dengan
cara memproduksi lagi atau dengan cara membeli dari pihak lain.37
b) Pembiayaan Bagi Hasil (Syirkah)
Syirkah dalam bahasa arab berarti pencampuran atau interaksi atau
membagi sesuatu antara dua orang atau lebih menurut hukum
kebiasaan yang ada. Produk pembiayaan yang didasarkan atas prinsip
bagi hasil adalah sebagai berikut:
1) Pembiayaan Mudharabah
36 Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), h. 100. 37
Fatwa DSN-MUI NO:06/DSN-MUI/IV/2000, Tentang Istishna’.
26
Mudharabah merupakan kerjasama antara bank dengan
nasabah, bank sebagai shahibul maal memberikan dana 100%
kepada mudharib yang memiliki keahlian. Ketentuan umum yang
berlaku dalam akad mudharabah adalah:38
(a) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku
pengelola modal harus diserahkan tunai, dan dapat berupa
uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan
uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus
jelas tahapannya dan disepakati bersama.
(b) Hasil pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan perhitungan dari pendapatan proyek
dan perhitungan dari ekuntungan proyek.
(c) Hasil usaha ddibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad,
pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank
selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian
kecuali akiat kelalaian pihak nasabah.
(d) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha
nasabah. Jika nasabah cidera janji, misalnya tidak
membayar kewajiban atau menunda pembayaraan
kewajiban, maka ia dapat dikenakan sanksi administrasi.
2) Pembiayaan Musyarkah
Musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja
sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara
bersama-sama. Semua bentuk usaha yang belibatkan dua pihak
atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan
seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud aupun tidak
38
Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), h. 104.
27
berwujud.39
Ketentuan umum yang berlaku dalam akad
musyarakah adalah:40
(a) Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek
musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal
berhak turut serta dalm menentukan kebijakan usaha yang
dilaksanan. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan
proyek musyarakah dan tidak boleh melakukan tindakan
seperti menggambungkan dengan uang pribadi, menjalankan
proyek dengan pihak lain tanpa seizing pemilik modal lainnya,
dan memberikan pinjaman kepada pihak lain.
(b) Setiap pemilik modal dapat pengalihkan penyertaan atau
digantikan dengan pihak lain.
(c) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja apabila
menari diri dari perserikatan, menininggal dunia, dan menjadi
tida cakap hukum.
(d) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu
proyek harus diketahui bersama. Euntungan dibagi sesuai porsi
kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai porsi kontribusi
modal.
c) Prinsip Sewa (al-Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi dengan adanya pemindahan manfaat.
Pada transaksi al-ijarah nasabah tidak mempunyai hak untuk memiliki
barang tersebut akan tetapi hanya menikmati manfaat yang menjadi
objek. Bank mengenakan biaya sewa terhadap nasabah. Pada jenis al-
iIjarah Muntahia Bi al-tamlik (sewa yang diakhiri dengan
kepemilikan), diakhir masa sewa, bank dapat menjual barang yang
39 Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), h. 102. 40
Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), h. 102 -103.
28
disewakan kepada nasabah. Harga sewa harga jual disepakati pada
awal perjanjian.
d) Prinsip Jasa
Produk-produk jasa perbankan dengan pola lainnya pada umumnya
menggunakan akad-akad tabarru yang dimaksudkan tidak untuk
mencari keuntungan, tetapi dimaksudkan sebagai fasilitas pelayanan
kepada nasabah dalam melakukan tansaksi perbankan. Oleh karena itu
bank sebagai penyedia jasa hanya membebani biaya administarasi.41
D. Review Studi Terdahulu
Tabel 2.1
Review Studi Terdahulu
No. Penulis, Judul, Tahun Isi Penelitian Perbedaan
1. Penulis : Dewi Anggraini,
dan Syahrir Hakim
Nasution
Judul : “Peranan Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Bagi
Pengembangan UMKM di
Kota Medan (Studi Kasus
Bank BRI)”
Jurnal Ekonomi dan
Keuangan, Vol. 3, Februari
2013)
Penelitian tentang
Peranan Kredit
Usaha Rakyat
(KUR) Bagi
Pengembangan
UMKM di Kota
Medan (Studi
Kasus Bank BRI)
menunjukkan
bahwa besarnya
pengaruh variabel
modal sendiri
maupun modal
dari kredit usaha
rakyat Bank BRI
Perbedaan dengan
penelitian yang
akan dilakukan
penulis yaitu
terletak pada
objek penelitian
yang akan
dilakukan penulis,
yaitu pada
UMKM di
wilayah Tebet
Barat yang
memperoleh
pembiayaan dari
bank syariah.
128.
41 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.
29
terhadap
perubahan tingkat
pendapatan
pengusaha
UMKM, pengaruh
ini bersifat positif
atau dapat
dikatakan semakin
besar jumlah
modal maka
semakin tinggi
pula tingkat
pendapatan yang
akan di terima
UMKM.
Penelitian ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif dengan
analisis regresi
linier berganda.
Perbedaan lain
juga terletak pada
variabel indikator
yang digunakan,
penulis
menggunakan
indikator Modal
usaha, omzet
penjualan,
keuntungan,
tenaga kerja, dan
cabang usaha
untuk melihat
apakah ada
perbedaan dari
kelima variabel
indikator tersebut
setalah UMKM
memperoleh
pembiayaan dari
bank syariah.
Pendekatan ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif dengan
jenis komparatif.
2. Penulis : Siti Zulaikah
Judul : “Peran BPRS Ben
Salamah Abadi Terhadap
pemberdayaan Usaha Kecil
dan Menengah di
Penelitian tentang
peranan BPRS
Ben Salamah
Abadi terhadap
pemberdayaan
Perbedaan dengan
penelitian yang
akan dilakukan
penulis yaitu
terletak pada
30
Kecematan Godong
Kabupaten Grobokan (Studi
pada PT. BPRS Salamah
Abadi Purwodadi)”
Skripsi S1, Fakultas Syariah
Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Walisongo,
2011.
UKM di
kecamatan
Godong
Kabupaten
Grobokan (Studi
pada PT. BPRS
Salamah Abadi
Purwodadi)
menunjukkan
bahwa bprs ini
mempunyai peran
pentig untuk
permodalan UKM
dengan
memberikan
pembiayaan jasa
layanan kepada
masyarakat
dengan program
Kredit Usaha
Rakyat dengan
nisbah bagi hasil.
Perkembangan ini
dapat dilihat dari
plafon laporan
pembiayaan UKM
yang mengalami
meningkatan dari
tahun ke tahun.
Penelitian ini
menggunakan
objek penelitian
dan fokus
penelitian.
Penelitian yang
akan dilakukan
disini yaitu
menganalisis
perkembangan
UMKM di
wilayah Tebet
Barat yang
memperoleh
pembiayaan dari
bank syariah.
Pendekatan ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif dengan
jenis komparatif.
31
pendekatan
kualitatif.
3. Penulis : Indah Yuliana
Putri
Judul : “Analisis Usaha
Mikro Monel yang
Memperoleh Kredit dari
dinas UMKM Kabupaten
Jepara (Studi Kasus :
Kecamatan Kalinyamatan,
Kabupaten Jepara)
Skripsi s1, Fakultas
Ekonomi Universitas
Diponogoro, 2010.
Penelitian tentang
analisis usaha
mikro monel yang
memperoleh kredit
dari dinas UMKM
kabupaten Jepara
menunjukkan
bahwa ada
perbedaan modal,
produksi, omzet
penjualan, jumlah
tenaga kerja, dan
keuntungan
sebelum dan
sesudah
mendapatkan
kredit dari dinas
UMKM.
Penelitian ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif dengan
analisis pangkat
tanda Wilcoxon.
Perbedaan dengan
penelitian yang
akan dilakukan
penulis yaitu
terletak pada
objek penelitian
yang akan
dilakukan penulis,
yaitu pada
UMKM di
wilayah Tebet
Barat yang
memperoleh
pembiayaan dari
bank syariah.
Perbedaan lain
juga terletak pada
indikator yang
digunakan,
penulis
menggunakan
variabel indikator
modal usaha,
omzet penjualan,
keuntungan,
tenaga kerja, dan
cabang usaha
untuk melihat
apakah ada
32
perbedaan dari
variabel indikator
tersebut setalah
UMKM
memperoleh
pembiayaan dari
bank syariah.
4. Penulis : WIna Saparingga,
Neneng Nurhasanah,
Nunung Nurhayati
Judul : “Analisis
Perbandingan Tingkat
Perkembangan Usaha
Mikro Kecil Menengah
Sebelum dan Sesudah
Mendapatkan Fasilitas
Pembiayaan Mikro (Studi
Kasus di BRI Syariah Kep
Kepo Bandung)”.
Jurnal Keuangan dan
Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah,
Univesitas Islam Bandung,
2015 ISSN 2460-2159.
Penelitian tentang
Analisis
Perbandingan
Tingkat
Perkembangan
Usaha Mikro
Kecil Menengah
Sebelum dan
Sesudah
Mendapatkan
Fasilitas
Pembiayaan
Mikro (Studi
Kasus di BRI
Syariah Kep Kepo
Bandung)
menunjukkan
bahwa
perkembangan
UMKM sesudah
mendapatkan
fasilitas
pembiayaan mikro
lebih baik
Perbedaan dengan
penelitian yang
akan dilakukan
penulis yaitu
terletak pada
objek penelitian
yang akan
dilakukan penulis,
yaitu UMKM di
wilayah Tebet
Barat yang
memperoleh
pembiayaan dari
bank syariah.
Perbedaan lain
juga terletak pada
variabel indikator
yang digunakan,
penulis
menggunakan
variabel indikator
modal usaha,
omzet penjualan,
keuntungan,
33
daripada sebelum
mendapatkan
fasilitas
pembiayaan mikro
dilihat dari modal
usaha, omset
penjualan,
keuntungan,
jumlah pelanggan,
jumlah tenaga
kerja, dan jumlah
macam barang
dagangan.
Penelitian ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif dengan
analisis uji beda.
tenaga kerja, dan
cabang usaha
untuk melihat
apakah ada
perbedaan dari
kelima variabel
indikator tersebut
sesudah UMKM
memperoleh
pembiayaan dari
bank syariah.
E. Kerangka Pemikiran
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan UMKM di
wilayah Tebet Barat yang memperoleh pembiayaan dari bank syariah. Analisis
tersebut dilakukan dengan melihat keadaan sebelum dan sesudah mendapatkan
pembiayaan. Indikator yang digunakan untuk menganalisis yaitu modal usaha,
omzet penjualan, keuntungan usaha, tenaga kerja, dan cabang usaha. Berikut
kerangka konsep pemikiran penelitian:
34
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
F. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu hipotesis nol (Ho)
yang menyatakan bahwa rata-rata (mean) dari sampel tersebut adalah sama
dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa nilai rata-rata (mean)
dari sampel tersebut berbeda. Dalam penelitian ini ingin melihat apakah
terdapat perbedaan keadaan usaha UMKM sebelum dan sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank umum syariah. Berdasarkan tinjauan dan kajian
terhadap penelitian terdahulu yang relevan, maka hipotesis yang akan diujikan
kebenarannya secara empiris adalah:
1. Modal Usaha
Ho1 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada perkembangan
UMKM sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank
syariah berdasarkan variabel indikator modal usaha.
Ha1 = Terdapat perbedaan yang signifikan pada perkembangan UMKM
sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah
Bank
Syariah
Pembiayaan
Ke UMKM
Sebelum
Modal Usaha
Omzet Penjualan
Keuntungan Usaha
Tenaga Kerja
Cabang Usaha
Sesudah
Modal Usaha
Keuntungan Usaha
Tenaga Kerja
Cabang Usaha
Uji
Pangkat Tanda
Wilcoxon
Kesimpulan
Omzet Penjualan
35
berdasarkan variabel indikator modal usaha.
2. Omzet Penjualan
Ho2 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada perkembangan
UMKM sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank
syariah berdasarkan variabel indikator omzet penjualan.
Ha2 = Terdapat perbedaan yang signifikan pada perkembangan UMKM
sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah
berdasarkan variabel indikator omzet penjualan.
3. Keuntungan Usaha
Ho3 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada perkembangan
UMKM sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank
syariah berdasarkan variabel indikator keuntungan usaha.
Ha3 = Terdapat perbedaan yang signifikan pada perkembangan UMKM
sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah
berdasarkan variabel indikator keuntungan usaha.
4. Tenaga Kerja
Ho4 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada perkembangan
UMKM sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank
syariah berdasarkan variabel indikator tenaga kerja.
Ha4 = Terdapat perbedaan yang signifikan pada perkembangan UMKM
sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah
berdasarkan variabel indikator tenaga kerja.
5. Cabang Usaha
Ho5 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada perkembangan
UMKM sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank
syariah berdasarkan variabel indikator cabang usaha.
Ha5 = Terdapat perbedaan yang signifikan pada perkembangan UMKM
sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah
berdasarkan variabel indikator cabang usaha.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Modal Usaha
Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang
yang digunakan dalam menjalankan kegiatan bisnis.42
Adapun satuan yang
digunakan untuk mengukur modal usaha yaitu dalam bentuk data nominal
berupa uang (Rupiah).
2. Omzet Penjualan
Kata omzet berarti jumlah, sedangkan penjualan kegiatan menjual barang
yang bertujuan mencari laba atau pendapatan. Sehingga omzet penjualan
berarti jumlah penghasilan atau laba yang diperoleh dari hasil menjual
barang atau jasa.43
Adapun satuan yang digunakan untuk mengukur omzet
penjualan yaitu dalam bentuk data nominal berupa uang (Rupiah).
3. Keuntungan Usaha
Jumlah produk yang laku terjual dibeli konsumen dan total nilai penjualan
dikurangi total biaya dalam satu kali penjualan. Adapun satuan yang
digunakan untuk mengukur keuntungan yaitu dalam bentuk data nominal
berupa uang (Rupiah).
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau
jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi
barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mau
berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.44
Adapun satuan yang digunakan
untuk mengukur tenaga kerja yaitu dalam bentuk data nominal berupa
jumlah tenaga kerja.
42 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, di akses pada Tanggal 16 Januari 2018. 43 Sutamto, Teknik Menjual Barang, (Jakarta: Balai Aksara, 1997), h. 10. 44
Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 59.
37
5. Cabang Usaha
Berdarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata cabang jika dipadankan
dengan kata kantor memiliki pengertian satuan usaha (kedai, toko),
lembaga perkumpulan, kantor, dan sebagainya yang merupakan bagian
dari satuan yang lebih besar. Cabang juga berarti terpecah, tidak terpusat
pada satu saja.45
Adapun satuan yang digunakan untuk mengukur cabang
usaha yaitu dalam bentuk data nominal berupa jumlah tempat usaha yang
dimiliki.
Adapun pengukuran variabel apabila:
a) Tiap variabel dikatakan menurun apabila tiap variabel yang dimiliki
UMKM kurang dari jumlah rata-rata sebelum dan sesudah adanya
pembiayaan dari Bank Syariah (nilai X < rata-rata).
b) Tiap variabel dikatakan stabil apabila tiap variabel yang dimiliki
UMKM sama dengan jumlah rata-rata sebelum dan sesudah adanya
pembiayaan dari Bank Syariah (nilai X = rata-rata).
c) Tiap variabel dikatakan berkembang apabila tiap variabel yang
dimiliki UMKM lebih dari jumlah rata-rata sebelum dan sesudah
adanya pembiayaan dari Bank Syariah (nilai X > rata-rata).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pelaku UMKM di wilayah pasar Tebet Barat
dan sekitarnya yang memperoleh pembiayaan dari bank syariah.
Waktu penelitian dilakukan selama kurang lebih satu bulan sekitar bulan
September sampai Oktober 2017.
C. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research).
Studi lapangan dilakukan untuk melihat dan mengamati keadaan tertentu serta
mengumpulkan data-data yang diperlukan sebagai bahan analisis.
45 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakases pada tanggal 4 Mei 2017.
38
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kuantitatif dengan jenis
komparatif. Metode komparatif yaitu metode yang digunakan untuk
mengetahui apakah antara dua variabel yang dibandingkan dalam penelitian
ada perbedaan. Dimana keadaan UMKM yang dilihat dari variabel indikator
modal usaha, omzet penjualan, keuntungan usaha, tenaga kerja, dan cabang
usaha sebelum pembiayaan dibandingkan dengan keadaan UMKM sesudah
pembiayaan dari bank syariah.
D. Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari
objek penelitian, yaitu pelaku UMKM yang berada di wilayah Tebet Barat
yang memperoleh pembiayaan dari Bank Syariah. Data tersebut merupakan
data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian
dengan menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara.
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
emmpunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan demikian,
dapat dinyakatakn bahwa populaisi adalah sekelompok orang kejadian, atau
benda, yang memiliki karakteristik tertentu.46
Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 30 pelaku UMKM yang berada di wilayah Pasar Tebet Barat dan
sekitarnya.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, sampel diambil
dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai
sampel karena peneliti mengganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut
memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.47
Adapun kriteria
46
Suryani, Hendryani, Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi, (Jakarta:
Prenadamedia Grup, 2015), h. 190. 47
Suryani, Hendryani, Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015), h. 202.
39
dalam penelitian ini diantaranya pelaku UMKM yang memperoleh
pembiayaan dari bank syariah, pelaku UMKM yang memperoleh pembiayaan
dari bank syariah, pelaku UMKM yang sudah memperoleh pembiayaan dari
bank syariah minimal satu tahun, dan pelaku UMKM yang memperoleh
pembiayaan dari bank syariah yang memiliki minimal catatan laporan
keuangan secara sederhana.
Ciri-ciri uji pangkat tanda Wilcoxon adalah level pengukuran data yang
rendah yaitu ordinal, jumlah data biasanya kurang dari 30 sampel, ciri
utamanya berasal dari satu populasi yang sama namun diberi dua perlakuan
yang berbeda dan mempunyai hubungan, dan data berdistribusi tidak normal.48
Maka dari itu, responden dalam penelitian ini berjumlah 12 pelaku UMKM
yang sesuai dengan kriteria.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian lapangan,
dimana tempat objek penelitian itu berada. Untuk pengambilan data di dalam
penelitaian lapangan, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang
berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu,
peristiwa tujuan dan perasaan.49
Observasi dilakukan guna mengetahui
pelaku UMKM yang memperoleh pembiayaan dari Bank Syariah.
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai.50
48 Kurniawan Albert, SPSS Serba Serbi Analisi Statistik demgan Cepat dan Mudah,
(Jasakom, 2011), h. 105. 49
M Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2016), h. 165. 50
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), h. 234.
40
Wawancara dilakukan secara terarah dengan daftar pertanyaan yang
terlebih dahulu disusun dan direncanakan.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah mendeskripsikan teknis analisis apa yang akan
digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan,
termasuk pengujiannya.
Analisis data kualitatif digunakan untuk menilai objek penelitian
berdasarkan sifat tertentu, sifat data dinyatakan ke dalam bentuk angka-angka
serta digunakan untuk menjelaskan analisis data yang diolah. Analisis
kualitatif sering disebut analisis deskriptif dalam penelitian. Sedangkan
analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini, yaituuji
validitas, uji reliabilitas, dan uji statistik pangkat tanda Wilcoxon.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum
tentang responden yang menjadi objek penelitian dan memberikan
gambaran mengenai tanggapan responden atas data yng dibutuhkan
peneliti.
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan variabel yang diteliti.
Ukuran yang sering digunakan dalam analisis ini adalah dengan
menggunakan frekuensi dan rata-rata.
a. Distribusi Frekuensi
Data yang dikumpulkan oleh peneliti biasanya masih berupa data
mentah dan tidak beraturan sehingga sulit dideskripsikan sehingga
data-data tersebut perlu dikelompokkan dengan cara disusun secara
berkelas. Daftar yang memuat data berkelompok dimaksud dengan
distribusi frekuensi. Sedangkan distribusi frekuensi merupakan
susunan data menurut kelas interval tertentu atau kategori tertentu
didalam sebuah daftar.
b. Rata-rata Hitung
41
Rata-rata hitung merupakan nilai yang menunjukkan pusat diantara
nilai-nilai yang ada dalam pengamatan. Rata-rata disebut pula titik
penyeimbang dari sekumpulan data antara nilai yang ada di sebelah
kirinya dengan nilai di sebalah kanannya. Berikut rumus yang dapat
digunakan untuk menghitung rata-rata dari sebuah data:
Untuk data yang tidak tersusun:
=1 Xi
Untuk data yang tersusun:
Keterangan:
Fi = frekuensi pada interval kelas I
Xi = titik tengah dari interval kelas ke-i
fi = n
2. Uji Statistik Pangkat Tanda Wilcoxon
Uji statistik pangkat tanda Wilcoxon menurut Supranto, uji statistik ini
termasuk jenis statistik non parametrik dipakai apabila peneliti tidak
mengetahui karakteristik kelompok item yang menjadi sampelnya.
Pengujian non parametric bermanfaat untuk digunakan apabila sampelnya
kecil dan lebih mudah dihitung daripada metode parametrik. Dalam
statistic non parametric, kesimpulan dapat ditarik tanpa memperhatikan
bentuk distribusi populasi (statistik yang bebas distribusi).
Uji pangkat tanda Wicolxon digunakan sebagai uji beda dengan alasan
data yang diteliti berasal dari sejumlah responden yang sama dan berkaitan
dengan periode waktu pengamatan yang berbeda (sebelum dan sesudah
UMKM memperoleh pembiayaan dari bank syariah).
Dengan uji ini, dijelaskan penelitian ini akan menguji apakah
penelitian ini mengalami perubahan saat variabel ini diamati pada awal
periode maupun pada akhir periode. Adapun variabel-variabel yang
diamati dan diuji adalah pendapatan, modal usaha, omzet penjualan dan
42
keuntungan usaha, tenaga kerja, dan cabang usaha pada UMKM. Setelah
uji tanda Wilcoxon dilakukan akan muncul nilai Z dan nilai probabilitas
(p). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Ho = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan variabel yang diuji antara
sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah.
Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan variabel yang diuji antara
sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah.
Jika probabilitas (p) > 0,05 Ho diterima, jika probabilitas (p) < 0,05 maka
Ha diterima.
Signifikansi penelitian ini akan membandingkan Ztabel dan Zhitung. Menurut
Agoes Soehianie (2008) test statistik bagi rata-rata adalah nilai Z dari rata-
rata, karena α=5% maka nilai kritis yang bersesuaian dari tabel adalah
Z0.025 = 1.96 dan - Z0.025 (test 2 ekor). Daerah kritis adalah Z > 1.96 atau Z
< -1.96.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pelaku UMKM yang berada di wilayah pasar
Tebet Barat dan sekitarnya. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
wawancara daan kuisioner, observasi yaitu peneliti terjun kelapangan untuk
mengetahui UMKM mana saja yang memperoleh pembiayaan dari bank
syariah. setelah mengetahui UMKM mana saya yang ingin diteliti, peneli ti
melakukan wawancara dan memberikan kuisioner dengan daftar pertanyaan
yang disusun. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, peneliti
hanya mengambil pelaku UMKM yang memenuhi kriteria yaitu memperoleh
pembiayaan dari bank syariah dan telah memperoleh pembiayaan dari bank
syariah sminimal satu tahun untuk dijadikan responden. Peneliti ingin
mengetahui perkembangan usaha dengan membandingkan keadaan sebelum
dan sesudah mendapatkan pembiayaan dari bank syariah.
Gambar 4.1
Kategori Usaha Responden
8
7
6
5 > Rp. 2,500,000,000
4 Rp. 300,000,000 -
Rp2,500,000,000
3 < Rp. 300,000,000
2
1
0
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
Sumber: Data Primer diolah, 2017.
43
44
Pada gambar 4.1 menjelaskan bahwa terdapat dua belas pelaku
UMKM yang menjadi responden penelitian ini. Dimana tujuh UMKM
masuk kategori usaha mikro dengan ciri-ciri omzet penjualan selama satu
tahun sampai Rp. 300.000.000. Kemudian, tiga UMKM masuk kategori
usaha kecil dengan ciri-ciri omzet penjualan selama satu tahun berkisar
antara Rp. 300.000.000 sampai Rp. 2.500.000.000, dan dua UMKM
masuk kategori usaha menengah dengan ciri-ciri omzet penjualan selama
satu tahun berkisar antara Rp. 2.500.000.000 sampai Rp. 50.000.000.000.
B. Analisis Data
1. Profil Responden
Profil responden meliputi jenis usaha, jenis kelamin, status
pendidikan terakhir, pembiayaan dari bank syariah, dan lama usaha.
Seluruh responden berjumlah 12 pelaku UMKM yang bergerak dalam
bidang perdagangan.
Beradasarkan tabel dibawah dapat diketahui jenis usaha yang
ditekuni oleh masing-masing pelaku UMKM. Ada sembilan jenis usaha
yang ditekuni masing-masing responden dan mayoritas adalah usaha kedai
makanan yang ditekuni oleh tiga pelaku UMKM. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Jenis Usaha
No Jenis Usaha Responden Persentase (%)
1 Kedai Makanan 3 25
2 Toko Beras 1 8,33
3 Toko Pakaian 2 16,67
4 Toko Handphone 1 8,33
5 Percetakan 1 8,33
6 Salon 1 8,33
7 Jual Beli Mobil Bekas 1 8,33
8 Fotocopy 1 8,33
9 Toko Bordir 1 8,33
Jumlah 12 100
Sumber: Data Primer diolah, 2017.
45
UMKM dikatakan fleksibel juga bisa dilihat dari sumber tambahan
modal yang bisa didapatkan dari mana aja. Salah satu lembaga keuangan
yang memberikan fasilitas pembiayaan kepada pelaku UMKM adalah
bank syariah. tabel dibawah ini akan menjelaskan mayoritas dari pealaku
UMKM yang menjadi responden dalam penelitian ini menerima
pembiayaan dari Bank BRI Syariah sebanyak delapan orang, tiga
responden menerima pembiayaan dari Bank Mandiri Syariah, dan 1
responden menerima pembiayaan dari BNI Syariah. untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Pembiayaan Bank Syariah
No Pembiayaan Bank
Syariah
Responden
Persentase (%)
1 Bank BRI Syariah 8 66,67
2 Bank Mandiri Syariah
3
25
3 Bank BNI Syariah 1 8,33
Jumlah 12 100
Sumber: Data Primer diolah, 2017.
Selain tambahan modal, ciri lain UMKM dikatakan fleksibel
adalah tahan terhadap kondisi perekonomian yang tidak tentu. Pada tabel
dibawah ini akan diperlihatkan lama usaha dari masing-masing pelaku
UMKM. Mayoritas dari UMKM telah lama berdiri dan menjalankan usaha
dalam rentang waktu enam sampai sepuluh tahun sebanyak 7 responden.
Sedangkan sisanya ada yang dibawah lima tahun dan diatas sepuluh tahun.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Lama Usaha
No Lama Usaha
(Tahun)
Responden
Persentase (%)
1 < 5 2 16,67
2 6 samapi 10 7 58,33
3 11 sampai 15 2 16,67
4 > 15 1 8,33
Jumlah 12 100
Sumber: Data Primer diolah, 2017.
46
Selain tabel, peneliti juga membuat diagram untuk mempermudah
pembaca dalam memahami profil UMKM yang menjadi responden dalam
penelitian ini. Diagram-diagram ini akan menjelaskan profil UMKM yang
terdiri dari jenis usaha, jenis kelamin, status pendidikan terakhir,
pembiayaan bank syariah, dan lama usaha dari seluruh responden dalam
penelitian ini.
Gambar 4.2
Persentase Jenis Usaha
Kedai Makanan
Toko Beras
Toko Pakaian
Toko Handphone
Percetakan
Salon
Jual Beli Mobil Bekas
Fotocopy
Toko Bordir
Sumber: Data Primer diolah, 2017.
Berdasarkan gambar 4.2 menjelaskan jenis usaha responden. Dapat
diketahui sebanyak 25% merupakan usaha makanan, sedangkan 16,67%
merupakan usaha menjual pakaian, dan sisanya usaha toko beras, toko
handphone, percetakan, salon, jual beli mobil bekas, fotocopy, toko border
memperoleh persentase masing-masing 8,33%.
Gambar 4.3
Persentase Pembiayaan Bank Syariah
Bank BRI Syariah
Bank Mandiri Syariah
Bank BNI Syariah
Sumber: data Primer diolah, 2017.
47
berdasarkan gambar 4.3 menjelaskan pembiayaan bank syariah
yang diperoleh responden. dapat diketahui sebanyak 66,67% responden
memperoleh pembiayaan dari Bank BRI Syariah, sebanyak 25%
responden memperoleh pembiayaan dari Bank Mandiri Syariah, dan
sebanyak 8,33% memperoleh pembiayaan dari Bank BNI Syariah.
Gambar 4.4
Persentase Lama Usaha
< 5
6 samapi 10
11 sampai 15
> 15
Sumber: Data Primer diolah, 2017.
berdasarkan gambar 4.4 menjelaskan tentang lama usaha yang
dijalankan responden. dapat diketahui sebanyak 58,33% responden telah
beroprasi enam sampai sepuluh tahun, sebanyak 16,66% responden telah
beroprasi kurang dari lima tahun, sebanyak 16,67% responden telah
beroprasi sebelas sampai lima belas tahun, sisanya sebanyak 8,33%
responden telah beroprasi lebih dari lima belas tahun.
2. Analisis Deskriptif Keadaan Usaha
Deskripsi hasil penelitian ini berisi tentang perbandingan antara
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum
dari indikator modal usaha, omzet penjualan, keuntungan usaha, tenaga
kerja, dan cabang usaha UMKM sebelum dan sesudah mendapatkan
pembiayaan dari bank syariah. Analisis deskriptif ini bertujuan untuk
memberikan gambaran keadaan usaha responden yang menjadi objek
penelitian.
48
a. Modal Usaha
Modal merupakan hal penting dalam suatu usaha, tanpa modal
kegiatan usaha apapun tidak dapat berjalan. Tidak semua pelaku
UMKM memiliki modal yang besar, banyak pelaku UMKM dengan
modal terbatas. Oleh sebab itu untuk mengembangkan usahanya
mereka mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan salah satunya
bank syariah dengan hararapan usaha mereka dapat berkembang.
Adanya produk pembiayaan dari bank syariah sangat membantu
pelaku UMKM untuk usahanya. Hal ini dapat terlihat dari kenaikan
modal usaha sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah.
dimana sebelum memperoleh pembiayaan dari bank syariah modal
pelaku UMKM dengan nilai minimum Rp. 5.000.000 dan nilai
maksimum Rp. 300.000.000 dengan rata-rata sebesar Rp. 88.750.000.
Setelah memperoleh pembiayaan modal meningkat dengan nilai
minimum Rp. 15.000.000 dan nilai maksimum Rp. 750.000.000
dengan rata-rata sebesar Rp. 182.750.000. hal ini dapat dilihat dalam
tabel 4.4 dan gambar 4.5.
Tabel 4.4
Uji Statistik Deskriptif Indikator Modal Usaha
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
modal sebelum pembiayaan
12
5000000
300000000
88750000.00
111597592.838
modal sesusah pembiayaan 12 15000000 750000000 182750000.00 226008497.427
Valid N (listwise) 12
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
49
Gambar 4.5
Rata-rata Modal Usaha Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Pembiayaan dari Bank Syariah
200000000
180000000
160000000
140000000
120000000
100000000
80000000
60000000
40000000
20000000
0
sebelum sesudah
Sumber: Data Primer diolah, 2017.
b. Omzet Penjualan
Sebelum memperoleh pembiayaan dari bank syariah omzet
penjualan pelaku UMKM dengan nilai minimum Rp. 2.000.000 dan
nilai maksimum Rp. 400.000.000 dengan rata-rata sebesar Rp.
49.500.000. Adanya pembiayaan dari bank syariah mengakibatkan
modal bertambah sehingga pelaku usaha dapat meningkatkan
penjualannya dan berdampak pada omzet penjualan yang ikut
meningkat. Sesudah adanya pembiayaan dari bank syariah omzet
penjualan menjadi meningkat dengan nilai minimum Rp. 5.000.000
dan nilai maksimum Rp. 875.000.000 dengan rata-rata sebesar Rp.
97.333.333,33. hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.5 Dan gambar 4.6.
Tabel 4.5
Uji Statistik Deskriptif Indikator Omzet Penjualan
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
omzet_sebelum
12
2000000
400000000
49500000.00
111520279.444
omzet_sesudah 12 5000000 875000000 97333333.33 245789390.012
Valid N (listwise) 12
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
50
Gambar 4.6
Rata-rata Omzet Penjualan Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Pembiayaan dari Bank Syariah
120000000
100000000
80000000
60000000
40000000
20000000
0
sebelum sesudah
Sumber: Data Primer diolah, 2017.
c. Keuntungan Usaha
Peningkatan modal yang diikuti peningkatan produksi dan
omzet penjualan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah
menyebabkan keuntungan pelaku UMKM juga ikut meningkat. Hal ini
dapat dilihat sebelum memperoleh pembiayaan dari bank syariah
keuntungan pelaku UMKM dengan nilai minimum Rp. 1.000.000 dan
nilai maksimum Rp. 30.000.000 dengan rata-rata sebesar Rp.
6.666.666,67. Sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah
keuntungan pelaku UMKM meningkat dengan nilai minimum Rp.
1.500.000 dan nilai maksimum Rp. 70.000.000 dengan rata-rata
sebesar Rp. 13.125.000. hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.6 Dan
gambar 4.7
Tabel 4.6
Uji Statistik Deskriptif Indikator Keuntungan Usaha
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
keuntungan_sebelum
12
1000000
30000000
6666666.67
8233339.468
keuntungan_sesudah 12 1500000 70000000 13125000.00 18915031.300
Valid N (listwise) 12
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
51
Gambar 4.7
Rata-rata Keuntungan Usaha Sebelum dan Sesudah
Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah
14000000
12000000
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
sebelum sesudah
Sumber: Data Primer diolah, 2017.
d. Tenaga Kerja
Penambahan modal tentunya untuk meningkatkan penjualan,
produksi, maupun jasa dan hal tersebut membutuhkan tenaga kerja
yang lebih banyak. Walaupun tidak semua pelaku UMKM yang
mampu menambah tenaga kerja lebih banyak, namun dapat dilihat
adanya penambahan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat sebelum
memperoleh pembiayaan jumlah tenaga kerja pelaku UMKM dengan
nilai minimum 0 (tidak ada) dan nilai maksimum 4 orang dengan rata-
rata 2 orang. Setelah memperoleh pembiayaan dari bank syariah
kisaran tenaga kerja meningkat dengan nilai minimum 1 orang dan
nilai maksimum 14 dengan rata-rata 4 orang. Hal ini dapat dilihat
dalam tabel 4.7 Dan gambar 4.8
Tabel 4.7
Uji Statistik Deskriptif Indikator Tenaga Kerja
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
tenagakerja_sebelum
12
0
4
2.17
1.586
tenagakerja_sesudah
12
1
14
4.58
3.988
Valid N (listwise)
12
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
52
Gambar 4.8
Rata-rata Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Pembiayaan dari Bank Syariah
5
4
3
2
1
0
sebelum sesudah
Sumber: Data Primer diolah, 2017.
e. Cabang Usaha
Cabang usaha dapat terbentuk bila pemilik usaha sudah mampu
dalam hal finansial. Akan tetapi untuk membuka cabang baru dirasa
masih berat oleh para pelaku UMKM karena dana yang diperoleh dari
bank syariah lebih banyak digunakan untuk meningkat dan
mengembangkan usaha di tempat pertama. Sebelum memperoleh
pembiayaan cabang usaha pelaku UMKM dengan nilai minimum dan
maksimum masing-masing 1 cabang dengan rata-rata 1 cabang.
Sesudah memperoleh pembiayaan cabang usaha pelaku UMKM ada
yang meningkat yaitu dengan nilai minimum 1 cabang dan nilai
maksimum 2 cabang dengan rata-rata tetap sama yaitu 1 cabang usaha.
Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.8 Dan gambar 4.9
Tabel 4.8
Uji Statistik Deskriptif Indikator Cabang Usaha
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
cabang_sebelum
12
1
1
1.00
.000
cabang_sesudah
12
1
2
1.25
.452
Valid N (listwise)
12
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
53
Gambar 4.9
Rata-rata Cabang Usaha Sebelum dan Sesudah
Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
sebelum sesudah
Sumber: Data Primer diolah, 2017.
3. Interpretasi Hasil Uji Hipoteesis Pangkat Tanda Wilcoxon
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisisi Uji
Statistik Pankat Tanda Wilcoxon. Uji Pangkat Tanda Wilcoxon
digunakan sebagai uji beda dengan alasan data yang diteliti berasal
dari sejumlah responden yang sama dan berkaitan dengan periode
waktu pengamatan yang berbeda (sebelum dan sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah).
Dalam penelitian ini telah dianalisis UMKM yang memperoleh
pembiayaan dari bank syariah dengan menggunakan uji pangat tanda
Wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis, akan diketahui apakah
pembiayaan dari bank syariah untuk UMKM efektif dalam
meningkatkan dan mengembangkan usaha yang dilihat dari beberapa
variabel diantaranya modal usaha, omzet penjualan, keuntungan usaha,
tenaga kerja, dan cabang usaha antara sebelum dan sesudah
memperoleh pembiayaan dari bank syariah.
54
a. Variabel Modal Usaha
Tabel 4.9
Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Modal Usaha
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
modal sesusah pembiayaan - Negative Ranks
modal sebelum pembiayaan Positive Ranks
Ties
Total
0a .00 .00
12b 6.50 78.00
0c
12
a. modal sesusah pembiayaan < modal sebelum pembiayaan
b. modal sesusah pembiayaan > modal sebelum pembiayaan
c. modal sesusah pembiayaan = modal sebelum pembiayaan
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017
Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam rumus uji pangkat
tanda Wilcoxon, nilai-nilai yang didapat adalah nila Mean Rank
dan Sum of Rank dari kelompok Negative Ranks, Positive Ranks,
dan Ties. Negatif Ranks artinya sampel dengan nilai modal
sesudah pembiayaan lebih rendah dari nilai modal sebelum
pembiayaan yaitu tidak ada pelaku UMKM yang modal sesudah
pembiayaan lebih kecil dari modal sebelum pembiayaan.
Positive Rank adalah sampel dengan nilai modal sesudah
pembiayaan lebih tinggi dari nilai modal sebelum pembiayaan
yaitu sebanyak 12. Sedangkan Ties adalah tidak ada kesamaan nilai
modal sebelum pembiayaan dan sesudah pembiayaan.
55
Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Modal Usaha Sebelum dan
Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah Test Statisticsb
modal sesusah pembiayaan -
modal sebelum pembiayaan
Z -3.061a
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
Berdasarkan hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai
-p sebesar 0,002 (0,002 < 0,05) atau Zhitung sebesar -3,061 (Zhitung <
1,96). Artinya bahwa nilai sig lebih kecil dibandingkan dengan
derajat kesalahan sehingga Ha1 diterima dan Ho1 ditolak. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variabel indikator modal usaha sebelum dan
sesudah memperoleh pembiayaan terdapat perbedaan secara
signifikan.
Berdasarkan perhitungan statistik diatas dapat dikatakan bahwa
pembiayaan dari bank syariah efektif dalam meningkatkan modal
usaha pelaku UMKM. Besar kecilnya pembiayaan yang diterima
pelaku UMKM berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
kemampuan pelaku UMKM. Adanya pembiayaan dari bank
syariah dapat meningkatkan dan mengembangkan usaha sesuai
dengan kebutuhan para pelaku UMKM.
56
b. Variabel Omzet Penjualan
Tabel 4.11
Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Omzet Penjualan Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
omzet sesudah pembiayaan - Negative Ranks
omzet sebelum pembiayaan Positive Ranks
Ties
Total
0a .00 .00
12b 6.50 78.00
0c
12 a. omzet sesudah pembiayaan < omzet sebelum pembiayaan
b. omzet sesudah pembiayaan > omzet sebelum pembiayaan
c. omzet sesudah pembiayaan = omzet sebelum pembiayaan
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam rumus uji pangkat
tanda Wilcoxon, nilai-nilai yang didapat adalah nila Mean Rank
dan Sum of Rank dari kelompok Negative Ranks, Positive Ranks,
dan Ties. Negatif Ranks artinya sampel dengan nilai omzet sesudah
pembiayaan lebih rendah dari nilai omzet sebelum pembiayaan
yaitu tidak ada pelaku UMKM yang omzet sesudah pembiayaan
lebih kecil dari omzet sebelum pembiayaan.
Positive Rank adalah sampel dengan nilai omzet sesudah
pembiayaan lebih tinggi dari nilai omzet sebelum pembiayaan
yaitu sebanyak 12. Sedangkan Ties adalah tidak ada kesamaan nilai
omzet sebelum pembiayaan dan sesudah pembiayaan.
Tabel 4.12
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Omzet Penjualan Sebelum dan
Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah
Test Statisticsb
omzet sesudah pembiayaan -
omzet sebelum pembiayaan
Z -3.059a
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
57
Berdasarkan hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai
-p sebesar 0,002 (0,002 < 0,05) atau Zhitung sebesar -3,059 (Zhitung <
1,96). Artinya bahwa nilai sig lebih kecil dibandingkan dengan
derajat kesalahan sehingga Ha2 diterima dan Ho2 ditolak. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variabel indikator omzet penjualan sebelum
dan sesudah memperoleh pembiayaan terdapat perbedaan secara
signifikan.
Berdasarkan perhitungan statistik diatas dapat dikatakan bahwa
pembiayaan dari bank syariah efektif dalam meningkatkan omzet
penjualan pelaku UMKM. Peningkatan modal yang diikuti
peningkatan penjualan, produksi, dan jasa mengakibatkan omzet
penjualan yang ikut meningkat.
c. Variabel Keuntungan Usaha
Tabel 4.13
Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Keuntungan Usaha
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
keuntungan sesudah Negative Ranks
pembiayaan - keuntungan Positive Ranks
sebelum pembiayaan Ties
Total
0a .00 .00
12b 6.50 78.00
0c
12 a. keuntungan sesudah pembiayaan < keuntungan sebelum pembiayaan
b. keuntungan sesudah pembiayaan > keuntungan sebelum pembiayaan
c. keuntungan sesudah pembiayaan = keuntungan sebelum pembiayaan
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam rumus uji pangkat
tanda Wilcoxon, nilai-nilai yang didapat adalah nila Mean Rank
dan Sum of Rank dari kelompok Negative Ranks, Positive Ranks,
dan Ties. Negatif Ranks artinya sampel dengan nilai keuntungan
sesudah pembiayaan lebih rendah dari nilai keuntungan sebelum
pembiayaan yaitu tidak ada pelaku UMKM yang keuntungan
sesudah pembiayaan lebih kecil dari keuntungan sebelum
pembiayaan.
58
Positive Rank adalah sampel dengan nilai keuntungan sesudah
pembiayaan lebih tinggi dari nilai keuntungan sebelum
pembiayaan yaitu sebanyak 12. Sedangkan Ties adalah tidak ada
kesamaan nilai keuntungan sebelum pembiayaan dan sesudah
pembiayaan.
Tabel 4.14
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Keuntungan Usaha Sebelum
dan Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah
Test Statisticsb
keuntungan_sesudah -
keuntungan_sebelum
Z -3.065a
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
Berdasarkan hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai
-p sebesar 0,002 (0,002 < 0,05) atau Zhitung sebesar -3,065 (Zhitung <
1,96). Artinya bahwa nilai sig lebih kecil dibandingkan dengan
derajat kesalahan sehingga Ha3 diterima dan Ho3 ditolak. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variabel indikator keuntungan usaha sebelum
dan sesudah memperoleh pembiayaan terdapat perbedaan secara
signifikan.
Berdasarkan perhitungan statistik diatas dapat dikatakan bahwa
pembiayaan dari bank syariah efektif dalam meningkatkan
keuntungan usaha pelaku UMKM. Peningkatan modal yang diikuti
peningkatan penjualan, produksi, dan jasa mengakibatkan omzet
penjualan yang ikut meningkat. Dari peningkatan omzet penjualan
tersebut berdampak pula pada keuntungan yang ikut meningkat.
59
d. Variabel Tenaga Kerja
Tabel 4.15
Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Tenaga Kerja
Ranks
N
Mean Rank
Sum of Ranks
tenagakerja_sesudah - Negative Ranks
tenagakerja_sebelum Positive Ranks
Ties
Total
0a .00
.00
10b
5.50
55.00
2c
12
a. tenagakerja_sesudah < tenagakerja_sebelum
b. tenagakerja_sesudah > tenagakerja_sebelum
c. tenagakerja_sesudah = tenagakerja_sebelum
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam rumus uji pangkat
tanda Wilcoxon, nilai-nilai yang didapat adalah nila Mean Rank
dan Sum of Rank dari kelompok Negative Ranks, Positive Ranks,
dan Ties. Negatif Ranks artinya sampel dengan nilai tenaga kerja
sesudah pembiayaan lebih rendah dari nilai tenaga kerja sebelum
pembiayaan yaitu tidak ada pelaku UMKM yang tenaga kerja
sesudah pembiayaan lebih kecil dari tenaga kerja sebelum
pembiayaan.
Positive Rank adalah sampel dengan nilai tenaga kerja sesudah
pembiayaan lebih tinggi dari nilai tenaga kerja sebelum
pembiayaan yaitu sebanyak 10. Sedangkan Ties adalah nilai tenaga
kerja sesudah pembiayaan sama besarnya dengan nilai tenaga kerja
sebelum pembiayaan yaitu sebanyak 2.
60
Tabel 4.16
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Tenaga Kerja Sebelum dan
Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah
Test Statisticsb
tenagakerja_sesudah -
tenagakerja_sebelum
Z -2.829a
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
Berdasarkan hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai
-p sebesar 0,005 (0,005 = 0,05) atau Zhitung sebesar -2,829 (Zhitung <
1,96). Artinya bahwa nilai sig sama dibandingkan dengan derajat
kesalahan sehingga Ha4 diterima dan Ho4 ditolak. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variabel indikator tenaga kerja sebelum dan
sesudah memperoleh pembiayaan terdapat perbedaan secara
signifikan.
Berdasarkan perhitungan statistik diatas dapat dikatakan bahwa
pembiayaan dari bank syariah efektif dalam meningkatkan tenaga
kerja pelaku UMKM. Peningkatan tenaga kerja cukup bervariasi,
ada beberapa pelaku UMKM yang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah dapat menambah tenaga kerja cukup
banyak dan ada pula yang hanya mampu menambah tenaga kerja 1
orang saja.
61
e. Variabel Cabang Usaha
Tabel 4.17
Uji Pangkat Tanda Wilcoxon Cabang Usaha
Ranks
N
Mean Rank
Sum of Ranks
cabang_sesudah - Negative Ranks
cabang_sebelum Positive Ranks
Ties
Total
0a
.00
.00
3b
2.00 6.00
9c
12
a. cabang_sesudah < cabang_sebelum
b. cabang_sesudah > cabang_sebelum
c. cabang_sesudah = cabang_sebelum
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam rumus uji pangkat
tanda Wilcoxon, nilai-nilai yang didapat adalah nila Mean Rank
dan Sum of Rank dari kelompok Negative Ranks, Positive Ranks,
dan Ties. Negatif Ranks artinya sampel dengan nilai cabang usaha
sesudah pembiayaan lebih rendah dari nilai cabang usaha sebelum
pembiayaan yaitu tidak ada pelaku UMKM yang cabang usaha
sesudah pembiayaan lebih kecil dari cabang usaha sebelum
pembiayaan.
Positive Rank adalah sampel dengan nilai cabang usaha
sesudah pembiayaan lebih tinggi dari nilai cabang usaha sebelum
pembiayaan yaitu sebanyak 3. Sedangkan Ties adalah nilai cabang
usaha sesudah pembiayaan sama besarnya dengan nilai cabang
usaha sebelum pembiayaan yaitu sebanyak 9.
62
Tabel 4.18
Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Cabang Usaha Sebelum dan
Sesudah Memperoleh Pembiayaan dari Bank Syariah
Test Statisticsb
cabang_sesudah -
cabang_sebelum
Z -1.732a
Asymp. Sig. (2-tailed) .083
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2017.
Berdasarkan hasil uji pangkat tanda Wilcoxon didapatkan nilai
-p sebesar 0,083 (0,083 > 0,05) atau Zhitung sebesar -1,732 (Zhitung <
1,96). Artinya bahwa nilai sig lebih besar dibandingkan dengan
derajat kesalahan sehingga Ho5 diterima dan Ha5 ditolak. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variabel indikator cabang usaha sebelum dan
sesudah memperoleh pembiayaan tidak terdapat perbedaan secara
signifikan.
Berdasarkan perhitungan statistik diatas dapat disimpulkan
bahwa pembiayaan dari bank syariah tidak efektif dalam
meningkatkan cabang usaha pelaku UMKM karena nilai –p lebih
besar dari 0,05. Kebanyakan pembiayaan dari bank syariah
digunakan untuk meningkatnya penjualan, produksi maupun jasa
pada usaha yang sedang berjalan disbanding membuka cabang
usaha baru.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perkembangan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah pasar Tebet Barat dan
sekitarnya sebelum dan sesudah memperoleh pembiaayan dari Bank Syariah.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan uji pangkat tanda Wilcoxon
dapat dijelaskan bahwa pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah
dikatakan efektif untuk meningkatkan variabel modal usaha, omzet penjualan,
keuntungan usaha dan tenaga kerja dan cabang usaha. Hal ini dapat dilihat dari
hasil uji hipotesis disemua variabel indikator didapatkan nilai –p < 0,05 yang
mengatakan bahwa Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel indikator
modal usaha, omzet penjualan, keuntungan usaha, tenaga kerja dan cabang
usaha sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah
terdapat perbedaan yang signifikan.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian ini, maka ada beberapa hal yang dapat dianjurkan
sebagai rekomendasi sebagai berikut:
1. Perlu mempertahankan dan meningkatkan peran bank syariah dalam
mengatasi permasalahan permodalan yang dihadapi oleh UMKM.
2. Mempertahankan pembiayaan yang dapat disalurkan guna membantu
perekonomian UMKM sehingga dapat menngakses modal yang dapat
mendukung usahanya.
3. untuk lebih meningkatkan omzet penjual dan keuntungan usaha yang
lebih banyak lagi diperlukan ekspansi atau perluasan usaha oleh pelaku
UMKM, seperti membuka cabang usaha baru.
4. Bagi peneliti selanjutnya, perlu menambah variabel lain selain lima
variabel dalam peneltian ini dan diharapkan dapat menambah jumlah
sampel yang lebih banyak lagi.
63
64
5. Diharapkan peneliti selanjutnya untuk meneliti di lembaga keuangan
syariah lainnya seperti BMT, BPRS, dan Koperasi Syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar, Jackie. Membentuk Karakter Pengusaha. Bandung: Kaifa, 2010.
Anshori, Abdul Ghofur. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta:
Gadjahmada University Press, 2007.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
Ascarya. Akad & Produk Ban Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.
Chandra, Purdi E. Trik Sukses Menuju Sukses. Yogyakarta: Grafika Indah, 2000.
Ghoni, M Djunaidi, dan Almanshur, Fauzan. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Hubeis, Musa. Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2004.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP. Amin
YKPN, 2002.
Mulyadi. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia, 1999.
Riva’I, Veithzal. Islamic Financial Management. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008.
Sudarsono, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta: Universitas Terbuka
Jakarta,1988.
Sumawinata, Sarbini. Politik Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: Gramedia Pustakan
Utama, 2004.
Suryani dan hendryani. Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Prenadamedia Grup, 2015.
Sutamto. Teknik Menjual Barang. Jakarta: Balai Aksara,1997.
Sumarsono, Sonny. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
65
66
Swastha DH, Bayu dan Irawan. Manajemen Pemasaran Modern.Yogyakarta:
Liberty, 2003.
Tambunan, Tulus. UMKM di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
----------------------. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu
Penting. Jakarta: Salemba Empat, 2002.
Yusuf, Dkk. Manajemen Operasional Bank Syariah. Cirebon: STAIN, 2009.
Jurnal dan Skripsi
Kara, Muslimin. Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap
Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota
Semarang. Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum. Vol.47 No 1, 2013: 270.
Nurrohmah, Isnaini. Analisis Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Sebelum dan Sesudah Menerima Pembiayaan Musyarakah Pada Koperasi
Jasa Keuangan Syariah BMT (Studi Kasus: BMT Beringharjo
Yogyakarta). Skripsi S1 Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.
Saparingga, Wina. Analisis Perbandingan Tingkat Perkembangan Usaha Mikro
Kecil Menengah Srbrlum dan Sesudah Mendapatkan Fasilitas
Pembiayaan Mikro (STudi Kasus di BRI Syariah KCP Kopo Bandung).
Skripsi S1 Universitas Islam Bandung, 2015.
Sholeh, Mohammad. Analisis Strategi Inovasi dan Dampaknya Terhadap Kinerja
Perusahaan. Skripsi S1 Universitas Diponogoro Semarang, 2008.
Fatwa DSN dan Undang-Undang
Fatwa Dewan Syariah Nasional NO:04/DSN-MUI/IV/2000, Tentang Murabahah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional NO:06/DSN-MUI/IV/2000, Tentang Istishna’.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
67
Website
www.bi.go.id
http://diskumdagdki.jakarta.go.id/
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3350243/umkm-serap-579-juta-tenaga-
kerjadiakses pada tanggal 15 Juli 2017.
www.kbbi.co.id
www.ojk.go.id
68
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK USAHA TEMPAT MAKAN 1
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha tempat makan
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank BRI syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih sudah hampir 5 tahun
4. Sudah berapa lama anda memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah pada saat tahun
kedua usaha saya berjalan.
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha bapak?
Jawab : ya memiliki walaupun seadanya.
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 300.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 125.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 38.000.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada
69
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 58.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 7.500.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 14.000.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : awal usaha ada 4 orang pekerja
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : ya, menjadi 14 orang pekerja
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab : belum ada, pembiayaan dari bank syariah hanya untuk
mengembangkan usaha yang sudah berjalan ini.
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Tempat Makan 1
70
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA TEMPAT MAKAN 1
Modal Usaha sebelum Rp. 300.000.000
sesudah Rp. 425.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 38.000.000
sesudah Rp. 58.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 7.500.000
sesudah Rp. 14.000.000
Tenaga Kerja sebelum 4
sesudah 14
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 1
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Tempat Makan 1
71
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK USAHA JUAL BELI MOBIL BEKAS
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha jual beli mobil bekas
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank BRI syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih sudah hampir 4 tahun
4. Sudah berapa lama anda memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah pada saat
setahun usaha saya berjalan.
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha bapak?
Jawab : ya memiliki untuk mencatat mobil yg terjual spesifikasi mobil
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 300.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 450.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 400.000.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada
72
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 875.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 30.000.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 70.000.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : awal usaha ada 4 orang pekerja
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : ya, menjadi 9 orang pekerja
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab : iya, saya buka usaha yang sama di kampung saya
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Jual Beli Mobil Bekas
73
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA JUAL BELI MOBIL BEKAS
Modal Usaha sebelum Rp. 300.000.000
sesudah Rp. 750.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 400.000.000
sesudah Rp. 875.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 30.000.000
sesudah Rp. 70.000.000
Tenaga Kerja sebelum 4
sesudah 9
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 2
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Jual Beli Mobil Bekas
74
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK USAHA TOKO BERAS
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha menjual beras
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank BRI syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih sudah hampir 6 tahun
4. Sudah berapa anda bapak memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah sekitar dua
tahun setelah usaha saya berjalan
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha anda?
Jawab : ada tapi seadanya, saya mencatat setiap hari keuangan yang
masuk dan uang yang keluar untuk belanja
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 7.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 15.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 3.000.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada
75
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 5.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 1.500.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 2.500.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : awal usaha ada 1 orang pekerja
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : masih 1 orang pekerja saja untuk bantu saya
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab : tidak ada, untuk usaha ini saja
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Toko Beras
76
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA TOKO BERAS
Modal Usaha sebelum Rp. 7.000.000
sesudah Rp. 15.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 3.000.000
sesudah Rp. 5.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 1.500.000
sesudah Rp. 2.500.000
Tenaga Kerja sebelum 1
sesudah 1
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 1
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Toko Beras
77
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK USAHA TEMPAT MAKAN 2
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha penyedia makanan
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank BNI syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih sudah hampir 13 tahun
4. Sudah berapa lama anda memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah pada saat 5
tahun usaha saya berjalan.
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha anda?
Jawab : ya memiliki seadanya saja
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 150.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 100.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 25.000.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada
78
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 35.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 12.000.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 22.000.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : awal usaha ada 4 orang pekerja
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : ya, menjadi 6 orang pekerja
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab :belum ada ya cuma ini saja
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Tempat Makan 2
79
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA TEMPAT MAKAN 2
Modal Usaha sebelum Rp. 150.000.000
sesudah Rp. 250.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 25.000.000
sesudah Rp. 35.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 12.000.000
sesudah Rp. 22.000.000
Tenaga Kerja sebelum 4
sesudah 6
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 1
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Tempat Makan 2
80
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK USAHA TOKO PAKAIAN 1
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha menjual pakaian
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank BRI syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih sudah hampir 8 tahun
4. Sudah berapa lama anda memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah pada saat 3
tahun usaha saya berjalan.
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha bapak?
Jawab : ya memiliki seadanya saja
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 5.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 10.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 2.000.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada walaupun tidak banyak
81
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 5.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 1.000.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 1.500.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : awal usaha tidak memiliki tenaga kerja, saya sendiri yang
menjalani
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : ya, sudah dua tahun ada 1 orang untuk membantu saya
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab :belum ada ya cuma ini saja
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Toko Pakaian 1
82
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA TOKO PAKAIAN 1
Modal Usaha sebelum Rp. 5.000.000
sesudah Rp. 15.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 2.000.000
sesudah Rp. 5.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 1.000.000
sesudah Rp. 1.500.000
Tenaga Kerja sebelum 0
sesudah 1
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 1
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Toko Pakaian 1
83
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK USAHA TEMPAT FOTOKOPI
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha fotokopi
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank Mandiri Syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih dari 15 tahun
4. Sudah berapa lama anda memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah pada saat 5
tahun usaha saya berjalan.
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha bapak?
Jawab : ya memiliki seadanya saja
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 20.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 30.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 5.500.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada
84
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 12.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 1.500.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 4.000.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : di toko ini, saya sendiri yang menjalani
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : ya, ada 1 orang yang menjalankan usaha saya satu lagi
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab : ada, pengajuan pembiayaan untuk membuka tempat fotokopi
baru
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Tempat Fotokopi
85
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA TEMPAT FOTOKOPI
Modal Usaha sebelum Rp. 20.000.000
sesudah Rp. 50.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 5.500.000
sesudah Rp. 12.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 1.500.000
sesudah Rp. 4.000.000
Tenaga Kerja sebelum 0
sesudah 1
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 2
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Tempat Fotokopi
86
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK USAHA TEMPAT BORDIR
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha tempat bordir
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank Mandiri Syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih dari 12 tahun
4. Sudah berapa lama anda memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah pada saat 1
tahun usaha saya berjalan
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha bapak?
Jawab : ya memiliki alakadarnya
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 35.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 5.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 15.000.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada
87
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 20.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 3.000.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 7.000.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : awalnya ada 3 orang pekerja
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : ya, bertaambah jadi 5 sekarang
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab : belum ada
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Tempat Bordir
88
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA TEMPAT BORDIR
Modal Usaha sebelum Rp. 35.000.000
sesudah Rp. 40.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 15.000.000
sesudah Rp. 20.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 3.000.000
sesudah Rp. 7.000.000
Tenaga Kerja sebelum 3
sesudah 5
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 1
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Tempat Bordir
89
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK USAHA TOKO PAKAIAN 2
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha menjual pakaian
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank BRI Syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih dari 6 tahun
4. Sudah berapa lama anda memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah pada saat 1
tahun usaha saya berjalan
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha bapak?
Jawab : ya memiliki catatan uang keluar dan masuk saja
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 8.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 10.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 4.000.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada
90
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 8.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 1.500.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 3.500.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : awalnya ada 1 orang pekerja
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : tidak, masih sama
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab : belum ada untuk sekarang
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Toko Pakaian 2
91
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA TOKO PAKAIAN 2
Modal Usaha sebelum Rp. 8.000.000
sesudah Rp. 18.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 4.000.000
sesudah Rp. 8.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 1.500.000
sesudah Rp. 3.500.000
Tenaga Kerja sebelum 1
sesudah 1
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 1
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Toko Pakaian 2
92
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK USAHA TOKO HANDPHONE
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha toko handphone
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank BRI Syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih dari 6 tahun
4. Sudah berapa lama anda memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah pada saat 2
tahun usaha saya berjalan
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha bapak?
Jawab : ya memiliki pembukuan setiap hari
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 25.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 50.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 17.000.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada
93
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 25.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 3.000.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 5.000.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : awalnya ada 1 pegawai
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : sekarang jadi 2 pegawai
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab : belum ada untuk sekarang
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Toko Handphone
94
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA TOKO HANDPHONE
Modal Usaha sebelum Rp. 25.000.000
sesudah Rp. 75.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 17.000.000
sesudah Rp. 25.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 3.000.000
sesudah Rp. 5.000.000
Tenaga Kerja sebelum 1
sesudah 2
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 1
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Toko Handphone
95
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK USAHA SALON
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha salon
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank BRI Syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih dari 8 tahun
4. Sudah berapa lama anda memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah sekitar 1,5
tahun setelah usaha saya berjalan
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha bapak?
Jawab : ya memiliki pembukuan setiap hari
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 10.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 20.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 7.500.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada
96
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 15.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 2.000.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 4.000.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : awalnya ada 2 pegawai
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : sekarang jadi 4 pegawai
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab : ya ada buka salon lagi di daerah lain
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Salon
97
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA SALON
Modal Usaha sebelum Rp. 10.000.000
sesudah Rp. 30.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 7.500.000
sesudah Rp. 15.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 2.000.000
sesudah Rp. 4.000.000
Tenaga Kerja sebelum 2
sesudah 4
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 2
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Salon
98
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK TEMPAT MAKAN 3
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha tempatmakan
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank BRI Syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih dari 6 tahun
4. Sudah berapa lama anda memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah sekitar 3 tahun
setelah usaha saya berjalan
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha bapak?
Jawab : ya memiliki catetan penjualan dan uang belanja tiap hari
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 50.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 150.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 22.000.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada
99
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 40.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 10.000.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 14.000.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : awalnya ada 2 pegawai
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : sekarang jadi 4 pegawai
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab : belum ada ya
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Tempat Makan 3
100
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA TEMPAT MAKAN 3
Modal Usaha sebelum Rp. 50.000.000
sesudah Rp. 200.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 22.000.000
sesudah Rp. 40.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 10.000.000
sesudah Rp. 14.000.000
Tenaga Kerja sebelum 2
sesudah 4
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 1
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Tempat Makan 3
101
LAPORAN HASIL WAWANCARA
DENGAN PELAKU UMKM YANG MEMPEROLEH PEMBIAYAAN
DARI BANK SYARIAH DI WILAYAH PASAR TEBET BARAT DAN
SEKITARNYA
DENGAN PEMILIK PERCETAKAN
1. Jenis usaha apa yang anda jalani?
Jawab : Usaha percetakan
2. Apakah anda memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dalam hal
ini bank syariah? dari bank syariah mana?
Jawab : Iya saya memperoleh pembiayaan dari bank Mandiri Syariah
3. Sudah berapa lama usaha anda berjalan?
Jawab : kurang lebih dari 6 tahun
4. Sudah berapa lama anda memperoleh pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : saya memperoleh pembiayaan dari bank syariah sekitar 3 tahun
setelah usaha saya berjalan
5. Apakah anda memiliki laporan keuangan minimal catatan sederhana
keuangan usaha bapak?
Jawab : ya memiliki
6. Berapa modal awal anda untuk memulai usaha ini?
Jawab : Rp. 155.000.0000
7. Berapa pembiayaan yang diterima dari bank syariah?
Jawab : Rp. 170.000.000
8. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sebelum memperoleh pembiayaan
dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 55.000.000
9. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah ada
peningkatan omzet?
Jawab : tentunya ada
102
10. Berapa rata-rata omzet penjualan anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 70.000.000 dalam sebulan
11. Berapa rata-rata keuntungan usaha anda sebelum memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : dalam sebulan sekitar Rp. 7.000.000
12. Berapa rata-rata keuntangan usaha anda sekarang sesudah memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : meningkat menjadi Rp. 10.000.000 dalam sebulan
13. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum memperoleh pembiayaan dari bank
syariah?
Jawab : awalnya ada 4 pekerja
14. Apakah ada tambahan tenaga kerja sesudah anda memperoleh
pembiayaan dari bank syariah?
Jawab : sekarang menjadi 7 pegawai
15. Apakah sesudah memperoleh pembiayaan dari bank syariah anda
memiliki cabang usaha?
Jawab : belum ada ya
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Percetakan
103
KEADAAN USAHA SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH
PEMBIAYAAN DARI BANK SYARIAH
USAHA PERCETAKAN
Modal Usaha sebelum Rp. 155.000.000
sesudah Rp. 325.000.000
Omzet Penjualan sebelum Rp. 55.000.000
sesudah Rp. 70.000.000
Keuntungan Usaha sebelum Rp. 7.000.000
sesudah Rp. 10.000.000
Tenaga Kerja sebelum 4
sesudah 7
Cabang Usaha sebelum 1
sesudah 1
Jakarta, 23 Januari 2018
Pelaku UMKM
Pemilik Percetakan
Top Related